Kebangkrutan - Digital Library UWP

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengertian Financial Distress (Kebangkrutan)
Kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling \
ekstrem sampai ke titik tidak sehat yang paling ekstrem. Dimana kesulitan
keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi
kesulitan tersebut bila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak
solvabel ( utang lebih besar dibanding aset ) / kebangkrutan. Apabila perusahaan
telah mencapai titik dimana keuangan perusahaan tidak solvabel / kebangkrutan,
hanya ada dua pilihan perusahaan harus dilikuidasi atau di reorganisasi.
Financial Distress (Kebangkrutan) adalah keadaan dimana perusahaan
mengalami kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak
dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan dengan baik. Dapat dikatakan
kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi dan
dalam menghasilkan laba. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam
beberapa arti, yaitu
1.
Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan
pendapatan yang membuat perusahaan tidak mampu menutup biaya
sendiri.
2.
Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai insolvensi. Ada dua macam
Insolvensi yaitu :
6
1) Insolvensi teknis
Perusahaan dianggap gagal ketika kewajiban yang sudah jatuh tempo
tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan walaupun jumlah aktiva yang ada
melebihi total utang.
2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan.
Dalam pengertian ini, kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang
dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban
Kebangkrutan dapat dianalisis dengan menggunakan data rasio keuangan.
Dalam memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan data rasio keuangan,
dapat menggunakan analisis univariate dan analisis multivariate.
2.1.1. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan secara garis besar dibagi menjadi
tiga:
1.
Faktor Umum
a) Sektor ekonomi
Gejala inflasi dan deflasi pada harga barang dan jasa, kebijakan keuangan,
suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan
uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negeri merupakan faktor utama
penyebab kebangkrutan ( financial distress ) dari segi ekonomi.
7
b) Sektor sosial
Perubahan gaya hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan yang sangat
berpengaruh terhadap permintaan produk dan jasa
merupakan faktor
penyebab kebangkrutan. Selain faktor diatas, faktor lain yang juga
merupakan penyebab kebangkrutan adalah kerusuhan yang terjadi di dalam
masyarakat.
c) Sektor teknologi
Dengan adanya penggunaan teknologi informasi yang semakin lama
berkembang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya yang cukup
besar ( pembengkakan biaya ) untuk pemeliharaan dan implementasi.
Pembengkakan biaya terjadi jika penggunaan teknologi informasi tersebut
kurang terencana oleh pihak manajemen, sistem yang tidak terpadu dan
manajer penggunaanya kurang profesional.
d) Sektor pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan
industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan
undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor eksternal perusahaan
a) Sektor pelanggan
Dengan mengidentifikasi sifat konsumen ini sangat menguntungkan bagi
perusahaan. Hal ini berguna untuk menghindari hilangnya konsumen, juga
menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari
8
menurunnya hasil penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan yang
diperoleh dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing lain.
b) Sektor pemasok
Dengan terjalinnya hubungan kerja sama yang baik antara perusahaan dan
dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan karena kekuatan pemasok
untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung
pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang bebas.
c) Sektor pesaing
Peusahaan jangan melupakan pesaing, karena kalau produk pesaing lebih
diterima oleh masyarakat maka perusahaan tidak akan kehilangan konsumen
dan mengurangi pendapatan yang diterima.
3. Faktor internal perusahaan
Faktor
internal
biasanya
merupakan
hasil
dari
keputusan
dan
kebijaksanaan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk
berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang menyebabkan
kebangkrutan secara internal adalah sebagai berikut :
1. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
Hal ini pada akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada waktunya
2. Manajemen yang tidak efisien. Ketidakefisienan manajemen tercermin
pada ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi yang terjadi,
diantaranya sebagai berikut:
9
a) Hasil penjualan yang tidak memadai Turunnya hasil penjualan
biasanya timbul sebagai akibat dari rendahnya mutu barang yang
dijual dan pelayanannya. Kegiatan promosi yang kurang terarah dan
daerah pemasaran yang kurang menguntungkan.
