artikel hubungan antara obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian

advertisement
ARTIKEL
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LEYANGAN
UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
NENENG WINDA KHOIRUNNISA
020112a026
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG
Neneng Winda Khoirunnisa *) Auly Tarmali SKM, M.Kes,**)
Sri Wahyuni, S.KM, M.Kes**)
*Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua kelompok umur di Indonesia.
Tingginya angka kejadian hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya obesitas
dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas
dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa perempuan yang berkunjung di
Puskesmas Leyangan selama 1 bulan sebanyak 126 pasien. Sampel diambil menggunakan
teknik accidental sampling sebanyak 56 pasien. Data diperoleh melalui kuesioner,
pengukuran berat badan, tinggi badan, dan pengukuran tekanan darah oleh dokter. Teknik
analisis data dengan menggunakan uji chi square (α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi (p=0,062), ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi (p=0,042) di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian, perlu adanya upaya untuk melakukan pencegahan
hipertensi dengan mengontrol berat badan dan melakukan olahraga secara teratur
Kata Kunci : obesitas, aktivitas fisik, hipertensi
Kepustakaan : 46 pustaka(2001-2013)
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
ABSTRACT
Hypertension is the third cause of death after stroke and tuberculosis, which
reached 6.7% of the death population in all age groups in Indonesia. The high occurence of
hypertension is affected by several factors such as obesity and physical activity. The aim of
this study is to determine the related between obesity and physical activity with the
occurence of hypertension At Puskesmas Leyangan East Ungaran Semarang Regency.
This research was an analytic a with cross sectional approach. The population in
this study were all female adult patients who visited puskesmas Leyangan for 1 month as
many as 126 patients. Samples were taken by using accidental sampling as many as 56
patients. The data were obtained through questionnaires, measurements of weight, height,
and blood pressure measurement by the physician. The data analysis used chi-square test
(α = 0.05).
The results research show that there is no correlation between obesity with the
occurence of hypertension (p = 0.062), there is correlation between physical activity with
the occurence of hypertension (p = 0.042) At Puskesmas Leyangan East Ungaran
Semarang regency.
Based on the results of research, the effort for prevention of hypertension is needed
by controlling of weight and doing excercise regularly.
Keywords
Bibliographies
:obesity, physical activity, hypertension
: 46 references (2001-2013)
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit yang
terjadi akibat peningkatan tekanan darah
yang bisa menyebabkan berbagai
komplikasi terhadap beberapa penyakit
lain, bahkan penyebab timbulnya
penyakit jantung koroner, stroke,
hipertrofi ventrikel kanan dan ginjal.
Hipertensi menjadi penyebab utama
stroke yang membawa kematian dengan
prevalensi tinggi (Bustan,2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
merupakan salah satu kelompok penyakit
kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah yang dapat mengakibatkan
terjadinya stroke, sserangan jantung,
gagal jantung, dan gagal ginjal.
(Spark,2007)
Hipertensi merupakan keadaan
medis dimana terjadi peningkatan darah.
Dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah dalam kisaran sistolik >140 mmHg
dan diastolic >90 mmHg. Tekanan darah
tinggi terjadi bila terus menerus berada
pada 140/90 mmHg.(Riskesdas, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2012
sedikitnya 839 juta kasus hipertensi,
diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada
tahun 2025, sekitar 29 % orang dewasa
di seluruh dunia menderita hipertensi.
Angka kejadian hipertensi di Indonesia
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Departemen Kesehatan
tahun 2013 mencapai sekitar 25,8%.
Kementerian Kesehatan (2013) juga
menyatakan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi dari 7,6 % tahun
2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013.
Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua kelompok
umur di Indonesia. Menurut hasil Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi penyakit tidak menular
khususnya hipertensi di Indonesia
menempati urutan pertama sebesar
31,7%. Sedangkan, hipertensi berada di
urutan ketiga penyebab kematian semua
umur, setelah stroke dan TB, dengan
proporsi kematian sebesar 6,8%. Adapun
prevalensi nasional hipertensi pada
penduduk umur >18 tahun adalah sebesar
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
31,7%
(berdasarkan
pengukuran),
prevalensi nasional hipertensi adalah
31,2% dari total jumlah penduduk
dewasa. Dari riset tersebut juga diketahui
bahwa prevalensi nasional stroke yang
merupakan komplikasi dari hipertensi
adalah sebesar 0,8% (Triyanto, 2014).
Jumlah
kasus
Hipertensi
di
Kabupaten Semarang pada tahun 2014
sebanyak 40.869 kasus. Dari data yang
didapat
di
Puskesmas
Leyangan
Kabupaten Semarang, hipertensi masuk
dalam 10 besar kasus penyakit dan
merupakan Penyakit Tidak Menular
tertinggi sebanyak 653 kasus hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Leyangan.
Desa Leyangan sendiri memiliki kasus
hipertensi tertinggi sebanyak 161 kasus,
dibandingkan di Beji sebanyak 141
kasus, Gedanganak sebanyak 127 kasus,
Kalirejo 76 kasus, dan Sidomulyo 48
kasus. (Profil kesehatan Puskesmas
Leyangan 2014)
Tingginya angka kejadian hipertensi
bisa terjadi karena berbagai macam
faktor pemicu. Faktor pemicu hipertensi
digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu
faktor yang tidak dapat dikontrol, seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur.
Sedangkan faktor yang dapat dikontrol
seperti, kegemukan (obesitas), gaya
hidup, pola makan, aktivitas, kebiasaan
merokok, serta alcohol dan garam.
(Sustrany,2004)
Salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
hipertensi
adalah
kegemukan (obesitas). Status gizi dengan
Indeks Massa Tubuh mencapai >25
kg/m₂
merupakan
faktor
yang
menyebabkan
peningkatan
tekanan
darah. Study Farmingham mengatakan
sekitar 10% dari peningkatan berat badan
berhubungan dengan kenaikan 7 mmHg
tekanan darah systole.
Obesitas adalah penimbunan lemak
berlebihan, yang merupakan faktor
resiko
pencetusnya
penyakit
kardiovaskuler dan diabetes mellitus.
Parameter umum yang digunakan untuk
mengukur keadaan obesitas adalah
Indeks Masssa Tubuh (IMT). Pada orang
yang terlalu gemuk, tekanan darahnya
cenderung tinggi karena seluruh organ
tubuh dipacu bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan energi yang lebih
besar jantungpun bekerja ekstra karena
banyaknya timbunan lemak yang
menyebabkan kadar lemak darah juga
tinggi, sehingga tekanan darah menjadi
tinggi.(Suparto, 2010)
Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemenkes
RI menunjukkan prevalensi hipertensi
nasional sebesar 31,7% dan diperkirakan
tren kasus hipertensi di wilayah
Indonesia nampaknya bakal terus
menunjukkan grafik menanjak. Pasalnya
tingkat kegemukan (obesitas) orang
Indonesia
semakin
besar
saja.
(Depkes,2010). Obesitas atau kegemukan
merupakan ciri khusus penderita
hipertensi, karena berat badan dan Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
berkorelasi
langsung dengan tekanan darah. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada
orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan seseorang yang berat
badannya normal (Depkes RI, 2007).
Obesitas merupakan faktor risiko
hipertensi,
dimana
penderita
mengaktifkan kerja jantung dalam jangka
lama yang menyebabkan tekanan darah
naik. (Dewi dan Familia, 2010).
Berdasarkan penelitian Sugiharto
(2007) ditemukan bahwa ada hubungan
obesitas dengan kejadian hipertensi
(p=0,001).
(IMT>25)
beresiko
menderita
hipertensi sebesar 4,02 kali dibandingkan
dengan orang yang tidak obesitas.
Kegemukan atau obesitas adalah faktor
resiko yang dapat meningkatkan penyakit
jantung. Upaya penurunan berat badan
sering dilakukan untuk mengurangi
tekanan darah pada penderita tekanan
darah tinggi. Pengurangan tekanan darah
dapat terjadi bila berhasil menurunkan
berat badan sebesar 4,5 kg. Fakta
menyebutkan bahwa beberapa orang
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
yang memiliki kelebihan berat badan
atau obesitas memiliki resiko hipertensi
lebih besar daripada yang lainnya.
Tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan
lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas fisik dan lebih rendah ketika
beristirahat.
(Armilawati
2007).
Seseorang dengan aktivitas fisik yang
kurang, memiliki kecenderungan 30%50% terkena hipertensi daripada mereka
yang aktif. Penelitian dari Farmingharm
Study menyatakan bahwa aktivitas fisik
sedang dan berat dapat mencegah
kejadian stroke. Penelitian lain juga
mendukung pernyataan diatas, hal ini
didapatkan
berdasarkan
penelitian
lainnya yang menunjukkan hasil yang
sama bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan hipertensi.( Tanjung,2009).
Dari data yang didapat di
Puskesmas
Leyangan
Kabupaten
Semarang, hipertensi masuk dalam 10
besar kasus penyakit dan merupakan
Penyakit Tidak Menular tertinggi
sebanyak 653 kasus hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Leyangan. Desa
Leyangan sendiri memiliki kasus
hipertensi tertinggi sebanyak 161 kasus,
dibandingkan di Beji sebanyak 141
kasus, Gedanganak sebanyak 127 kasus,
Kalirejo 76 kasus, dan Sidomulyo 48
kasus. (Profil kesehatan Puskesmas
Leyangan 2014).
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti kepada 10 orang yang
berkunjung di Puskesmas Leyangan
didapatkan 8 orang atau 80% menderita
hipertensi dan 2 orang atau 20% tidak
hipertensi. Dari 8 orang yang hipertensi,
75% memiliki hasil pengukuran IMT >
25 yang merupakan obesitas, dan 50%
memiliki aktivitas fisik tidak teratur.
Sedangkan 2 orang yang tidak hipertensi
50% memiliki hasil pengukuran IMT
>25, dan 100 % memiliki aktivitas fisik
tidak teratur. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka peneliti ingin meneliti
apakah terdapat Hubungan Antara
Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
A. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara
obesitas dan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Leyangan
Ungaran
Timur
Kabupaten Semarang
B. Manfaat Penelitian
Memberikan wawasan dan tambahan
informasi mengenai resiko obesitas
dan kurangnya aktivitas fisik dan
kejadian hipertensi
METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah
analitik
observasional
dengan
pendekatan cross sectional.Tekhnik
pengambilan
sampel
menggunakan
accidental sampling.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Obesitas di
Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
Persentase
Obesitas
Frekuensi
(%)
Obesitas
29
51,8
Tidak Obesitas
27
48,2
Total
56
100,0
Berdasrakan tabel diatas dapat
diketahui bahwa responden yang
mengalami obesitas sebanyak 29
responden
(51,8%).
Sedangkan
responden yang tidak obesitas sebanyak
27 responden (48,2%).
Tabel 2 Distribusi
Frekuensi
Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
Aktivitas Fisik
Tidak Teratur
Teratur
Total
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Frekuensi
48
8
56
Persentase
(%)
85,7
14,3
100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa responden yang
memiliki aktivitas fisik tidak teratur
sebanyak 48 responden (85,7%).
Sedangkan responden yang memiliki
aktivitas fisik teratur sebanyak 8
responden (14,3%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Kejadian
Hipertensi di Puskesmas Leyangan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Kejadian
Persentase
Frekuensi
Hipertensi
(%)
Hipertensi
35
62,5
Tidak
21
37,5
Hipertensi
Total
56
100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa responden di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur lebih banyak
mengalami hipertensi yaitu sebanyak 35
orang (62,5%) dibandingkan dengan
yang tidak mengalami hipertensi yaitu
sebanyak 21 orang (37,5%).
Tabel 4 Hubungan
Antara
Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
p
Obesitas dengan Kejadian
0,062
Hipertensi
Berdasarkan hasil analisis uji
statistik diperoleh nilai p sebesar 0,062
(p>0,05) berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
Tabel
5
Hubungan
Antara
Aktivitas Fisik (Kebiasaan Olahraga)
Dengan
Kejadian
Hipertensi
di
Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi
p
0,042
Berdasarkan hasil analisis uji
statistik diperoleh nilai p 0,042 (p < 0,05)
yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana disajikan pada tabel 1 dapat
diketahui bahwa
sebagian dari
responden mengalami obesitas yaitu 29
orang (51,8%), sedangkan responden
tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak
27 orang (48,2%). Obesitas merupakan
keadaan kelebihan berat badan sebesar
20% atau lebih dari berat badan ideal.
