Artikel IbM-Dikti REVISI Rumput Laut Mimit 2010

advertisement
0
(IbM)
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
Judul
: IbM TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK
KUALITAS PASCA PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI
BUDIDAYA TAMBAK PAYAU
Ketua
Anggota
: Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP
: Ir.M.FIRDAUS, MS
NIP.: 196305111988021001
NIP.: 196809192005011001
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor : 159/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010
Tanggal 24 Agustus 2010
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
1
(i)
1. Abstrak
IbM TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK KUALITAS PASCA
PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI BUDIDAYA TAMBAK PAYAU
Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP dan Ir.M.FIRDAUS, MS, MS)*
(Makalah disampaikan pada Seminar Pemaparan Hasil Pelaksanaan Program
Pengabdian kepada masyarakat Mono Tahun (IbM). DIKTI. 26-27 September
2011. Jakarta).
Desa Raci Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah pesisir yang
berdekatan dengan laut yaitu sekitar 1-2 km dari laut dan hampir 50% pertanian
sudah menjadi tambak udang/ikan sehingga aktivitas penduduk adalah nelayan dan
budidaya udang/ikan . Rumput laut (gracilaria sp) adalah produk budidaya laut dan
sejak tiga tahun yang lalu mulai dibudidayakan di areal pertambakan. Sistem yang
diterapkan adalah dengan system polyculture, yaitu antara rumput laut, udang dan
bandeng namun ada beberapa kendala yang dihadapi untuk mengembangkan rumput
laut (gracilaria sp) adalah Pengetahuan pembudidaya tambak tentang teknologi
rumput laut masih sangat rendah baik teknologi budidaya, penanganan pasca panen
sampai pemasaran masih rendah serta belum adanya pembinaan dari Perguruan
Tinggi sebagai Pihak Pemilik Teknologi dan pengeringan rumput laut yang
dilakukan dengan sinar matahari serta kendala dengan musim hujan. Oleh karena itu
perlu perbaiki adanya teknologi pengeringan yang berkualitas yang didukung
dengan CABINET TRAY. Tujuan Program IbM ini untuk memperbaiki Teknologi
pasca panen rumput laut melalui penerapan CABINET TRAY DRYER. Sedang
Metode program IbM ini adalah PRA (Participation Rural Appricitory) yaitu
melibatkan masyarakat untuk kegiatan ini dengan pelaksanaanya dengan pelatihan
dan demonstrasi serta evaluasi untuk melihat efektivitas program sehingga program
akan tersosialisasi dengan efisien. Dampak kegiatan ini bahwa alat yang dihibahkan
memberikan manfaat karena alat ini sangat adatif dan mudah dioperasikan,
kapasitasnya 100 kg, umur ekonomi 10 tahun dan telah menarik minat dari 20
UMKM budidaya . Program ini dinyakan positif dengan skoring 70% dan para
responen menginginkan alat lebih besar.
.
*) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
*) Kata kunci : Budidaya rumput laut Gracilaria sp, CABINET TRAY DRYER .
2
1.PENDAHULUAN
Potensi yang dimiliki untuk usaha perikanan air payau adalah tambak
seluas 3.966,9 ha yang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Bangil,
Kraton, Rejoso, Lekok dengan jumlah pembudidaya tembak sekitar 1.772
RTP. Pada umumnya kondisi tambak di Kabupaten Pasuruan saat ini dikelola
secara tradisional dan tradisional plus, sehingga tingkat produktivitasnya
masih tergolong rendah. Adapun
komoditi perikanan yang sudah
dikembangkan adalah udang, bandeng dengan system polikultur.
Budidaya udang dan bandeng merupakan usaha turun temurun yang
dilakukan oleh masyarakat disekitar tambak, sehingga mereka sudah sangat
mengenal kedua komoditi perikanan ini. Namun dalam dasa warsa terakhir ini
benyak permasalahan yang menimpa pembudidaya, yang sampai sekarang
banyak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Kondisi ini menuntut
adanya diversifikasi usaha perikanan budidaya dengan komoditi yang lebih
menguntungkan. Salah satu komoditi yang sedang digalakan oleh pemerintah
adalah rumput laut.
