penggunaan pendekatan saintifik dalam meningkatkan

advertisement
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR FISIKA
Rouli Pardede
SMP Negeri 1 Secanggang, kab. Langkat
Abstract: The purpose of this study to determine the increase in student learning
outcomes and activities class IX-1 SMP Negeri 1 Secanggang district Langkat academic
year 2016/2017 by applying a scientific approach. Intrumen data collector in the form of
written test and student activity observation sheet. In the first cycle obtained 20 people
complete learning (62.5%). In the second cycle obtained the results of student learning 29
people complete learning (90.63%). From the results of learning is an increase from first
cycle to second cycle, learning outcomes can be concluded to have reached learning
mastery in a classical. For the results of observation of student learning activities obtained
in the first cycle of 66.7% or with the category quite active while in second cycle
obtained the average activity of 91.67% or with the active category. It can be concluded
that learning by using a scientific approach can improve student learning outcomes and
activities.
Keyword: scientific
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas
siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Secanggang kab. Langkat T.P. 2016/2017 dengan
menerapkan pendekatan saintifik. Intrumen pengumpul data berupa tes tertulis dan
lembar observasi aktivitas siswa. Pada siklus I diperoleh diperoleh 20 orang tuntas belajar
(62,5%). Pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa 29 orang tuntas belajar (90,63%).
Dari hasil belajar tersebut terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, hasil belajar dapat
disimpulkan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Untuk hasil pengamatan
aktivitas belajar siswa diperoleh pada siklus I sebesar 66,7% atau dengan kategori cukup
aktif sementara pada siklus II diperoleh rata-rata aktivitas sebesar 91,67% atau dengan
kategori aktif. Dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
Kata kunci: saintifik
Pembelajaran IPA terpadu
menjadi salah satu ciri khas
penerapan kurikulum 2013 di SMP.
Secara umum Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi
bidang kajian energi dan peruba-
hannya, bumi antariksa, makhluk
hidup dan proses kehidupan, dan
materi dan sifatnya yang sebenarnya
sangat berperan dalam membantu
peserta didik untuk memahami
fenomena alam. Makna terpadu
303
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
dalam pembelajaran IPA adalah
adanya keterkaitan antara berbagai
aspek dan materi yang tertuang
dalam Kompetensi Dasar IPA
sehingga melahirkan sat atau
beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat
dikatakan
pembelajaran
yang
memadukan materi beberapa mata
pelajaran atau kajian ilmu dalam satu
tema. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar
pembelajaran IPA lebih bermakna,
efektif, dan efisien. Pembelajaran
IPA berorientasi pada kemampuan
aplikatif, pengembangan kemampuan
berpikir, kemampuan belajar, rasa
ingin tahu, dan pengembangan sikap
peduli dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam.
IPA juga ditujukan untuk pengenalan
lingkungan biologi dan alam
sekitarnya, serta pengenalan berbagai
keunggulan wilayah Nusantara.
Melalui pembelajaran IPA terpadu,
peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk
menerima,
menyimpan,
dan
menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep
yang dipelajari secara menyeluruh
(holistik), bermakna, autentik dan
aktif.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru
sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para
peserta didik. Pengalaman belajar
yang lebih menunjukkan kaitan
unsur-unsur
konseptual
akan
menjadikan proses belajar lebih
efektif. Kaitan konseptual yang
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
dipelajari dengan sisi bidang kajian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
relevan akan membentuk skema
kognitif, sehingga anak memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Berdasarkan Standar Isi mata
pelajaran Fisika, pembelajaran fisika
seharusnya tidak hanya ditekankan
pada kemampuan matematis saja,
akan tetapi hendaknya diorientasikan
pada pemahaman terhadap gejala
fisis, sehingga akan lebih baik jika
pembelajaran tersebut didasarkan
pada pengalaman belajar. Oleh
karena itu, pembelajaran akan lebih
bermakna jika berdasarkan pada
pengalaman belajar siswa secara
langsung, sehingga pemahaman
konsep
siswa
akan
semakin
meningkat. pembelajaran siswa
hanya ditekankan pada pemahaman
metematis dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran.
