ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh : NENENG WINDA KHOIRUNNISA 020112a026 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Neneng Winda Khoirunnisa *) Auly Tarmali SKM, M.Kes,**) Sri Wahyuni, S.KM, M.Kes**) *Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua kelompok umur di Indonesia. Tingginya angka kejadian hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya obesitas dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa perempuan yang berkunjung di Puskesmas Leyangan selama 1 bulan sebanyak 126 pasien. Sampel diambil menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 56 pasien. Data diperoleh melalui kuesioner, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan pengukuran tekanan darah oleh dokter. Teknik analisis data dengan menggunakan uji chi square (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,062), ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,042) di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian, perlu adanya upaya untuk melakukan pencegahan hipertensi dengan mengontrol berat badan dan melakukan olahraga secara teratur Kata Kunci : obesitas, aktivitas fisik, hipertensi Kepustakaan : 46 pustaka(2001-2013) Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang ABSTRACT Hypertension is the third cause of death after stroke and tuberculosis, which reached 6.7% of the death population in all age groups in Indonesia. The high occurence of hypertension is affected by several factors such as obesity and physical activity. The aim of this study is to determine the related between obesity and physical activity with the occurence of hypertension At Puskesmas Leyangan East Ungaran Semarang Regency. This research was an analytic a with cross sectional approach. The population in this study were all female adult patients who visited puskesmas Leyangan for 1 month as many as 126 patients. Samples were taken by using accidental sampling as many as 56 patients. The data were obtained through questionnaires, measurements of weight, height, and blood pressure measurement by the physician. The data analysis used chi-square test (α = 0.05). The results research show that there is no correlation between obesity with the occurence of hypertension (p = 0.062), there is correlation between physical activity with the occurence of hypertension (p = 0.042) At Puskesmas Leyangan East Ungaran Semarang regency. Based on the results of research, the effort for prevention of hypertension is needed by controlling of weight and doing excercise regularly. Keywords Bibliographies :obesity, physical activity, hypertension : 46 references (2001-2013) PENDAHULUAN Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung koroner, stroke, hipertrofi ventrikel kanan dan ginjal. Hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian dengan prevalensi tinggi (Bustan,2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke, sserangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal. (Spark,2007) Hipertensi merupakan keadaan medis dimana terjadi peningkatan darah. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah dalam kisaran sistolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus menerus berada pada 140/90 mmHg.(Riskesdas, 2013). Menurut WHO pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025, sekitar 29 % orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2013 mencapai sekitar 25,8%. Kementerian Kesehatan (2013) juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6 % tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua kelompok umur di Indonesia. Menurut hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi penyakit tidak menular khususnya hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama sebesar 31,7%. Sedangkan, hipertensi berada di urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB, dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Adapun prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur >18 tahun adalah sebesar Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang 31,7% (berdasarkan pengukuran), prevalensi nasional hipertensi adalah 31,2% dari total jumlah penduduk dewasa. Dari riset tersebut juga diketahui bahwa prevalensi nasional stroke yang merupakan komplikasi dari hipertensi adalah sebesar 0,8% (Triyanto, 2014). Jumlah kasus Hipertensi di Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 40.869 kasus. Dari data yang didapat di Puskesmas Leyangan Kabupaten Semarang, hipertensi masuk dalam 10 besar kasus penyakit dan merupakan Penyakit Tidak Menular tertinggi sebanyak 653 kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Leyangan. Desa Leyangan sendiri memiliki kasus hipertensi tertinggi sebanyak 161 kasus, dibandingkan di Beji sebanyak 141 kasus, Gedanganak sebanyak 127 kasus, Kalirejo 76 kasus, dan Sidomulyo 48 kasus. (Profil kesehatan Puskesmas Leyangan 2014) Tingginya angka kejadian hipertensi bisa terjadi karena berbagai macam faktor pemicu. Faktor pemicu hipertensi digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Sedangkan faktor yang dapat dikontrol seperti, kegemukan (obesitas), gaya hidup, pola makan, aktivitas, kebiasaan merokok, serta alcohol dan garam. (Sustrany,2004) Salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah kegemukan (obesitas). Status gizi dengan Indeks Massa Tubuh mencapai >25 kg/m₂ merupakan faktor yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Study Farmingham mengatakan sekitar 10% dari peningkatan berat badan berhubungan dengan kenaikan 7 mmHg tekanan darah systole. Obesitas adalah penimbunan lemak berlebihan, yang merupakan faktor resiko pencetusnya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Parameter umum yang digunakan untuk mengukur keadaan obesitas adalah Indeks Masssa Tubuh (IMT). Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.(Suparto, 2010) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7% dan diperkirakan tren kasus hipertensi di wilayah Indonesia nampaknya bakal terus menunjukkan grafik menanjak. Pasalnya tingkat kegemukan (obesitas) orang Indonesia semakin besar saja. (Depkes,2010). Obesitas atau kegemukan merupakan ciri khusus penderita hipertensi, karena berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang yang berat badannya normal (Depkes RI, 2007). Obesitas merupakan faktor risiko hipertensi, dimana penderita mengaktifkan kerja jantung dalam jangka lama yang menyebabkan tekanan darah naik. (Dewi dan Familia, 2010). Berdasarkan penelitian Sugiharto (2007) ditemukan bahwa ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,001). (IMT>25) beresiko menderita hipertensi sebesar 4,02 kali dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Kegemukan atau obesitas adalah faktor resiko yang dapat meningkatkan penyakit jantung. Upaya penurunan berat badan sering dilakukan untuk mengurangi tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi. Pengurangan tekanan darah dapat terjadi bila berhasil menurunkan berat badan sebesar 4,5 kg. Fakta menyebutkan bahwa beberapa orang Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko hipertensi lebih besar daripada yang lainnya. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. (Armilawati 2007). Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30%50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktif. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Penelitian lain juga mendukung pernyataan diatas, hal ini didapatkan berdasarkan penelitian lainnya yang menunjukkan hasil yang sama bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi.( Tanjung,2009). Dari data yang didapat di Puskesmas Leyangan Kabupaten Semarang, hipertensi masuk dalam 10 besar kasus penyakit dan merupakan Penyakit Tidak Menular tertinggi sebanyak 653 kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Leyangan. Desa Leyangan sendiri memiliki kasus hipertensi tertinggi sebanyak 161 kasus, dibandingkan di Beji sebanyak 141 kasus, Gedanganak sebanyak 127 kasus, Kalirejo 76 kasus, dan Sidomulyo 48 kasus. (Profil kesehatan Puskesmas Leyangan 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang yang berkunjung di Puskesmas Leyangan didapatkan 8 orang atau 80% menderita hipertensi dan 2 orang atau 20% tidak hipertensi. Dari 8 orang yang hipertensi, 75% memiliki hasil pengukuran IMT > 25 yang merupakan obesitas, dan 50% memiliki aktivitas fisik tidak teratur. Sedangkan 2 orang yang tidak hipertensi 50% memiliki hasil pengukuran IMT >25, dan 100 % memiliki aktivitas fisik tidak teratur. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin meneliti apakah terdapat Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. A. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang B. Manfaat Penelitian Memberikan wawasan dan tambahan informasi mengenai resiko obesitas dan kurangnya aktivitas fisik dan kejadian hipertensi METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.Tekhnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obesitas di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Persentase Obesitas Frekuensi (%) Obesitas 29 51,8 Tidak Obesitas 27 48,2 Total 56 100,0 Berdasrakan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang mengalami obesitas sebanyak 29 responden (51,8%). Sedangkan responden yang tidak obesitas sebanyak 27 responden (48,2%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Aktivitas Fisik Tidak Teratur Teratur Total Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Frekuensi 48 8 56 Persentase (%) 85,7 14,3 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik tidak teratur sebanyak 48 responden (85,7%). Sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik teratur sebanyak 8 responden (14,3%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kejadian Persentase Frekuensi Hipertensi (%) Hipertensi 35 62,5 Tidak 21 37,5 Hipertensi Total 56 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur lebih banyak mengalami hipertensi yaitu sebanyak 35 orang (62,5%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami hipertensi yaitu sebanyak 21 orang (37,5%). Tabel 4 Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang p Obesitas dengan Kejadian 0,062 Hipertensi Berdasarkan hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,062 (p>0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Tabel 5 Hubungan Antara Aktivitas Fisik (Kebiasaan Olahraga) Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi p 0,042 Berdasarkan hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p 0,042 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden mengalami obesitas yaitu 29 orang (51,8%), sedangkan responden tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 27 orang (48,2%). Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Sedangkan menurut WHO, seseorang disebut obesitas bila BMI (Body Mass Index) lebih dari norma atau lebih dari 25 (Depkes, 2007). Faktor lingkungan juga mempengaruhi responden mengalami obesitas. Lingkungan masyarakat di desa Leyangan menganggap kegemukan adalah simbol kemakmuran. sehingga wanita di desa Leyangan beranggapan bahwa obesitas adalah hal yang biasa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irza (2009), menyatakan bahwa responden (wanita dewasa usia ≥ 40 tahun) di Sumatera Utara yang mengalami obesitas sebesar 63% lebih banyak daripada responden yang tidak obesitas yaitu sebesar 37%. Secara umum, wanita dewasa lebih banyak mengalami obesitas dibandingkan tidak obesitas. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 2 dapat diketahui dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki aktivitas fisik yang tidak teratur yaitu sebanyak 48 orang (85,7%), sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik teratur yaitu sebanyak 8 orang (14,3%). Berdasarkan hasil wawancara, bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga dan memiliki aktivitas fisik tidak teratur dikarenakan mereka Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menggunakan waktunya di rumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan merawat anak-anak. Selain itu, apabila ada waktu luang responden lebih memilih tidur atau istirahat dirumah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mempunyai aktivitas fisik tidak teratur yaitu 82,4% (71 responden) pada wanita dewasa usia ≥40 tahun. Selain itu, penelitian Kartikasari (2012), juga menunjukkan bahwa proporsi wanita usia 45-54 tahun dengan tingkat aktifitas fisik kurang sebesar 85,56% (77 responden) lebih banyak dibandingkan wanita usia 45-54 tahun dengan tingkat aktifitas fisik baik yaitu sebesar 14,44% (13 responden). Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang menderita hipertensi lebih banyak dibandingkan responden yang tidak menderita hipertensi. Responden yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 35 responden (62,5%) dan yang tidak menderita hipertensi sebanyak 21 responden (37,5%). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah dengan gejala yang akanberlanjut ke suatu organ target seperti stroke pada otak, penyakit jantung koroner pada pembuluh darah jantung dan left ventricle hyperthrofy pada otot jantung (Bustan, 2007).Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan tanpa gejala, tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri akan menyebabkan meningkatnya risiko dengan stroke, aneurisma, gagal jantung dan kerusakan ginjal. Pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140/90 mmHg atau lebih (Suyono, 2001). Peningkatan darah bisa terjadi pada peningkatan darah sistolik, diastolik, dan keduanya. Peningkatan tekanan darah sistolik dapat terjadi karena pembuluh darah yang berfungsi menghantarkan aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh menjadi lebih kaku, padahal mestinya elastis. Besarnya tekanan darah sistolik sebetulnya meningkatkan beban kerja jantung. Karena beban jantung meningkat maka jantung membutuhkan suplai draah lebih banyak. Namun, dalam hipertensi sistolik ini tekanan diastolik tetap atau malah menurun. Padahal tekanan darah diastolik dibutuhkan untuk mengirim suplai darah ke jantung. Maka dari itu, orang yang mengidap penyakit hipertensi sistolik mempunyai resiko 2 kali lipat lebih besar terkena penyakit jantung koroner. Hipertensi disebut juga sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Tim VitaHealth, 2004). Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 4 dapat diketahui nilai p sebesar 0,062 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan. Hal ini terjadi karena dipengaruhi gaya hidup responden yang tidak mengalami obesitas karena memiliki kebiasaan konsumsi lemak, makanan cepat saji, adanya riwayat keluarga hipertensi dan kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkn teori Sutanto (2010) wanita dewasa yang memiliki gizi kurng akan mempengaruhi ketersediaan oksigen di dalam darah yang akan diedarkan ke seluruh pembuluh darah. Apabila asupan Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang makanan kurang, darah akan mengambil oksigen ke organ lain seperti jantung. Jantung akan kekurangan oksigen yang dapat meningkatkan otot jntung memompa lebih cepat. Hal ini mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Peningkatan otot jantung dan frekuensi denyut jantung menyebabkan pengerutan pada pembuluh darah dan terjadi peningkatan pembuluh darah. Sehingga, hipertensi tidak hanya diderita oleh wanita dewasa yang mengalami obesitas tetapi wanita dewasa yang tidak obesitas juga memiliki resiko yang sama untuk menderita hipertensi. Responden yang mengalami obesitas dikarenakan faktor genetik dari orang tua, sejak kecil sudah obesitas, dan responden mengaku setelah menikah berat badan bertambah (gemuk) dan nafsu makan meningkat dikarenakan adanya perubahan hormon esterogen serta efek dari penggunaan KB yang berdampak pada peningkatan nafsu makan dan bertambahnya berat badan. Semakin bertambahnya usia, jumlah otot mulai berkurang dan kemampuan tubuh untuk membakar kalori seara alami semakin berkurang. Sebaliknya, jumlah