5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telinga Untuk memahami

advertisement
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telinga
Untuk memahami tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan
dipelajari anatomi telinga. Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
2.1.1. Anatomi Telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.
Gambar 2. 1. Penampang Telinga ( Netter, 2003 )
Telinga Luar (aurius eksternal). Telinga luar berfungsi untuk
menggumpulkan gelombang suara. Telinga luar tersusun dari auricle (pinna),
6
kanalis auditorius eksternal dan membran timpani.
Auricle berada dibagian
terluar dari telinga dan tersusun dari kartilago yang elastis dan ditutupi oleh kulit.
Bagian superior dari auricle adalah helix sedangkan dibagian inferior merupakan
lobule. Kanalis auditorius eksternal berbentuk tabung berkurva yang memiliki
panjang 2,5cm yang terletak di tulang temporal dan mengarah ke membran
timpani. Membran timpani adalah selaput tipis dan semi transparan yang berada
diantara kanalis auditorius eksternal dan telinga tengah. (Tortora, Derrickson,
2009). Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu telinga. Bayangan penonjolan bagian
bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula
suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul tujuh untuk
membran timpani kiri dan pukul lima untuk membran timpani kanan. Refleks
cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Pada
membran timpani terdapat dua macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut itu.
(Soepardi,dkk., 2010). Pada bagian eksterior, kanalis auditorius eksternal
memiliki beberapa helai rambut halus dan kelenjar minyak yang disebut
ceruminous glands yang mensekresi earwax atau cerumen. Rambut-rambut halus
dan cerumen ini mencegah masuknya debu dan benda asing masuk kedalam
telinga. Cerumen biasanya mengering dan keluar dari kanal telinga. Tetapi, ada
beberapa orang yang memproduksi cerumen dalam jumlah besar, yang dapat
bergumpal dan mengurangi jumlah hantaran suara yang masuk. Keadaan ini
dinamakan impacted cerumen. (Tortora, Derrickson, 2009). Telinga Tengah
(aurius media). Telinga tengah dipisahkan dengan telinga luar oleh membran
timpani. Dan dipisahkan dari telinga dalam adalah sebuah tulang tipis yang terdiri
dari oval window dan round window. Tulang-tulang pendengaran memanjang
sepanjang telinga tengah dan dihubungkan oleh ligamen , terdiri dari 3 tulang
yaitu malleus, incus dan stapes. Badan malleus terletak di bagian dalam membran
timpani sedangkan kepalanya menyatu dengan badan incus. Incus yang terletak di
antara malleus dan stapes, menyatu dengan kepala stapes. Bagian bawah daripada
stapes melekat di oval window. Tepat dibawah oval window terdapat round
7
window yang ditutupi sebuah membran, yang disebut membran timpani sekunder
( secondary membrane tympanic ). (Tortora, Derrickson, 2009). Otot tensor
timpani yang dipercabangi saraf kranial trigeminus, membatasi pergerakan dan
peningkatan tekanan pada membran timpani untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada membran timpani saat terpajan suara yang keras. Otot stapedius
dipersarafi oleh percabangan saraf kranial facia , jika terjadi getaran yang kuat
pada stapes akibat pajanan suara keras maka otot ini akan melindungi oval
window dan menurunkan sensitivitas untuk mendengar. (Tortora, Derrickson,
2009). Pada bagian dinding depan telinga dalam terdapat sebuah saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring yaitu tuba Eustachius
(Eustachian tube). Saat menelan makanan dan menguap, tuba ini akan membuka
untuk menyamakan tekanan di telinga tengah dengan tekanan atmosfer. (Tortora,
Derrickson, 2009). Telinga Dalam (aurius internal). Telinga dalam disebut juga
dengan labyrinth karena bentuk kanal yang sangat kompleks. Telinga dalam
terdiri dari bone labyrinth, sebuah rangkaian rongga pada tulang temporal yang
dilapisi periosteum yang berisi cairan peri-limfatik dan membranous labyrinth
yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di depan labyrinth
terdapat cochlea (rumah siput). Penampang melintang cochlea terdiri atas scala
vestibuli, scala media dan scala tympani. Bagian dasar dari scala vestibuli
berhubungan dengan stapes melalui oval window, sedangkan scala tympani
berhubungan dengan telinga tengah melalui round window. (Tortora, Derrickson,
2009). Bagian atas scala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran
Reissner dan bagian bawah dibatasi oleh membran basilaris. Pada bagian atas
membran basilaris terdapat Organ of Corti yang berfungsi mengubah getaran
suara menjadi impuls. Organ of Corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.
Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan
sel
rambut
akan
dihubungkan
vestibulocochlear. (Tortora, Derrickson, 2009).
2.1.2. Fisiologi Pendengaran
dengan
otak
melalui
saraf
8
Auricle mengumpulkan gelombang suara dan diteruskan ke dalam external
auditory canal. Kemudian membran timpani akan bergetar ke depan dan ke
belakang akibat perubahan tekanan udara. Pergerakan membran timpani
tergantung pada intensitas dan frekuensi gelombang suara. Membran timpani akan
bergetar secara lambat apabila terpajan gelombang suara dengan frekuensi rendah
dan akan bergetar dengan cepat apabila terpajan gelombang suara dengan
frekuensi tinggi,. Di bagian tengah membran timpani yang berhubungan dengan
malleus juga akan bergetar. Getaran ini akan ditransmisikan dari malleus ke incus
lalu ke stapes. Ketika stapes bergerak ke depan dan ke belakang, hal ini akan
mendorong oval window untuk masuk dan keluar. Oval window bergetar 20 kali
lebih cepat daripada membran timpani karena meneruskan getaran yang berasal
dari permukaan luas (membran timpani) ke permukaan yang lebih sempit (oval
window). (Tortora, Derrickson, 2009).
Pergerakan oval window akan meningkatkan tekanan cairan perilimfe di
cochlea. Dan ketika oval window bergerak kedalam, hal ini akan mendorong
perilimfe yang berada di scala vestibuli. Tekanan gelombang suara akan
ditransmisikan dari scala vestibuli ke scala tympani dan akhirnya ke round
window yang akan menyebabkan melengkungnya round window kearah telinga
tengah. Tekanan gelombang suara juga mendorong membran vestibular ke depan
dan ke belakang, menyebabkan tekanan pada endolimfe di dalam cochlear duct.
Terjadinya tekanan pada endolimfe mengakibatkan membran basilaris bergetar
dimana sel rambut pada Organ of Corti akan bergerak berlawanan arah dengan
membran tektorial. Hal ini akan membuat stereocilia sel rambut membengkok
yang akan memproduksi reseptor potensial untuk menghasilkan impuls. (Tortora,
Derrickson, 2009)
Impuls yang dihasilkan akan merangsang pengeluaran neurotransmitter
yang akan diteruskan ke neuron sensorik. Badan selnya neuron sensorik terdapat
di spiral ganglia. Impuls akan merambat ke akson yang membentuk cabang
cochlear dari nervus vestibulocochlear. Akson-akson ini akan bersinaps dengan
9
cochlear nuclei yang berada di medulla oblongata. Beberapa akson yang berasal
dari cochlear nuclei akan bersilangan di medula, bergerak ke lateral meniscus di
sisi berlawanan dan berakhir di inferior colliculus yang berada di midbrain.
Akson lain yang berasal dari cochlear nuclei berakhir di superior olivary nucleus
yang berada di pons. (Tortora, Derrickson, 2009)
Waktu antara setiap impuls yang datang ke superior olivary nuclei dari
kedua telinga sangat berbeda tipis sehingga kita dapat mengetahui asal datangnya
suara yang kita dengar. Akson yang berasal dari superior olivary nuclei juga
bergerak ke lateral meniscus dan berakhir di inferior colliculi. Dari setiap inferior
colliculus, impuls akan dibawa ke medial geniculate nucleus di thalamus dan ke
primary auditory area di korteks serebri di bagian lobus temporal. (Tortora,
Derrickson, 2009)
2.2.
Cerumen (Earwax)
Cerumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
bagian kartilago telinga yang memiliki fungsi sebagai pelindung kanalis
auditorius eksternal dari kerusakan oleh air, infeksi, trauma dan benda asing.
Jumlah cerumen yang terbentuk dan konsistensinya sangat bervariasi Cerumen
juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan
fisura pada epidermis. Pada keadaan normal cerumen tidak akan tertumpuk di
liang telinga, tetapi akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah
sampai diluar liang telinga akan menguap oleh panas. Penumpukan cerumen yang
berlebihan akan menimbulkan gangguan pendengaran, juga bila liang telinga
kemasukan air maka cerumen akan mengembang sehingga menyebabkan rasa
tertekan yang mengganggu pendengaran. (Dinces, 2012).
2.2.1. Komposisi dan Produksi Cerumen
10
Kelenjar cerouminous terdapat di dinding superior dan bagian kartilago
external auditory canal. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar
sebasea dari bagian atas folikel rambut membentuk serumen.Cerumen membentuk
lapisan pada kulit external auditory canal bergabung dengan lapisan keratin yang
bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang mempunyai
sifat antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi
cerumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan
lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang secara periodik menyumbat
liang telinga. (Bannon, 2004)
2.2.2. Klasifikasi Cerumen
Cerumen secara umum dibagi menjadi: (1).. Tipe Basah, terdiri dari dua
sub-tipe yaitu Cerumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila
diirigasi dan Serumen coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket; (2). Tipe
Kering. Cerumen gelap/ hitam, sifatnya keras, biasanya erat menempel pada
dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran. (Pray, 2005).
External auditory canal memiliki banyak struktur yang berperan
dalam produksi
serumen.
Yang
terpenting
adalah
kelenjar
ceruminous
yang berjumlah 1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip
dengan kelenjar keringat apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini
memproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel rambut pada
kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang
tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol. (Pray, 2005)
2.2.3. Fisiologi Cerumen
11
Cerumen memiliki banyak manfaat. Cerumen menjaga external auditory
canal dengan barier proteksi yang akan melapisi dan membasahi kanalis. Sifat
lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung
kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan serangga. Cerumen
juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5), pada situasi pH seperti ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi
pada external auditory canal (Pray,2005).
Selain di telinga, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan dengan
gesekan. Karena hal ini tidak mungkin terjadi dalam pada external auditory canal
migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris
dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran timpani bergerak
secara radial dari arah area anular membran timpani secara lateral sepanjang
permukaan dalam pada external auditory canal. Sel berpindah terus ke lateral
sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilago telinga luar dan akhirnya
dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta keberadaan
membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus ke lubang
lateral pergerakan
pengeluaran
epitel
dari
dalam
kanal
memberikan
mekanisme pembersihan alami dalam pada external auditory canal, dan bila
terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi. (G.B. dkk., 2001)
2.2.4. Fungsi Cerumen
Fungsi cerumen adalah: (1). Membersihkan external auditory canal yang
terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut “conveyor belt” process, hasil dari
migrasi epitel ditambah dengan gerakan seperti rahang (jaw movement). Cerumen
pada external auditory canal juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel
yang dapat ikut keluar; (2). Sebagai lubricant untuk mencegah gatal dan iritasi;
dan (3). Sebagai antibakterial, antifungal dan antiviral. Cerumen ditemukan
efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain Haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pertumbuhan jamur
12
yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh
cerumen. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak
tersaturasi lisozim dan khususnya pH yang relatif rendah pada cerumen. (Roeser
& Roland, 1992).
2.2.5. Impacted Cerumen
Merupakan keadaan dimana cerumen yang mengumpul membentuk massa
yang padat yang melekat pada dinding external auditory canal (Dorland, 2002).
Impacted cerumen dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gatal, sakit,
gangguan pendengaran dan tinnitus. Apabila impacted cerumen ini tidak ditangani
maka akan menyebabkan ketulian, gangguan dalam bersosialisasi, kinerja yang
tidak bagus dan paranoia ringan. (Bannon, 2004).
