suksesi negara - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG SUKSESI NEGARA
A. Negara dan Suksesi Negara
1. Pengertian Negara
Negara merupakan subyek hukum yang terpenting (par excelence),
dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya. Sebagai subyek
hukum internasional negara memiliki hak-hak dan kewajiban menurut hukum
internasional.
14
Negara adalah subyek hukum ekonomi internasional yang
utama. 15
Fenwick sebagaimana dikutip oleh Huala Adolf mendefinisikan sebagai
suatu masyarakat politik yang diorganisir secara tetap, menduduki suatu daerah
tertentu dan hidup dalam batas-batas daerah tersebut, bebas dari pengawasan
negara lain, sehingga dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka
bumi”. 16
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik dan telah
demikian halnya sejak lahirnya hukum internasional. Bahkan hingga sekarangpun
masih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakikatnya adalah
hukum antar negara. 17
Negara adalah subjek hukum yang paling utama, terpenting dan memiliki
14
Huala Adolf, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, hal. 1.
15
Huala Adolf, 2003, Hukum Ekonomi Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.
62
16
Ibid., hal. 1-2.
17
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op.Cit., hal. 98.
14
Universitas Sumatera Utara
kewenangan terbesar sebagai subjek hukum internasional. Negara memiliki semua
kecakapan hukum. 18
Berdasarkan definisi mengenai negara seperti yang telah dikemukakan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat dikatakan sebagai sebuah negara
haruslah memenuhi 4 unsur yaitu:
a. Penduduk yang tetap.
b. Wilayah tertentu.
c. Pemerintah.
d. Kedaulatan. 19
Untuk lebih memperjelas permasalahan mengenai pengertian negara ini,
ada baiknya mengenai keempat unsur dari negara seperti yang telah disebut di atas
diuraikan yaitu:
a. Rakyat.
Dalam suatu negara mutlak harus ada rakyatnya. Rakyat yaitu
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu perasaan dan
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.Rakyat merupakan
unsur yang utama berdirinya suatu negara, karena rakyatlah yang
pertama memiliki kehendak untuk mendirikan negara, melindunginya
serta mempertahankan kelangsungan berdirinya negara.
b. Wilayah.
Wilayah dalam suatu negara adalah tempat bagi rakyat untuk
menjalani kehidupannya. Bagi pemerintah merupakan tempat untuk
mengatur dan menjalankan pemerintahan. Wilayah suatu negara terdiri
dari wilayah darat, laut, udara dan dasar laut dan tanah dibawahnya.
c. Pemerintahan yang berdaulat.
Pemerintahan dalam arti luas yaitu seluruh lembaga negara yang terdiri
dari lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintahan dalam
arti sempit yaitu kekuasaan eksekutif yang terdiri dari Presiden, Wakil
Presiden Dan Menteri-Menteri. Pemerintah yang berdaulat yaitu
pemerintah yang syah yang diberi wewenang oleh rakyat sebagai
pemegang kedaulatan berdasarkan undang-undang.
18
Sefriani, Op.Cit., hal. 103.
Boer Mauna, 2001, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, Bandung: Alumni, hal. 17.
19
Universitas Sumatera Utara
d. Pengakuan dari negara lain.
Suatu negara syah berdiri manakala ada pengakuan dari negara lain,
baik secara de facto maupun secara de yure. Pengakuan secara nyata
(de facto) memang telah berdiri, mendapat banyak dukungan dari
negara internasional. Pengakuan secara de yure maknanya secara
hukum international telah memenuhi syarat untuk berdiri sebuah
negara. Misalnya Negara Republik Indonesia secara de facto telah
berdiri sejak tanggal 17 Agustus 1945, sedangkan secara de yure
berdiri sejak taggal 18 Agustus 1945. 20
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat diambil
pengertian bahwa suatu daerah baru dapat dimasukkan kedalam kategori negara
apabila telah memenuhi keempat unsur, seperti yang telah diijelaskan di atas.
Sementara itu secara yuridis ada dikenal kategori mengenai timbulnya
negara yaitu :
a. Pembentukan negara di atas daerah yang belum diduduki contohnya :
Transvaal (1837), Liberia (1847), dan konggo (1876).
b. Pembentukan negara didaerah dimana telah berjalan kekuasaan dari lain
negara. 21
Dengan cara ini ada 2 kemungkinan yaitu :
a. Pernyataan merdeka dari sebagian wilayah negara, dari suatu daerah
mendapat atau trust. Contoh : Indonesia dari Nederland, India, Pakistan dan
Birma dari Inggris, Philipina dari Amerika Serikat.
b. Pembentukan negara diatas daerah suatu negara yang tenggelam. Contoh :
Colombia tahun 1837 pecah menjadi negara-negara Venezuela, Equator dan
Colombia sehabis perang dunia I kerajaan Danau pecah menjadi Hongoria
20
Shvoong.com, “Syarat Berdiri Suatu Negara”, http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2160638-syarat-berdiri-suatu-negara/, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.
21
Junaidi Syahputra, “Kedudukan GSO (Geo Stasioner Orbit) Dan Implikasinya
Terhadap Suatu Negara”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003, hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
yang menganggap dirinya lanjutan dari negara lama, Chechoslovakia yang
menganggap dirinya negara baru dan Austira yang menganggap pula dirinya
sebagai negara baru. Negara Serikat Soviet yang menyatakan dirinya bukan
lanjutan dari kerajaan Rusia, Pendirian mana banyak ditentang oleh lain-lain
negara. 22
Berangkat dari uraian-uraian yang dikemukakan di atas dapat dikatakan
bahwa kesamaan titik pandang diantara para sarjana tersebut bahwa untuk suatu
eksistensi dari negara disyaratkan oleh hukum internasional, adanya suatu wilayah
tertentu dipermukaan bumi yang didiami oleh bangsa yang menjadi penduduk
tetap.
Ideologi yang dianut suatu Negara akan banyak mempengaruhi fungsi yang
harus dilaksanakan oleh Negara tersebut. Oleh karena itu, lahirlah beberapa teori
fungsi Negara, antara lain: 23
1. Teori Individualisme: suatu paham yang menempatkan kepentingan individu
sebagai pusat perhatian dalam berbagai hal, sehingga individualism lebih
menekankan pada kebebasan perseorangan, baik dalam bidang politik maupun
ekonomi.
Menurut paham ini konsep Negara hanyalah sebagai pemelihara dan penjaga
ketertiban serta keamanan individu dan masyarakat. Negara tidak perlu turut
campur dalam urusan di luar hal-hal yang berkaitan dengan ketertiban dan
keamanan. Dalam hal ini Negara bersifat pasif, dan baru aktif atau bertindak
22
Ibid.
White Lilies Nawulan, “Teori Terbentuknya Negara Serta Hubungan Negara Dan
Warga Negara”, http://yanawulan.blogspot.com/2012/03/teori-terbentuknya-negara-serta.html,
Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.
23
Universitas Sumatera Utara
apabila ada pelanggaran terhadap individu dan masyarakat. Fungsi Negara
menurut paham individualisme sering pula disebut sebagai penjaga malam.
2. Teori Sosialisme: sebagai semua gerakan sosial yang menghendaki campur
tangan pemerintah yang seluas mungkin dalam bidang perekonomian.
Menurut paham ini semua alat-alat produksi harus dikuasai bersama. Negara
harus
turut
campur
tangan
dalam
bidang
perekonomian
untuk
mensejahterakan umat manusia. Sosialisme menganggap Negara sebagai
organisasi yang mewujudkan cita-cita sosialistis. Negara dipandang pula
sebagai faktor positif dalam menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat.
Dalam masyarakat atau Negara sosialisme, hak milik perseorangan diakui
tetapi dalam batas-batas tertentu. Atas dasar itu sosialisme berpandangan
bahwa fungsi Negara bukan hanya sebagai pemelihara ketertiban dan
keamanan (penjaga malam), tetapi harus diperluas sedemikian rupa hingga
tiada lagi aktivitas sosial yang tidak diselenggarakan oleh negara. Semua
aktivitas Negara ditujukan pada pemenuhan kesejahteraan bersama.
3. Teori Komunisme: salah satu bentuk ajaran sosialisme yang diajarkan oleh
peletak dasarnya Karl Marx, dengan bantuan Friedrich Engels, dan pertama
kali dipraktekkan oleh Lenin di Rusia pada 1917.
Hak milik perseorangan atas segala macam alat produksi dan capital dalam
masyarakat/ Negara komunis tidak diakui. Dalam masyarakat/ Negara
tersebut, semua alat produksi dan capital dimiliki oleh Negara. Bahkan semua
benda lainnya yang tidak termasuk alat produksi dijadikan milik bersama atau
milik Negara. Menurut ajaran komunis dalam masyarakat selalu terdapat dua
Universitas Sumatera Utara
kelas, yaitu kelas pemilik alat produksi dan kelas bukan pemilik alat produksi.
Atas dasar hal tersebut, fungsi Negara menurut komunisme adalah sebagai alat
pemaksa oleh kelas pemilik alat produksi terhadap kelas lainnya sebagai
upaya untuk mempertahankan alat produksi yang dimilikinya.
4. Teori Anarkisme: suatu paham yang menolak adanya pemerintahan. Mereka
menginginkan masyarakat yang bebas tanpa organisasi paksaan. Paham ini
didasarkan pada anggapan bahwa secara kodrat manusia itu adalah baik dan
bijaksana.
Kaum anarkis berpendapat bahwa manusia tidak memerlukan negara dan
pemerintah yang dilengkapi dengan alat-alat paksaan untuk menjamin
ketertiban dan keamanan masyarakat. Sedangkan fungsi-fungsi Negara dan
pemerintah dapat dilaksanakan pula oleh kelompok atau perhimpunan yang
dibentuk secara sukarela, tanpa alat-alat paksaan, tanpa polisi, dan terutama
tanpa hukum serta pengadilan.
Sebagaimana diterangkan bahwa wilayah suatu negara meliputi :
a. Wilayah darat
b. Wilayah perairan
c. Wilayah udara.
ad. a. Wilayah Darat
Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yang merupakan tempat
permukiman atau kediaman dari warga negara atau penduduk negara yang
bersangkutan. Di wilayah daratan itu jugalah pemerintah negara melaksanakan
dan mengendalikan segala kegiatan pemerintahan. Antara wilayah daratan negara
Universitas Sumatera Utara
yang satu dengan negara yang lain haruslah tegas batas-batasnya. 24
ad. b. Wilayah Perairan
Wilayah perairan atau disebut juga perairan teritorial adalah bagian
perairan yang merupakan wilayah suatu negara. Ini berarti bahwa di samping
perairan yang tunduk pada kedaulatan negara karena merupakan bagian
wilayahnya ada pula bagian perairan yang berada di luar wilayahnya atau tidak
tunduk pada kedaulatan negara. Perairan seperti ini misalnya adalah laut lepas
(high sea). 25
Untuk lebih memperjelasnya bahwa wilayah perairan ini maka akan
dibahas secara terperinci mengenai bagian-bagian yang termasuk wilayah perairan
suatu negara yaitu sungai, dimana apabila suatu sungai seluruhnya dari mata air
kehulu sampai ke hilir dan muaranya berada di bawah wilayah suatu negara, maka
sungai itu termasuk ke dalam wilayah dimana sungai itu berada. Akan tetapi ada
sungai yang tidak berada di suatu wilayah negara saja, tetapi mengalir melewati
beberapa negara. Jika suatu sungai mengalir melalui beberapa negara, maka setiap
negara menguasai bagian sungai yang mengalir melalui wilayahnya. 26
Sehingga
sungai-sungai
itu
dapat
juga
disebut
sebagai
sungai
internasional. Misalnya Sungai Rijn dan Maas di Eropa Barat, Donow di Eropa
Timur serta Sungai Nil di Afrika.
Sungai internasional ini banyak terdapat perbedaan pendapat diantara para
24
Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum
Internasional.Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 12.
25
Ibid. hal. 24.
26
Junaidi Syahputra,, Op.Cit, hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
sarjana tentang apakah semua negara berhak menggunakan sungai itu. Grotius dan
beberapa sarjana hukum internasional lain berpendapat bahwa semua negara
berhak menggunakan sungai-sungai internasional itu, tetapi pendapat itu tidak
pernah diterima umum dalam praktek dan juga tidak merupakan azas hukum
kebiasaan internasional”. 27
Ketidaksamaan pendapat diantara para sarjana internasional ini juga terjadi
dalam hal penafsiran mengenai luas hak kebebasan navigasi di sungai
internasional tersebut.
1) Ada yang menyatakan bahwa hal itu hanya berlaku dalam waktu damai.
2) Hanya negara-negara yang wilayahnya dilalui sungai internasional itu berhak
melayari
sungai.
Mahkamah
Internasional
Permanet
menandaskan
Persekutuan Kepentingan (Community of Interest) dari negara-negara yang
berbatas dengan sungai dalam perkara River Order Cas (P.C.I.J. 1929).
3) Kebebasan melayari sungai tidak terbatas, namun setiap negara takluk pada
aturan-aturan mengenai pemakaian sungai yang ditentukan oleh negara yang
dilalui sungai. 28
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat sub
b lah yang paling baik, dengan demikian negara-negara yang berada di bagian
hulu sungai itu tidak terhalang untuk menuju atau mencapai lautan. Hal ini juga
dikatakan oleh Starke sebagaimana dikutip oleh Huala Adolf, bahwa pandangan
kelompok kedualah yang dapat diterima dan masuk akal. Alasannya, yaitu bahwa
27
28
Ibid, hal. 26.
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
negara-negara yang berada di bagian hulu sungai seyogyanya tidak boleh
dihalangi untuk melewati sungai itu menuju laut. 29
Tetapi untuk kebebasan pelayaran di sungai-sungai internasional
seluruhnya ditetapkan dalam traktat-traktat di mulai dengan traktat Paris 1814
dan dalam Konvensi 1922 Statuta Definitif Danube disetujui serta dibentuk dua
komisi, masing-masing untuk mengatur pelayaran disebelah atas dan bawah
sungai Danube.
Selanjutnya mengenai selat dasar-dasar yang dipakai adalah sama dengan
dasar-dasar umum yang berlaku untuk perairan teritorial. Selat yang lebarnya
kurang dari 6 mil adalah teritorial, dan apabila selat itu memisahkan dua negara
maka garis pemisah terletak di tengah-tengah selat tersebut. Apabila lebar dari
selat itu lebih 6 mil maka aturan yang dipakai adalah aturan-aturan untuk laut
terbuka
Dalam hal ini ada pengecualian yaitu Selat Juan de Fuka yang mempunyai
lebar kira-kira 15 mil dianggap sebagai daerah teritorial, dan selain ini
memisahkan Kanada dan Amerika Serikat.
Perlintasan inoffrensife mengenai selat yang merupakan perairan
internasional diperkenankan baik bagi kapal niaga maupun bagi kapal-kapal
perang asing. Selat yang menghubungkan dua bagian lautan adalah perairan
internasional, di samping penggunaannya bagi pelayaran internasional. Selat yang
menghubungkan laut lepas dengan teluk teritorial, contoh : Selat Juan De Fuca
tidak dianggap sebagai perairan internasional. Beberapa selat secara istimewa
29
Huala Adolf, Op.Cit., hal. 143.
Universitas Sumatera Utara
takluk pada aturan-aturan setempat, seperti Selat Bosphorus dan Dardanella sesuai
Montreux Stzaits Convention, 1936. Konvensi ini berusaha mempertemukan
kepentingan-kepentingan negara pantai seperti Turki, dengan negara-negara
maritim asing. Azas umum yang disetujui dalam konvensi itu ialah bahwa
kebebasan pelayaran diperkenankan bagi semua kapal niaga baik diwaktu damai
maupun di waktu perang, dan harus tunduk atas hak-hak Turki untuk melarang
kapal-kapal negara yang berperang dengan Turki. Juga terdapat ketentuanketentuan khusus bagi perlintasan kapal perang asing, misalnya pembatasan
Tonase dan sebagainya “.
Mengenai danau, semua ahli-ahli hukum internasional berpendapat bahwa
danau yang terletak dalam batas-batas wilayah suatu negara adalah merupakan
wilayah perairan dari negara tersebut.
Wilayah perairan yang lain adalah teluk, dimana keadaan hukum dari pada
teluk ini sejak lama telah menjadi persoalan. Sejak dahulu kala Inggeris menuntut
kekuasaan teritorial atas teluk-teluknya di pantai Inggeris dan Scotlandia,
terhitung dari tanjung sampai tanjung. Tuntutan ini akhirnya dilepaskan. Pendapat
sekarang adalah bahwa teluk dapat dipandang sebagai perairan teritorial. Artinya
perairan dalam, jika negara yang bersangkutan melaksanakan kekuasaan di
seluruh pantainya sedang lebarnya tempat masuk tidak melebihi sesuatu angka.
Inilah yang menjadi persoalan. Umumnya orang mengambil sebagai minimum,
jika ini lebih dari 6 mil maka ada aliran yang mengatakan bahwa teluk itu adalah
perairan teritorial jika pintu masuk dapat dikuasai oleh meriam-meriam yang
ditempatkan di kanan kirinya, pendapat ini sudah tentu tidak dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
Pendirian sekarang yang dianut ialah maximal 10 mil, pendirian mana diterima
juga oleh Komisi ke II dari Konfrensi Kodifikasi (1930). Jika lebarnya lebih dari
10 mil, tetapi dimukanya ada pulau-pulau sehingga jarak antara pulau-pulau dan
pantai tidak melebihi 10 mil maka teluk itu dianggap juga perairan teritorial.
Pengukuran garis pangkal teluk, tergantung pada jenis teluk bersangkutan.
Terkait dengan hal ini, ada beberapa macam teluk, yaitu:5
a. Teluk yang seluruh tepinya berada di bawah kedaulatan satu negara.
Menurut Konvensi Jenewa 1958 tentang Laut Wilayah, teluk adalah
suatu lekukan pantai yang lebih dari setengah lingkaran garis
tengahnya adalah garis lurus yang ditarik melintasi mulutnya (pasal 7
(2)). Jika lebar mulutnya melebihi 24 mil, maka dapat ditarik garis
pangkal lurus dari garis mulut teluk tersebut, dan perairan yang terletak
di sebelah garis pantai dari garis pangkal lurus adalah perairan
pedalaman, dan laut wilayah dapat ditarik dari garis pangkal lurus
tersebut ke arah laut.
b. Teluk yang tepi-tepinya dimiliki oleh beberapa negara
Teluk jenis ini tidak diatur dalam Konvensi Jenewa 1958 tetapi diatur
oleh hokum kebiasaan internasional. Berdasarkan ketentuan hokum
kebiasaan ini, garis pangkal untuk penentuan laut wilayah diteluk
tersebut biasanya mengikuti arah lekukan pantai kecuali ada
perjanjian-perjanjian lain di antara negara-negara pemilik teluk
tersebut.
c. Teluk Sejarah (historical bays)
Dalam kasus teluk sejarah, ketentuan batas maksimal 24 mil tidak
berlaku. Dalam hal ini beraapun lebar mulut telluk tersebut (kadangkadang lebih dari 100 mil) dianggap sebagai milik negara pantai
bersangkutan jika menurut sejarah negara pantai ini telah
memperlakukan teluk sebagai miliknya, atau diletakkan di bawah
kedaulatannya dan telah melaksanakan kedaulatannya secar efektif. Di
antara teluk-teluk sejarah yang terkenal adalah: Chesapeake Bay dan
Delaware Bay di Amerika Serikat, Peter the Great Bay (dekat
Vladivostok di Rusia, Pohay Bay (RRC), Spencer Bay, Shark Bay dan
Vincent Bay (Australia). 30
30
Supardan's Blog, “Hukum Laut Internasional dan Perkembangannya”, Melalui
http://supardanmansyur.blogspot.com/2011/09/hukum-laut-internasional-dan.html,
Diakses
tanggal 28 Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Mahkamah Internasional ini jelas kelihatan bahwa teluk harus
berada di bawah kekuasaan negara pantai karena berdasarkan pertimbanganpertimbangan intgritas nasional ataupun perdagangan. Hal ini menentukan konsep
teluk-teluk historis yaitu teluk-teluk yang sudah sejak lama dianggap sebagai
wilayah teritorial dari suatu negara dan diakui oleh negara-negara lainnya.
Di samping hal-hal tersebut di atas terdapat lagi suatu wilayah yang
merupakan wilayah perairan suatu negara, wilayah ini disebut dengan laut
teritorial yaitu daerah laut dengan luas yang tertentu dan berbatasan langsung
dengan daratan.
Mengenai luas dari laut teritorial banyak terjadi ketidaksamaan pandangan
di antara negara-negara. Pada mulanya banyak negara-negara yang mengkalim
jarak 3 mil di hitung dari garis pantai menjadi wilayah teritorialnya. Jarak 3 mil
ini berasal dari sarjana hukum internasional bahwa negara-negara pantai hanya
dapat menguasai perairan sejauh tembakan meriam, dan jatuhnya tembakan
meriam pada waktu itu hanya berkisar 3 mil.