lemak di dalam tubuh akan bertambah dan bisa menyebabkan kenaikan berta badan. Tubuh juga tidak akan memproduksi hormon pertumbuhan sebelumnyadan turut berkontribusi menjadi penyebab metabolisme menurun Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lilyasari (2007) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,428) dan menyatakan bahwa wanita dewasa yang memiliki status obesitas maupun status gizi kurang mempunyai proporsi yang sama untuk menderita hipertensi. Responden dengan status gizi kurang akan mempengaruhi ketersediaan oksigen di dalam darah yang akan diedarkan ke seluruh pembuluh darah. Apabila asupan makanan kurang, darah akan mengambil oksigen ke organ lain seperti jantung. Jantung akan kekurangan oksigen yang dapat meningkatkan otot jantung memompa lebih cepat. Hal ini mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Peningkatan otot jantung dan frekuensi denyut jantung menyebabkan pengkerutan pada pembuluh darah. Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai p sebesar 0,042 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan, nilai PR = 2,750. Hal ini berarti responden yang memiliki aktivitas fisik yang tidak teratur berisiko 2,750 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan responden yang memiliki aktivitas fisik yang teratur. Melakukan kegiatan olahraga dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung. Karena itu, kegiatan olahraga syang dilakukan secara teratur dapat menurunkan resiko peningkatan tekanan darah. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Seseorang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat (Sutanto, 2010). Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang PENUTUP Kesimpulan 1. Responden yang mengalami obesitas yaitu sebanyak 29 responden (51,8%) hampir sama dengan responden yang tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 27 responden (48,2%). 2. Responden yang memiliki aktivitas fisik yang tidak teratur sebesar 48 responden (85,7%) dan responden yang memiliki aktivitas fisik teratur hanya 8 responden (14,3%). Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik yang tidak teratur 3. Responden yang menderita hipertensi sebanyak 35 responden (62,5%) dan responden yang tidak menderita hipertensi sebanyak 21 responden (37,5%). 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p=0,062) 5. Ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p=0,042) DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Armilawati, et al. (2007). Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. Makassar: Bagian Epidemiologi FKM UNHAS Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Corwin, JE. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ke-3. Jakarta: EGC Department of Health and Human Service. (2003). The Seventh Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Tretmentof High Blood Pressure. The Nationl Heart Lung and Blood Pressure. Diakses 15 januari 2016 Fathina, U.A. (2007). Hubungan Asupan Sumber Lemak dan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Fitriana, N. (2007). Hipetensi pada Lansia. Dari (http://www.scribd.com/). Diakses 13 januari 2016 Lilyasari O. (2007). Hipertensi dengan obesitas adakah peran endotelin. Misnadiarly.(2007). Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer Notoatmodjo, Soekidja. (2010). Metodologi Penelitian Dan Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nurkhalida. (2003). Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI Palmer et al. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga Puskesmas Leyangan. (2014). Profil Kesehatan Puskesmas Leyangan. Semarang: Puskesmas Leyangan Santoso, Sapto. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi S. Eko Putro Widoyoko. (2010). Evaluasi Program Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Pembelajaran. Pustaka Pelajar Sheps, Yogyakarta. S.G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC Sparks, BF & Friedman. (2007). Neurology. American academy : Royal Jubilee Hospital Sujono Riyadi, S.M. (2011). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sugiarti. (2010). Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita di Desa Mejasem Timur Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegorro Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta _______. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Sugondo, S. (2009). Obesitas, In: Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Suparto. (2010). Faktor Resiko Hipertensi yang Paling Berperan di Masyarakat Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Sustrani, Lanny. (2004). Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sutanto. (2010). Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes. Yogyakarta: CV Andi Offset Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI Vithealth. (2004). Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama WHO. (2010). Obesity and overweight. Dari (http//:www.who.in,/) diakses 12 januari 2016 _______. (2010). Physical Activity: In Guide Community Preventive Service, (http://repository.usu.ac.id/) diakses 12 januari 2016 Widharto. (2007). Bahaya Hipertensi. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka Yogiantoro,M. (2006). Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Hubungan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang