ARTIKEL HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN Oleh : ELA SUMARDANI NIM 030214B008 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Artikel dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran yang di susun oleh : Nama : Ela Sumardani NIM : 030214B008 Program Studi : DIV Kebidanan Pendidik Telah disetujui pembimbing utama skripsi Program Studi DIV Kebidanan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Ungaran, 9 September2016 Pembimbing Utama ( Gipta Galih Widodo.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB) NIDN. 0619047703 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran”. Ela Sumardani*), Gipta Galih Widodo.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB**), Ida Sofiyanti, M.Keb**) *)Mahasiswa D-IV Kebidanan STIKESNgudi Waluyo **)Stafpengajar STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK LATAR BELAKANG : Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. METODE : Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 110 orang dengan sampel 51 responden dengan teknik proportionate simple random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan chi square. HASIL :Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran dengan p value sebesar 0,035 < α (0,05). Sebaiknya lebih aktif menggali informasi tentang bagaimana mengendalikan kecemasan untuk mendukung kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Kata Kunci : tingkat kecemasan, kualitas tidur, ibu hamil trimester III Kepustakaan : 35 (2006-2015) Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran " Anxiety Levels relationship with Quality Maternal Trimester III in Puskesmas Ungaran ". Ela Sumardani*), Gipta Galih Widodo.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB**), Ida Sofiyanti, M.Keb**) *)Study Program of DIV-Midwifery STIKES Ngudi Waluyo **)Advisor STIKES Ngudi Waluyo ABSTRACT Background :Prolonged sleep deprivation can disrupt the physical and psychological health. Anxiety and depression will cause interference on the frequency of sleep. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of anxiety with the sleep quality of third trimester pregnant women at health centers Ungaran. Research Design :The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. This study population of pregnant women in the third trimester Puskesmas Ungaran Semarang regency as many as 110 people with a sample of 51 respondents with proportionate simple random sampling technique. Data retrieval tool using a questionnaire. Data analysis used chi square. Result :The results showed no correlation with the level of anxiety sleep quality in third trimester pregnant women in health centers Ungaran with p value of 0,035 <α (0,05). Should more actively digging for information about how to control anxiety to support the quality of sleep in the third trimester pregnant women in Puskesmas Ungaran. Keywords : anxiety levels, quality of sleep, third trimester pregnant women Bibliography: 35 (2006-2015) Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu kondisi seorang wanita memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya. Umumnya janin tumbuh di dalam rahim dengan waktu hamil sekitar 40 minggu atau 9 bulan. Kurun waktu tersebut dihitung saat awal periode menstruasi yang terakhir hingga melahirkan. Kehamilan dibagi menjadi trimester yaitu trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua (13-27 minggu) dan trimester ketiga (28-40 minggu) (Molika, 2015). Keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil pada masa trimester III adalah sering buang air kecil. Janin yang sudah sedemikian membesar menekankan kandung kemih ibu. Akibatnya kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga ibu sering ingin BAK. Dorongan untuk bolak balik ke kamar mandi inilah yang mau tidak mau akan menganggu istirahat ibu termasuk waktu tidurnya (Hutahaean, 2013). Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Kurang tidur dari segi fisik, akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Kurang tidur dari segi psikis, akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi (Lanywati, 2007). Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan baik anatomis dan fisiologis yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau keluhan fisik selama kehamilan (Saifudin, 2009). Pertambahan usia kehamilan akan menyebabkan perasaan yang tidak nyaman dan ingin segera melahirkan. Seorang wanita pada saat ini, akan disibukkan oleh pengontrolan kehamilan yang ketat. Kecemasan pada periode ini menghadapi persalinan akan muncul dan mulai dirasakan. Bayangan negatif mulai menghantui misalnya apakah mereka dapat melahirkan normal, bagaimana caranya mengejan dan bagaimana jika terjadi sesuatu dengan dirinya saat melahirkan serta apakah bayinya akan lahir dengan normal (Huliana, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 Maret 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran diperoleh jumlah ibu hamil trimester III yang melakukan ANC untuk bulan Januari-Maret 2016 sebanyak 37 ibu hamil. Peneliti juga melakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner sederhana untuk mengukur variabel kecemasan dan kualitas tidur terhadap 10 orang ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran diperoleh hasil 7 ibu (70,0%) mempunyai kualitas tidur yang buruk (waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam, mulai tertidur di malam hari lebih dari 60 menit dan lebih dari 5 kali terbangun di malam hari) dimana 4 ibu (57,2%) mengalami cemas ringan (tidak pernah merasa mudah tersinggung, gelisah ataupun takut bila memikirkan akan menghadapi persalinan) dan 3 ibu (42,8%) mengalami cemas sedang (tidak pernah merasa mudah tersinggung, namun sering gelisah ataupun takut bila memikirkan akan menghadapi persalinan). Peneliti juga memperoleh hasil 3 ibu (30,0%) mempunyai kualitas tidur yang baik (waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari 5-6 jam, mulai tertidur di malam hari 16-30 menit dan 1-2 kali terbangun di malam hari) dimana 1 ibu (33,3%) Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran mengalami cemas ringan (tidak pernah merasa mudah tersinggung, gelisah ataupun takut bila memikirkan akan menghadapi persalinan) dan 2 ibu (66,7%) mengalami cemas sedang (tidak pernah merasa mudah tersinggung, namun sering gelisah ataupun takut bila memikirkan akan menghadapi persalinan). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III mempunyai kualitas tidur kategori buruk meskipun mereka mengalami cemas kategori ringan. Upaya yang dilakukan selama ibu menyiapkan tempat tidur senyaman mungkin menurut ibu hamil. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran b. Mengetahui gambaran kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran c. Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Nursalam (2008), dalam penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan antar variabel. Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk meneliti hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Menurut Nursalam (2008), pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat. Pengukuran variabel tingkat kecemasan dan kualitas tidur ibu hamil trimester III dalam penelitian ini hanya dengan satu kali pada satu waktu. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Berdasarkan Umur Frekuensi Persentase Umur (f) (%) Resti 30 58,8 Tidak resti 21 41,2 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Total 51 100,0 Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar kategori resti yaitu sebanyak 30 orang (58,8%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Berdasarkan Pendidikan Frekuensi Persentase Pendidikan (f) (%) Dasar 14 27,5 Atas 37 72,5 Total 51 100,0 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar kategori menengah atas yaitu sebanyak 37 orang (72,5%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Berdasarkan Paritas Frekuensi Persentase (f) (%) Primigravida 30 58,8 Multigravida 21 41,2 Total 51 100,0 Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar kategori primigravida yaitu sebanyak 37 orang (72,5%). Analisis Univariat Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Frekuensi Persentase Tingkat Kecemasan (f) (%) Cemas ringan 25 49,0 Tidak cemas 26 51,0 Total 51 100,0 Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar tidak mengalami cemas yaitu sebanyak 26 orang (51,0%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Frekuensi Persentase Kualitas tidur (f) (%) Buruk 14 27,5 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Baik Total 37 51 72,5 100,0 Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar kategori baik yaitu sebanyak 37 orang (72,5%). Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Kualitas tidur OR Tingkat (95% Buruk Baik Total χ2 p-value kecemasan CI) f % f % f % Cemas ringan 3 12,0 22 88,0 25 100,0 4,455 5,378 0,035 Tidak cemas 11 42,3 15 57,7 26 100,0 Jumlah 14 27,5 37 72,5 51 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, diperoleh hasil responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 25 orang dimana sebagian besar mempunyai kualitas tidur kategori baik yaitu 22 orang (88,0%) lebih banyak dari pada yang mempunyai kualitas tidur buruk yaitu 3 orang (12,0%). Responden yang tidak mengalami cemas sebanyak 26 orang dimana sebagian besar mempunyai kualitas tidur kategori baik yaitu 15 orang (57,7%) lebih banyak dari pada yang mempunyai kualitas tidur buruk yaitu 11 orang (42,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan p value sebesar 0,035 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 5,378 artinya responden yang tidak mengalami cemas cederung 5,378 kali mempunyai kualitas tidur yang baik dibandingkan yang mengalami cemas ringan. PEMBAHASAN 1. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran yang mengalami cemas ringan sebanyak 25 orang (49,0%). Ibu hamil trimester III yang mengalami cemas ringan menyatakan mereka merasa cemas, takut akan pikiran sendiri, mudah Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran tersinggung atau mempunyai firasat buruk bila memikirkan akan menghadapi persalinan (62,7%). Kehamilan menimbulkan perubahan dan adaptasi psikologis bagi ibu hamil. Membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak dapat tidur nyenyak, sering mendapat kesulitanbernapas dan beban fisik lainnya. Semua pengalaman ini mengakibatkan timbulnya kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain-lain. Selain itu, adanya resiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya kematian pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga menambah kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil (Lia, 2011). Kecemasan yang berlebihan juga dapat memberi dampak pada perilaku ibu. Mencoba untuk menghilangkan kecemasan dengan merokok atau dengan mengkonsumsi obat-obatan penenang akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, menimbulkan perasaan takut melahirkan, dan juga depresi (Sujiono &urani, 2008). Kecenderungan makan berlebihan untuk mengatasi cemas dapat berdampak terhadap pertambahan berat badan yang nantinya dapat menyulitkan persalinan. Namun sebaliknya, ibu hamil yang tidak berselera makan dan tidak peduli pada janin akan menyebabkan gangguan pertumbuhan bayi dan kondisi mental bayi (Keswamas, 2008). Responden menyatakan merasakan nyeri pada otot atau kaku pada badan bila memikirkan akan menghadapi persalinan (62,7%). Suasana psikologis ibu yang tidak mendukungakan mempersulit proses persalinan. Cemas yangberlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab pada ibu hamil, dapat memicu kondisi yang berujung pada stres. Kondisi stres inilah yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada dijalan lahir ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Emosi yang tidak stabil juga akan membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat (Amalia, 2009). Ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan akan meningkatkan resiko ketidakseimbangan emosional ibu setelah melahirkan. Cemas selama kehamilan juga meningkatkan resiko keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin, serta dapat menyebabkan colic pada bayi baru lahir (Bakshi, 2008). Responden menyatakan sering buang air kecil pada saat hamil (72,0%). Perubahan fisik pada ibu hamil diantaranya Sering buang air kecil. Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin (Kurnia, 2009). Sesuatu hal yang belum pernah dialami seseorang menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, tegang. Begitu juga yang terjadi pada ibu hamil terutama primigravida, pasti akan merasakan berbagai macam perasaan dalam menghadapi persalinan. Kecemasan yang dialami calon ibu antara lain kecemasan akan mengalami kesakitan pada saat akan melahirkan anaknya. Padahal setiap wanita dalam proses persalinan itu berbeda-beda tingkat kesakitannya. Kecemasan lain yang mungkin dirasakan oleh calon ibu dalam Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran menghadapi persalinannya adalah kalau bayinya akan lahir cacat rohani atau jasmani, yang disebabkan oleh kesalahan pada waktu kehamilanya (Kartono, 2007). Ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran mengalami cemas ringan dimungkinkan disebabkan oleh faktor umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 25 orang dimana sebagian besar berusia kategori resiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) yaitu sebanyak 22 orang (88,0%) lebih banyak dari pada yang berusia kategori tidak resti (20-35 tahun) yaitu sebanyak 3 orang (12,0%). Tetapi disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengalami kecemasan ringan berada dalam umur yang resiko tinggi sehingga biasanya secara fisik maupun psikologis belum siapsiap dalam menghadapi persalinan(umur kurang dari 20 tahun). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wanda (2014), tentang hubungan karakteristik ibu hamil trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan umur ibu hamil Trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting, dengan p value 0,000 (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran yang tidak mengalami cemas sebanyak 26 orang (51,0%). Ibu hamil trimester III yang tidak mengalami cemas menyatakan mereka tidak merasa takut sendiri bila memikirkan akan menghadapi persalinan (91,0%). Pergerakan bayi akan semakin sering dirasakan oleh calon ibu pada trimester ketiga. Perasaan tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri bagi seorang ibu seperti takut kalau sewaktu-waktu bayinya lahir, apakah bayinya akan terlahir normal, dan halhal lain terkait kondisi bayinya. Seorang ibu juga akan memikirkan tentang proses persalinan yang akan dialami dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat persalinan. Akan tetapi beberapa ibu hamil tidak mengalami hal demikian, dimana mereka tetap merasa tenang dalam menghadapi persalinan karena sudah mempunyai pengalaman baik dari pengalaman pribadi atau orang lain. Ibu hamil trimester III tidak merasa denyut jantung cepat, berdebardebar, nyeri dada atau merasa lesu seperti mau pingsan bila memikirkan akan menghadapi persalinan (80,8%). Individu yang mengalami kecemasan ditandai dengan gejala-gejala, adanya perasaan tidak mampu santai, mengalami gangguan tidur,kelelahan, nyeri kepala, pening, berkeringat dingin, mual dan jantung berdebar-debar (Gunarsa, 2008). Namun demikian beberapa ibu tidak mengalami gejala tersebut dimungkinkan mereka memang tidak mempunyai masalah dengan kardiovaskuler misalnya penyakit jantung. Ibu hamil trimester III tidak merasa mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing, atau terasa berat bila memikirkan akan menghadapi persalinan (81,2%). Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum/striae lividae. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran hidraamnion dan gemeli, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra . adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat. Akan tetapi gejala tersebut tidak dialami oleh semua ibu hamil. Dimana mereka yang tidak mengalami kecemasan biasanya tidak mengalami hal tersebut. Responden menyatakan bahwa mereka tidak merasa takut meskipun terkadang masih memikirkan hal-halyang mungkin terjadi saat persalinan. Mereka tetap melakukan aktivitas sehari-hari untuk mengabaikan pikiranpikiran negatif dalam menghapi persalinan. Mereka juga menyatakan tidak berdebar-debar yang berlebihan, bahkan mereka merasa lebih bersemangat dalam menghadapi persalinan. Mereka merasa bahagia jika dapat melahirkan anaknya secara normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami cemas sebanyak 26 orang dimana sebagian besar berpendidikan atas (SMA/SMK) yaitu sebanyak 23 orang (88,5%), lebih banyak dari pada yang berpendidikan dasar (SMP) yaitu sebanyak 3 orang 11,5%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka semakin besar peluang untuk mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya rendahnya pendidikan responden akan menyebabkan mereka mudah mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan responden tersebut. Sebaliknya rendahnya pendidikan responden menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan responden tersebut Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan tidak mampu menghadapi suatu tantangan dengan rasional (Notoatmodjo, 2010). Sebaliknya rendahnya pendidikan akan menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan orang tersebut (Astria, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wanda (2014), tentang hubungan karakteristik ibu hamil Trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan pendidikan ibu hamil trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting, dengan p value 0,000 (α= 0,05). 2. Gambaran Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran kategori buruk sebanyak 14 orang (27,5%). Kualitas tidur pada ibu hamil trimester III kategori buruk Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran dimana mereka menyatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam (26,2%). Keluhan yang sering dialami saat ibu hamil besar diantaranya ngantuk tapi tak bisa tidur. Survei National Sleep Foundation, Amerika Serikat juga menunjukkan, sekitar 97% ibu hamil yang sebentar lagi memasuki masa persalinan kerap terjaga di tengah malam sehingga mereka tidur malam kurang dari 5 jam. Padahal, tidur malam diperlukan oleh tubuh untuk membentuk sistem kekebalan (imun) yang sangat penting bagi ibu hamil (Hidayat, 2008). Ibu hamil trimester III menyatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur di malam hari lebih dari 60 menit (45,25%). Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur. Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap. Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu seseorang yang mengalami kesulitan dalam memasuki tahap tidur selanjutnya (Hidayat, 2008). Ibu hamil trimester III menyatakan nyenyak tidur ibu di malam hari (11,9%). Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam. Orang dewasa yang dapat tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam dapat dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik (Hidayat, 2008). Responden yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk menyatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam. Mereka sering tidur di bawah 5 jam dimana mereka dapat tertidur disaat dini hari ketika suasana sudah mulai sepi. Suasana yang tenang dan tidak gaduh yang dapat mendukung mereka tertidur yaitu ada waktu dini hari. Responden juga menyatakan bahwa lama waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur di malam hari lebih dari 60 menit. Sebenarnya mereka merasa mengantuk akan tetapi sangat sulit untuk bisa jatuh tertidur kurang dari 60 menit. Bayangbayang persalinan yang akan dihadapi terutama rasa nyeri dan kondisi bayi yang akan dilahirkan menyebabkan mereka sulit jatuh tertidur. Kalaupun bisa tertidur mereka hanya bisa sekedar saja artinya sangat mudah terbangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari ibu hamil mempunyai aktivitas fisik sangat ringan seperti tidur (siang dan malam), perawatan diri (mandi dan berpakaian), makan (3x sehari), kegiatan yang dilakukan dengan duduk dan duduk santai / berkumpul dengan keluarga, hal ini dikarenakan pengaruh dari kondisi perut yang semakin membesar menyebabkan ibu kesulitan untuk bergerak dan melakukan aktivitas seperti biasa. Banyak dari ibu yang mengurangi aktivitas berat dalam kesehariannya pada saat hamil, ibu takut jika melakukan aktivitas yang lebih berat akan berdampak buruk pada kesehatan janin yang dikandungnya. Responden yang mempunyai aktivitas fisik sangat ringan cenderung memiliki kualitas tidur buruk. Hal ini dikarenakan dengan melakukan aktivitas yang cukup berat seperti olahraga setiap hari dapat membantu ibu untuk tidur lebih baik secara signifikan, dan sebaliknya ibu hamil yang jarang melakukan aktivitas atau mengurangi aktivitas kesehariannya, menyebabkan ibu susah untuk tidur dimalam hari dan kurang nyenyak untuk tidur. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran kategori baik sebanyak 37 orang (72,5%). Kualitas tidur pada ibu hamil trimester III kategori baik dimana mereka menyatakan tidak terbangun dari tidur di malam hari (61,3%). Menurut Kozier (2008), pola tidur normal terdiri dari tidur selama kurang lebih enam jam, mengalami periode tidur REM (Rapid Eye Movement) sebanyak 20% – 25%, tahap 4 NREM (Non Rapid Eye Movement) berkurang dan kadang-kadang tidak ada, tidur REM pertama menjadi lebih panjang, sering terbangun dimalam hari, dan memerlukan waktu lebih lama untuk tidur kembali. Kebanyakan orang dewasa jatuh tertidur dalam waktu 15 menit, terbangun 2 sampai 3 kali dalam semalam kemudian bangun 6 sampai dengan 10 jam kemudian. Ibu hamil trimester III menyatakan merasa segar ketika bangun tidur di pagi hari (68,5%). Secara umum, terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut (Hidayat, 2008). Ibu hamil trimester III menyatakan tidak merasa lemah/ lelah saat beraktivitas pada pagi hari (71,2%). Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Ibu hamil memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan orang pada umumnya. Seringkali, seseorang lemah karena menggunakan energi secara berlebihan dalam melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari. Istirahat dapat memulihkan kembali energi seseorang, membiarkan individu untuk mulai berfungsi lagi secara optimal. Ketika seseorang kurang istirahat, mereka mudah marah, tertekan, dan lelah, serta mereka kesusahan untuk mengendalikan emosi mereka (Kozier, 2008). Responden yang mempunyai kualitas tidur kategori baik menyatakan jarang terbangun dari tidur di malam hari. Mereka bagun malam hari hanya untuk buang air kecil saja. Mereka juga menyatakan merasa badan terasa segar ketika bangun dari tidur di pagi hari. Tidak merasa mengantuk, pegal atau lesu karena sudah cukup tidur. Kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran kategori baik dimungkinkan karena faktor lingkungan yang ada di rumah (cahaya dan suhu ruangan). Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk tertidur. Suara, tingkat pencahayaan, suhu ruangan kamar dapat mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai lingkungan yang gelap, sementara yang lain seperti anak-anak dan lansia menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga bermasalah tidur jika ruangan yang terlalu hangat dan ruangan terlalu dingin yang menyebabkan klien gelisah (Potter & Perry, 2006). Hasil penelitan ini sesuai dengan penelitian dari Indri (2014) tentang hubungan antara nyeri, kecemasan dan lingkungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi apendisitis di ruang rawat inap Cendrawasih 1 RSUD Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran AA Pekanbaru. Hasil analisis data menunjukkan mayoritas responden merasa lingkungan saat tidur tidak nyaman yaitu sebanyak 29 responden (53,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi apendisitis di ruang rawat inap Cendrawasih 1 RSUD AA Pekanbaru dengan p value sebesar 0,028 (α = 0,05). 