Penelitian Tindakan Kelas dan Efektivitas Pembelajaran, oleh Jani

advertisement
Penelitian Tindakan Kelas dan Efektivitas Pembelajaran
Jani ∗
Abstrak
Guru merupakan tokoh kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan
dalam proses pembelajaran. Perannya tidak mungkin untuk diganti, walaupun
sekarang sumber belajar telah berkembang dengan pesat. Dalam melaksanakan
tugasnya, guru harus senantiasa melakukan peningkatan kualitas dirinya, sehingga
pembelajaran yang dilakukan juga akan meningkat. Salah satu cara meningkatkan
kualitas guru adalah lewat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki peranan
penting untuk meningkatkan keterampilan guru dalam meneliti dan juga sebagai
bahan untuk terus meningkatkan kualitas mengajarnya. Hasil PTK dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi, salah satunya, adalah evaluasi dalam gaya mengajar.
Kata kunci: guru, penelitian, tindakan, kelas, pembelajaran.
A. Pendahuluan
Guru merupakan sosok yang memiliki peranan sangat menentukan
dalam proses pembelajaran. Guru memang bukan satu-satunya penentu
keberhasilan atau kegagalan pembelajaran, tetapi posisi dan perannya
sangat penting. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesuksesan dalam
proses pembelajaran, guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai
aspek yang mendukung ke arah keberhasilan dalam menjalankan tugasnya.
Seorang guru yang melaksanakan tugasnya hanya berdasarkan tradisi
atau kebiasaan yang telah dijalani selama bertahun-tahun, tanpa
mempertimbangkan berbagai ketrampilan teoretis maupun teknis yang
mendukung profesionalitasnya, tentu akan memberikan hasil pembelajaran
yang kurang sesuai dengan harapan. Apa yang diajarkan di kelas tentu
kurang memberikan nilai positif terhadap transformasi diri para siswanya.
Sebaliknya, guru yang terus menerus berusaha meningkatkan kapasitas dan
kapabilitasnya, tentu akan menghasilkan proses pembelajaran yang jauh
lebih baik. Selalu saja ada usaha dan inisiatif untuk meningkatkan kapasitas
dan mutu pembelajaran yang dilakukannya. Selain itu, pengetahuan dan
wawasannya yang berkaitan dengan tugas pokoknya juga akan terus
meningkat.
Berkaitan dengan posisi dan peranan guru dalam proses
pembelajaran, aspek substansial yang penting untuk direnungkan adalah:
bagaimana guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses
∗
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, Jawa Timur
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
856
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
pembelajaran secara efektif, atau dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan. Dengan demikian, sebuah proses pembelajaran akan dapat
berlangsung secara maksimal sebagaimana diharapkan, atau justru
berlangsung tanpa hasil, dipengaruhi oleh sosok guru. Pada diri guru kunci
utama berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dalam proses
pembelajaran.
Untuk mewujudkan hal ini, sedikitnya terdapat tujuh sikap yang
harus dikembangkan oleh guru. Pertama, tidak berlebihan
mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka. Kedua,
dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya. Ketiga, mau dan mampu menerima ide peserta didik yang
inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun. Keempat, lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik
seperti halnya terhadap bahan pelajaran. Kelima, dapat menerima balikan
(feedback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya
sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. Keenam,
toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses
pembelajaran, dan ketujuh, menghargai prestasi peserta didik, meskipun
biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.1
Ketujuh sikap tersebut pada dasarnya merupakan “rambu-rambu”
yang harus dipahami dan ditaati oleh guru. Dengan memperhatikan tujuh
sikap tersebut, proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung dalam
suasana yang kondusif dan mampu membawa hasil secara lebih optimal.
Sebab, guru pada dasarnya memberi peluang bagi optimalisasi segenap
potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Seorang guru yang memegang peranan pokok dalam proses
pembelajaran memiliki beberapa macam tugas utama. Pertama, membuat
perencanaan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran telah
menjadi tugas rutin yang dijalani dari waktu ke waktu, tetapi perencanaan
tetap harus dibuat. Adanya perencanaan membuat guru memiliki kerangka
dasar dan orientasi yang lebih konkrit dalam pencapaian tujuan.
Perencanaan pembelajaran ini setidak-tidaknya mencakup; a) tujuan yang
hendak dicapai; b) bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan; b) bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan
untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien; dan c) bagaimana
menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur
apakah tujuan tercapai atau tidak.2
1 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), p. 26.
2 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 12, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2000), pp. 4-5.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
857
Kedua, melaksanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
seharusnya mengacu kepada perencanaan. Namun demikian, seringkali
apa yang direncakan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Ketiga,
memberikan feedback (umpan balik). Sebuah proses pembelajaran akan
senantiasa berada dalam situasi yang ideal jika terus menerus terjadi
umpan balik. Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk
membantu memelihara minat dan antusiasme siswa dalam melaksanakan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi.3
Keempat, mengkomunikasikan pengetahuan. Tugas ini mengharuskan
guru memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan
diajarkannya. Kelima, guru sebagai model dalam bidang studi yang
diajarkannya. Tugas ini menghendaki guru menjadi contoh nyata atau
model yang dikehendaki oleh mata pelajaran yang diajarkannya tersebut.4
Pada sisi yang lain, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak
guru yang belum memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang
dimilikinya untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran. Salah
satunya adalah potensi dalam gaya mengajar. Mengajar yang baik tidak
hanya menggunakan satu gaya secara monoton, tetapi bervariasi sesuai
dengan materi dan tujuan pembelajaran. Gaya mengajar terhadap suatu
mata pelajaran yang monoton dan kurang bervariasi akan menjadikan
latihan yang diberikan kepada murid kurang bermakna. Implikasinya,
tidak ada akan muncul keseimbangan umpan balik antara guru-murid yang
menjadikan proses pembelajaran tidak dapat memperoleh hasil maksimal
sebagaimana diharapkan.
Permasalahan gaya mengajar seorang guru dalam kaitannya dengan
pengelolaan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat. Gaya
mengajar yang baik dan pengelolaan pembelajaran yang efektif-efisien
akan menjadikan pembelajaran berjalan secara maksimal. Sebaliknya, jika
gaya mengajar monoton dan pengelolaan pembelajaran tidak efektifefisien, maka hasil pembelajaran pun juga tidak akan sesuai harapan.
Agar dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai hasil yang
maksimal, ada beberapa hal penting yang seyogyanya diperhatikan oleh
seorang guru yaitu: pertama, mengobservasi peserta didik dalam berbagai
situasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; kedua, menyediakan
waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum,
selama, dan setelah pembelajaran; ketiga, mencatat dan mengecek seluruh
pekerjaan peserta didik, dan memberi komentar yang konstruktif; keempat,
3
Ibid., pp. 6-7.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina
Aksara, 1988), pp. 16-17. Lihat juga Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,
Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), p. 27.
4
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
858
mempelajari catatan peserta didik secara memadai; kelima, membuat tugas
dan latihan untuk kelompok. keenam, memberikan kesempatan khusus bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda; dan ketujuh,
memberikan penilaian secara adil, dan transparan.5 Dengan melaksanakan
beberapa hal di atas, diharapkan guru dapat mengelola pembelajaran
dengan hasil lebih maksimal. Hal ini menjadi tantangan bagi guru sebab
berhasil atau tidaknya pembelajaran ada di tangan seorang guru.
B. Penelitian Tindakan Kelas
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki motivasi
kerja yang tinggi. Indikator motivasi kerja yang tinggi salah satunya
ditandai dengan suatu kemauan seseorang untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan, serta mempunyai kesempatan untuk
berkembang. Oleh karena itu, motivasi kerja seseorang dapat dilihat dari
kesempatan yang bersangkutan untuk mengembangkan diri dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam bekerja.
