prosedur pelaksanaan k2 dan k3 pada instalasi tt / tet saat

advertisement
PROSEDUR PELAKSANAAN K2 DAN K3
PADA INSTALASI TT / TET
SAAT PEMELIHARAAN DALAM KONDISI OFF
LINE
Pangestuningtyas D.L1, Ir. Tejo Sukmadi, M.T.2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, tembalang, Semarang, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak - Energi listrik merupakan enrgi yang
paling banyak dimanfaatkan oleh manusia
karena mudah dikonversikan ke dalam bentuk
energi lain. Seiring berkembangnya IPTEK dan
semakin banyaknya jumlah penduduk maka
kebutuhan energi listrik juga semakin
bertambah. Tetapi, energi listrik juga ternyata
memiliki bahaya listrik yang dapat menimbulkan
berbagai macam kerugian bagi manusia maupun
lingkungan.
PT PLN (Persero) merupakan satu satunya perusahaan yang mengatur penyaluran
energi listrik di Indonesia. Sehingga dalam
pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
dibutuhkan keandalan dari setiap instalasinya.
Salah satu cara untuk meningkatkan keandalan
penyediaan energi listrik ini adalah dengan cara
melaksanakan pemeliharaan pada setiap unit di
instalasi PT PLN.
PT PLN dalam melaksanakan tugasnya
juga mementingkan faktor keamanan agar
tercipta suasana yang Aman, Andal dan Akrab
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menerapkan
prosedur K2 dan K3 di setiap pekerjaan di setiap
unitnya. Dan dengan diberlakukannya K2 dan
K3 ini diharapkan dapat menghasilkan zero
accident dan safety condition pada seluruh unit di
PT PLN (Persero).
Kata kunci : bahaya listrik, K2, K3, safety
condition, zero accident
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, kebutuhan energi listrik semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan berkembangnya IPTEK. Hal ini
dikarenakan mudahnya energi listrik untuk
dikonversi ke bentuk energi lain yang digunakan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semakin bertambahnya kebutuhan listrik di
masyarakat membuat PT PLN (Persero)
membangun instalasi – instalasi yang menunjang
pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia. Untuk
meningkatkan tingkat keandalan sistem tenaga
listrik maka diperlukan juga pemliharaan pada
setiap instalasi yang dibangun.
Selain mempunyai dampak positif bagi
pemenuhan kebutuhan manusia, energi listrik
juga mengandung dampak negatif bagi
masyarakat maupun lingkungan.
Melihat adanya bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh energi listrik ini, maka PT PLN
(Persero) juga mementingkan segi keamanan
pada setiap unitnya. Hal ini dikarenakan untuk
menghasilkan zero accident dan safety condition
bagi karyawan
PLN,
masyarakat sekitar
maupun lingkungan. Salah satu cara untuk
menghasilkan kondisi tersebut maka PT PLN
(Persero) selalu berusaha melaksanakan prosedur
K2 (Keselamatan Ketenagaanlistrikan) dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada setiap
pekerjaannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan laporan Kerja
Praktek ini adalah :
1. Memperkenalkan tentang pentingnya K2
dan K3 sebagai faktor non – teknis yang
sering kurang diperhatikan.
2. Mengetahui penerapan
prosedur
pelaksanaan K2 dan K3 dalam instalasi TT
/TET pada saat pemeliharaan dalam
kondisi offline yang dapat menunjang
keandalan sistem tenaga listrik di Indonesia.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan laporan ini penulis
membatasi
masalah
tentang
Prosedur
pelaksanaan K2 dan K3 pada instalasi TT /
TET pada saat pemeliharaan peralatan pada
kondisi offline di PT PLN (Persero).
BAB II : DASAR TEORI
2.1 Hubungan antara K2 dan K3
Keselamatan
Ketenagalistrikan
(K2)
merupakan segala upaya atau langkah - langkah
pengamanan
instalasi
tenaga listrik dan
pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk
mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan
kondisi aman dari bahaya bagi manusia, serta
kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan)
dalam arti tidak merusak lingkungan hidup
disekitar instalasi tenaga listrik.
Keselamatan Kerja adalah suatu usaha
pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang
dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik
kerugian harta benda (rusaknya
peralatan),
maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan,
luka berat, cacat bahkan tewas).
Kesehatan Kerja adalah suatu upaya atau
pemikiran dan penerapannya yang ditujukan
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja.
Hubungan antara K2 dan K3 dalam
pelaksanaan pekerjaan adalah bila K2 dan K3
tidak dilaksanakan maka akan mudah terjadinya
kecelakaan kerja, yang dapat merugikan bukan
hanya personil yang melaksanakan pekerjaan,
tetapi masyarakat dan lingkungan di sekitar
pelaksanaan pekerjaan.
2.2 Bahaya Listrik
Bahaya listrik merupakan segala sesuatu
yang dapat meningkatkan atau menimbulkan
kecelakaan, bencana, kerugian, dan sejenisnya
yang diakibatkan oleh adanya arus listrik.
Bahaya listrik yang dapat terjadi contohnya
adalah bahaya Kuat Medan Magnet (KMM) dan
Kuat Medan Listrik (KML), selain itu besarnya
arus dan tegangan induksi yang mengalir dalam
tubuh.
Besarnya KML dan KMM yang biasanya
ditakutkan
oleh
masyarakat
biasanya
dikarenakan akibat adanya pembangunan
SUTET/ SUTT di daerah penduduk. Oleh karena
pembangunan trnsmisi pada PT PLN (Persero)
ditetapkan berdasarkan IRPA / INIRC / WHO
tahun 1990 yaitu 5 kV/m untuk KML dan 0,1
mT untuk KMM pada waktu yang tidak terbatas.
Sedangkan 10 kV/m untuk KML dan 0,5 mT
untuk KMM selama jam kerja.
Arus listrik yang mengalir pada tubuh
manusia dapat menyebabkan kesemutan,
pingsan, terbakar bahkan kematian. Berikut tabel
pengaruh arus induksi yang mengalir terhadap
tubuh manusia :
Tabel 2 Pengaruh Besarnya Arus terhadap
Tubuh Manusia
Besarnya
Arus (mA)
0 – 0,9
0,9 – 1,2
1,2 – 1,6
1,6 – 6,0
6,0 – 8,0
13,0 – 15,0
15,0 – 20,
0
20,0 – 50,0
50,0
100,0
–
Pengaruh terhadap tubuh
manusia
Belum dirasakan pengaruhnya
Baru terasa adanya arus listrik
Mulai terasa seakan –akan ada
yang merayap di dalam tangan
Tangan sampai siku merasa
kesemutan
Tangan mulai kaku, rasa
kesemutan makin bertambah
Rasa sakit tak tertahankan,
penghantar
masih
bisa
dilepaskan dengan gaya yang
besar sekali
Otot
tidak
sanggup
lagi
melepaskan penghantar
Dapat mengakibatkan kerusakan
pada tubuh manusia
Batas
arus
yang
dapat
menyebabkan kematian
Tegangan yang mengalir dalam tubuh
manusia dibagi menjadi 3 macam yaitu :
 Tegangan sentuh, yaitu tegangan yang
terdapat diantara peralatan yang disentuh
dengan peralatan yang sedang terjadi arus
gangguan.
 Tegangan langkah, yaitu tegangan yang
timbul diantara dua kaki orang yang sedang
berdiri di atas tanah yang sedang dialiri
oleh arus hubung singkat ke tanah.
 Tegangan pindah, yaitu tegangan sentuh,
dimana tegangan ini terjadi pada saat terjadi
hubung singkat seseorang yang berdiri di
dalam instalasi tenaga listrik, dan
memegang suatu peralatan yang ditanahkan
pada titik yang jauh sedangkan alat tersebut
dialiri arus hubung singkat ke tanah.
Selain berbahaya bagi manusia di sekitarnya,
listrik juga dapat membahayakan lingkungan
seperti dapat menyebabkan kebakaran pada saat
terjadinya hubung singkat pada peralatan.
2.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang
tidak diinginkan / tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan berbagai kerugian ,baik kerugian
harta benda (rusaknya peralatan) maupun
kehilangan jiwa manusia.
Suatu kecelakaan dapat terjadi disebabkan
oleh 2 (dua) hal, yaitu :
1. Unsafe Action, yaitu sikap atau tingkah laku
manusia yang tidak aman (berbahaya).
8. Supply AC – DC, untuk sistem kontrol,
proteksi, maupun untuk sistem mekanik
penggerak peralatan di Gardu Induk
2. Unsafe condition, yaitu kondisi/keadaan tempat
kerja atau peralatan kerja yang tidak aman
(berbahaya).
3.2 Pemeliharaan pada Instalasi GI / GITET
Dengan prosentase penyebab kecelakan kerja
adalah dengan 80% akibat unsafe act, 18% unsafe
condition dan 2% akibat yang lainnya.
Kecelakaan kerja dapat dikurangi dan
dicegah dengan penerapan safety engineering dan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pemeliharaan peralatan listrik tegangan
tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya
gangguan
yang menyebabkan
kerusakan.
BAB III: PEMELIHARAAN INSTALASI
GARDU
INDUK
/
GARDU
INDUK
TEGANGAN EKSTRA TINGGI (GI/GITET)
Tujuan
utamanya
untuk
menjamin
kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan
menjamin keandalan sistem sistem tenaga
listrik.Pada GI / GITET pemeliharaan terdiri
dari:
3.1 Peralatan – Peralatan pada Gardu Induk
a.
In service inspection yaitu
kegiatan
pemeliharaan berupa pengamatan visual
pada bagian-bagian peralatan terhadap
adanya perubahan pada peralatan yang
berpotensi untuk menurunkan unjuk kerja
peralatan atau merusak sebagian /
keseluruhan peralatan.
b.
In service measurement yaitu kegiatan
pengukuran / pengujian yang dilakukan
pada saat peralatan sedang dalam keadaan
bertegangan / beroperasi.
c.
Shutdown testing / measurement yaitu
pekerjaan pengujian yang dilakukan pada
saat peralatan dalam keadaan padam.
Pekerjaan ini dilakukan pada saat
pemeliharaan rutin maupun pada saat
investigasi ketidaknormalan.
d.
Shutdown treatment yaitu pekerjaan untuk
memperbaiki perubahan pada peralatan
yang ditemukan pada saat in service
inspection/measurement
atau
menindaklanjuti shutdown testing /
measurement.
Gardu induk merupakan salah satu instalasi
yang digunakan dalam menyalurkan tenaga
listrik. Peralatan instalasi yang terdapat di GI /
GITET adalah :
1.
2.
Trafo Arus, untuk mengkonversi besar arus
untuk keperluan pengukuran maupun
proteksi.
Trafo tegangan untuk mengkonversi besar
tegangan untuk keperluan peralatan indikator,
alat ukur / meter dan relai.
3.
Lightning Arrester (LA) untuk melindungi
peralatan lain dari tegangan surja (baik surja
hubung maupun surja petir) dan pengaruh
arus balik akibat hubung singkat.
4.
Pemutus Tenaga (PMT) untuk saklar /
switching mekanis yang mampu menutup,
mengalirkan, dan memutus arus beban saat
sistem normal maupun saat terjadi gangguan
dalam kondisi berbeban..
5.
Pemisah (PMS) untuk memisahkan tegangan
pada peralatan instalasi tegangan tinggi pada
saat kondisi tidak berbeban.
6.
7.
Kompresor untuk memampatkan udara atau
gas fungsinya sebagai media pemadaman
pada PMT tipe Air Circuit Breaker (ACB),
maupun Air Blast Circuit Breaker (ABCB)
dan untuk penggantian atau pengisian gas SF
6 pada PMT maupun pada GIS (Gas
Insulated Switchgear).
Capacitor banks untuk memperbaiki kualitas
pasokan energi listrik.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat
bekerja dalam kondisi yang bebas tegangan
adalah sebagai berikut:
a.
Memperhatikan
tegangan.
perlengkapan
b.
Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh
pengawas
c.
Perlengkapan
dibumikan
yang
dikerjakan
bebas
harus
 Pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit
6. Pelaksana pekerjaan, bertugas untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan pada
instalasi TT/TET pada kondisi offline.
 Masing-masing kawat harus dibumikan
pada kedua ujungnya tempat yang
berdekatan dengan yang dikerjakan
Tahapan pelaksanaan pekerjaan dan
penerapan prosedur K2 / K3 pada pekerjaan
instalasi TT / TET terdiri dari 3 tahapan, yaitu :
d. Bila ada sirkuit ganda :
e. Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh
pada sirkuit tersebut
f. Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan
tersebut atas telah dipenuhi
BAB IV : PROSEDUR PELAKSANAAN K2
DAN K3 PADA INSTALASI TT/ TET SAAT
PEMELIHARAAN DALAM KONDISI OFF
LINE
4.1 Prosedur Pelaksanaan Kerja
Prosedur keselamatan kerja merupakan suatu
tata cara yang disusun secara sistematis dan jelas
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan.Prosedur keselamatan kerja
sangat erat kaitannya dengan hal–hal keamanan
personil, kelayakan
peralatan
kerja
dan
keamanan peralatan instalasi listrik yang menjadi
obyek pekerjaan sehingga dapat terciptanya zero
accident dan safety condition pada setiap unit di
PLN
Manuver adalah suatu prosedur untuk
mengubah posisi jaringan / instalasi dari kondisi
tidak operasi (keluar dari sistem) ke kondisi
operasi (masuk
ke dalam
sistem) atau
sebaliknya.Sedangkan manuver dan keamanan
peralatan instalasi listrik TT / TET berhubungan
erat dengan keandalan sistem operasi dan
kontinuitas penyaluran tenaga listrik.
Personil yang melakukan pemeliharaan
instalasi TT/ TET pada kondisi offline terdiri dari :
1. Penanggungjawab pekerjaan, bertugas untuk
bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, dengan
catatan tidak sedang menjadi pengawas lainnya
(tidak merangkap).
2. Pengawas manuver, bertugas untuk mengawasi
dan bertanggung jawab terhadap seluruh
pelaksanaan manuver yang dilakukan.
3. Pelaksana manuver, bertugas sebagai eksekutor
proses manuver pada saat pemeliharaan
instalasi TT/TET.
4. Pengawas
pekerjaan,
bertugas
untuk
mengawasi pelaksanaan pemeliharan instalasi
TT/TET oleh pelaksanaan pekerjaan.
5. Pengawas K3, bertugas untuk mengawasi
pelaksanaan K2 dan K3 selama pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan.
1.
Tahap I : Persiapan
Berisi tentang briefing atau penjelasan
tentang rencana kerja yang akan dilaksanakan
kepada seluruh personil yang terlibat dalam
pekerjaan yang dilakukan oleh pengawas
manuver, pengawas pekerjaan dan pengawas K3.
2. Tahap II : Pembebasan Tegangan dan
Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Melakukan doa bersama.
b. Melaksanakan
manuver
pembebasan
tegangan, dengan memperhatikan SOP
Manuver
Pembebasan
Tegangan.SOP
Pembebasan Tegangan adalah sebagai
berikut :
 Mengeluarkan PMT
(pemutus
tenaga) terlebih dahulu dari sistem,
kemudian memeriksa apakah PMT
yang dikeluarkan tadi sudah terbuka
sempurna atau belum , hal ini dapat
dilihat dari penunjukan
indikator
dengan “O” (keluar)
atau
“I”
(masuk) atau indikator lain yang
menunjukan posisi membuka /
menutupnya PMT.
 Mengeluarkan PMS - PMS (pemisah)
rel dan line, kemudian memeriksanya
secara visual apakah kontak- kontak
PMS tersebut telah keluar sempurna
atau belum.
 Mengeluarkan Load break switch
(LBS) rel dan line dari sistem,
kemudian memeriksa secara visual
apakah
kontak - kontak
LBS
tersebut telah keluar sempurna atau
belum.
 Memasukkan PMS (pemisah) tanah
dalam
sistem (//),
kemudian
memeriksanya secara visual apakah
kontak - kontak PMS tanah tersebut
telah masuk atau belum.
 Menjaga posisi peralatan agar tidak
berubah setelah melakukan manuver
pembebasan
tegangan, misalnya
melepas sekring atau pengaman lebur
sistem kendali dikunci / digembok
pada
tuas-tuas penggerak, serta
memasang plat isolasi pengaman
diantara kontak.
 Pelaksanaan manuver pembebasan
tegangan dilakukan oleh operator atas
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
perintah / izin piket UPB untuk sisi
tegangan tinggi, piket UPD untuk sisi
tegangan menengah, serta piket P3B
untuk sisi tegangan ekstra tinggi.
Catatan : Manuver dilaksanakan setelah ada
perintah dari piket terkait.Memeriksa
Mengetes Tegangan pada peralatan/instalasi
yang akan dikerjakan (menggunakan tester
tegangan).
Memasang Pentanahan setempat (pertanahan
portable),dengan memperhatikan persyaratan
umum
pentahan
dan
contoh-contoh
pemasangan pentanahan setempat pada
pekerjaan Instalasi Tegangan Tinggi.
Memasang Pengaman tambahan (pengamanan
berlapis) yaitu :
- Memasang kunci / gembok mekanis PMS.
- Memutus supply tegangan untuk motor
penggerak PMS (lepas sekering / MCB).
- Memasang sekat-sekat isolasi / partisi atau
selubung Isolasi pada peralatan / lokasi
yang memungkinkan terjadi penggerak
(pisau – pisau PMS yang terbuka dan lainlain).
Memasang rambu - rambu pengaman (tanda tanda peringatan) daerah berbahaya dan daerah
aman. (rantai warna merah, bendera merah dan
hijau serta tanda-tanda peringatan lainnya).
Membuat / mengeluarkan “ Pernyataan Bebas
Tegangan” dan dengan dikeluarkannya
pernyataan ini, berarti peralatan / instalasi
sudah aman dan siap untuk dikerjakan.
Melaksanakan perkerjaan sesuai rencana
(perkerjaan hanya dilakukan oleh personil yang
telah ditunjuk dan diperiksa pada tahap
persiapan).
Mengawasi
pelaksanaan
perkerjaan
(pengawasan pekerjaan dan pengawasan K3).
3. Tahap III : Pekerjaan selesai dan Pemberian
Tegangan
Hal - hal yang harus dilaksanakan pada
tahap ketiga ini adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
Pengawas pekerjaan meneliti kembali
lokasi pekerjaan sekelilingnya secara cermat,
misalnya hasil pekerjaan, benda-benda asing ,
peralatan dan perlengkapan kerja lainnya yang
mungkin masih tertinggal.
2. Pelepasan Pentanahan setempat (Pentanahan
Portable)
 Melepaskan seluruh klem yang terpasang
pada sistem pentanahan setempat yang
terpasang
pada
Instalasi
dengan
menggunakan
stick
arde
(tongkat
pentanahan).

Pentanahan dilepas terlebih dahulu
dibagian instalasi kemudian pada bagian
sistem pentanahan / arde.
 Merapikan kembali peralatan tersebut
sebelum disimpan pada tempatnya.
c. Pelepasan Tanda / Rambu-rambu Pengamanan
 Setelah sistem pentanahan setempat
dilepas, maka peralatan pengaman
lainnya seperti kunci-kunci, ramburambu dapat dilepas. Fuse pengaman
MCB dimasukkan.
 Setelah
itu pengawas
pekerjaan
memberitahu kepada semua pelaksana
bahwa instalasi tersebut sudah tidak
aman untuk dikerjakan.
d. Membuat Pernyataan “Selesai Pekerjaan”.
Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan
prosedur, pengawas pekerjaan mengeluarkan
pernyataan selesai pekerjaan.
e. Persiapan Pemberian Tegangan
Pengawas pekerjaan, pengawas manuver dan
pengawas K3 melaksanakan pemeriksaan
ulang terhadap kondisi instalasi untuk
persiapan pemberian tegangan.
f. Manuver Pemberian Tegangan dengan cara :
 Setelah diperiksa bahwa pekerjaan
selesai dengan baik dan instalasi siap
untuk dinormalkan / diberi tegangan dan
dibebani, maka selanjutnya dilaporkan
ke PIOP Sektor dan Piket UPB.
Berdasarkan perintah Piket UPB / UPD
operator
melaksanakan
Manuver
pemberian tegangan.
 Saat pelaksanaan manuver KSO
(Pengawas
Manuver)
mencatat,
mengawasi / memantau pelaksanaan
manuver sesuai perintah UPB, UPD.
 SOP Pemberian Tegangan adalah
sebagai berikut :
 Mengeluarkan PMS (pemisah)
tanah terlebih dahulu
 Memasang semua pengaman lebur
(fuse) yang dikeluarkan dari
sistem.
 Memasukkan
PMS - PMS
(pemisah) rel dan line ke sistem
(//).
 Memasukkan
PMT
(pemutus
tenaga) ke sistem (//).
 Pelaksanaan manuver pemberian
tegangan dilakukan oleh operator
atas perintah / izin piket UPB
untuk sisi tegangan tinggi, piket
UPD
untuk
sisi
tegangan
menengah, serta piket P3B untuk
sisi tegangan menengah serta piket
P3B untuk sisi tegangan ekstra
tinggi.
g. Melakukan doa bersama.
4.2 Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan APD pada instalasi TT/TET
berfungsi untuk mengurangi tingkat bahaya dan
kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang
melakukan pekerjaan pada instalasi tersebut.
Peralatan APD hanya bersifat untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan tetapi tidak dapat
membebaskan personil dari bahaya kecelakaan.
Peralatan APD pada saat pemeliharaan
instalasi TT/ TET pada kondisi offline, terdiri dari :
1. Shackel Stick (tongkat penghubung) ,
berfungsi untuk mengeluarkan / memasukkan
PMS.
2. PMS Tanah, berfungsi sebagai pengaman
pada penghantar terhadap tegangan sisa.
3. Alat pentanahan Portable, berfungsi untuk
mengetanahkan peralatan / instalasi.
4. Voltage Tester (Tester Tegangan), berfungsi
untuk meyakinkan peralatan listrik masih
bertegangan atau sudah bebas tegangan.
5. Bangku Isolator, berfungsi sebagai alat isolasi
bagi petugas pada waktu melaksanakan
pekerjaan.
6. Rambu-rambu
pengaman
/
Tanda
Peringatan, berfungsi untuk tanda peringatan
pada saat melakukan pekerjaan.
7. Topi Pengaman (helm) , berfungsi melindungi
kepala dari benturan/ kejatuhan benda keras
dan tajam.
8. Pakaian Kerja, berfungsi untuk melindungi
diri.
9. Sarung Tangan, berfungsi untuk melindungi
tangan pada saat melaksanakan pekerjaan.
10. Kaca mata, berfungsi untuk melindungi mata
pada waktu pelaksanaan pekerjaan juga
melindungi mata dari cahaya-cahaya yang
dapat merusak mata.
11. Sabuk
Pengaman,
berfungsi
untuk
pengamanan para petugas yang bekerja
memanjat ke tempat-tempat yang tinggi seperti
pada Tower, tiang menara dan lain sebagainya.
12. Sepatu Kerja, berfungsi untuk melindungi
kaki pada saat melaksanakan pekerjaan.
13. Masker Hidung (Respirator), berfungsi untuk
mengamankan
petugas dari gangguan
pernafasan terhadap kotoran / debu-debu atau
bahan kimia.
14. Alat penutup telinga (Ear Protector),
berfungsi untuk melindungi telinga dari
kebisingan.
15. Peralatan
pernafasan
(Breathing
Apparatus), berfungsi untuk memberikan
pertolongan pada orang yang terjebak
dalam ruangan yang terancam kebakaran
(penuh asap).
16. Penutup Dada untuk Las Listrik,
berfungsi untuk melindungi dada dari
radiasi panas pada waktu mengelas listrik.
17. Jas Hujan, berfungsi untuk melindungi
petugas yang sedang melaksanakan
pekerjaan di lapangan pada waktu hujan.
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat
adanya unsafe act dan unsafe condition
pada saat melakukan pekerjaan.
2.
Penerapan prosedur K2 dan K3 dalam
pelaksanaan pekerjaan merupakan hal yang
sangat penting untuk mewujudkan zero
accident dan safety condition bagi manusia
yang melakukan pekerjaan, masyarakat
sekitar dan lingkungan.
3.
Penggunaan peralatan APD (Alat Pelindung
Diri) dapat digunakan untuk mengurangi
tingkat bahaya dan kecelakaan yang terjadi
pada saat seseorang melakukan pekerjaan.
5.2 Saran
1.
2.
3.
Pengadaan seminar – seminar tentang
pentingnya K2 dan K3 dalam pekerjaan
perlu dilakukan untuk menanamkan safety
act pada setiap
karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Penerapan K2 dan K3 pada setiap unit PLN
perlu ditingkatkan agar dapat terjadi zero
accident dan safety condition.
Adanya APD pada setiap unit PLN sangat
diperlukan untuk mengurangi resiko bahaya
yang ditimbulkan pada pekerjaan yang
dilakukan sehingga dapat meminimalisasi
terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kumpulan Materi Pusdiklat PT PLN
(Persero).10 Dasar – Dasar K2LH. PT PLN
(Persero) Pusdiklat. Jakarta.2009.
[2] Kumpulan Materi Pusdiklat PT PLN
(Persero). Materi K2 K3 Pada Instalasi TT TET
Untuk Pelaksana Pekerjaan Pemeliharaan SUTT
SUTET Kondisi Bebas Tegangan.PT PLN
(Persero).Jakarta.2009
[3] Kumpulan Materi Pusdiklat PT PLN
(Persero).Materi Pengawas K2 K3 Pada Instalasi
TT TET. Pusdiklat PT PLN (Persero).Jakarta.2009.
[4] Kumpulan Materi Pusdiklat PT PLN
(Persero).Materi
Pemeliharaan
Peralatan
GI.Pusdikla PT PLN (Persero).Jakarta.2009.
Kartini 03 Semarang, SMP N 3 Semarang, SMA
N 1 Semarang, dan saat ini sedang menempuh
pendidikan S1 nya di Teknik Elektro Universitas
Diponegoro.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
BIODATA PENULIS
Penulis
bernama
Pangestuningtyas Diah
L. (L2F 009 076) lahir
di Semarang, 25 Maret
1992. Penulis telah
menempuh pendidikan
di
TK
Mekarsari
Semarang, SD N
Ir. Tejo Sukmadi, M.T.
NIP 196111171988031001
Download