efektifitas fungsi manajerial kepala ruang terhadap

advertisement
EFEKTIFITAS FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP KINERJA
PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD UNGARAN
Asti Dewi Kusumaningrum *)
Niken Sukesi **), Muslim Argo Bayu Kusuma ***)
*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**) Dosen Akper Widya Husada Semarang,
***) Dokter Umum Rumah Sakit Wira Tamtama Semarang.
ABSTRAK
Fungsi rumah sakit yang baik harus didukung manajemen yang baik. Fungsi manajemen sangat
penting diimplementasikan oleh kepala ruang secara konsisten untuk meningkatkan kinerja perawat.
Kinerja perawat yang baik memberikan asuhan keperawatan yang baik pula. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang efektifitas fungsi
managerial kepala ruang terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan
di ruang rawat inap RSUD Ungaran dan mengidentifikasi karakteristik perawat di RSUD Ungaran
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lamanya bekerja). Desain penelitian ini menggunakan
cross sectional, jumlah sampel 66 responden dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian ini
berupa kuesioner dan lembar checklist. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari
prosedur administratif dan prosedur teknis. Hasil analisa univariat menunjukkan karakteristik perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Ungaran paling banyak meliputi usia ≥ 32 tahun 40 orang
(60,6%), berjenis kelamin perempuan 55 orang (83,3%), berpendidikan D3 Keperawatan 63 orang
(95,5%) dengan lamanya bekerja ≥ 5 tahun 38 orang (57,6%) , untuk fungsi manajerial kepala ruang
yang dipersepsikan oleh perawat sebanyak 37 orang (56,1%) mempersepsikan baik dan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan menyatakan baik 29 orang (43,9%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara umur (p=1,000), jenis kelamin
(p=1,000), pendidikan (p=1,000), dan lamanya kerja (p=0,366) terhadap kinerja perawat pelaksana
dalam melaksanakan asuhan keperawatan, ada pengaruh fungsi manajemen terhadap kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan (p=0,034). Rekomendasi penelitian ini agar
kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dilaksanakan secara optimal seperti dalam
mendokumentasikan catatan keperawatan, perawat perlu mengembangkan diri dengan melanjutkan
jenjang pendidikan formal.
Kata Kunci: Fungsi manajemen, kinerja perawat pelaksana, dan asuhan keperawatan
ABSTRACT
Good hospital function should be supported by good management. Managements functions was very
important to implemented by head ward consistently to improve nurse performance. Good nurse
performance will give good nurse care to the inpatients. Nursing management process were same as
with nurse care professionally. This study aimed to examine the effectiveness head ward managerial
functions towards nurse care to inpatients in Ungaran General District Hospital and to identified the
nurse characteristics (age, sex, level of education, and length of work). The cross sectional study was
applied in this study with 66 nurses considered as total sample work in several wards participated in
this study. Questioner and checklist sheet were used in this study. The procedures consist of
administrative procedure and technical procedure. Result of statistical analysis showed the nurse
characteristics in inpatients ward ungaran General District Hospital most included 40 persons age ≥
32 years old (60,6%), 55 female nurses (83,3%), 63 certificate nurses (95,5%) and 38 persons has
length of work ≥ 5 years (56,1%), managerial functions perceived by the nurses 37 persons were good
(56,1%), and 29 others were poor (43,9%). Result of bivariate analysis showed there were no
correlation between age (p=1,000), sex (p=1,000), level of education (p=1,000) and length of work
(p=0,366) with nurse performance, there were a significant correlation between head ward
managerial functions with nurse performance giving nurse care in inpatients (p=0,034). This study
concluded to get best nurse performance when giving nurse care to inpatients the nurse should
improving themselves such nursing care plan documentation, nurse need to take higher educational
level.
Keywords : management functions, nurse performance,and nurse care
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu bagian menyeluruh
(integeral) dari organisasi sosial dan medis,
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan
yang lengkap kepada masyarakat, baik
kuratif
maupun
rehabilitatif,
dimana
pelayanan keluarnya menjangkau keluarga
dan lingkungan, dan rumah sakit juga
merupakan pusat untuk latihan tenaga
kesehatan serta untuk penelitian biososial.
Fungsi dan beban tugas yang luas tersebut
rumah sakit merupakan organisasi yang padat
modal dan padat karya. Pelaksanaan fungsifungsi, rumah sakit terdiri dari berbagai
macam profesi, untuk itu diperlukan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
baik agar tercapai tujuan organisasi yang
efektif dan efisien (Ilyas, 2002, hlm.55).
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran dengan
luas tanah 6.130 m² dan luas bangunan 8.204
m², dari tahun ke tahun diadakan perubahan
untuk mencukupi kebutuhan masyarakat akan
sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang baik
didukung oleh mutu pelayanan kesehatan
yang baik pula. Upaya yang sangat penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan adalah meningkatkan mutu
pelayanan seperti asuhan keperawatan dan
manajemen
keperawatan.
Penerapan
manajemen keperawatan di ruang rawat inap
diperlukan seorang kepala ruang yang
memenuhi standar sebagai manajerial.
Fungsi rumah sakit yang baik harus didukung
manajemen yang baik. Grant dan Massey
(1997 dalam Nursalam, 2011, hlm.49)
manajemen merupakan suatu pendekatan
yang
dinamis
dan
proaktif
dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi.
Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing, actuating, controlling
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. Manajemen
keperawatan dalam pelaksanaannya di ruang
rawat inap dipimpin oleh kepala ruang.
Kepala ruang sebagai pimpinan keperawatan
harus
memiliki
ketrampilan
dalam
komunikasi, ketrampilan kepemimpinan
dalam pelayanan keperawatan yang efektif
dan efisien, kemampuan memberi motivasi
kepada staf, keterampilan mengatur waktu
serta mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan (Swansburg, 2000).
Proses keperawatan adalah metode di mana
suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai
suatu pendekatan untuk memecahkan
masalah (problem-solving) yang memerlukan
ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonel
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat. Proses
keperawatan terdiri atas lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan, yaitu
pengkajian,
diagnosis,
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (Iyer et.al, 1996).
Tahap-tahap tersebut berintegerasi terhadap
fungsi intelektual problem-solving dalam
mendefinisikan suatu asuhan keperawatan
(Nursalam, 2008, hlm.1).
Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai salah
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya
dapat
saling
mendukung.
Manajemen
keperawatan
terdiri
atas
pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai
kekhususan terhadap mayoritas tenaga
daripada seorang pegawai, maka setiap
tahapan dalam proses manajemen lebih rumit
jika
dibandingkan
dengan
proses
keperawatan (Nursalam, 2011, hal.49).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
wawancara yang dilakukan peneliti pada
tanggal 20 November 2012 di RSUD
Ungaran dengan kepala ruang di ruang
Mawar dan ruang Cempaka, fungsi
manajemen yaitu fungsi perencanaan
bervariasi
di
setiap
ruang.
Fungsi
pengorganisasian di ruang Mawar dan
Cempaka dalam pelaksanaannya berbeda di
setiap ruang. Fungsi pengarahan dilakukan
oleh kepala ruang atau ketua tim dalam
pelaksanaannya berbeda di setiap ruang.
Fungsi pengawasan seperti supervisi
langsung maupun tidak langsung oleh kepala
ruang atau ketua tim berbeda di setiap ruang.
Hasil wawancara dengan kepala bidang
keperawatan,
fungsi-fungsi
manajemen
keperawatan memang belum sepenuhnya
dilakukan dengan baik karena keterbatasan
waktu dan tenaga kerja. Hasil observasi
terkait pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilakukan
perawat,
perawat
terlihat
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
secara keseluruhan berdasarkan keluhan
pasien
dan
belum
lengkapnya
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas fungsi manajerial
kepala ruang terhadap kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD
Ungaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perawat pelaksana di ruang
rawat inap kelas I, II, dan III RSUD Ungaran
yang berjumlah 68 perawat, tersebar di 5
ruang rawat inap. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 66 perawat pelaksana
menggunakan teknik total sampling, dimana
responden sesuai dengan kriteria inklusi,
penelitian dilakukan pada Februari-Juni
2013.
Instrumen pengumpulan data menggunakan
kuesioner terstruktur yang terdiri dari
Kuesioner A untuk mendapatkan data
mengenai karakteristik perawat. Kuesioner B
untuk mendapatkan data mengenai fungsi
manajemen kepala ruang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan. Lembar checklist untuk
mendapatkan data mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
implementasi,
tindakan
keperawatan,
dan
evaluasi
keperawatan.
Instrumen yang digunakan telah melalui
tahap uji validitas dan uji reliabilitas di
RSUD Ambarawa, dimana perawat di rumah
sakit tersebut mempunyai karakteristik yang
sama dengan tempat penelitian.
Cara analisis data yaitu univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi variabel yang
diteliti. Bivariat untuk melihat hubungan
antara variabel yang diteliti menggunakan uji
Chi Square.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik perawat
kelamin, pendidikan
bekerja)
(umur, jenis
dan lamanya
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Perawat di Ruang Rawat Inap
RSUD Ungaran, Maret 2013
(n=66)
Karakteristik
Umur
< 32 tahun
≥ 32 tahun
Total
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Pendidikan
D3
S1
Total
Lamanya
bekerja
< 5 tahun
≥ 5 tahun
Total
Jumlah
%
26
40
66
39,4
60,6
100
11
55
16,7
83,3
66
100
63
3
66
95,5
4,5
100
28
38
42,4
57,6
66
100
Berdasarkan tabel
tersebut
diperoleh
informasi tentang karakteristik perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Ungaran paling banyak meliputi berusia ≥ 32
tahun 40 orang (60,6%), berjenis kelamin
perempuan 55 orang (83,3%), berpendidikan
D3 Keperawatan 63 orang (95,5%) dengan
lamanya bekerja ≥ 5 tahun 38 orang (57,6%).
2. Gambaran Fungsi Manajerial Kepala
Ruang
Diagram 1
Distribusi Frekuensi Fungsi Manajerial
Kepala Ruang di Ruang Rawat Inap
RSUD Ungaran, Maret 2013
(n=66)
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan
fungsi manajerial kepala ruang yang
dipersepsikan oleh perawat sebanyak 37
orang (56,1%) mempersepsikan baik
sedangkan fungsi manajerial kepala ruang
yang dipersepsikan oleh perawat sebanyak 29
orang (43,9%) kurang baik.
5. Hubungan jenis kelamin perawat dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Tabel 3
Analisis Hubungan Jenis Kelamin Pasien
dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran,
Maret 2013 (n=66)
3. Gambaran Kinerja Perawat Pelaksana
dalam
Melaksanakan
Asuhan
Keperawatan
Diagram 2
Distribusi Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran,
Maret 2013 (n=66)
Karakteristik
Kinerja Perawat
Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan
Keperawatan
Kurang
Baik
Baik
f
%
f
%
p
Jenis Kelamin
Laki-laki
5
45,5
6
54,5
Perempuan
24
43,6
31
56,4
Berdasarkan diagram diatas menggambarkan
bahwa kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
menyatakan baik 29 orang (43,9%)
sedangkan
kinerja
perawat
dalam
melaksanakan asuhan menyatakan kurang
baik 37 orang (56,1%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan jenis kelamin dengan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan (p=1,000 > α=0,05
artinya tidak berhubungan secara signifikan).
6. Hubungan pendidikan perawat dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
4. Hubungan umur perawat dengan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan
Tabel 4
Analisis Hubungan Pendidikan Perawat
dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran,
Maret 2013 (n=66)
Tabel 2
Analisis Hubungan Umur Perawat dengan
Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran,
Maret 2013 (n=66)
Karak
teristik
Umur
< 32
tahun
≥ 32
tahun
Kinerja Perawat Pelaksana
dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan
Baik
Kurang Baik
f
%
f
%
11
42,3
15
57,7
18
45
22
55
p
1,000
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara umur perawat dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan (p=1,000
> α=0,05 artinya tidak berhubungan secara
signifikan).
1,000
Karakteristik
Kinerja Perawat
Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan
Keperawatan
Kurang
Baik
Baik
f
%
f
%
p
Pendidikan
D3
28
44,4
35
55,6
S1
1
33,3
2
66,7
1,000
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan (p=1,000 > α=0,05
artinya tidak berhubungan secara signifikan).
7. Hubungan lamanya bekerja dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Tabel 5
Analisis Hubungan Lamanya Bekerja dengan
Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran,
Maret 2013 (n=66)
Kinerja Perawat Pelaksana
dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan
Karakteristik
f
%
f
Kurang
Baik
%
< 5 tahun
10
35,7
18
64,3
≥ 5 tahun
19
50
19
40
Baik
p
mempunyai peluang 3,44 kali untuk
meningkatkan kinerja perawat pelaksana
dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dengan baik.
PEMBAHASAN
1. Hubungan umur perawat dengan kinerja
perawat
pelaksana
dalam
asuhan
keperawatan
Hasil analisis univariat terhadap umur
perawat menunjukkan bahwa penelitian
ini didominasi oleh perawat yang
berumur ≥ 32 tahun yaitu sebanyak 40
orang (60,6%), sedangkan yang berumur
< 32 tahun yaitu sebanyak 26 orang
(39,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
perawat pelaksana di RSUD Ungaran
lebih banyak merupakan usia dewasa.
Lamanya Bekerja
0,366
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara lamanya bekerja dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan (p=0,366
> α=0,05 artinya tidak berhubungan secara
signifikan).
8. Hubungan fungsi manajerial kepala ruang
dengan kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Tabel 6
Analisis Hubungan Fungsi Manajemen
Kepala Ruang terhadap Kinerja Perawat
Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Ungaran, Maret 2013 (n=66)
Karakteristik
Kinerja Perawat Pelaksana
dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan
Baik
Kurang Baik
f
%
f
%
Fungsi
Manajemen
Baik
21
56,8
16
43,2
Kurang Baik
8
27,6
21
72,4
p
0,034*
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
fungsi manajemen dengan kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan (p=0,034 < α=0,05 artinya
berhubungan secara signifikan). Berdasarkan
nilai OR, dapat disimpulkan bahwa kepala
ruang yang memberikan fungsi manajemen
Hasil
analisis
bivariat
dengan
menggunakan kai kuadrat didapatkan
hasil bahwa perawat yang berumur < 32
tahun
memiliki
kinerja
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lebih
rendah sebanyak 11 orang (42,3%),
sedangkan perawat yang berumur ≥ 32
tahun
memiliki
kinerja
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lebih
tinggi sebanyak 18 orang (45%), dengan
derajat kepercayaan 95% terhadap umur
dengan kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
(p=1,000 > α=0,05 artinya tidak
signifikan).
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara umur dengan
kinerja perawat pelaksana dalam asuhan
keperawatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
diungkapkan Robbins & Judge (2008,
hlm.65), dimana semakin tua umur
seeorang, makin besar komitmennya
terhadap organisasi, hal ini dikarenakan
kesempatan
seseorang
untuk
mendapatkan pekerjaan lain menjadi
terbatas sejalan dengan meningkatnya
umur.
Berbeda
dengan
hasil
penelitian
Samsualam
(2008,
¶12)
yang
menunjukkan hasil ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan kinerja
perawat. Perawat pada kelompok umur
diatas 40 tahun mempunyai kemungkinan
untuk memiliki kinerja yang lebih rendah
karena mempunyai tingkat produktifitas
sudah menurun yang akhirnya dapat
menyebabkan penurunan terhadap tingkat
kinerja asuhan keperawatan, dengan
demikian perawat yang sudah mencapai
umur lebih dari 40 tahun mendekati lanjut
usia sebaiknya tidak ditempatkan di ruang
perawatan dengan beban kerja yang
cukup banyak dan diberi tugas shift.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Sigit (2009) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan kinerja
perawat pelaksana. Mulyaningsih (2012,
¶30) bahwa semua perawat pada usia
berapapun dapat menunjukkan kinerja
yang baik. Umur perawat yang mengikuti
program orientasi biasanya tidak terlalu
jauh dan rata-rata mereka sudah
mempunyai nilai-nilai sebagai seorang
perawat dalam menjalankan peran dan
fungsinya sebagai, sejak lulus pendidikan
keperawatan
hingga
sepanjang
kehidupannya sehingga umur saja tidak
dapat dijadikan patokan untuk menilai
kinerja perawat pelaksana, dikarenakan
masih ada unsur kemampuan yang luas
antara lain yang menyangkut aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan
(Hartiti, 2012, ¶14).
