Penelitian Tindakan Kelas dan Efektivitas Pembelajaran Jani ∗ Abstrak Guru merupakan tokoh kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam proses pembelajaran. Perannya tidak mungkin untuk diganti, walaupun sekarang sumber belajar telah berkembang dengan pesat. Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus senantiasa melakukan peningkatan kualitas dirinya, sehingga pembelajaran yang dilakukan juga akan meningkat. Salah satu cara meningkatkan kualitas guru adalah lewat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki peranan penting untuk meningkatkan keterampilan guru dalam meneliti dan juga sebagai bahan untuk terus meningkatkan kualitas mengajarnya. Hasil PTK dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, salah satunya, adalah evaluasi dalam gaya mengajar. Kata kunci: guru, penelitian, tindakan, kelas, pembelajaran. A. Pendahuluan Guru merupakan sosok yang memiliki peranan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Guru memang bukan satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan pembelajaran, tetapi posisi dan perannya sangat penting. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesuksesan dalam proses pembelajaran, guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai aspek yang mendukung ke arah keberhasilan dalam menjalankan tugasnya. Seorang guru yang melaksanakan tugasnya hanya berdasarkan tradisi atau kebiasaan yang telah dijalani selama bertahun-tahun, tanpa mempertimbangkan berbagai ketrampilan teoretis maupun teknis yang mendukung profesionalitasnya, tentu akan memberikan hasil pembelajaran yang kurang sesuai dengan harapan. Apa yang diajarkan di kelas tentu kurang memberikan nilai positif terhadap transformasi diri para siswanya. Sebaliknya, guru yang terus menerus berusaha meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya, tentu akan menghasilkan proses pembelajaran yang jauh lebih baik. Selalu saja ada usaha dan inisiatif untuk meningkatkan kapasitas dan mutu pembelajaran yang dilakukannya. Selain itu, pengetahuan dan wawasannya yang berkaitan dengan tugas pokoknya juga akan terus meningkat. Berkaitan dengan posisi dan peranan guru dalam proses pembelajaran, aspek substansial yang penting untuk direnungkan adalah: bagaimana guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses ∗ Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, Jawa Timur SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 856 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… pembelajaran secara efektif, atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Dengan demikian, sebuah proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara maksimal sebagaimana diharapkan, atau justru berlangsung tanpa hasil, dipengaruhi oleh sosok guru. Pada diri guru kunci utama berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan hal ini, sedikitnya terdapat tujuh sikap yang harus dikembangkan oleh guru. Pertama, tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka. Kedua, dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. Ketiga, mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun. Keempat, lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran. Kelima, dapat menerima balikan (feedback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. Keenam, toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran, dan ketujuh, menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.1 Ketujuh sikap tersebut pada dasarnya merupakan “rambu-rambu” yang harus dipahami dan ditaati oleh guru. Dengan memperhatikan tujuh sikap tersebut, proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung dalam suasana yang kondusif dan mampu membawa hasil secara lebih optimal. Sebab, guru pada dasarnya memberi peluang bagi optimalisasi segenap potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Seorang guru yang memegang peranan pokok dalam proses pembelajaran memiliki beberapa macam tugas utama. Pertama, membuat perencanaan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran telah menjadi tugas rutin yang dijalani dari waktu ke waktu, tetapi perencanaan tetap harus dibuat. Adanya perencanaan membuat guru memiliki kerangka dasar dan orientasi yang lebih konkrit dalam pencapaian tujuan. Perencanaan pembelajaran ini setidak-tidaknya mencakup; a) tujuan yang hendak dicapai; b) bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan; b) bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien; dan c) bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan tercapai atau tidak.2 1 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), p. 26. 2 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 12, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), pp. 4-5. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 857 Kedua, melaksanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran seharusnya mengacu kepada perencanaan. Namun demikian, seringkali apa yang direncakan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Ketiga, memberikan feedback (umpan balik). Sebuah proses pembelajaran akan senantiasa berada dalam situasi yang ideal jika terus menerus terjadi umpan balik. Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk membantu memelihara minat dan antusiasme siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi.3 Keempat, mengkomunikasikan pengetahuan. Tugas ini mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya. Kelima, guru sebagai model dalam bidang studi yang diajarkannya. Tugas ini menghendaki guru menjadi contoh nyata atau model yang dikehendaki oleh mata pelajaran yang diajarkannya tersebut.4 Pada sisi yang lain, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak guru yang belum memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang dimilikinya untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran. Salah satunya adalah potensi dalam gaya mengajar. Mengajar yang baik tidak hanya menggunakan satu gaya secara monoton, tetapi bervariasi sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Gaya mengajar terhadap suatu mata pelajaran yang monoton dan kurang bervariasi akan menjadikan latihan yang diberikan kepada murid kurang bermakna. Implikasinya, tidak ada akan muncul keseimbangan umpan balik antara guru-murid yang menjadikan proses pembelajaran tidak dapat memperoleh hasil maksimal sebagaimana diharapkan. Permasalahan gaya mengajar seorang guru dalam kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat. Gaya mengajar yang baik dan pengelolaan pembelajaran yang efektif-efisien akan menjadikan pembelajaran berjalan secara maksimal. Sebaliknya, jika gaya mengajar monoton dan pengelolaan pembelajaran tidak efektifefisien, maka hasil pembelajaran pun juga tidak akan sesuai harapan. Agar dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai hasil yang maksimal, ada beberapa hal penting yang seyogyanya diperhatikan oleh seorang guru yaitu: pertama, mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; kedua, menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama, dan setelah pembelajaran; ketiga, mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberi komentar yang konstruktif; keempat, 3 Ibid., pp. 6-7. S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), pp. 16-17. Lihat juga Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), p. 27. 4 SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 858 mempelajari catatan peserta didik secara memadai; kelima, membuat tugas dan latihan untuk kelompok. keenam, memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda; dan ketujuh, memberikan penilaian secara adil, dan transparan.5 Dengan melaksanakan beberapa hal di atas, diharapkan guru dapat mengelola pembelajaran dengan hasil lebih maksimal. Hal ini menjadi tantangan bagi guru sebab berhasil atau tidaknya pembelajaran ada di tangan seorang guru. B. Penelitian Tindakan Kelas Seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki motivasi kerja yang tinggi. Indikator motivasi kerja yang tinggi salah satunya ditandai dengan suatu kemauan seseorang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta mempunyai kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, motivasi kerja seseorang dapat dilihat dari kesempatan yang bersangkutan untuk mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam bekerja. Guru dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya, dituntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan tersebut perlu untuk lebih ditekankan lagi, mengingat yang menjadi obyek dan subyek didik adalah generasi yang sedang berada dalam tahap perkembangan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu sarana bagi guru untuk meningkatkan kualitas dirinya. Ada beberapa alasan mengapa PTK menjadi sarana bagi guru meningkatkan kualitas dirinya. Pertama, PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang ia dan muridnya lakukan; Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya; Ketiga, dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya; Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan 5 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, p. 27. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 859 proses pembelajaran. Kelima, dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu “ber-PTK”.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi istilah yang sekarang ini banyak diperbincangkan, terutama di kalangan pendidik. Namun demikian, belum banyak yang memahami secara substansial tentang arti dari PTK. Banyak pihak yang memahami PTK secara terpisah-pisah, sehingga pemahaman yang berkembang pun tidak utuh. Dalam kerangka yang lebih luas, kondisi ini berdampak terhadap kekurangsempurnaan kemampuan guru dalam melaksanakan PTK. Menurut Suharsimi Arikunto, PTK adalah terjemahan dari Classroom Action Research (CAR). Pengertian PTK adalah: (1) Penelitian; menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan; menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. (3) Kelas; dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.7 Ada beberapa perspektif tentang PTK, yaitu; (1) PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran; (2) PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan prakteknya sendiri; (3) PTK dikembangkan melalui self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the replanning; (4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan; (5) PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan 6 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2006), pp. 13-14. Suharsimi Arikunto, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), pp. 2-3. 