BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam satu ruang, yaitu globus atau dunia. Pendapat ini mencoba menyampaikan pesan bahwa proses globalisasi bertujuan untuk menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa di dunia1. Globalisasi yang kini terjadi tidak hanya berdampak pada kajian-kajian ekonomi tapi membawa pengaruh terhadap fenomena demografi khususnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan migrasi internasional. Disadari atau tidak dengan berkembangnya industri-industri besar yang di dukung oleh sistem ekonomi liberal serta melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara menjadi salah satu faktor terjadinya migrasi yang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat dalam negeri tetapi juga oleh orang-orang asing yang ingin mencari kehidupan layak di negara lain. Banyak negara memandang bahwa masalah migrasi internasional bukan merupakan suatu permasalahan yang baru dan bersifat statis. Sementara beberapa negara menganggap masalah migrasi internasional bersifat dinamis dan bergerak semakin kompleks. Perbedaan pandangan terletak pada tingkat dan 1 M. Iman Santoso, 2004. Persepektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). Hal. 123 intensitas permasalahan yang ditimbulkan seperti dalam hal persoalan ketenagakerjaan, kejahatan transnasional yang menyangkut lalu-lintas manusia antarnegara (terorisme, penyelundupan manusia, perdagangan wanita dan anakanak, narkotika, dan pencucian uang), perlindungan migran di luar negara asal (di negara tujuan), peningkatan kapasitas migran melalui pendidikan dan latihan, kontribusi migran melalui remittance, serta pengembalian imigran ilegal2. Kasus aktual yang dihadapai banyak negara adalah maraknya imigran gelap yang kebanyakan berasal dari negara yang perekonomiannya buruk dan bergolak, yang ingin berimigrasi ke negara maju dengan motif untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kasus ini menarik karena menyangkut suatu perpindahan penduduk yang diorganisasi secara illegal, yang melintasi batas banyak negara (bersifat transnasional). Perpindahan penduduk secara gelap ini tentu saja memakai bermacam-macam modus operandi illegal entry atau illegal stay, atau gabungan keduanya (illegal entry dan illegal stay), atau kombinasi keduanya (legal entry namun illegal stay). Semua modus ini menghasilkan apa yang diklasifikasikan sebagai imigran illegal. Negara-negara yang di datangi kaum imigran ini merasa terbebani karena selain datang dan masuk secara illegal, kehadiran kaum imigran gelap ini kerap menimbulkan permasalahan yang kompleks dan rumit, baik itu menyangkut masalah biaya hidup yang harus di tanggung karena mereka tidak punya pekerjaan, uang, serta masalah sosial lainnya. Jadi jelas kedatangan kaum 2 Ibid, hal. 154 imigran ini hanya akan menjadi beban negara yang di datanginya. Gelombang eksodus para pengungsi terjadi seiring dengan meletusnya konflik dan perang di suatu negara yang kemudian membawa imbas arus pengungsi kepada negara tetangga dan sekitarnya. Eksodus para pengungsi ini tidak dapat dicegah karena alasan kemanusiaan.. Rohingya merupakan salah satu kelompok etnis yang mendapatkan perlakuan diskriminasi di negara asalnya, Myanmar. Melalui diskriminasi, tindak kekerasan, dan pengusiran oleh pemerintah Myanmar kepada Rohingya ditujukan sebagai pembersihan etnis Rohingya yang ada di Arakan, Myanmar. Tindak kekerasan atau penggunaan aspek koersif melalui lembaga negara bukanlah sebuah hal baru yang menjadi cara negara-negara tertentu untuk mengurangi segmen populasi mereka3. Pengusiran warga rohingya mau tidak mau memilih untuk mengungsi ke negara tetangga seperti Indonesia. Indonesia menjadi salah satu tujuan orang Rohingya karena Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, yang diharapkan dapat menjadi tempat berlindung yang aman untuk Rohingya4. Persebaran kedatangan Rohingya di Indonesia memang semuanya tidak langsung melalui Myanmar menuju Indonesia, seperti ada yang menuju ke Australia (berlayar secara tradisional) tetapi terdampar di Indonesia. Adapula sampai di Indonesia melalui Malaysia “Jurnal Rohingya” dalam https://id.scribd.com/doc/133051980/rohingya-jurnal , diakses 25 3 november 2014. “Kondisi Faktual Rohingya di Indonesia “ dalam https://www.academia.edu/3377924/PIARA_Indonesia_Kondisi_Faktual_Muslim_Rohingya_Mi yanmar , diakses 25 november 2014. 