[email protected] www.biomedika.co.id Jl Ciujung 10, Jakarta 10150 T (021) 384 8676, 381 4267 F (021) 381 4267 Jl Arjuna Utara 11, Jakarta 11510 T (021) 568 9942-43 F (021) 564 4904 Jl Raya Bulevar Timur Blok NE-01/66-67 Kelapa Gading Permai, Jakarta 14250 T (021) 450 5322 F (021) 450 7250 Perumahan Citra Garden II Ruko Citra Niaga Blok A 25, Jakarta 11840 T (021) 5437 4586 - 87 F (021) 5437 4794 Ruko Tol Boulevard BSD CITY Blok G No. 10-11, Tangerang 15322 T (021) 5315 8255-56 F (021) 5315 8257 Telah dibuka: Cabang Tangerang Jl A. Yani no. 7 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kotamadya Tangerang 15111 Segera dibuka: Cabang Gading Serpong Jl. Raya Kelapa Dua Ruko Paramount Centre Blok B Kav 3 dan 5 Gading Serpong 15180 Cabang Tubagus Angke Kompleks Permata Kota Blok L no. 3 Jl. Pangeran Tubagus Angke 170 Jakarta Utara 14450 Bekerja sama dengan: PT DIASTIKA BIOTEKINDO Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Thalassemia Thalassemia merupakan penyakit didapat (hereditar) yang diturunkan oleh salah satu atau kedua orang tua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Jika pasangan suami istri adalah pembawa gen Thalassemia, maka kemungkinan 25% anaknya akan menderita Thalassemia, 50% pembawa gen Thalassemia, dan 25% normal. Ayah A Ibu pembawa gen Thalassemia 3. Pada keadaan yang lebih berat akan terjadi perubahan pada wajah yang disebut Fascies Cooley’s. Sumsum tulang pipih merupakan salah satu tempat untuk memproduksi sel darah merah. Pada Thalassemia rongga sumsum pipih memproduksi sel darah merah lebih banyak, sehingga peningkatan sumsum tulang menyebabkan penonjolan dahi, jarak kedua mata menjauh serta tulang pipih menonjol. B pembawa gen Thalassemia A. Splenomegali Limpa yang membesar B. Fascies Cooley’s (Wajah khas Thalassemia) b. Thalassemia β minor atau trait Penderita memberikan gejala anemia ringan kadang tanpa anemia dan cepat lelah. Pada umumnya, kasus ini tidak memberikan gejala sama sekali. c. Thalassemia intermediate Penderita penyakit ini memberikan kondisi diantara mayor dan minor. Penderita penyakit ini biasanyadapat hidup normal, tetapi dalam keadaan tertentu seperti infeksi berat atau kehamilan memerlukan transfusi darah. 3. Setiap 6 – 10 dari 100 orang Indonesia pembawa gen thalassemia β 1 Ada beberapa jenis Thalassemia, yaitu: normal Pembawa gen Penderita Thalassemia Thalassemia Hemoglobin (Hb) merupakan suatu zat di dalam eritrosit (sel darah merah) yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh kita, dan memberi warna merah pada eritrosit. Dalam keadaan normal, hemoglobin terutama mempunyai 2 rantai alfa (α) dan 2 rantai beta (β). Thalassemia terjadi karena kelainan atau perubahan pada gen yang membentuk rantai globin, sehingga produksi rantai globin berkurang atau tidak terbentuk sama sekali. Keadaan ini menyebabkan produksi hemoglobin terganggu dan sel darah merah berumur pendek (dalam keadaan normal akan pecah setelah 120 hari). Thalassemia merupakan salah satu jenis dari penyakit gangguan pembentukan hemoglobin, yang memberikan gejala seperti: 1. Anemia Pada Thalassemia dapat terjadi produksi rantai globin α atau β berkurang atau tidak ada, sehingga hemoglobin yang terbentuk sangat kurang dan menyebabkan anemia. Berlebihnya rantai yang tidak berpasangan menyebabkan sel darah merah mudah dipecahkan oleh limpa. 2. Pembesaran limpa Organ limpa berfungsi membersihkan eritrosit yang rusak dan pembentukan eritrosit pada masa janin. Pembesaran ini terjadi karena kerja limpa yang berlebihan. 1. Thalassemia alfa (α) Terjadi jika adanya kelainan rantai globin α. Thalassemia α terbagi berdasarkan derajat kelainan kinis seperti: a. Silent carriers (delesi 1 gen) Kelainan sangat minimal dan tidak memberikan gejala. Keadaan ini hanya dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium secara molekular. b. Thalassemia α trait (delesi 2 gen) Adanya gejala anemia ringan. c. Penyakit Hb H (delesi 3 gen) Biasanya dideteksi pada usia anak atau dewasa muda dan ditemukan adanya anemia, mata berwarna kuning, serta pembesaran limpa. d. Hydrops fetalis (delesi 4 gen) Biasanya bayi akan langsung meninggal dalam kandungan atau setelah dilahirkan karena kerusakan organ tubuh yang sangat hebat. 2. Thalassemia Beta (β) Terjadi jika adanya kelainan rantai globin β dan paling banyak dijumpai di Indonesia. Thalassemia β terbagi berdasarkan derajat kelainan klinis, seperti: a. Thalassemia β mayor atau dikenal dengan Cooley’s Anemia Untuk mengatasi Thallasemia jenis ini diperlukan tindakan: • Penderita memerlukan transfusi darah secara berkala • Bila penderita mengalami pembesaran limpa (splenomegali) maka harus dilakukan tindakan splenektomi (pengangkatan limpa) • Terapi untuk menghindari penumpukan zat besi karena transfusi berulang • Tindakan transplantasi sumsum tulang adalah yang terbaik Bentuk lain Ada beberapa kelainan hemoglobin lain seperti Hb E, Hb S, dan kombinasi dengan Thalassemia β. Kelainan jenis ini sangat jarang ditemukan di Indonesia. Mengingat jumlah ini cukup besar, maka deteksi dini Thalassemia sangatlah penting, terutama pada individu dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Setelah pemeriksa uji kesehatan (Medical check up) Riwayat keluarga penderita Thalassemia Memberikan gejala Thalassemia Pasangan usia subur Walaupun sudah diberikan terapi zat besi, kadar hemoglobin tidak meningkat Pada pemeriksaan sediaan hapus darah tepi dijumpai kelainan dalam bentuk dan warna eritrosit Pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam menunjang skrining Thalassemia adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hematologi rutin Evaluasi sediaan hapus darah tepi Pemeriksaan retikulosit Ferritin Analisis Hb dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Bila diperlukan pemeriksaan DNA/sitogenetika, khususnya pada prenatal Pustaka 1. Lembaga Eijkman 2. www.the.medical.dictionary.com/thalassemia.htm 3. www.img.tfd.com/mosbycam.htm