7 SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 860 PTK; (6) PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan; (7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka (guru); (8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi.8 Secara prinsip, ada enam prinsip dalam PTK yaitu: pertama, pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apa pun metode PTK yang diterapkannya seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar; kedua, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran; ketiga, metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukannya; keempat, masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggungjawab profesional; kelima, dalam menyelenggarakan PTK sejauh mungkin harus digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.9 PTK memiliki makna penting bagi keberhasilan tugas guru dalam proses pembelajaran. Ada satu anggapan bahwa jika guru melakukan PTK, maka aspek pembelajaran akan terabaikan. Pandangan ini harus direvisi, karena sesungguhnya PTK justru akan meningkatkan kualitas proses dan produk pembelajaran. Jika dilakukan secara kolaboratif dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran, maka PTK justru akan menjembatani antara teori dan praktek pendidikan. Dengan PTK, guru akan menemukan berbagai evaluasi atas pelaksanaan pembelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa PTK sesungguhnya merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru. PTK memiliki peranan yang sangat penting bagi guru. Ada beberapa alasan mengapa PTK penting untuk guru, yaitu: pertama, PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja seorang guru; ketiga, guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. 8 9 Ibid., pp. 105-106. Zainal Aqib, Penelitian, p. 17. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 861 Sebagai sebuah bentuk penelitian, PTK tidaklah tunggal. Ada beberapa jenis PTK, yaitu; (1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini, peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian; (2) PTK Partisipasi, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan; (3) PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melakukan suatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang dilaksanakan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung; (4) PTK Eksperimental, yaitu apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Secara metodologis, PTK harus melalui beberapa tahapan. Tahap I adalah tahap penyusunan rancangan tindakan (perencanaan) yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Tahap II adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Tahap adalah III pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat, dan tahap IV refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Dalam keseluruhannya, keempat tahapan ini membentuk suatu siklus, yang kemudian diikuti oleh siklus sejenis secara terus menerus, layaknya sebuah spiral. Namun sebelum keempat tahapan tersebut, biasanya diawali dengan tahapan pra-PTK, yaitu identifikasi masalah, analisa masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesa tindakan. Adapun objek atau sasaran PTK adalah: (1) Unsur siswa; dapat dicermati ketika siswa sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan/atau tempattempat lainnya. (2) Unsur guru, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa yang berdarmawisata, atau aktifitas lainnya. (3) Unsur materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa. (4) Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat diamati ketika guru sedang mengajar. (5) Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. (6) Unsur lingkungan, baik di kelas, sekolah maupun rumah. (7) Unsur pengelolaan. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 862 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… C. Penelitian Tindakan Kelas dan Gaya Mengajar Hasil PTK dapat dijadikan sebagai bagian dari langkah perbaikan bagi guru untuk melaksanakan tugasnya. PTK dilaksanakan bukan sematamata demi PTK itu sendiri, tetapi bagaimana juga memiliki kontribusi lebih luas. Salah satunya adalah untuk perbaikan dalam gaya mengajar. Perbaikan dalam gaya mengajar merupakan salah satu langkah penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Gaya mengajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan guru terhadap siswa sebagai peristiwa pembelajaran yang dapat dikerjakan secara baik atau jelek. Secara umum, seorang guru dapat merefleksikan gaya mengajarnya dalam dua formulasi, yaitu apakah gaya mengajarnya masuk kategori tradisional ataukah masuk kategori progresif. Menurut Marsigit, dalam gaya mengajar tradisional, guru berposisi sebagai pemberi ilmu, siswa bersifat pasif, sosio emosional siswa tidak diperhatikan, dan kurang mendorong kreativitas siswa. Ciri dari gaya mengajar progresif adalah guru berposisi sebagai pembimbing, sementara siswa berada dalam posisi aktif. Implikasinya, kondisi sosio emosional siswa sangat diperhatikan, karena guru senantiasa berusaha mendorong kreativitas siswa.10 Beberapa waktu terakhir, terdapat perkembangan yang cukup menggembirakan dalam inovasi gaya mengajar. Beberapa di antaranya: Contextual Teaching Learning (CTL) dan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR). Kerangka TANDUR, dalam penilaian De Potter, menjamin siswa menjadi tertarik dan mencapai sukses.11 Gaya mengajar memang berkaitan dengan banyak aspek. Tidak ada gaya mengajar yang paling baik. Setiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Barangkali, cara terbaik adalah dengan melakukan kombinasi. Kombinasi pembelajaran klasikal, kelompok kecil dan individual, sebagaimana dikatakan Usman, memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya peningkatan efektivitas pembelajaran.12 Mengajar akan lebih berkualitas manakala guru mampu memanfaatkan media secara tepat. Alat peraga atau media merupakan sumber belajar yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses 10 Marsigit, Pembenahan Gaya Mengajar (Teaching Styles), (T.tp: Cakrawala Pendidikan, 1996), p. 63. 11 Bobbi De Potter dan Mike Hernachi, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2000), p. 88. 12 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1996), p. 103. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 863 pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar belajar mengajar dapat mencapai hasil secara lebih maksimal. Pada umumnya, media digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkrit serta mudah dipahami.13 Beberapa ahli dalam memberikan atau merumuskan kegunaan media pendidikan berbeda-beda namun pada intinya sebenarnya sama, yaitu untuk mempertinggi daya serap dan potensi peserta didik terhadap materi pembelajaran dan dapat membuat pelajaran menarik.14 Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesandan isi pelajaran pada saat itu, selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa atau peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan mendapatkan informasi. Media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat dan mendengarnya.15 Dengan demikian, media pembelajaran sangat penting artinya karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka. Selain itu, media pembelajaran juga membantu memantapkan pengetahuan pada benak para peserta didik serta menghidupkan pelajaran.16 Secara umum kegunaan media pendidikan dapat disampaikan sebagai berikut: pertama, memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu 13 Asnawir dan M.Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), p. 21. 14 Adjai Robinson, Azas-azas Praktek Mengajar, (Jakarta: Bharata Niaga Media, 1988), p. 75. 15 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), p. 16. 16 Ibid., p. 17. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 864 bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Banyak kata-kata atau kalimat yang apabila hanya ditulis atau diucapkan saja menimbulkan banyak persepsi bagi pendengar atau pembacanya. Oleh karenanya, agar suatu pesan baik yang berupa informasi, ide-ide, pengetahuan, gagasan-gagasan, ketrampilan dan lain sebagainya dapat diterima dengan baik dan lebih kongkrit dan tidak menimbulkan salah persepsi yang macam-macam dalam proses pembelajaran akan lebih baik digunakan alat bantu untuk mempertegas penyajian pesan tersebut. Kedua, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: (1) obyek yang terlalu besar, dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model; (2) obyek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar; (3) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography; (4) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, VCD, film bingkai, foto maupun secara verbal; (5) obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesinmesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain; (6) konsep yang terlalu luas (gunung merapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain. Ketiga, dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan memungkinkan anak didik belajar sendiri sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Keempat, dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan peserta didik/siswa juga berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuanya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan pesepsi yang sama.17 D. Penutup Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia semakin berat. Secara umum, kualitas pendidikan Indonesia semakin tertinggal 17 Sadiman, Arief S., dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), p. 17. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010 Jani: Penelitian Tindakan Kelas dan Manfaatnya untuk Peningkatan… 865 dibandingkan dengan negara-negara lain. Jika tidak dilakukan usaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, kondisi pendidikan Indonesia akan semakin terpuruk dalam iklim kompetisi global. Salah satu langkah penting untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas guru karena menjadi tokoh kunci bagi perbaikan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu cara bagi guru untuk terus menerus meningkatkan kualitas diri dan pelaksanaan tugasnya. Usaha terus menerus dalam meningkatkan kualitas lewat PTK diharapkan akan membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Daftar Pustaka Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 12, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000. Arikunto, Suharsimi, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 3, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Marsigit, Pembenahan Gaya Mengajar (Teaching Styles), T.tp.: Cakrawala Pendidikan, 1996. Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1988. Potter, Bobbi De, dan Mike Hernachi, Quantum Learning, Bandung: Kaifa, 2000. Robinson, Adjai, Azas-azas Praktek Mengajar, Jakarta: Bharata Niaga Media, 1988. Sadiman, Arief S., dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1990. Usman, Moch. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1996. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010