2. Hubungan jenis kelamin perawat dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Hasil analisis univariat terhadap jenis
kelamin perawat menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini didominasi oleh
perawat perempuan yaitu sebanyak 55
orang (83,3%) dibanding dengan perawat
laki-laki 11 orang (16,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa perawat pelaksana di
RSUD Ungaran lebih banyak berjenis
kelamin perempuan.
Hasil
analisis
bivariat
dengan
menggunakan kai kuadrat didapatkan
hasil bahwa perawat yang berjenis
kelamin laki-laki memiliki kinerja dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lebih
tinggi sebanyak 5 orang (45,5%)
dibanding dengan perawat yang berjenis
kelamin perempuan memiliki kinerja
dalam melaksanakan asuhan keperawatan
lebih rendah sebanyak 24 orang (43,6%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan kinerja perawat
pelaksana dalam asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perawat laki-laki mempunyai kinerja yang
baik, hal ini didukung oleh penelitian
Hestya (2012, ¶18) bahwa perawat laki –
laki lebih cenderung melakukan kontak
langsung dengan pasien karena rata – rata
tidak menyukai kegiatan dalam ruangan
kerja seperti kegiatan yang berhubungan
dengan tulis menulis. Perawat laki-laki
lebih cenderung melakukan tindakan
keperawatan yang membutuhkan banyak
tenaga seperti memindahkan pasien dan
lain-lain. Kegiatan yang berhubungan
dengan
dokumentasi
kegiatan
keperawatan lebih sering dilakukan oleh
perawat perempuan. Jenis kelamin lakilaki memiliki kemampuan fisik lebih
besar dibandingkan wanita menjadikan
aktifitas fisik yang dilakukan masih
terbatas (Kasmarani, 2012, ¶14).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Mustofa (2008) bahwa
pengaruh jenis kelamin dalam bekerja
sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
yang akan dikerjakan. Samsualam (2008,
¶16) yang menyatakan bahwa perawat
perempuan lebih besar kemungkinan
memiliki kinerja yang lebih baik,
dibandingkan dengan perawat laki-laki
namun hal ini bisa saja karena jumlah
perawat laki-laki lebih sedikit dan
kebanyakan dalam menghadapi pekerjaan
sebagai
perawat
membutuhkan
keterampilan, keuletan dan kesabaran
dengan mother instinct yang hal ini lebih
pada perawat perempuan. Seorang
perempuan memiliki sifat atau naluri
keibuan yang sangat dibutuhkan bagi
seorang perawat. Dengan sifat atau naluri
yang dimiliki tersebut maka diharapkan
perawat
perempuan
dapat
lebih
memberikan perhatian kepada pasien.
Karena perhatian yang diberikan oleh
perawat dapat meningkatkan kenyamanan
pasien selama dirawat di rumah sakit.
(Mulyaningsih, 2012, ¶32).
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian Sigit (2009) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan
kinerja perawat pelaksana. Hal ini sesuai
dengan Robbins (2006, hlm.65) tidak
terdapat perbedaan yang konsisten pada
pria dan wanita dalam hal kemampuan
memecahkan masalah, menganalisis,
dorong kompetetif, motivasi, sosiabilitas,
atau kemampuan belajar. Tidak ada
perbedaan gender, karena sejak masa
pendidikan keperawatan baik perempuan
maupun laki-laki mempunyai pengalaman
belajar yang sama dalam mencapai
kompetensi dan tujuan kurikulum
pendidikan
keperawatan.
Dalam
menjalankan
tugasnya
perawat
perempuan dan laki-laki mempunyai
tanggung jawab dan akontabilitas yang
sama (Hartiti, 2001, ¶15).
3. Hubungan pendidikan dengan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan
Hasil
analisis
univariat
terhadap
pendidikan menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini didominasi oleh perawat
yang berpendidikan D3 Keperawatan
yaitu sebanyak 63 orang (95,5%)
dibanding dengan yang berpendidikan S1
Keperawatan sebanyak 3 orang (4,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa perawat
pelaksana di RSUD Ungaran lebih
banyak yang berpendidikan rendah (D3
Keperawatan).
Hasil
analisis
bivariat
dengan
menggunakan kai kuadrat didapatkan
hasil bahwa perawat yang berpendidikan
D3 Keperawatan memiliki kinerja dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lebih
tinggi sebanyak 28 orang (44,4%)
dibanding
dengan
perawat
yang
berpendidikan S1 Keperawatan memiliki
kinerja dalam melaksanakan asuhan
keperawatan lebih rendah sebanyak 1
orang (33,3%). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara pendidikan dengan
kinerja perawat pelaksana dalam asuhan
keperawatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perawat
yang
berpendidikan
D3
Keperawatan memiliki kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan lebih tinggi karena D3
Keperawatan memiliki jumlah sampel
yang lebih banyak dibanding dengan
perawat
yang
berpendidikan
S1
Keperawatan. Di RSUD Ungaran
sebagian perawat sedang menjalankan
pendidikan
formalnya,
sehingga
kemungkinan
hal
tersebut
dapat
mempengaruhi
belum
adanya
peningkatan kinerja perawat. Karena jika
perawat belum menyelesaikan studinya
maka kompetensi profesionalnya juga
belum
meningkat,
sehingga
akan
mempengaruhi
kinerjanya
dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Kasmarani (2012, ¶14) bahwa
pendidikan D3 yang lebih bersifat praktis
menjadikan perawat terbiasa dan terlatih
dalam menangani pasien. Proses belajar
dapat dilakukan oleh pekerja pada saat
mengerjakan pekerjaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
Hariandja (2007, hlm.28) seseorang
dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi
memiliki
pengetahuan dan
keterampilan yang lebih baik dalam
kemampuan menyelesaikan pekerjaan dan
dengan pendidikan yang lebih tinggi akan
berusaha untuk mengaktualisasikan diri
terhadap lingkungan bahwa dirinya
mampu berkomitmen terhadap pekerjaan.