Dari perkembangan teknologi budidaya menunjukkan bahwa rumput
laut dapat dibudidayakan bersama udang dan bandeng di tambak. Sistem
budidaya polikulture yang didasari atas prinsip keseimbangan alam, dapat
meningkatkan efiseinsi penggunaan lahan dan pendapatan pembudidaya secara
berkesinambungan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tambak di Kabupaten Pasuruan
mempunyai potensi untuk budidaya rumput laut dari jenis gracilaria sp..
Potensi yang bisa dikembangkan untuk rumput laut sekitar 30 persen dari luas
tambak atau sekitar 1.200 ha. Sejak diperkenalkannya rumput laut yang
dibudidayakan di tambak, maka sebagian petambak sudah mulai melakukan
diversifikasi usaha dengan rumput laut. Namun perkembangannya belum
3
seperti yang diharapkan, karena pembudidaya masih ragu akan keberhasilan
budidaya rumput laut.
Sejak usaha perikanan budidaya air payau mengalami keterpurukan mulai
tahun 1990 sebagai akibat dari terjadinya kematian udang secara masal, maka
pemerintah terus berusaha untuk mencari solusinya. Namun sampai sekarang upaya
yang dilakukan belum memberikan harapan bagi pembudidaya tambak. Untuk itu
perlu adanya upaya diversifikasi usaha perikanan budidaya dengan komoditas
unggulan yang mempunyai prospek yang menjanjikan.
Pemerintah telah melakukan diversifikasi usaha budidaya di tambak dengan
rumput laut dengan harapan bisa mencarikan solusi bagi pembudidaya. Rumput laut
mulai dikembangkan di Kabupaten Pasuruan sejak tiga tahun yang lalu, melalui
kegiatan diseminasi baik dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur
maupun Kabupaten Pasuruan. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari jenis
gracilaria sp., karena jenis ini sesuai apabila dibudidayakan di areal pertambakan.
Sistem yang diterapkan adalah dengan system polyculture, yaitu antara rumput laut,
udang dan bandeng.
Rumput laut penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racun-racun yang
terkandung dalam air tambak. Bahkan, rumput laut yang ditanam menghasilkan
klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi udang, lingkungan di
sekitar rumput laut merupakan penyedia makanan berupa plankton dan jasad renik.
Pada umumnya lokasi tambak yang sesuai dengan rumput laut yang
berdekatan laut, dan harus tersedia pula sumber air tawar guna menurunkan salinitas.
Areal tambak juga harus terlindung dari angin dan memungkinkan terjadi pasang
surut yang cukup tinggi. Tambak pun harus jauh dari limbah industri dan limbah air
tanah.
Pengelolaan air tambak dengan menggunakan sistem gravitasi atau pasang
surut air laut. Pergantian air dilakukan setiap tiga hari sekali sebanyak 30 persen. Air
jangan terlalu keruh, sehingga selalu memungkinkan menerima sinar matahari.
Panen perdana rumput laut dilakukan setelah berusia empat bulan. Panen
udang dan bandeng harus terlebih dahulu. Khusus rumput laut saat dipanen wajib
dibersihkan dalam tambak. Saat itulah ujung dari tangkai rumput laut selalu patah
dan jatuh ke dasar kolam. Tangkai itu kemudian tumbuh, berkembang secara baik,
4
dan dapat dipanen dalam sebulan kemudian, dan seterusnya. Ketika panen yang
kedelapan kali, barulah diganti dengan bibit yang baru.
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan pangan dengan energi panas seperti sinar matahari atau
peralatan mekanis dan pengeringan juga merupakan salah satu pengawetan bahan
pangan yang konvensional dilakukan manusia agar kandungan air bahan pangan
berkurang sehingga kecepatan kerusakan bahan pangan dapat diperlambat.
Pengeringan mekanis
merupakan pengeringan yang menggunakan alat
buatan manuasia yang akan menghasilkan produk yang sanitier dan hygiene serta
produk yang berkualitas. CABINET TRAY DRYER merupakan alat pengeringan
serba guna yang akan diterapkembangkan pada pengeringan rumput laut.
