buletin April 17 - BMKG Juanda Surabaya

advertisement
ATMOSFERA
1
HALAMAN DEPAN
2
ATMOSFERA
Pada bulan Maret 2017 seluruh
wilayah di Jawa Timur masih berada
pada musim penghujan. Kondisi cuaca
di Jawa Timur pada bulan tersebut
masih didominasi oleh hujan sedang
hingga lebat disertai angin kencang
yang berasal dari awan Cumulonimbus. Bencana alam melanda beberapa
wilayah di Jawa Timur pada bulan Maret 2017. Mulai dari bencana banjir,
tanah lonsor, dan angin kencang. Beberapa wilayah yang terkena bencana
banjir adalah Mojokerto, Jombang, Surabaya, Sampang, Pamekasan, Pasuruan, Bojonegoro, Lumajang, Jember,
Ngawi, dan lain sebagainya. Sedangkan bencana puting beliung dan macroburst masih terjadi hampir di sebagian besar wilayah di Jawa Timur,
seperti Bojonegoro, Sidoarjo, Surabaya, Magetan, Pamekasan, Jombang, Mojokerto, Gresik, Pasuruan,
Malang, Sampang, Tulungagung, Bondowoso, Jember, dan lain sebagainya.
“Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi sore hari di Kawasan
Surabaya membuat sejumlah pohon
tumbang di beberapa ruas di Jalan
Surabaya. Selain itu di beberapa kawasan juga terjadi hujan es.
Tak hanya menumbangkan pohon bahkan sebuah penyangga trafic
light di Jalan Ahmad Yani, Surabaya
ikut tumbang hingga membuat kemacetan panjang. Kasat Pol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan,
hujan yang disertai angin kencang ini
membuat sebuah tenda di Kawasan
Mapolda Jawa Timur terbang hingga
membuat sejumlah motor yang terparkir di halaman Mapolda Jatim ini
roboh.”
Berita di atas diambil dari sebuah media online yaitu sindonews.com. Pada tanggal 07 Maret
2017 dilaporkan telah terjadi hujan lebat di Kota Surabaya, hujan lebat
tersebut juga disertai dengan downburst dengan kecepatan 35 – 45
knots.. Bahkan di beberapa titik di
wilayah Surabaya Kota tersebut terjadi
hujan es.
Angin kencang yang terjadi
pada tanggal 07 Maret 2017 di Surabaya tersebut mengakibatkan kerusakan di beberapa lokasi, seperti robohnya baliho, pecahnya kaca, pohon
tumbang, robohnya bangunan.
ATMOSFERA
3
Pada keesokan harinya yaitu
tanggal 08 Maret 2017, juga terjadi
hujan lebat dan hujan es yang juga
disertai downburst di beberapa lokasi
di Kota Surabaya. Angin kencang dengan kecepatan antara 35 – 45 knots
tersebut mengakibatkan beberapa lokasi di Surabaya mengalami kerusakan.
Kejadian angin kencang di Surabaya tanggal 07 dan 08 Maret 2017
disebut dengan downburst. Downburst
adalah hempasan udara yang sangat
kuat dari dasar awan Cb secara vertikal ke bawah. Downburst yang terjadi
pada area dengan radius lebih dari 4
km dan berdurasi sekitar 5-30 menit
disebut dengan macroburst. Sedangkan downburst yang terjadi pada area
dengan radius kurang dari 4 km dan
berdurasi hanya 2 - 5 menit disebut
dengan microburst. Downburst tercipta
Gambar 1. Kerusakan akibat hujan lebat dan angin kencang di Surabaya
Tanggal 07 Maret 2017 (Sumber : E100)
4
ATMOSFERA
oleh paket udara yang didinginkan
oleh hujan, turun terhempas ke bumi,
lalu menyebar ke semua arah, menyebabkan angin kencang. Ketika hujan
turun atau bercampur dengan udara
kering, ia mulai menguap dan proses
penguapan ini mendinginkan udara.
Udara sejuk tersebut turun dan mengalami percepatan saat mendekati
tanah. Ketika udara sejuk tadi
mendekati tanah, ia akan menyebar
ke segala penjuru.
Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es.
Salah satu proses pembentukannya
adalah melalui kondensasi uap air di
atmosfer yang terlalu dingin pada
lapisan di atas freezing level. Freezing
level adalah ketinggian lapisan udara
pada saat suhu udaranya 0 °C.
Hujan es tidak hanya terjadi di
negara sub-tropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah ekuator. Hujan es akan
terbentuk bila partikel-partikel es atau
butir air hujan yang membeku tumbuh
atau berkembang dengan menyerap
butir-butir awan dengan suhu yang
sangat dingin pada awan Cumulonimbus (Cb) yang puncak awannya melewati freezing level atau sekitar 16.000
feet di wilayah Indonesia.
Gambar 2. Citra radar cuaca MAX (dBZ) tanggal 08 Maret 2017
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya)
ATMOSFERA
5
Pada radar cuaca, terlihat
adanya reflektifitas yang tinggi saat
terjadi hujan es yaitu > 60 dBZ. Reflektifitas adalah kemampuan suatu
benda untuk memantulkan gelombang
cahaya. Reflektivitas > 60 dBZ pada
radar cuaca mengindikasikan adanya
hail core. Adanya hail core pada suatu
awan badai atau awan Cumulonimbus
menunjukkan terjadinya hujan es.
Dari citra radar cuaca di atas
pada tanggal 08 Maret 2017, di Kota
surabaya terdapat nilai reflektifitas
yang sangat tinggi yaitu 60 - 70 dBZ.
Reflektifitas yang sangat tinggi pada
radar cuaca menunjukkan adanya potensi hujan es.
Hujan es terjadi dikarenakan
adanya proses updraft/arus udara naik
yang kuat pada awan Cumulonimbus
(Cb). Untuk mengidentifikasi adanya
proses updraft pada suatu awan Cumulonimbus salah satunya dapat dilakukan dengan menganalisa data
udara atas.
Salah satunya adalah dengan
melihat indeks CAPE nya, sehingga
dapat dihitung Storm Upward Vertical
Velocity (Storm UVV). Storm UVV
adalah kecepatan maksimum updraft
yang terjadi pada awan Cb dengan
satuan m/s.
Storm UVV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
√ CAPE * 2
Nilai CAPE pada tanggal 07 Maret
2017 pukul 12.00 UTC adalah 2017 J/
Kg. Dari perhitungan rumus di atas didapatkan bahwa nilai Storm UVV
adalah 63.5 m/s.
Berdasarkan tabel di atas,
Storm UVV sebesar 63.5 m/s masuk
dalam kategori updraft sangat kuat. Updraft yang kuat dapat mengakibatkan
pertumbuhan awan secara vertikal dengan signifikan, awan Cb dapat tumbuh
mencapai 15 km.
Tabel 1. Tabel klasifikasi Storm UVV
(Sumber : the weatherprediction)
6
ATMOSFERA
= Storm UVV
Cuaca buruk di Kota Surabaya
pada tanggal 07 Maret 2017 terjadi
karena kondisi atmosfer yang tidak stabil atau labil. Untuk mengetahui kondisi
atmosfer dapat menggunakan analisa
data udara atas yang sudah dipetakan
ke dalam aerogram dengan menggunakan software RAOB 5.7. Berikut
ini adalah analisa Raob tanggal 07 Maret 2017 jam 12.00 UTC.
Gambar 3. Analisa RAOB tanggal 07 Maret 2017 jam 12 UTC.
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya)
ATMOSFERA
7
Pada pengamatan Radiosonde
yang dilakukan di Stasiun Meteorologi
Juanda Surabaya, tanggal 07 Maret
2017 jam 12.00 UTC didapatkan data
sebagai berikut :
Indeks
LI
SI
K Index
SWEAT
CAPE
PW
Keterangan
- 4.0
-1.2
31.7
225.2
2017 J/Kg
6.00 cm/2.4 inch
Dari Stability Index, diketahui
bahwa LI (Lifted Index) sebesar -4.0.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Indeks
pengangkatan sangat besar, yang dapat mengakibatkan terbentuknya awan
-awan konvektif penyebab terjadinya
hujan.
Nilai LI digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan atmosfer. Bila
LI antara -2 sampai -6, atmosfer dikategorikan dalam keadaan tidak stabil, dalam keadaan tersebut badai guntur dan hujan lebat dapat terjadi.
Kondisi atmosfer tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan hanya
satu indeks saja. Penaksiran biasanya
dengan menggabungkan dua atau lebih nilai indeks, yaitu gabungan antara
Indeks Pengangkatan (LI) dan Sholwater Index (SI). Index LI digunakan untuk menandai ketidakstabilan pada
lapisan bawah dan SI digunakan untuk
8
ATMOSFERA
menandai ketidakstabilan pada lapisan
atas.
Indek SI pada jam 12 UTC sebesar - 1.2. Bila LI dan SI negatif
menunjukkan bahwa di lapisan
troposfer bawah dalam keadaan tidak
stabil, dan pada lapisan troposfer atas
dalam keadaan tidak stabil juga. Pada
saat atmosfer dalam keadaan tidak
stabil, maka berpotensi menimbulkan
badai guntur, hujan lebat dan angin
kencang.
Dari K indeks jam 12 UTC, sebesar 31.7 menunjukkan bahwa potensi
timbulnya badai guntur sebesar 60% –
80%.
Indeks SWEAT (Severe Weather
Treath) baik digunakan untuk menandai potensi terjadinya cuaca buruk.
Indeks SWEAT pada jam 12 UTC tercatat sebesar 225.2. Dari nilai indeks
SWEAT tersebut menunjukkan adanya
potensi timbulnya cuaca buruk dalam
beberapa jam ke depan.
Untuk mengetahui besarnya
energi yang terkandung dalam suatu
massa udara, digunakan indeks CAPE
(Convective Available Potential
Energy). Nilai CAPE pada jam 12 UTC
adalah sebesar 2017 J/Kg. Nilai ini termasuk dalam kategori nilai CAPE yang
besar. Dengan adanya energi yang
besar maka pertumbuhan awan-awan
hujan akan menjulang tinggi ke atas.
Precipitable Water (PW) menunjukkan kadar air yang ada di lapisan
Troposfer. PW pada pada jam 12 UTC
besar yaitu 6.00 cm atau 2.4 inch. Nilai
PW di atas 2 inch menunjukkan kandungan kadar air yang sangat tinggi di
lapisan Troposfer.
Dari indeks-indeks di atas dapat
disimpulkan bahwa kondisi atmosfer
berdasarkan data RAOB jam 12 UTC
tanggal 07 Maret 2017 dalam keadaan
tidak stabil, yang berpotensi mengakibatkan pertumbuhan awan-awan konvektif (Cb) yang menjulang tinggi de-
ngan ketinggian dapat mencapai 16 km
yang merupakan penyebab cuaca buruk.
Jika ditinjau dari kondisi suhu
muka air laut, kondisi perairan Indonesia suhunya masih hangat. Di wilayah
perairan Jawa Timur khususnya, suhu
muka laut berkisar antara 30°C – 32°C.
Semakin panasnya suhu muka air laut
di sekitar Jawa Timur, mengakibatkan
air laut mudah menguap, sehingga cukup tersedianya uap air di udara mengakibatkan terbentuknya awan-awan
hujan.
Gambar 4. Suhu muka laut perairan Indonesia
(Sumber http://polar.ncep.noaa.gov/)
ATMOSFERA
9
Hingga pertengahan bulan Maret, daerah ITCZ (Intertropical Convergence Zone) masih berada di selatan
khatulistiwa. ITCZ atau yang dikenal
dengan Daerah Konvergensi Antar
Tropik (DKAT) merupakan daerah
pertemuan massa udara antar benua
dengan cakupan yang luas, yang
berada antara 10° LU – 10° LS dekat
ekuator. Di daerah tropis bertiup angin
pasat timur laut dan pasat tenggara
yang berhembus dari daerah maksimum subtropik menuju ke minimum
ekuator dan kemudian bertumbukan.
Daerah tumbukan kedua angin tersebut merupakan daerah pemanasan,
kemudian memuai dan bergerak ke
atas. Angin yang bergerak menuju ke
satu titik lalu bergerak ke atas disebut
konvergensi. Tempat terjadinya konvergensi disebut Daerah konvergensi
antar tropic. Pada daerah-daerah yang
dilintasi DKAT pada umumnya berpo-
10 ATMOSFERA
tensi terjadinya pertumbuhan awanawan yang berpotensi terjadi hujan
lebat dan angin kencang.
Posisi ITCZ akan bergerak sesuai dengan pergerakan semu
matahari, setelah tanggal 21 Maret
ITCZ akan bergeser ke utara khatulistiwa. Antara bulan April – September, posisi ITCZ akan bergeser jauh ke
arah utara khatulistiwa, sehingga akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah
curah hujan di wilayah Indonesia.
Hingga pertengahan Maret
2017, kondisi angin di Jawa Timur masih didominasi dari arah Barat. Pada
akhir bulan, kondisi angin ini berubah
dari arah Timur, Tenggara hingga Selatan.
Perubahan angin dari baratan
ke timuran ini menandakan Jawa
Timur pada bulan Maret 2017 mulai
menuju masa peralihan atau pancaroba.
Kondisi cuaca memiliki keterkaitan dengan 5 pengatur (regime) yang
mempengaruhi iklim yaitu kriosfer, litosfer/pedosfer, hidrosfer, biosfer, dan
atmosfer. Untuk memprakiraan cuaca
Jawa Timur pada bulan April 2017 perlu mempertimbangkan pengaruh atmosfer.
Untuk menganalisa pengaruh
atmosfer terhadap cuaca dan iklim di
Jawa Timur, maka perlu dilakukan analisa skala global, regional dan lokal.