Pendapat ini sekarang tidak diikuti lagi oleh banyak negara disebabkan
oleh perkembangan kemajuan teknologi. Indonesia pada saat sekarang ini
mengkalim jarak 12 mil dan ini diakui oleh Konvensi Hukum Laut III Tahun 1982
yang dalam Pasal 3 dari Konvensi tersebut menyatakan bahwa setiap negara
berhak untuk menetapkan lebar laut teritorialnya sampai suatu batas yang tidak
melebihi 12 mil.
Apabila kita perhatikan redaksi Pasal 3 ini maka terlihatlah bahwa pasal
ini bukanlah bermaksud menetapkan batas laut teritorial yaitu 12 mil atau kurang
Universitas Sumatera Utara
dari 12 mil, tetapi maksimum adalah 12 mil. Walaupun demikian setidaknya telah
terdapat kepastian hukum mengenai lebar laut teritorial ini sehingga telah
mempunyai kekuatan secara hukum internasional.
Selanjutnya disamping laut teritorial ini juga termasuk menjadi wilayah
dari suatu negara tanah yang berada dibawah laut yaitu Continental Shelf
(landasan benua). Yang dimaksud dengan Continental Shelf ini adalah lanjutan
dari daerah Continental dibawah laut sampai pinggir Continental plateau. Karena
batas ini tidak sama di bawah permukaan air maka umumnya dalamnya diambil
rata-rata 200m di bawah permukaan air.
Mengenai batas dari Continental Shelf ini oleh konvensi laut yang ke 3
telah ditetapkan bahwa Continental Shelf tidak lagi diukur berdasarkan kedalaman
yaitu 200 mil seperti yang diatur oleh Konvensi Hukum Laut II tahun 1954, akan
tetapi diukur sejauh 200 mil dan boleh jauh lagi akan tetapi tidak boleh melebihi
batas 350 mil (Pasal 76 ayat 6). Dengan demikian pengukurannya tidak lagi
berdasarkan kedalaman akan tetapi berdasarkan jarak dari pinggir pantai.
Dengan
memperhatikan
penjelasan-penjelasan
seperti
yang
telah
dikemukakan diatas, maka secara yuridis laut dapat dilihat secara horizontal dan
secara vertikal. Jika laut dilihat secara horizontal, yaitu dengan menganalisa dari
darat secara mendatar sampai ketengah laut, maka kedudukan dari hukum laut
tersebut dapatlah dibagi menjadi Perairan perdalaman (Internal Waters), laut
wilayah (teritorial Seas), dan laut bebas (high seas). Sebaliknya jika laut tersebut
dianalisa secara vertikal, maka kedudukan hukumnya dapatlah dibicarakan dari
segi: udaranya (air space), airnya (water colomn) dan daerah dasar laut dan tanah
Universitas Sumatera Utara
dibawahnya (Seabed and subsoil).
Perlunya pembagian tersebut untuk lebih menentukan wilayah perairan
suatu negara dan hubungannya dengan batas-batas serta yuridiksi suatu negara
terhadap wilayahnya. Sebagaimana diketahui bahwa pengertian perairan
pedalaman ini termasuk pula danau-danau, sungai-sungai, teluk-teluk, dan laut
pedalaman yaitu laut-laut yang menjadi terkurung oleh selat-selat tersebut.
Sedangkan laut wilayah adalah lajur laut yang terletak disebelah luar dari perairan
pedalaman.
ad. c. Wilayah Udara.
Wilayah udara suatu negara adalah ruang udara yang ada di atas wilayah
daratan, wilayah laut pedalaman, laut teritorial dan juga wilayah laut negara
kepulauan. Kedaulatan negara di ruang udaranya berdasarkan adagium Romawi
adalah sampai ketinggian tidak terbatas (cujus est olum eust ad coelum). Prinsip
sampai ketinggian tidak terbatas ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi seiring
dengan kemajuan teknologi seperti peluncuran dan penempatan satelit di ruang
angkasa. Peluncuran pesawat ruang angkasa yang melintasi ruang udara suatu
negara tidak pernah minta izin dari negara yang bersangkutan demikian pula
penempatannya pada orbit tertentu. Namun demikian sampai pada ketinggian
berapa kedaulatan negara atas ruang udaranya belum ada kesepakatan. 31
Di atas kapal-kapal atau di tempat-tempat perwakilan diplomatik tersebut
berlaku hukum dari negar yang memiliki kapal atau daerah perwakilan diplomatik
31
Sefriani, Op.Cit, hal. 224.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dan ditempat itu negara-negara itu bebas mengibarkan benderanya
sebagai lambang dari kedaulatannya ditempat tersebut.
Seperti telah diuraikan diatas yang termasuk wilayah suatu negara terdiri
dari wilayah darat, wilayah perairan dan wilayah udara. Walaupun demikian
tindakan semua negara memiliki ketiga unsur tersebut, misalnya ada negara yang
tidak mempunyai wilayah perairan yang disebut dengan “Landlocket Countries”,
seperti antara lain : Cekoslovakia, Hongaria,Laos, Loxembourg, San Marino,
Swiss, Bolovia dan lainnya.
Wilayah selain berfungsi sebagai unsur yang essensial dari suatu negara,
juga dapat berfungsi sebagai tapal batas dengan negara lain. Tapal batas ini
merupkan
salah satu manifestasi penting dalam kedaulatan teritorial negara,
“perbatasan bukan hanya suatu garis imagener dipermukaan bumi melainkan
suatu garis yang memisahkan satu daerah lainnya”.
