pola komunikasi organisasi pengurus besar

advertisement
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR
NAHDATUL ULAMA (PBNU) MASA KHIDMAT 2010-2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam
(S.Kom.I)
Oleh :
Ridwan Aditya Putra
NIM : 109051000117
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M./1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 19 April 2013
Ridwan Aditya Putra
ABSTRAK
Pola Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Nahdatul Ulama (Masa Khidmat
2010-2015)
Nahdatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama adalah salah satu
Organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU didirikan oleh para ulama pada tanggal 31
Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di Surabaya dan NU ini di bentuk oleh K.H. Hasyim
Asy'ari sebagai pemimpin tertinggi di Nu pada zaman itu, dan sekarang NU di pimpin
oleh Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj masa Khidmat 2010-2015. Organisasi NUdidirikan
dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam
Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi,
Maliki, Syafi’I dan Hambali). Di dalam kepengurusan organisasi Islam NU (Nahdatul
Ulama) terdapat banyak struktur Organisasi dan tersebar keseluruh wilayah di
Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pola komunikasi
organisasi di PBNU, penelitian ini di fokuskan hanya pada pola komunikasi yang ada
di pengurus besar Nahdatul Ulama, baik itu pola komunikasi vertical yaitu komunikasi
dari atas ke bawah, bawah ke atas dari tingkat otoritasnya lebih rendah ke pengurus
yang otoritasnya lebih tinggi di PBNU, dan komunikasi Horizontal atau sesama
pengurus yang otoritasnya sama tingkatannya.
Mengapa peneliti memilih pola komunikasi organisasinya? Karena jika kita lihat
organisasi keagamaan terbesar di Indonesia NU berdiri sebelum kemerdekaan
Indonesia, dan terus berkembang semakin maju dan bertahan melalui masa ke masa
negri ini. Dengan melihat NU dapat eksis dan bertahan sampai sekarang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dan berusaha mengungkapkan Pola komunikasi
seperti apa yang digunakan PBNU dalam hal ini sebagai pusat dari organisasi NU?.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis
deskriptif, analisis deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran umum tentang data
yang diperoleh. Ciri lain dalam analisis ini ialah menitik beratkan pada observasi dan
susasana alamiah. Dengan teknik pengumpulan data nya yaitu dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Peneliti menemukan bahwa Pola komunikasi organisasi yang digunakan
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) adalah Pola Roda. Di mana pola roda ini
sendiri adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang
menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral itu menerima kontak dan
informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah
dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola roda dalam pola komunikasi
organisasi di PBNU adalah jabatan ketua umum menjadi posisi sentral di organisasi
PBNU. Ketua umum adalah posisi sentral dan strategis di organisasi PBNU, sosok
ketua umum di PBNU sangat di panuti dan dihormati oleh anggota pengurus PBNU,
karena tanggung jawab atau tugas ketua umum yaitu Memimpin, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi tugas-tugas diantara pengurus Tanfidziyah, maupun
pelaksanaan keputusan-keputusan muktamar dan kebijakan umum pengurus besar
Nahdatul Ulama. Di dalam struktur Pengurus Besar Nahdatul Ulama ada namanya
syuriah dan tanfidziyah. Syuriah adalah pimpinan tertinggi dalam jam’iyah Nahdatul
ulama. Terdiri dari para ulama pilihan. Syuriah berfungsi sebagai pembina, pengendali,
pengawas dan penentu kebijaksanaan NU. Peneliti menilai pola komunikasi yang
digunakan PBNU sudah cukup baik dan efektif.
Kata Pengantar
Puji dan syukur disampaikan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pola
Komunikasi Organisasi di Pengurus Besar Nahdatul Ulama Masa Khidmat 20102015” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW.
Banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh
karena itu sepatutnya diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Drs. H. Mahrup Sumarno dan Dra. H.
Rachmawaty A.R MM atas segala kasih sayang, perhatian, doa dan segala
bantuan baik berupa dukungan moril maupun materil.
2. Dr. Arif Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
4. Umi Musyarofah MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam
5. Dr. Sihabuddin Noor, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan
Inspirasi yang sangat berharga.
6. Seluruh Dewan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini
telah memberikan Ilmu Pengetahuan. Semoga Ilmu yang telah diberikan
dapat bermanfaat, khususnya untuk Pribadi saya. Juga kepada Bagian
Akademik, Kepala serta Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
7. Sahabat-sahabat tercinta Fadli Rosyad, Farhan Hidayat, Muhammad Rizal,
Achmad Nofal, Muhammad Rikza, Muhammad Ardillah, Fauzan Abdul
Adzim, Ahmad Fadli dan Muhammad Reza, yang telah memberikan
support dan semangatnya selama ini ke saya, semoga Silaturahmi kita
akan terus berjalan dan semakin erat, Thanks all You are my Best
Friend’s.
8. Kawan-kawan KPI Kelas D Angkatan 2009, Eko Wahyudi(Tapir), Bayu
Noer Cahyo, Wahyu Eko Wibowo, Mahdi Mustafa, M. Riza Akbar, Reza
Pahlevi, Zidny Rizki, Rizki maulana, Arkho Anggadara, Yusuf
Tadarusman, Noflim, Yudid, Ana, QyCum, Devi, Dina, Ririn (Konde),
Rina, Yuli, Tari, and All.
9. Kawan-Kawan KKN SUKSES 2012, Aida Nurhayati, Nofal, Faizah, Yuli,
Zakky, Oim, Nany, Mega, Deni, Ishlah Etc.
10. Kawan-Kawan IKRIMA (Ikatan Remaja Islam Masjid Jami’ At-Tohiri)
11. Kawan-Kawan PMII KOMFAKDA
Dengan demikian, harus diakui masih terdapat banyak kekurangan dalam
Penulisan Ini. Oleh karenanya, sangat diharapkan saran dan kritik juga ralat
dari pembaca sekalian. Semoga tulisa ini bermanfaat. Sekian dan terima
kasih.
Jakarta, 19/04/13
Penulis
DAFTAR ISI
i
ABSTRAK ........................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................................
8
D. Metodologi Penelitian ...................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 15
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi .................................................................... 18
B. Pola Komunikasi Organisasi ............................................................ 22
C. Model-model Pola Komunikasi ....................................................... 25
1. Pola Komunikasi Formal ............................................................ 25
a. Komunikasi dari atas ke bawah ........................................... 25
b. Komunikasi dari bawah ke atas ........................................... 28
c. Komunikasi Horizontal ........................................................ 29
2. Pola Komunikasi Informal ......................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM NU
A. Profil Nahdatul Ulama .................................................................... 34
1. Sejarah Nahdatul Ulama ............................................................. 34
2. Visi dan Misi .............................................................................. 39
3. Faham Keagamaan ..................................................................... 41
4. Basis Pendukung ........................................................................ 42
5. Dinamika .................................................................................... 42
iv
6. Tujuan Organisasi ....................................................................... 44
7. Struktur ....................................................................................... 45
B. Struktur PBNU Masa Khidmat 2010-2015 ..................................... 45
1. Mustasyar ................................................................................... 45
2. Syuriah ........................................................................................ 46
3. A’Wan ........................................................................................ 48
4. Tanfidziyah ................................................................................. 49
BAB IV POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI PBNU
A. Pola Komunikasi Organisasi PBNU ............................................... 51
B. Pola Arah Aliran Komunikasi Formal dan Informal ....................... 56
1) Komunikasi Ke Bawah ............................................................... 56
2) Komunikasi Ke Atas................................................................... 61
3) Komunikasi Horizontal .............................................................. 63
4) Pola Komunikasi Informal ......................................................... 64
5) Sarana Komunikasi ..................................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 68
B. Saran .................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat penting, bukan
hanya dalam kehidupan secara umum, namun dalam kehidupan organisasi
komunikasi adalah harga mati dalam mempelancar jalannya roda organisasi. Tiada
hari tanpa komunikasi, kehidupan manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan
sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat
essensial dalam kehidupan manusia. Manusia berinteraksi dengan cara melakukan
komunikasi. Interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok, atau
organisasi tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak ada komunikasi. Dua orang
dikatakan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan manusia ini dalam komunikasi disebut sebagai tindakan
komunikasi.1 dan dalam istilah sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian
pengertian antar individu.2
Sejak manusia mengenal kehidupan bermasyarakat, tumbuh suatu masalah yang
harus diselesaikan bersama-sama sebab manusia diciptakan pula untuk menjadi
makhluk sosial. Karena setiap manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya
oleh dirinya sendiri dalam artian setiap manusia pasti akan membutuhkan manusia
1
T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan informasi (Medan, 1985), Cet
ke-1, h.48
2
H Frazier Moore, Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan masalah (Bandung: ROSDA,
1987) h,15
1
2
lainnya. Semakin luas pergaulan mereka maka bertambah kuatlah ketergantungan
antara satu dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketidakterbatasan kehidupan manusia dan keterbatasan kemampuan manusia
dalam memenuhi kebutuhan telah menghadapkan manusia pada kebutuhan untuk
berkomunikasi dan berorganisasi. Karena karakteristik manusia sebagai makhluk
sosial yang tidak memungkinkan manusia dapat hidup secara wajar tanpa kedua hal
tersebut.
Organisasi telah dibentuk sejak manusia berada dimuka bumi, didorong oleh tiga
motif unsure dasar yaitu : orang-orang (sekumpulan orang), kerjasama dan tujuan
yang akan dicapai.3 Tiga motif tersebut saling ketergantungan satu sama lain, dan
penghubung itu semua adalah komunikasi. “ komunikasi yang efektif sangat penting
bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para
komunikator dalam organisasi perlu memahami, dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka”.4
Agar komunikasi berlangsung secara efektif dan informasi yang disampaikan oleh
seorang pimpinan dapat di terima, dan dipahami oleh para anggota, maka seorang
pimpinan harus menerapkan pola komunikasi yang baik pula. Pengetahuan dasar
tentang komunikasi saja belum lah cukup untuk dapat memahami komunikasi
organisasi.5
3
Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung ;alfabeta, 2005) Cet ke-14, h.2.
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : bumi Aksana, 2009), Cet ke 10 h. 1.
5
Romli. Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT Grasindo, 2011), Cet.1 h.
4
97
3
Kepemimpinan organisasi dalam perspektif Islam adalah sesuatu yang dianggap
penting dalam Islam. Demikian juga dengan komunikasi, Islam mengaku tentang
perlunya pemimpin dalam setiap system sosial. Berkaitan dengan ini, Abu Daud
meriwayatkan daripada Abu Said dan Abu Hurairah (R.A) bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Apabila tiga orang keluar bermusafir, maka hendaklah mereka melantik
salah seorang untuk menjadi ketua atau Amir. ”System sosial, yang diperlukan
pemimpinan adalah berbagai-bagai, Antaranya adalah keluarga, komuniti, harakah,
organisasi, dan Negara.6
Komunikasi Organisasi terdiri dari kata komunikasi dan Organisasi yang
memiliki penjabaran yang luas. Untuk memahami komunikasi perlu kiranya sedikit
membahas konsep dasar komunikasi. Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley
yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi yaitu “proses melalui
mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah
atau membentuk prilaku orang lainnya (khalayak).7 Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi ada pengirim (komunikator) dan
penerima pesan (komunikan) yang saling berhubungan, pesan tersebut dapat
mengubah persepsi bahkan tingkah laku (behavior) komunikan.
Melihat pengertian singkat mengenai komunikasi dan organisasi, maka
komunikasi organisasi adalah “komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang
6
http: //eprintis. Utm, my/ 6307/1/aziziyahkomunikasi. Pdf diakses pada tanggal 2 Januari
2013, Pukul 11:00 WIB.
7
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press, 2007) h.21
4
berada didalam organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada didalam
Organisasi dengan public luar,dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan.”8
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.9
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.10
Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk di pelajari, karena
sekarang ini banyak orang yang tertarik dan member perhatian kepadanya guna
mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat di manfaatkan untuk
mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan
industri ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun
institusi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajari pola komunikasi yang
berlangsung dalam suatu organisasi, yaitu pola komunikasi vertical yang terdiri dari
pola komunikasi dari atas ke bawah (down ward communication) dan pola
8
Soleh Soemirat, dkk., komunikasi Orrganisasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2000), Cet.1
9
Ibid h. 2
h. 1.3
10
Romli. Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT Grasindo, 2011), Cet.1
h. 2
5
komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) serta arus komunikasi yang
berlangsung antara dan di antara bagian ataupun karyawan dalam jenjang atau
tingkatan yang sama. Pola komunikasi ini dikenal dengan nama komunikasi
Horizontal.11
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi
meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.Masing-masing arus
komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler
dan George Roadman dalam buku “Understanding Human Comunication”, mencoba
menguraikan masing-masing, fungsi kedua arus komunikasi dalam organisasi
tersebut.12
Pertama adalah down ward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Kedua upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan
kepada atasannya. Arus komunikasi berikutnya adalah Horizontal Communication
tindak komunikasi ini berlangsung di antara karyawan ataupun bagian yang memiliki
kedudukan yang setara.13
Sepanjang sejarah Indonesia , organisasi-organisasi kemasyarakatan bermunculan,
baik yang berhaluan keagamaan
(Islam), maupun berhaluan nasionalis (politik).
Kemunculan beberapa organisasi tersebut merupakan bentuk
11
ekspresi rakyat
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi teori dan praktek. (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2009) Cet. Ke-1, h. 120
12
Ibid h. 122
13
Ibid h. 123
6
Indonesia dalam melihat dan kepeduliannya terhadap situasi
bangsa yang berada di
bawah kolonialisme Belanda. Berbagai cara yang dilakukan oleh kolonialis Belanda
untuk membendung pergerakan nasionalisme rakyat Indonesia , namun justeru rakyat
semakin sadar akan pentingnya membangun kekuatan dengan organisasi
-organisasi
yang mereka bentuk. Dari kesadaran tokoh -tokoh akan pentingnya memperjuangkan
rakyat Indonesia dari keterpurukan.
Di Indonesia organisasi Islam Nahdatul Ulama (NU) artinya kebangkitan ulama
adalah Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Organisasi yang didirikan oleh para
ulama pada tanggal 31 Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di Surabaya dan Organisasi ini
dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Organisasi Nahdatul Ulama
didirikan dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan
ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut salah satu dari empat
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali).14
Di dalam kepengurusan organisasi Islam NU (Nahdatul Ulama) terdapat banyak
struktur Organisasi didalamnya dan tersebar keseluruh wilayah di Indonesia, yakni :
Pengurus Besar (tingkat Pusat), Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang (tingkat
Kabupaten/Kota), Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan), Pengurus Ranting
(tingkat Desa/Kelurahan).15 Dengan begitu luasnya struktur organisasi didalamnya
14
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya : Khalista
2007), h. 1,2
15
http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,12-t,struktur-.phpx. Di kutip
pada tanggal; 26-Januari-2013, pukul 17:25 WIB
7
NU dapat bertahan dan menjadi organisasi Islam yang dipercayai oleh masyarakat
Indonesia yang menganut paham Ahlussunah Wal Jama’ah.16
Dalam menjalankan roda organisasi Islam terbesar di Indonesia tidak lah mudah.
Sebagai pusat dari organisasi Nahdatul Ulama (NU) diseluruh Indonesia, Pengurus
Besar Nahdatul Ulama (PBNU) adalah penentu jalannya organisasi NU diseluruh
Indonesia. Dalam Skripsi ini, akan dilakukan penelitian di PBNU untuk mengetahui
Pola Komunikasi Organisai yang ada di PBNU, dalam menjalankan roda organisasi
sehingga NU menjadi organisasi Islam terbesar sampai saat ini di Indonesia.
Melihat hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti Pola Komunikasi di
Organisasi PBNU dalam menjalankan roda Organisasi, sehingga menjadi organisasi
terbesar di Indonesia. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang masalah itu, proposal
skripsi ini diberi judul “Pola Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Nahdatul
Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2010-2015”
B. Pembatasan dan Perumusan
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah pada penelitian ini, difokuskan
hanya pada pola komunikasi yang ada di Pengurus Besar Nahdatul Ulama
(PBNU), baik itu komunikasi vertical yaitu komunikasi dari atas ke bawah (down
ward communication), bawah ke atas (up ward communication) dari tingkat yang
16
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya : Khalista
2007), h. 1,2
8
otoritasnya lebih rendah ke pengurus yang otoritasnya lebih tinggi di PBNU, dan
Komunikasi Horizontal atau lateral antara sesama pengurus PBNU (Horizontal
Communication).
2. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang akan
memudahkan peneliti dalam melakukan proses penelitian. Rumusan-rumusan
pertanyaan itu adalah sebagai berikut :
“Bagaimana pola komunikasi yang dikembangkan di Pengurus Besar
Nahdatul Ulama, baik bersifat Vertikal maupun Horizontal? ”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana pola komunikasi pada subjek
penelitian, secara spesifik tujuan utama penelitian ini adalah “Mengetahui
pola komunikasi yang dikembangkan di PBNU, baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal.”
b. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan manfaat,
yaitu :
1)
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas khazanah
keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi organisasi.
9
2)
Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi para
pelaku dalam subjek penelitian mengenai pola komunikasi yang ideal di
dalam struktur keorganisasian subjek penelitian. Selain itu pula penelitian ini
diharapkan menjadi masukan bagi organisasi lain yang memiliki struktur
dengan pola yang sama sehingga dapat mengidentifikasi pola komunikasi
yang berlangsung di dalam struktur organisasinya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelola, dan menganalisa
secara kualitatif, dan menafsirkan secara kualitatif.Untuk itu data-data
penelitian yang dikumpulkan dalam wujud konsep-konsep.Dengan jenis
penelitiannya bersifat deskriptif, yakni berusaha memberikan gambaran
selengkapnya.
Bodgan dan taylor dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
mendefinisikan “ Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”.17
17
Lexy J. Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1999), cet. Ke-10, h.3.
10
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, pada
umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga
dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.18Dengan
menggunakan analisis deskriptif peneliti berusaha melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara
faktual dan cermat.19
Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum
tentang data yang diperoleh. Ciri lain dalam analisis ini ialah menitik beratkan
pada observasi dan suasana alamiah ( naturalist setting), peneliti bertindak
sebagai pengamat.20
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskriptifkan semua temuan
yang ada dilapangan dengan apa adanya dan berusaha mengurangi pengaruh
terhadap objek penelitian sehinga data yang sudah diperoleh dapat diolah
secara memadai.
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 januari sampai 28
Maret tahun 2013 yang bertempat di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Jl. Kramat raya no. 164 Jakarta 10430 Telp: (021) 3914013, 3914014 – Fax : (021)
3914013
18
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 24-25
19
Ibid h. 22
20
Ibid h. 25
11
2. Subjek dan Objek penelitian
Subjek penelitian ini adalah Pengurus Besar Nahdatul Ulama PBNU.
Sedangkan objek penelitian ini adalah pola komunikasi yang berlangsung atau
digunakan oleh para pengurus Besar Nahdatul Ulama dalam proses interaksi
antar pengurus. Kegiatan penelitian ini berlangsung dari bulan Januari sampai
Febuari 2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti dalam penelitian
ini, penulis menggunakan pengumpulan data dan instrumen dengan cara :
a. Observasi
Observasi atau Pengamatan Langsung. Teknik observasi atau
pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan
mengamati objek yang diteliti. Pada subjek penelitian dengan cara
hadir pada setiap rapat-rapat yang dilakukan pihak PBNU. Pengamatan
yang dilakukan berfokud pada pola komunikasi yang digunakan oleh
PBNU, setelah mendapatkan datanya penulis melakukan proses
pencatatan secara bertahap setiap kali melakukan observasi.
12
b. Wawancara
wawancara (interview) secara langsung dengan orang-orang yang
terlibat sebagai tokoh sentral dalam Pengurus Besar NU. Wawancara
ini
dilakukan
untuk
memperoleh
data
yang
memperkuat
penelitian.Dengan teknik wawancara ini peneliti bertemu langsung
dengan beberapa informan yang berperan penting serta mengetahui
tentang seluk beluk PBNU. Seperti Ketua UMUM PBNU.
c. Dokumentasi
Dalam proses pengumpulan data selanjutnya penulis mengumpulkan
data melalui catatan-catatan yang berkaitan dengan subjek penelitian.
Dokumentasi ini penulis ambil dari buku-buku, majalah, dan foto-foto
yang penulis ambil ketika observasi serta dokumen atau arsip yang
berisi data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian yang penulis
dapat dari Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Semua ini
penulis lakukan demi memperkuat dan mendukung proses analisis data
penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Seluruh
data
yang
dikumpulkan,
kemudian
dianalisis
dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa data,
peneliti menggunakan analisis deskriptif. Dimana peneliti mengungkapkan
data dan fakta yang apa adanya secara alamiah tanpa sedikitpun
mempengaruhi subjek ataupun objek penelitian. Dalam pengolahan tersebut
13
peneliti menggabungkan tiga proses pengumpulan data dengan mengolah data
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi menjadi sebuah data yang bisa
saling melengkapi sehingga dapat dideskriptifkan.
Setelah itu penulis mencoba menafsirkan hasil penggabungan tiga sumber
data di atas menjadi sebuah narasi deskriptif kualitatif yang diuraikan
kedalam bahasa yang sederhana hingga mudah dimengerti. Penekanan
deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya
memerhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman
atau makna data21 definisinya bahwa analisa data adalah poses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di
interpretasikan.
Berhubung jenis penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
maka peneliti cukup dengan menggambarkan kenyataan atau realitas yang
ada dan apa adanya, variabel demi variabel. Dan dari semua data yang sudah
dikumpulkan tersebut akan dijelaskan apa adanya dengan kata-kata untuk
memperoleh suatu kesimpulan.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu ini melihat buku, makalah, skripsi orang-orang
terdahulu. Judul pembahasan yang sama atau hampir sama dengan judul yang
akan saya bahas mengenai pola komunikasi. Sebelumnya memang banyak
21
Burhan Bungin, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan Ilmu
Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2009). Cet Ke-3, h. 146
14
yang membahas dan dituliskan namun mengenai Pola Komunikasi Pengurus
Besar Nahdatul Ulama (PBNU) belum menjadi perhatian para peneliti
sebelumnya. Sebagai contoh skripsi yang pembahasannya sama tapi objeknya
berbeda dengan saya Desty Eka Putri Sari, Analisis Deskriptif pola
komunikasi organisasi Kenadziran Kesultanan Maulana Hasanudin Banten.
Dalam studi-studi sebelumnya pembahasan penelitian berkisar pada subjek;
individu(tokoh) dan sebuah kerajaan Islam yang dipimpin oleh para sultan.
Yang berbeda penyajian penelitian kali ini dengan penelitian pola
komunikasi organisasi terdahulu, karena dilihat dari bagaimana pola
komunikasi yang digunakan pada organisasi keagamaan terbesar di Indonesia,
pola dari atasan ke bawahan dan pola dari bawahan ke atasan.Pembahasan
tentang pola komunikasi haruslah berangkat dari struktur atau jaringan
komunikasi
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini, didalamnya terbagi menjadi lima Bab, dan setiap Bab nya
diuraikan ke dalam beberapa subbab, yakni sebagai berikut:
Bab Pertama
: PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini penulis menyampaikan
Latar Belakang masalah penelitian, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan sistematika Penulisan.
15
Bab kedua
: TINJAUAN TEORITIS
Pada bab kedua ini, membahas teori pola komunikasi
mencakup;
Definisi
Komunikasi,
Organisasi
Pola
Bentuk
Komunikasi,
Komunikasi.
mencakup;
Definisi
Proses
Komunikasi
Komunikasi
Organisasi, Fungsi Komunikasi Organisasi, Pola dan
Struktur Komunikasi Organisasi, Arah Komunikasi.
Bab ketiga
: GAMBARAN UMUM PBNU
Pada Bab ketiga ini dijelaskan Sekilas Tentang
Organisasi Nahdatul Ulama (NU), Visi dan Misi,
Struktur pengurus, Deskripsi Peristiwa Komunikasi
Pengurus Organisasi, dan Bagan Organisasi.
Bab Keempat
: Analisa Data
Pada bab keempat ini dijelasakan mengenai analisis
Deskriptif Pola Komunikasi Organisasi Pengurus
Besar Nahdatul Ulama; pola komunikasi antar sesama
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan pola
komunikasi yang terjalin antar pengurus Besar
Nahdatul
Ulama
dibawahnya.
dengan
pengurus
yang
ada
16
Bab Kelima
: Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini penulis menyimpulkan seluruh data yang
diperoleh dari penelitian dan menyampaikan saran
berdasarkan atas atas proses dan hasil penelitian.
BAB II
KERANGKA TEORI
A.
Komunikasi Organisasi
Istilah organisasi dari bahasa latin organizare, yang secara harfiah berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di
antaranya para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang
menamakannya sarana.
Everet M. Rogers dalam bukunya communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas.1
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
1
Romli Khomsarial, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : PT Grasindo, 2011),
Cet. Ke-1, h. 2
17
18
sosial, Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.2
Sedangkan secara terminologi menurut Onong Uchjana Effendi :
“komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku baik
secara langsung melalui lisan maupun secara tidak langsung melalui media."3
Menurut Dr. Veithzal Rivai, M.B.A dalam bukunya kepemimpinan dan
perilaku Organisasi yang dimaksud organisasi adalah wadah yang memungkinkan
masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu
secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit yang terkoordinasi yang
terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau
serangkaian sasaran.4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi adalah
kesatuan susunan yang terdiri atas bagian-bagian orang dalam perkumpulan untuk
tujuan tertentu, kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama.5
Tampaknya para ahli belumlah mempunyai persepsi yang sama mengenai
komunikasi berorganisasi. bermacam-macam persepsi mereka tentang hal ini dan
beberapa diantaranya akan disajikan sebagai berikut.
2
Ibid h. 2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2000), Cet. Ke-4, h, 3-4
4
Veitzhal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004) h. 188
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Ketiga,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 803
3
19
1. Persepsi Redding dan Sanborn
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal,
hubungan
masnusia,
hubungan
persatuan
pengelola,
komunikasi
downward atau komunikasi komunikasi dari atasan ke bawahan,
komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi
Horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatanya
dalam
organisasi,
keterampilan
berkomunikasi
dan
berbicara,
mendengarkan, menulis dan komunikasi evalusi program.
2. Persepsi Katz dan Kahn
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan
arus komunikasi informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di
dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai
suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan
mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan
mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.
3. Persepsi Zelko dan Dance
Zelko dan Dance mengatkan bahwa komunikasi organisasi adalah
suatu sistem yang saling bergantungan yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi
dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada
atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama
20
karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah
komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya,
seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi pembuatan iklan, dan
hubungan dengan masyatrkat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka
menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi
komunikasi pribadi diantaranya sesama anggota organisasi yang berupa
pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara
sesama anggota organisasi.
4. Persepsi Thayer
Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam
memandang
komunikasi
organisasi.
Dia
mengatakan
komunikasi
organisasi sebagai arus komunikasi organisasi. Thayer menggunakan tiga
sistem komunikasi dalam organisasi, yaitu;
a. Berkenaan dengan kinerja organisasi seperti data mengenai
tugas-tugas atau beroperasinya organisasi.
b. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintahperintah, aturan-atura dan petunjuk.
c. Berkenaan
dengan
pemeliharaan
dan
pengembangan
organisasi.
5. Persepsi Greenbaunn
Greenbaun mengatakan bahwa komunikasi organisasi termasuk arus
komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan
komunikasi
internal
dengan
eksternal
dan
memandang
peranan
21
komunikasi terutama sekali sebagai koordianasi pribadi dan tujuan
organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.
B.
Pola Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi internal dan
eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina manusia
didalam organisasi dimana masing-masing individu anggota organisasi memiliki
berbagai kepentingan, tetapi menjadi satu kesatuan dengan adanya kepentingan
bersama. Menurut Drs. Soleh Soemirat, M.S. dalam bukunya komunikasi
organisasi bentuk atau pola komunikasi organisasi internal adalah pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan mereka dalam suatu
perusahaan atau jawaban tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas
(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam suatu
perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
manajemen).6
Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa pengaturan
tertentu mengenai “ siapa berbicara kepada siapa” mempunyai konsekuensi besar
dalam berfungsinya organisasi. Kita akan membandingkan dua pola yang
berlawanan pola roda dan pola lingkaran untuk menggambarkan pengaruh aliran
komunikasi yang dibatasi dalam organisasi. Lihat gambar berikut ini!
6
4, 2
Soleh Soemirat, M.s., Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2000), h.
22
Pola Roda
Pola Lingkaran
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada
individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral
menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya
dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola
lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya
hanya melalui sejenis system pengulangan pesan. Tidak seorang pun yang dapat
berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada
anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang
diperlukan untuk memecahkan persoalan. Ada beberapa kombinasi berbeda yang
mungkin : A dapat berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat
berkomunikasi dengan C dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi
tidak dapat dengan D dan E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak
dengan A dan E; D dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A
dan B; dan E dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C.
23
Bila D ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E
atau C dan B.7
Hasil penelitian pada pola roda dan pola lingkaran menyatakan bahwa
kedua pola ini menghasilkan konsekuensi yang amat berbeda.8 Pola lingkaran
meliputi kombinasi orang-orang penyampai pesan cenderung lebih baik daripada
pola roda yang mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat dalam
keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau
kepuasan terhadap prosessnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam tugas; di pihak lain, pola roda
memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan
seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukan
kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah,
tetapi terlihat cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan.9
Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang berpindah
secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang
otoritasnya lebih rendah, begitu pula sebaliknya. Prof. DR. Khomsahrial Romli,
M.S.I dalam tulisannya membagi arah aliran komunikasi Formal dalam
organisasi. Yaitu, (1) Komunikasi dari atas ke bawah (2) komunikasi dari bawah
ke atas, (3) komunikasi Horizontal, (4) komunikasi Diagonal.10
7
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 174-175
8
(Bavelas, 1950; Bavelas & Barrett, 1951; Burgerss, 1969; Leavitt, 1951; Shaw, 1958)
9
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 175-176
10
Romli Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : PT Grasindo, 2011)
Cet. Ke-1. h. 176
24
C. Model-Model Pola Komunikasi
1. Pola Komunikasi Formal
Pola komunikasi dalam organisasi merupakan pedoman ke mana
seseorang dapat berkomunikasi. Pola komunikasi formal dalam organisasi
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, dari
bawah ke atas, horizontal dan diagonal.11
a. Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari
tingkat atas ke tingkat bawah berupa prosedur organisasi, instruksi tentang
bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap prestasi bawahan,
penjelasan tentang tujuan organisasi dan lain sebagainya. Salah satu
kelemahan komunikasi dari atas ke bawah adalah ketidakakuratan
informasi karena harus melewati beberapa tingkatan. Pesan yang
disampaikan dengan suatu bahasa yang tepat untuk suatu tingkat, tetapi
tidak tepat, untuk tingkat paling bawah yang menjadi sasaran dari
informasi tersebut.12
Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari
bagian
atasan
atau
pimpinan
kepada
bawahannya.
Kebanyakan
komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang
berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesantersebut biasanya
berisi denganpengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan
kebijakan umum. Menurut tokoh Lewis (1987) komunikasi ke bawah
11
12
Ibid h. 176
Ibid h. 176
25
adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk
pendapat, mengurangu ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah
informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan
mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan.13
a. Tipe Komunikasi Ke Bawah
Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan dalam lima
tipe yaitu :14
1) Instruksi tugas
Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada
bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan
bagaimana melakukannya.
2) Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan
aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi atau objektif organisasi.
3) Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan
rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan
kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi
sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna
memperkuat loyalitas, moral dan motivasi
13
Arni Muhammda, komunikasi Organisasi, (Jakarta : Sinar Grafika offset, 1989), h.
14
Ibid, hal. 108-109
108
26
4) Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan
praktik-praktik
organisasi,
peraturan-peraturan
organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan
instruksi dan rasional.
5) Balikan
Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketetapan
individu dalam melakukan pekerjaanya. Salah satu bentuk sederhana dari
balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan
pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan.
b. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyesdiakan umpa
balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan
diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya, praktik serta
kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawah ke atas dapat berbentuk
laporan tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok dan lain
sebagainnya.
Permasalahan utama yang terjadi dalam komunikasi dari bawah ke
atas adalah bias dan penyaringan atas informasi yang disampaikan oleh
bawahan. Komunikasi dari bawah ke atas digunakan untuk memonitor
prestasi organisasi. Bawahan seringkali memberikan informasi yang
kurang benar kepada atasannya, terutama untuk informasi yang
mengenakkan. Akibatnya, komunikasi dari bawah ke atas seringkali
27
dikatakan sebagai penyampaian informasi yang menyenangkan atasan dan
bukan informasi yang perlu diketahui oleh atasan.
Tujuan dari komunikasi ke atas ini adalah untuk memberikan
balikan,
memberikan
saran
dan
mengajukan
pertanyaan.
Fungsi
Komunikasi ke atas menurut Smith 1986, komunikasi ke-atas berfungsi
sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan
suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan
stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan
pelaksanaan kebijaksanaan bagi organisasinya.15
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal merupakan aliran komunikasi kepada orang-orang
yang memiliki hirerarki yang sama dalam suatu organisasi, misalnya
komunikasi yang terjadi antara manajer bagian pemasaran dengan manajer
bagian produksi atau antara karyawan bagian produksi dengan karyawan
bagian keuangan.
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara
rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individuindividu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi
dan mempunyai atasan yang sama. Jadi, di universitas, unit kerja dapat berupa
sebuah jurusan. Jurusan komunikasi, jurusan prilaku organisasi, dan jurusan
ilmu pengajaran semuanya meliputi dosen-dosen dalam sebuah jurusan
disebut komunikasi horizontal. Komunikasi dosen jurusan yang satu dengan
15
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi, (Jakarta : Sinar Grafika offset, 1989), h. 117
28
dosen jurusan yang lainnya disebut komunikasi lintas saluran, yaitu informasi
diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan di
antara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau
atasan.16
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua
jenis kontak antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis
cenderung menjadi lazim. komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam
rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon,
memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualiatas
adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung
jawab. Yang penting, kelompok ini adalah kelompok kerja biasa yang
membuat atau memperbaiki sebagian produk.17
Hambatan-hambatan pada komunikasi horizontal banyak persamaannya
dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan ke bawah.
Ketiadaan kepercayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada
mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu
komunikasi pegawai yang sama tingkatanya dalam organisasi dengan
sesamannya.18
16
R Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 195.
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 196
18
R Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 195-196
17
29
b. Pola Komunikasi Informal
Pola komunikasi informal adalah bila karyawan berkomunikasi dengan
yang
lainnya
tanpa
memperhatikan
posisinya
dalam
organisasi,
makapengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke
atas, kebawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi,
kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini muncul dari
interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi dengan arah
yang tanpa dapat diduga. Komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus
(grapevine) atau kabar angin.19
Dalam istilah komunikasi, grapevine digambarkan sebagai “metode
penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh
melalui saluran biasa”.20 Komunikasi informal cenderung mengandung
laporan raasia tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui
saluran perusahaan yang formal. Informasi yang diperoleh melalui grapevine
lebih memperhatikan apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang
daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak
sumbernya terlihat rahasia meskipun informasi itu sendiri bukan rahasia.21
Selain pola komunikasi diatas, penting pula memperhatikan sebuah pola
komunikasi organisasi dengan memperhatikan gaya komunikasi dari
pemimpin organisasi itu sendiri. Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi
19
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi, (Jakarta : Sinar Grafika offset, 1989), h. 124
Stein, 1967, h. 616
21
R. Wayne Pace dan Don F. Fules, Komunikasi Organisasi,.h. 199-200
20
30
dan digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi
terdiru
dari
sekumpulan
perilaku
komunikasi
yang
dipakai
untuk
mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harpan dari penerima (receiver). Ada
enam gaya komunikasi22, yakni :
1) The Equalitarian Style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara
terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai, dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
2) The Controlling Style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk memabatasi, memaksa,
dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. Orangorang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one way communocators. Namun
demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak
jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi
respons atau tanggapan yang negatif pula.
22
Sasa Juarsa. Teori Komunikasi, Modul 4
31
3) The Structuring Style
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan
verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah
yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas, dan pekerjaan serta
struktur organisasi, pengirim pesan ( sender ) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagai informasi tentang tujuan organisasi, jadwal
kerja, aturan, dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4) The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang
yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain,
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.
5) The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecendrungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). Tujuan
utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimuli atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja lebih cepat dan lebih
baik.
6) The Relinguishing Style
32
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat, meskipun pengirim pesan (sender)
mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.
BAB III
PENGURUS BESAR NAHDATUL ULAMA
MASA KHIDMAT 2010-2015
A. Profil Nahdatul Ulama
1. Sejarah Nahdatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan (jam'iyah
diniyah islamiah) yang berhaluan Ahli Sunnah wal-Jamaah (Aswaja). Organisasi
ini didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 (16 Rajab 1334 H) oleh K.H. Hasyim
Asy'ari beserta para tokoh ulama tradisional dan usahawan di Jawa Timur.1
Sejak awal K.H. Hasyim Asy'ari duduk sebagai pimpinan dan tokoh
agama terkemuka di dalam NU. Tetapi, tidak diragukan bahwa penggerak di balik
berdirinya organisasi NU adalah Kyai Wahab Chasbullah, putra Kyai Chasbullah
dari Tambakberas Jombang. Pada tahun 1924 Kyai Wahab Chasbullah mendesak
gurunya, K.H. Hasyim Asy'ari, agar mendirikan sebuah organisasi yang mewakili
kepentingan-kepentingan dunia pesantren. Namun, ketika itu pendiri pondok
pesantren Tebu Ireng ini, K.H. Hasyim Asy'ari, tidak menyetujuinya. 2 Beliau
menilai bahwa untuk mendirikan organisasi semacam itu belum diperlukan. Baru
setelah adanya peristiwa penyerbuan Ibn Sa'ud atas Mekah, beliau berubah pikiran
dan menyetujui perlunyabdibentuk sebuah organisasi baru. Semangat untuk
merdeka dari penjajahan Belanda pada waktu itu, dan sebagai reaksi defensif
maraknya gerakan kaum modernis (Muhammadiyah, dan kelompok modernis
1
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), h. 1
2
Mengenai biografi Hasyim Asy’ari, lihat D. Lombard 1990, II: 127-12. Dokumendokumen NU menyatakan bahwa dirinya keturunan Brawijaya VI, raja terakhir kerajaan HinduBudha Majapahit (Aboebakar 1957;958).
33
34
moderat yang aktif dalam kegiatan politik, Sarekat Islam) di kalangan umat Islam
yang mengancam kelangsungan tradisi ritual keagamaan khas umat islam
tradisional adalah yang melatarbelakangi berdirinya NU. Rapat pembentukan NU
diadakan di kediaman Kyai Wahab dan dipimpin oleh Kiai Hasyim. Pada bulan
September 1926 diadakanlah muktamar NU yang untuk pertama kalinya yang
diikuti oleh beberapa tokoh. Muktamar kedua 1927 dihadiri oleh 36 cabang.3
Bagi banyak kalangan ulama tradisional, kritikan dan serangan dari kaum
reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti ajaran Islam.
Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-tradisi menjadi semakin
ketat sebagai sebuah ciri kepribadian. Mazhab Imam Syafii merupakan inti dari
tradisionalisme
ini
(meskipun
mereka
tetap
mengakui
mazhab
yang
lainnya).Ulama tradisional memilih salah satu mazhab dan mewajibkan kepada
pengikutnya, karena (dinilainya) di zaman sekarang ini tidak ada orang yang
mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Al-quran dan sunah secara menyeluruh.4
Di sisi lain, berdirinya NU dapat dikatakan sebagai ujung perjalanan dari
perkembangan gagasan-gagasan yang muncul di kalangan ulama di perempat abad
ke-20. Berdirinya NU diawali dengan :
Lahirnya Nahdlatul Tujjar (1918) yang muncul sebagai lambang gerakan
ekonomi pedesaan, Disusul dengan munculnya Taswirul Afkar (1922) sebagai
3
Feillard, Andre. Islam at Armee dans L'indonesie Contemporaine. Diterjemahkan oleh
Lesmana dengan judul NU; Vis-à-vis Negara Pencarian Isi, Bentuk dan Makna. Cet. I;
Yogyakarta: LKiS, 1999. H. 10
4
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), h. 2
35
gerakan keilmuan dan kebudayaan, Kemudian Muncul Nahdlatul Wathon (1924)
sebagai gerakan politik dalam bentuk pendidikan.
Dengan demikian, bangunan NU didukung oleh tiga pilar utama yang
bertumpu pada kesadaran keagamaan. Tiga pilar pilar tersebut adalah5
(a) wawasan ekonomi kerakyatan;
(b) wawasan keilmuan dan sosial budaya; dan
(c) wawasan kebangsaan.
NU menarik massa dengan sangat cepat bertambah banyak. Kedekatan
antara kyai panutan umat dengan masyarakatnya dan tetap memelihara tradisi di
dalam masyarakat inilah yang membuat organisasi ini berkembang sangat cepat,
lebih cepat daripada organisasi-organisasi keagamaan yang ada di Indonesia.
Setiap kyai membawa pengikutnya masing-masing, yang terdiri dari keluargakeluarga para santrinya dan penduduk desa yang biasa didatangi untuk berbagai
kegiatan keagamaan. Dan, para santri yang telah kembali pulang ke desanya,
setelah belajar agama di pondok pesantren, juga memiliki andil besar dalam
perkembangan organisasi ini, atau paling tidak memiliki andil di dalam
penyebaran dakwah Islam dengan pemahaman khas NU.6
Pada tahun 1938 organisasi ini sudah mencapai 99 cabang diberbagai
daerah. Pada tahun 1930-an anggota Nu sudah mencapai ke wilayah Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan. Kini organisasi NU menjadi
5
Feillard, Andre. Islam at Armee dans L'indonesie Contemporaine. Diterjemahkan oleh
Lesmana dengan judul NU; Vis-à-vis Negara Pencarian Isi, Bentuk dan Makna. Cet. I;
Yogyakarta: LKiS, 1999. H. 317
6
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), h. 2
36
organisasi terbesar di Indonesia, yang tersebar di seluruh Provinsi, bahkan
sekarang telah berdiri cabang-cabang NU di negara-negara lain.
Hubungan dengan kaum pembaru yang sangat tegang pada tahun-tahun
awal berdirinya NU secara bertahap diperbaiki. Sekitar tahun 1930-an berkali-kali
terlihat tanda-tanda kemauan baik dari kedua belah pihak. Pada muktamar ke-11
(1936) di Banjarmasin Kiai Hasyim Asy'ari mengajak umat Islam Indonesia agar
menahan diri dari saling melontarkan kritik sektarian, danmengingatkan bahwa
satu-satunya perbedaan yang sebenarnya hanyalah antara mereka yang beriman
dan yang kafir. Apa yang dikatakan oleh Kiai Hasyim Asy'ari adalah tepat, dan
hal itu setidaknya dapat menumbuhkan rasa persatuan dikalangan umat Islam.
Karena, perbedaan di antara umat Islam itu sudah pasti terjadi. Yang penting
perbedaan itu tidaklah menyangkut hal-hal yang mendasar (ushul). Meskipun
ajakan ini ditujukan bagi kalangan sendiri, tetapi mendapat respon yang positif
dari kalangan pembaru. Sehingga, hubungan antara kedua belah pihak semakin
lama semakin baik.7
Akan tetapi, dalam beberapa kasus tetap saja terjadi, bahkan hingga era
reformasi sekarang ini. Ketegangan yang cukup besar terlihat menjelang jatuhnya
pemerintahan Abdul Rahman Wahid (Gus Dur) tahun 2001. Warga NU yang
mendukung Gus Dur bersitegang dengan warga Muhammadiyah yang mendukung
Amin Rais. Kejadian ini sempat membuat beberapa masjid Muhammadiyah
diserang oleh pendukung fanatik Gus Dur di kantong-kantong NU.
7
23
Hari-Hari sekitar lahir NU, oleh H. Umar Burhan, dalam Aula, no 1,th.III, 1981, hml.
37
Yang lebih unik lagi adalah bahwa perbedaan yang selama ini terjadi telah
mengakibatkan tempat ibadah keduanya tidak bisa bersatu. Kristalisasi nilai-nilai
ini menjadikan masjid NU berbeda dengan masjid Muhammadiyah. Perbedaan
yangdimaksud dalam arti bahwa masjid NU tidak ditempati atau digunakan oleh
warga Muhammadiyah dan sebaliknya. Jika di suatu masjid terlihat tidakada
zikiran yang panjang dan seru serta tidak ada kunut, orang NU akan mengatakan
bahwa itu masjid Muhammadiyah. Nampaknya kelompok reformis itu terwakili
oleh organisasi Muhammadiyah. Padahal, kelompok pembaru sesungguhnya tidak
hanya dari kalangan Muhammadiyah, masih banyak dari organisasi lain, seperti
Persatuan Islam (persis), Al-Irsyad, dan lain-lain sejenisnya, mereka termasuk
dalam kelompok pembaru. Namun, warga NU pada umumnya lebih mengenal
Muhammadiyah. Karena, organisasi tersebut memang yang lebih besar, dan
terbesar kedua setelah NU.8
Dalam perjalanannya, NU pernah melibatkan diri dalam politik praktis,
yaitu menjadi partai politik (parpol) sejak tahun 1954 (Orde Lama). Ini sebuah
kesalahan besar bagi NU. Keberadaanya di kancah perpolitikan tidak membuatnya
semakin maju, justru menjadi semacam komoditas politik murahan bagi kalangan
politikus.Dengan pengalamannya yang pahit ini, di masa Orde Baru NU
memutuskan kembali menjadi organisasi sosial keagamaan, dengan semangat
kembali ke"Khittah 26''. Sejak kembalinya orientasi NU kepada Khittah NU pada
muktamar ke-27 di Situbondo Jawa Timur tahun 1984, NU berhasil melaksanakan
mabadi khaira ummah (prinsip dasar sebaik-baik umat) melalui pendekatan sosial
8
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), h. 3
38
budaya, bukan pendekatan kekuasaan-politik, dengan diperhatikannya NU sebagai
jam'iyyah.9
Keberhasilan mempertahankan NU sebagai jam'iyyah telah memberi andil
besar kepapa perkembangan pluralisme politik di kalangan NU khususnya dan
dimasyarakat Indonesia pada umumnya, yang berarti telah menyumbang kepada
praktik dasar-dasar kehidupan demokratis. Keberhasilan ini telah membangun
citra NU sebagai organisasi yang cukup independent dalam menghadapi
gempuran-gempuran politik dari penguasa, sebagai perekat bangsa dan pengayom
kelompokminoritas. Di masa reformasi, ketika kran kebebasan mendirikan
organisasi politik terbuka, muncul desakan dari warga NU sendiri untuk kembali
menjadi parpol. Tetapi, belajar dari pengalaman masa lalu, NU berketetapan untuk
mempertahankan diri sebagai organisasi sosial keagamaan, konsisten dengan
Khittah 1926.10
2.
Visi & Misi
ketika NU hidup di dunia modern, mau tidak mau organisasi ini juga harus
mengembangkan diri, untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
dijalani. AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) NU juga terus
dikembangkan setiap lima tahun sekali.
9
Feillard, Andre. Islam at Armee dans L'indonesie Contemporaine. Diterjemahkan oleh
Lesmana dengan judul NU; Vis-à-vis Negara Pencarian Isi, Bentuk dan Makna. Cet. I;
Yogyakarta: LKiS, 1999. H. 17
10
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 - 2015
39
Dalam keputusan Muktamar Donohuan, Boyolali (2004) disebutkan :11
Tujuan Nahdatul Ulama didirikan adalah berlakunya ajaran Islam yang
menganut paham Ahlussunah Waljamaah dan menurut salah satu dari madzhab
Empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan
demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
1. Visi
Terwujudnya NU sebagai jamiyyahdiniyyah ijtima’iyyah Ahlussunnah
wal Jamaah yang maslahat bagi umat menuju masyarkat Indonesia
yang sejahtera, berkeadilan, demokratis dan mandiri.
2. Misi
a. Melaksanakan dakwah islamiyyah Ahlussunnah wal Jamaah dalam
membimbing umat menuju masyarakat mutamaddin.
b. Memberdayakan
lembaga
pendidikan
dan
pesantren
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya insani yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, serta berakhlakul karimah.
c. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan ekonomi umat.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penegakan hukum
yang berkeadilan.
e. Menumbuhkembangkan budaya demokrasi yang jujur dan adil.
11
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), h. 1
40
f. Mendorong
kemandirian
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. Faham Keagamaan
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah,
sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara
berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan
Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode AlGhazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf
dengan syariat.12
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah,
serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih
maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara.
Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan
dinamika sosial dalam NU.13
12
13
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015. h. 7
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015. h. 7
41
4. Basis Pendukung
Jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya
diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di
desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosialekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat
menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka
memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan
pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa
banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika selama ini
basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada
sektor perburuhan di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga
dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga
semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi
selama ini.14
5. Dinamika
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah
diterjemahkan
dalam
perilaku
kongkrit.
NU
banyak
mengambil
kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa
14
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007), Cet. 2 h. 11
42
organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan
zaman. Prestasi NU antara lain:15
1.
Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana
diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2.
Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah,
sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai
dengan madzhab masing-masing.
3.
Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI)
tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan
Indonesia berparlemen.
4.
Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis
melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22
Oktober 1945.
5.
Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil
menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6.
Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika
(KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7.
Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society
di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
15
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015. h. 8
43
6. Tujuan Organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah
di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).16
- Usaha Organisasi
1.
Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan
meningkatkan
rasa
persaudaraan
yang
berpijak
pada
semangat persatuan dalam perbedaan.
2.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim
yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.
3.
Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat
serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan
kemanusiaan.
4.
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan
untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.
5.
Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
16
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015. h. 9
44
7. Struktur 17
1.
Pengurus Besar (tingkat Pusat)
2.
Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
3.
Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota)
4.
Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan)
5.
Pengurus Ranting (tingkat Desa/Kelurahan)
Untuk tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang,
setiap kepengurusan terdiri dari:
1.
Mustasyar (Penasehat)
2.
Syuriah (Pimpinan Tertinggi)
3.
Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk tingkat Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
1.
Syuriaah (Pimpinan tertinggi)
2.
Tanfidziyah (Pelaksana harian)
B. Struktur Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) 2010 – 2015
ï‚·
MUSTASYAR
Prof. Dr. KH Tolchah Hasan
KH Muchit Muzadi
KH Maemun Zubair
17
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015. h. 8
45
KH Ma’aruf Amin
KH Idris Marzuki
KH E. Fakhrudin Masturo
KHChotib Umar
KH Dimyati Rois
Tuan Guru Turmudzi Badruddin
Dr. H.M Jusuf Kalla
KH Abdurahim Mustofa
Prof. Dr. KH Maghfur Usman
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
KH Sya’roni Ahmadi
Prof. Dr. Ridhwan Lubis
KH Muiz Kabri
KH Mahfudl Ridwan
Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo
KH A. Syatibi
o SYURIYAH
Rais Aam
: Dr. KH M.A. Sahal Mahfudh
Wakil
: Dr. KH A. Musthofa Bisri
Rais
: KH AGH Sanusi Baco
Rais
: Dr. KH Hasyim Muzadi
46
Rais
: KH. Masduqo Mahfudh
Rais
: KH Hamdan Kholid
Rais
: KH Masdar Farid mas’udi, MA.
Rais
: KH Mas Subadar
Rais
: Prof. Dr. Machasin, MA.
Rais
: Prof. Dr. KH Ali Musthofa Yaqub
Rais
: Prof. Dr. H. Artani Hasbi
Rais
: KH Ibnu Ubaidillah Syatori
Rais
: KH Saifudin Amsir, MA.
Rais
: KH Adib Roifuddin Izza
Rais
: KH Ahmad Ishomuddin M.Ag.
Katib Aam
: Dr. KH Malik Madani
Katib
: Drs. KH Ichwan Syam
Katib
: KH Musthofa Aqil
Katib
: KH Kafabihi Mahrus Ali
Katib
: KH Yahya Staquf Cholil
Katib
: KH Shalahuddin al-Ayyubi, M,Si.
Katib
: KH Afifuddin Muhajir
Katib
: KH Mujib Qolyubi M.Hum
47
ï‚·
A’WAN
Ir. KH Salahuddin Wahid
KH Nurul Huda Jazuli
KH Abun Bunyamin
KH Bagindo, M.Letter
Drs. H. Ahmad Bagja
Dr. H. Endang Turmudzi
KH Muadz Tahir
Dr. Habib Abdul Qadir al- Habsyi
Drs. H. Farid Wajdi
KH Eeo Nurudin, M.Pdi
KH. Mukhtar Royani
Drs. H, Asnaqi Latif
Drs. H. Cholid Mawardi
H. Abdullah Syarwani, SH
Drs. KH Nuruddin Abdurahman, SH
Dr. Tomy Wangay
Nyai Hj Mahfudzoh Ali Ubaid
Nyai Dra. Hj. Hudzaimah Tahido Yanggo
Dr. Hj Faizah Sibromalisi, MA
KH Sadid Jauhari
Dr. KH Ambrsni Hamidi
48
ï‚·
TANFIDZIYAH
Ketua Umum
: Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA
Wakil Ketua Umum
: Dr. (HC) H. As’ad Said Ali
Ketua
: Drs. H. Slamet Effendi Yusuf, M.Si
Ketua
: KH Hasyim Wachid Hasyim
Ketua
: KH Abbas Muin, MA
Ketua
: Drs. H. Muh. Salim Al-jufri
Ketua
: Prof. Dr. Maksum Mahfudz
Ketua
: Prof. Dr. Maidir Harun
Ketua
: Drs. H. Saifullah Yusuf
Ketua
: Drs. M. Imam Aziz
Ketua
: Drs. H. Hilmi Muhammadiyah,M.Si
Ketua
: Drs. H. Abdurrahman, M.Pd
Ketua
: Drs. H. Arvin Hakim Thoha
Ketua
: Ir. H.M. Iqbal Sullam
Ketua
: Prof. Dr. Kacung Marijan
Ketua
: H. Dedi Wahidi, S.Pd.,M.Si
Sekretaris Jendral
: Dr. H. Marsudi Syuhud
Wakil Sekjend
: Drs. H. Enceng Shobirin
Wakil Sekjend
: Drs. H. Abdul Mun’im Dz
Wakil Sekjend
: Dr. H. Aji Hermawan
Wakil Sekjend
: Dr. H. Affandi Muchtar
49
Wakil Sekjend
: Dr.dr. Syahrizal Syarif, MPH.,Ph.D.
Wakil Sekjend
: Dr.H. Hanif Saha Ghofur
Wakil Sekjend
: Imdadun Rahmat
Bendahara Umum
: Dr.-Ing. H. Bina Suhendra
Wakil Bendahara
: Dr. H. Abidin HH
Wakil Bendahara
: H. Nasirul Fallah Amru, SE., MM
Wakil Bendahara
: H.Raja Sapta Ervian, SH.,M. Hum
Wakil Bendahara
: H. Hamid Wahid Zaini, M.Ag
BAB IV
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI PENGURUS BESAR
NAHDATUL ULAMA
A.
Pola komunikasi Organisasi PBNU
Pola aliran komunikasi organisasi yang digunakan Pengurus Besar
Nahdatul Ulama adalah Pola Roda. Sedangkan arah aliran komunikasi formal
yang digunakan dalam menjalankan komunikasi organisasi di PBNU adalah
komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan komunikasi horizontal. Arah
aliran komunikasi lainnya adalah yang bersifat Komunikasi Informal.
1.
Pola Roda
Pola komunikasi organisasi yang digunakan Pengurus Besar Nahdatul
Ulama (PBNU) adalah Pola Roda. Di mana pola roda ini sendiri adalah pola yang
mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.1
Orang yang dalam posisi sentral itu menerima kontak dan informasi yang
disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan
saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola Roda memungkinkan pengawasan
yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat
dan organisasi lebih stabil, menunjukan kecermatan tinggi dalam pemecahan
11
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 174-175
50
51
masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung mengalami
kelebihan beban pesan dan pekerjaan.2
Pola roda dalam pola komunikasi organisasi di PBNU adalah jabatan ketua
umum menjadi posisi sentral di organisasi PBNU. Ketua umum adalah posisi
sentral dan strategis di organisasi PBNU, sosok ketua umum di PBNU sangat di
panuti dan dihormati oleh anggota pengurus PBNU, karena tanggung jawab atau
tugas ketua umum yaitu Memimpin, mengatur, mengkoordinasikan dan
mengawasi tugas-tugas diantara pengurus Tanfidziyah, maupun pelaksanaan
keputusan-keputusan muktamar dan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdatul
Ulama.3 Di dalam struktur Pengurus Besar Nahdatul Ulama ada namanya syuriah
dan tanfidziyah. Syuriah adalah pimpinan tertinggi dalam jam’iyah Nahdatul
ulama. Terdiri dari para ulama pilihan. Syuriah berfungsi sebagai pembina,
pengendali, pengawas dan penentu kebijaksanaan NU.
Syuriah ini juga terdapat struktur kepengurusan di dalamnya.
Ditingkat pusat terdiri dari Rais Aam, Wakil Rais Aam, beberapa Rais,
Katib Aam, beberapa wakil Katib, dan A’wan. Semakna dengan ketua
umum di syuriah yaitu namannya Rais Aam hanya untuk membedakan
nama ketua umum syuriah dan ketua umum tanfidziyah. Dan
Tanfidziyah adalah pelaksana kebijakan Syuriyah. Di dalam struktur
kepengurusan Tanfidziyah di tingkat pengurus besar adalah Ketua
umum, wakil ketua umum, beberapa ketua, sekretaris jendral, beberapa
wakil Sekjen, Bendahara Umum, dan Beberapa wakil Bendahara.
Keduannya itu dipilih pada saat forum tertinggi dalam jam’iyah
Nahdatul Ulama. Yang diselenggarakan oleh PBNU, sekali dalam lima
tahun yaitu Muktamar.4
2
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 175-176
3
Anggaran dasar dan Anggaran rumah tangga Nahdatul ulama, pasal 64 ayat 2. h. 70-71
4
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. Said Aqil Siradj , pada
tanggal 04 Febuari 2013.
52
Posisi ketua umum menjadi sentral dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan di PBNU. Dibawah kepemimpinan ketua umum itu-lah roda organisasi
NU akan berjalan, suatu pengambilan kebijakan dan keputusan yang akan di
ambil harus diputuskan atau di sah kan oleh ketua umum. keputusan dan
kebijakan itu diambil dengan bermusyawarah dengan Sekretaris Jendral dan
Bendahara Umum. Bermusyawarah di PBNU yaitu dengan mengadakan rapat
harian tanfidziyah dan dipimpin langsung oleh ketua Umum. apabila terdapat
masalah dalam memutuskan kebijakan yang ingin di ambil di PBNU ketua umum
dapat secara langsung berkonsultasi dengan Rais Aam atau syuriah. walaupun
harus melalui proses musyawarah dan demokrasi. Keputusan dan kebijakan yang
telah di sah kan oleh ketua umum melalui hasil musyawarah bersama pengurus
besar yang lain-Nya harus dilaksanakan oleh seluruh pengurus dan lembaga NU
di seluruh Indonesia. Jadi, PBNU adalah pusat dari organisasi Nahdatul Ulama
diseluruh Indonesia.
Nahdatul Ulama adalah organisasi terbesar di Indonesia. Diseluruh
Indonesia organisasi Nahdatul Ulama dibagi ke beberapa pengurus yaitu pengurus
cabang, wilayah dan ranting di 33 provinsi diseluruh indonesia. PBNU menjadi
posisi sentral karena pusat dari Organisasi Nahdatul Ulama itu sendiri adalah
PBNU di Jakarta. Seluruh pengurus atau anggota Nahdatul Ulama bergantung
dengan PBNU. Semua masalah, prestasi dan kegiatan Pengurus Wilayah,
Pengurus Cabang, dan Ranting, itu harus sepengetahuan dan perizinan Pengurus
Besar Nahdatul Ulama.
53
Selain itu PBNU memiliki 16 lembaga, lembaga itu adalah perangkat
departementasi organisasi Nahdatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan Nahdatul Ulama berkaitan dengan satu bidang tertentu.5 dan 16
lembaga itu dapat dikatakan sebagai pelaksana program-program PBNU dan hasil
dari semua kegiatan maupun prestasi yang telah dilaksanakan oleh 16 lembaga itu
harus dilaporkan ke Pengurus Besar Nahdatul Ulama.
Pengaruh Pola Roda dalam proses komunikasi organisasi Pengurus Besar
Nahdatul Ulama dapat terlihat pada variabel-variabel berikut ini :
1)
Kemunculan pemimpin sangat berperngaruh.
Dalam struktur organisasi PBNU pemimpin tertinggi di PBNU
adalah Ketua Umum. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj merupakan
sosok yang sangat dihormati di PBNU. Kemunculuan beliau dan
pengurus besar lainnya seperti sekretaris jenderal dan bendahara
umum di kantor PBNU sangat berpengaruh dengan kinerja anggota
lainnya di PBNU. Saat pengurus besar tidak dapat hadir di kantor
PBNU, suasana di kantor PBNU sepi dan terlihat seperti tidak ada
aktifitas kerja di lantai tiga gedung Pengurus besar Nahdatul
Ulama. Apabila pengurus besar sedang berada di kantor PBNU
aktifitas kerja terlihat sibuk dan ramai.
2)
Jumlah pesan yang disampaikan tinggi dan cepat.
Jumlah pesan yang masuk dan keluar dari lingkungan PBNU begitu
tinggi dan cepat. Banyak pesan yang masuk dan keluar dari
5
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj , pada
tanggal 04 Febuari 2013.
54
lingkungan PBNU langsung sampai dan harus melalui meja staf
terlebih dahulu. Dan itu juga akan tersampaikan dengan cepat
apabila pengurus besar sedang berada di tempat. Apabila pengurus
besar sedang berada di tempat pesan yang masuk langsung terespon
dengan cepat. Pesan yang keluar melalui media publisitas maupun
media konvensional lainnya banyak yang dipublikasikan, selain
mengenai keberhasilan dari program yang telah terealisasikan oleh
PBNU maupun lembaganya.
3) Kecermatan solusi baik.
Aliran informasi atau pesan yang disampaikan dalam proses
komunikasi organisasi dengan pola roda, menjadikan informasi
yang disampaikan akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Karena pesan yang disampaikan langsung dari pimpinan PBNU
yakni ketua umum. Sehingga informasi atau instruksi itu dapat
langsung dikerjakan dan dijalankan oleh pengurus dan anggota
di PBNU.
2.
Pola Arah Aliran komunikasi Formal dan Informal
Dalam Pola Komunikasi Organisasi membicarakan tentang informasi yang
berpindah secara formal dari individu yang jabatannya lebih tinggi kepada
anggota-anggota yang jabatannya lebih rendah itu disebut dengan komunikasi ke
bawah, dan informasi yang bergerak dari suatu jabatan yang otoritasnya lebih
rendah kepada orang yang otoritasnya atau jabatannya lebih tinggi itu disebut
dengan komunikasi ke atas, sedangkan informasi yang bergerak diantara
55
individu-individu dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya itu disebut
dengan komunikasi horizontal atau informasi yang bergerak di antara individuindividu dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan maupun bawahan satu
dengan lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda itu
disebut komunikasi lintas saluran. Dalam pembahasan ini juga akan
menyinggung informasi yang mengalir secara informal.
1)
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah di Pengurus Besar Nahdatul Ulama ini
mengalir informasi bergerak dari jabatan yang berotoritaskan lebih tinggi
dalam hal ini Ketua Umum PBNU yang dipilih pada muktamar tahun 2010
yaitu Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. Yang sudah menjabat selama kurang
lebih dua tahun setengah kepada mereka yang otoritasnya lebih rendah,
baik kepada Sekretaris Jendral Dr. H. Marsudi Syuhud maupun Bendahara
Umum yaitu Dr.Ing. H. Bina Suhendra dan para staf-staf PBNU.
Di dalam Pengurus Besar Nahdatul Ulama dibagi menjadi dua
yaitu ada Syuriah dan Tanfidziyah, syuriah di PBNU itu adalah dewan
penasehat yang berisikan para sesepuh dan ulama. Namun yang
melaksanakan program dan pelaksanaan kegiatan keseharian pengurus
besar Nahdatul Ulama itu adalah Tanfidziyah.
Pada prinsipnya tidak ada bedanya dengan aturan dengan
organisasi formal , ada ketua umum. Ada administrasi dengan ada
sekertaris. hanya di NU karena ini organisasi sosial keagamaan .
yang Organisasi simbolnya kiyai itu yang ini spesifik. disamping
ada organisasi yang umum di dalamnya ada struktur syuriah.
56
Syuriah adalah lembaga yudikatif seperti di pemerintahan. Jadi
suriah Adanya fungsi lembaga hukum, mulai dari kontrol
pengawasan didalamnya. Otoritas organisasi. Dari fungsi kontrol.
Nah, dari konsep-konsep prinsip NU ke syuriah ke agmamaan dari
suriah ini implementasinya di tanfidziyah. Yang ada sekjen, ketua
umum dll. Di syuriah ada tiga lapis, ada anggota, kemudian ada
harian suriah yang levelnya di atas anggota suriah. Harian syuriah
di pegang oleh, rais Aam,, dan dibawah rais Aam ada wakilnya
lebih pada setara jajaran syuriah yang satu level dengan anggota
lainnya. Kalau diinternal syuriah komunikasinya biasanya beliaubeliau bisa ketemunya satu bulan satu kali dari internal syuriah.
atau rapat-rapat yang menurut beliau penting itu. Bisa ketemu
Tidak harus sebulan satu kali. Dari putusan-putusan Disampaikan
perlu konsultasi diselesaikan disitu disampaikan ke tanfudiah.
Biasanya rapat Yang sifatnya urgent. Terkait dengan dinamika di
tanfidziyah. Kalau tanfidziyah perlu konsultasi maka di sampaikan
ke syuriah. Antara suriah dengan tanfidziyah posisinya syuriah
lebih di atas, karena sifatnya kontrol, pengawasan sebagai sumber
kebijkan. Maka diatas tanfidziyah. Syuriah sumber segalanya.
Sedangkan Tanfidziyah hanya teknisi pelaksanakan. Untuk dua
kamar ada mekanisme organisasi dan rapat-rapat gabungan
mempertemukan suriah dan tanfudiah seperti masalah bahas
program, persoalan, dipimpin oleh pemegang otoritas yaitu rais
Aam, Mempertemukan syuriah dan tanfidziyah.6
Ketua umum sebagai atasan tertinggi di pengurus harian
Tanfidziyah, dan pengurus Besar Nahdatul Ulama mempunyai peran
komunikasi ke bawah yang sangat penting dan berpengaruh untuk
menjalankan roda organisasi di Nahdatul Ulama.
“Saya memiliki wewenang memimpin, mengatur,
dan mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan keputusan
mukatamar dan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdatul
Ulama. Dan saya juga mengawasi tugas-tugas di antara
Pengurus Besar Tanfidziyah. Saya bersama Rais Aam
pemimpin di
syuriah, bersama-sama
memimpin
pelaksanaan Muktamar, Musyawarah Nasional Alim
Ulama, Konfrensi besar, Rapat Pleno, Rapat Harian
Syuriyah dan Tanfidziyah. Dan saya juga memimpin rapat
6
2013
Wawancara Pribadi dengan Wakil Sekjen PBNU, Sulton Fathoni, tanggal 26 Maret
57
harian tanfidziyah
Tanfidziyah.” 7
dan
Rapat
Pengurus
Lengkap
Komunikasi ke Bawah di PBNU merupakan bagian yang sangat
penting dilakukan di dalam penyampaian informasi, instruksi, berdiskusi,
dan pembicaraan secara personal, semua ini dapat dilakukan hampir setiap
Pengurus Besar sedang berada di tempat, dengan melalui tatap muka
secara langsung maupun telepon, sms, BBM (Blackberry Messangger),
atau melalui surat dinas dan rapat yang diadakan diantara staf untuk
membicarakan permasalahan yang ada di PBNU maupun di daerah dan
dicari solusi jalan keluarnya bersama-sama.
