244 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI MENUMBUHKAN KESADARAN DAN KETERIKATAN TERHADAP NORMA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS VII-D SMPN 3 PANGGUL TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek Abstrak. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Akan tetapi dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Kelas VII-D terdapat kendala, sehingga prestasi belajar siswa menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah dan peningkatan prestasi belajar yang terjadi pada bidang studi pendidikan kewarganegaraan menggunakan pendekatan saintifik. Lokasi penelitian dilakukan di SMPN 3 Panggul Kabupaten. Peneliti dalam hal ini adalah guru kelas VII-D di SMPN 3 Panggul Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-D SMPN 3 Panggul Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester II sejumlah 34 siswa. Hasil penelitian tindakan menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang dinyatakan dengan nilai rata-rata sebelum siklus yang diperoleh siswa sebesar 68,82 dengan ketuntasan 47,06%. Nilai ini meningkat pada siklus I dengan perolehan nilai siswa sebesar 78,75 dan ketuntasannya 70,59%. Di akhir siklus peningkatan yang signifikan terlihat pada rata-rata nilai yang diperoleh menjadi 85,00 dengan persentase ketuntasan 100%. Kata kunci: peningkatan prestasi belajar, menumbuhkan kesadaran dan keterikatan terhadap norma, pendekatan saintifik Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, pasal 1). Berdasarkan kutipan di atas, maka pendidikan merupakan hal yang penting dalam rangka memajukan kualitas individu. Untuk itu pembangunan pendidikan dimulai dari perbaikan kualitas pendidikan. Caranya dengan jalan memperbaiki dan mengembangkan suatu proses belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap perilaku yang kreatif dan inovatif pada setiap mata pelajaran di sekolah. Pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan perubahan yang mampu mempersiapkan generasi penerus bang yang siap bersaing dengan dunia global sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani (civil society). Oleh karena itu, pendidikan harus dapat menjawab tantangan tersebut. Dengan kata lain, pendidikan harus menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal memasuki persaingan dunia. Pendidikan hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful learning). Karena, hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna (meaningless learning) JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 hanya akan menjadi beban hidup (Dantes, 2013). Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam tinjauan pedagogik, pendidikan kewarganegaraan (PKn) dapat dikatakan sebagai bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multidimensional ini menyebabkan pendidikan kewarganegaraan dapat disikapi sebagai pendidikan nilai dan moral, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi. Dalam menyikapi pendidikan yang bermakna terdapat salah satu prinsip yang diperhatikan yaitu menyelenggarakan pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang langsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip tersebut adalah pergeseran paradigma dalam proses pendidikan, yaitu pergeseran dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma pembelajaran menuntut pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang paling urgent dan harus mendapat skala prioritas. Salah satu mata pelajaran yang paradigmanya harus dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman menuju masyarakat 245 madani (civil society) adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi hasil belajar PKn, guru sudah berusaha untuk mengembangkan berbagai pendekatan dan model pembelajaran dengan harapan siswa dapat termotivasi untuk menekuni mata pelajaran tersebut. Karena sangat disadari salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam hal menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Dengan usaha dan kemampuan ini diharapkan potensi siswa dapat berkembang secara optimal. Realita pembelajaran PKn yang terjadi pada siswa kelas VII SMPN 3 Panggul Trenggalek adalah guru cenderung kurang melakukan inovasi dalam pembelajaran, sehingga selama pembelajaran PKn siswa cenderung bersifat hafalan dan kurang bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional yang didominasi metode ceramah. Didominasinya pembelajaran dengan metode ceramah menyebabkan pembelajaran menjadi pasif dan membuat siswa menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran. Peristiwa ini menyebabkan sikap sosial dan hasil belajar PKn siswa menjadi kurang optimal. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka perlu adanya metode serta pendekatan pembelajaran yang mampu membangkitkan prestasi belajar. Agar prestasi belajar tercapai secara optimal, perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan paradigma dari mengajarkan siswa menjadi membelajarkan siswa, serta menekankan pada proses belajar siswa (Suparno, 2001). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas 246 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini menuntut siswa yang aktif dalam melakukan keterampilan ilmiah di atas (bukan gurunya). Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang memiliki kriteria pendekatan saintifik sebagai berikut (Permendikbud, 2013): (1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi edukatif guru dengan peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. (4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. (5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Selanjutnya Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot. Sedangkan menurut Nasution (1987) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakti: kognitif, afektif dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan. Menurut (Sugiyono, 2007:110) hasil dari perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Rancangan yang digunakan adalah pre eksperiment JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 design dengan model pre-test and post-test one group design. Model ini lebih sempurna karena sudah menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (post-test), sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Lokasi penelitian yang digunakan berada di SMPN 3 Panggul Trenggalek. Menurut Arikunto (2006) subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, pendapat tersebut berarti bahwa orang cocok dengan karakteristik variabel yang akan diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas VII-D di SMPN 3 Panggul. Sedangkan yang menjadi obbyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMPN 3 Panggul Kabupaten Trenggalek sejumlah 34 siswa. Obyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut diantaranya faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa dan kondisi lingkungan pada lokasi penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada bulan September 2014 dan berakhir pada Nopember 2014. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri dari: (1) instrumen lembar observasi guru dalam PBM; (2) instrumen lembar observasi kerja siswa dalam PBM; (3) kuesioner untuk siswa; dan (4) soal tes kinerja siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan dipaparkan sebagai berikut. Tabel 1 Nilai pre tes siswa kelas VII-D Ketuntasan No Inisial Nilai T TT 1 AIG 60 TT 2 AS 60 TT No 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Inisial AIF AA AW CW DF DN DK EWS FN FC G HN IWS KAH MTNLB MR NS NAA NC NI PS PP PF RP R RR SE S TS WAW WC YE Jumlah Rata-Rata Nilai 60 60 60 80 80 80 80 80 80 80 60 60 60 70 60 60 60 60 60 60 60 80 80 80 80 80 80 80 60 60 60 70 1110 68,82 247 Ketuntasan T TT TT TT TT T T T T T T T TT TT TT T TT TT TT TT TT TT TT T T T T T T T TT TT TT T 16 18 47.06 52.94 Dari data di atas, terlihat jelas bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan materi sebelum diterapkan pendekatan saintifik masih rendah dibawah KKM (70), yaitu rata-rata hanya sebesar 68,82 dengan persentase ketuntasan 47,06%. Tabel 2 Nilai siklus I siswa kelas VII-D Ketuntasan No Inisial Nilai T TT 1 AIG 70 T 2 AS 70 T 3 AIF 70 T 4 AA 60 TT 5 AW 60 TT 6 CW 80 T - 248 No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... Inisial DF DN DK EWS FN FC G HN IWS KAH MTNLB MR NS NAA NC NI PS PP PF RP R RR SE S TS WAW WC YE Jumlah Rata-Rata Nilai 100 100 100 100 100 100 60 60 60 70 70 70 70 70 70 60 60 80 100 100 100 100 100 100 60 60 60 70 2660 78.75 Ketuntasan T TT T T T T T T TT TT TT T T T T T T TT TT T T T T T T T TT TT TT T 24 10 70.59 29.41 Dari hasil proses pengamatan dengan adanya aktivitas yang belum menonjol baik untuk aktivitas guru maupun siswa berakibat pada belum tercapainya prestasi belajar siswa yang belum optimal. Untuk itu masih dperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selajutnya. Tabel 3 Nilai siklus II siswa kelas VII-D Ketuntasan No Inisial Nilai T TT 1 AIG 90 T 2 AS 90 T 3 AIF 70 T 4 AA 70 T 5 AW 70 T 6 CW 80 T 7 DF 100 T 8 DN 100 T 9 DK 100 T 10 EWS 100 T - No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Inisial FN FC G HN IWS KAH MTNLB MR NS NAA NC NI PS PP PF RP R RR SE S TS WAW WC YE Jumlah Rata-Rata Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T 34 0 100.00 0.00 Nilai 100 100 70 70 70 80 90 90 90 90 70 70 70 80 100 100 100 100 100 100 70 70 70 80 2900 85.00 Dengan berjalannya aktivtas pembelajaran pada siklus II sesuai dengan rencana maka prestasi belajar siswa dapat berkembang sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Peningkatan prestasi dapat dilihat pada grafik berikut 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 68.82 47.06 SEB. SIKLUS 100.00 85.00 78.75 70.59 SIKLUS I Nilai rata-rata SIKLUS II ketuntasan Gambar 1 Peningkatan prestasi belajar siswa Berdasarkan Gambar 1, terlihat peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 siklus sampai pada siklus yang terakhir. Sebelum siklus nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,82 dengan ketuntasan 47,06%. Nilai ini meningkat pada siklus I dengan perolehan nilai siswa sebesar 78,75 dan ketuntasannya 70,59%. Di akhir siklus peningkatan yang signifikan terlihat pada rata-rata nilai yang diperoleh menjadi 85,00 dengan persentase ketuntasan 100%. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik lebih baik dan efektif untuk meningkatkan prestasi belajara siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik memberikan kesempatan serta peluang kepada siswa untuk lebih berfikir dan bernalar tentang apa yang sedang dipelajari siswa. Pendekatan ini juga mendorong anak untuk melakukan ketrampilanketerampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dimana di sini anaklah yang di tuntut harus aktif melakukan ketrampilan ilmiah di atas (bukan gurunya). Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini dapat mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Selama proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu ditanamkan sikap sosial sebagai upaya untuk pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dalam belajar terutama dalam belajar kelompok akan membantu siswa dalam melihat hubungan dari berbagai materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kelompok telah mengajarkan kepada siswa tentang selfdirection, mengetahui dan mampu mengungkapkan keinginan mereka, berlatih untuk menghargai keinginan teman mere- 249 ka dan belajar berbagi, belajar untuk menerima perbedaan dan sebagainya. Secara langsung siswa telah menerapkan sikap sosial dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik siswa dituntut lebih aktif melakukan keterampilanketerampilan baik secara individual maupun kelompok. Perlunya menumbuhkan sikap sosial dalam proses pembelajaran untuk menanamkan rasa saling menghargai sesama teman dalam berpendapat, mau bekerjasama dengan orang lain, mengutamakan kepentingan bersama serta menghargai kemajemukan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas pendidikan sebagai salah satu pilar pembangunan karakter harus mampu memainkan peran dan fungsinya secara optimal. Salah satu pelajaran yang harus dikembangkan paradigmanya adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sesuai dengan tuntutan zaman menuju masyarakat madani (civil society). Peningkatan prestasi belajar siswa yang terlihat dari sebelum siklus sampai pada siklus yang terakhir menunjukkan bahwa dengan penggunaan pendekatan saintifik baik diterapkan untuk proses belajar mengajar. Jika sebelum siklus nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,82 dengan ketuntasan 47,06%. Nilai ini meningkat pada siklus I dengan perolehan nilai siswa sebesar 78,75 dan ketuntasannya 70,59%. Di akhir siklus peningkatan yang signifikan terlihat pada rata-rata nilai yang diperoleh menjadi 85,00 dengan persentase ketuntasan 100%. Saran 250 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... Bagi guru sebaiknya menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Untuk dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dibutuhkan kreativitas serta keuletan guru dalam penerapannya di kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik mampu meningkat- DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dantes, N. 2013. Profesionalisme Guru dan Kebijakan Pengembangan Kurikulum. (makalah). Disampaikan pada Seminar Kajian Persekolahan. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Permendikbud. 2013. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. kan prestasi belajar siswa, dan untuk selanjutnya bisa dilakukan penelitian pada matapelajaran lain. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu masukan bagi pelaku pendidikan baik guru, sekolah, ataupun dinas terkait untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas masing-masing sehingga dapat memberikan pengajaran yang optimal guna menghasilkan generasi yang siap bersaing di dunia global mendatang. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Poerwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya. Suparno, A.S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Winkel, W.S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.