Guru dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya,
dituntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara
optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tuntutan tersebut perlu untuk lebih ditekankan lagi, mengingat yang
menjadi obyek dan subyek didik adalah generasi yang sedang berada dalam
tahap perkembangan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah
satu sarana bagi guru untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Ada beberapa alasan mengapa PTK menjadi sarana bagi guru
meningkatkan kualitas dirinya. Pertama, PTK sangat kondusif untuk
membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
di kelasnya. Para guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang ia dan
muridnya lakukan; Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga
menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah
merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa
ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di
bidangnya; Ketiga, dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK,
guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru
semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang
di kelasnya; Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok
seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK
merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan
5
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, p. 27.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
859
proses pembelajaran. Kelima, dengan melaksanakan PTK guru menjadi
kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi
sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran
serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan
dapat mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai
pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu “ber-PTK”.6
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi istilah yang sekarang ini
banyak diperbincangkan, terutama di kalangan pendidik. Namun
demikian, belum banyak yang memahami secara substansial tentang arti
dari PTK. Banyak pihak yang memahami PTK secara terpisah-pisah,
sehingga pemahaman yang berkembang pun tidak utuh. Dalam kerangka
yang lebih luas, kondisi ini berdampak terhadap kekurangsempurnaan
kemampuan guru dalam melaksanakan PTK.
Menurut Suharsimi Arikunto, PTK adalah terjemahan dari Classroom
Action Research (CAR). Pengertian PTK adalah: (1) Penelitian; menunjuk
pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan; menunjuk pada sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. (3) Kelas; dalam hal ini
tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.7
Ada beberapa perspektif tentang PTK, yaitu; (1) PTK adalah suatu
pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan
perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran;
(2) PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan
untuk meningkatkan prakteknya sendiri; (3) PTK dikembangkan melalui
self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the replanning; (4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama
bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan
pemahaman tentang makna tindakan; (5) PTK menumbuhkan kesadaran
diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan
6
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), pp. 13-14.
Suharsimi Arikunto, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), pp. 2-3.
7
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
860
PTK; (6) PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut
menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan
tindakan; (7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang
praktek mereka (guru); (8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi.8
Secara prinsip, ada enam prinsip dalam PTK yaitu: pertama,
pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apa pun metode PTK yang
diterapkannya seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai
pengajar; kedua, metode pengumpulan data yang digunakan tidak
menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang
mengganggu proses pembelajaran; ketiga, metodologi yang digunakan
harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta
merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang
dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat
digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukannya; keempat,
masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggungjawab
profesional; kelima, dalam menyelenggarakan PTK sejauh mungkin harus
digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak
dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu,
melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.9
PTK memiliki makna penting bagi keberhasilan tugas guru dalam
proses pembelajaran. Ada satu anggapan bahwa jika guru melakukan PTK,
maka aspek pembelajaran akan terabaikan. Pandangan ini harus direvisi,
karena sesungguhnya PTK justru akan meningkatkan kualitas proses dan
produk pembelajaran. Jika dilakukan secara kolaboratif dengan tujuan
memperbaiki proses pembelajaran, maka PTK justru akan menjembatani
antara teori dan praktek pendidikan.
Dengan PTK, guru akan menemukan berbagai evaluasi atas
pelaksanaan pembelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa PTK
sesungguhnya merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya
muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru. PTK memiliki
peranan yang sangat penting bagi guru. Ada beberapa alasan mengapa
PTK penting untuk guru, yaitu: pertama, PTK sangat kondusif untuk
membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja seorang guru; ketiga,
guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya melalui suatu kajian
yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
8
9
Ibid., pp. 105-106.