Skala global meliputi gerak semu dan
siklus Matahari, The Southern Oscillation Index (SOI), El Niño/Southern Oscillation (ENSO) dan Maden-Julian Oscillation (MJO). Skala regional meliputi
Analisa anomali Outgoing Longwave
Radiation (OLR), Siklon Tropis, Dipole
Mode Index (DMI),Sirkulasi Monsun
Asia-Australia, angin pasat, suhu muka
laut, dan angin gradien. Sedangkan
faktor skala lokal meliputi pengaruh
angin darat dan angin laut, analisa
Rawinsonde Observation (RAOB) dan
jenis udara yang mempengaruhi atmosfer Jawa Timur di bulan April 2017.
Gerak semu dan siklus Matahari/
Bulan
Posisi semu Matahari mempengaruhi pemanasan sisi permukaan
Bumi, pada periode 1 April 2017 (4
Rajab 1438 H) - 30 April 2017 (3
Sya’ban 1438 H) posisi semu Matahari
berada di belahan Bumi Utara, hal ini
mengakibatkan daratan Indonesia
yang terletak di Utara Ekuator menerima panas relatif lebih banyak sehingga berpeluang tumbuhnya daerahdaerah bertekanan rendah di Utara
Ekuator.
Tabel 1. Koordinat posisi semu Matahari/Bulan di bulan April 2017
(Sumber: http://www.timeanddate.com/worldclock/sunearth.html)
HARI
TANGGAL
JAM
POSISI SEMU MATAHARI
Sabtu
1 April 2017
00.00 WIB
04o 25 ’ LU ; 73 o 59 BB
Minggu
30 April 2017
24.00 WIB
14o 59’ LU ; 75o 42’ BB
HARI
TANGGAL
POSISI BULAN
Rabu
12 April 2017/ 15 Rajab 1438 H
Bulan Purnama
Jumat
28 April 2017/1 Sya’ban 1438 H
Bulan Baru
ATMOSFERA
11
Siklus Matahari
Siklus Matahari 11 tahunan diketemukan oleh Heinrich Schwabe
pada tahun 1843, sekarang sudah memasuki siklus ke -24, tahun teraktif pada siklus ke-24 sudah terjadi di bulan
Februari tahun 2014, yaitu terdapat146,1 bintik Matahari (tabel 2).
Data banyaknya bintik Matahari
tahun 2017 dari IPS-Australia (tabel 2)
untuk bulan Januari 2017 sebanyak
25,8, bulan Februari2017 sebanyak
26,1, untuk Maret 2017 dan April 2017
diprakirakan berfluktuasi disekitar 40
bintik Matahari.
Diprakirakan banyaknya bintik
Matahari berfluktuasi dan terus menurun sampai tahun 2020.Pada saat kejadian El-Nino tahun 2015 (tabel 2),
banyaknya bintik Matahari relatif lebih
banyak bila dibandingkan El-Nino tahun 1997/1998.
Jumlah bintik Matahari dibulan
April 2017 diprakirakan berfluktuasi
disekitar 40, menyebabkan berkurangnya kedalaman dan luasan air
laut yang mengalami peningkatan temperatur, sehingga peluang tumbuhnya
awan-awan penghujan di bulan April
2017 di Jawa Timur diprakirakan dibawah normal klimatologinya.
Tabel 2. Data Bintik Matahari bulanan dari
Ionospheric Prediction Service - IPS - Radio and Space Weather Services of Australia
(Sumber: http://www.ips.gov.au/Solar/1/6)
12 ATMOSFERA
Southern Oscillation Index (SOI)
Indeks SOI memberikan informasi tentang perkembangan dan intensitas El Niño atau La Nina di Samudera Pasifik, Indeks SOI dihitung berdasarkan perbedaan tekanan udara
antara Tahiti dan Darwin.
Harga Indeks SOI yang terus
menerus dibawah -7 (tekanan udara di
Tahiti relatif lebih rendah) mengindikasikan adanya El Nino. Harga Indeks
SOI yang terus menerus diatas +7
(tekanan udara diDarwin relatif lebih
rendah) mengindikasikan adanya La
Nina, harga Indeks SOI antara -7 dan
+7 umumnya mengindikasikan kondisi
netral.
Indeks SOI selama 30 hari terakhir (24 Februari sampai dengan tanggal 25 Maret 2017 harganya yaitu+
4,4(pada gambar 1)mengindikasikan
netral,harga indeks SOI pada bulan
April 2017 diprakirakan berfluktuasi
dalam kisaran netral positif (gambar
1).
Gambar 1. Indeks SOI - 30 harian sampai dengan tanggal 25 Maret 2017
(Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/#tabs=SOI)
ATMOSFERA
13
Tekanan udara di Samudera Pasifik Barat (Darwin) diprakirakan masih
relatif sama atau lebih rendah dari pada tekanan udara di Samudera Pasifik
Tengah (Tahiti).
Menurut BOM Australia, harga
Indeks SOI bulanan tahun 1997 pada
wakt u t erj adi El Nino ( htt p://
www. bom.gov.au/clim ate/ cur rent/
soihtm1.shtml ) rata-ratanya sebesar10,3, mirip dengan harga Index SOI
bulanan tahun 2015, yang rata-ratanya
sampai dengan bulan Desember 2015
sebesar –11,23, bahkan tahun 2015
lebih negatif.Hal ini mengindikasikan
adanya pengaruh El Nino.
Indeks SOI untuk bulan April
2017diprakirakan masih netral (positif),
sehingga peluang pertumbuhan awan
pada bulan April 2017di Jawa Timur
diprakirakan diatas normal klimatologinya.
El Niño/Southern Oscillation (ENSO)
IndeksENSO (El Niño/Southern
Oscillation) berdasarkan kepada suhu
muka laut, El Nino merupakan fenome-
na global dari sistem interaksi lautatmosfer yang ditandai dengan memanasnya suhu muka laut di Ekuator Pasifik Tengah (Niño3.4) yaitu daerah antara 5o LU - 5o LS dan 170º BB – 120º
BB atau anomali suhu muka laut di
daerah tersebut positif (lebih panas
dari rata-ratanya) maka wilayah Indonesia yang terpengaruh akan berkurang curah hujannya secara drastis.
Harga Indeks ENSO yang terus
menerus dibawah – 0,5 mengindikasikan adanya La Nina. Harga Indeks ENSO yang terus menerus diatas + 0,5
mengindikasikan adanya El Nino, harga Indeks ENSO antara -0,5 dan + 0,5
umumnya mengindikasikan kondisi netral.
Anomali suhu mingguan
(Niño3.4) BOM (gambar 2)
mulai
19/02/2017 sampai dengan 12/03/2017
bertahan di harga positif yaitu antara +
0,1 oC sampai dengan + 0,2 oC. Menurut Climate Prediction Centre IRI
(gambar 3) periode Maret-April-Mei
(MAM), pengaruh La Niña netral dengan peluang sekitar 76%, kemudian
Gambar 2. Anomali suhu mingguan sampai tanggal 12 Maret 2017
(Sumber:http://www.bom.gov.au/climate/enso/#tabs=Sea-surface)
14 ATMOSFERA
Gambar 3. Grafik Indeks ENSO dan prakiraannya
(Sumber:http://iri.columbia.edu/ourexpertise/climate/forecasts/enso/current/)
pada bulan-bulan berikutnya masih diprakirakan netral sampai dengan bulan
Mei
tahun 2017, sehingga bulan
April2017di Jawa Timurpertumbuhan
awannya diprakirakan dibawah normal
klimatologinya.
ANALISA MADEN-JULIAN OSCILATION
The Madden-Julian Oscillation
(MJO) adalah fluktuasi cuaca mingguan atau bulanan didaerah tropis,
fluktuasi berupa periode basah yaitu
periode banyak awan penghujan kemudian disusul periode kering yaitu periode awan konvektif sukar terbentuk
(convectively suppressed).Fluktuasi
tersebut terjadi berganti-ganti (basah
dan kering) dengan total periodenya
antara 40 hari sampai 50 hari, bila periodenya lebih pendek dari pada periode musim maka dikatakan sebagai
variasi didalam musim (intraseasonal
variation).
MJO pada awalnya diketemukan
oleh Roland A. Maden dan Paul R. Julian pada tahun 1971 dalam bukunya
yang berjudul “Detection of a 40-50
Day Oscillation in the Zonal Wind in the
Tropical Pacific”.
Intensitas dan keberadaan MJO
dinyatakan dengan indeks RMM (Realtime Multivariat MJO Index), MJO dipengaruhi oleh gerak semu Matahari
dan bergerak kearah Timur dalam 8
fase sesuai dengan lokasi geografi fase MJO.
ATMOSFERA
15
Fase 1 di atas Benua Afrika (40o
BT – 60o BT), Fase 2 di Samudera Hindia Barat (60o BT – 80o BT), Fase 3 di
atas Samudera Hindia Timur (80o BT –
100o BT), Fase 4 di atas Indonesia Barat (100o BT – 120o BT), Fase 5 di atas
Indonesia Timur (120o BT – 140o BT),
Fase 6 di Pasifik Barat (140o BT – 160o
BT), Fase 7 di Pasifik Tengah (160o BT
– 180o BT), Fase 8 di Pasifik Timur
(180o BB – 160o BB).
Gambar 4 memperlihatkan perjalanan FaseMJO selama 40 hari terakhir
(mulai tanggal 15 Februari 2017 – 26
Maret 2017), Fase MJO dengan indeks
yang relatif kecil bergerak mulai dari
Fase 1 kemudian bergerak ke Fase 2,
ke Fase 3 dan berakhir di Fase 4 pada tanggal 26 Maret 2017 dengan nilai
indeks yang relatif kecil.
Prakiraan BOMM:Australian
Bureau of Meteorology - POAMA Coupled System, 40 hari kedepan (23 Maret 2017 – 4 Mei 2017), pada diagram
Fase gambar 5 diatas MJO terlihat pada minggu pertama melintas (dengan
harga indeks yang relatif kecil) mulai
dari Fase 6, ke Fase 7, ke Fase 8 dan
ke Fase 1.Kemudian pada minggu kedua sampai minggu ke-empat bergerak
ke Fase 2, ke Fase 3, kemudian dengan harga yang relatif kecilberakhir di
Fase 4.Garis kuning adalah pergerakan Fase dari 51data, garis hijau adalah rata-rata pergerakan Fase dari 51
data, garis hijau tebal merupakan ratarata pergerakan Fase di minggu pertama dan garis hijau tipis
Gambar 4. Fase MJO 40 hari periode 15 Februari 2017 – 26 Maret 2017
(Sumber:http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/whindex.shtml)
16 ATMOSFERA
Gambar 5. Indeks RMM (Real-time Multivariat MJO Index) dan
prediksi MJO menurut EMON
(Sumber:http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/CLIVAR/clivar_wh.shtml)
adalah rata-rata pergerakan Fase
di minggu kedua sampai dengan minggu keempat. Daerah yang diarsir abuabu mewakili 50% dari pergerakan Fase seluruh data dan daerah yang diarsir
abu-abu muda mewakili 90% dari pergerakan Fase seluruh data, sehingga
daerah yang dilintasi Fase MJO berpeluang mengalami periode basah.Dengan demikian karena Jawa
Timur merupakan daerah Fase 4 maka
Jawa Timur pada bulan April 2017 berpeluang mengalami periode basah.
Analisa anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Analisa Outgoing Longwave Radiation (OLR) sering digunakan sebagai
cara untuk mengindentifikasi keting-
gian, ketebalan awan hujan konvektif.
Peta (gambar 6) Prediksi MJO yang
diikuti oleh anomali OLR selama 15
hari kedepan yaitu mulai dari tanggal
26 Maret 2017 sampai dengan tanggal
11 April 2017, menggambarkan posisi
awan berdasarkan MJO-OLR, warna
ungu dan biru (anomali OLR negatif)
menunjukkan daerah tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan awan
(enhanced convection) atau peluang
hujan meningkat, menunjukkan daerah
tersebut aktif, lebih tinggi dari keadaan
normalnya.Sedangkan untuk daerah
dengan warna orange menunjukkan
keadaan dibawah normalnya, tidak
banyak
pertumbuhan
awan
(suppressed conditions).
ATMOSFERA
17
Berdasarkan Prediksi MJO dan
analisa anomali OLR maka Jawa Timur
pada bulan April mengalami peningkatan pertumbuhan awan (enhanced convection) terutama pada awal bulan April
2017.
Siklon Tropis
Dengan bergesernya posisi semu Matahari ke belahan Bumi Utara
maka
peluang timbulnya daerahdaerah bertekanan rendah di belahan
Bumi Utara meningkat dan bila energi
pemanasannya cukup maka daerah
bertekanan rendah akan berkembang
menjadi Silkon Tropis.
Pada bulan Maret 2017 di Utara
Ekuator belum terjadi
Siklon Tropis,
yang terjadi hanya tekanan rendah disekitar Laut China Selatan dan disekitar
Philipina, dan di Selatan Ekuator terjadi
5 Siklon Tropis yaitu di Samudera Pasifik Selatan terjadi 1 Siklon (Debbie), di
Samudera Hindia Selatan terjadi 4 Tropical Storm (Enawo, Blanche, Eleven,
Caleb).
Gambar 6. Prakiraan MJO yang diikuti dengan anomali OLR untuk 15 hari ke depan
(Sumber:http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/forca.shtml)
18 ATMOSFERA
Dari 5 siklon tropis tersebut,
hanya Tropical Storm Calebyang relatif berpengaruh terhadap pola angin
gradien di wilayah Indonesia.
Untuk bulan April 2017 peluang
terjadinya siklon di Utara Ekuator terutama di Samudera Pasifik meningkat, maka diprakirakan di Jawa Timur
pada bulan April 2017 peluang tumbuhnya awan penghujan dibawah normal klimatologinya.
Dipole Mode Index (DMI)
Indeks Dipole Mode dihitung
berdasarkan perbedaan anomali suhu
muka laut antara Samudera Hindia
Bagian Barat (10°LS - 10°LU , 50°BT
- 70°BT) dan Samudera Hindia Bagian Timur (10°LS - 0°LS, 90°BT 110°BT ). Indeks Dipole Mode bernilai positif menunjukkan anomali suhu
muka laut di Samudera Hindia Bagian
Barat relatif lebih tinggi sehingga meningkatkan peluang
pertumbuhan
awan di Samudera Hindia Bagian Barat.
Update Indeks DMI minggu
yang lalu tanggal 26 Maret 2017 adalah positif 0,19 (gambar 7), diprakirakan nilai indeks
pada bulan April
2017 disekitar nilai threshold (+ 0,4)
Tabel 3. Distribusi frekuensi Siklon Tropis periode tahun 2000 - Akhir Maret 2017
(Sumber: http://weather.unisys.com/hurricane/index.php)
ATMOSFERA
19
dalam kisaran netral (positif)
sehingga peluang pertumbuhan awan
di Samudera Hindia Timur yaitu Indonesia Bagian Barat relatif dibawah
normal klimatologinya.
Prakiraan POAMA, Indeks Dipole Mode pada bulan April 2017 diprakirakannetral dengan peluang 97,0 %
(tabel 4), sehingga peluang tumbuhnya awan-awan disekitar Samudera
Hindia Bagian Timur (sebelah Barat
Sumatera) dan di Samudera Hindia
Bagian Barat mempunyai peluang
yang sama.
Pada kenyataannya pada bulan Maret 2017 pertumbuhan awan di
Samudera Hindia Bagian Timur yaitu
disebelah Barat Sumatera relatif tinggi
sehingga berdasarkan Indeks Dipole
Mode maka pada bulan April 2017 di
Jawa Timur berpeluang mengalami
peningkatan pertumbuhan awannya
dibawah normal klimatologinya.
Gambar 7. Harga DMI mingguan tanggal 26 Maret 2017
(Sumber:http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml?bookmark=iod)
Tabel 4. Peluang nilai DM menurut Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia
(POAMA) (Sumber:http://www.bom.gov.au/climate/poama2.4/poama.shtml#IOD)
20 ATMOSFERA
Gambar 8. Rata-rata lima hari terakhir Indeks Monsun Australia
pada 27 Maret 2017
(Sumber: http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/realtime-monidx.html)
Sirkulasi Monsun Asia-Australia
Indonesia bukan daerah sumber
monsun, tetapi ada daerah yang dilalui
aliran udara monsun sehingga cuaca
dan iklimnya terpengaruh oleh
monsun.Indeks Monsun Australia
(gambar 8) pada akhir bulan Maret
2017 berfluktuasi diatas harga ratarata klimatologinya (gambar 8) , maka
untuk bulan April 2017 diprakirakan
juga berfluktuasi diatas harga ratarata klimatologinya.Sehingga peluang
pembentukan awan disekitar Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggara diatas normal
klimatologinya (besarnya harga indeks
berkorelasi positif terhadap
peluangnya hujan).
Angin Pasat (Trade winds)
Angin Pasat di Samudera Pasifik Barat disekitar Ekuator selama 5
hari terakhir sampai dengan 26 Maret
2017 diatas nilai rata-rata klimatologinya dan mendekati rata-rata klimatologinya di Samudera Pasifik Timur .
Angin Pasat diprakirakan melemah dihari-hari mendatang, maka pada bulan April 2017 di Jawa Timur peluang pertumbuhan awannya dibawah
normal klimatologinya.
Selama kejadian La Niña harga anomali angin pasat di Samudera
Pasifik disekitar Ekuator akan terusmenerus menguat, sebaliknya selama El Niño maka harga anomali Angin
Pasatnya akan terus-menerus
ATMOSFERA
21
Gambar 9. Angin Pasat dan anomalinya 5 hari terakhir s.d. 26 Maret 2017
(Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/#tabs=Trade-winds)
melemah dibawah harga rata-rata
klimatologinya bahkan arah anginnya
berubah arah.
Suhu Muka Laut
Menurut prakiraan JAMSTEC
(Japan Agency for Marine –Earth
Science and Technology), suhu muka
laut periode Maret-April-Mei 2017 di
sebagian besar wilayah laut Indonesia
umumnya lebih hangat tetapi kurang
dari 1 o C
dari pada rata-rata
klimatologinya, bahkan di Laut Jawa,
Selat Karimata, dan Samudera Hindia
sebelah Barat Sumatera mengalami
anomali dingin , untuk NINO3,4 diprakirakan anomali suhunya sekitar +
0,4 o C (gambar 12 ).
Gambar 10. Kawasan NINO1, NINO2, NINO3, NINO3,4, NINO4 di Samudera Pasifik
menurut IRI
(Sumber : http://iri.columbia.edu/our-expertise/climate/forecasts/sst-forecasts/)
22 ATMOSFERA
Gambar 11. Prakiraan Anomali Suhu Permukaan Laut MAM (Maret-April-Mei)
(Sumber:http://www.jamstec.go.jp/frsgc/research/d1/iod/sintex_f1_forecast.html.en)
Gambar 12. Prediksi anomali suhu muka laut bulan April 2017
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/model-summary/#tabs=Pacific-Ocean
Dengan mulai meningkatnya
anomali suhu muka laut di NINO3,4,
maka pada bulan April 2017 di Jawa
Timur peluang pertumbuhan awannya dibawah normal klimatologinya.
Temperatur Bawah Laut
Suhu air laut dikedalaman bawah laut pada 5 hari terakhir sampai
dengan tanggal 26 Maret 2017
(gambar 13) terlihat bahwa suhu air
bawah laut mendekati rata-ratanya di
sebagian besar Samudera Pasifik di
Ekuator, selama 4 bulan terakhir sampai dengan tanggal 26 Maret 2017
terlihat anomali suhu bawah laut dibawah rata-rata klimatologinya disekitar Samudera Pasifik Tengah dan
Timur, anomali dingin ini menguat sejak Februari 2017, tetapi umumnya
ATMOSFERA
23
Gambar 13. Anomali suhu pada kedalaman laut
melemah dan berkurang volumenya
sejak September 2016, daerah anomali hangat pada kedalaman 100 m –
150 m terlihat di Samudera Pasifik sebelah Barat garis penanggalan internasional, menyebabkan peluang pertumbuhan awan di Jawa Timur pada
bulan April 2017 sama dengan normal
klimatologinya.
Angin Gradien
Angin gradien (gambar 14)
tanggal 28 Maret 2017 jam 00.00 UTC
disekitar Australia
ada Tropical
Cyclone Debbie (943 mb)yang
memperkuat angin monsoon Barat
24 ATMOSFERA
Laut, bahkan di Jawa terjadi konfluen
(pertemuan angin) yang berpotensi
memperkuat
peluang pertumbuhan
awan penghujan.
Bila angin gradien bertiup dari
arah Barat Laut kemudian garis-garis
yang menghubungkan arah yang
sama (stream line) mengarah ke Laut
Jawa, maka perlu diperhatikan adanya
Cold Surge (seruakan dingin).Pengaruh Cold Surge bisa sampai ke Pulau Jawa bila selisih tekanan
udara antara Gushi dan Hongkong lebih dari 10 milibar (gambar 16), dan
bila angin gradien dari arah BaratBarat Laut.
Gambar 14. Pola angin gradien ketinggian 1.000 meter tanggal 28 Maret 2016 jam 00
UTC (Sumber:http://www.bom.gov.au/australia/charts/glw_00z.shtml)
Gambar 15. Citra Satelit Cuaca tanggal 28 Maret 2017 jam 00.00 UTC
(Sumber:http://www.jma.go.jp/en/gms/largec.html?area=6&element=0&mode=UTC)
ATMOSFERA
25
Ada peluang pengaruh cold
surgepada saat perbedaan tekanan
udara permukaan relatif besar antara
Gushi dan Hongkong terjadi pada
tanggal 13 – 14 Maret 2017 yaitu sebesar+ 14,3 sampai dengan 16,0 milibar (positif ) karena tekanan udara
permukaan Hongkongyang lebih rendah, perbedaan tekanan tersebut relatif besar dan cukup kuat untuk mempengaruhi angin Gradien.
Karena Indeks Surge 15 hari
terakhir (10 – 25 Maret 2017) masih
berfluktuasi positif maka masih ada
peluang besarnya Indeks Surge yang
lebih dari 10 milibar yang akan mempengaruhi Cuaca di Jawa Timur pada
bulan April 2017 bila angin gradien
masuk Jawa Timur dari arah Barat
Laut.
Jenis Udara yang mempengaruhi
cuaca di Jawa Timur pada bulan
April 2017 dan analisa
RAOB
(Rawinsonde Observation)
Angin gradien dari arah Barat
Laut adalah jenis udara Laut China Selatan yang bersifat hangat dan lembab,
sedangkan jika angin gradien dari arah
Barat-Barat Daya maka jenis udara
yang mempengaruhi adalah jenis udara Tropis Lautan Pasifik Barat Daya
(sebelah Utara/Barat Australia), yang
bersifat hangat dan mantap.
Gambar 15. Indeks Surge Gushi-58208 (32,10 LU 115,4 BT – Hongkong-45007(22 LU
114 BT) periode tanggal 10 Maret 2017 sampai dengan 25 Maret 2017
(Sumber data : http://www.ogimet.com/synops.phtml.en)
26 ATMOSFERA
Jenis udara yang mempengaruhi
cuaca Jawa Timur pada bulan April
2017 adalah perpaduan keduanya
sehingga ada peluang pertumbuhan
awan penghujan sama dengan ratarata klimatologinya.
Pada tanggal 28 Maret 2017 jam
08.00 WIB (01.00 UTC), data METAR
WIEE (Padang):
METAR WIEE 280100Z 07003KT
320V090 7000 -RA BKN018 24/23
Q1014 BECMG FM0100 27005KT
6000 NSW=
METAR WATT 280100Z 32003KT
9999 SCT018 SCT090 28/24 Q1013
NOSIG=
Gambar 17. Data RAOB tanggal 28 Maret 2017 jam 00.00 UTC di Juanda
(Sumber : BMKG Juanda dan http://weather.uwyo.edu/upperair/sounding.html)
ATMOSFERA
27
Tekanan udara permukaan
(QNH) di Padang (Minangkabau International Airport- 96163- WIEE) 1.014
mb dan Tekanan udara permukaan
(QNH) di Kupang (El Tari-97372WATT) 1.013 mb , beda sebesar 1
mb , tekanan udara di Kupang lebih
rendah ( bulan Oktober 2015 berbeda
sebesar 6 mb, lebih rendah Kupang),
perbedaan tersebut menaikkan peluang pertumbuhan awan konvektif di
sekitar Kupang.
Dari data udara atas RAOB
(Rawinsonde Observation) tanggal 28
Maret 2017 jam 00.00 UTC (gambar
17), di lapisan bawah arah angin
dominan bertiup dari arah Barat –
Barat Daya.
LI (Lifted Index) = -4,3 menunjukkan
jenis udara labil.
KI (K Index) = 35,8menunjukkan ada
peluang terjadinya Thunderstorm.
SWEAT (Severe Weather Threat
Index) = 199,8 menunjukkan jenis udara berpeluang terjadinya
konveksi.
CAPE (Convective Available Potential
Energy) = 1.670 J/Kg menunjukkancukup energi yang dipunyai
oleh uap airuntuk membentuk
awan konvektif. Tc = 30,8 oC me-
28 ATMOSFERA
nunjukkan bahwa suhu konveksi
yaitu suhu minimal agar terjadi
konveksi,
yang relatif rendah
untuk dicapai.
LCL (Lifting Condensation Level) = 244
m yang digunakan sebagai tinggi
dasar awan yang relatif rendah,
jenis udara diatas Juanda saat itu
relatif basah.
Nilai Bulk Richardson Number (BRCH)
= 252, tergolongrelatif tinggi yang
menandakan bahwa perubahan
arah dan kecepatan angin vertikal/horisontalkecil sehingga besar peluang pertumbuhan awan
konvektif, pada musim kemarau
nilai BRCH umumnya rendah
menandakan vertical wind shear
yang tinggi, sehingga kondisi atmosfer tidak mendukung proses
konveksi.
Dari pengaruh jenis udara yang
mempengaruhi cuaca Jawa Timur dan
perbedaan tekanan udara antara Kupang yang lebih rendah dari pada Padang serta angin yang dominan dari
arah Barat-Barat Daya, maka pada bulan April 2017 di Jawa Timur pertumbuhan awan penghujannya sama dengan normal klimatologinya.
KESIMPULAN
5.
Dengan mempertimbangkan :
1. Tekanan udara permukaan Kupang
pada tanggal 28 Maret 2017 lebih
rendah dari pada Kupang, angin
permukaan masih dominan dari
arah Barat – Barat Daya, maka
potensi pertumbuhan awan penghujan normal,
2. Pola angin gradien umumnya dari
Barat maka potensi pertumbuhan
6.
awan penghujan normal,
3. Anomali dingin sekitar Samudera
Pasifik Tengah dan Timur menguat
sejak Februari 2017, tetapi
umumnya melemah dan berkurang
volumenya sejak September 2016, 7.
daerah anomali hangat pada kedalaman 100 m – 150 m terlihat di
Samudera Pasifik sebelah Barat
garis penanggalan internasional,
menyebabkan peluang pertumbuhan awan di Jawa Timur pada
bulan April 2017 sama dengan
normal klimatologinya,
4. Prediksi rata-rata anomali suhu muka laut di wilayah NINO3,4 pada 8.
bulan April 2017 sekitar + 0,4oC,
dengan mulai meningkatnya anomali suhu muka laut di NINO3,4
tersebut maka pada bulan April
2017 di Jawa Timur peluang pertumbuhan awannya dibawah nor-
mal klimatologinya,
Angin Pasat di Samudera Pasifik Barat selama 5 hari terakhir sampai
dengan 26 Maret 2017 menguat
diatas nilai rata-rata klimatologinya
dan mendekati rata-rata klimatologinya di Samudera Pasifik Timur.
Angin Pasat diprakirakan melemah
dihari-hari mendatang, maka pada
bulan April 2017 di Jawa Timur peluang pertumbuhan awannya dibawah normal klimatologinya,
Indeks Monsun Australia untuk bulan
April 2017 berfluktuasi diatas harga
rata-rata klimatologinya, sehingga
peluang pertumbuhan awan pada
bulan April 2017 diatas normalnya,
Update Indeks DMI (mingguan)
minggu yang lalu tanggal 26 Maret
2017 adalah positif 0,19, diprakirakan nilai indeks pada bulan April
2017 disekitar nilai threshold
(+ 0,4)dalam kisaran netral (positif)
sehingga peluang pertumbuhan
awan di Samudera Hindia Timur
yaitu Indonesia Bagian Barat relatif
dibawah normal klimatologinya,
Peluang terjadinya siklon di Utara
Ekuator diprakirakan akan meningkat, sehingga peluang pertumbuhan awan penghujan di Selatan
Ekuator sama dengan normal klimatologinya,
ATMOSFERA
29
9.
Berdasarkan Prediksi MJO dan
analisa anomali OLR pada tanggal
26 Maret 2017 maka Jawa Timur
pada bulan April mengalami peningkatan pertumbuhan awan
(enhanced convection) terutama
pada awal bulan April 2017,
10. Fase MJO pada bulan April 2017
diprakirakan melintas di Fase 4
(Jawa Timur) dengan indeks yang
relatif kecil sehingga diprakirakan
mengalami periode basah sama
dengan normal klimatologinya,
11. Climate Prediction Centre IRI
(gambar 3) periode Maret-AprilMei (MAM) pengaruh La Niña netral peluang sekitar 76% kemudian
pada bulan-bulan berikutnya masih diprakirakan netral sampai
dengan bulan Mei tahun 2017,
sehingga bulan April 2017di Jawa
Timurpertumbuhan awannya diprakirakan dibawah normal klimatologinya,
12. Indeks SOI (Tahiti – Darwin)untuk
bulan April 2017 diprakirakan Indeks SOI nya masih netral positif
(lebih rendah Darwin), sehingga
peluang pertumbuhan awan pada
bulan April 2017di Jawa Timur diprakirakan diatas normal klimatologinya,
13. Jumlah bintik Matahari dibulan April
2017 diprakirakan berfluktuasi
disekitar 40, menyebabkan berkurangnya kedalaman dan luasan
air laut yang mengalami peningkatan temperatur, sehingga peluang
tumbuhnya awan-awan penghujan
diprakirakan dibawah normal klimatologinya.
.
Dengan mempertimbangkan 13
faktor tersebut, maka Jawa Timur pada
bulan April 2017 diprakirakan masih
mengalami musim hujan dengan peluang pertumbuhan awan sama dengan
normal klimatologinya, bulan transisi ke
musim kemarau diprakirakan terjadi
pada bulan Mei 2017. (Tonny S )
Kaum 'Aad pun telah mendustakan. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatanKu! .Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang kepada
mereka pada hari nahas yang terus menerus. Yang membuat manusia bergelimpangan,
mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya. Maka betapa
dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!
(Q.S. Qamar : 54:18-21)
30 ATMOSFERA
Daftar Pustaka :
Al-Quran Surah Qamar [54] : 18-21
Maslakah, Firda A. 2015. Variabilitas Parameter Ketidakstabilan Atmosfer di
Juanda Surabaya Tahun 2012-2013.
Wirjohamidjojo, Soerjadi. 2008. Pemanfaatan Data Radar dan Satelit untuk Prakiraan Jangka Pendek.
http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/realtime-monidx.html)
http://aviation.bmkg.go.id/web/station.php
http://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3317207/wagub-jatim-blusukan-kelokasi-banjir-di-sidoarjo http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/
MJO/CLIVAR/clivar_wh.shtml
http://weather.unisys.com/hurricane/index.php
http://weather.uwyo.edu/upperair/sounding.html
http://www.aviationweather.gov/adds/metars/
http://www.bom.gov.au/australia/charts/glw_00z.shtml
http://www.bom.gov.au/climate/enso
http://www.bom.gov.au/climate/model-summary/#tabs=Pacific-Ocean http://
iri.columbia.edu/our-expertise/climate/forecasts/sst-forecasts/
http://www.bom.gov.au/climate/poama2.4/poama.shtml
http://www.bom.gov.au/climate/poama2.4/poama.shtml#IOD)
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/people/wwang/cfsv2fcst/images1/
nino34Monadj.gif
http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml#forecast
http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/whindex.shtml
http://www.jamstec.go.jp/frsgc/research/d1/iod/sintex_f1_forecast.html.en
http://www.jma.go.jp/en/gms/largec.html?area=6&element=0&mode=UTC)
http://www.ogimet.com/synops.phtml.en
http://www.ospo.noaa.gov/Products/ocean/sst/50km_night/index.html
http://www.sws.bom.gov.au/Solar/1/6
http://www.timeanddate.com/worldclock/sunearth.html
ATMOSFERA
31
1.
Prakiraan Curah Hujan Bulan
April 2017
Prakiraan hujan untuk bulan April
2017 wilayah Jawa Timur dan sekitarnya, secara umum diprakirakan masuk pada kategori menengah, ini terlihat dari curah hujan yang berkisar
antara 101 - 300 mm. Wilayah Jawa
Timur yang berpotensi memiliki curah
hujan dengan kategori rendah (51 –
100 mm) yaitu sebagian kecil Kabupaten Situbondo. Untuk curah hujan
dengan kategori menengah (101 – 300
mm) di antaranya Tuban, Bojonegoro,
Lamongan, Gresik, Madiun, Magetan,
Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Nganjuk,
Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Blitar,
Malang, Batu, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Jember,
Situbondo, Banyuwangi, Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Untuk curah hujan dengan kategori
sangat tinggi (301 - 400 mm) di antaranya sebagian kecil Kabupaten/Kota
Gambar 1. Peta prakiraan curah hujan April 2017
(Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)
32 ATMOSFERA
Ponorogo, Trenggalek, Blitar,
Kediri, Nganjuk, Madiun, Mojokerto,
Pasuruan, Malang, Lumajang, Jember,
dan Probolinggo. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 1.
2. Prakiraan Sifat Hujan Bulan April
2017
Sifat hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan
yang terjadi selama satu bulan atau
periode dengan nilai rata-rata atau
normalnya dari bulan atau periode
tersebut. Berdasarkan gambar di
bawah, prakiraan sifat hujan bulan
April 2017 adalah sebagai berikut :
Secara umum diketahui bahwa
wilayah Jawa Timur untuk bulan April
2017 berada pada sifat hujan Normal
(85 - 115%). Untuk sifat hujan di atas
normal (116 - 150%) di antaranya
adalah : sebagian kecil Kabupaten/
Kota Tuban, Bojonegoro, Gresik, Jombang, Blitar, Probolinggo, Bondowoso,
Banyuwangi, dan Jember. Serta sebagian besar Kabupaten/Kota Pacitan,
Lamongan, dan Situbondo. Sedangkan untuk sifat hujan di bawah normal
(51 – 84%) di antaranya adalah : sebagian kecil Kabupaten/Kota Bojonegoro, Madiun, Nganjuk, Blitar, Kediri,
Gambar 2. Peta prakiraan sifat hujan April 2017
(Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)
ATMOSFERA
33
Sidoarjo, Lumajang, Probolinggo,
Pamekasan, dan Banyuwangi, serta
sebagian besar Kabupaten Ngawi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.
Arah dan Kecepatan Angin
Lapisan Atas
Berdasarkan klimatologi angin
untuk bulan April 2017 di lapisan 250
mb diprakirakan angin di wilayah Jawa
Timur pada lapisan 250 mb atau pada
ketinggian 34.000 feet akan berhembus
secara umum dari arah Timur Laut de-
ngan kecepatan berkisar antara 05 – 5
m/detik. Sedangkan untuk lapisan 500
mb atau pada ketinggian 18.000 feet,
cenderung dari arah Timur Laut – Timur
dengan kecepatan berkisar antara 0 –
3,5 m/detik.
3.
4. Potensi Kebakaran Hutan/Lahan
Kejadian kebakaran hutan berpeluang besar terjadi di musim kemarau didukung oleh curah hujan rendah,
suhu tinggi, kelembaban udara rendah
dan kecepatan angin yang memicu
peningkatan kekeringan tanah.
Gambar 3. Arah dan kecepatan angin lapisan atas bulan April 2017
(Sumber: ITACS dan ESRL)
34 ATMOSFERA
Gambar 4. Jumlah Curah Hujan dan suhu maksimum per dasarian
Desember 2016-Maret 2017 di Juanda Surabaya
Gambar 5. Peta Sebaran Titik Api bulan Maret 2017 di Jawa Timur
(Sumber : Data Satelit NPP Lapan, Terra/Aqua Lapan dan NOAA 18)
Mulai dasarian pertama bulan
Maret 2017, jumlah curah hujan tercatat hingga tanggal 31 Maret 2017
sebesar 193.8 mm. Temperatur maksimum harian berkisar antara 32.5 oC
hingga 34.8 oC.
Hasil pantauan satelit NOAA 18
(ASMC), TERRA, NPP (LAPAN)
hingga tanggal 31 Maret 2017 menunjukkan tidak ada titik api yang terpantau.
Pada bulan April 2017, diprakirakan wilayah Jawa Timur masih
berada pada musim penghujan,
ATMOSFERA
35
sehingga potensi timbulnya titik api di
wilayah Jawa Timur masih relatif rendah. Prakiraan kemudahan terjadinya
kebakaran hutan di Jawa Timur pada
awal April 2017 ditampilkan pada gambar 6 dibawah ini.
5. Potensi penyakit demam berdarah
Penyakit demam berdarah
memiliki peluang besar terjadi pada
musim penghujan dengan kondisi suhu
udara yang hangat dan kelembaban
udara yang tinggi. Selain itu, curah hu-
1 April 2017
3 April 2017
jan yang tinggi meningkatkan jumlah
genangan air yang mendukung perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Peta prakiraan curah hujan bulan
April 2017 di Jawa Timur menunjukkan
sebagian besar wilayah pada kisaran
curah hujan 101 - 300 mm, untuk itu
masih
perlu diwaspadai adanya
genangan yang masih akan terjadi akibat akumulasi hujan, karena hal ini
berpotensi memicu munculnya penyakit
demam berdarah.
2 April 2017
4 April 2017
Gambar 6 . Prakiraan kemudahan terjadinya kebakaran hutan
di Jawa Timur pada awal April 2017
36 ATMOSFERA
Gambar 7. Jumlah curah hujan per dasarian (10 harian)
Desember 2016 - Maret 2017 Stamet Juanda Surabaya
6. Tingkat kenyamanan terkait dengan kondisi cuaca
Kesehatan dan aktivitas manusia terkait erat dengan parameter
cuaca seperti temperatur udara,
kelembaban relatif, radiasi matahari
dan kecepatan angin. Aktivitas manusia terkadang terganggu oleh kondisi
cuaca yang menyebabkan ketidaknyamanan badan dan pikiran, bahkan
pada kondisi yang ekstrim dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Gambar 8. Grafik Discomfort Index Stasiun Meteorologi Juanda
Desember 2016—Maret 2017
ATMOSFERA
37
Hubungan antara parameter cuaca
seperti temperatur udara dan kelembaban relatif dengan kesehatan dan
aktivitas manusia dapat dinyatakan
dengan suatu indeks yang disebut
dengan Discomfort Index (DI).
Pada gambar 8 berikut ditampilkan grafik Discomfort Index berdasarkan data Stasiun Meteorologi Juanda
Surabaya bulan Desember 2016
hingga Maret 2017 ditentukan dengan
persamaan :
DI = T – 0,55 x(1-0,01 x RH)*(T-14,5)
Keterangan:
DI = Discomfort Index
T = Temperatur bola kering (oC)
R = Kelembaban relatif (%)
Dari gambar 8 dapat dilihat
bahwa nilai Discomfort Index mening-
kat seiring dengan meningkatnya temperatur ambient dan begitu pula sebaliknya. Kelembaban relatif yang rendah dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena mengurangi pelepasan
panas dari dalam tubuh. Pada bulan
Maret 2017 nilai temperatur udara
dan kelembaban nisbi tinggi, dan nilai
Discomfort Index pada bulan Maret
2017 berkisar antara 25.2 hingga 27.5
dengan rata-rata 26.5 Nilai rata-rata
indeks ketidaknyamanan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Interpretasi nilai Discomfort Index disajikan pada tabel berikut
ini.
Ditinjau dari prakiraan cuaca
untuk bulan April 2017, kisaran Discomfort Index harian untuk bulan April
2017 berpotensi mengalami kenaikan
dibandingkan bulan Maret 2017.
Tabel 1. Interpretasi Nilai Discomfort Index
DI (oC)
Interpretasi
<21
Tidak dirasakan adanya ketidaknyamanan
21-24
<50% populasi merasakan ketidaknyamanan
24-27
>50% populasi merasakan ketidaknyamanan
27-29
Mayoritas populasi merasakan ketidaknyamanan
29-32
Setiap orang merasakan stress
>32
Kondisi darurat dan memerlukan bantuan medis
38 ATMOSFERA
ATMOSFERA
39
Download