Pemeriksaan otoskopi harus dilakukan untuk memastikan bahwa yang
menyumbat liang telinga adalah cerumen dan bukan benda asing lainnya. Untuk
mengatasi impacted cerumen dapat dilakukan irigasi untuk melunakkan cerumen
dengan menggunakan atau tidak menggunakan ceruminolytic. Ceruminolytic
diberikan paling tidak satu jam sebelum dilakukan pembersihan liang telinga,
tetapi lebih baik apabila digunakan beberapa kali dalam sehari sebelum
pembersihan liang telinga. Semakin keras dan kering, maka cerumen akan
membutuhkan waktu lebih lama untuk melunak. Sedangkan semakin lunak, maka
cerumen akan lebih mudah untuk dibersihkan. (Wyk,2012).
Untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi membran timpani dapat
digunakan ear irrigator tip yang mencegah air mengenai membran timpani.
(McCarter,dkk., 2007).
2.3.
Gangguan Pendengaran (Hearing loss)
2.3.1. Klasifikasi Gangguan Pendengaran
13
Gangguan pendengsrsan dapat diklasifiksasikan menjadi: (a). Tuli
Konduktif. Pada tuli konduktif, ambang batas (thresholds) hantaran tulang dalam
batas normal tetapi ambang batas (thresholds) hantaran udara lebih rendah paling
tidak 10dB dibandingkan ambang batas (thresholds) normal. (Kutz, 2012). Pada
tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau
penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Hal tersebut menurunkan tingkat
intensitas gelombang suara untuk mencapai cochlea, tapi hal ini tidak
mempengaruhi hantaran tulang. Contoh hal-hal yang dapat menyebabkan tuli
konduktif yaitu cerumen atau benda asing, infeksi telinga tengah, perforasi
membrane timpani,dll. (Kutz,2012); (b). Tuli Sensorineural. Pada tuli
sensorineural, ambang batas hantaran tulang dan udara masing-masing 10-25dB.
Dan kelainannya terdapat pada nervus VIII atau di pusat pendengaran karena
telinga luar dan dalam tidak mengurangi gelombang suara yang masuk. Bersifat
permanen. (Kutz,2012); dan (c). Tuli campuran, merupakan kombinasi tuli
konduktif dan tuli sensorineural. (Antonelli,2002).
2.3.2. Etiologi Gangguan Pendengaran
Etiologi gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi: (a). Tuli
Konduktif. Beberapa penyebab tuli konduktif adalah abnormalitas telinga luar
atau tengah, adanya cairan di telinga tengah dan akumulasi cerumen di external
auditory canal; (b). Tuli Sensorineural. Biasanya bersifat herediter dan
disebabkan oleh kelainan sel rambut yang berada di telinga dalam yang berfungsi
untuk mengubah getaran suara menjadi implus yang akan dihantarkan ke otak.
(Parmet, 2007); dan (c). Tuli Campuran, yang merupakan suatu penyakit,
misalnya: radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau
merupakan dua penyakit berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli sensorineural)
dengan radang telinga tengah (tuli konduktif). (Antonelli,2002)
2.3.3. Tingkat Gangguan Pendengaran
14
Gangguan pendengaran dapat dibagi atas beberapa tingkatan sebagai
berikut: (a). Normal (0-25 dB); (b). Mild (26-40 dB) dapat menyebabkan susah
berkonsentrasi dan meningkatkan usaha untuk mendengar. Pasien akan sulit untuk
suara dengan frekuensi rendah. Anak-anak akan menjadi lelah setelah mendengar
dalam jangka waktu lama; (c). Moderate (41-55 dB) dapat mempengaruhi
perkembangan berbahasa, pola pikir dan bicara, interaksi dengan sesama dan
harga diri. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini sulit dalam
memahami dan mendengar percakapan; (d). Moderate-Severe (56-70 dB) dapat
menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan menurunnya tingkat intelegensi
dalam berbicara. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini tidak dapat
mendengarkan sebagian besar tingkat percakapan; (e). Severe (71-90 dB) dapat
mempengaruhi kualitas suara; dan (f). Profound (>90 dB), pasien dengan tingkat
gangguan pendengaran ini menjadi semakin sulit untuk berbicara dan berbahasa
(Kutz, 2012).