b) Kesalahan dalam penetapan harga jual Kesalahan di dalam
menentukan harga jual barang atau jasa terjadi ketika harga jual
ternyata terlalu rendah dalam hubungannya dengan harga pokok
produksi atau pengadaan jasa, akibatnya perusahaan menderita
kerugian.
c) Pengelolaan hutang-piutang yang kurang memadai. Berapapun
besarnya volume dan tingginya harga jual, kalau piutang yang
ditimbulkan tidak bisa direalisasikan, maka perusahaan akan
menderita kerugian.
d) Struktur biaya Pengaruh kebijakan manajemen terhadap biaya dalam
perusahaan yang sangat berat memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mengadakan penyesuaian, sehingga akan merugikan bagi
kelangsungan kegiatan perusahaan terutama menyangkut biaya –
biaya tetap.
e) Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui
batas. Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan investasi
yang cukup besar dalam bentuk aktiva. Investasi persediaan yang
terlalu besar, mengakibatkan timbulnya biaya-biaya ekstra, sehingga
berakibat kenaikan biaya yang harus dibebankan pada penghasilan
10
f)
Kekurangan modal kerja. Banyak faktor penyebab perusahaan
kekurangan modal antara lain hutang lancar yang jumlahnya terlalu
besar,kegiatan ekspansi yang kurang persiapan, kegagalan dalam
mendapatkan kredit dari bank dan kebijakan pembagian deviden yang
kurang tepat.
g) Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan. Kebijakan trading on
equity mempertaruhkan para pemilik pada risiko kerugian, tidak hanya
yang berasal dari kegiatan operasional tetapi juga keharusan untuk
menanggung biaya finansial yang tidak cukup ditutup melalui laba.
h) Sistem dan prosedur akuntansi yang kurang memadai. Kebangkrutan
bisa terjadi sebagai akibat dari sistem dan prosedur akuntansi yang
tidak mampu menghasilkan informasi untuk mengidentifikasi berbagai
aspek dimana usaha preventif harus dilakukan.
3. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan.
Hal ini banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan
hal ini sangat merugikan, apalagi kalau kecurangan itu berhubungan
dengan keuangan perusahaan
11
2.2 Analisis Z – Score
Analisis Multivariate disebut juga analisis Z – Score. Analisa
kebangkrutan Z ini ditemukan oleh Edward I. Altman, tujuan dari analisis ini
adalah;
The prediction of corporate bankruptcy is used an illustrative case.
Specifically, a set of financial and economic ratio will be investigated in a
bankruptcy prediction context wherein amultiple discriminant statistical
methodology is employe. The data used in the study are limited to manufacturing
corporations
(ramalan terhadap kebangkrutan perusahaan digunakan sebagai suatu
kasus yang membantu menjelaskan). Tegasnya, seperangkat rasio ekonomi dan
keuangan akan diteliti dalam suatu kontek ramalan kebangkrutan dimana suatu
metodologi statistik multi diskriminan digunakan. Data yang digunakan dalam
studi dibatasi pada perusahaan manufaktur.
Analisis dengan menggunakan model Z-score ini pertama kali dilakukan
oleh Altman yang dipergunakan untuk menganalisis kebangkrutan perusahaan
dan digunakan di negara-negara eropa. Model Z-score adalah suatu alat yang
digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan
menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu
persamaan diskriminan atau dengan kata lain suatu model prediksi untuk
menentukan bangkrut tidaknya suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan dengan mengalikan score yang telah ditentukan
12
dengan rasio-rasio keuangan. Kemudian nilai dari perhitungan tersebut
dibandingkan dengan ketentuan yang sudah berlaku yaitu.
1.
Bila Z < 1,81 maka termasuk perusahaan bangkrut/ tidak sehat.
2.
Bila 1,81< Z < 2,99 maka termasuk grey area (kondisi kritis rawan).
