OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 KELENGKAPAN PENGISIAN BUKU KIA KIA BOOK FILLING COMPLETENESS Juni Setiawan Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo Email: [email protected] ABSTRAK Pengisian buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang tidak lengkap memberikan dampak tidak terpantaunya KIA serta tidak tercatatnya keadaan ibu dan anak sejak ibu hamil sampai masa nifas dan bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelengkapan pengisian buku KIA di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo.Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi buku KIA anak balita usia 2-5 tahun di posyandu ceria desa perante kecamatan asembagus kabupaten situbondo. Berdasarkan waktunya penelitian ini dikelompokkan dalan penelitian cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan simpel random sampling yang berjumlah 61 Buku KIA.Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang banyak diisi oleh petugas adalah hanya item yang berhubungan dengan pemeriksaan secara langsung.Sehingga perlunya ditingkatkan komunikasi, informasi dan motivasi dari petugas dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang pentingnya pengisian buku KIA secara lengkap. Kata kunci : Buku KIA, Pengisian buku KIA, Posyandu. ABSTRACK Charging books maternal and child health ( MCH ) incomplete give effect unobserved MCH and not carrying state of the mother and child from a pregnant mother to childbirth and baby. The purpose of this study was to determine of descriptive KIA books filling in IHC Ceria Perante Village Subdistrict Asembagus Situbondo . The study design is descriptive with a population of books KIA toddlers aged 2-5 years in IHC Ceria perante Asembagus Situbondo district . By the time this study grouped in crosssectional studies . Data collection techniques using simple random sampling technique 61 MCH handbook . The results showed that the lot is filled by officers only items directly related to the examination so that the need for improved communication, information and motivation of personnel to provide services and information about the importance of KIA books filling. Keywords: Book of MHC, MHC books filling, IHC kandungan sampai berumur 5 tahun (Depkes, 2009). Buku ini merupakan salah satu bentuk upaya peningkatan derajat kesehatan melalui promosi preventif yang dikemas dalam bentuk edukasi, serta monitoring dan kontrol kesehatan ibu dan anak. Sebagai salah satu contoh, upaya deteksi tumbuh kembang didalam penggunaan buku KIA yaitu kartu menuju sehat (KMS) yang digunakan untuk memantau status pertumbuhan anak, dengan KMS gangguan pertumbuhan atau PENDAHULUAN Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dimasyarakat dikenal sebagai buku berwarna pink (merah muda) yang merupakan salah satu instrumen pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diterima langsung oleh ibu dan keluarga. Dalam program prioritas kesehatan ibu dan anak, buku KIA menjadi salah satu program prioritas di Indonesia, dikarenakan fokus pada catatan pelayanan kesehatan dan gizi pada ibu dan perkembangan anak usia dini sejak dalam 40 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Salah satu bentuk tidak terpantaunya status pertumbuhan anak yaitu terjadinya status gizi buruk. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, menunjukkan bahwa 13% balita mengalami gizi kurang dan 4,9% tergolong gizi buruk. Jadi, total angka kekurangan gizi pada balita mencapai 17,9%. Dampak lebih lanjut dari gizi kurang ini, sudah terbukti dengan tingginya persentase anak pendek di Indonesia. Menurut Riskesdas 2010, ternyata 35,7% anak Indonesia tergolong pendek. Tingginya persentase anak pendek pada balita merupakan akibat atau dampak dari kurang gizi. Tetapi sebagian anak justru mengalami kelebihan gizi. Jumlahnya pun hampir setara dengan angka gizi kurang, yaitu 14%. Salah satu faktor yang dapat meminimalisir hal ini adalah dengan mengisi secara lengkap buku KIA agar keadaan kesehatan anak selalu terpantau.Oleh karena