2.3.4. Diagnosa Gangguan Pendengaran
Untuk memeriksa pendengaran hantaran melalui udara dan melalui tulang
dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Kelainan hantaran
melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di telinga luar
atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, cerumen, sumbatan tuba
Eustachius serta radang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam menyebabkan
tuli sensorineural. Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif (Soepardi, 2007).
Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala. Ada tiga
jenis tes yang dilakukan: (a). Tes Rinne, adalah tes untuk membandingkan
hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa;
(b). Tes Weber, adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang
telinga kiri dan telinga kanan; dan (c). Tes Schwabach, yaitu membandingkan
15
hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya
normal (Soepardi, 2007).
Pemeriksaan secara kuantitatif dengan menggunakan audiometri nada murni.
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui apakah terjadi
gangguan pendengaran atau tidak dengan menentukan ambang batas sensitivitas
pendengaran pada berbagai frekuensi yang mampu didengar. Selama pengujian,
pasien akan mendengar nada murni yang diberikan melalui headphone atau
earphone. Biasanya ambang batas dimulai dari yang terendah 250Hz sampai yang
tertinggi 8000Hz. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi sampai ambang
dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar akan diketahui. Dalam
rentang ini, ambang batas ditentukan dalam oktaf interval (250Hz, 500Hz dan
1000Hz) apabila dibawah 1000Hz sedangkan diatas 1000Hz dalam mid-oktaf
interval (1500Hz, 2000Hz, 3000Hz, 4000Hz, 6000Hz dan 8000Hz). Misalnya,
untuk penderita dengan ambang batas pendengaran pada 1000Hz adalah 45dB. Ini
berarti ketika sinyal sinusoidal mencapai 1000Hz dan disampaikan ke penderita,
intensitas dari ambang batas akan berubah secara sistematis, maka intensitas suara
yang didengar sebesar 50% saat intensitas dengan level 45dB lebih tinggi dari
pendengaran normal. (Stach, 1998).
Ada dua tipe tes audiometri nada murni yang dipresentasikan yaitu melalui
hantaran udara dengan menggunakan earphone dan hantaran tulang melalui
sebuah alat penggetar. Apabila melalui hantaran udara dapat memeriksa seluruh
sistem auditorius. Ada dua tipe transduser yang digunakan dalam uji hantaran
udara yaitu supra-aural earphone dan insert earphone. Supra-aural earphone
diletakkan diluar telinga, tipe ini sudah lama dijadikan standar selama beberapa
tahun karena penderita mudah untuk menggunakannya dan mempermudah
kalibrasi (proses untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan alat sudah
standar). Sedangkan insert earphone adalah tipe paling baru yang terdiri dari
loudspeaker yang diletakkan didalam sebuah kotak kecil yang akan mengirimkan
sinyal akustik melalui sebuah saluran pipa ke bagian earphone yang dimasukkan
16
ke liang telinga (cuff). Jika pasien dengan fungsi telinga luar dan tengah yang
normal, maka uji hantaran udara ini akan memberitahu sensitivitas pendengaran.
Sedangkan jika didapati kelainan fungsi telinga luar dan tengah maka uji ini akan
memberitahu tentang kerusakan sensorineural karena kelainan telinga dalam dan
kerusakan konduktif karena kelainan telinga luar dan dalam. Yang melalui
hantaran tulang, secara teori, ambang batasnya merefleksikan fungsi dari cochlea,
tanpa melihat kondisi telinga luar atau tengah. Jika pasien dengan fungsi telinga
tengah normal dan kemudian mengalami gangguan maka hantaran tulangnya tidak
akan berubah, sementara pendengaran melalui hantaran udara akan terpengaruh
(Stach, 1998).
Hasilnya ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke bentuk
audiogram. Audiogram nada murni yang lengkap terdiri dari 4 plots yang berbeda
yaitu hantaran udara dan tulang masing-masing untuk telinga kanan dan kiri. Juga
mempunyai simbol untuk hantaran udara (O) dan hantaran tulang ( ). Kombinasi
audiometri hantaran tulang dan udara akan membagi gangguan pendengaran
menjadi konduktif, sensorineural dan campuran. (Stach, 1998).