Tingkat pendidikan tenaga kerja yang
makin tinggi mengakibatkan keinginan
otonomi yang lebih besar terhadap
pekerjaan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Samsualam (2008) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan
kinerja perawat pelaksana. Hal ini sesuai
dengan Robbins (2006, hlm.65) tidak
terdapat perbedaan yang konsisten pada
pria dan wanita dalam hal kemampuan
memecahkan masalah, menganalisis,
dorong kompetetif, motivasi, sosiabilitas,
atau kemampuan belajar.
4. Hubungan lamanya bekerja dengan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Hasil analisis univariat terhadap lamanya
bekerja menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini didominasi oleh perawat
yang bekerja ≥ 5 tahun yaitu sebanyak 38
orang (57,6%) dibanding dengan perawat
yang bekerja < 5 tahun sebanyak 28 orang
(42,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
perawat pelaksana di RSUD Ungaran
lebih banyak yang bekerja ≥ 5 tahun.
Hasil
analisis
bivariat
dengan
menggunakan kai kuadrat didapatkan
hasil bahwa perawat yang bekerja < 5
tahun
memiliki
kinerja
dalam
melaksanakan asuhan keperawatan lebih
rendah sebanyak 10 orang (35,7)%
dibanding dengan perawat yang bekerja ≥
5 lebih tinggi sebanyak 19 orang (50%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara
lamanya bekerja dengan kinerja perawat
pelaksana dalam asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
lamanya bekerja perawat pelaksana
menunjukkan kinerja lebih bagus, hal ini
didukung oleh Robbin (2008, hlm.68),
dimana semakin lama seseorang berada
dalam satu pekerjaan, semakin kecil
kemungkinannya untuk mengundurkan
diri.
Penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian
Rudianti
(2011)
yang
menunjukkan hasil ada hubungan yang
bermakna antara lama bekerja dengan
kinerja perawat. Hal ini sesuai dengan
Samsualam (2008, ¶19), bahwa masa
kerja muda masih segar dan belum
terdapat kejenuhan dalam dirinya dan
sesuai dengan pengamatan peneliti makin
senior seorang perawat maka semakin
jauh dari pasien dan lingkup pekerjaannya
lebih berkaitan dengan manajemen. Masa
kerja juga dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang dalam menunjukkan
kinerjanya. Sehingga seharusnya perawat
yang masa kerjanya lebih lama mampu
menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Namun pada kenyataannya, orang yang
yang memiliki masa kerja yang lebih
lama kadang-kadang produktivitasnya
menurun karena terjadi kebosanan
(Mulyaningsih, 2012, ¶40).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Sigit (2009) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara lama bekerja dengan
kinerja perawat pelaksana. Hal ini sesuai
dengan
yang
diungkapkan
oleh
Mulyaningsih (2012, ¶39) perawat yang
masa kerjanya lama maupun baru
mempunyai peluang yang sama untuk
menunjukkan kinerja yang baik.
5. Pengaruh fungsi manajerial kepala ruang
terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
a. Gambaran fungsi manajemen
Hasil analisis univariat terhadap
fungsi manajemen kepala ruang
menunjukkan bahwa hasil penelitian
ini didominasi fungsi manajerial
kepala ruang yang dipersepsikan oleh
perawat sebanyak 37 orang (56,1%)
mempersepsikan baik sedangkan
fungsi manajerial kepala ruang yang
dipersepsikan oleh perawat sebanyak
29 orang (43,9%) kurang baik.
Penelitian ini didukung oleh penelitian
Parmin (2009) menunjukkan hasil
penelitian terhadap fungsi manajemen
kepala ruang menunjukkan perawat
yang memiliki persepsi baik terhadap
fungsi
pengorganisasian,
fungsi
pengarahan, dan fungsi pengawasan
lebih tinggi persentasenya dibanding
perawat dengan persepsi kurang. Hal
ini merupakan modal positif bagi
kepala ruang dalam memimpin dan
menggerakkan staf perawat untuk
senantiasa
memberikan
asuhan
keperawatan yang baik.
Fungsi pengarahan (manajemen) bila
dilaksanakan secara konsisten oleh
kepala ruang dan ketua tim,
berpeluang meningkatkan kepuasan
kerja. Kepala ruang dan ketua tim
mampu membuat perawat pelaksana
merasa dianggap penting, berharga,
dan dibutuhkan dalam pekerjaan,
memperoleh penghargaan yang adil,
mendapat pengaruh positif rekan
kerja, menurunkan respon emosional,
meningkatkan
prestasi
kerja,
pengembangan
diri,
otonomi,
mendapat pengawasan partisipatif,
serta hubungan kerja yang baik (Sigit,
2008, ¶25).