4 (setelah bertahun – tahun menetap di Malaysia), dimana alasannya hijrah ke Indonesia karena di Malaysia tidak bisa mendapat pendidikan dan berharap mendapat penghidupan yang lebih baik serta berharap bisa menjadi WNI dengan jalan menikahi wanita Indonesia. Sampai dengan akhir Oktober 2014 sejumlah 4,305 pengungsi tercatat 19% berasal dari Myanmar5 Dalam persebaran kedatangan di Indonesia, Rohingya terdampar di beberapa wilayah Indonesia baik karena ditangkap maupun sengaja menyerahkan diri kepada pihak Imigrasi Indonesia yang wilayahnya dekat dengan Malaysia atau Myanmar. Kondisi Rohingya yang kelaparan memang mebuat mereka akhirnya sengaja menyerahkan diri ke pihak imigrasi dengan harapan bisa mendapatkan makanan dari pihak imigrasi Indonesia, meskipun beberapa imigran Rohingya yang hijrah ke Indonesia dengan harapan mendapatkan perlindungan dan kondisi yang lebih aman serta penghidupan yang lebih baik. Permasalahan yang di hadapi Indonesia sampai saat ini adalah Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas mengenai penanganan pengungsi internasional dan Indonesia bukan termasuk negara anggota peratifikasi Konvensi Wina tahun 1951 dan Protokolnya tahun 1967 tentang Status Pengungsi sehingga Indonesia tidak mempunyai kewajiban dan kewenangan untuk mengambil tindakan internasional terhadap Imigran Rohingya yang masuk 5 “Pengungsi” , dalam http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi ,diakses 26 November 2014. ke Indonesia. Kendati meratifikasi tidak berarti adanya jaminan untuk menjalankan prinsip-prinsip HAM, tetapi sebuah langkah maju dan nyata bahwa negara-negara peratifikasi memiliki keinginan untuk mengikat diri mereka dengan aturan normatif mengenai HAM6. Oleh karena itu United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) ikut bertindak dalam memproses para korban untuk membagi mereka ke dalam kategori pengungsi (refugee) atau pencari suaka (asylum seeker). Implikasinya, Indonesia hanya bisa menampung para imigran tersebut sampai batas waktu makasimal sepuluh tahun tanpa bisa dan tidak mempunyai hak melakukan tindakan lebih lanjut terkait status imigran Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia tersebut. Terlebih lagi Indonesia tidak mengenal istilah pencari suaka maupun pengungsi, dimana orang asing yang undocumented yang masuk ke wilayah Indonesia dikategorikan sebagai illegal immigrant. Dengan demikian, penulis akan melakukan penelitian apa yang mendorong imigran gelap Myanamar masuk ke Indonesia dan bagaimana dampak kebijakan keimigrasian Indonesia terhadap hubungan bilateral Indonesia-Myanmar. 6 Hamid Awaludin, 2012, HAM, Politik, Hukum, dan Kemunafikan Internasional, Jakarta: KOMPAS, hal 15-16 B. Batasan dan Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, agar skripsi lebih terfokus pada masalah yang telah ditentukan maka penulis memberikan batasan dengan menitik beratkan subyek pada pengawasan dan tindakan keimigrasian terhadap imigran gelap Rohingya selama tahun 2009 sampai 2013 sebagai pelaksanaan kebijakan Indonesia terhadap imigran gelap. Karena pada tahun 2009 sampai 2013 imigran gelap Rohingya semakin meningkat di Indonesia menurut data UNHCR. Dari hal tersebut, penulis mencoba merumuskan batasan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian guna menghindari kesalahan dalam menganalisis masalah dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut: 1. Apa faktor pendorong imigran gelap Rohingya masuk di Indonesia? 2. Bagaimana kerjasama Indonesia dengan IOM dan UNHCR dalam menangani imigran gelap? 3. Bagaimana hubungan bilateral Indonesia-Myanmar dengan adanya kebijakan mengenai Imigran Gelap? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara garis besar dimaksudkan untuk: 1. Mengetahui dan menjelaskan faktor pendorong imigran Rohingya masuk ke Indonesia. 2. Mengetahui dan menjelaskan kerjasama Indonesia dengan IOM dan UNHCR dalam menangani imigran gelap 3. Mengetahui dan menjelaskan hubungan bilateral Indonesia-Myanmar dengan adanya kebijakan tentang imigran gelap b. Kegunaan Penelitian Dengan adanya hasil penelitian di lapangan, maka penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi Akademisi Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Dosen dan Mahasiswa dalam mengkaji dan memahami masalah kebijakan Indonesia untuk menjaga keamanan nasional dari ancaman kejahatan transnasional khususnya dalam upaya menangani imigran gelap yang masuk ke wilayah Indonesia. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor Hubungan Internasional, baik itu individu, organisasi pemerintah, maupun organisasi nonpemerintah baik dalam level nasional, regional, maupun internasional tentang bagaimana menghadapi era globalisasi yang menuntut semakin banyak aktor yang terlibat dalam kegiatan penegakan dan perlindungan HAM, dimana seluruh aktor hubungan kesempatan untuk turut mengambil bagian internasional memiliki dalam pelaksanaan penegakan HAM jika suatu Negara tidak dapat melakukan penegakan HAM di dalam negerinya. D. Kerangka Konseptual Organisasi internasional telah menjadi aktor dalam hubungan internasional sejak Liga Bangsa-Bangsa didirikan. Pada awalnya pembentukan Liga Bangsa-Bangsa merupakan gagasan dari Presiden Wilson yang menghendaki perang dihentikan dan menciptakan perdamaian. Namun seiring berjalannya waktu, kepentingan dan masalah dalam hubungan internasional tidak hanya mengenai peperangan tetapi semakin meluas ke arah kemanusiaan, kesejahteraan, keadilan, dan hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut yang mendasari terciptanya lembaga atau organisasi internasional yang bergerak dalam bidang tertentu agar negara ataupun individu-individu dapat melakukan kerjasama. Pada akhirnya, aktor-aktor internasional tidak lagi terfokus pada negara saja tetapi juga organisasi internasional. Organisasi Internasional yang dibentuk untuk menangani permasalahan pengungsi adalah United Nations High Commissioner for refugees (UNHCR). UNHCR bertugas untuk memberikan perlindungan dan menetapkan status mereka sebagai pengungsi. Hubungan bilateral sebagai suatu konsep dalam hubungan internasional memiliki makna yang lebih kompleks dan lebih beragam serta mengandung sejumlah pengertian yang berkaitan dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri. Konsep hubungan bilateral ini digunakan untuk memperkokoh kerjasama antara dua Negara dengan menggunakan pengaruhnya sehingga dapat mencapai tujuan nasionalnya. Didi Krisna dalam kamus politik internasionalnya mengatakan bahwa ; Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua pihak atau dua Negara7. Pernyataan ini mengandung arti bahwa hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara dua Negara. Dalam hal ini hubungan tersebut terjadi antara Indonesia dan Myanmar dalam penanganan imigran gelap. Kebijakan luar negeri adalah suatu pemerintah terhadap negara lain dalampolitik segala tindakan internasional, dengan didasarkan pada serangkaian asumsi dan tujuan tertentu,serta dimaksudkan untuk menjamin kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri dapat dijalankan melalui berbagi cara, namun tiga yang paling umum adalah perang, perdamaian dan kerja sama ekonomi. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptifanalitik, yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Kemudian, hasil uraian tersebut dilanjutkan dengan analisis untuk menarik kesimpulan yang bersifat analitik. Tipe penelitin deskriptif-analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran 7 Didi Krisna. 1993. Kamus Politik Internasional, Jakarta : Grasindo, hal. 18 mengenai fenomena yang terjadi yang relevan dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta mengenai kebijakan pemerintah Indonesia mengenai imigran gelap, serta sanksi-sanksi yang di berlakukan. 2. Jenis dan Sumber Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara serta data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur, seperti buku, jurnal, koran, artikel, majalah, dan situs-situs pendukung. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dokumen dari berbagai media baik elektronik maupun non elektronik Adapun bahanbahan tersebut diperoleh melalui : a. Perpustakaan Universitas Hasanuddin b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik c. Perpustakaan HIMAHI FISIP UNHAS d. Perpustakaan LIPI Jakarta e. Perpustakaan Umum Freedom Institute f. Perpustakaan CSIS g. Perpustakaan Universitas Indonesia h. Perpustakan Ali Alatas i. Wawancara 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif memperkuat analisis kualitatif. 5. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu penulis mencoba menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus