PERLINDUNGAN SISTEM HUKUM HAK CIPTA MELALUI UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA BAGI KARYA KREATIF INDONESIA MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF DALAM MEMASUKI MEA 2015 HAFIED NOOR BAGJA, SH., MKn [email protected] FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Dr. NINA NURANI, S.H., M.Si. [email protected] FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMENT UNIVERSITAS WIDYATAMA Jl. Cikutra No. 204 A. Bandung. Indonesia ABSTRAK Perlindungan sistem hukum hak cipta memiliki peran strategis merupakan sarana mewujudkan pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015. Penelitian ini mengkaji perlindungan sistem hukum Hak Cipta melalui UU Hak Cipta 2014 bagi karya kreatif Indonesia dan mengkaji perlindungan sistem hak cipta melalui UUHak Cipta 2014 dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015.. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif empiris. Yuridis normatif mengacu pada asas, norma hukum nasional dan internasional, dengan mengkaji data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder, tersier. dan menggunakan specifikasi penelitian deskriptif analisis. Faktor empiris adalah efektifitas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlindungan sistem hukum melalui UUHC 2002 belum memadai dan belum efektif dilaksanakan, terbukti belum masifnya pendaftaran hak cipta. Sebagai upayanya, pemerintah menerbitkan UU Hak cipta 2014 sebagai penyempurnaan terhadap UUHC 2012., dan perlindungan sistem hak cipta melalui UU Hak Cipta 2014 diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015. Diperlukan langkah startegis Pemerintah antara lain dengan menerbitkan Peraturan pelaksanaan UHC 2014, dibentuknya struktur kelembagaaan terkait sebagai upaya peningkatan kesadaran pentingnya budaya penegakkan hak cipta. Key Word : Sistem Hukum, Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2008, Karya Kreatif, Ekonomi Kreatif Indonesia, MEA 2015 A. Pengantar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan segera diberlakukan di Asean. menjelma sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi adanya MEA dapat mempermudah produk Indonesia dipasarkan ke luar negeri, di sisi lain mengancam keberadaan produk asli Indonesia, terutama produk-produk yang belum didaftarkan antara lain sebagai hak cipta1 Pembajakan karya dalam industri musik, teknologi informasi, penerbitan, film, dan animasi merupakan salah satu permasalahan utama terkait HKI di Indonesia2. Penegakkan hukum yang lemah 1 Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28 Oktober 2014, 03:17 WIBF,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal _ Republika Online_files 2 Ibid menyebabkan pembajakan terus berkembang. Permasalahan hukum lainnya terkait hak cipta adalah plagiarisme terhadap karya tulis terutama untuk industri musik, fotografi, dan teknologi informasi. Lemahnya penegakkan hukum juga menjadi salah satu penyebab rendahnya jumlah karya kreatif yang melakukan pendaftaran HKI. demikian pula hasil ciptaan tersebut sangat sedikit di daftarkan3. Adapun faktor yang menyebabkan sedikitnya mendaftarkan karya ciptaannya selain disebabkan oleh ketidaktahuan, juga disebabkan oleh konsep budaya hukum yang berbeda yang melandasi konsep berfikir masyarakat Indonesia yakni bersifat komunal, artinya 3 ibid Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 395 karya yang dihasilkan dipahami sebagai milik bersama yang dimiliki oleh keluarga atau masyarakat adatnya. Lain halnya dengan budaya hukum yang melatar belakangi masyarakat negara-negara barat yang lebih mengedepankan kepentingan hakhak individu dengan watak kapitalis4. Regim hak cipta sebagai bagian dari HKI yang lahir dari perdagangan bebas ini mengacu pada prinsip-prinsip perdagangan bebas yang menuntut persamaan. Semua pihak dianggap sebagai “gladiator” yang harus mampu bertahan dalam pertarungan. Prinsip “survival for the fittest” ( siapa yang terkuat yang akan bertahan ). Negara miskin dan berkembang akan menjadi “bulanbulanan” negara maju yang sudah lebih mapan konsep HKI-nya. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman etnik dan budaya yang melahirkan cita rasa seni mewujud pada berbagai produk budaya. Wujud kreatifitas “Orang Indonesia” yang diwarnai keberagaman etnik, lingkungan, topografi dan religiusitas telah dikenal sejak lama, bahkan sampai mancanegara5 Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menjadi peserta Agreement Establishing the World Trade Organisation. Dengan demikian, Indonesia juga menjadi peserta Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights atau persetujuan TRIPs. Sebagai tindak lanjut dari keikutsertaan Indonesia tersebut, Indonesia telah memiliki sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang meliputi hak cipta (UU No. 12/2002), yang telah diperbahrui menjadi UU No. 28/ 2014, paten (UU No. 14/2001), dan merk (UU No. 15/2001). Sejak 20 Desember 2000, HKI di Indonesia telah diperkaya dengan “rahasia dagang” (UU No.30/2000), “desain industri” (UU No. 4 Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni Di Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum Universitas Udayana. http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-4321030486153-thesisi.pdf 5 Fathoni, Membangun Paradigma Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan Dalam Penyelesaian Sengketa HAKI, 29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com. 31/ 2001), dan “desain tata letak sirkuit terpadu” (UU No. 32/2000). 6 Era globalisasi merupakan suatu perubahan dalam tata hubungan atau konektivitas telah mengubah untuk bertukar informasi, berproduksi, berdagang, dan berkonsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks, sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. Kemunculan konsep ekonomi kreatif di era globalisasi ini, telah menarik minat berbagai negara untuk menggunakan konsep ini sebagai model pengembangan ekonomi, termasuk di Indonesia.7 Pengembangan ekonomi kreatif 2015–2019 diarahkan pada pengarus utamaan ekonomi kreatif pada setiap sektor yang menjadi fokus pembangunan nasional dan pengembangan sub sektor ekonomi kreatif yang difokuskan pada pengembangan lima belas kelompok industri kreatif. adalah8: (1) arsitektur; (2) desain; (3) film, video, dan fotografi; (4) kuliner; (5) kerajinan; (6) mode; (7) musik; (8) penerbitan; (9) permainan interaktif; (10) periklanan; (11) penelitian dan pengembangan; (12) seni rupa; (13) seni pertunjukan; (14) teknologi informasi; dan (15) televisi dan radio.9 Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025 (Kemenparekraf 2014), terdapat empat prinsip utama yang menjadi landasan dalam 6 Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI Terhadap Karya-Karya Tradisional Masyarakat Adat, hlm 67, repository.usu.ac.id 7 Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12 April 2012,file:///F:/ Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, %20_%20Fakultas%20Ekonomi%20dan%20Bisnis%2 0Universitas%20Padjadjaran%20%20Official%20Website.htm#top 8 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019, hlm 108-109, http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/ wp.content/uploads/ 2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf 9 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia, hlm 38 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 396 pengembangan ekonomi kreatif 2015–2019 yaitu:10 pertama, penguasaan iptek dalam Pemberdayaan SDM kreatif meningkatkan kemampuan memanfaatkan iptek, Kedua, “Design thinking” merupakan kolaborasi ilmu dan kreativitas menambahkan nilai identitas budaya dan nilai tambah (added value) baik secara ekonomis, fungsional, sosial, dan estetika Ketiga, seni dan budaya sebagai inspirasi menciptakan keunikan sebagai daya saing karya kreatif memperkuat jati diri, persatuan, kesatuan, dan eksistensi bangsa Indonesia di forum internasional. Keempat, media sebagai saluran distribusi dan presentasi karya dan konten kreatif mengkomunikasikan karya-karya kreatif lokal yang berkualitas sehingga dapat diakui dan diapresiasi di dalam maupun di luar negeri.11 Pengarusutamaan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah bagaimana agar seluruh sektor pembangunan dapat memanfaatkan ekonomi kreatif dalam menciptakan nilai tambah 12 nilai ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan baru melalui eksplorasi HKI termasuk hak cipta, terutama sumbangannya yang signifikan terhadap GDP suatu negara13Pada 2013, ekspor produk kreatif mencapai Rp119 triliun (10 miliar dollar AS) yang naik delapan persen dibanding 2012, menurut data Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif. Sedangkan kontribusi industri kreatif terhadap PDB pada 2013, tidak jauh berbeda dengan 2012, di kisaran 6,9 persen atau di posisi ke-tujuh, senilai Rp 573 triliun dari sektor-sektor ekonomi lainnya.14 Ekonomi kreatif merupakan penyumbang PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) terbesar ketujuh dari sepuluh sektor ekonomi penyumbang pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2010–2013,nilai PDB (ADHB) ekonomi kreatif rata-rata sebesar 10 ibid Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia , op.cit, hlm37 12 ibid 13 Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif , op.cit 14 Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada Industri kreatif, 07 April 2014 sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=22 &id=2359 11 555 triliun dengan kontribusi rata-rata 7,1% terhadap PDB nasional. Ekonomi kreatif memiliki kontribusi di atas sektor ekonomi utama Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan; Pengangkutan dan Komunikasi; dan Listrik, Gas,dan Air BersihNilai kontribusi PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Ekonomi kreatif pada semester Itahun 2014 dibandingkan semester I tahun 2013 mengalami peningkatan yang positif yaitu sebesar 10,8%, atau mengalami peningkatan dari 311,4 triliun rupiah menjadi 345 triliun rupiah15 Dalam perdagangan bebas HKI termasuk hak cipta menjadi salah satu primadona di WTO, karena semua produk ataupun jasa yang diperdagangkan sudah pasti melekat HKI sehingga negara maju yang merupakan negara industri merasa sangat berkepentingan, untuk mendukung penyeragaman hukum di bidang HKI dengan cara mewajibkan Negara-negara anggota WTO16untuk meratifikasi kovensi atau protokol internasional yang termuat di dalam TRIPs. Apresiasi dan literasi mengenai hak cipta sebagai bagian HKI di masyarakat secara umum masih rendah, termasuk oleh orang-orang kreatifnya sendiri. Sampai saat ini, terdapat perbedaan persepsi tentang penting atau tidaknya mengurus hak cipta karya kreatif di antara orang-orang kreatif. Sebagian berpendapat bahwa memiliki hak cipta tidak terlalu berpengaruh kepada perkembangan bisnisnya dan mengurus hak cipta terlalu menyita waktu dan biaya yang tidak sepadan dengan manfaat yang diterima. Sebagian lagi berpendapat saat ini HKI semakin penting dan pengurusannya sudah semakin cepat, mudah, dan murah. 15 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019, hlm 108-109, http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/ wp.content/uploads/ 2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf 16 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Journal Hukum Prioris , vol 4, No. 2 , 2014, journal.trisakti.ac.id Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 397 Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan Hak cipta orang kreatif. Selain itu, upaya mengedukasi masyarakat luas mengenai hak cipta secara berkualitas dan berkelanjutan. Adanya kelembagaan dan pusat informasi hak cipta di daerah-daerah dapat membantu proses edukasi, advokasi, dan pendaftaran hak cipta17 Salah satu terobosan positif pemerintah adalah disahkannya UU Hak Cipta 2014 pada tanggal 16 Oktober tahun 2014 untuk menyempurnakan UU Hak Cipta 2002 yang diharapkan dapatmemberikan potensi dampak positifnya dirasakan oleh para pencipta antara lain oleh industri musik dengan tidak diperbolehkannya lagi sistem jual atau beli putus karya musik; hak pencipta akan kembali lagi setelah 25 tahun untuk kasus jual atau beli putus yang sudah terjadi18; adanya penegasan hukuman untuk pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan di internet dan pusat perbelanjaan (shopping mall); diciptakannya dua jenis Lembaga Manajemen Kolektif yaitu untuk hak cipta dan hak terkait; adanya penegasan pemilik master rekaman untuk mempunyai hak atas performing rights; dan dibentuknya sistem database musik nasional berbasis Teknologi Informasi (TI) yang transparan dan netral19 Berdsaarkan pemikiran tersebut di atas penulis tertarilk untuk mengkaji bagaimana perlindungan sistem hukum Hak Cipta dalam UU No. 28 tahun 2014 bagi karya kreatif Indonesia dan mengkaji bagaimana perlindungan sistem hak cipta melalui UU No. 28 tahun 2014 dalam mewujudkan 17 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit hlm 224/ 18 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30 Oktober 2014 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30 oktober 2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf 19 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit.. pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015.. B. Landasan Teori Diterbitkannya UU No. 28 Tahun 2014 tertanggal 16 Oktober 2014 tentang Hak Cipta merupakan sistem hukum perlindungan hak cipta bagi karya kreatif Indonesia sebagai penyempurnaan terhadap UU Hak Cipta 2002. UU Hak Cipta 2002 tidak mampu mengantisipasi pelanggaran hak cipta sehingga perlu dilakukan pembaharuan hukum sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015 berpijak pada konsep pembangunan.20menurut Mochtar Kusumaatmadja21 dalam”Teori Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa peranan hukum dalam pembangunan adalah menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara teratur.22” Hukum merupakan sarana pembaharuan masyarakat dalam arti kaidah atau peraturan hukum berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan .” Sunaryati Hartono menyatakan bahwa makna pembangunan hukum meliputi:23 (a). menyempurnakan; (b) mengubah agar menjadi lebih baik dan modern (c) mengadakan sesuatu yang sebelumnya belum ada, dan (d) meniadakan sesuatu yang terdapat dalam sistem lama. Agar pembangunan berjalan proporsional diperlukan kepastian hukum, diwujudkan tersedia perangkat hukum yang memadai,24 dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan pelaku bisnis dengan memperhatikan empat indikator kesadaran hukum, yang masing20 ibid Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, 1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And Medium Industry As an effort To Improve National Competitiveness In Free Trade, hlm 2. 22 ibid 23 Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum Nasional, makalah, 1991 pada ibid. 24 Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002, hlm 44. 21 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 398 masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu: (1) pengetahuan hukum (2). pemahaman hukum (3). sikap hukum (4) pola perilaku hukum masyarakat dan pelaku bisnis dalam menembus pasar global memasuki MEA 2015. Oleh karena itu UU Hak Cipta 2014 sebagai salah sistem hukum HKI perlu memenuhi subsistem substansi, sub sistem struktur dan sub sistem budaya hukum25 selain memehuhi berbagai perspektif, yaitu perspektif yuridis normatif, filosofis, dan sosiologis. Perspektif yuridis normatif, berlakunya hukum jika sesuai dengan kaedah yag lebih tinggi (teori Stufenbau dari Hans Kelsen) atau terbentuknya sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan hukum26\(teori W. Zevenbergen). Perspektif filosofis, berlakunya hukum jika sesuai dengan cita-cita hukum. Sedangkan berlakunya perspektif sosiologis menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, mengkaji pengaruh dari kaedah hukum tersebut27 Hal tersebut merupakan peran negara yang harus responsif memberikan perlindungan khusus terhadap para pencipta karya kreatif indutri sesuai dengan konsep modern welfare state.Marbun mengatakan bahwa di dalam “welfare state” tugas pemerintah harus aktif mensejahteraan masyarakat28 Landasan perlindungan sistem hukum hak cipta karya kreatif Indonesia terdapat dalam teori antara lain;29 (1) Reward theory, yaitu kepada pencipta perlu diberikan penghargaan dan pengakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan produk barang tersebut (2) Recovery theory, yaitu atas usaha karya kreatif tersebut perlu diberikan hak ekslusif untuk mengeksploitasi Hak 25 ibid ibid 27 ibid 28 Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45 . 29 Robert M. Sherwood, Intellectual Property and Economic Development : Wesview Special Studies in Science, Tecnology and Public Policy. Westview Press Inc, San Fransisco, 1990, hlm.11-13 pada ibid Nina Nurani ”IPR Protection Over, hlm.4. 26 Cipta guna meraih kembali apa yang telah dikeluarkannnya; (3) Incentive theory yaitu incentif perlu diberikan untuk merangsang kreatifitas .30 Menurut Robert M. Sherwood dalam Public Benefit Theory31 bahwa pemilik karya kreatif harus dihargai dan dilindungi hukum agar dapat didorong kreatifitasnya menjadi dasar pertumbuhan ekonomi kreatif mendukung daya saing global dalam memasuki MEA 2015. Menurut Jeremi Philips dan Allison Firth, dalam teori “The Absolute Monopoly of The Market“ pemilik hak cipta berhak mencegah setiap orang untuk menggunakan hak milik pada pasar yang diatur oleh hukum yang melindunginya. C. Metode Penelitian Yuridis normatif dan empiris yaitu penelitian yang mengacu pada normanorma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan nasional maupun internasional, serta Undang No 6 tahun 1982 yang disempurnakan dengan UndangUndang No 7 Tahun 1987 dengan UndangUndang No12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 2002 dengan alasan untuk mendukung industri, perdagangan dan investasi Pemerintah Indonesia merevisi Peraturan perundangundangan Hak Cipta dengan UndangUndang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, di singkat UUHC 2002 UU Hak Cipta 2002 dan diperbaharui kembali melalui UU Hak Cipta 2014, terkait pula dengan Persetujuan TRIPs-WTO. Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works. dengan Keputusan Presiden Nomor 18Tahun1997 tentang Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works dengan menelusuri, meneliti, dan mengkaji objek tersebut terhadap data kepustakaan atau data sekunder, hasil penelitian dan literatur lainnya. 30 31 ibid Robert M. Sherwood, opcit, hlm 37. Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 399 Sedangkan faktor empiris adalah efektifitas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan secara efektif dengan mencapai tujuannya, dilakukan pada beberapa pelaku usaha di Indonesia dan negara lainnya, Specifikasi penelitian menggunakan deskriptif analisis, dengan tujuan memberikan gambaran mengenai fakta-fakta disertai analisa yang akurat mengenai peraturan perundang-undangan sebagai sistem hukum perlindungan terhadap karya kreatif Indonesia yang berlaku dihubungkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaannya sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi kreatif memasuki MEA 2015. Tahap penelitian melalui penelitian kepustakaan dan pengumuman data menggunakan studi dokumen. Analisa data menggunakan data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Kedua bahan hukum data primer dan sekunder dianalisa dengan metode kualitatif . D. Pembahasan 1. Perlindungan Sistem Hukum Hak Cipta Bagi Karya Kreatif Indonesa Melalui UU N0. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Perlindungan Sistem hukum bagi karya kreatif di Indonesia khususnya, karya seni, sastra, ilmu pengetahuan tertuang dalam Undang -Undang No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC 2002), menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta dan penerima hak untuk mengumumkan.32 Undang-undang Hak Cipta tersebut merupakan instrument yang tidak dapat di lepaskan dalam mendorong perlindungan hukum terhadap karya kreatif secara komprehensif di bidang HKI. Perlindungan hukum yang diberikan terhadap Hak Cipta dimaksudkan untuk merangsang aktivitas kreatif para pencipta untuk menciptakan suatu hal baru yang berguna untuk 32 Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni Di Bali, op.cit masyarakat33Hal ini sejalan dengan Incentive theory yaitu incentif perlu diberikan untuk merangsang kreatifitas .34 Oleh karena itu sejalan dengan Reward theory, yaitu kepada para penghasil karya kreatif perlu diberikan penghargaan berupa pengakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan produk barang tersebut. Sejalan pula dengan Recovery theory, yaitu atas usaha karya kreatif penemu kreatifitas telah mengeluarkan tenaga,fikiran, waktu dan biaya. Oleh karena itu perlu diberikan hak ekslusif untuk mengeksploitasi HKI guna meraih kembali apa yang telah Allison Firth, dikeluarkannnya.35 dan dalam teori “The Absolute Monopoly of The Market“ pemilik karya kreatif berhak mencegah setiap orang untuk menggunakan hak milik pada pasar yang diatur oleh hukum yang melindunginya36 dalam hal ini UU Hak Cipta. Dengan demikian hal yang mendorong usaha sangat dominan masyarakat Internasional, termasuk Indonesia untuk memberikan perhatian dan pengaturan HKI dengan tujuan akhir menciptakan keadilan dan tertib hukum yang bersifat universal berdasarkan suatu perangkat hukum tentang HKI37 dalam hal ini UU Hak Cipta. Indonesia sebagai anggota WTO berkewajiban untuk meratifikasi adalahAgrement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rightsyang disingkat dengan TRIPs. TRIPs merupakan berbagai ketentuan internasional di bidang HKI. Dalam perdagangan bebas HKI menjadi salah satu primadona di WTO, karena semua produk ataupun jasa yang diperdagangkan sudah pasti melekat HKI. Sehingga negara maju yang merupakan negara industri merasa sangat berkepentingan, untuk 33 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Karya Cipta Seni Karawitan Instrumental Bali, Unud hlm 10 karawitan, Program Pascasarjana, universitas Udayana,Denpasar,2012, pps.unud.ac.id. 34 ibid 35 ibid 36 ibid 37 op,cit hlm 2 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 400 mendukung penyeragaman hukum di bidang HKI dengan cara mewajibkan Negara-negara anggota WTO untuk meratifikasi kovensi atau protokol internasional yang termuat di dalam TRIPs Salah satunya ketentuan yang harus diratifikasi adalah Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works. dengan Keputusan Presiden Nomor 18Tahun1997 tentang Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melakukan perubahan terhadap Undang-Undang No 6 tahun 1982yang disempurnakan dengan Undang-Undang No 7 Tahun 1987 dengan Undang-Undang No12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimanatelah diubah dengan UndangUndang Nomor 7 tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 2002 dengan alasan untuk mendukung industri, perdagangan dan investasi Pemerintah Indonesia merevisi Peraturan perundangundangan Hak Cipta dengan UndangUndang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, di singkat UUHC 200238. Namun, lahirnya UUHC 2002 tidak mampu mengantisipasi pelanggaran hak cipta. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang dilaporkan oleh Timnas HKI telah terkumpul Pembajakan karya cipta dilaksankan secara terselubung oleh beberapa produser. Lagulagu yang sudah direkam puluhan tahun dewasa ini muncul kembali dipasaran tanpa meminta izin dari pencipta lagu tersebut39.Selain itu, pelanggaran hak cipta yang bersandar pada filosofi individual, di Indonesia juga sering terjadi pelanggaran karya folklore oleh pihak asing seperti tari pendet, reog ponorogo dan masih banyak lagi yang sampai saat ini diselesaikan secara diplomasi antara Indonesia dan Malaysia.40 Hukum menurut Donald Black adalah kaidah hukum yang dirumuskan dalam undang-undang. Dengan merujuk principle of efektiveness dari Hans Kelsen, realita hukum artinya orang seharusnya bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan tata kaidah hukum atau, dengan kata lain realita hukum adalah hukum dalam tindakan4142. Efektifitas berfungsinya hukum dalam suatu masyarakat erat kaitannya dengan kesadaran hukum dari warga masyarakat Bahwa tidak ada hukum yang mengikat warga-warga masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukumnya (Rechtsgehful). Hal tersebut merupakan suatu aspek dari kesadaran hukum, sering dikaitkan dengan penataan hukum, pembentukan hukum dan efektifitas hukum43 masyarakat. Dari empat indikator kesadaran hukum, yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu: (1) Pengetahuan Hukum (2). Pemahaman Hukum (3). Sikap Hukum (4) Pola Perilaku Hukum4445, kurangnya pengetahuan pengasil karya kreatif dalam memberikan arti terhadap keberadaan hak cipta, maka persoalan besar berupa berbagai kasus pelanggaran Hak Cipta telah merugikan pencipta, masih dirasakan belum mendesak. Ketika sebuah misi kesenian Bali mengadakan pementasan di beberapa kota seperti Paris, London, Montreal dan San Fransisco. Pementasan tersebut direkam dalam bentuk “Nonsach” yang sampai kini beredar secara luas dan digemari oleh ribuan pencinta gamelan Bali di luar negeri. Para seniman tersebut merasa senang dapat mempromosikan Bali di luar negeri, walupun tidak pernah menikmati “royalty-fees” ( imbalan ) dari rekaman yang beredar46.2 Perkembangan teknologi, industri, perdagangan dan investasi serta tingginya pelanggaran hak cipta untuk keikutsertaan dalam perdagangan bebas, telah mendesak 41 ibid Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 43 ibid 44 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak,op.cit hlm 24 45 ibid 42 46 38 ibid ibid 40 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan 39 Bandem. I Made, 1992/1993. Peranan Seniman Bali dalam Masyarakat, Dalam Kongres Kebudayaan 1991 : Kebudayaan Nasional : Kini dan di Masa Depan. Jakarta : Departemen Pendidikan Kebudayaan , hal 90. Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta Berkaitan .. Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 401 Pemerintah untuk merevisi terhadap UUHC 200247 yaitu dengan melahirkan UU Hak Cipta terbaru yaitu UU No. 28 Tahun 2014 dengan pertimbangan sebagai berikut::482 1. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati etnik/ suku dan budaya serta kekayaan dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. 2. Negara Indonesia telah menjadi anggotaberbagai konvensi/perjanjianInternasional di bidang hak kekayaan intelektual termasuk hak cipta yang memerlukan pengejawantan lebih lanjut dalam sistem hukum nasionalnya. 3. Adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, perdagangan, industri, dan investasi, sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta, pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Sejalan dengan pendapat Radbrucht, UU Hak Cipta 2014 diharapkan mampu memenuhi konstruksi hukum yaitu mampu memenuhi fungsi aspek keadilan ( kemampuan menunjukkan kesamaan hak didepan hukum), aspek kemanfaatan ( kemampuan menunjukkan pada tujuan keadilan) yaitu memajukan kebaikan dalam hidup manusia dan aspek kepastian hukum (menunjukkan jaminan bahwa hukum benarbenar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati)49. Menurut Freidman, hukum lahir bukan hanya sebagai bangunan peraturan, namun harus mampu menjalankan fungsinya dalam menciptakan ketertiban. UU HC 2014 sebagai perlindungan sistem hukum bagi karya kreatif diharapkan pula mampu mewujudkan efeksititas sistem hukum. Oleh karena itu UU Hak Cipta 2014 sebagai salah 47 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan 48 Pertimbangan Hukum Dalam Rancangan UndangUndang Republik Indonesia No… tahun… Tentang HakCipta dalam Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapa 49 Bernard L Tanya, Yoan N Simanjutak, Markus Y. Hage, Teori Hukum Stategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Genarasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010) h 130 dalam Simona Bustani, S.H.,M.H. sistem hukum HKI perlu memenuhi subsistem substansi, sub sistem struktur dan sub sistem budaya hukum50 selain memehuhi berbagai perspektif, yaitu perspektif yuridis normatif, filosofis, dan sosiologis. Perspektif yuridis normatif, berlakunya hukum jika sesuai dengan kaedah yag lebih tinggi (teori Stufenbau dari Hans Kelsen) atau terbentuknya sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan hukum51\(teori W. Zevenbergen). Perspektif filosofis, berlakunya hukum jika sesuai dengan citahukum. Sedangkan berlakunya cita perspektif sosiologis menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, mengkaji pengaruh dari kaedah hukum tersebut52 Apabila dikaitkan antara subsistem substansi UU Hak Cipta tahun 2014 yang berisi norma-norma hukum, berupa peraturan-peraturan yang digunakan, merupakan rantai pengikat dari rangkaian aspek aspek yang lain yaitu komponen struktur dan komponen budaya hukum.534 Dengan memperhatikan ketiga persfektif tersebut di atas UU Hak Cipta tahun 2014 tersebut sesuai dengan berlakunya sistem hukum yang dapat dilihat dalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang diterapkan dalam masyarakat dimana kaedah hukum tersebut dapat berpengaruh positif ataupun negatif54 Mengingat UU Hak Cipta tahun 2014 tersebut lebih komprehenshif bila dibandingkan dengan UU Hak Cipta tahun 2012 diharapkan dapat berpengaruh positif. Perbandingan substansi kedua pengaturan Hak Cipta tersebut dapat dirinci sebagai berikut:55 : 1. Fungsi hak cipta Pasal 2 UUHC 2002 lebih sempit pengaturannya karena hanya memuat hak 50 Nina Nurani ”IPR Protection On Workss of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And Medium Industry As an effort To Improve National Competitiveness In Free Trade 51 ibid 52 ibid ibid 54 ibid 53 55 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 402 ekonomi dibandingkan dengan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UUHC 2014 yang lebih jelas dan lugas, karena memuat hak ekonomi dan hak moralnya . yang tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) UUHC 2002: “Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang hak cipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan per undang-undangan yang berlaku.” Dalam Pasal 2 ayat (1) UUHC 2002 tersebut fungsi hak cipta hanya dibatasi pada hak ekonominya saja, sedangkan hak moralnya dijumpai pada Pasal 24 UUHC 2002. Apabila dibandingkan dengan Pasal 2 UUHC 2014 yang menjabarkan fhak cipta sebagai hak subyektif lebih luas dan lengkap, yaitu: 1. Fungsi hak cipta (1) Hak cipta merupakan hak eksklusif yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan dalam bentuk nyata. (2) Hak eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas hak ekonomi dan hak moral. 2. Definsi Ciptaan Pasal 1 angka 3 UUHC 2014 mendefinisikan ciptaan, adalah:Setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan satra yang diekspresikan atau diwujudkan dalam bentuk nyata. Sedangkan Pasal 1 angka 3 UUHC 2002 , yang isinya: Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra 3. Perlindungan Hak Pelaku Rekaman suara dan / atau gambar pertunjukkannya tertuang dalam Pasal 49 ayat (1) UUHC 2002, perlindungan hak pelaku diatur secara sumir tanpa menyebutkan pelanggaran hukum yang menyertainya, hal ini berbeda dengan pengaturan dalam UUHC 2014 dapat diprediksi memberikan kontribusi yang cukup signifikan mewujudkan efektivitas hukum dalam melindungi hak cipta di Indonesia. Diharapkan prediksi ini dapat menjadi kenyataan untuk memberi perlindungan hak cipta yang cukup efektif dikemudian hari. 4. Jangka Waktu Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam Pasal 29 ayat (1) UUHC 2002 disebutkan bahwa jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, sedangkan dalam UUHC 2014 , masa berlaku hak cipta dibagi menjadi dua yaitu masa berlaku hak moral dan hak ekonomi. Pasal 58 ayat 2 UUHC 2014 memberikan perlindungan hukum hak ekonomi bagi karya cipta selama pencipta masih hidup dan 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia 5. Sanksi Dalam UUHC 2002, tidak mengenal terminologi “pembajakan”, Dalam UUHC 2014 menyebutknan sanksi pidana 10 tahun bagi pembajak56 Pembajakan karya musik benar-benar ,emiskinkan insan kreatif Indonesia, Insan pencipta lagu kerap mengalami kerugian besar karena tidak menikmati secara maksimal hak enominya57 UUHC 2014 mengatur ganti rugi finansial langsung dari pihak pembajak di muka pengadilan. Pada saat persidangan, hakim boleh mencantumkan di amar putusan nominal ganti rugi. Dengan demikian sanksi bagi pembajak karya kreatif tidak hanya denda pidana saja.58Musik karya kreatif Indonesia di dengar di berbagai negara terutama Malaysia, brunei, singapura dan negara negara tempat tenaga kerja Indonesea potensial perintis untuk berada59 56 Ahmad M Ramli, Ka Dirjen HKI Kemenkumham, dalam Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancaman HAKI ibid 57 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancaman HAKI 58 ibid 59 ibid Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 403 kemajuan karya kreatif indonesia pada tataran regional.60 Unsur kedua yang juga memberi pengaruh terhadap efektifitas penerapan UUHC adalah sub sitem unsur struktur yang merupakan kelembagaan dari ciptaan sistem hukum misalnya pengadilan, ataupun lembaga yang berperan dalam hukum untuk menentukan proses pembentukan hukum dan penerapannya dalam masyarakat. Dengan demikian, Unsur struktur merupakan institusi–institusi yang telah ditetapkan oleh substansi yang merupakan aturan, norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu.761Komponen struktur merupakan institusi-institusi yang telah ditetapkan oleh substansi yang memuat ketentuan hukum untuk melaksanakan, menegakkan dan, mempertahankan serta menerapkan ketentuan-ketentuan hukum tersebut. Struktur hukum merupakan suatu pola yang melihat bagaimana hukum dijalankan menurut ketentuan formal. Untuk mendukung pelaksanaan penerapan UUHC 2014, maka dibentuk Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam lingkup Kementerian Hukum Dan HAM, dan untuk mendukung efektivitas UUHC 2002 Pemerintah juga membentuk Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI. Lahirnya Tim Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 (Timnas HKI ). Timnas HKI bertujuan menanggulangi pelanggaran di bidang HKI dan menjaga kepentingan pemilik dan pemegang hak HKI serta menjaga kepentingan Negara berkaitan dengan terganggunya hubungan perdagangan internasional, akibat tingginya pelanggaran HKI. Pembentukan Timnas HKI dianggap penting, karena beberapa kali Indonesia masuk dalam kategori priority watch list berdasarkan hasil survey International Intelectual Property Rights (IIPA) dan United States Trade Representative (USTR). Kedua lembaga ini memiliki 3 kriteria: 60 Muhammad Samsudin Hardjakusumah ( Sam Bimbo ) dalam ibid 61 ibid 1. Priority foreight country list yang disingkat PFCL adalah Negara yang masuk tingkatatau level satu pembajakan HKI, sehingga bisa dikenakan sanksi perdagangan berupapenundaan atau pencabutan fasilitas generalized system of preference (GSP). 2. Priority watch list yang disingkat PWL adalah Negara menunjukkan tingkat atau level dua pelanggaran HKI yang pelanggarnnya cukup tinggi, sehingga perlu mendapat pengawasan serius dari mitra dagangnya. 3. Watch list yang disingkat WL adalah Negara yang masuk daftar ini masih melakukan pelanggaran dan pembajakan HKI tetapi lebih ringan, sehingga Negara yang masuk daftar ini cukup diawasi saja. Selain itu, untuk mendukung penerapan UUHC 2014, maka diluar adanya kelembagaan yang resmi, memberikan kesempatan terbentuknya Lembaga Manajemen Kolektif Nasional62 yang merupakan satu-satunya Lembaga yang ditetapkan oleh Menteri merupakan organisasi non Pemerintah yang berbentuk badan hukum yang diberi kuasa oleh pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait guna mengelola sebagian hak ekonominya untuk menghimpun dan mendistribusikan royalty pada pencipta atau pemegang hak cipta yang berhak, sesuai Pasal 1 angka 22 UUHC. Selain itu, perlu dipertimbangkan instansi atau lembaga terkait yang mengelola dan mengurus berbagai hal yang terkait dengan perlindungan ekspresi budaya tradisional, agar perlindungan ekspresi budaya tradisional dapat berlaku efektif dikemudian hari63. Komponen yang ketiga adalah budaya hukum yang merupakan komponen yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan pengikat sistem serta menentukan tempat hukum sebagai suatu aturan ditengah kultur budaya secara keseluruhan. UUHC 2014 diharapkan dapat mengakomodasi Komponen budaya hukum, hal yang penting dalam sistem hukum, 62 63 ibid ibid Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 404 merupakan jiwa dari masyarakat yang didasarkan atas nilai-nilai yang hidup di masyarakat.648 Oleh karena itu, UUHC 2014 sebagai peraturan hukum yang ditaati masyarakat, apabila peraturan hukum telah disesuaikan dengan nilai yang hidup dimasyarakat yang diwujudkan dalam budaya hukum masyarakat dan akhirnya mampu menciptakan peraturan hukum yang efektif. Menurut Freidman, budaya hukum adalah nilai-nilai dan sikap sikap yang dipegang oleh para pemimpin atau penguasa dan anggota masyarakat padaumumnya. Sehingga budaya hukum meliputi budaya hukum eksternal dan budaya hukum internal. Budaya hukum eksternal adalah budaya hukum pada populasi umum, sedangkan budaya hukum internal adalah budaya hukum anggota masyarakat. Berkaitan dengan hal ini dapat terlihat, bahwa latar belakang lahirnya UUHC 2002 lebih didominasi kepentingan perdagangan bebas dan atas desakkan WTO.sedangkan lahirnya UUHC 2014 seperti telah diuarikan di atas didominasi latar belakang perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, perdagangan, industri, dan investasi, sehingga pemegang/pencipta memerlukan peningkatan perlindungan65 yang lebih komprehenshif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas selain untuk dapat mengoptimalkan potensi bangsa Indonesia berupa keanekaragaman hayati etnik/ suku dan budaya serta kekayaan dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Kelompok masyarakat/internal adalah kelompok pengambil kebijakan atau adalah penguasa atau yang disebut Pemerintah menentukan politik hukum ditentukan dengan kebijakan luar negeri yang menjadi bagian dari diplomasi internasional. Pada kelompok Pemerintah landasan filosofinya ditentukan oleh kebijakan internasional. Selain itu, dalam kelompok kehidupan bermasyarakat, dikenal juga masyarakat umum yang digolongkan dalam budaya hukum eksternal, yang ummunya adalah masyarakat umum yang 64 ibid Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, pada op.cit 65 lebih kental dengan nilai komunal, yang merupakan nilai yang telah dianut sebagai filosofi bangsa Indonesia. Kedua kelompok ini menjadi faktor yang menggambarkan perilaku masyarakat secara keseluruhan.. UUHC 2014 perlu disosialisasikan dengan baik, agar dapat terinternalisasi dan menjadi budaya hukum masyarakat yang diwujudkan dalam perilaku masyarakat taat hukum. dan menimbulkan kesadaran hukum yang tinggi., timbul perasaan hukum, dimana UU tersebut hukum dianggap sebagai kebutuhan yang perlu ditaati menurut pendapat Lawrence M. Freidman bahwa sistem hukum merupakan bagian dari sistem kontrol sosial. memerintahkan tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang dilakukan.13akan meng-kristal menjadi kesadaran hukum menurut pendapat B. Kutschinky yang dipengaruhi oleh anatara lain: 6614 pengetahuan, isi. sikap terhadap peraturan UUHC 2014. untuk membentu pola perilaku taat hukum .Perbedaan nilai yang menjadi landasan filosofi UUHC 2014 dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia menjadi hambatan yang berarti. 2. Efektifitas Perlindungan Sistem Hak Cipta Karya Kreatif Dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Indonesia Memasuki MEA 2015. Diberlakukannya Masyarrakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) di ASEAN membawa implikasi banjirnya produk dan jasa akan berputar di Wilayah Asia Tenggara tanpa hambatan berat. Produkproduk dari luar negeri dapat dengan mudah masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya.67 MEA ini menjelma sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi adanya MEA dapat memermudah produk Indonesia dipasarkan ke luar negeri, di sisi lain akan mengancam 66 ibid Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30 oktober 2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf 67 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 405 keberadaan produk asli Indonesia. Terutama produk-produk yang belum didaftarkan sebagai hak cipta kekayaan intelektual68. Pada periode Jan-Agust 2013, ekspor Indonesia ke pasar ASEAN baru mencapai 23% dari total ekspor, hal ini terjadi karena tujuan ekspor Indonesia masih fokus pada pasar tradisional seperti AS, Cina dan Jepang. Peringkat Indonesia menurut global competitivenes index masih berada di posisi ke-38 dari 148 negara. Sementara Singapura menempati posisi ke-2, Malaysia ke-24, Thailand ke-37, Vietnam ke-70, dan Filipina di posisi 5969.Salah satu sektor yang menjadi peluang. unggulan Indonesia dalam MEA 2015 adalah ekonomi kreatif selain SDA dan Informasi Teknologi. Ketiga sektor ini merupakan sektor terkuat Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya70. Di Indonesia, sektor ekonomi kreatif merupakan sektor yang memiliki daya tarik industri yang tinggi sehingga pelaku usaha tertarik untuk berusaha di sektor ekonomi kreatif, Secara rata-rata, jumlah usaha kreatif bertumbuh 1% pertahun dalam empat tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan jumlahusaha secara nasional yang bertumbuh rata-rata sebesar 1,05 % pada periode yang sama. Peningkatan jumlah usaha tertinggi di tahun 2013 terjadi pada subsektor seni pertunjukan sebesar 3,2%, diikuti oleh subsektor penelitian dan pengembangan sebesar 3%, subsektor permainan interaktif sebesar 2,87%, dan subsektor periklanan sebesar 2,86%.71 Subsektor ekonomi kreatif yang menunjukkan peningkatan jumlah usaha tertinggi selama periode 2010–2013 berturut-turut adalah penelitian dan pengembangan sebesar 4,6 %, periklanan sebesar3,5%, dan film, video, dan fotografi sebesar 3%. Peningkatan jumlah usaha pada subsektor seni pertunjukan tidak terlepas 68 Anonim, MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28 Oktober 2014,www.replika.co.id 69 ibid 70 Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA ), Peluang atau Ancaman?, cangkrukanpolitic.com. 71 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit hlm 224 dari makin banyaknya interaksi internasional yang berlangsung didalam festival-festival lokal dan ruang-ruang independen sejak tahun 199972. Negara tujuan ekspor terbesar produk kreatif Indonesia adalah Amerika Serikat dengan pangsa pasar sekitar 27,9%. Negara tujuan ekspor kedua terbesar adalah Jepang deng an pangsa pasarsebesar 10,7% diikuti oleh Perancis se besar 4,6%, Inggris sebesar 4,4%, dan Belanda sebesar 3,5% Kelima negara ini menyerap 50% ekspor produk kreatif Indonesia. Ekspor produk kreatif Indonesia ke RRT, walaupun menunjukan nilai yang masih rendah namun rata-rata pertumbuhannya paling tinggi dibandingkan ke-15 negara lainnya, yaitu 34,2%. Melemahnya kondisi perekonomian di kawasan Eropa dan Amerika telah mengurangi ekspor produk kreatif ke kawasan tersebut, khususnya pada tahun 2011. Sejalan dengan tingginya permintaan dari RRT, permintaan dari Thailand dan Malaysia juga menunjukan peningkatan. Secara rata-rata pada tahun 2010–2012, tingkat pertumbuhan ekspor karya kreatif Indonesia ke Thailand adalah 28,4% sedangkan pertumbuhan ekspor ke Malaysia adalah 12,5%.73 Ekonomi kreatif merupakan ekonomi yang digerakkan oleh pemanfaatan kreativitas individu, oleh karena itu undangundang perlindungan hak cipta merupakan payung hukum yang sangat diperlukan untuk menjamin hak-hak pencipta terhadap ciptaannya. Hukum menurut Donald Black adalah kaidah hukum yang dirumuskan dalam undang-undang. Dengan merujuk principle of efektiveness dari Hans Kelsen, realita hukum artinya orang (pelaku usaha) seharusnya bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan tata kaidah hukum74 antara lain Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang telah diberlakukan sejak tahun 2002 mengatur tentang pendaftaran bagi produk kreatifitasnya, agar memperoleh perlindungan berupa hak ekslusif baik hak 72 ibid ibid 74 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 73 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 406 moral maupun hak ekonomi bagi produk kreatifitasnya. Namun industri kecil masih terlena dan masih awam dengan pentingnya pendaftaran hak cipta atas produk75kreatifitasnya. Masalah utama masih belum masifnya pendaftaran hak cipta ini adalah kesadaran dari pelaku usaha kecil,"76 Hal ini merupakan ancaman paling besar MEA. Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dan industri kreatif kecil sudah merasa puas dengan capaian produk yang dibangunnya diterima oleh konsumen. Tanpa memperdulikan produknya mudah ditiru atau dibajak. 77" Saat ini baru sekitar 30 persen dari produk yang sudah didaftarkan menjadi hak cipta. Selebihnya lebih dari 70 persen belum didaftarkan. Pelaku usaha yang belum mendaftarkan hak cipta produknya adalah pelaku usaha kecil menengah78. Padahal, industri kreatif di Indonesia sangat dinamis dan terus berkembang. Kalau pelaku usaha masih belum mendaftarkan produknya , akan kewalahan dengan banjir produk dari luar negeri saat MEA diberlakukan79 Pelanggaran HKI pada tahun 2013 mencapai 57 kasus HKI dan 38 kasusnya adalah kasus hak cipta. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelanggaran hak cipta cukup signifikan dibandingkan perkara HKI lainnya80 disertai keengganan pendaftaran penghasil produk kreatif tersebut membuktikan belum efektifnya Undangundang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Roscoe Pound Cipta tersebut. menghubungkannya dengan “law in books dengan law in action” 81Terkait dengan ide R. Pound tersebut hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan membina masyarakat dimana hukum tidak pasif tetapi harus mampu digunakan untuk mengubah suatu keadaan dan kondisi tertentu ke arah yang dituju 82 Disahkannya RUU Hak Cipta pada tanggal 16 Oktober 2014 merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, sejalan dengan peranan Hukum merupakan sarana pembaharuan masyarakat dalam arti kaidah atau peraturan hukum berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan .” Sunaryati Hartono menyatakan bahwa makna pembangunan hukum meliputi:83 (a). menyempurnakan; (b) mengubah agar menjadi lebih baik dan modern (c) mengadakan sesuatu yang sebelumnya belum ada, dan (d) meniadakan sesuatu yang terdapat dalam sistem lama. Menurut Mochtar Kusumaatmadja84 dalam”Teori Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa pernanan hukum dalam pembangunan adalah menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara teratur.85” Agar pembangunan berjalan proporsional diperlukan kepastian hukum, diwujudkan tersedia faktor perangkat hukum yang memadai,86 dalam menembus pasar global MEA 2015. oleh karena itu karya kreatif industri perlu mendapat perlindungan yang memadai. Hal tersebut menunjukan pemerintah memiliki inisiatif untuk merespons perkembangan ekonomi berbasis industri kreatif yang telah menjadi salah satu andalan kekuatan ekonomi Indonesia. Hal tersebut sesuai sesuai dengan konsep modern welfare state. Marbun mengatakan 82 75 Budyarto Linggowijono,Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif dan MICE dalam ibid 76 Budyarto, Republika, Senin 27Oktober 2014 pada ibid. 77 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit hlm 224 78 Budyarto Linggowijono, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif dan MICE Pantauan KADIN dalam ibid 79 Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal 80 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan 81 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm Ibid Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum Nasional, makalah, 1991 pada ibid. 84 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, 1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And Medium Industry As an effort To Improve National Competitiveness In Free Trade, hlm 2. 85 ibid 86 Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002, hlm 44. 83 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 407 bahwa di dalam “welfare state” tugas pemerintah harus aktif mensejahterakan masyarakat.87 Dengan Perlindungan yang memadai terhadap hak cipta diharapkan akan membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.88 Hal ini sejalan dengan pendapat Robert M. Sherwood pada “Public Benefit Theory” menjelaskan bahwa kreator dalam hal ini pencipta harus dierikan perlindungan hukum terhadap kreasinya sebagai sarana untuk mendukung pembangunan ekonomi89 yang harus efektif dilasanakan. Terkait efektifitas berlakunya UU hak Cipta yang erat kaitannya dengan esensi penegakkan hukumnya, menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi dan saling berkaitan sebagai berikut2490 : (1). faktor undang-undang nya itu sendiri (2). faktor penegak hukum , yakni pihak-pihak yang membentuk hukum maupun menerapakan hukum 3. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegkan hukum 4. faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. 5. faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya, perlindungan hukum atas karya cipta insan cipta tersebut sudah mengetahui perlunya perlindungan hukum terhadap karya cipta tersebut, seberapa besar pemahaman tentang Undangundang dan ketentuan itu sudah jelas. Hukum hanya bisa berlaku efektif bila selaras dengan kehendak masyarakat, dan dalam penegakan hukum hak cipta apakah pelaku usaha Indonesia dapat menerima HKI yang berasal dari budaya barat yang 87 Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45 dalam Nina.... 88 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit hlm 123. 89 Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property Rights ) Protection Over The Mercchandise Works of Creative Industry To Improve Indonesia Economic Development”, International Journal of Research in Management ( IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013. hlm 7 90 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 menganut konsep hukum Individual Right, sedangkan konsep hukum Negara timur termasuk Indonesia menganut konsep hukum hukum yang komunal. Penegakan berkaitan dengan budaya hukum ini, dalam praktiknya sering kali menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pelanggaran hukum dalam hukum hak cipta. Dalam hal terjadinya pelanggaran hukum hak cipta, khususnya pelanggaran hukum hak cipta91, maka langkah startegis yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah sejalan dengan konsep modern welfare state. Marbun yaitu tugas pemerintah harus aktif mensejahterakan masyarakat92: yang telah diagendakan adalah sebagai berikut93 1. Mensosialisasikan pentingnya hak cipta khususnya bagi industri kecil 2. Memaksimalkan perlindungan terhadap Hak cipta sehingga tenaga kerja kreatif semakin termotivasi 3. Memfasilitasi peningkatan kemampuan kewirausahaan, khususnya terkait pengelolaan Hak Cipta .untuk menghasilkan produk atau karya-karya baru inovatif. 4. Memfasilitasi kolaborasi dan sinergi antar usaha dan orang kreatif ditingkat lokal, nasional, dan global. dilaksanakan dengan:advokasi Hak cipta. Harmonisasi-regulasi Hak cipta untuk dapat menjamin perlindungan (pendaftaran yang mudah, penegakan hukum atas pembajakan dan tindakan melanggar Hak cipta) bagi kekayaan intelektual. Strategi ini dilaksanakan melalui: 1) Sosialisasi dan menjamin penegakan hukum pelaksanaan UU Hak Cipta 2014. 2) Mengembangkan regulasi turunan UU Hak Cipta sebagai dasar hukum implementasi regulasi di masyarakat. 3) Harmonisasi regulasi Hak Cipta tentang kegiatan penelitian dan 91 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 Nina IPR ( Intelectual Property Rights ) 93 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan, op.cit hlm 235 92 Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 408 pengembangan dibidang industri kreatif. Komersialisasi penelitian dalam instansi pemerintahan tidakvmemungkinkan penemu mendapatkan apresiasi finansial. Namun, perlu dikembangkan bentuk apresiasi bagi penemu agar mendorong gairah dan produktivitas dalam melakukan penelitian yang berkontribusi secara optimal untuk masyarakat. Dalam hal ini, perlu dilakukan evaluasi kebijakan, harmonisasi, koordinasi antar pemegangkepentingan, kemudian implementasi, pemantauan, dan evaluasi dari regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan 4) Mengkomunikasikan pentingnya kreativitas dan Hak cipta sebagai modal utama keunggulan bersaing dalam era ekonomi kreatif. Strategi ini dilaksanakan dengan: a. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kreativitas dan Komunikasi terintegrasi termasuk anatar pemerintah pusat dan daerah dengan menyuarakan pesan yang saling terkoordinasi,dan konsisten melalui berbagai macam media dan wadah komunikasi. b. Meningkatkan penghargaan terhadap Hak Cipta. Perlu ada upaya untuk meningkatkan literasi dan apresiasi masyarakat terhadap Hak Cipta terutama untuk mengurangi konsumsi dan produksi barangbarang/karya-karya bajakan. 5. Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat. Strategi ini dilaksanakan dengan: 1) Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan Hak 6. 7. cipta kepada masyarakat. Saat ini sudah terdapat website yang menjelaskan mengenai Hak Cipta , namun perlu dikemas lebih kreatif sehingga lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam melalui eforum, e-buletin, atau layanan informasi lainnya yang dapat meningkatkan interaksi dengan masyarakat. 2) Melakukan aktivasi untuk mendistribusikan pengetahuan tentang Hak atas Cipta secara on-line melalui sosial media atau secara off-line. Memperkuat landasan hukum dalam interaksi bisnis berbasis Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Strategi ini dilaksanakan dengan memperluas jangkauan layanan advokasi terkait bisnis berbasis Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). pendampingan dalam proses pembuatan perjanjian kerja sama,dan pendampingan untuk menyelesaikan perselisihan hukum dalam bisnis berbasis HKI. Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau ,tidak membebani, memberikan manfaat, dan memiliki prosedur dan waktu penyelesaian yang jelas dengan mengembangkan sistem fasilitas yang didukung oleh adanya pedoman proses seleksi pemberian fasilitasi, dari penerimaan permohonan sampai dengan penentuan penerima fasilitasi. Perlu adanya upaya memperluas jangkauan dan kualitas layanan pendaftaran Hak Cipta dengan melakukan kegiatan aktivasi untuk mendistribusikan informasi fasilitas pendaftaran Hak Cipta. Sistem fasilitasi yang dikembangkan meliputi mengharmonisasi kebijakan pendaftaran Hak Cipta harus didukung dengan sistem informasi sehingga akan tercipta database Hak Cipta untuk memudahkan penelusuran sehingga mempermudah proses penegakkan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta. Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 409 8. Memberikan perlindungan dan menjamin penegakkan HKI. Membutuhkan sinergi yang kuat antara pihak kepolisian, kejaksaan, advokat, orang kreatif, dan Kementerian Hukum dan HAM. Upaya penegakkan hukum atas pelanggaran HKI harus dilakukan secara proaktif dan preventif, sehingga tidak menunggu adanya aduan atas pelanggaran terlebih dahulu. E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. UUHC 2012 belum efektif dilaksanakan, oleh karena itu dengan terbitnya UU Hak Cipta 2014 sebagai pembaharuan terhadap sistem hukum perlindungan UUHC 2012 diharapkan dapat mewujudkan perlindungan sistem hukum yang lebih memadai bagi pemegang/pemilik karya cipta, sehingga dapat mendorong lebih inovatif para penghasil karya kreatif Indonesia. Hal yang diperbaharui menyangkut aspek substantif meliputi materi pengaturan fungsi dan definisi ciptaan, perlindungan hak cipta, jangka waktu hak cipta yang lebih memadai serta sanksi yang tegas dan komprehenshif bagi pelanggar/pembajak selain pembaharuan dalam subsistem struktur dengan didirikannya lembaga/institusi terkait agar terciptanya subsistem budaya kesadaran hukum/kepatuhan hukum pelaku bisnis dan masyarakat akan penegakkan pengaturan perlindungan hak cipta. b. Belum masifnya pendaftaran hak cipta khususnya bagi pelaku usaha kecil, dan maraknya pelanggaran terhadap karya cipta merupakan ancaman besar dalam memasuki pasar global MEA 2015. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah untuk memfasilitasi berbagai sarana sebagai pendampingan efektivitas implementasi UUHC 2014 dalam upaya meningkatkan jumlah pendaftar hak Cipta atas hasil karya industri kreatif sesuai fungsi pemerintahn aktif mensejahterakan masyarakat sebagai perwujudan konsep “Welfare State” dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015. 2. Saran a. Perlu segera diterbitkannya Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana UUHC 2014 dan sosialisasi yang intensif tentang pentingnya hak cipta khususnya bagi pelaku usaha kecil serta dibentuknya lembaga terkait dalam pendampingan upaya pengimplementasian UUHC 2014 . sehingga terwujud budaya kesadaran hukum khususnya kesadaran akan pentingnya perlindungan hak cipta bagi karya kreatifnya. b. Perlunya harmonisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam hal penerbitan berbagai kebijakan untuk dapat menjamin perlindungan berupa kemudahan pendaftaran, penegakkan hukum atas pembajakan dan tindakan pelanggaran hak cipta sehingga terwujudnya iklim kondusif dan tumbuhnya karya karya kreatif inovatif dan kompetitif dari karya industri kreatif . Indonesia sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015. Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 410 Daftar Pustaka Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28 Oktober 2014, 03:17 WIBF,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal _ Republika Onlin __________, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30 Oktober 2014 2014,http://perpustakaan.bphn.go.id/inde x.php/searchkatalog/ downloadDatabyld/54197/30-1014_25514.pdf Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni Di Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum Universitas Udayana. http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_the sis/unud-432-1030486153-thesisi.pdf Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12 April 2012,file:///F:/ Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Official, Website.htm top Fathoni, Membangun Paradigma Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan Dalam Penyelsaian Sengketa HAKI.. 29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com. Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Karya Cipta Seni Karawitan Instrumental Bali, Unud hlm 10 karawitan, Program Pascasarjana, universitas Udayana,Denpasar,2012, pps.unud.ac.id. Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA ), Peluang atau Ancaman?, cangkrukanpolitic.com. Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta. Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019, hlm 108-109, http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress / wp.content/uploads/ 2014/MEA2015/12/ RPJM_ Ekonomikreatif.pdf. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, 1976, Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property Rights ) Protection Over The Mercchandise Works of Creative Industry To Improve Indonesia Economic Development”, International Journal of Research in Management ( IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013. Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002 Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada Industri kreatif, 07 April 2014 sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/d etil.asp?c=22&id=2359 Robert M. Sherwood, Intellectual Property and Economic Development : Wesview Special Studies in Science, Tecnology and Public Policy. Westview Press Inc, San Fransisco, 1990. Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI Terhadap Karya-Karya Tradisional Masyarakat Adat, repository.usu.ac.id Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas Penerapan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Journal Hukum Prioris , vol 4, No. 2 , 2014, journal.trisakti.ac.id Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum Nasional, makalah, 1991. Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 411