Zainal Aqib, Penelitian, p. 17.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
861
Sebagai sebuah bentuk penelitian, PTK tidaklah tunggal. Ada
beberapa jenis PTK, yaitu; (1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal
ini, peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar
penelitian; (2) PTK Partisipasi, ialah apabila orang yang akan melakukan
penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal
sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan; (3) PTK Empiris,
ialah apabila peneliti berupaya melakukan suatu tindakan atau aksi dan
melakukan apa yang dilaksanakan dan apa yang terjadi selama aksi
berlangsung; (4) PTK Eksperimental, yaitu apabila PTK diselenggarakan
dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif
dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Secara metodologis, PTK harus melalui beberapa tahapan. Tahap I
adalah tahap penyusunan rancangan tindakan (perencanaan) yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Tahap II adalah pelaksanaan,
yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu
mengenakan tindakan di kelas. Tahap adalah III pengamatan, yaitu
pelaksanaan pengamatan oleh pengamat, dan tahap IV refleksi, yaitu
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.
Dalam keseluruhannya, keempat tahapan ini membentuk suatu
siklus, yang kemudian diikuti oleh siklus sejenis secara terus menerus,
layaknya sebuah spiral. Namun sebelum keempat tahapan tersebut,
biasanya diawali dengan tahapan pra-PTK, yaitu identifikasi masalah,
analisa masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesa tindakan.
Adapun objek atau sasaran PTK adalah:
(1) Unsur siswa; dapat dicermati ketika siswa sedang asyik mengikuti
proses pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan/atau tempattempat lainnya.
(2) Unsur guru, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas,
sedang membimbing siswa yang berdarmawisata, atau aktifitas lainnya.
(3) Unsur materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
(4) Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat diamati ketika guru
sedang mengajar.
(5) Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan
titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan
maupun tingkat pencapaian.
(6) Unsur lingkungan, baik di kelas, sekolah maupun rumah.
(7) Unsur pengelolaan.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
862
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
C. Penelitian Tindakan Kelas dan Gaya Mengajar
Hasil PTK dapat dijadikan sebagai bagian dari langkah perbaikan
bagi guru untuk melaksanakan tugasnya. PTK dilaksanakan bukan sematamata demi PTK itu sendiri, tetapi bagaimana juga memiliki kontribusi
lebih luas. Salah satunya adalah untuk perbaikan dalam gaya mengajar.
Perbaikan dalam gaya mengajar merupakan salah satu langkah penting
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Gaya mengajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan guru
terhadap siswa sebagai peristiwa pembelajaran yang dapat dikerjakan
secara baik atau jelek. Secara umum, seorang guru dapat merefleksikan
gaya mengajarnya dalam dua formulasi, yaitu apakah gaya mengajarnya
masuk kategori tradisional ataukah masuk kategori progresif. Menurut
Marsigit, dalam gaya mengajar tradisional, guru berposisi sebagai pemberi
ilmu, siswa bersifat pasif, sosio emosional siswa tidak diperhatikan, dan
kurang mendorong kreativitas siswa. Ciri dari gaya mengajar progresif
adalah guru berposisi sebagai pembimbing, sementara siswa berada dalam
posisi aktif. Implikasinya, kondisi sosio emosional siswa sangat
diperhatikan, karena guru senantiasa berusaha mendorong kreativitas
siswa.10
Beberapa waktu terakhir, terdapat perkembangan yang cukup
menggembirakan dalam inovasi gaya mengajar. Beberapa di antaranya:
Contextual Teaching Learning (CTL) dan Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR). Kerangka TANDUR,
dalam penilaian De Potter, menjamin siswa menjadi tertarik dan mencapai
sukses.11
Gaya mengajar memang berkaitan dengan banyak aspek. Tidak ada
gaya mengajar yang paling baik. Setiap gaya mengajar memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Barangkali, cara terbaik adalah dengan
melakukan kombinasi. Kombinasi pembelajaran klasikal, kelompok kecil
dan individual, sebagaimana dikatakan Usman, memberikan peluang yang
lebih besar bagi tercapainya peningkatan efektivitas pembelajaran.12
Mengajar akan lebih berkualitas manakala guru mampu
memanfaatkan media secara tepat. Alat peraga atau media merupakan
sumber belajar yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses
10 Marsigit, Pembenahan Gaya Mengajar (Teaching Styles), (T.tp: Cakrawala Pendidikan,
1996), p. 63.
11 Bobbi De Potter dan Mike Hernachi, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2000),
p. 88.
12 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
1996), p. 103.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
863
pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar belajar mengajar dapat
mencapai hasil secara lebih maksimal.
Pada umumnya, media digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman
visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi belajar,
memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak
menjadi lebih sederhana, kongkrit serta mudah dipahami.13 Beberapa ahli
dalam memberikan atau merumuskan kegunaan media pendidikan
berbeda-beda namun pada intinya sebenarnya sama, yaitu untuk
mempertinggi daya serap dan potensi peserta didik terhadap materi
pembelajaran dan dapat membuat pelajaran menarik.14
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesandan isi pelajaran
pada saat itu, selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa atau peserta didik meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data dan mendapatkan informasi. Media
pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat
menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama
tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya
dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat dan
mendengarnya.15
Dengan demikian, media pembelajaran sangat penting artinya
karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang
dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka.
Selain itu, media pembelajaran juga membantu memantapkan
pengetahuan pada benak para peserta didik serta menghidupkan
pelajaran.16
Secara umum kegunaan media pendidikan dapat disampaikan
sebagai berikut: pertama, memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
13
Asnawir dan M.Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), p. 21.
14 Adjai Robinson, Azas-azas Praktek Mengajar, (Jakarta: Bharata Niaga Media,
1988), p. 75.
15 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), p.
16.
16 Ibid., p. 17.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
864
bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
Banyak kata-kata atau kalimat yang apabila hanya ditulis atau diucapkan
saja menimbulkan banyak persepsi bagi pendengar atau pembacanya. Oleh
karenanya, agar suatu pesan baik yang berupa informasi, ide-ide,
pengetahuan, gagasan-gagasan, ketrampilan dan lain sebagainya dapat
diterima dengan baik dan lebih kongkrit dan tidak menimbulkan salah
persepsi yang macam-macam dalam proses pembelajaran akan lebih baik
digunakan alat bantu untuk mempertegas penyajian pesan tersebut.
Kedua, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti
misalnya: (1) obyek yang terlalu besar, dapat digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film atau model; (2) obyek yang kecil, dibantu
dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar; (3) gerak yang
terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography; (4) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, VCD, film bingkai, foto
maupun secara verbal; (5) obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesinmesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain; (6) konsep
yang terlalu luas (gunung merapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.
Ketiga, dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini, media
pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar,
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan
lingkungan dan kenyataan, dan memungkinkan anak didik belajar sendiri
sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Keempat, dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi
dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda-beda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta
didik, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu
harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan
peserta didik/siswa juga berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan media
pendidikan, yaitu dengan kemampuanya dalam memberikan perangsang
yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan pesepsi yang
sama.17
D. Penutup
Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia semakin
berat. Secara umum, kualitas pendidikan Indonesia semakin tertinggal
17
Sadiman, Arief S., dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), p. 17.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan…
865
dibandingkan dengan negara-negara lain. Jika tidak dilakukan usaha secara
sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,
kondisi pendidikan Indonesia akan semakin terpuruk dalam iklim
kompetisi global.
Salah satu langkah penting untuk peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas guru karena menjadi
tokoh kunci bagi perbaikan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) merupakan salah satu cara bagi guru untuk terus menerus
meningkatkan kualitas diri dan pelaksanaan tugasnya. Usaha terus menerus
dalam meningkatkan kualitas lewat PTK diharapkan akan membawa
dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 12, Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2000.
Arikunto, Suharsimi, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 3, Jakarta:
Bumi Aksara, 2007.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Marsigit, Pembenahan Gaya Mengajar (Teaching Styles), T.tp.: Cakrawala
Pendidikan, 1996.
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bina
Aksara, 1988.
Potter, Bobbi De, dan Mike Hernachi, Quantum Learning, Bandung: Kaifa,
2000.
Robinson, Adjai, Azas-azas Praktek Mengajar, Jakarta: Bharata Niaga
Media, 1988.
Sadiman, Arief S., dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1990.
Usman, Moch. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Remaja Rosdakarya,
1996.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Download