itu, pengisian buku KIA sangat penting diantaranya sebagai rekam medik, alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak, bahan penyuluhan dan sebagai data penunjang yang dipegang oleh klien(Wijono, 2006). Berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian pada 10 Buku KIA balita di salah satu posyandu Desa Gudang Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo, didapatkan persentase kelengkapan pengisian yaitu 90% pengisian kelengkapan pada indikator pencatatan pemberian imunisasi dasar lengkap, 50% kelengkapan 41 pengisian pada indikator pemeriksaan neonatus dan selebihnya masih sangat jauh dari target kelengkapan pengisian yaitu hanya 40% kelengkapan pengisian pada indikator catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, 10% pada indikator identitas keluarga, catatan kesehatan ibu nifas, catatan penyakit dan masalah perkembangan. Sedangkan pada tujuh indikator yang lain yaitu aspek amanat persalinan, catatan kesehatan ibu hamil, pelayanan KB ibu nifas, keterangan lahir, pemberian vitamin A dan kartu menuju sehat (KMS). Hal ini masih menunjukkah rendahya persentase kelengkapan pengisiannya buku KIA. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan pengisian 13 indikator pada buku KIA di posyandu ceria Desa Perante Kacamatan Asembagus Kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi buku KIA anak balita usia 2-5 tahun di posyandu ceria desa perante kecamatan asembagus kabupaten situbondo. Berdasarkan waktunya penelitian ini dikelompokkan dalan penelitian cross-sectional. Metode sampling menggunakan simpel random sampling dimana jumlah sampel didapatkan sebanyak 61 Buku KIA balita usia 2-5 tahun. Selanjutnya pengelolahan dan analisa data disajikan dalam bentuk tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran distribusi frekuensi kelengkapan pengisian buku KIA pada indikator identitas keluarga sebagaimana dalam tabel 1. 42 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA Pada Indikator Identitas Keluarga di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13 14. 15 Item Indikator Identitas Keluarga Nama ibu Tempat/ tgl. Lahir Agama Pendidikan Golongan darah Pekerjaan Nama suami Tempat/ tgl. Lahir agama Pendidikan Pekerjaan Alamat rumah Nomor telepon Nama anak Tempat/ tgl. lahir Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa dari 15 item pada indikator identitas keluarga, item yang paling banyak diisi adalah pada item nama ibu, nama suami, pekerjaan dan alamat rumah dengan persentase 100% kelengkapan pengisian, sedangkan pada item golongan darah 0% kelengkapan pengisian.Item golongan darah 0% kelengkapan pengisian dikarenakan pemeriksaan ini tidak dilakukan di posyandu ataupun di BPM. Walaupun sejalan dengan kemajuan teknologi dalam bidang ilmu kedokteran, di laboratorium telah dikembangkan bermacam-macam alat pemeriksaan yang lebih canggih alat tersebut dapat membantu menegakkan diagnosis. Pemantauan perjalanan serta pemantauan hasil terapi dengan lebih baik dan teliti (Hariono, 2006). Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin otomatis. Selain mengukur hemoglobin mesin ini juga dapat mengukur berbagai macam komponen darah lain. Dalam hal ini pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam Frekuensi Persentase (%) 61 27 50 56 0 60 61 30 45 60 61 61 33 60 26 100% 44% 82% 92% 0% 98% 100% 49% 74% 98% 100% 100% 54% 98% 43% diagnosis suatu penyakit karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam se darah merah, kegunaan lain yaitu untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien misalnya kekurangan hemoglobin yang disebut anemia. Tetapi kenyataan di lapanganjika terdapat indikasi dari ibu hamil maka bidan masih menganjurkan untuk periksa golongan darah di laboratorium. Alasan lain tidak dilakukannya pemeriksaan golongan darah ini karena membutuhkan waktu yang sehingga dikhawatirkan banyak pasien yang mengantri. Selain masalah waktu, alasan lainnya adalah jarak tempuh yang jauh dari rumah ke tempat pemeriksaan (laboratorium), ibu hamil takut melakukan