3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, diperoleh hasil responden yang mengalami cemas ringan yang mempunyai kualitas tidur kategori baik yaitu 22 orang (88,0%). Responden menyatakan merasa cemas, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung atau mempunyai firasat buruk bila memikirkan akan menghadapi persalinan, merasakan nyeri pada otot atau kaku pada badan bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan sering buang air kecil pada saat hamil namun mereka tidak terbangun dari tidur di malam hari, merasa segar ketika bangun tidur di pagi hari dan tidak merasa lemah/lelah saat beraktivitas pada pagi hari. Responden yang mengalami cemas ringan yang mempunyai kualitas tidur kategori baik dimungkinkan karena faktor gaya hidup (stres). Hasil penelitian didapatkan kebanyakan responden mempunyai gaya hidup tidak sehat seperti tidak melakukan latihan (olahraga) dengan teratur selama sekurang kurangnya 30 menit, hal ini dikarenakan ibu yang mengurangi aktivitasnya pada saat hamil, seperti tidak melakukan olah raga setiap hari selama 30 menit, selain itu kebiasaan yang dilakukan ibu dari secara turun temurun oleh keluarga yaitu mengkonsumsi minuman jamu. Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR partus prematurus, kelainan janin dalam kandungan dan malformasi organ janin. Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, diperoleh hasil responden yang mengalami cemas ringan yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk yaitu 3 orang (12,0%). Responden menyatakan merasa cemas, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung atau mempunyai firasat buruk bila memikirkan akan menghadapi persalinan, merasakan nyeri pada otot atau kaku pada badan bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan sering buang air kecil pada saat hamil sehingga lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam , lama waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur di malam hari lebih dari 60 menit, sebentar-sebentar nyenyak tidur Ibu di malam hari. Responden yang mengalami cemas ringan yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk dimungkinkan karena faktor usia kehamilan. Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, diperoleh hasil responden yang tidak mengalami cemas yang mempunyai kualitas tidur Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran kategori baik yaitu 15 orang (57,7%). Responden menyatakan tidak merasa takut pada gelap, orang asing, atau ditinggal sendiri bila memikirkan akan menghadapi persalinan, tidak merasa denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri dada atau merasa lesu seperti mau pingsan bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan tidak merasa mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing, atau terasa berat bila memikirkan akan menghadapi persalinan sehingga tidak terbangun dari tidur di malam hari, merasa segar ketika bangun tidur di pagi hari dan tidak merasa lemah/ lelah saat beraktivitas pada pagi hari. Responden yang tidak mengalami cemas yang mempunyai kualitas tidur kategori baik dimungkinkan karena faktor aktif melakukan senam ibu hamil (olahraga). Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, diperoleh hasil responden yang tidak mengalami cemas yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk yaitu 11 orang (42,3%). Responden tidak merasa takut pada gelap, orang asing, atau ditinggal sendiri bila memikirkan akan menghadapi persalinan, tidak merasa denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri dada atau merasa lesu seperti mau pingsan bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan tidak merasa mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing, atau terasa berat bila memikirkan akan menghadapi persalinan namun mereka menyatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam, lama waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur di malam hari lebih dari 60 menit, sebentarsebentar nyenyak tidur Ibu di malam hari. Responden yang tidak mengalami cemas yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk dimungkinkan karena faktor kelelahan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan p value sebesar 0,035 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 5,378 artinya responden yang tidak mengalami cemas cederung 5,378 kali mempunyai kualitas tidur yang baik dibandingkan yang mengalami cemas ringan. Saat kehamilan trimester III terjadi ketidaknyamanan diantaranya peningkatan frekuensi berkemih (non patologis) dan konstipasi. Frekuensi berkemih pada trimester ketiga sering dialami pada kehamilan setelah terjadi lightening. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk ke dalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga merangsang keinginan untuk berkemih, sehingga mengganggu kenyamanan tidur (Winkjosastro, 2007). Kecemasan sering kali mengganggu tidur. Seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi dan merasa sulit untuk rileks saat akan memulai tidur. Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun (Kozier et.,al, 2010). Gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin susah untuk tidur. Terutama di trimester akhir cemas menghadapi persalinan nantinya, dan apakah bayinya lahir normal Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran atau cacat (Sujiono, 2004; Simkin, 2007). Ansietas atau kecemasan seringkali mengganggu tidur. Ansietas meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun (Kozier, et.,al. 2010). Faktor yang menyebabkan hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur yang buruk adalah karena kecemasan semakin tinggi pada saat mendekati proses melahirkan dan hal itu yang menyebabkan ibu untuk sulit memulai tidur dan terbangun dimalam hari. PENUTUP Kesimpulan 1. Ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar tidak mengalami cemas yaitu sebanyak 26 orang (51,0%). 2. Kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran sebagain besar kategori baik yaitu sebanyak 37 orang (72,5%). 3. Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran, dengan p value sebesar 0,035 (α = 0,05). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta Asmadi, 2008. Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC. Bobak, Jensen & Lowdermilk, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Alih bahasa : Renata Komalasari. Jakarta : EGC. Collins, 2008. Detoksifikasi Hidup Anda. Jakarta: Erlangga. Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Emilia & Freitag, 2010. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Jakarta : PT Agromedia Pustaka Hall dan Lindzey, 2009. Teori-Teori Psikodinamik. Yogyakarta : Kanisius Haque, 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: PT. Mizan Utama. Hawari 2011. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Helen, 2009. Perawatan. Maternitas. Jakarta : EGC Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Huliana, 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa. Hutahaean, 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika Kartono, 2007. Psikologi Wanita (jilid 2): Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju Khasanah & Hidayati, 2012. Kualitas Tidur Lansia: Jurnal Nursing Studies Volume 1,. Nomor 1 tahun 2012 Kozier et.al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik, Edisi 7, Vol. 1, Jakarta : EGC Lanywati, 2007. Insomnia: Gangguan Sulit Tidur, Yogyakarta: Kanisius. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Lumbantobing, 2008. Gangguan Tidur. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Lusiana, Andriyani dan Megasari, 2015. Buku Ajar Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta. Deepublishing Molika, 2015. 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan & Melahirkan. Jakarta : Lembar Langit Indonesia Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Nugroho, 2010. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC Nursalam, 2008. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika Pantikawati, 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Muha Medika. Prasadja, 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: PT. Mizan Utama. Putra, 2011. Tidur Normal dan Gangguan Tidur. Dalam: Kusuma W editor). Sinapsis Psikiatri. Jilid 2. Tanggerang: Binarupa Aksara. Rafknoledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, Jakarta: PT. Elex. Media Komputindo. Ratna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra. Cendikia. Saifudin, 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC. Stuart, 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta, EGC. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta Tim Penyusun, 2007. Modul Praktikum Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung. Prodi Manajemen S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen Uliyah & Hidayat, 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan Edisi 2”. Jakarta : EGC Videbeck, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Wallance dan Grossman, 2008. Using the Berlin Questionnaire to Identify Patients at Risk for The Sleep Apnea Syndrome. Ann Intern Med. 131: 458-91. Widianti dan Saryono, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Nuhamedika Widuri, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur). Yogyakarta : Penerbit Gosyen Publishing Winkjosastro, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran