549 Pengaruh kadar protein berbeda dalam pakan ... (Neltje Nobertine Palinggi) PENGARUH KADAR PROTEIN BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus Neltje Nobertine Palinggi dan Rohama Daud Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian protein berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan beronang. Penelitian dilakukan dalam keramba jaring apung dengan menggunakan jaring ukuran 1 m x 1 m x 2 m sebanyak 15 buah. Ikan uji yang digunakan adalah yuwana ikan beronang ukuran 22,05±6,4 g dengan padat tebar 15 ekor/keramba. Ikan uji diberi pakan uji berupa pelet kering dengan perlakuan A) kadar protein 40%, B) kadar protein 28%; dan C) kadar protein 16%, masing-masing diulang tiga kali dan didesain dengan rancangan acak lengkap. Selama 20 minggu pemeliharaan diperoleh pemberian kadar protein 28% dalam pakan ikan beronang (perlakuan B) memberikan nilai pertumbuhan yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan pemberian kadar protein 40% dalam pakan ikan beronang (perlakuan A) demikian pula terhadap nilai efisiensi pakan dan sintasan ikan tetapi berbeda nyata (P<0,05) dengan rasio efisiensi proteinnya. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa ikan beronang masih dapat memanfaatkan pakan dengan kandungan protein 28% untuk pertumbuhannya. KATA KUNCI: protein, pakan, pertumbuhan, ikan beronang (Siganus guttatus) PENDAHULUAN Salah satu spesies ikan laut yang mempunyai potensi komersial besar untuk dibudidayakan secara intensif adalah ikan beronang (Siganus guttatus). Ikan ini memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan antara lain: merupakan makanan hasil laut yang lezat dengan harga yang cukup mahal, (Wassef & Hady, 1997). Ikan beronang mampu hidup dalam kepadatan tinggi, responsif terhadap pakan buatan serta memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi (Subandiono et al., 1996; Santosa et al., 1996). Selanjutnya dapat dibudidayakan baik di keramba jaring apung maupun tambak (Wassef & Hady. 1997), juga dapat dipijahkan secara terkontrol dengan rangsangan hormonal (Lante et al., 2007). Pada pembesaran ikan secara massal dibutuhkan pakan buatan yang memenuhi persyaratan nutrisi, ekologis, dan ekonomis. Agar ikan dapat tumbuh secara maksimal, maka kebutuhan makro nutrien seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral harus terpenuhi. Dari kelima komponen nutrien pakan, protein mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan. Selain itu, protein juga banyak digunakan sebagai sumber energi bagi hewan air, khususnya ikan karnivora (NRC, 1977). Kebutuhan energi ikan tropis telah dilaporkan merupakan fungsi dari kandungan protein dalam pakan (NRC, 1983). Namun peningkatan jumlah protein dalam pakan akan meningkatkan pertumbuhan sampai batas tertentu. Prather & Lovell (1973) dalam Samantaray & Mohanty (1997) menjelaskan bahwa kandungan protein pakan yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ikan jika tidak diimbangi kandungan energi yang cukup. Selanjutnya Lovell (1989) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kebutuhan optimum protein dalam pakan ikut dipengaruhi oleh kandungan energi dari non-protein (karbohidrat dan lemak). Kebutuhan makro nutrien pakan berbeda-beda tergantung jenis dan ukuran ikan. Basyari & Tanaka (1986) mengemukakan bahwa kandungan protein pakan 35%-46% memberikan pertumbuhan yang baik untuk yuwana ikan beronang Siganus javus ukuran 4,7–13 g. Ikan beronang Siganus canaliculatus ukuran sekitar 15 g membutuhkan pakan dengan kandungan protein 45% untuk tumbuh optimum (Purba, 2004). Sementara Parazo (1990) mengemukakan bahwa pakan yang cukup ekonomis untuk yuwana ikan beronang yaitu pakan dengan kandungan protein 35% dan lemak 8,9%. Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 550 BAHAN DAN METODE Penelitian menggunakan keramba jaring apung dengan ukuran jaring 1 m x 1 m x 2 m sebanyak 15 buah. Ikan uji yang digunakan adalah yuwana ikan beronang hasil perbenihan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau ukuran 22,05±6,4 g dengan padat tebar 15 ekor/keramba. Ikan uji diberi pakan uji berupa pelet kering dengan perlakuan A) kadar protein 40%, B) kadar protein 28%, dan C) kadar protein 16%, masing-masing diulang tiga kali dan didesain dengan rancangan acak lengkap (Tabel 1). Selama pemeliharaan diberi pakan secara satiasi sebanyak 3 kali sehari. Sampling dilakukan setiap 4 minggu untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ikan dan mortalitasnya. Tabel 1. Komposisi pakan uji (%) Bahan pakan A B C 20 15 17 29 13 1 2 2 1 10 5 20 20 12 27 1 2 2 1 40 20 12 22 1 2 2 1 40,68 9,02 19,53 17,68 7,88 28,10 7,99 15,73 18,35 6,42 15,78 3,64 20,59 20,66 5,09 Tepung ikan lokal Tepung kepala udang Tepung rumput laut (Gracilaria ) Tepung kedelai Dedak halus Tepung terigu Tepung bungkil kopra Minyak ikan Minyak kedelai Vitamin mix Mineral mix Analisis proksimat : -Protein kasar (%) - Lemak kasar (%) - Serat kasar (%) - Kadar abu (%) - Kadar air (%) Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan uji, ikan awal, dan ikan akhir. Untuk analisis proksimat ikan uji, pada awal penelitian diambil 15 ekor sedang pada akhir penelitian diambil 3 ekor dari setiap unit keramba. Ikan yang masih segar ini dicincang kemudian digiling, lalu dikeringkan dalam freeze dryer, dan setelah kering di-blender agar lebih halus dan homogen, selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau berdasarkan metode AOAC International (1999): bahan kering (DM) dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 16 jam dan abu ditentukan dengan pembakaran dalam muffle furnace pada suhu 550oC selama 24 jam, sedangkan protein kasar dianalisis dengan micro-Kjeldahl. Total lemak dideterminasi secara gravimetrik dengan ekstraksi khloroform : metanol (1:2). Analisis asam amino dilakukan untuk pakan uji dengan menggunakan metode HPLC pada Laboratorium Uji Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Parameter utama yang diamati meliputi laju pertumbuhan ikan, pertambahan bobot ikan, sintasan ikan, efisiensi pakan, dan rasio efisiensi protein. Data parameter biologis dianalisis ragam dilanjutkan dengan uji Tukey. Perhitungan parameter yang diamati setelah 20 minggu pemeliharaan adalah: Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan berdasarkan rumus berikut (Schulz et al., 2005): SGR (% per hari) 100 x ln We - ln Ws d di mana: ln adalah logaritma alamiah, We = bobot ikan pada akhir penelitian, Ws = bobot ikan pada awal penelitian, dan d adalah jumlah hari pemeliharaan. 551 Pengaruh kadar protein berbeda dalam pakan ... (Neltje Nobertine Palinggi) Efisiensi pakan = Pertambahan bobot ikan (g bobot basah)/jumlah pakan yang dimakan (g bobot kering) (Takeuchi, 1988) Rasio efisiensi protein, PER = Pertambahan bobot ikan (g)/Jumlah protein yang dimakan (g) (Hardy, 1989) Sintasan ikan, SR (%) = (Jumlah ikan akhir penelitian/Jumlah ikan awal penelitian) x 100 HASIL DAN BAHASAN Bobot tubuh (g) Selama 20 minggu pemeliharaan, terjadi pertambahan bobot ikan uji pada semua perlakuan (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi minimal ikan uji. Pada Gambar 1 ini terlihat ikan mengalami pertumbuhan dengan pola yang relatif sama, walaupun perlakuan pemberian pakan dengan kandungan protein 16% memiliki pertambahan bobot yang lebih rendah (Tabel 2). Dari hasil uji bioassay beberapa parameter pengamatan diperoleh nilai pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan pada ikan yang diberi pakan mengandung protein 16% berbeda nyata lebih rendah (P<0,05) dari pada ikan uji yang diberi pakan mengandung protein 40%. Rasio efisiensi protein pada ikan yang diberi pakan mengandung protein 40% berbeda nyata lebih rendah (P<0,05) dari pada ikan yang diberi pakan mengandung protein 28%. 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Protein 40% 0 4 Protein 28% 8 Protein 16% 12 16 20 Waktu (minggu) Gambar 1. Pertambahan bobot ikan beronang selama penelitian Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan, efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, dan sintasan ikan beronang Perlakuan Parameter Pertambahan bobot (g) Laju pertumbuhan harian (%/hari) Efisiensi pakan (%) Rasio efisiensi protein Sintasan (%) A B C 127,45 a 1,47a 43 a 1,06 b 91,11 a 76,11 ab 1,10 ab 43 a 1,53 a 97,78 a 29,43 b 0.56 b 24 b 1,50 ab 100a Angka rata-rata dalam baris dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) Ikan uji yang diberi pakan mengandung protein 16% memberikan laju pertumbuhan yang rendah, hal ini disebabkan karena kandungan protein pakan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan ikan beronang untuk bertumbuh lebih baik. Menurut Halver (1976); Boonyaratpalin (1991), protein adalah nutrien esensial yang dapat mempertahankan kehidupan dan memacu pertumbuhan ikan. Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 552 Selain itu, dalam komposisi pakan yang mengandung protein 16% didominasi oleh protein nabati sehingga menghasilkan pertumbuhan ikan beronang yang rendah. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian protein nabati saja tidak dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi ikan beronang walaupun ikan beronang termasuk jenis ikan herbivora. Seperti jenis ikan lainnya ikan beronang membutuhkan keseimbangan protein hewani dan nabati dalam pakannya untuk memenuhi kebutuhan asam amino esensial yang dapat menunjang pertumbuhannya. Jobling et al. (2001) mengemukakan bahwa penggunaan sumber protein nabati sebagai bahan utama dalam pakan ikan akan mengakibatkan kekurangan satu atau lebih asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan. Dari hasil analisis asam amino pakan uji terlihat bahwa semakin rendah kandungan protein dalam pakan semakin rendah pula total asam amino yang dikandungnya (Tabel 3). Asam amino dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan dan mempertahankan proses metabolisme tubuh (maintenance) (Cowey, 1994). Tabel 3. Kandungan asam amino esensial dalam pakan uji (%/b/b) Parameter A B C Histidin Arginin Treonin Valin Metionin Isoleusin Leusin Fenilalanin Lisin 1,02 3,03 1,56 2,11 0,42 1,75 2,67 1,76 2,14 0,71 2,55 1,2 1,71 0,35 1,31 2,14 1,39 1,54 0,39 1,77 0,88 1,33 0,2 1,06 1,65 1,21 0,87 16,46 12,9 9,36 Total Dari hasil analisis proksimat pakan uji terdapat kandungan lemak rendah pada pakan yang mengandung protein 16% (Tabel 1). Rendahnya kandungan lemak dalam pakan dapat juga menjadi penyebab rendahnya laju pertumbuhan ikan beronang dalam penelitian ini karena lemak merupakan sumber energi yang potensial dan sumber asam lemak omega-3 yang dibutuhkan ikan laut dalam pertumbuhannya (Watanabe, 1982). Bila kandungan energi pakan rendah maka sebagian protein akan dikatabolisme untuk memenuhi kebutuhan energi ikan sehingga peranan utama protein sebagai nutrien esensial dalam memacu pertumbuhan ikan telah berubah fungsi. Nilai efisiensi pakan memperlihatkan proporsi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan. Nilai efisiensi pakan terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pakan yang mengandung protein 16% berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena kandungan serat kasar yang terdapat dalam pakan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 1). Tingginya serat kasar mungkin disebabkan karena tingginya kandungan rumput laut dalam pakan. Dari hasil analisis rumput laut diperoleh kandungan serat kasar mencapai 22,94% (hasil analisis Laboratorium Nutrisi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, 2009). Tingginya serat kasar dalam pakan menyebabkan pakan sulit dicerna walaupun ikan beronang termasuk ikan herbivora dan di alam memakan rumput laut. Tingginya serat kasar dapat juga menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan ikan beronang karena pakan sulit dicerna. Nilai rasio efisiensi protein memperlihatkan perbandingan pertambahan bobot ikan dengan protein yang dikonsumsi. Nilai rasio efisiensi protein tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian pakan yang mengandung protein 28% berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pakan yang mengandung protein 40% tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan pakan yang mengandung protein 16%. Dari nilai rasio efisiensi protein ini terlihat pemberian pakan yang mengandung protein 28% dan 16% mampu memanfaatkan protein dengan baik untuk pertumbuhannya sehingga dari hasil ini diperoleh bahwa perbedaan pertumbuhan ikan beronang terjadi sebagai akibat 553 Pengaruh kadar protein berbeda dalam pakan ... (Neltje Nobertine Palinggi) perbedaan kandungan protein dalam pakan. Pakan yang mengandung protein rendah akan memberikan pertumbuhan ikan beronang yang rendah pula. Sintasan yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung tidak berbeda nyata (P>0,05) di antara perlakuan yang dicobakan. Hal ini menjelaskan bahwa lingkungan tempat budidaya dan perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap sintasan ikan beronang untuk hidup dan bertumbuh. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kandungan protein yang dapat digunakan dalam pakan ikan beronang ukuran awal 22 g adalah 28%-40%. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Reni Yulianingsih, Rosni, Tamsil, Yohanes Teken, Ramadhan, dan Syarifuddin atas segala bantuannya sehingga kegiatan riset ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR ACUAN AOAC International. 1999. Official methods of analysis, 16th edn. Association of Official Analytical Chemists International, Gaithersberg, Maryland, USA, 1,141 pp. Basyari, A. & Tanaka, H. 1986. Studies on rearing of rabbitfish – 1: Effect of different protein level on the growth of Siganus javus. Scientific Report of Mariculture Research and Development Project (ATA – 192) in Indonesia, p. 10-16. Boonyaratpalin, M. 1991. Nutritional studies on seabass (Lates calcarifer). In DeSilva, S.S. (ed.). Fish Nutrition Research in Asia. Proceeding of the Fourth Asian Fish Nutrition Workshop. Asian Fish.Soc.Spec.Publ.5. Asian Fisheries Society, Manila, p. 33-42 Cowey, C.B. 1994. Amino acis requirement of fish: a critical appraisal of present values. Aquaculture, 124: 1-11. Halver, J.E. 1976. The nutritional requirement of cultivated warm water and coldwater fish species. Advance in Aquaculture. p. 574-580. Hardy, R.W. 1989. Diet preparation. In Halver, J.E. (ed.). Fish Nutrition. Second Edition. Academic Press, Inc. San Diego, p. 476-549. Jobling, M., Gomes, E., & Dias, J. 2001. Feed types, manufacture and ingredients. In Houlihan, D., Baujard, T., & Jobling, M. (ed.) Food intake in fish. Blackwell Science Ltd. A Blackwell Publishing Company. Malden, USA, p. 25-48 Lante, S., Usman, & Rachmansyah. 2007. Pemijahan dan Pemeliharaan larva ikan beronang (Siganus guttatus). Media Akuakultur, 2(2): 57-61. Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book, 260 pp. National Research Council (NRC). 1977. Nutrient requirements of warmwater fishes. National Academy Press, Washington. D.C., 78 pp. National Research Council (NRC). 1983. Nutrient requirements of warmwater fishes and shellfishes. National Academy Press, Washington. D.C., 102 pp. Parazo, M.M. 1990. Effect of dietary protein and energy level on growth, protein utilization and carcass composition of rabbitfish, Siganus guttatus. Aquaculture, 86: 41-49. Purba, R. 2004. Pengaruh kadar protein terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan beronang Siganus canaliculatus. Aquacultura Indonesiana, 5(3): 123-127. Samantaray, K. & Mohanty, S.S. 1997. Interactions of dietary levels of protein and energy on fingerling snakehead, Channa striata. Aquaculture, 156: 241-249. Santosa, G.W., Subandiyono, & Widianingsih. 1996. Aplikasi bioteknologi untuk ikan beronang (Siganus sp.) dalam kaitannya dengan prospek budidaya laut di Indonesia. Tahap Akhir: Pemanfaatan berbagai sumber bahan pakan lokal pada pengadaan induk menggunakan bak semi-terkontrol (Tahun II). Lemlit - Universitas Diponegoro, 48 hlm. Schulz, C., Knaus, U., Wirth, M., & Rennert, B. 2005. Effect of varying dietary fatty acid propile on Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 554 growth performance, fatty acid, body and tissue composition of juvenile pike perch (Sander lucioperca). Aquaculture Nutrition, 11: 403-413. Subandiono, Hermawan, I., & Widianingsih. 1996. Peranan penggantian rumput laut dengan pakan buatan terhadap bioenergetika ikan beronang (Siganus sp.). Lemlit- Universitas Diponegoro, 45 hlm. Takeuchi, T. 1988. Laboratory Work: Chemical evaluation of dietary nutrients. In. Watanabe, T. (ed.). Fish nutrition and mariculture. Department of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries, p. 179-233. Wassef, E.A. & Hady, A.H.A..1997. Breeding biology of rabbitfish Siganus canaliculatus (Siganidae) in mid Arabian Gulf, Fisheries Research, 33: 159-166. Watanabe, T. 1982. Lipid nutrition in fish. Comp. Biochem. Physiol., B 73: 3-15. 555 Pengaruh kadar protein berbeda dalam pakan ... (Neltje Nobertine Palinggi) DISKUSI 1. Anonim Pertanyaan : Kandungan protein yang paling opimal? Tanggapan : Kandungan protein 40% yang paling bagus, ikan beronang adalah ikan herbivora sehingga di coba dengan kandungan protein 28 % untuk menekan harga 2. Herno Pertanyaan : Harga pakan? Tanggapan : Menggunakan bahan baku lokal, harga pakan Rp. 3,340,3. Bambang Pertanyaan : Benih banyak di alam, dan ikan ini beratnya sekitar 200-300 gr lebih baik siganus javus bisa ukuran lebih besar Tanggapan : Benih menggunakan dari hatchery