Aktivitas siswa yang kurang
(diskusi, praktikum, membuktikan
konsep) dalam kegiatan belajar
mengajar menyebabkan siswa kurang
memahami materi yang disampaikan
secara optimal. Hal ini merupakan
salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadi miskonsepsi
pada siswa. Setiap peserta didik
memiliki prakonsepsi yang dibawa
sebagai pengetahuan. Sejalan dengan
perkembangan
daya
pikirnya,
mereka mengembangkan prakonsepsi yang dimiliki, tetapi terkadang
pengembangan konsep yang dilakukan bertentangan dengan konsep
sebenarnya yang dikemukakan para
ahli dan jika hal ini tidak diperbaiki
akan menghasilkan miskonsepsi
yang berlarut-larut. Kondisi yang
demikian terjadi pula di SMP Negeri
304
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
1 Secanggang kab. Langkat. Hasil
belajar siswa kelas IX-1 terhadap
mata pelajaran Fisika selama ini
masih rendah karena nilai ulangan
mereka tidak sampai 65 % yang bisa
mencapai nilai KKM. Sementara
kegiatan
pengajaran
dikatakan
berhasil apabila 85% siswa dikelas
itu dapat mencapai KKM, ketuntasan
secara klasikal.
Hasil refleksi saya sebagai
guru yang mengajar dikelas tersebut
menandakan bahwa
tampaknya
pembelajaran yang dilaksanakan
masih didominasi oleh guru. Dalam
mengajar, guru cenderung melaksanakan pembelajaran satu arah.
Guru hanya memberikan teori,
memberi contoh soal dan membahas
soal Dalam menyampaikan materi
pelajaran, guru selalu menggunakan
metode ceramah dengan sedikit
sekali simulasi-simulasi mengenai
teori yang diajarkan. Kegiatan ini
cenderung akan membuat siswa pasif
tanpa ada kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide yang ada
dalam pikirannya.
Untuk itu perlu kiranya
melakukan perbaikan pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi siswa,
upaya yang diperkirakan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran Fisika ialah dengan
menggunakan pendekatan saintifik
sebagai pendekatan yang direkomendasikan dalam penerapan K13.
Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman
kepada
peserta
didik
dalam
mengenal,
memahami
berbagai
materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran
yang
diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong
peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui
observasi, bukan hanya diberi tahu.
METODE
Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IX-1 SMP Negeri I
Secanggang Kab: Langkat yang
berjumlah 32 Orang, 5 orang lakilaki dan 27 orang perempuan dengan
alamat. Jl. Secanggang No.124,
Hinai Kiri, Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Teknik pengumpulan data
menggunakan tes hasil belajr dan
observasi yang dilakukan oleh teman
sejawat.
Data keaktifan siswa dan
hasil belajar siswa mengenai
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, diolah dan dianalisis
secara kualitatif dengan mengacu
pada model analisis interaktif yaitu
interaksi dari ketiga komponen
utama yaitu reduksi data, paparan
data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan data
yang telah
terkumpul, maka dilakukan analisis
dan refleksi terhadap hasil dan proses
tindakan yang telah dilakukan.
Analisis tersebut dilakukan dengan
cara membandingkan hasil tindakan
dengan indikator kinerja yang
diterapkan. Jika hasil tindakan lebih
baik atau sama dengan indikator
yang telah
diterapkan, maka
penelitian tindakan kelas ini dinilai
berhasil. Jika hasilnya lebih rendah
atau lebih jelek, maka penelitian
tindakan ini ditetapkan belum
305
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
berhasil, dan selanjutnya dilakukan
perbaikan ulang dalam siklus
kegiatan kedua dan seterusnya
sampai tindakan berhasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
penilaian diperoleh data hasil belajar
siswa
Tabel 1. Nilai Hasil Pada Siklus I
Uraian
Keterangan
Jumlah Siswa Tuntas
20 orang
Persentase Ketuntasan
62,5%
Dari siklus I dapat diketahui
hasil belajar siswa pada siklus I pada
mata pelajaran Fisika di SMP Negeri
I Secanggang Kelas IX-1 dengan
menggunakan pendekatan saintifik,
diperoleh 20 orang tuntas belajar
atau sekitar 62,5 % dan 14 orang
atau sekitar 37,5 % tidak tuntas
belajar. Dari hasil belajar tersebut
terjadi peningkatan dari proses
pembelajaran sebelum menerapkan
pendekatan saintifik namun, hasil
Siklus I
Hasil evaluasi diri dan diskusi
yang dilakukan dengan teman
sejawat dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan
pendekatan saintifik di kelas IX-1
yang memiliki masalah, penerapan
model tersebut materi kemagnetan
dan pemanfaatannya dalam teknologi
dengan Kriteria Ketuntasan Minimum 70, setelah melaksanakan
pembelajaran dan dilakukan proses
Tabel 2. Observasi Pada Siklus I
Skor
Mak.