Sedangkan menurut WHO, seseorang
disebut obesitas bila BMI (Body Mass
Index) lebih dari norma atau lebih dari 25
(Depkes, 2007). Faktor lingkungan juga
mempengaruhi responden mengalami
obesitas. Lingkungan masyarakat di desa
Leyangan
menganggap
kegemukan
adalah simbol kemakmuran. sehingga
wanita di desa Leyangan beranggapan
bahwa obesitas adalah hal yang biasa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Irza (2009), menyatakan
bahwa responden (wanita dewasa usia ≥
40 tahun) di Sumatera Utara yang
mengalami obesitas sebesar 63% lebih
banyak daripada responden yang tidak
obesitas yaitu sebesar 37%.
Secara umum, wanita dewasa
lebih banyak mengalami obesitas
dibandingkan tidak obesitas.
Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana disajikan pada tabel 2 dapat
diketahui dapat diketahui bahwa hampir
seluruh responden memiliki aktivitas
fisik yang tidak teratur yaitu sebanyak 48
orang (85,7%), sedangkan responden
yang memiliki aktivitas fisik teratur yaitu
sebanyak 8 orang (14,3%).
Berdasarkan hasil wawancara,
bahwa sebagian besar responden adalah
ibu rumah tangga dan memiliki aktivitas
fisik tidak teratur dikarenakan mereka
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
menggunakan waktunya di rumah untuk
mengurus pekerjaan rumah tangga dan
merawat anak-anak. Selain itu, apabila
ada waktu luang responden lebih
memilih tidur atau istirahat dirumah.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Sugiharto (2007),
menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden mempunyai aktivitas fisik
tidak teratur yaitu 82,4% (71 responden)
pada wanita dewasa usia ≥40 tahun.
Selain itu, penelitian Kartikasari (2012),
juga
menunjukkan bahwa proporsi
wanita usia 45-54 tahun dengan tingkat
aktifitas fisik kurang sebesar 85,56% (77
responden) lebih banyak dibandingkan
wanita usia 45-54 tahun dengan tingkat
aktifitas fisik baik yaitu sebesar 14,44%
(13 responden).
Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana disajikan pada tabel 3 dapat
diketahui bahwa responden yang
menderita hipertensi lebih banyak
dibandingkan responden yang tidak
menderita hipertensi. Responden yang
menderita hipertensi yaitu sebanyak 35
responden (62,5%) dan yang tidak
menderita
hipertensi sebanyak 21
responden (37,5%).
Hipertensi
adalah
keadaan
peningkatan tekanan darah dengan gejala
yang akanberlanjut ke suatu organ target
seperti stroke pada otak, penyakit jantung
koroner pada pembuluh darah jantung
dan left ventricle hyperthrofy pada otot
jantung (Bustan, 2007).Tekanan darah
tinggi (hipertensi) merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri akan
menyebabkan
meningkatnya
risiko
dengan stroke, aneurisma, gagal jantung
dan kerusakan ginjal. Pemeriksaan
tekanan darah akan didapat dua angka,
dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai
140/90 mmHg atau lebih (Suyono,
2001).
Peningkatan darah bisa terjadi
pada
peningkatan
darah
sistolik,
diastolik, dan keduanya. Peningkatan
tekanan darah sistolik dapat terjadi
karena pembuluh darah yang berfungsi
menghantarkan aliran darah dari jantung
ke seluruh tubuh menjadi lebih kaku,
padahal mestinya elastis. Besarnya
tekanan darah sistolik sebetulnya
meningkatkan beban kerja jantung.
Karena beban jantung meningkat maka
jantung membutuhkan suplai draah lebih
banyak. Namun, dalam hipertensi sistolik
ini tekanan diastolik tetap atau malah
menurun. Padahal tekanan darah
diastolik dibutuhkan untuk mengirim
suplai darah ke jantung. Maka dari itu,
orang yang mengidap penyakit hipertensi
sistolik mempunyai resiko 2 kali lipat
lebih besar terkena penyakit jantung
koroner.