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa pada hakekatnya garis perbatasan,
merupakan tempat kedudukan (BLD. Meetkundige plaatsen) dari pada titiktitik yang memisahkan suatu wilayah kedalam dua rejim hukum yang
berbeda. Perbatasan mempunyai sifat ganda, artinya bahwa garis batas
mengukat dua belah pihak pada sebelah menyebelah perbatasan. Perubahan
atas garis batas akan mempengaruhi sekaligus dua pihak, oleh karenanya
garis batas adalah milik bersama (Res Comunis). 32
Penjelasan yang telah dikemukakan diatas terlihat betapa pentingnya
penentuan tapal batas diantara negara-negara karena perbatasan itu memisahkan
suatu kedalam rejin-rejin hukum yang berbeda maka unsur terpenting dalam
menentukan tapal batas adalah kepastian hukum. Kepastian hukum ini memcakup
dua hal yakni peraturannya serta kedudukan fisik dari pada tapal batas tersebut
32
Junaidi Syahputra, Op.Cit, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
yaitu jelas tegas (tidak meragukan) serta dapat di ukur.
Keragu-raguan terhadap suatu tapal batas dapat terjadi karena dua hal
yaitu tidak tegangnya isi perjanjian yang dengan kenyataan dilapangan, ini dapat
menyebabkan munculnya berbagai masalah dikemudian dari.
Wilayah teritorial perbatasan merupakan manivestasi dari kedaulatan suatu
wilayah, baik itu wilayah negara, maupun wilayah yang cakupannya lebih sempit.
Karena pada dasarnya, eksistensi suatu wilayah teritorial dapat ditunjukkan
dengan
bagaimana
negara
wilayah
tersebut
menata
dan
mengelola
perbatasannya 33.
Menurut pendapat ahli geografi pengertian perbatasan dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu boundaries dan frontier. Kedua definisi ini mempunyai arti
dan makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai
nilai yang strategis bagi kedaulatan wilayah negara. Perbatasan disebut frontier
karena posisinya yang terletak di depan (front) atau di belakang (hinterland) dari
suatu negara. 34
Mengingat betapa pentingnya penentuan garis perbatasan ini dalam hukum
internasional ada dikenal dalam dua bentuk perbatasan yaitu perbatasan “alam”
dan perbatasan buatan. Yang dimaksud dengan perbatasan alam ialah terdiri
dari pegunungan-pegunungan, sungai, pantai, hutan, danau dan gurun pasir. dalam
arti politis “perbatasan alam” luas maknanya yaitu sebagai garis yang ditentukan
oleh alam, garis mana memperluas atau membatasi kedaulatan negara.
33
Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum
Internasional.Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 68.
34
Ibid., hal. 63.
Universitas Sumatera Utara
Perbatasan buatan dapat terdiri dari tanda-tanda yang diadakan dengan
sengaja untuk menunjukkan garis perbatasan yang imaginer atau dengan garis
bujur atau dengan garis lintang.
Selanjutnya bagaimana menentukan garis yang membatasi atau garis batas
yang membagi suatu negara dengan negara lain, misalnya garis batas itu sungai
dalam Traktat perdamaian 1919-1920 telah ditentukan bahwa wilayah itu tidak
dapat dilayari, maka garis perbatasan terletak ditengah sungai atau pada
pembengkokan utama sungai jika bengkokan itu meliputi kedua tepi sungai.
Namun sebaliknya jika sungai dapat dilayari, maka garis perbatasan terletak pada
garis tengah dari saluran yang paling dalam yang dapat dilayari, secara teknis
disebut Thalweg. Thalweg secara linguistik berasal dari bahasa Jerman, Thal
berarti lembah atau valley sedang weg berarti jalan, sedang Thalweg kurang lebih
berarti jalan lembah. 35
Kaedah Hukum Thalweg ini dalam praktek telah dipergunakan dalam
perjanjian perbatasan antara Belanda dan Inggeris pada tahun 1895 di daratan
Irian yang telah dipertegas oleh perjanjian perbetasan Indonesia – Papua New
Guinea pada tahun 1973, yang melibatkan sungai Fli. Dalam perjanjian 1895
disebutkan From that point the water way (Thalweg) of the fly river forms the
boundary. Menurut perjanjian tahun 1973 “ to the point of the most : northerly
inter section with the waterway (Thalweg) the fly river. Kemudian kaedah hukum
Thalweg ini juga dipergunakan dalam perjanjian perbatasan antara Amerika
dengan Canada pada tahun 1908 yang melibatkan Sungai St, Croix. Perjanjian
35
Junaidi Syahputra, Op.Cit., hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian perbatasan tersebut menyebutkan : “ The line should follow the centre
of the main channel of Thalweg as naturally existing“.
Danau dan perairan-perairan tertutup oleh darat, maka garis perbatasan
bergantung pada bentuk dan penggunaan danau dan perairan itu. Dan penggunaan
danau dan perairan itu. Dan pada umumnya garis tengah menjadi garis perbatasan.
Kemudian apabila perbatasan itu merupakan perbatasan buatan, seperti
misalnya perbatasan antara Republik Indonesia dengan Kalimantan Utara, maka
garis yang membatasi kedua negara itu adalah tanda-tanda berupa pancangpancang.
Dalam menentukan garis perbatasan ini sering kali terjadi persengketaanpersengketaan internasional, hal ini disebabkan karena atau bersumber pada
keadaan tapal batas yang tidak jelas yang diakibatkan peninggalan pemerintah
kolonial. Misalnya sengketa perbatasan India dan RRC terjadi karena yang
tersebut belakangan tidak menerima garis MC. Mahon yang ditetapkan dalam
perjanjian SIMLA sebagai penyelesaian final. USSR dan RRC bersengketa karena
tidak ada kesepakatan tentang batas alam yang ditetapkan (Sungai Ussuri).
Sengketa antara Kamboja dan Muangthai diselesaikan oleh Mahkamah
Internasional dalam keputusannya mengenai Perkara Candi Preah Vihar. 36
Selain itu apabila suatu negara mempunyai wilayah laut bagaimana cara
menentukan garis perbatasannya dengan negara lain. Seperti yang telah
dikemukakan bahwa kedudukan hukum dari wilayah laut tersebut dapat dibagi
menjadi perairan pedalaman (internal waters), laut wilayah (teritorial seas) dan
36
Ibid., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
laut bebas. Mengenai perairan pedalaman termasuk pula danau-danau, sungaisungai, teluk-teluk. Untuk menentukan tapal batas wilayah suatu negara adalah
garis tengahnya, dan mengenai laut wilayahnya adalah di dalam Konvensi Jenewa
1958 tidak ditetapkan berapa lebar laut wilayah dari suatu negara. Tetapi ada
ketentaun pasal dari kovensi itu, laut wilayah ini dapat diukur dari garis air rendah
di sepanjang pantai ataupun dari garis-garis dasar yang lurus (straight baseline)
yang ditarik dengan cara-cara yang telah ditentukan tersebut.
Sementara itu dengan telah disetujuinya Konvensi Hukum Laut III Tahun
1982, maka dengan sendirinya mengenai ketentuan-ketentuan dalam bidang
hukum laut konvensi inilah yang dipergunakan, dimana untuk mengatur garis
pangkal laut teritorial ini ditetapkan dengan dua cara yaitu :
a. Dengan normal baseline yang diatur dalam Pasal 5 yaitu lebar laut teritorial itu
dikur dari garis air di waktu surut.
b. Dengan cara straight baseline yang diatur dalam Pasal 7 yaitu garis pangkal
lurus yang menghubungkan dua titik dari ujung ke ujung, sebagai cara
penarikan garis pangkal yang dapat dilakukan dalam keadaan tertentu.
2. Suksesi Negara
Suksesi Negara didefinisikan sebagai Pengalihan hak-hak dan kewajibankewajiban negara-negara yang telah berubah atau kehilangan identitasnya kepada
negara-negara atau kesatuan-kesatuan lain. Suksesi negara terjadi karena adanya
latar belakang yaitu adanya perubahan baik secara keseluruhan atau sebagian
kedaulatan atas bagian-bagian wilayahnya negara yang bersangkutan. Jadi,
Suksesi negara ini berawal dari adanya kondisi perubahan pada negara yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. 37
Menurut Pasal 2 Konvensi Wina mengenai suksesi negara berkaitan
dengan Harta Benda, Arsip-Arsip dan Utang-Utang negara tanggal 7 April 1983,
Suksesi negara Didefinisikan sebagai “Penggantian kedudukan satu negara oleh
negara lainnya dalam hal tanggung jawab bagi hubungan-hubungan internasional
wilayah itu”. 38
Suksesi Pemerintahan lebih cenderung berdasarkan permasalahanpermasalahan internal. Secara garis besar pengertian Suksesi negara dan suksesi
Pemerintahan tidak jauh berbeda, hanya saja suksesi Pemerintahan, terjadi melaui
proses konstitusional atau proses revolusi. Pemerintah yang baru memegang
kendali pemerintahan.
Persoalan-persoalan Internasional yang berkenaan dengan masalah suksesi
ini adalah sebagai berikut :
a. Sampai sejauh mana hak-hak dan kewajiban negara atau pemerintahan yang
digantikan akan terhapus.
b. Sampai sejauh mana Negara atau Pemerintahan yang diserahi seluruh atau
sebagian kedaulatan tersebut, berhak atas hak-hak atau tunduk pada
kewajiban-kewajiban demikian.
Ada dua cara terjadinya suksesi negara, yakni :
a. Tanpa kekerasan. Dalam hal ini yang terjadi adalah perubahan wilayah secara
damai.
37
38
Misalnya beberapa negara secara sukarela menyatakan bergabung
The Angga Fantasy, Op.Cit.
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dengan suatu negara lain dan menjadi bagian daripadanya. Atau sebaliknya,
suatu negara tanpa melalui kekerasan (misalnya perang saudara) secara
sukarela memecah dirinya menjadi beberapa negara yang masing-masing
berdiri sendiri.
b. Dengan kekerasan. Cara terjadinya suksesi negara yang melalui kekerasan
dapat berupa perang ataupun revolusi.
B. Akibat Suksesi Negara
Suksesi negara biasanya membawa beberapa implikasi yang sering terjadi
dalam masyarakat internasional, yaitu:
1. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara pengganti.
2. Keterikatan negara pengganti pada perjanjian interna­sional maupun kontrak
yang dibuat oleh negara pendahulu dan eksistensi berlakunya perjanjian antara
negara pendahulu dengan negara ketiga;
3. Nasionalitas;
4. Segala sesuatu yang berkaitan dengan hak milik, termasuk dana negara dan
arsip negara;
5. Tanggung jawab negara pengganti atas hutang negara pendahulu. 39
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu bentuk
implikasi dari terjadinya suksesi negara adalah mengenai sejauh mana keterikatan
negara pengganti pada perjanjian internasional maupun kontrak yang dibuat oleh
39
El Hikmah.com, “Timor Gap Treaty 1989 dan Implikasinya bagi Timor Timur”,
http://hanunghisbullahhamda.blogspot.com/2011/04/timor-gap-treaty-1989-danimplikasinya.html, Diakses tanggal 29 Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
negara pendahulu dan eksistensi berlakunya perjanjian antara negara pendahulu
dengan negara ketiga.