Komunikasi ke bawah adalah hal yang sangat penting dilakukan
dalam menjalakan sebuah organisasi besar seperti organisasi para ulama
atau keagamaan Nahdatul Ulama. Sebab komunikasi yang dilakukan
berorientasi menjalankan sistem Koordinasi, evaluasi, Informasi, dan
koreksi setiap pengarahan kerja serta permasalahan yang ada di organisasi.
Komunikasi ke bawah berguna untuk penyampaian pendapat oleh
bawahan dan untuk mengetahui rasa kepuasan kerja di dalam sebuah
organisasi.
Komunikasi ke bawah oleh Pengurus Besar juga dilakukan dengan
berbagai kegiatan-kegiatan rutin di gedung PBNU. Seperti pengajian
malam selasa dan malam jum’at, istigosah dan Haul. Kegiatan-kegiatan
tersebut juga dimanfaatkan oleh pengurus besar Nahdatul ulama menjadi
7
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj,
tanggal 04 Febuari 2013.
58
media komunikasi ke bawah untuk berkonsolidasi. Nahdatul ulama ini
adalah salah satu organisasi terbesar di Indonesia dengan memiliki
Pengurus Wilayah, daerah maupun ranting diseluruh Indonesia. Semua
pengurus itu dibawah kepengurusan PBNU.
PBNU juga memiliki 16 lembaga diberbagai bidang dan lembagalembaga itu yang mejalankan program-program PBNU yang telah
diputuskan pada keputusan muktamar. Semua itu dibawah kepemimpinan
pengurus besar. Komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh pengurus
besar Nahdatul Ulama kepada pengurus di daerah-daerah maupun lembaga
yaitu dengan rapat koordinasi yang dilakukan dua bulan sekali, dengan
mengundang ketua-ketua lembaga untuk berdiskusi dan menerima laporan
hasil kerja.
Pengurus besar sesekali terjun langsung ke lapangan atau pada
moment-moment formal seperti peresmian gedung dan pelantikan cabang.
pada moment rapat-rapat besar seperti rapat Pleno, Muktamar dan
Musyawarah Nasional pada moment itu seluruh pengurus baik pusat,
daerah, ranting maupun lembaga berkumpul jadi satu dan dimanfaatkan
untuk berkomunikasi langsung secara tatap muka.
“kita ini pengajian-pengajian itu kita gunakan menjadi
media untuk konsolidasi itu. Seperti pengajian, istigosah, haul, itu
kita gunakan untuk konsolidasi kebawah. Ada yang formal
misalkan pelantikan cabang atau peresmian gedung ituloh formal
saya datang. Ada juga yang tidak formal saya diundang ngaji,
ceramah. Tapi saya gunakan tidak semata-mata ngaji selain ngaji
juga untuk melakukan komunikasi kebawah dengan moment ngaji
itu. Kita di PBNU ada...ada pertemuan paling besar itu namanya
Muktamar disitu ada pergantian pengurus lima tahun sekali dan
pada moment itu semua kader, anggota dari tingkat suryah dan
59
kebawahnya berkumpul. Selain Mukta’mar ada juga Munas
(Musyawarah Nasional) yang diadakan Minimal dua tahun
setengah sekali. Jadi satu kali diantara dua muktamar. Dan di
Munas itu yang paling menonjol dan paling intens yaitu Bahtumal
Sa’il membahas masalah-masalah Agama. Setelah Munas ada
Pleno, setelah Pleno ada Rapat gabungan suriah dan tanfidziyah.
Dan dalam mengambil kebijakan itu di rapat Pleno.”8
“Komunikasi organisasi dan komunikasi ke bawah di dalam
NU Sangat penting. Komukasi itu kan ibarat kalau di hidup
organisasi itu kan datangnya dari organ, manusia. Kalau manusia
kan organ-nya fungsi tertentu dan berjalan secara otomatis, Jadi
kerjasama anatara yang lain. Organisasi itu diibaratkan Sistem
sarap kita. Bayangin kalau sistem saraf kita tidak berjalan
gimana?? Ancur-kan. diibaratkan gitu aja. Kalau tidak ada
komunikasi maka organisasi kita tidak akan jalan. Adanya
kerjasama antara satu dengan yang lain. disamping itu ada turbah
dari PBNU turun ke bawah. Komunikasi tatap muka paling
penting. Harus ketemu secara langsung untuk melihat body
language. Harus ada personal talk namanya kita manusia ya,
terkadang kalau melalui telepon kita tidak tahu mimik orang
tersebut dalam menerima pesan kita, apa itu senang atau tidak.
Makannya penting untuk komunikasi dengan melihat mimik wajah.
Kalau komunikasi seperti zaman sekarang seperti melalui email,
telepon itu tidak cukup, kalau di IT kan disitu tidak ada personal
talk nya lagi. Kalau kita tatap muka bgini kan kita bisa liat body
language nya, body language nya kan tidak bisa berbohong. Lebih
sering komunikasi informal atau informal komunication itu sangat
penting dalam kehidupan. Kita atasi dengan cara NU. Saya pakai
prinsip, prinsip hidup saya Talk to the person, Don’t talk about the
person. Bicara langsung pada orang jangan bicara dibelakang.
Takut adanya salah paham. Suka komunikasi berdasarkan katanya.
Harus tabayun komunikasi tatap muka. Supaya kita mengerti
maksud seseorang yang berbicara dengan kita. Komunikasi
penting tidak cukup hanya melalui telepon. Kita harus bisa
komunikasi untuk menyenangkan orang. Kalau ada masalah Harus
dimusyawarahkan ( mufakat) bukan didiskusikan itulah budaya
kita, jangan tinggalkan kelompok. Hiduplah berjmaah. Jangan
tinggalkan kelompok karena berbeda. Orang salah karena
Melakukan apa yang dikatakan bukan melakukan apa yang
dimaksud. Harus meriview yang dikatakan apakah sesuai dengan
8
Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj,
tanggal 04 Febuari 2013.
60
yang dimaksud. Komunikasi penting. Kalau tidak mengerti harus
ditanya lagi supaya jelas apa yang dimaksud.”9
Hal-hal yang menyangkut tentang memberikan pengarahan dan
instruksi baik melalui media berupa telepon, surat, ataupun melalui
komunikasi personal sudah menjadi tugas sebagai ketua umum organisasi
besar Nahdatul Ulama. Segala kelalaian yang dilakukan bawahannya,
ketua umum harus bertanggung jawab untuk mengatur dan memberikan
pengarahan secara baik dan santun. Menjalankan sebuah organisasi
masyarakat sebesar NU tidaklah mudah, harus memiliki kesadaran
organisasi di NU dan harus memiliki rasa cinta dan Ikhlas terhadap
organisasi tersebut.
2) Komunikasi ke Atas
Suatu saran, permohonan, dan komentar yang diarahkan kepada
individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas
merupakan pengertian dari komunikasi ke atas.10 Di dalam Internal PBNU
Dalam hal ini sekertaris Jenderal yaitu Dr. H. Marsudi Syuhud dan
Bendahara Umum yakni Dr. Ing. H. Bina Suhendra bertanggung jawab
langsung kepada Ketua Umum yaitu Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj.
“Saya bertanggung jawab dengan ketum (ketua Umum di
tanfidziyah) dan rais Aam (ketua di syuriah). Jadi saya sering bikin
system, Misalnya cek in cek peluang. Misalnya saya punya Finance
manager bikin pengeluaran uang, kas di bank ada berapa. Sama ketua
umum diperiksa ditanya-tanya dan lalu taken dicek oleh ketua umum.
9
Wawancara Pribadi dengan Bendahara Umum PBNU, Dr. Ing. H. Bina Suhendra,
tanggal 26 Maret 2013.
10
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi, (Jakarta : Sinar Grafika offset, 1989), h. 117
61
Ada sistem itu dan itu keras sekali. Hampir tiap hari saya
berkomunikasi langsung maupun tidak langsung kepada ketua umum,
untuk meminta arahan dan berbincang-bincang tentang dana.”11
Di dalam struktur Organisasi di PBNU, disamping ada organisasi
Umum di dalam PBNU, diatas tanfidziyah ada syuriah seperti Dewan
Penasehat atau di ibaratkan dalam sistem pemerintahan, syuriah adalah
seperti lembaga Yudikatif dan Tanfidziyah sebagai lembaga Eksekutif.
Komunikasi yang dijalankan oleh pengurus harian atau pelaksana
Tanfidziyah kepada tingkat atas Syuriah yaitu apabila untuk mengambil
keputusan atau dalam pengambilan kebijakan terkait dengan dinamika di
Tanfidziyah kalau bersifat Urgent, Tanfidziyah apabila perlu konsultasi
maka disampaikan ke Syuriah, dan bertemu langsung secara tatap muka
dengan Rais Aam di Syuriah.12 Antara Syuriah dan Tanfidziyah posisi
syuriah lebih di atas, karena sifatnya kontrol, pengawasan sebagai sumber
kebijakan.
Maka di atas Tanfidziyah, Syuriah adalah sumber dari segalanya.
Sedangkan Tanfidziyah hanya teknisi pelaksanaan. Untuk dua pengurus
ini ada mekanisme organisasi dan rapat-rapat gabungan mempertemukan
Syuriah dan Tanfidziyah seperti membahas program, persoalan, dan lainlain itu dibahas pada rapat gabungan. Dan di pimpin oleh pemegang
otoritas yaitu Rais Aam.
11
Wawancara Pribadi dengan Bendahara Umum PBNU, Dr. Ing. H. Bina Suhendra,
tanggal 26 Maret 2013.
12
Wawancara Pribadi dengan Wakil Sekjen PBNU, Sulton Fathoni, tanggal 26 Maret
2013
62
3) Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara
rekan yang otoritasnya sama di dalam struktur organisasi. Unit kerja yang
meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang
sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama.13 Dalam hal ini
yakni di dalam struktur organisasi di PBNU yaitu sekertaris Jenderal
dibantu oleh wakil-wakil sekertaris Jenderal dan jumlahnya tergantung
dari kebutuhan sekertaris dan tergantung bebanya. Dalam hal ini salah satu
wakil Sekertaris Jenderal Bapak Iton Fatholli dalam berbagi tugas dengan
Wakil Sekertaris Jenderal lainnya.
“Sekertaris Jendral dibantu oleh wakil-wakil sekertaris dan
jumlahnya tergantung dari kebutuhan dan beban. Kalau untuk
pertemuan rutin, secara formal setiap minggu bisa ketemu. Tapi
secara non formal bisa ketemu kapan saja. Karena ada dua
pendekatan tugas kesesekjenan dan ketua-ketua. Pertama
pendekatan kewilayahan efeksional, misalnya saya bertanggung
jawab atas wilayah. wilayah mana saja Sumatra, kalimantan.
Kedua, pendekatan administrative. Misalnya, saya bertugas
mendampingi lembaga kesehatan, lingkungan hidup dst, untuk
kewilayahan harus kontrol secara langsung ke daerah. Kalau kerja
teknis posisi kita hanya sebagai kontrol karena sudah ada
lembaganya kerja contohnya lembaga kesehatan. Maka kita bantu
buka akses, kebijakan, arahan, jadi tidak teknis karena ada unit
kerjanya.”14
13
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 196
14
Wawancara Pribadi dengan Wakil Sekjen PBNU, Sulton Fathoni, tanggal 26 Maret
2013
63
Dari pernyataan di atas sesuai dengan tujuan komunikasi
Horizontal menurut Soleh Soemirat dalam buku nya Komunikasi
Organisasional, yaitu:15
a)
Untuk Koordinasi penugasan pekerjaan
b)
Untuk Berbagi Informasi
c)
Untuk Pemecah Masalah
d)
Menjamin persamaan pengertian
4) Pola Komunikasi Informal
Bila
Anggota
berkomunikasi
dengan
yang
lainnya
tanpa
memperhatikan Posisi atau Jabatan mereka dalam organisasi, maka arus
informasi bersifat pribadi.
Di dalam Pengurus Besar Nahdatul Ulama komunikasi informal biasa
terjadi, disaat
waktu senggang ataupun waktu istirahat. Kesan formal
tidak terlalu keliahatan di kantor PBNU, etika dan moralitas antar sesama
anggota di PBNU sangat terlihat. Kesan santai tapi saling menghormati
umur yang lebih tua.
Komunikasi informal ini dapat melalui komunikasi personal, dengan
interaksi langsung atau tatap muka maupun menggunakan
media,
misalnya telepon. Informasi yang dikomunikasikan bukan mengenai
15
Soleh Soemirat, Komunikasi Organisasional, (Jakarta : Universitas Terbuka,
2000), h.4.7
64
pekerjaan, melainkan mengenai hal diluar pekerjaan, pada waktu jam kerja
diantara anggota yang mengobrol dengan teman kerjanya, baik mengobrol
masalah organisasi maupun yang bersifat pribadi. Komunikasi Informal ini
penting untuk kemajuan sebuah organisasi.
“Nuansa formal tidak kelihatan hanya dibatasi etika saja.
Moralitas bahwa itu lebih tua dari kita. Acara alami saja. Tapi untuk
kerja komunikasi biasa saja. Malah rapat di NU tidak ada standarnya.
Contoh yang persentasi ini nanti kesimpulannya seperti apa. mengalir
tidak formal sama sekali. Dari persentasi 70 % guyonnya dan 30 %
formalnya. Pengurus NU ketika rapat lebih terbuka, lebih enak, lebih
banyak guyonnya karena kulturnya lebih cair formalitas tdk
kelihatan.”16
Dengan hal-hal seperti ini setiap anggota akan merasa nyaman dalam
bekerja ataupun melakukan aktifitas di NU. Walaupun terlihat atau
terkesan santai tidak menjadi hambatan dalam mengerjakan tugastugasnya masing-masing.