Berbeda dengan hasil penelitian
(Warsito, 2006, ¶15) menunjukkan
bahwa dimana kepala ruang masih ada
yang belum melaksanakan fungsi
pengendalian (manajemen) dengan
baik, seperti belum melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan,
survei kepuasan klien dan keluarga,
survei kepuasan perawat dan tenaga
kesehatan lain, dan menghitung lama
hari rawat. Ini dikarenakan belum
tersedianya standar dan format.
b. Gambaran kinerja perawat pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
Hasil analisis univariat terhadap
kinerja perawat pelaksana dalam
melakukan
asuhan
keperawatan
menunjukkan bahwa hasil penelitian
ini didominasi oleh kinerja perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan yang kurang baik
37 orang (56,1%) sedangkan kinerja
perawat dalam melaksanakan asuhan
menyatakan baik 29 orang (43,9%).
Penelitian ini didukung oleh penelitian
Hadju (2009) dan Mulyaningsih
(2012) menunjukkan bahwa kinerja
perawat
pelaksana
memiliki
persentase kurang baik lebih dari
separuh, kondisi ini menggambarkan
bahwa perawat seharusnya memiliki
kinerja yang baik, melaksanakan
asuhan
keperawatan
dan
pendokumentasian yang baik agar
dapat
memberikan
pelayanan
keperawatan yang baik.
Pemberian
asuhan
keperawatan
merupakan
prioritas
yang
menggambarkan kinerja perawat.
Kinerja
perawat
yang
baik
memberikan asuhan keperawatan yang
baik pula. Namun perawat pelaksana
di RSUD Ungaran memiliki kinerja
yang masih kurang dari separuh.
Kondisi perawat
yang kurang
mempunyai inisiatif ataupun kreatif
sehingga
akan
mempengaruhi
pelayanan terhadap pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan dan
pasien yang sangat membutuhkan
tindakan yang cepat dan tepat. Kepala
ruang merupakan manajer tingkat
pertama yang mempunyai wewenang
dan tanggungjawab dalam mengelola
pelayanan keperawatan kepada pasien.
Kepala ruang mempunyai tugas dalam
mempengaruhi, menggerakkan dan
mengarahkan perawat agar dapat
bekerja dengan baik (Sugijati, 2007,
¶15).
c. Hubungan fungsi manajerial kepala
ruang dengan kinerja perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan
Hasil analisis hubungan fungsi
manajemen terhadap kinerja perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan menurut persepsi
perawat diperoleh bahwa kepala ruang
yang memberikan fungsi manajemen
tinggi sebanyak 21 orang (56,8%),
sedangkan
perawat
yang
mempersepsikan kepala ruang yang
kurang
memberikan
fungsi
manajemen diperoleh lebih rendah 8
orang (27,6%). Hasil uji statistik
menunjukkan ada pengaruh fungsi
manajemen terhadap kinerja perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan (p=0,034 <
α=0,05
artinya
signifikan).
Berdasarkan
nilai
OR,
dapat
disimpulkan bahwa kepala ruang yang
memberikan
fungsi
manajemen
mempunyai peluang 3,44 kali untuk
meningkatkan
kinerja
perawat
pelaksana
dalam
melaksanakan
asuhan keperawatan dengan baik.
Manajerial keperawatan dari kepala
ruang harus menerapkan fungsi
manajemennya secara baik untuk
mendukung
dalam
pelaksanaan
pelayanan keperawatan oleh perawat
pelaksana. Hal ini sesuai dengan
Suarli & Bahtiar (2010, hlm. 116)
manajer keperawatan terlibat dalam
proses manajerial yang melibatkan
berbagai fungsi manajemen, dalam
rangka
mempengaruhi
dan
menggerakkan bawahan agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang
memadai.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Parmin (2009) dan
Warsito (2006) dengan p (pengarahan
= 0,002, pengawasan = 0,007) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh
fungsi manajemen terhadap kinerja
perawat pelaksana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa menurut persepsi
perawat diperoleh kepala ruang yang
memberikan fungsi manajemen tinggi
sebanyak
21
orang
(56,8%),
sedangkan
perawat
yang
mempersepsikan kepala ruang yang
kurang
memberikan
fungsi
manajemen diperoleh lebih rendah 8
orang (27,6%). Parmin (2009) dalam
memotivasi para bawahan, manajer
hendaknya menyediakan peralatan,
menciptakan suasana kerja yang baik,
dan memberikan kesempatan untuk
promosi sehingga memungkinkan para
bawahan meningkatkan semangat
kerjanya untuk mencapai kebutuhan
akan prestasi.
Hasil penelitian (Warsito, 2006, ¶24)
menunjukkan
persepsi
perawat
pelaksana tentang fungsi manajemen
kepala ruang telah melakukan
penilaian
pelaksanaan
asuhan
keperawatan, melakukan supervisi
langsung,
saat
supervisi
memperhatikan kemajuan dan kualitas
asuhan
keperawatan,
terlibat
perbaikan
asuhan
keperawatan,
menilai pengetahuan dan ketrampilan
perawat dalam asuhan keperawatan,
dan menggunakan standar untuk
menilai
asuhan
keperawatan,
mengadakan
pertemuan
maupun
konferensi
untuk
menyelesaikan
masalah, melaksanakan penilaian
asuhan
keperawatan,
supervisi
langsung dan membimbing perawat.