Hipertensi disebut juga sebagai
pembunuh gelap (silent killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan,
tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Kalaupun muncul, gejala
tersebut seringkali dianggap sebagai
gangguan biasa, sehingga korbannya
terlambat menyadari akan datangnya
penyakit (Tim VitaHealth, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana disajikan pada tabel 4 dapat
diketahui nilai p sebesar 0,062 (p > 0,05)
yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara obesitas dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Leyangan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan tidak ada hubungan antara
obesitas dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Leyangan. Hal ini terjadi
karena
dipengaruhi
gaya
hidup
responden yang tidak mengalami
obesitas karena memiliki kebiasaan
konsumsi lemak, makanan cepat saji,
adanya riwayat keluarga hipertensi dan
kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkn
teori Sutanto (2010) wanita dewasa yang
memiliki gizi kurng akan mempengaruhi
ketersediaan oksigen di dalam darah
yang akan diedarkan ke seluruh
pembuluh darah. Apabila asupan
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
makanan kurang, darah akan mengambil
oksigen ke organ lain seperti jantung.
Jantung akan kekurangan oksigen yang
dapat
meningkatkan
otot
jntung
memompa lebih cepat. Hal ini
mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
Peningkatan otot jantung dan frekuensi
denyut jantung menyebabkan pengerutan
pada pembuluh darah dan terjadi
peningkatan pembuluh darah. Sehingga,
hipertensi tidak hanya diderita oleh
wanita dewasa yang mengalami obesitas
tetapi wanita dewasa yang tidak obesitas
juga memiliki resiko yang sama untuk
menderita hipertensi.
Responden
yang
mengalami
obesitas dikarenakan faktor genetik dari
orang tua, sejak kecil sudah obesitas, dan
responden mengaku setelah menikah
berat badan bertambah (gemuk) dan
nafsu makan meningkat dikarenakan
adanya perubahan hormon esterogen
serta efek dari penggunaan KB yang
berdampak pada peningkatan nafsu
makan dan bertambahnya berat badan.
Semakin bertambahnya usia, jumlah otot
mulai berkurang dan kemampuan tubuh
untuk membakar kalori seara alami
semakin berkurang. Sebaliknya, jumlah
lemak di dalam tubuh akan bertambah
dan bisa menyebabkan kenaikan berta
badan. Tubuh juga tidak akan
memproduksi hormon pertumbuhan
sebelumnyadan
turut
berkontribusi
menjadi penyebab metabolisme menurun
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Lilyasari (2007) menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara obesitas dengan
kejadian hipertensi (p=0,428) dan
menyatakan bahwa wanita dewasa yang
memiliki status obesitas maupun status
gizi kurang mempunyai proporsi yang
sama untuk menderita hipertensi.
Responden dengan status gizi kurang
akan
mempengaruhi
ketersediaan
oksigen di dalam darah yang akan
diedarkan ke seluruh pembuluh darah.
Apabila asupan makanan kurang, darah
akan mengambil oksigen ke organ lain
seperti jantung. Jantung akan kekurangan
oksigen yang dapat meningkatkan otot
jantung memompa lebih cepat. Hal ini
mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
Peningkatan otot jantung dan frekuensi
denyut
jantung
menyebabkan
pengkerutan pada pembuluh darah.
Sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah.
Berdasarkan tabel 5 dapat
diketahui bahwa nilai p sebesar 0,042 (p
< 0,05) yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas
Leyangan, nilai PR = 2,750. Hal ini
berarti responden
yang memiliki
aktivitas fisik yang tidak teratur berisiko
2,750 kali lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan responden yang
memiliki aktivitas fisik yang teratur.
Melakukan kegiatan olahraga
dapat meningkatkan metabolisme tubuh
dan meningkatkan kesehatan jantung.
Karena itu, kegiatan olahraga syang
dilakukan
secara
teratur
dapat
menurunkan resiko peningkatan tekanan
darah. Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada
arteri yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Seseorang
yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik
cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras
usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang
dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tekanan perifer yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Kurangnya aktivitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat
badan yang akan menyebabkan risiko
hipertensi meningkat (Sutanto, 2010).
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
PENUTUP
Kesimpulan
1. Responden yang mengalami obesitas
yaitu sebanyak 29 responden (51,8%)
hampir sama dengan responden yang
tidak mengalami obesitas yaitu
sebanyak 27 responden (48,2%).