B.
Sarana Komunikasi
Media komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Media komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi besar. Di
organisasi keagamaan Nahdatul Ulama, sudah menggunakan tekhnologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang moderen sesuai dengan semakin maju nya
zaman. Organisasi keagamaan Nahdatul Ulama menyediakan wadah atau sarana
untuk mempermudah warga dan masyarakat NU mengaksess dan mendapatkan
informasi keagamaan Islam. Informasi itu mengenai Politik, dakwah, dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh NU.
16
Wawancara Pribadi dengan Wakil Sekjen PBNU, Sulton Fathoni, tanggal 26 Maret
2013
65
1. Media Internal
Penguru
Besar
Nahdatul
Ulama
dalam
mensosialisasikan
dan
mempublikasikan kegiatan dakwah maupun sosialnya baik yang sudah
terlaksana maupun yang belum terealisasikan, PBNU kerap menggunakan
media
Tekhnologi
Informasi
Komunikasi
(TIK)
walaupun
media
terdahulunya tetap digunakan, misalnya dengan adanya situs resmi Nahdatul
Ulama tersendiri yang dapat diaksess kapanpun dan dimana pun ataupun radio
internal yang dapat dikonsumsi warga se-Jabodetabek dan dapat pula
masyarakat di luar jabodetabek mendengarkan radio NU melalui streaming
internet yang dapat diakses langsung melalui situs resmi NU dan media cetak
seperti buletin atau majalah. Adapun media-media internal itu dibuat adalah
untuk mengkomunikasikan dan mempublikasikan semua kegiatan keagamaan
maupun sosial yang dilakukan oleh organisasi NU. Media internal NU adalah :
a. Media Elektronik
Organisasi keagamaan Nahdatul Ulama memanfaatkan media-media yang
semakin maju ini untuk berdakwah. NUonline adalah sebuah media
internet untuk menginformasikan kepada anggota NU diseluruh Indonesia
tentang kegiatan, peristiwa, prestasi dan perkembangan yang dilakukan
oleh PBNU, lembaga-lembaga serta pengurus daerah-daerah diseluruh
indonesia dengan cepat dan slalu update. NU online dapat diakses melalui
situs resmi NU yaitu http://www.nu.or.id secara umum.
66
NU radio streaming adalah salah satu fasilitas dakwah NU dan dapat di
aksess secara langsung melalui situs resmi Nahdatul Ulama.
b. Media Cetak
Nahdatul Ulama tidak hanya memanfaatkan media elektronik dalam
berdakwah. Melalui media cetak seperti Majalah, Buku, Buletin dan
spanduk-spanduk yang berisikan nilai-nilai dakwah di dalamnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan Akhir dari sebuah dari sebuah penelitian adalah menjawab
permasalahan dan membuktikan hasil penelitian. Melihat dari penjelasanpenjelasan pada bab sebelumnya, serta berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, mengenai pola komunikasi organisasi di Pengurus Besar
Nahdatul Ulama dan bersarkan analisa data yang didapat, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pola komunikasi organisasi yang digunakan PBNU
adalah Pola Roda. Dimana pola roda ini sendiri adalah pola yang
mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi
sentral. Orang yang dalam posisi sentral itu menerima kontak dan informasi
yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah
dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Dalam pola ini ketua umum
menjadi posisi sentral yang dimana seluruh anggota PBNU memberikan
informasi dan laporan kepada ketua umum dan apabila ada masalah yang
urgent ketua umum dapat berkonsultasi langsung untuk memecahkan masalah
dengan meminta saran dan persetujuan syuriah atau dewan penasehat PBNU.
Selain pola roda yang digunakan untuk memahami pola komunikasi
organisasi keagamaan, penting untuk dilihat bagaimana pola aliran arah
komunikasi yang terjadi. Dalam pola komunikasi organisasi yang begitu
dominan adalah pola komunikasi vertikal yakni pola komunikasi ke bawah,
67
68
komunikasi keatas, komunikasi horizontal dan diikuti dengan komunikasi
informal. Semua pola komunikasi organisasi tersebut digunakan di PBNU
dengan baik.
B. Saran-saran
Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang disampaikan agar dapat
dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap pola komunikasi
organisasi di Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) yaitu :
1. sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, PBNU
seharusnya lebih memperhatikan komunikasi di tingkat lebih
bawah seperti pengurus daerah dan ranting.
2. Seharusnya NU lebih bersikap Kritis dalam berkomunikasi.
3. Memberikan kemudahn kepada kaum mahasiswa atau kaum
intelektual dari berbagai kalangan yang sedang melakukan
penelitian ilmiah terhadap pengurus NU.
DAFTAR PUSTAKA
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : bumi Aksana, 2009),
Cet ke 10
Buku Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Masa Khidmat 2010 – 2015
Burhan Bungin, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan
Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2009). Cet Ke-3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Ketiga,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2005)
Feillard, Andre. Islam at Armee dans L'indonesie Contemporaine. Diterjemahkan
oleh Lesmana dengan judul NU; Vis-à-vis Negara Pencarian Isi, Bentuk
dan Makna. Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 1999
‘
H Frazier Moore, Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan masalah
(Bandung: ROSDA, 1987)
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007)
Lexy J. Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1999), cet. Ke-10
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi teori dan praktek. (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2009) Cet. Ke-1
Mengenai biografi Hasyim Asy’ari, lihat D. Lombard 1990, II: 127-12.
Dokumen-dokumen NU menyatakan bahwa dirinya keturunan Brawijaya
VI, raja terakhir kerajaan Hindu-Budha Majapahit (Aboebakar 1957;958).
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2000), Cet. Ke-4
R . Wayne Pace dan Don F. Faules. Terj. Deddy Mulyana, MA, Phd. Komunikasi
Organisasi . Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 1993)
Romli. Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT Grasindo,
2011), Cet.1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press, 2007)
Soeleiman Fadeli, Antologi NU Sejarah – Istilah –Amaliah – Uswah (Surabaya :
Khalista 2007)
Soleh Soemirat, dkk., komunikasi Orrganisasi, (Jakarta : Universitas Terbuka,
2000), Cet.1
Sasa Juarsa. Teori Komunikasi, Modul 4
T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan informasi (Medan,
1985), Cet ke-1
Veitzhal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004)
Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung ;alfabeta, 2005)
Cet ke-14
LAMPIRAN FOTO
Bersama Dr.Ing. H. Bina Suhendra
(Bendahara UMUM PBNU)
Bersama Sulton Fatholi
(Wakil Sekjen PBNU)
Bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj
(Ketua UMUM PBNU)
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama : Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj ()
Jabatan : Ketua Umum PBNU
Tanggal : 04/Febuari/2013
Pewawancara : Ridwan Aditya Putra
1) Tolong pak berikan Gambaran NU secara umum, seperti Sejarah, visi & misi, dan
struktur organisasinya ?
Jawaban : iya... Nu berada dari pengurus pusat sampai ranting tingkat desa, dari pusat,
Pengurus Besar, pengurus wilayah, cabang MWC (Majelis Wakil Cabang), dan
Ranting. Dan sebenarnya masih ada anak ranting di dusun. Nahh...NU terdiri dari
Mustasyar seperti penasehatlah sesepuh, dan terdiri dari dewan Rais Suryah yang
bertanggung jawab tentang terutama sekali tentang kebijakan Umum dan agama halhal agama yang bersebrangan setelah itu dibantu oleh sekertarisnya dan A’kwan atau
pembantulah, pembantu suryah . kemudian ada nanti Dewan Tanfidzi yang Eksekutif
Ketua Umum nya saya, dan dibantu oleh beberapa Sekjen, pembantu sekjen atau
serketaris, Bendahara umum dan bendahara-bendahara.
2) Bagaimana Pola komunikasi Organisasi di PBNU itu sendiri ?
Jawaban : yaaahh kalau berurusan dengan pelaksana ya kita tanggung jawab
Tanfidziyah. Tapi kalau menyangkut dengan Agama Tanfidziah menyuarakan
keputusan
suryah,
menyampaikan
atau
mensosialisasikan
keputusan
hasil
musyawarah para suryah itu. Makanya Rais Syuriah itu menggunakan Bahasa Arab
Rais a’m berarti kalau diterjemah ketua Umum juga kan, katib Aam Sekjen. Kalau
untuk suryah bahasa arab kalau untuk tanfidziyah bahasa indonesia ketua umum dan
sekjen. Kalau disana Rais Aam.
3) Kalau untuk program di PBNU ini seperti apa?
Jawaban : programnya kita menjalankan amanat Mukta’mar , Muktamar Programnya
sangat banyak sekali , yang itu dijalankan oleh yang seperti organisasi
kemasyarakatan dan agama itu dijalani oleh Lembaga-lembaga, PBNU mempunyai
Lembaga sampai 18 lembaga seperti lembaga Dakwah, pertanian, pendidikan,
perguruan tinggi, pesantren, Ekonomi, kesehatan, kemaslahatan keluarga, Falaqiah,
dll nanti ada di buku.
4) NU kan luas ada diseluruh indonesia, apakah ada pertemuan khusus antara ketuaketua wilayah dan ranting-rantingnya pada acara khusus atau rutin?
Jawaban : iyaahh ada, setiap setahun dua kali pertemuan. Dan itu berkumpul di
Jakarta. Di sini di kantor PBNU.
5) Apakah ada hambatan atau tantangan dalam pola komunikasi yang bapak jalankan
selama ini?
Jawaban : selama ini belum ada, semuanya berkomunikasi dengan baik
Alhamdulillah. Palingan hambatannya kurang dana aja hahaha. Kerepotan cari dana
itu hambatan yang paling utama, kalau soal kesadaran organisasi di NU itu sangat luar
biasa, berdasarkan IKHLAS dan didasari dengan rasa cinta dengan NU. Contohnya
seperti program yang kita buat pasti jalan, asal ada dana nya untuk program itu pasti
berjalan dengan baik, malah lembaga kesehatan dapat program pemberantasan HIV,
Aids, Malaria dan TBC. 120 Millyar nilai program itu. Mereka kerja ada uangnya lah.
Ada untuk ongkosnya lah dan itu dapat nilai setelah di audit A1 lebih baik daripada
yang dikelola oleh departemen kesehatan yang dinilai cuman B karena dana nya dari
luar negri kan. Itu dianatara lain contohnya. Dan kita juga membantu programprogram pemerintah yang berhubungan langsung dengan rakyat kecil misalkan badan
pertahanan Nasional mau mengadakan serifikasi bagi orang-orang miskin dengan
Gratis, itu kalau bukan dibantu dengan NU gak jalan itu. Mana mungkin pejabat BPN
turun kebawah mendata siapa-siapa saja yang miskin aduuh gk mungkin. Tapi
Alhamdulillah setelah dibantu dengan tenaga-tenaga dari pemuda NU berjalan dengan
lancar. Jadi Artinya begini di NU itu berdasarkan IKHLAS asal ada untuk beli bensin
untuk beli makan itu jalan.
6) Kalau jumlah anggota di NU itu ada berapa?
Jawaban : jumlah anggota NU itu kalau menurut LSI itu sampai 77 juta diseluruh
indonesia. Dia meneliti setiap orang dari pemilu ditanya ormas apa pak ? pada
menjawab NU. Walaupun secara database ya belum resmi. Kalau database yang
sudah terdata ada 13 juta anggota NU yang resmi dan yang punya kartu anggota.
7) Apakah ada media yang digunakan untuk berkomunikasi di NU ?
Jawaban : oh ada banyak sekali, kita ini pengajian-pengajian itu kita gunakan menjadi
media untuk konsolidasi itu. Seperti pengajian, istigosah, haul, itu kita gunakan untuk
konsolidasi kebawah. Ada yang formal misalkan pelantikan cabang atau peresmian
gedung ituloh formal saya datang. Ada juga yang tidak formal saya diundang ngaji,
ceramah. Tapi saya gunakan tidak semata-mata ngaji selain ngaji juga untuk
melakukan komunikasi kebawah dengan moment ngaji itu. Kita di PBNU ada...ada
pertemuan paling besar itu namanya Muktamar disitu ada pergantian pengurus lima
tahun sekali dan pada moment itu semua kader, anggota dari tingkat suryah dan
kebawahnya berkumpul. Selain Mukta’mar ada juga Munas (Musyawarah Nasional)
yang diadakan Minimal dua tahun setengah sekali. Jadi satu kali diantara dua
muktamar. Dan di Munas itu yang paling menonjol dan paling intens yaitu Bahtumal
Sa’il membahas masalah-masalah Agama. Setelah Munas ada Pleno, setelah Pleno
ada Rapat gabungan suryah dan tanfidziyah. Dan dalam mengambil kebijakan itu di
rapat Pleno.
8) Bagaimana komunikasi atau hubungan Organisasi Nu dengan Organisasi lainya ?
Jawaban : Baik, baik sekali. Kita kan pada prinsipnya kan Ukhuwah Islamiyah,
Ukhuwah watoniyah dan Ukhuwah insaniah. Nawaitu NU dilahirkan kan untuk
membangun persaudaraan bukan untuk apa-apa. Bukan untuk politik apa itu politik
demonstrasi dll. Kita itu membangun Ukhuwah Islamiah, sesama islam itu harus
bersaudara walaupun beda aliran dan beda mazhab. Ukhuwah Watoniah, sesama
warga bangsa harus bersaudara kalau ini berbasic budaya dan kalau tadi berbasic
aqidah. Dan kalau sudah kuat kedua Ukhuwah ini, kita tingkatkan menjadi Ukhuwah
Insaniah, sesama umat manusia diseluruh Dunia.