3.
Bila Z > 2,99 maka termasuk perusahaan sehat tidak mengalami
kebangkrutan.
Rumus dari analisis Z – Score adalah :
Z = 1,2 ( Working Capital / Total Asset ) + 1,4 ( Retained Earning / Total Asset )
+ 3,3 ( EBIT / Total Asset ) + 0,6 (Market Value of Equity / Total Liabilities)
+ 1,0 ( Sales / Total Asset )
untuk menghitung nilai Z, terlebih dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio
keuangan, yaitu :
1.
Working Capital To Total Assets.
Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah rasio
modal kerja terhadap total aktiva, ini sering kali dijumpai dalam studi kasus
permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar
perusahaan terhadap modal perusahaan.
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang
lancar. Karakteristik likuiditas benar - benar ditentukan secara jelas
biasanya sebuah perusahaan yang rnengalami kerugian operasi yang terus
menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva.
Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling
berharga. Pemasukan variabel ini sesuai dengan studi Merwin yang menilai
13
modal kerja beraih pada rasio total aktiva sebagai indikator terbaik terhadap
penghentian terakhir
Rumus dari Working Capital To Total Assets adalah :
2.
Retained Earning To Total Assets.
Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan pada
awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan secara
implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif
mungkin akan menunjukan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah
karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya.
Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak
berbeda dari analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan
dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi dari yang lainnya, dari pada
perusahaan perusahaan yang lebih tua, jika hal-hal lain diasumsikan tidak
mempengaruhi (cateris paribus). Tapi, ini merupakan keadaan yang
sesungguhnya di dunia nyata. Timbulnya kegagalan lebih tinggi dalam
tahun-tahun awal perusahaan.
Rumus dari Retained Earning To Total Assets adalah :
14
3.
Earning Before Interest & Taxes to Total Assets.
Rasio ini dihitung dangan membagi penghasilan sebelum bunga dan
potongan pajak dengan total aktiva. Pada pokoknya, merupakan ukuran
produktivitas dari aktiva perusahaan yang sesungguhnya terlepas dari pajak
atau faktor leverage. Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan pada
kemampuan menghasilkan laba dari aktiva - aktivanya, rasio ini muncul
mcnjadi yang paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan
kegagalan perusahaan. Selanjutuya keadaan bangkrut dalam pengertian
kebangkrutan terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar
perusahaan terhadap aktiva perusahaan dengan
nilai ditentukan oleh
kemampuan aktiva menghasilkan laba.
Rumus dari Earning Before Interest & Taxes to Total Assets adalah :
4.
Market Value of Equity to Total Liabilities
Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar
saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang lancar dan hutang
jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak aktiva
perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal dilambah
hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan perusahaan menjadi
bangkrut. Rasio ini menambahkan dimensi nilai pasar yang tidak ditentukan oleh
studi mengenai kebangkrutan lainnya. Rasio ini juga tampak menjadi penentu
15
kebangkrutan yang lebih efektif dari pada rasio serupa yang lebih umum
digunakan
Rumus dari Market Value of Equity to Total Liabilities adalah :
5.
Sales To Total Assets.
Rasio
perputaran
modal
adalah
standar
rasio
keuangan
yang
menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan
merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen dalam menghadapi
kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penlting, walaupun dalam
faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat ditampakkan semuanya
tapi karena relasi yang unik diantara variabel dalam model ini, rasio
penjualan/total aktiva menjadi rangking kedua dalam kontribusi keseluruhan
ketepatan model diskriminan. (The jurnal of finance, 1968)
Rumus dari Sales To Total Assets.
Sedangkan menurut Kamal ( 2012 ) menyebutkan kelima rasio dari
analisis Z – Score adalah :
1. Modal kerja terhadap total aset (working capital to total assets) digunakan
untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relative terhadap total
kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
16
memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan
adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang
dagang membengkak, dan beberapa indikator lainnya.