Hasil
Mengerjakan tugas kelompok secara aktif
3
Cukup
Berlatih melakukan kerjasama menyusunn peta konsep
(berada dalam tugas, mengambil giliran, bertanya,
mendengarkan dengan aktif, memberikan dan menghargai
kontribusi)
3
Cukup
Seluruh perhatian diarahkan pada materi presentasi
3
Cukup
Mengikuti kegiatan diskusi/presentasi secara aktif
3
Cukup
Pertanyaan yang diajukan relevan dengan tema yang
didiskusikan
3
Cukup
Menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan
pertanyaan
3
Cukup
Memberikan pendapat/tanggapan yang argumentatif
3
Cukup
Menghargai saran dan pendapat sesama teman peserta
presentasi
3
Cukup
Total
24
66,7%
Aktivitas yang diamati
306
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
belajar diatas belum mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal
yang ditargetkan yaitu 85% tuntas
belajar dalam 1 kelas. Untuk itu
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, dengan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan Hasil dari
refleksi yang dilakukan peneliti
dengan rekan sejawat.
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
dirancang kembali RPP dengan
menggunakan pendekatan saintifik
dengan
Kriteria
Ketuntasan
Minimum 70, setelah melaksanakan
pembelajaran dan dilakukan proses
penilaian diperoleh data hasil belajar
siswa
Tabel 3. Nilai Hasil Pada Siklus II
Uraian
Keterangan
Jumlah Siswa Tuntas
29 orang
Persentase Ketuntasan
90,6%
Dari hasil belajar siswa pada
siklus II pada mata pelajaran Fisika
di SMP Negeri I Secanggang Kelas
IX-1 dengan menggunakan pendekatan saintifik, diperoleh hasil
belajar siswa 29 orang tuntas belajar
atau sekitar 90,63% dan 3 orang atau
sekitar 9,38 % tidak tuntas belajar.
Siklus II
Setelah mengamati hasil dari
hasil belajar dan aktivitas siswa dan
melakukan diskusi dengan teman
sejawat dari hasil refleksi siklus I,
maka siklus II dilanjutkan dengan
perbaikan-perbaikan penyempurnaan
bahan-bahan materi dan lama proses
diskusi dan juga dipantau, menambah motivasi kepada siswa kemudian
Tabel 4. Observasi Pada Siklus II
Aktivitas yang diamati
Mengerjakan tugas kelompok secara aktif
Berlatih melakukan kerjasama menyusunn peta konsep
(berada dalam tugas, mengambil giliran, bertanya,
mendengarkan dengan aktif, memberikan dan menghargai
kontribusi)
Seluruh perhatian diarahkan pada materi presentasi
Mengikuti kegiatan diskusi/presentasi secara aktif
Pertanyaan yang diajukan relevan dengan tema yang
didiskusikan
Menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan
pertanyaan
Memberikan pendapat/tanggapan yang argumentatif
Menghargai saran dan pendapat sesama teman peserta
presentasi
Total
307
Skor
Mak.
Hasil
3
Baik
3
Cukup
3
3
Baik
Baik
3
Cukup
3
Baik
3
Baik
3
Baik
24
91,7%
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
Dari hasil belajar tersebut
terjadi peningkatan dari siklus I ke
siklus II, hasil belajar diatas dapat
disimpul-kan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal yang
ditargetkan yaitu 85% tuntas belajar
dalam satu kelas. Untuk itu
pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik diberhentikan
dalam penelitian tindakan kelas kali
ini. Untuk mendukung keberhasil
hasil belajar diatas juga pengamatan
aktivitas siswa dalam presentasi,
hasil observasi aktivitas siswa
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal yang ditargetkan yaitu 85%
tuntas belajar dalam 1 kelas.
Aktivitas yang diamati selama
pembelajaran dengan menerapkan
metode model pembelajaran inkuri
terbimbing ada 4 aspek yang diamati
yaitu: kemampuan presentasi, kemampuan berargumentasi, kemampuan menjawab dan penguasaan
materi. Dari 4 aspek yang diamati
dapat
dilihat
bahwa
terjadi
peningkatan
kemampuan
siswa
dalam presentase dan penguasaan
materi yang sangat baik dalam
presentasi, dari segi aspek kemampuan berargumentasi dan kemampuan menjawab pertanyaan juga
terjadi peningkatan yang sangat baik.
Dari hasil observasi diatas dan hasil
belajar siswa diatas dapat ditarik
kesimpulan penerapan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dengan baik. Sejalan
dengan hasil penelitian Deta dan
Widha (2014) bahwa pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan
saintifik akan meningkatan hasil
belajar dan kemampuan berpikir
kreatif siswa
Pembahasan
Penerapan
pembelajaran
dengan pendekatan sains pada
pembelajaran Fisika pada siswa kelas
IX-1 di SMP Negeri 1 Secanggang
menunjukkan adanya peningkatan
ketercapaian indikator hasil belajar
siswa dan aktivitas belajar siswa.
Pada siklus I jumlah siswa
yang lulus KKM belum mencapai
nilai yang ditetapkan yaitu sebesar
85 %. Jumlah kelompok yang lulus
pada siklus I hanya sebesar 62,50 %.
Ada beberapa penyebab jika hal ini
dianalisis yaitu: (1) Persiapan harus
maksimal sebelum kegiatan belajar
dimulai, guru harus memahami detail
langkah-langkah pembelajaran; (2)
Media yang digunakan belum
beragam.
Selanjutnya untuk melakukan
perbaikan siklus I peneliti melakukan
perbaikan, antara lain: (a) Persiapan
yang lebih maksimal dari guru
sebelum proses belajar dimulai; (b)
Menggunakan media yang lebih
beragam. Pada siklus II pada
pembelajaran Fisika di kelas IX-1
naik dengan nilai rat-rata 90,63 oleh
sebab itu dapat disimpulkan telah
SIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil
penelitian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada siklus I diperoleh diperoleh 20 orang tuntas belajar
(62,5%) dan 14 orang (37,5%)
tidak tuntas belajar dan pada
Siklus II diperoleh hasil belajar
siswa 29 orang tuntas belajar
(90,63%) dan 3 orang (9,38%)
308
Jurnal Pena Edukasi
Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 303 – 309
Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
tidak tuntas belajar. Dari hasil
belajar tersebut terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II,
hasil belajar diatas dapat
disimpulkan telah mencapai
ketuntasan yang telah ditentukan.
2. Untuk observasi siswa selama
proses
pembelaran
dengan
ISSN 2407-0769
e-ISSN 2549-4694
menerapkan pendekatan saintifik
didapat rata-rata aktivitas pada
siklus I sebesar 66,7 % atau
dengan kategori cukup aktif
sementara pada siklus II
diperoleh rata-rata aktivitas
sebesar 91,67 % atau dengan
kategori aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
A.
2007.
Strategi
Pembelajaran.
Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Jogiyanto.
2006.
Filosofi,
Pendekatan, dan Penerapan
Pembelajaran Metode Kasus.
Yogyakarta: Andi Offset.
Soedjadi. 2007. Masalah Kontekstual
Sebagai
Batu
Sendi
Matematika
Sekolah.
Depdiknas : UNESA
Suryosubroto. 2005. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
309
Download