pemeriksaan ini selain itu biaya juga menjadi pertimbangan sehingga kenyataan di lapangan ibu hamil jika dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah ataupun kumpulan ibu hamil dalam rangka sosialisasi (penyuluhan) ibu hamil banyak yang tidak datang. Oleh karena itu OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 perlunya diadakan pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil secara serentak serta pemeriksaan golongan darah pada usia subur ( periksa golongan darah dan imunisasi TT sebagai persyaratan sebelum menikah). Selain itu pemeriksaan golongan darah ini tidak hanya dilakukan pada kaum wanita saja (ibu hamil) tetapi juga dilakukan pada anggota keluarga, untuk mengetahui pendonornya. Dengan dukungan adanya kebijakan program dipemerintah dimana msyarakat atau petugas kesehatan akan 43 mengubah sikap. Dengan adanya program atau kebijakan pemerintah dalam hal sarana pelayanan dengan biaya gratis dengan syarat bidan harus melakukan dan melengkapi dokumentasi tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. Distribusi frekuensi kelengkapan pengisian buku KIA pada indikator menyambut persalinan sebagaimana dalam tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator Menyambut Persalinan di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Item Indikator Menyambut Persalinan Saya Alamat Bulan dan tahun Bidan/ dokter Dana persalinan Kendaraan/ ambulan desa Metode KB Golongan darah Dibantu oleh Mengetahui Tempat/ tanggal Nama ibu Taksiran persalinan Penolong persalinan Tempat persalinan Pendamping persalinan Transportasi Berdasarkan hasil analisis penelitian bahwa dari 17 item pada indikator menyambut persalinan semua tidak terisi lengkap yaitu 0%. Kelengkapan pengisian yaitu pada item saya, alamat, bulan dan tahun, bidan/ dokter, dana persalinan, kendaraan, metode KB, golongan darah, dibantu oleh, mengetahui, tempat/ tanggal, nama ibu, taksiran persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan dan transportasi. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa bidan mengatakan alasan tidak mengisi aspek menyambut persalinan Frekuensi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Persentase (%) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% dikarenakan dalam menganamnese dan mencatat membutuhkan waktu yang relatif lama sedangkan masih banyak pasien yang mengantri untuk periksa atau dalam hal ini bidan lebih mendahulukan penanganan, tidak hanya itu pada saat posyandu kebanyakan ibu datang untuk keperluan periksa atau hanya sekedar memeriksakan anaknya selebihnya ibu langsung pulang. Bercermin dari kenyataan dilapangan dan mengingat manfaat indikator menyambut persalinan yaitu agar aman dan selamat seharusnya bidan lebih meluangkan waktunya atau 44 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 menganjurkan ibu untuk mengisi sendiri serta menempel stiker P4K atau bidan mengecek dan memastikan pada ibu pada kunjungan berikutnya. Jika tidak diantisipasi atau stiker P4K tidak terisi akibatnya pemetaan ibu hamil tidak terisi, keluarga dan ibu bersalin tidak mengetahui jadwal persalinan dan penolong persalinan. Oleh karena itu selain menganjurkan ibu hamil untuk mengisi sendiri stiker P4K juga memanfaatkan pertemuan bidan tingkat desa dan bidan lebih meningkatkan peran P4K dengan menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu sosialisasi, kerjasama lintas sektoral, penyuluhan untik memotivasi masyarakat dalam mendukung P4K. Berdasarkan distribusi frekuensi kelengkapan pengisian buku KIA pada indikator catatan kesehatan ibu hamil sebagaimana dalam tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIAPada Indikator catatan kesehatan ibu hamil di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30 31. 