2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earning to total assets)
digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur
akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan
berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan
beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan yang masih relative muda
pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang
labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.
3. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before
interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas
yang sebenarnyan dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.
Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya
masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah
piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal,
persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya hasil
penagihan piutang.
17
4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari utang (market value equity to
book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak
aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar
daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud
adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen,
sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang.
5. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.
Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Menurut Fahmi ( 2008 ) menyebutkan kelima rasio dari analisis Z-Score
tersebut adalah :
1. Working Capital to Total Asset
Rasio ini merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hasil tersebut dapat negatif bila aktiva lancar lebih kecil dari hutang
lancar.
2. Retained Earnings to Total Asset
Laba ditahan adalah rekening yang menunjukkan akumulasi jumlah laba
yang diinvestasikan kembali atau mengukur akumulasi modal laba saham
perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio
tersebut, karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan
18
untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan
perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya menunjukkan hasil
rasio tersebut yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada awal
masa berdirinya.
3. Earning Before Interest and Taxes to Total Asset
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan ketika menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontribusi terbesar dari
model tersebut. Beberapa indikator yang dapat digunakan ketika
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan,
diantaranya piutang dagang meningkat, penjualan menurun dll.
4. Market Value of Equity to Total Liabilities
Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan
saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang
jangka panjang.
5. Sales to Total Asset
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva
untuk menghasilkan penjualan, juga bisa mengukur kemampuan
manajemen dalam menghadapi persaingan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis
Kebangkrutan Z-Score, adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa
rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan, maka
19
berdasarkan analisis ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil
dari 1,80 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara
1,81 sampai dengan 2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila
di atas nilai 2,99 atau Z > 2,99 aman dari kebangkrutan. Untuk menghitung
nilai Z, terlebih dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio keuangan, yaitu :
1. Working Capital to Total Asset
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan membandingkan
aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal
kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi total kewajiban
lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal
kerja turun lebih cepat daripada total aktiva dan menyebabkan rasio ini
menurun
2. Retained earning to Total Asset
Rasio ini merupakan ukuran dari profitabilitas kumulatif perusahaan. Usia
perusahaan dinyatakan secara implicit dalam rasio ini. Bila perusahaan
mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan dan rasio X2 akan
menjadi negatif
3. Earning before interest and tax to Total asset
Rasio ini mengukur kemampulabaan tingkat pengembalian dari aktiva,
yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan total
aktiva
20
4. Market Value of Equity to Total Liabilities
Nilai modal sendiri atau nilai pasar modal sendiri yaitu jumlah saham
beredar dikalikan harga pasar perlembar saham pada periode yang
bersangkutan.
5. Sales to Total asset
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi
persaingan dan sebagai ukuran kinerja manajemen serta menunjukkan
efektifitas
penggunaan
seluruh
harta
perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah
yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan.
2.3 Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan
Posisi keuangan merupakan gambaran tentang kekayaan yang dimiliki
perusahaan dan bagaimana perusahaan mendapatkan sumber – sumber
kekayaan tersebut. Perubahan akan posisi keuangan menunjukkan tentang
perkembangan perusahaan dalam menjalankan usahanya apakah mengalami
peningkatan dan apakah mendapat laba dari usahanya. Posisi keuangan dapat
dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan.
Menurut Hery ( 2012 : 18 ) Laporan keuangan merupakan hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan.
21
Rezky (2012:13) mengemukakan bahwa laporan keuangan adalah :
“laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala
keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain
laporan sumber dan penggunaan dana”.
Sedangkan menurut Ghulam (2011:10) :
“laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan”.
Dari definisi – definisi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi keuangan perusahaan
selama satu periode yang akan digunakan oleh pihak – pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut.
2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Hery ( 2012 : 19 ) adalah untuk
menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum pengenai posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi
keuangan.
22
Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan di jelaskan tentang tujuan
laporan keuangan yang isisnya : “ Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Menurut Hanafi dan Halim ( 2012 : 30 ), laporan keuangan bertujuan untuk :
“1. Memberikan informasi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan modal
saham,
2. memberi informasi pendapatan yang komprehensif,
3. memberi informasi aliran kas. “
Berdasarkan beberapa tujuan laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi kepada pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan
tersebut karena akan di gunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan /
kebijakan.
2.3.3. Pihak – Pihak Pengguna Laporan Keuangan.
Menurut Munawir ( 2010 : 2 ) pihak – pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan adalah :
23
1. Pemilik perusahaan
Pemilik perusahaan mempunyai kepentingan untuk mengetahui
kinerja perusahaan. Pemilik menginginkan kenaikan nilai ekonomis
atas investasi yang mereka lakukan.
2. Manager atau pimpinan perusahaan
Manager atau pimpinan suatu perusahaan tertentu. Para staf
menggunakan informasi akuntansi untuk penyusunan anggaran ,
pengendalian terhadap kegiatan ang telah dilaksanakan. Untuk
pengambilan keputusan , manager dapat meminta kepada bagian
akuntansi untuk menyiapkan laporan –laporan yang berbeda dengan
laporan yang ditujukan kepada pihak eksternal.
3. Investor
Investor akan menggunakan informasi akuntansi untuk hasil investasi
yang maksimal. Investor untuk mengetahui hasil investasi maksimal
diperoleh dengan mempelajari dan melakukan analisis terhadap
laporan keuangan hasil dari proses akuntansi
4. Kreditur dan bankers
Kreditor membutuhkan informasi akuntansi untuk meminimalkan
resiko yang dihadapi. Pemberian pinjaman hanya akan diberikan
kepada perusahaan yang bonafit yaitu kredibilitasnya baik. Dengan
informasi akuntansi kreditur bias memprediksi kemampuan seorang
debitur dalam melunasi kewajibannya dengan tepat waktu.
24
5. Pemerintah.
Pemerintah
berkepentingan
terhadap kinerja
ekonomi
sebuah
perusahaan untuk menentukan pajak yang harus dipungut
2.3.4.
Sifat – Sifat Laporan Keuangan.
Laporan keuangan memiliki sifat diantaranya :
1. Fakta yang telah dicatat. ( recorded fact )
Ini berarti bahwa laporan keuangan dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi. Pencatatan berdasarkan catatan historis dari peristiwa yang
telah terjadi di masa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan
dalam harga pada waktu peristiwa tersebut terjadi.
2. Prinsip – prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi ( accounting
convention and postulate)
Berarti data yang dicatat berdasarkan pada prosedur maupun
anggapan – anggapan tertentu yang merupakan prinsip – prinsip
akuntansi yang lazim.
3. Pendapat pribadi ( personal judgement )
Ini berarti bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konvensi – konvensi atau dalil – dalil dasar yang sudah ditetapkan
yang sdh menjadi standart praktek pembukuan namun penggunaan
dari konvensi – konvensi dan dalil tersebut tergantung daripada
akuntan atau management perusahaan yang bersangkutan.
25
2.3.5. Keterbatasan Laporan Keuangan.
Dengan memperhatikan sifat – sifat laporan keuangan tersebut diatas,
maka ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai
beberapa keterbatasan antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan
keuangan
menunjukkan
angka
dalam
rupiah
yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standart nilai yang mungkin berbeda atau
berubah – ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu dan tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan tahun
– tahun sebelumnya.
2.3.6.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan.
Laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik yang merupakan ciri
khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi para
pemakai atau pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.
Menurut Hanafi dan Halim ( 2012 : 34 ) karakteristik kualitatif dari suatu
laporan keuangan adalah :
26
1) Dapat dipahami
Informasi akuntansi harus bisa dipahami oleh pemakai yang mempunyai
pengetahuan bisnis dan ekonomi yang memadai dan yang mempunyai
keinginan untuk mempelajari informasi tersebut dengan tingkat usaha
yang memadai pula.
2) Relevan
Suatu informasi bisa dikatakan relevan apabila adanya informasi tersebut
bisa membuat perbedaan keputusan yang diambil. Informasi yang relevan
bisa membantu pemakai informasi untuk membentuk harapan atau
kesimpulan mengenai hasil – hasil masa lalu, sekarang maupun masa
mendatang. Informasi tersebut bisa dipakai untuk memprediksi kejadian
atau hasil pada masa mendatang dan juga bisa dipakai untuk
mengkonfirmasikan kesimpulan – kesimpulan tentang masa lalu.
3) Bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Bermanfaat untuk pengambilan keputusan merupakan karakteristik
kualitatif keseluruhan yang digunakan untuk mempertimbangkan kualitas
informasi akuntansi.
4) Nilai prediksi dan umpan balik
Informasi akuntansi mempunyai nilai prediksi apabila informasi tersebut
bisa dipakai untuk memprediksi lebih akurat berdasarkan informasi masa
lalu dan saat sekarang. Informasi mempunyai kemampuan umpan balik
apabila informasi tersebut bisa dipakai untuk mengkonfirmasikan
kesimpulan – kesimpulan tertentu mengenai masa lalu.
27
5) Tepat waktu
Tepat waktu bisa diartikan sebagai ketersediaan informasi ke pembuat
keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya untuk
mempengaruhi keputusan.
6) Reliabilitas
Informasi yang reliabel bebas dari bias – bias tertentu dan bisa
mencerminkan apa yang akan diukur. Dengan demikian informasi yang
reliabel harus bisa diverifikasi, netral, dan representatif. Reliabel tidak
berarti pasti atau tepat sekali. Tingkat reliabilitas akan berbeda – beda
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7) Bisa diverifikasi.
Bisa diverifikasi sering juga disebut obyektif. Informasi bisa diverifikasi
apabila pengukur ( misal akuntan ) bisa sampai pada kesimpulan bahwa
metode yang dipilih bersih dari bias – bias tertentu dan dengan demikian
metode tersebut bisa di duplikasi.
8) Representatif.
Representatif merupakan keterkaitan antara pengukuran dan apa yang
diukur. Istilah lain yang sering digunakan yang mempunyai arti sama
dengan representatif adalah valid.
9) Dapat diperbandingkan
Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat apabila informasi tersebut
dapat diperbandingkan dengan informasi yang serupa untuk perusahaan
lain, atau dengan informasi yang serupa dari masa lalu perusahaan.
28
10) Kenetralan
Informasi akuntansi akan netral apabila bebas dari bias – bias tertentu
yang akan mempengaruhi hasil ke arah tertentu.
2.3.7.
Jenis – Jenis Laporan Keuangan.
Urutan laporan keuangan berdasarkan proses penyajiannya adalah sebagai
berikut ( Hery : 2012 ) :
1. Laporan laba rugi.
Merupakan laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban
perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi ini
akhirnya memuat informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba
/ rugi bersih, yang merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban.
2. Laporan ekuitas pemilik
Sebuah laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam ekuitas
pemilik dalam suatu perusahaan untuk satu periode waktu tertentu.
Ekuitas pemilik akan bertambah dengan adanya investasi ( setoran
modal) dan laba bersih, sebaliknya ekuitas pemilik akan berkurang
dengan adanya prive ( penarikan / pengambilan untuk kepentingan
pribadi )dan rugi bersih.
3. Neraca
Sebuah laporan sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas
perusahaan
per
tanggal
tertentu.
Tujuan
menggambarkan posisi keuangan perusahaan.
29
neraca
adalah
untuk
4. Laporan arus kas.
Sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas
keluar secara terperinci dari masing – masing aktivitas, yaitu mulai dari
aktivitas operasi, investasi, sampai pada pendanaan / pembiayaan untuk
satu periode tertentu.