Pada audiometri tutur dites seberapa banyak kemampuan mengerti
percakapan pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari sejumlah kata tertentu
yang diberikan melalui headphone atau pengeras suara free field. Kata-kata
tersebut harus diulangi oleh orang yang dites. Setelah selesai, presentase berapa
kata yang dapat diulang dengan benar dapat diketahui. (Kutz, 2012).
Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan dengan otoskop untuk melihat
membran timpani. Langkah-langkah pemeriksaan dengan otoskop sebagai berikut:
(1). Tarik daun telinga ke arah belakang dan atas pada orang dewasa dengan
tangan non dominan untuk meluruskan saluran telinga. Pertahankan tindakan ini
sampai otoskop dilepas dari saluran telinga. Cara ini akan membuat saluran
telinga menjadi lurus; (2). Peganglah otoskop pada tangan dominan anda,
posisikan otoskop terbalik dan punggung tangan anda menahan pelipis dan pipi
17
pasen. Posisi ini membantu mencegah insersi terlalu kuat dari alat, serta
membantu menstabilkan tangan anda bila kepala pasien sewaktu-waktu bergerak;
(3). Masukkan spekulum dengan perlahan, cegah jangan sampai mengenai
dinding medial yang sensitif terhadap nyeri. Amati saluran telinga luar dari
kemerahan, pembengkakan, keluarnya cairan, benda asing serta lesi; (4). Inspeksi
gendang telinga, catatlah warnanya, kontour, serta integritas dari gendang telinga.
Rasional secara normal gendang telinga nampak licin berkilauan, transculent,
pearl-gray.Warna yang lain menunjukkan adanya infeksi, atau akumulasi
dari cairan serosa dibelakang gendang telinga. Perforasi gendang telinga terlihat
seperti area oval gelap atau lubang yang lebih besar pada gendang telinga; dan (5),
Amati Umbo, bagian yang memegang tulang maleus, serta cahaya kerucut
(Meeker, Rhoads, 2008).
2.4
Kemampuan Mendengar
Menurut Burhan (1971),mendengar adalah suatu proses menangkap,
memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau
sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Dalam konsep tersebut
terdapat tiga tahapan proses mendengarkan,yaitu (1). tahap menangkap dengan
sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain
kepadanya; (2).tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya
atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya;dan (3).tahap mengingat
dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh
orang lain kepadanya.
Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya merupakan
tahapan awal. Tahap ini sangat penting untuk menentukan keberhasilan
mendengarkan. Pada tahap ini dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, agar
hasil dengaran sesuai dengan apa yang disampaikan oleh orang lain kepadanya.
Selanjutnya, hasil dengaran tersebut harus dipahami, lalu diterjemahkan dengan
kata-kata sendiri dengan tujuan agar mudah diingat. Oleh karena itu, tahapan
18
berikutnya adalah mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau
sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. (Burhan,1971).
2.5. Hubungan Antara Penyumbatan Cerumen Dengan Kemampuan
Mendengar
Dalam proses belajar, telinga juga memegang peranan penting selain mata.
Gangguan pendengaran yang paling sering adalah ketulian atau kurang
pendengaran, merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menerima
beberapa frekuensi suara yang normalnya dapat didengar oleh manusia normal.
Salah satu penyebab gangguan pendengaran adalah penyumbatan cerumen
(impacted cerumen). Secara umum kurang pendengaran ditujukan pada orang
yang relatif tidak peka terhadap suara pada frekuensi normal. Anak dengan kurang
pendengaran dibandingkan dengan anak normal menunjukkan kesulitan untuk
mempelajari kosakata, tatabahasa, kata perintah, ungkapan dan aspek lainnya dari
komunikasi verbal. (National Information Center for Children and Youth with
Disabilities, 2004).
Peranan kemampuan mendengarkan yang efektif dalam pendidikan pun
sangat penting. Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran apapun akan terjadi
komunikasi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Selama
proses komunikasi berlangsung baik siswa maupun guru akan menggunakan
kemampuan mendengarkan dengan sebaik-baiknya, siswa yang tidan memiliki
kemampuan mendengarkan yang efektif akan salah memahami atau menafsirkan
informasi tersebut. Akibatnya siswa akan memperoleh dan memiliki pengetahuan
yang salah. (Burham,1971).
BAB 3
Download