Diharapkan
pengeringan ini akan menghasilkan produk Gracilaria sp berkualitas
dan bisa meningkatkan harga jual rumput laut.
2. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Kabupaten Pasuruan merupakan Wilayah Penghasil produk perikanan baik laut,
payau, maupun ikan air tawar namun wilayah desa Raci terdapat budidaya rumput
laut Gracilaria sp mulai dicobakan dalam budidaya air payau di tambak pada tahun
2005. Meskipun budidaya rumput laut mempunyai prospek yang menjanjikan, namun
untuk mengembangkan budidaya rumput laut di Kabupaten Pasuruan masih
ditemukan hambatan, sehingga budidaya rumput laut masih kurang diminati oleh
sebagian besar pembudidaya. Namun sekarang para pemula Budidaya rumput laut
sudah mulai berkembang dan masih dicampur dengan budidaya ikan bandeng
(Polikutur) sehingga pendapatannya mereka dua kali lipat.
Sebagai komoditi unggulan yang mempunyai peluang pasar yang sangat luas,
karena rumput laut dapat dijadikan bahan baku industri, baik makanan, kosmetik
maupun industri lainnya. Namun demikian produksi rumput laut di Kabupaten
Pasuruan masih rendah, padahal menurut referensi produktivitas rumput laut bisa
mencapai 16 ton rumput laut kering per hektar per tahun.
Adapun kendala yang dihadapi untuk mengembangkan rumput laut adalah
sebagai berikut :
5
1.
Pengetahuan pembudidaya tambak tentang teknologi rumput laut masih
sangat rendah baik teknologi budidaya, Teknologi penanganan pasca panen
(CABINET TRAY DRYER) sampai pemasaran.
2.
Modal sangat terbatas, padahal untuk melakukan diversifikasi ke rumput laut
membutuhkan biaya yang tidak sedikit;
3.
Tidak ada insentif dari pemerintah daerah untuk menjaring investor;
4.
Minat masyarakat lokal untuk membudidayakan rumput laut.
Upaya-Upaya yang dilakukan melalui Penerapan dan pengenalan paket
teknologi yang ditawarkan diharapkan akan mempunyai nilai positif sebagaai
berikut:
a. Dapat menghasilkan rumput laut dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik
serta sekaligus meningkatkan produktivitasnya.
b. Memperbaiki proses pasca panen dengan paket teknologi tepat guna yang praktis
dan efisien dengan tetap memperhatikan sanitasi proses.
c. Memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan daya saing produk di pasaran
lokal maupun ekspor.
2.2. Realisasi Pemecahan Masalah
Pasca panen rumput laut Gracilaria sp masih dilakukan secara tradisional
yaitu rumput laut dipanen lalu dijemur dengan sinar matahari tanpa disortir maupun
dicuci sedangkan untuk meningkatkan kualitasnya agar harga jual bias meningkat
maka perlu dilakukan peningkatan pasca panen. Melalui Perbaikan proses pasca
panen rumput laut (Gracilaria sp) maka perlu diperkenalkan suatu peralatan
Teknologi Pasca panen yaitu CABINET TRAY DRYER Sistem Rolling merupakan
hasil inovasi dari pengamatan lapangan sehingga alat ini akan tepat guna dengan
kondisi UMKM. CABINET TRAY DRYER
merupakan alat pengeringan yang
berbentuk Lemari dilengkapi Rak-Rak dengan rangkaian 2 bagian ruangan yaitu
Ruang penghasil panas (system kisi) yang dilengkapi blower untuk meratakan panas
dan Ruangan Pengeringan (tempat bahan dikeringkan). CABINET TRAY DRYER
terbuat dari bahan Carbon Steel sebagai kerangka body dan Aluminium ITB kualitas
I. CABINET TRAY DRYER terlapisi 2 lapis plat Aluminium ITB dimana diantara 2
lapisan terdapat isolator Glass wool untuk menahan panas dan CABINET TRAY
DRYER dibuat knock down (bias dibongkar pasang) sehingga lebih praktis serta
efesien. Untuk lebih jelasnya dalam spesifikasi alat sebagai berikut:
6

Alat ini berbentuk persegi panjang dan terbuat dari bahan anti karat yaitu
Kerangka Stainless Steel dan dinding Aluminum

Ukuran : P.200 CM x L. 80-90 CM x T.120-150 CM

Terbagi 3 bagian : Bagian Blower sebagai penghembus panas, Bagian Dapur
sebagai penghasil panas dan Bagian Pengeringan untuk mengeringkan bahan.

Dilengkapi dengan rak untuk meletakkan Pan.

Kapasitas alat 100 kg.

Multi Energi artinya energi yang digunakan bisa minyak tanah/Elphiji

Umur Ekonomis 5 tahun.
Pada dasarnya teknologi pasca panen melalui penerapan alat ini diupayakan
untuk
memberikan perbaikan kualitas rumput laut Gracilaria agar bisa
meningkatkan pendapatan para UKMK. Alat ini akan dihibahkan kepada kelompok
Budidaya Rumput laut Gracilaria sp (yang bernama MINA SEJAHTERA) Desa Raci
Kec.Kraton
Kab. Pasuruan untuk digunakan dalam perbaikan pasca panen dan
diharapkan nantinya alat ini akan digunakan sebagai percontohan baik di Pasuruan
maupun di Tempat lainnya.
2.3. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang akan digunakan dalam kegiatan penerapan IPTEKS
BAGI MASYARAKAT (IbM) adalah PRA (Participatory Rural Appraisal ) yaitu
melibatkan masyarakat dalam kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ini melalui
penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi serta evaluasi untuk melihat efektivitas
program sehingga program akan tersosialisasi dengan efisien.
Metode implementasinya adalah medesain, membuat dan menerapkan alat
untuk menghasilkan alat CABINET TRAY DRYER kemudian diaplikasikan pada
UKM penghasil Rumput Laut (Gracilaria sp)
agar mempunyai kualitas dan
jangkauan pemasaran yang luas. Peralatan akan diberikan pada UKM saasaran.
Selanjutnya selama aktivitas berlangsung melakukan praktek percontohan kepada
UKM lain atau kelompok pengolah lainnya dengan melakukan demo dan pelatihan.
Metode lain yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah kaji
tindak yang meliputi pembuatan alat, demontrasi, penyuluhan dan pelatihan. Sasaran
demontrasi, penyuluhan dan pelatihan ditujukan pada rekanan pengusaha kecil dan
sasaran antara strategis dilaboratorium Pusat Pengembangan Teknologi dan
Agribisnis Perikanan di daerah Malang.
7
3. .HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1..Sumber Daya Manusia
Desa Raci Kec.Kraton Kab. Pasuruan merupakan daerah percontohan
budidaya Rumput laut (Gracilaria sp) yang sedang berkembang dalam usaha
budidaya di air payau dan di wilayah ini terdapat 50 Petak (10 Ha) budidaya Rumput
laut (Gracilaria sp) dan budidaya ini dilakukan oleh petani ikan yang berjumlah 23
petani ikan dan terkoordinasi dalam suatu
Kelompok
“MINA SEJAHTERA”.
Produk Budidaya AIR PAYAU antara lain RUMPUT LAUT, ikan bandeng dan
udang. Kelompok ini diketuai oleh Pak H.ILYAS. Tingkat Pendidikan mereka ratarata bervariasi mulai SMP-SMA khususnya ketuanya berpendidikan SMA, sehingga
mereka pada umumnya belum banyak mengerti cara penanganan pasca panen yang
saniter/baik terutama penggunaan pengeringan selain sinar matahari yaitu dengan alat
pengering mekenis yaitu CABINET TRAY DRYER.
Kelompok ini mulai mencoba budidaya rumput laut (Gracilaria sp ) sistem
air payau di tambak ( bekas tambak udang yang sudah tidak produksif) mulai tahun
2005 dengan 5 orang dan sekarang berkembang menjadi 25 orang yang bergabung
dalam kelompok ”MINA SEJAHTERA”. Kelompok ini menghasilkan rumput laut
per 3 bulan 10-20 ton dan disetorkan ke perusahaan yaitu PT. Agar Sehat Lestari
yang terletak di Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan; sebagai pihak
kerjasamanya.
3.2. Hasil Yang Telah Dicapai
Hasil kegiatan yang telah dilakukan adalah Serah Terima peralatan Teknologi
CABINET TRAY DRYER disaksikan Ketua Lembaga penelitian dan pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya, Malang dan Dinas Kelautan &
Perikanan (DKP) Kab.Pasuruan sebagai mediator dan fasilitator terutama mengenai
Penyuluhan Pasca Panen Rumput laut dengan menggunakan alat CABINET TRAY
DRYER dan pembinaan kelompok tentang manajemen pengelolaan kegiatan serta
konsulidasi mengenai penggunaan alat CABINET TRAY DRYER sehingga produk
yang dihasilkan lebih hygiene dan sanitier. Kegiatan serah terima telah dilakukan
pada tanggal 16 Oktober 2010 di Balai Pertemuan Dinas Kelautan dan Perikanan
8
Kab.Pasuruan. Dalam pertemuan diikuti 20 peserta dari UMKM, Kepala Dinas dan
ketua LPPM Universitas Brawijaya, Malang, Selanjutnya dilakukan penyuluhan serta
Tanya jawab kepada UMKM budidaya rumput laut dan dilanjutkan demo Lapang
tentang penggunaan alat CABINET TRAY DRYER untuk pasca panen dalam
mengeringkan rumput laut. Kegiatan tersebut telah memberikan modal baru kepada
iklim usaha rumput laut Gracilaria sp , khususnya Penanganan Pasca Panen rumput
laut Gracilaria sp yang sanitier dan higienis.
Untuk dapat mengetahui secara tuntas hasil kegiatan penyuluhan ini kiranya
masih diperlukan waktu terutama mengenai berlanjutnya usaha tersebut. Dalam
jangka pendek telah diketahui tentang kemauan masyarakat mengikuti kegiatan
ceramah dan kegiatan lapangan, mengadopsi materi dan melatih ketrampilan dalam
bentuk praktek lapang. Kegiatan tersebut telah memberikan modal baru dalam iklim
usaha dan akan jadi acuan dalam perkembangan usaha tersebut.
Praktek lapang dilakukan setelah adanya serah terima dengan cara
demonstrasi Alat CABINET TRAY DRYER untuk mengeringkan rumput laut. Dari
hasil lapangan ada perkembangan bahwa pengeringan rumput laut harus rolling
(pergantian rak bagian bawah yang telah berisi bahan, akan lebih kering lebih dahulu
dan rak diatasnya dipindahkan bagian bawah
sehingga pengeringan akan lebih
merata. Suhu pengeringan diatur 60oC (dengan melihat Thermometer yang
menempel dibody alat) dengan cara membuka tutup klep ventilasi dan pengaturan
regulator kompor agar api yang dihasilkan terkendali. Kalau normal pengeringan
berjalan 1-2 jam namun perlu diperhatikan bahwa rumput laut yang mau dikeringkan
harus ditiriskan terlebih dahulu agar air yang dibawa dari tambak keluar sehingga
pengeringan lebih efektif. Alat CABINET TRAY DRYER ini lebih adaptif karena
alat ini mempunyai kelebihan lainnya yaitu tahan karat kap,asitas 100 kg. Alat ini
yang mudah dipindah-pindahkan dan bersifat knock down.
3.3.Evaluasi Hasil
Percobaan alat CABINET TRAY DRYER ini selama penyuluhan dan demo
memberikan pada hari pertama belum memberikan nilai positif karena Para UMKM
belum memahami cara penggunaan alat baik setting gas elphijinya dan
setting
lubang ventilasinya maupun perpindahan rak bagian bawah yang telah kering rumput
9
laut dengan rak bagian atas kerah bawah . Disamping itu ada perubahan sedikit
bahwa rumput laut yang akan dikeringkan harus ditiriskan terdahulu sebelum
dikeringkan karena rumput laut basah yang membawa air dari laut akan menghambat
proses pengeringan. Namun hari kedua kegiatan demo berjalan lancar karena UMKM
mulai mengerti penggunaan alat sehingga pengeringan bias berjalan sempurna
dengan cara menukar rak dari atas ke bawah dan hasil pengeringan menjadi merata..
Alat ini juga lebih cepat dibanding dengan alat tradisional yang menggunakan sinar
matahari dan lebih banyak bahan baku yang masuk terproses yaitu 100 kg/proses.
Sehingga proses pengeringan lebih cepat 6 jam dari proses biasa dan disamping itu
produk lebih sanitier dan hygiene karena lalat dan debu tidak tersentuh serta alat ini
tahan karat sehingga akan meningkatkan produktifitas dan pendapatan budidaya
rumput laut.
Dampak kegiatan dalam penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) bahwa alat
CABINET TRAY DRYER adalah alat ini sangat adatif dan
mudah dipindah-
pindahkan karena ringan. Pembinaan dan Evaluasi pasca penyuluhan dilakukan
selama 2 minggu sekali oleh team. Ternyata alat CABINET TRAY DRYER dari
program IbM telah dicoba dan mulai digunakan kembali
oleh masing-masing
anggota Budidaya Rumput laut. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan
penyediaan alat ini untuk Pembudidaya Rumput laut lainnya dalam demo serta
disumbangkannya hanya 1 unit dan faktor yang lain adalah jumlah alat sebaiknya
diperbanyak untuk memperataan kepada anggota lain.
Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat
dari segi keuangan masing-masing pembudidaya Rumput laut yang mempunyai
rencana ingin memiliki alat tersebut dan rencana tersebut dikonsultasikan dengan
Dinas Terkait untuk dapat memiliki bersama alat tersebut melalui pembinaan dan
pemantauan team LPPM-unibraw atau dicarikan program lain sehingga memotivasi
mereka tetap bergairah dalam penanganan pasca panen.
10
4.KESIMPULAN DAN SARAN
4.1..Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang meliputi tinjauan ke lokasi, ceramah, tanya
jawab, wawancara dan pelatihan ketrampilan serta pembinaan terhadap industri kecil
rekanan diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
a. Kegiatan tersebut telah memberikan bekal baru bagi masyarakat khususnya
petani/pembudidaya rumput laut Gracilaria sp untuk mengerti serta trampil
tentang cara pasca panen rumput laut Gracilaria sp
yang lebih baik dan
responden menyatakan positif dalam mengikuti kegiatan ini.
b. Terhadap industri kecil rekanan (UMKM) menyatakan alat CABINET TRAY
DRYER,
ini mudah dioperasikan, waktu yang digunakan proses lebih cepat
dibandingkan dengan alat tradisional, hasil pengeringan rumput laut Gracilaria
sp seragam, mudah kering karena ketebalan seragam dan lebih bersih sehingga
produk lebih sanitier dan hygiene karena kotoran akan berkurang sehingga akan
meningkatkan produktifitas dan pendapatan UMKM Petani/pembudidaya rumput
laut .
c. Kemampuan
alat CABINET TRAY DRYER merupakan alat pengering
mekanis mempunyai kapasitas sebesar 100 kg/proses .
d. Kelompok yang terkena sasaran setelah 2 minggu, dievaluasi ternyata sedang
mencoba penggunan alat tersebut secara bergantian dan team masih mengadakan
pembinaan.
4.2.Saran
Untuk lebih meningkatkan produksi dan produktifitas produk petis sehingga
dapat dijadikan Produk Unggulan Daerah Kabupaten Pasuruan, disarankan kepada
rumput laut Gracilaria sp
TRAY DRYER
(UMKM) terkait disarankan menggunakan CABINET
akan lebih efeisien sehingga biaya produksi dapat dicegah.
Disamping peranan PEMDA setempat harus dapat memberikan motivasi yang tinggi
agar produk yang dihasilkan dapat dikenal konsumen luar daerah. Pendekatan atau
pembinaan oleh para penyuluh lapangan perlu ditingkatkan dan berkelanjutan agar
lebih dapat dirasakan manfaat oleh masyarakat pengguna program ini (Proses dan
alat).
11
5.UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(DIKTI) , Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, yang telah membiayai Program
Ipteks Bagi masyarakat (IbM) sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah
Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor : 59/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010
tertanggal 24 Agustus 2010 dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) universitas Brawijaya, Malang dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Masyarakat (DKP) yang telah memfasilitasi semua urusan Program Ipteks Bagi
masyarakat (IbM) sehingga program ini berjalan lancar di lapangan.
6.DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1987. Budidaya Rumput Laut. Majalah Trubus Februari. Pusat
Informasi Pertanian Trubus.Jakarta.
, 1990.
Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
_________, 2000.
Rumput Laut. http: //www.pdii.lipi.go.id. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah.
Jakarta.
_________, 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Anggadireja J, S.
Irawati 1996 dan Kusmiyati. 1996. Protein dan Manfaat
Rumput Laut Indonesia Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional
Industri Rumput Laut. Jakarta 13 Juli 1996.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Astawan, M.
1997. Mengapa Rumput Laut Dicari Orang. Majalah Kesehatan
Bulanan Sartika No. 11/November. Jakarta.
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan Oleh Muhji
Muljohardo. UI Press. Jakarta.
Doty, M. S., J. F. Caddy and B. Santelices.1986. Case Studi Of Seven Commersial
Seaweed Resources. FAO Fish Tech. Rome. Italy.
12
Indriani. H dan Sumiarsih. E. 1995.Budidaya Pengolahan Dan Pemasaran Rumput
Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Junus, P. T. 1995. Mengenal Hama Rumput Laut. Sinar Tani. 7 Agustus 1995.
Labina, Yacobus dan Ende. 1992. Teknologi Pasca Panen. Sinar Tani. 10 Juni 1992.
Noor, Zulfriadi. 1996. Perdagangan Dan Industri Rumput Laut Di Dunia. Warta
APBIRI Volume II Maret 1996.
Paramawati, Raffi. 2000. Perkembangan Teknologi Kemasan Pangan (Tinjauan Dari
Sudut Filsafat). Makalah Pengantar Falsafah Sain (IPN 701). Program
Studi Ilmu Pangan. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Risjani, Yenny dan Yunianta. 2000. Perbaikan Kultur Euchema cottoni Dalam
Rangka Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Pulau
Madura. Mitra Akademika Edisi V No. 14 Juli 2000.
Setyawati, D., B.B. Sasmita dan H. Nursyam.2000. Pengaruh Jenis Rumput Laut dan
Lama Ekstraksi Terhadap Peningkatan Kualitas Karagenan. Dalam
Jurnal-jurnal Ilmu Hayati Volume 12 Nomor 2. Lembaga Penelitian
Universitas Brawijaya. Malang.
Soegiarto, A., W.S. Atmaja, Sulistijo dan H. Mubarak. Rumput Laut, Manfaat,
Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI.
Jakarta.
Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar
Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca sarjana / S3. Institut Pertanian
Bogor.
Susanto, T. 1993. Pengantar Pegolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Susanto, A.B. 2001. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup Di Laut. Jurnal Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro Semarang.
Swastha, Basu D. H. 1979. Asas-asas Marketing. Akademi Keuangan Dan Bisnis
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
13
LAMPIRAN
14
1. Serah Terima antara Peneliti dengan UMKM
Penandatangan Serah Terima alat CABINET
TRAY DRYER
Kegiatan di bengkel pada Pembuatan Pipapipa kisi sebagai banner untuk Alat
CABINET TRAY DRYER
Penyuluhan dan Tanya Jawab
Rumput Laut Gracilaria sp
15
Profil CABINET TRAY DRYER
Persiapan Demo alat CABINET TRAY
DRYER
Penjelasan Penggunaan alat CABINET TRAY
DRYER dan Tanya Jawab dengan UMKM di
lapangan
UMKM minta penjelasan pada teknisi
16
Download