Sedangkan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan dari komponen laporan keuangan lainnya. Tujuan
catatan ini adalah untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap
mengenai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Menurut Hanafi dan Halim ( 2012 : 49 ) ada tiga macam laporan keuangan
pokok yang dihasilkan antara lain :
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menampilkan sumber daya ekonomis
(aset), kewajiban ekonomis ( utang ), modal saham, dan hubungan
antar item tersebut.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan ringkasan hasil dari kegiatan perusahaan
selama satu periode akuntansi tertentu, yang mana dapat memberikan
informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, resiko,
fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan.
30
3. Laporan aliran kas.
Laporan aliran kas merupakan laporan yang bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
selama periode tertentu serta memberikan informasi mengenai efek
kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama
periode tertentu.
Selain ketiga laporan pokok tersebut diatas, dihasilkan juga laporan
pendukung seperti laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri,
dan diskusi – diskusi oleh pihak manajemen.
Menurut Standart Akuntansi Keuangan ( SAK ) laporan keuangan yang
disusun meliputi :
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan keadaan suatu
keuangan perusahaan pada periode tertentu yang tersusun secara
sistematis dimana aktiva – aktiva diklasifikasikan menurut tingkat
likuiditas sedangkan kewajiban menurut jatuh tempo dan ekuitas
menurut kekekalan.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama
satu periode tertentu. Laporan laba rugi pada dasarnya bertujuan untuk
31
menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
Dimana dalam menjalankan aktivitasnya tersebut akan terjadi laba
apabila penghasilan lebih besar daripada biaya – biaya selama periode
tertentu.
3. Laporan perubahan modal
Laporan laba rugi merupakan laporan mengikhtisarkan seluruh
perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode tertentu,
misalnya sebulan atau setahun laporan
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan tentang arus kas masuk dan arus
kas keluar atau setara kas yang menyajikan arus kas selama periode
tertentu dan diklasifikasikan menurut operasi, investasi, dan
pendanaan.
5. Catatan atas laporan keuangan.
Ikhtisar yang memuat kebijakan – kebijakan akuntansi yang penting
yang dianut perusahaan yang mempengaruhi posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan.
Menurut Munawir ( 2010 : 13 ) laporan keuangan terdiri dari :
1.
Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tiga bagian
utama neraca adalah aktiva, hutang, dan modal.
32
2.
Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh dari suatu perusahaan
selama periode tertentu.
3.
Laporan perubahan modal / laba di tahan.
Dari beberapa definisi jenis – jenis laporan keuangan tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa jenis laporan keuangan terdiri dari :
1. Neraca
Laporan sistematis yang dibuat dalam satu periode yang menunjukkan
kemampuan ekonomis perusahaan, kewajiban perusahaan, modal saham
dan hubungan antara akun tersebut.
2. Laporan laba rugi
Laporan sistematis yang dibuat dalam satu periode yang menunjukkan
tentang penghasilan, biaya dan laba rugi yang diperoleh perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas.
Laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas pemilik selama periode
tertentu.
4. Laporan arus kas.
Laporan arus kas merupakan laporan tentang arus kas masuk dan arus kas
keluar atau setara kas yang menyajikan arus kas selama periode tertentu
33
5. Catatan atas laporan keuangan.
Ikhtisar yang memuat kebijakan – kebijakan akuntansi yang penting yang
dianut perusahaan yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan
2.4
Penelitian Terdahulu.
Edward L. Altman, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu
penelitian mengenai Z-Score adalah Professor Edward L. Altman. Pada tahun
1968 beliau memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode MDA (ZScore) dan mampu memprediksi hingga keakuratannya mencapai 95% pada
perusahaan selama 12 bulan. Pengujian lain dilakukan lagi oleh Altman dengan
mengambil beberapa sampel perusahaan dengan iklim ekonomi yang berbedabeda dan tingkat keakuratan dari pengujian tersebut adalah 82% sampai dengan
85%. Kemudian pada tahun 1984, Altman meneliti ulang prediksi kebangkrutan
dengan
menggunakan
metode
Z-Score
dengan
memasukkan
dimensi
internasional.