Fungsi manajemen yang dilakukan
oleh kepala ruang belum sepenuhnya
terlaksana dengan baik, hal ini
didukung dengan hasil penelitian
Warsito
(2006)
dengan
p
(perencanaan
=
0,542,
pengorganisasian = 0,982) yang
menunjukkan hasil tidak ada pengaruh
fungsi manajemen terhadap kinerja
perawat pelaksana. Hal ini disebabkan
karena perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan
masih bersifat rutinitas saja, sehingga
pekerjaan yang dilakukan oleh
perawat belum terencana dengan baik.
Proses
manajemen
keperawatan
sejalan
dengan
proses/asuhan
keperawatan sebagai salah satu
metode
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
secara
profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung (Nursalam, 2008,
hlm.49).
Pemberian
asuhan
keperawatan merupakan prioritas yang
menggambarkan kinerja perawat.
Kinerja
perawat
yang
baik
memberikan asuhan keperawatan yang
baik pula. Perawat harus mempunyai
kemampuan
dalam
tugas
dan
tanggungjawab dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang baik, hal ini
didukung dari hasil penelitian Sugijati
(2007) dan hasil penelitian Siahaan
(2010)
menunjukkan
gambaran
kinerja perawat baik lebih dari
separuh. Siahaan (2010, ¶20) bahwa
hasil yang baik akan dicapai jika
semua kegiatan proses asuhan
keperawatan dari pengkajian sampai
evaluasi dilakukan dengan benar dan
tepat.
Semua
proses
asuhan
keperawatan
keperawatan
saling
mempengaruhi satu dengan yang
lainnya, dengan ini semua tahapan
asuhan keperawatan harus sesuai
dengan standar agar hasil dapat
dicapai.
SIMPULAN
1. Karakteristik perawat yang menjadi
responden penelitian sebagian besar
adalah berjenis kelamin perempuan,
berpendidikan D3 Keperawatan, ratarata umur ≥ 32 tahun dan lama bekerja
lebih dari lima tahun.
2. Gambaran fungsi manajemen yang baik
dipersepsikan oleh perawat lebih dari
separuh dari perawat yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
3.
4.
5.
Gambaran kinerja perawat pelaksana
yang dipersepsikan oleh peneliti adalah
bahwa
perawat
pelaksana
yang
memiliki kinerja kurang baik berjumlah
lebih dari separuh dari jumlah sampel
yang ada.
Tidak
adanya
hubungan
antara
karakteristik perawat meliputi umur,
jenis kelamin, pendidikan dan lama
bekerja dengan kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Adanya pengaruh fungsi manajerial
kepala ruang terhadap kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan, artinya bila kepala ruang
memberikan fungsi manajemen yang
baik maka dapat meningkatkan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
SARAN
1. Rumah Sakit
a. Manajemen RSUD Ungaran
Memberikan orientasi bagi staf baru
mengenai kebijakan dan aturan yang
harus
ditaati
dalam
bekerja,
diharapkan rumah sakit
dapat
mengevaluasi pelaksanaan fungsi
manajemen
kepala
ruang
dan
meningkatkan
kinerja
perawat
pelaksana dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
dengan
diadakan
pelatihan.
b. Kepala ruang
Memberikan kesempatan kepada
perawat
untuk
melanjutkan
pendidikan formal ke jenjang yang
lebih tinggi, menilai kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
perawat, meningkatkan pengetahuan
dan wawasan dalam menjalankan
fungsi-fungsi
manajemen
keperawatan.
c. Perawat
Mengembangkan
diri
dengan
melanjutkan
jenjang
pendidikan
formal, perawat lebih meningkatkan
kinerja dalam melaksanakan asuhan
keperawatan secara optimal seperti
dalam menetapkan tujuan dan
diagnosa keperawatan sesuai kondisi
kesehatan
pasien
dan
mendokumentasikan dalam catatan
keperawatan.
2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadikan bahan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam
manajemen
keperawatan,
dapat
memperluas
pengetahuan
dan
pengalaman dalam menganalisis fungsi
manajerial kepala ruang dan kinerja
perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Institusi perlu untuk
memberikan
praktek
laboratorium
manajemen kepada mahasiswa agar
mahasiswa terlatih untuk memberikan
pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan baik.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat mengembangkan
penelitian serupa dengan desain yang
berbeda mengenai variabel fungsi-fungsi
manajemen
dan
kinerja
perawat
pelaksana, serta dapat menjadi dasar bagi
peneliti selanjutnya supaya dapat
mengembangkan
penelitian
dengan
variabel-variabel yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadju, L. (2009). Hubungan karakteristik
individu
dan
organisasi
terhadap
kinerja
asuhan
keperawatan di unit rawat inap
RSUD
Kabupaten
Muna.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admi
n/jurnal/6210108112_02162482.pdf diperoleh tanggal 29
November 2012
Hariandja, MTE. (2007). Manajemen sumber
daya manusia. Jakarta :
Grasindo
Hartiti, T. (2001). Program orientasi dan
karakteristik dengan kinerja
perawat pelaksana di RS
Roemani PKU Muhammadiyah
Semarang.
http://www.google.com/url?sa
=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=9&cad=rja&ved=0C
FEQFjAI&url=http%3A%2F%
2Fjurnal.unimus.ac.id%2Finde
x.php%2Fpsn12012010%2Fart
icle%2Fview%2F510%2F559
&ei=zVqZUc2iBoOzrgf3q4BY
&usg=AFQjCNFJ_gG348FtQ
V_ARx2wHfExO97jw&sig2=a
hiE1bCd3UcwXXW5QRAEg&b
vm=bv.46751780,d.bmk
diperoleh tanggal 19 Mei 2013
Hestya, I. (2012). Hubungan kerja shift
terhadap kelelahan perawat
IRNA RSUD dr. Sayidiman
Magetan.