32. Item Indikator catatan kesehatan ibu hamil Hari pertama haid terakhir (HPHT) Hari taksiran persalinan (HTP) Lingkar lengan atas Tinggi badan Penggunaan kontrasepsi sebelum kehamilan ini Riwayat penyakit yang diderita ibu Riwayat alergi Hamil ke Jumlah persalinan Jumlah keguguran Jumlah anak hidup Jumlah lahir mati Jumlah anak lahir kurang bulan Jarak kehamilan ini dengan persalinan terakhir Status imunisasi TT Imunisasi TT terakhir Penolong persalinan terakhir Cara persalinan terakhir Tgl. Keluhan sekarang Tekanan darah Berat badan Umur kehamilan Tinggi fundus Letak janin Denyut jantung janin Kaki bengkak Hasil pemeriksaan laboratorium Tindakan (terapi) Nasihat yang disampaikan Keterangan Kapan harus kembali Frekuensi Persentase (%) 61 61 52 56 54 100% 100% 85% 92% 89% 29 13 61 16 16 16 16 16 55 48% 21% 100% 26% 26% 26% 26% 26% 90% 53 48 54 58 61 53 57 61 43 61 58 53 46 31 55 52 61 61 87% 79% 89% 95% 100% 87% 93% 100% 70% 100% 95% 87% 75% 51% 90% 85% 100% 100% OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 32 item pada indikator catatan kesehatan ibu hamil, item yang sering diisi adalah pada item hari pertama haid terkhir (HPHT), hari taksiran persalinan (HTP), hamil ke,tgl., berat badan, tinggi fundus, keterangan dan kapan harus kembali yaitu 100% kelengkapan pengisian sedangkan 24 item yang lain tidak terisi lengkap. Melihat kenyataan, yang sering diisi adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan secara langsung seperti HPHT diperlukan untuk menentukan usia kehamilan, item hamil ke, BB dan tinggi fundus diperlukan untuk mendeteksi/ skrining ibu hamil resiko tinggi. Sedangkan pada 24 item yang lain juga penting terutama pada item riwayat penyakit yang diderita ibu, berdasarkan data kurang dari 50% kelengkapan pengisian. Mengingat tingginya kasus HIV/AIDS di situbondo sampai bulan Maret 2013 sudah mencapai 174 dan 60%nya adalah ibu rumah tangga (Dinkes, 2013) dan tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada ibu rumah tangga di Kabupaten Situbondo. Dimana dampak yang akan ditimbulkan besar. Berdasarkan wawancara dari beberapa tenaga kesehatan mengatakan 45 alasannya, sebenarnya bidan sebelum mengisi item riwayat penyakit bidan terlebih dahulu melihat tanda-tanda klinis pasien dan jika tidak terdapat tanda klinis yang mengarah pada kelainan seperti bengkak, anemis dan sklera mata kuning maka bidan baru mengisi dan menanyakan pada pasien terkait riwayat penyakit dan jika hasilnya ibu tersebut mempunyai riwayat penyakit yang berbahaya maka bidan menulis riwayat tersebut dan sebaliknya jika ibu tidak mempunyai riwayat penyakit maka bidan melewatkannya (tidak mengisi item riwayat penyakit yang diderita ibu). Dari uraian diatas setidaknya bidan tetap mengisi (memberi tanda) untuk mengetahui ibu mempunyai riwayat penyakit atau tidak karena buku KIA tidak hanya dibaca oleh satu petugas kesehatan saja tetapi buku KIA juga sebagai alat komunikasi antar petugas kesehatan, sehingga bidan secara dini dapat mengetahui penyakit ibu hamildan dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya komplikasi atau bahaya lain dalam persalinan. Berdasarkan distribusi frekuensi kelengkapan pengisian buku KIA pada indikator catatan ibu bersalin dan bayi baru lahir sebagaimana dalam tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIApada Indikator catatan ibu bersalin dan bayi baru lahir di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. Item Indikator Catatan Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir Tanggal persalinan dan pukul Umur kehamilan Penolong persalinan Cara persalinan Keadaan ibu Lain – lain Keterangan tambahan Anak ke Berat lahir Panjang badan Lingkar kepala Frekuensi Persentase (%) 61 100% 61 61 61 61 61 61 61 61 61 52 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 85% 46 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Jenis kelamin Keadaan bayi saat lahir Asuhan bayi baru lahir Tangga/bulan/tahun Jam Dirujuk ke Sebab dirujuk Diagnosa sementara Tindakan sementara Yang merujuk Diagnosis Tindakan Anjuran Tanggal Penerima rujukan Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 26 item pada indikator catatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, item yang sering diisi adalah pada item tanggal persalinan dan pukul, umur kehamilan, penolong 61 61 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100% 100% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% persalinan, cara persalinan, keadaan ibu, lain-lain, keterangan tambahan, anak ke, berat lahir, panjang badan, jenis kelamin, keadaan bayi saat lahir dan asuhan bayi baru lahir. Sedangkan pada item rujukan 0% kelengkapan pengisian. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator catatan kesehatan ibu nifas di PosyanduCeria Desa Perante Kecamatan Asembagus KabupatenSitubondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. Item Indikator Catatan Kesehatan Ibu Nifas Tgl./pukul Keluhan sekarang Tekanan darah Nadi Nafas Suhu Kontraksi rahim Perdarahan Warna, jumlah dan bau lochea BAB BAK Produksi ASI Tindakan Nasihat yang disampaikan Keterangan Keadaan ibu Keadaan bayi Komplikasi nifas Berdasarkan anamnese pada bidan, bahwa pada item rujukan tidak diisi dikarenakan hal itu tidak dilakukan (tidak merujuk). Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa Frekuensi 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 45 41 45 43 47 47 41 Persentase (%) 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 74% 67% 74% 70% 77% 77% 67% dari 18 item pada indikator catatan kesehatan ibu nifas, item yang sering diisi adalah pada item tanggal/ pukul, keluhan sekarang, tekanan darah, nafas, suhu, kontraksi rahim, perdarahan, warna dan OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 jumlah lochea, BAB, BAK,keadaan ibu dan keadaan bayi yaitu sebanyak 77% kelengkapan pengisian, sedangkan pada pemeriksaan nadi, produksi ASI, tindakan, nasihat yang disampaikan serta keterangan dan komplikasi nifas petugas kesehatan jarang mengisi item tersebut. Hal ini tidak diisi karena telah ada lembar pendokumentasian yang lain, yaitu pada partograf. Kenyataannya setelah ibu melahirkan (2 jam postpartum) bidan menulis hasil temuan pada lembar belakang partograf yang sudah mencakup semua item pada indikator catatan kesehatan ibu nifas. Selain itu pada 47 kunjungan kedua dan ketiga, kenyataan dilapangan ibu nifas yang melakukan kunjungan masa nifas kerumah bidan, dan kebanyakan ibu lupa membawa buku KIAnya. Dari permasalahan diatas seharusnya jika melihat kenyataan bertolak belakang dengan teori, yaitu yang seharusnya bidan yang melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas. Jadi perlunya kesadaran dan rasa pengabdian bidan dalam hal melakukan kunjungan nifas maka dengan begitu hal ini (ketidak lengkapan pengisian buku KIA) tidak mungkin terjadi lagi. Tabel6. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator Pelayanan KB Ibu Nifas di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. Item Indikator Pelayanan KB Ibu Nifas Tanggal/bulan/tahun tempat Cara KB/kontrasepsi Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 3 item pada indikator pelayanan KB ibu nifas tidak ada yang terisi (0% kelengkapan pengisian).Pada indikator KB ibu nifas Frekuensi Persentase (%) 0 0 0 0% 0% 0% 0% kelengkapan, dikarenakan telah dicatat pada kartu peserta KB, jadi jika ibu berkunjung ibu tidak perlu membawa buku KIA karena telah tersedia kartu peserta KB yang lebih praktis. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator Keterangan Lahir di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Item Indikator Identitas Keluarga No. Hari,tanggal,pukul Laki-laki/perempuan Kelahiran ke Berat lahir Panjang badan Dirumah/rumah bidan/polindes/rumah bersalin/peskesmas/ rumah sakit No. KTP ibu dan ayah Tempat dan tanggal Penolong persalinan Frekuensi Persentase (%) 0 61 61 61 61 61 61 0% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0 61 61 0% 100% 100% 48 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 3 item pada indikator keterangan lahir, item yang sering diisi adalah pada item hari, tanggal, pukul, jenis kelamin, kelahiran ke, berat lahir, panjang badan, tmp lahir, tempat dan tanggal serta penolong persalinan dan yang tidak pernah diisi adalah pada iten no., no. KTP ibu dan ayah. Berdasarkan anamnese, bahwa pada item no., itu diisi oleh petugas dinas pembuatan akta kelahiran dan pada no.KTP tidak diisi karena ibu lupa membawa KTP pada saat menjelang persalinan. Sedangkan pada item yang lain mencapai kelengkapan 100% sehingga masyarakat langsung dapat membuat akte kelahiran/ tidak terbebani. Oleh karena itu dalam hal ini peran bidan sangat mendukung. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator Pemeriksaan Neonatus di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. Item Indikator Pemeriksaan Neonatus Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 3 item pada indikator pemeriksaan neonatus, item yang sering diisi adalah pada item kunjungan I (84% kelengkapan pengisian) sedangkan pada kunjungan kunjungan II dan kunjungan III (61% kelengkapan pengisian). Pada indikator pemeriksaan neonatus tidak diisi lengkap, dikarenakan salah satu bidan lupa karena sebagian besar bidan merawat ibu bersalin 2 hari atau 48 jam tetapi ada juga yang dilakukan observasi 6 jam sebelum pulang jika tanpa keluhan apapun. Dan selebihnya yang diisi lengkap, alasannya sebagai persyaratan klem jampersal. Alasan lain dikarenakan kunjungan. Untuk itu tenaga kesehatan dalam hal ini bidan harus melakukan antisipasi yaitu bidan perlu menghimbau agar pasien berkunjung pada bidan dalam rangka periksa ibu serta bayinya untuk dilakukan imunisasi apabila belum dilakukan imunisasi. Berdasarkan hasil analisis penelitian bahwa dari 1 item pada Frekuensi 51 37 37 Persentase (%) 84% 61% 61% indikator pemberian vitamin A, tidak terisi lengkap (77%).Pemberian vitamin A sudah diberikan pada saat posyandu tetapi pada kolom tidak terisi lengkap dikarenakan buku KIA sebagian milik anak usia kurang dari 5 tahun. Berdasarkan hasil analisis penelitian bahwa dari 1 item pada indikator stimulasi deteksi dini dan intervensi tumbuh kembang adalah 0% kelengkapan pengisian. Fenomena dilapangan SDIDTK dilakukan pada saat kegiatan posyandu dan bidan melewatkan mengisi di buku KIA dikarenakan pada saat ibu keposyandu ibu djarang dilakukan kemungkinan dikarenakan keefektifan, karena pada saat kegiatan posyandu, tidak hantang hanya untuk memeriksakan anaknya dan selebihnya ibu langsung pulang. Tetapi alangkah lebih baiknya jika kolom SDIKDTK ini diisi selain bermanfaat sebagai rekam medik tetapi juga bermanfaat untuk melatih kita sebagai tenaga kesehatan untuk disiplin dokumentasi. OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 49 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator pencatatan pemberian imunisasi dasar lengkap di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. Item Indikator Pencatatan Pemberian Imunisasi Dasar Frekuensi Lengkap Tgl. Lahir 41 Nama anak 58 Nama orang tua anak 45 Vaksin tambahan 0 Vaksin lain 0 Berdasarkan hasil analisis penelitian bahwa dari 5 item pada indikator pencatatan pemberian imunisasi dasar lengkap, tidak ada yang terisi lengkap dan pada item vaksin tambahan dan vaksin lain 0% kelengkapan pengisian. Pada tanggal lahir, nama anak dan nama orang tua anak tidak diisi lengkap Persentase (%) 67% 95% 74% 0% 0% karena bidan sengaja tidak mengisi dikarenakan nama anak dan orang tua sudah tertera pada sampul buku KIA. Sedangkan pada vaksin tambahan dan vaksin lain, tidak terisi lengkap dikarenakan tidak ada pemberian vaksin tambahan (pemberian vaksin dilakukan oleh dokter). Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pengisian Buku KIA pada Indikator Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Item Indikator KMS Nama anak Tempat pelayanan Bulan penimbangan BB (Kg) N/T Ploting Kolom pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan tabel 10 didapatkan hasil analisis penelitian bahwa dari 7 item pada indikator kartu menuju sehat (KMS), item yang sering diisi adalah pada item nama anak, bulan penimbangan dan BB (100% kelengkapan pengisian), dan yang jarang diisi adalah pada item tempat pelayanan, keterangan N/T, ploting dan kolom pemberian ASI eksklusif. Hal ini tidak terisi lengkap dikarena kader lupa mengisi item tersebut pada saat posyandu, tetapi andaikan