Terdapat dua pendapat yang dapat dikemukakan mengenai keterikatan
negara
pengganti
terhadap
kontrak-kontrak
atau
perjanjian-perjanjian
internasional dalam terjadinya suksesi negara.
1. Kewajiban-kewajiban kontraktual dengan negara ketiga atau dengan warga
negara sendiri, seperti konsesi untuk tambang atau kereta api pada umumnya
diterima negara pengganti.
2. Negara pengganti dapat mengahapuskan atau mengubah kewajibannya
terhadap kontrak tersebut dengan memperhitungkan hak ganti rugi bagi
pemilik konsesi. 40
Berbeda dengan itu, Boer Mauna mengemukakan pendapatnya dengan
mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang mencerminkan prinsip-prinsip yang
berlaku dalam hukum kebiasaan dan ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam
konvensi.
1. Menurut
hukum
kebiasaan
internasional;
bahwa
di
dalam
praktek
internasional telah diterima sebuah prinsip tidak dapat dipindahkannya
perjanjian-perjanjian politik, seperti perjanjian-perjanjian aliansi militer,
konvensi-konvensi mengenai status netralitas atau mengenai bantuan timbal
balik dua negara. Dengan kata lain, perjanjian atau kontrak politik yang telah
dibuat oleh negara lama dengan negara lain tidak beralih kepada negara baru
karena
40
terjadinya
suksesi
negara.
Sebaliknya,
sejumlah
perjanjian
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
internasional yang dianggap mempunyai nilai hukum kebiasaan, tetap berlaku
terhadap negara baru. Sebagai contoh perjanjian-perjanjian territorial yang
berkaitan dengan penetapan tapal batas atau jalur komunikasi.
Selain itu, perjanjian-perjanjian yang dibuat untuk kepentingan umum
masarakat internasional, yang biasanya disebut law making treaty dapat
dipindahkan dari negara sebelumnya kepada negara pengganti atau negara
baru.
2. Menurut konvensi Wina 1978 tentang suksesi negara; bahwa pada prinsipnya
konvensi Wina 1978 mengkodifikasikan sebagian besar dari prinsip-prinsip
hukum kebiasaan (vide : Pasal 11 dan 12 Konvensi Wina 1978). Bahwa
pemisahan tidak merubah tapal batas dan status teritorial lainnya. Sebaliknya
Konvensi Wina 1978 memberikan kebebasan kepada negara-negara yang baru
merdeka untuk terikat atau tidak terikat terhadap kewajiban-kewajiban
konvensional yang dibuat oleh negara sebelumnya, dengan lebih memberikan
solusi kepada negara baru untuk tidak terikat pada konvensi-konvensi tersebut.
Dengan demikian maka konvensi-konvensi multilateral secara prinsip tidak
dapat dipindahkan kepada negara baru, kecuali negara baru tersebut
menghendakinya. 41
C. Sekilas Sejarah Timor Leste
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa'e), yang
sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil di sebelah
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga
meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di
Timor Barat. 42
Timor Leste dulu adalah salah satu provinsi di Indonesia, Timor Leste
secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi
Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai
nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.
Adapun sejarah dari Timor Leste adalah:
1. Abad ke-16: Kedatangan kaum Portugis
2. 1902: Pembagian Timor antara kaum Portugis dan Belanda secara definitif
3. 1975: Timor Portugis ditelantarkan Portugal yang dilanda Revolusi Anyelir
4. 1976: Bergabung dengan Indonesia, menjadi Provinsi Timor Timur
5. 1976 - 1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas
6. 1991: Insiden Santa Cruz
7. 1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J.
Habibie
8. 1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro dan anti-kemerdekaan dan
pengungsian warga Timor Timur
9. 2002: Terbentuknya negara Timor Leste
10. 2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut
keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah
42
Wikipedia Indonesia, “Timor Leste”, http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Leste, Diakses
tanggal 28 Pebruari 2014..
Universitas Sumatera Utara
dengan pihak militer. 43
Kepala Negara Republik Timor Leste adalah seorang presiden, yang
dipilih secara langsung dengan masa bakti selama 5 tahun. Meskipun fungsinya
hanya seremonial saja, ia juga memiliki hak veto undang-undang. Perdana
Menteri dipilih dari pemilihan multi partai dan diangkat/ditunjuk dari partai
mayoritas sebuah koalisi mayoritas. Sebagai kepala pemerintahan, Perdana
Menteri mengepalai Dewan Menteri atau Kabinet dalam Kabinet Pemerintahan.
Parlemen Timor Leste hanya terdiri dari satu kamar saja dan disebut
Parlamento Nacional. Anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama lima tahun.
Jumlah kursi di parlemen antara 52 dan 65 tetapi saat ini berjumlah 65. UndangUndang Dasar Timor Leste didasarkan konstitusi Portugal. Angkatan Bersenjata
Timor
Leste
adalah
FALINTIL-FDTL
(F-FDTL),
sedangkan
angkatan
kepolisiannya adalah PNTL (Polícia Nacional Timor-Leste).
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Download