Selain penelitian Altman diatas ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul :
34
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No
Thn
Nama
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Sinta
Analisis
Z-Score
Laporan keuangan merupakan salah satu
Kartikawati
dlm
Mengukur
sumber informasi yang dapat digunakan
Kinerja
Keuangan
untuk
Peneliti
1
2008
mengetahui
posisi
keuangan
untuk
perusahaan, kinerja dan membantu dlm
Memprediksi
pengambilan keputusan yg tepat. Metode
Kebangkrutan pada
penelitian yg digunakan adalah dengan
Tujuh Perusahaan
menggunakan metode Altman Z-Score.
Manufaktur
Kesimpulan dari Skripsi ini adalah PT.
di
Bursa Efek Jakarta
Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia Farma
Tbk berada pada kondisi sehat, PT. Kalbe
Farma Tbk berada pada kondisi sehat
namun
sempat
berada
pada
kondisi
bangkrut dan gray area. PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk berada pada kondisi
gray area. PT. Ultrajaya Milk Tbk berada
pada
kondisi
dikatakan
gray
area
bangkrut.
PT.
dan
sempat
Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk berada pada kondisi
gray area dan sempat dikatakan bangkrut.
PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kondisi
keuangan
yang
naik
turun.
Secara
metodologi penggunaan metode Altman ZScore
dapat
mengidentifikasi
keadaan
suatu perusahaan
2
2011
Gabriella
Analisis
Prediksi
Prediksi
Kebangkrutan pada
analisis
Perusahaan
bagaimana
Manufaktur
Bursa
di
Efek
Indonesia
z-score
altman
keadaan
menggunakan
dan
melihat
perusahaan
manufaktur secara individu perusahaan
maupun
melihat
35
kebangkrutan
secara
laporan
keseluruhan
keuangan
dengan
perusahaan
pada tahun 2009-2010.
3
2012
ST. Ibrah
Analisis prediksi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Mustafa
kebangkrutan pada
prediksi kebangkrutan pada perusahaan
Kamal
perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
perbankan Go
Indonesia. Karena perbankan mengambil
Public di Bursa
peranan
Efek Indonesia
Indonesia. Dengan menggunakan metode
(dengan
Altman Z-score untuk melihat seberapa
menggunakan
besar prediksi kebangkrutan periode 2008-
model Altman Z –
2010 di perusahaan perbankan
Score)
Selama Periode pengamatan menunjukkan
penting
dalam
perekonomian
bahwa data penelitian sebanyak 20 bank
go public masih ada beberapa yang berada
dalam keadaan bangkrut. Tahun 2008, 95%
bank mengalami prediksi kebangkrutan
dengan nilai di bawah 1,88 dan 5% berada
pada grey area. Tahun 2009, ada beberapa
bank yang mengalami perbaikan kondisi
keuangan
dengan
adanya
40%
bank
berada dalam kondisi sehat, 45% bangkrut
dan 15% berada pada grey area. Tahun
2010,
mengalami
peningkatan
untuk
kondisi sehat yaitu sebesar 55%, 5% grey
area dan sisanya berada dalam kondisi
bangkrut.
Data di dapat dari berbagai sumber skripsi dan jurnal.
2.5. KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan ulasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Analisis
kebangkrutan perusahaan manufaktur sub unit farmasi yang terdaftar di BES
dengan menggunakan metode Z – Score.
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :
36
periode 2008 - 2012 " dapat
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Perusahaan farmasi yang
terdaftar di BEI
Laporan keuangan
Model Z – Score
1.
2.
3.
4.
5.
Working capital to Total Asset
Retained Earnings to Total Assets
EBIT to Total Asset
Market Value of Equity to Total Liabilities
Sales to Total Asset
Financial Distress
37
Download