http://www.google.com/url?sa
=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=7&cad=rja&ved=0C
E4QFjAG&url=http%3A%2F
%2Fweb.unair.ac.id%2Fadmin
%2Ffile%2Ff_41725_inta1.doc
x&ei=CPmZUeCXOIjyrQeLzo
HYCw&usg=AFQjCNFApQg
CqVUiJspEeU58AiOcVdIoow
&sig2=B3Z2SLKYHnX4Lxca
23_TQQ&bvm=bv.46751780,d
.bmk diperoleh tanggal 20 Mei
2013
Ilyas. (2002). Perencanaan sumber daya
rumah sakit. Jakarta : FKM UI
Kasmarani, MK. (2012). Pengaruh beban
kerja fisik dan mental terhadap
stres kerja pada perawat di
IGD
RSUD
Cianjur.
http://www.slideshare.net/KUL
IAHISKANDAR/pengaruhbeban-kerja-fisik-dan-mentalterhadap-stres-kerja-padaperawat-di-instalasi-gawatdarurat-igd-rsud-cianjur
diperoleh tanggal 20 Mei 2013
Mulyaningsih. (2012). Peningkatan kinerja
perawat dalam penerapan
MPKP dengan supervisi oleh
kepala
ruang
di
RSJD
Surakarta.
http://www.google.com/url?sa
=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=8&cad=rja&ved=0C
FMQFjAH&url=http%3A%2F
%2Fwww.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id%2Findex.php%2
Fgaster%2Farticle%2Fdownloa
d%2F48%2F45&ei=CPmZUe
CXOIjyrQeLzoHYCw&usg=A
FQjCNF_HvQKSPLdpxAotKz
DX8PTsB3nGA&sig2=FWfhf
pTuZCLlbMCdeW0ZJA&bvm
=bv.46751780,d.bmk diperoleh
tanggal 20 Mei 2013
Mustofa. (2008). Analisis pengaruh faktor
individu,
psikologi
dan
organisasi terhadap kinerja
perawat pelaksana di RSJD Dr.
Amino
Gondohutomo
Semarang. Tesis. Program
Pascasarjana. Fakultas MIKM
Universitas
Diponegoro.
Semarang
:
Tidak
dipublikasikan
Nursalam. (2008). Proses dan dokumentasi
keperawatan : konsep dan
praktik. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan
aplikasi
dalam
praktek
keperawatan
profesional.
Jakarta : Salemba Medika
Parmin.
(2009). Hubungan pelaksanaan
fungsi manajemen kepala
ruangan dengan motivasi
perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUP Undata Palu.
Tesis. Program Pascasarjana.
FIKUI. Jakarta : Tidak
dipublikasikan
Rudianti, Y. (2011). Hubungan komunikasi
organisasi dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang
rawat inap salah satu Rumah
Sakit Swasta Surabaya. Tesis.
Program Pascasarjana. FIKUI.
Jakarta : Tidak dipublikasikan
Robbins, SP & Judge, TA. (2008). Perilaku
organisasi. Jakarta : Salemba
Empat
diperoleh tanggal 16 November
2012
Sigit, Achmat. (2009). Pengaruh fungsi
pengarahan kepala ruang dan
ketua tim terhadap kepuasan
kerja perawat pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah
Blambangan
Banyuwangi.
http://ejournal.umm.ac.id/index
.php/keperawatan/article/viewF
ile/623/643_umm_scientific_jo
urnal.pdf diperoleh tanggal 23
Maret 2012
Suarli
&
Sugijati. (2007). Analisis gaya kepemimpinan
kepala ruang terhadap kinerja
perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di Rumah
Sakit
Mataram.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/2208328334.pdf
diperoleh tanggal 29 Oktober
2012
Swanburg,
Samsualam.
(2008). Analisis hubungan
karakteristik individu dan
motivasi
dengan
kinerja
asuhan keperawatan di BP
Rumah Sakit Umum Labuang
Baji
Makassar.
http://journal.umi.ac.id/pdfs/An
alisis_Hubungan_Karakteristik
_Individu_dan_Motivasi_Deng
an_Kinerja_Asuhan_Perawatan
_di_BP_Rumah_Sakit_Umum
_Labuang_Baji_Makassar.pdf
diperoleh tanggal 16 November
2012
Rudianti, Y. (2011). Hubungan komunikasi
organisasi dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang
rawat inap salah satu Rumah
Sakit Swasta Surabaya. Tesis.
Program Pascasarjana. FIKUI.
Jakarta : Tidak dipublikasikan
Siahaan, DN. (2010). Kinerja perawat dalam
pemberian
asuhan
keperawatan di Rumah Sakit
TK II Putri Hijau Medan.
http://jurnal.usu.ac.id/index.ph
p/jkh/article/view/183/135
Bahtiar. (2010). Manajemen
keperawatan
dengan
pendekatan praktis. Jakarta :
Erlangga
RC.
(2000).
Pengantar
kepemimpinan dan manajemen
keperawatan. Jakarta : EGC
Warsito, BE. (2006). Pengaruh persepsi
perawat pelaksana tentang
fungsi manajerial kepala ruang
terhadap
pelaksanaan
manajemen
asuhan
keperawatan di ruang rawat
inap
RSJD
Dr.
Amino
Gondohutomo
Semarang.
http://ejournal.undip.ac.id/inde
x.php/medianers/article/view/2
81/pdf diperoleh tanggal 23
Maret 2012
Download