2. Responden yang memiliki aktivitas
fisik yang tidak teratur sebesar 48
responden (85,7%) dan responden
yang memiliki aktivitas fisik teratur
hanya 8 responden (14,3%). Dapat
diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki aktivitas fisik
yang tidak teratur
3. Responden yang menderita hipertensi
sebanyak 35 responden (62,5%) dan
responden yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 21 responden
(37,5%).
4. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara obesitas dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Leyangan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang
(p=0,062)
5. Ada hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Leyangan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang
(p=0,042)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Armilawati, et al. (2007). Hipertensi dan
Faktor Risikonya Dalam
Kajian
Epidemiologi.
Makassar:
Bagian
Epidemiologi FKM UNHAS
Bustan,
M.N. (2007). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Rineka Cipta
Corwin, JE. (2009). Buku Saku
Patofisiologi. Edisi Ke-3. Jakarta: EGC
Department of Health and Human
Service. (2003). The Seventh
Report of The Joint National
Comitte
on
Prevention,
Detection, Evaluation, and
Tretmentof
High
Blood
Pressure. The Nationl Heart
Lung and Blood Pressure.
Diakses 15 januari 2016
Fathina, U.A. (2007). Hubungan Asupan
Sumber Lemak dan Indeks
Massa Tubuh dengan Tekanan
Darah
Pada
Penderita
Hipertensi. Skripsi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Fitriana, N. (2007). Hipetensi pada
Lansia.
Dari
(http://www.scribd.com/).
Diakses 13 januari 2016
Lilyasari O. (2007). Hipertensi dengan
obesitas adakah peran endotelin.
Misnadiarly.(2007). Obesitas Sebagai
Faktor Resiko Beberapa
Penyakit. Jakarta: Pustaka
Obor Populer
Notoatmodjo,
Soekidja.
(2010).
Metodologi Penelitian Dan
Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Nurkhalida. (2003). Warta Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Palmer et al. (2007). Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta: Erlangga
Puskesmas Leyangan. (2014). Profil
Kesehatan
Puskesmas
Leyangan.
Semarang:
Puskesmas Leyangan
Santoso, Sapto. (2007). Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Hipertensi
S.
Eko
Putro Widoyoko. (2010).
Evaluasi
Program
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Pembelajaran.
Pustaka Pelajar
Sheps,
Yogyakarta.
S.G. (2005). Mayo Clinic
Hipertensi,
Mengatasi
Tekanan
Darah
Tinggi.
Jakarta:
PT
Intisari
Mediatama
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Sparks,
BF & Friedman. (2007).
Neurology.
American
academy : Royal Jubilee
Hospital
Sujono
Riyadi, S.M. (2011). Buku
Keperawatan
Medikal
Bedah. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Sugiarti. (2010). Beberapa Faktor yang
Berhubungan
Dengan
Kejadian Hipertensi Pada
Wanita di Desa Mejasem
Timur Kecamatan Kramat
Kabupaten Tegal
Sugiharto,
A. (2007). Faktor-faktor
Resiko Hipertensi Grade
II Pada Masyarakat.
Skripsi.
Semarang:
Universitas Diponegorro
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Alfabeta
_______. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Alfabeta
Sugondo,
S.
(2009). Obesitas, In:
Sudoyo, AW., Setiyohadi,
B., Alwi, I., Simadibrata,
M., Setiati, S., editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Jakarta :
Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI
Suparto.
(2010).
Faktor
Resiko
Hipertensi yang Paling
Berperan di Masyarakat
Kecamatan
Jatipuro
Kabupaten Karanganyar
Sustrani,
Lanny. (2004). Hipertensi.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Sutanto.
(2010). Penyakit Modern
Hipertensi,
Stroke,
Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: CV
Andi Offset
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi
3. Jakarta: Penerbit FKUI
Vithealth. (2004). Hipertensi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
WHO. (2010). Obesity and overweight.
Dari (http//:www.who.in,/) diakses 12
januari 2016
_______. (2010). Physical Activity: In
Guide
Community
Preventive
Service,
(http://repository.usu.ac.id/)
diakses 12 januari 2016
Widharto. (2007). Bahaya Hipertensi.
Jakarta: PT Sunda Kelapa
Pustaka
Yogiantoro,M.
(2006).
Hipertensi
Esensial. Dalam: Sudoyo
dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI
Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Download