bidan dan kader saling bersinergi untuk mengisi buku KIA sehingga dapat dipastikan buku KIA terisi lengkap sehingga pada buku KIA khususnya KMS tidak ada masalah Frekuensi 61 53 61 61 36 27 34 Persentase (%) 100% 87% 100% 100% 59% 44% 56% seperti tidak diploting (tidak terisi lengkap) karena kesalahan petugas kesehatannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Posyandu Ceria Desa Perante Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa yang banyak diisi oleh petugas kesehatan adalah item yang berhubungan dengan pemeriksaan secara langsung, yaitupada indikator identitas : item nama ibu, nama suami, pekerjaan dan alamat rumah dan nama anak. Pada indikator pemeriksaan ibu hamil yaitu pada item 50 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 :hari pertama haid terahir (HPHT), hari taksiran persalinan (HTP), hamil ke, tgl., berat badan, tinggi fundus, keterangan dan kapan harus kembali, umur kehamilan, tempat bersalin. Pada aspek persalinan yaitu pada item : tanggal persalinan dan pukul, penolong persalinan, cara persalinan, keadaan ibu, lain- lain. Pada aspek anak yaitu pada item : anak ke, berat lahir, panjang badan, jenis kelamin dan asuhan bayi baru lahir, hari, tanggal, pukul, laki-laki/perempuan, kelahiran ke, berat lahir, panjang badan, bulan penimbangan dan BB (Kg). Ketidaklengkapan pengisian buku KIA berkaitan dengan minimnya pengetahuan dan motivasi dari petugas posyandu.Sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan, komunikasi, informasi dan motivasi dari petugas dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang pentingnya pengisian buku KIA secara lengkap. DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Andriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain 1 Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendapatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta. Anonim. 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 dari http://www.bppsdmk.Depkes.go.id . [5 Desember 2012]. Anonim. 2009. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 dari http: // www. Sumberprov.go.id. pdf Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Provinsi Jawa Timur : Depkes RI ______. 2008. Pedoman Kader KIE Keluarga Sadar Gizi danPedoman Pendamping Keluarga Menuju Sehat. Jakarta: Depkes RI. ______.2009. Pedoman Umum Manajemen Penerapan Buku KIA.Jakarta : Depkes RI ______. 2009. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta : Depkes RI dan JICA (Japan International Cooperation Agency). ______. 2009. Buku Panduan Kader Pengasuhan dan Pengembangan Anak Usia Dini Melalui Bina Keluarga Balita (BKB). Provinsi Jawa Timur: BKKBN. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : DepkesRI dan JICA (Japan International Cooperation Agency) Kusmiyati, yeni., et al. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Citramaya. Mahade, Albert. A. et al. (Ed.). Kamus Kedokteran Dorland. Alih bahasa oleh Elseria, R.Neary. 2010. Jakarta: EGC. Maramis, Willy.F. 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan.Surabaya : Airlangga University Press. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ______. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Rahayu, S.U. 2012. Pola Makan Sehat Cegah Masalah Gizi. Nakita: Jakarta Barat. Ramali dan Pamontjak, K.St. 2005. Kamus Kedokteran Arti dan OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. 1, NO. 1, FEBRUARI 2014: 40 - 51 Keterangan Istilah. Jakarta: Djambatan Santana, Daniel. 2007. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta : Mega Aksara Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Bandung : Alfabeta Wahyuni, Sri(Ed.). 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan Edisi 14. Jakarta : EGC 51 Widyastutu, Palupi. (Ed.). 2005.Kamus Saku Bidan. Alih bahasa oleh Hartono, Andry. Jakarta : EGC Wijono, W., et al. 2006. Buku 1 Standart Pelayanan Kebidanan. Jakarta :Sekretariat Pengurus Pusat IBI Djoko, Wijono. 2009. Manajemen Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Surabaya : Duta Prima Airlangga