9) Saya minta pendapat bapak nih, seberapa penting komunikasi organisasi dalam
organisasi NU ini?
Jawaban : Alhamdulillah baik sekali dan jalan sekali. NU itu masih sangat disiplin
dalam hal yang bersifat Program, kalau maaf kalau masalah politik tidak bisa solid
misalkan memilih presiden siapa, gubernur siapa dan lain-lain selalu ada perbedaan.
Tapi kalau udah prinsip NU semua sama. Dari sabang sampai merauke sama. Contoh
misalkan ada demo kenaikan harga BBM, saya bilang jangan turun ansor bansor dll
itu tidak ada yang turun. Kecuali PMII ya PMII itu kan Mahasiswa jadi kalau tidak
turun dicemoohin oleh HMI dll...tapi itu sedikit. Ya di Komunikasi di NU ini solid
dan satu Komando.
Jakarta, ......-......-.........
(Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj)
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama : Sulton Fatoni, M. Si
Jabatan : Wakil SekJen PBNU
Tanggal : 26/Maret/2013
Pewawancara : Ridwan Aditya Putra
Pertanyaan : Bagaimana pola komunikasi di PBNU?
Jawaban : Pada prinsipnya tidak ada bedanya dengan prinsip-prinsip organisasi yang lain, ada
ketua umum. Ada administrasi dengan ada sekertaris. Hanya di NU karena dalam organisasi
sosial keagamaan. Maka posisi kiyai itu spesifik. Dalam organisasi NU para kyai masuk dalam a
struktur syuriah. Syuriah itu mirip lembaga yudikatif seperti di pemerintahan. Fungsi Syuriah,
mulai
dari
control, pengawasan
dan
memproduk
hukum.
Nah
dari
Syuriah
lalu
diimplementasikan oleh tanfidziyah. Inilah pola komunikasi kebijakan dan program di PBNU.
Kalau di internal syuriah bisa secara formal dan informal. Secara formal sudah di atur organisasi
seperti rapat rutin, dll. Kalau secara informal, kapan saja bisa komunikasi dan hasilnya bisa
dibawa ke forum rapat resmi. rapat-rapat yang menurut beliau penting bisa digelar kapan saja.
Bisa ketemu Tidak harus sebulan satu kali.
Dari putusan-putusan syuriah disampaikan ke
tanfidziyah untuk ditindak lanjuti. Terkait dengan dinamika di tanfidziyah kalau tanfidziyah
perlu konsultasi maka bisa disampaikan ke syuriah dalam rapat harian syuriah tanfidziyah ada
supremasi syuriah, karena sifatnya control, pengawasan dan sumber kebijkan. Syuriah sumber
segalanya. Sedangkan Tanfidziyah hanya teknisi pelaksanaan. “dua kamar” dalam organisasi ini
kapan saja dapat bertemu, baik formal maupun informal. Rapat syuriah dan tanfidziyah dipimpin
langsung oleh Rais Aam PBNU.
Pertanyaan : Wakil sekjen. Cara orientasi dengan pekerjaannya??
Sekertaris Jendral dibantu oleh wakil-wakil sekertaris dan jumlahnya tergantung dari kebutuhan
dan beban. Kalau untuk pertemuan rutin, secara formal setiap minggu bisa ketemu. Tapi secara
non formal bisa ketemu kapan saja. Karena ada dua pendekatan tugas kesesekjenan dan ketuaketua. Pertama pendekatan kewilayahan efeksional, misalnya saya bertanggung jawab atas
wilayah. wilayah mana saja Sumatra, kalimantan. Kedua, pendekatan administrative. Misalnya,
saya bertugas mendampingi lembaga kesehatan, lingkungan hidup dst, untuk kewilayahan harus
kontrol secara langsung ke daerah. Kalau kerja teknis posisi kita hanya sebagai kontrol karena
sudah ada lembaganya kerja contohnya lembaga kesehatan. Maka kita bantu buka akses,
kebijakan, arahan, jadi tidak teknis karena ada unit kerjanya.
Pertanyaan : Ada gak program dari PBNU untuk mempunyai rasa memiliki terhadap NU pada
lembaganya?
Jawaban : Kalau masyrakat NU tentu merasa memiliki NU tumbuh di satu desa, terus pernah
merasakan model pendidikan pesantren, atau di kota pernah meraskan pendidikan yang dikelola
oleh orang-orang NU . sebagai proses kaderisasi, bisa saja orang-orang NU model tadi orangorang ketemu dengan NU karena aspek kesamaan ideologi. Cara berislam sehingga terasa ada
kesamaan, berawal dari ritual rasa memiliki dari situ bisa,kedua dari pendekatan program,
programm kalau di NU
ada dua warna, pertama program yang diputuskan melalui forum
muktamar. Untuk program lima tahun sekali para kyai kumpul dari suatu forum membahas
program untuk waktu dalam 5 tahun, program yang dirumuskan untuk masyrakat karena para
kiyai yang merumuskan yang sering berbaur dengan masyrakat.. Merasakan langsung program
yang dirumuskan dalam NU yang dibutuhkan oleh masyrakat, program ke dua sifatnya sampiran
membantu pihak eksternal untuk kegiatan yang dirasa NU perlu ikut, tapi bukan program NU
misalnya pemerintah membuat program tetapi tidak bisa masuk ke masyrakat, misalnya program
KB. dulu dengan gusdur program KB ditolak oleh masyrakat dengann namun menggandeng NU
supaya program KB bisa masuk. Program pemerintah tapi menggantung NU supaya cepat.
Biasanya NU melakukan verifikasi mengatakan program ini bagus, yang terbaru misalnya ada
polio.
Pertanyaan : Komunikasi di NU?
Jawaban : Nuansa formal tidak kelihatan hanya dibatasi etika saja. Moralitas bahwa itu lebih tua
dari kita. Acara alami saja. Tapi untuk kerja komunikasi biasa saja. Malah rapat di NU tidak ada
standarnya. Contoh yang persentasi ini nanti kesimpulannya seperti apa. mengalir tidak formal
sama sekali. Dari persentasi 70 % guyonnya dan 30 % formalnya. Pengurus NU ketika rapat
lebih terbuka, lebih enak, lebih banyak guyunnya karena kulturnya lebih cair formalitas tdk
kelihatan.
Pertanyaan : Media seperti apa yang digunakan untuk berkomunikasi?
Jawaban : Media hp. Email, BBM (BlackBerry Messangger) semua dipakai. Menggunakan
semua alat komunikasi. PBNU adalah pusatnya laporan.
Pertanyaan : Pengurus Pernah terjun langsung?
Jawaban : Besar kecilnya organisasi Sejauh mana pengurus pusat mencangkup ke daerah, ada
dua kekuatan. pertama kekuatan modal dan jaringan, kekuatan modal dlm organisasi diukur dari
financial tapi kalau jaringan sejauh mana SDM. Kalau di NU karena pada dasarnya sosial
keagamaan tdk berbasis capital. Yang dibutuhkan nilai dan SDM. Jadi kemampuan PBNU
membantu bukan karena kekuatan financial NU tapi kekuatan nilai. Merasa dilindungi NU.
Misalnya dilarang tahlilan tapi karena ada NU merasa dilindungi NU. Mereka membentuk cari
orang sedangkan NU ada orang seendonesia adanya nilai. Misalnya ada orang yg meninggal
bikin tahlil. Begitu ada NU yang diperjuangjan adalah nilai-nilai itu. Akhirnya begitu NU lahir
mereka sendiri ada lalu membentuk NU. Mempermudah konsolidasi ke bawah tanpa kekuatan
financial.
Jakarta, ......-......-.........
(
)
Wakil SekJen PBNU
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama : Dr. Ing. H. Bina Suhendra
Jabatan : Bendahara Umum PBNU
Tanggal : 26/Maret/2013
Pewawancara : Ridwan Aditya Putra
Pertanyaan : jika melihat struktur di PBNU ada syuriah dan Tanfidziyah, bagaiman Pola
komunikasi yang dijalin oleh tanfidziyah ke syuriah? Fungsinya.
Jawaban : Pada dasarnya Dewan syuriah adalah badan tertinggi dengan dikepalai rais Aam
bahasa indonesianya ketua umum, untuk membedakan dengan tanfidziah, pimpinan eksekutif
yang pimpin institusi nya adalah ketua umum maka di syuriah namanya rais Aam. Kedua-duanya
di pilih oleh muktamar, jadi kita punya dua madaktaris yaitu dua orang yang dipilih. soal
pembinaan keagamaan dan Apolusi strategis adalah suriah. Pelaksanaan eksekutifnya tanfidiah.
Seperti contoh di perusahaan-perusahaan Untuk di syuriah seperti dewan komisaris plus.
Bedanya komisaris dan direksi semua dipilih tapi di PBNU hanya kepalanya saja yang di pilih.
Ada melalui rapat resmi. Di syuriah ada rapat syuriah. Di PBNU ada rapat tanfidziyah, ada rapat
gabungan di syuriah dan tanfidziyah. Untuk keputusan yang lebih penting ada Rapat pleno kita
masukin ke lembaga.
Pertanyaan : Bagaiman cara berkomunikasi dg anggota-anggota dibawah bapak supaya jujur,
bersih dan transparan dalam menjalankan tugas?
Jawaban : Dalam jangka panjang Di PBNU ada “One door policy” artinya Cuma ada bendahara
satu. Tanfidziyah sebagai eksekutif pengurus harian, yang menjalankan program adalah lembaga
departemenisasi 18 lembaga itu dan di samping bandom-bandom (bandan otonom). Masingmasing lembaga memiliki bendahara yang akan dirubah. Karena belum adanya sistem dan SOP.
Alhamdulilah Sudah ada PO. Nanti dibuat untuk aset beberapa lembaga sudah ada yang punya,
berdasarkan itu kita bisa di audit. Belum bisa konsolidasi dari atas ke bawah, menjadi satuan
keungan. tapi kita punya rambu supaya bisa transparansi-transparansi. beberapa lembaga
kerjasama dengan sponsor di audit. Di audit selalu nomer satu, itulah yang menimbulkan
kepercayaan, lembaga kesehatan. LPBI, PBNU sendiri di audit setiap tahun public editor, belum
bisa audit secara lengkap karena belum ada prosedur. pemasukan dan kelayakan belum.
Sedangkan wilayah dan cabang sudah bagus. Dalam periode ke depan insyaallah sudah punya
prosedur dan lebih transparan, dan yang paling penting bisa independen. Jadi usaha kita, jadi
fungsi kita dari usaha kita. dari hasil pengelolaan aset supaya bisa jadi duit, supaya ada incame
tetap, tidak hanya hidup dari sumbangan, insyallah untuk menjadi kekuatan NU di masa depan.
Pertanyaan : sebagai pengurus besar apakah pernah Mengontrol secara langsung?
Jawaban : Ada yang dikontrol langsung menjadi Bob memeber. Menciptakan supervisi Ada rapat
kita dampingin supervisi. Yang lainnya melalui rapat kordinasi 2 atau 3 bulan sekali kita panggil
lembaga termasuk laporan keuangan. Dengan cara yang lembut dan santun untuk laporan
keuangan. Lebih banyak memotivasi dari pada pakai prosedur. Yg menjalankan di PBNU
waketum jika waktum tidak ada. Jadi bisnis jalan terus. Jadi sesuai fungsinya.
Pertanyaan : Bagaimana Komunikasi bapak dengan ketua umum seperti apa?
Jawaban : Pakai informal approach pendekatan informal. Karena jauh lebih efektif. Sambil
ngobrol dan tuker ide, selama ini biasanya pakai pendekatan informal dengan ketum, waketum
dan senior-senior dari asset-aset tertentu.
Pertanyaan : Hambatan Komunikasi di PBNU ?
Jawaban : Saya bertanggung jawab dengan ketum (ketua di tanfidziyah) dan rais Aam(ketua di
syuriah). Jadi saya sering bikin system. Misalnya cek in cek peluang. Misalnya saya punya
Finance manager bikin pengeluaran uang, kas di bank ada berapa. Sama ketua umum diperiksa
ditanya-tanya dan lalu taken di cek oleh ketua umum.
Pertanyaan : saya minta pendapat bapak, Seberpaa penting komunikasi ke bawa dalam sebuah
komunikasi organisasi?
Jawaban : komunikasi organisasi dan komunikasi ke bawah di dalam NU Sangat penting. Jadi
kerjasama anatara yang lain. Di ibaratkan Sistem sarap kita. Kalau tidak ada komunikasi maka
organisasi kita tidak akan jalan. Adanya kerjasama antara satu dengan yang lain. Disamping itu
ada turba turun ke bawah. Komunikasi tatap muka paling penting. Harus ketemu secara langsung
untuk melihat body language. Harus ada personal talk. Lebih sering komunikasi informal dalam
kehidupan. Kita atasi dengan cara NU. Talk to the person. Don’t talk about the person. Bicara
langsung pada orang jangan bicara dibelakang. Takut adanya salah paham. Suka komunikasi
berdasarkan katanya. Harus tabayun komunikasi tatap muka. Supaya kita mengerti maksud
seseorang yang berbicara dengan kita. Komunikasi penting tidak cukup hanya melalui telepon.
Kita harus bisa komunikasi untuk menyenangkan orang. Kalau ada masalah Harus
dimusyawarahkan ( mufakat) bukan didiskusikan itulah budaya kita, jangan tinggalkan
kelompok. Hiduplah berjmaah. Jangan tinggalkan kelompok karena berbeda. Orang salah karena
Melakukan apa yang dikatakan bukan melakukan apa yang dimaksud. Harus meriview yang
dikatakan apakah sesuai dengan yang dimaksud. Komunikasi penting, Kalau tidak mengerti
harus ditanya lagi supaya jelas apa yang dimaksud.
Jakarta, ......-......-.........
(Dr.Ing. H. Bina Suhendra)
Bendahara Umum PBNU
Download