Hafied UU NO. 28 TAHUN 2014

advertisement
PERLINDUNGAN SISTEM HUKUM HAK CIPTA MELALUI UU NO. 28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA BAGI KARYA KREATIF
INDONESIA MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF DALAM
MEMASUKI MEA 2015
HAFIED NOOR BAGJA, SH., MKn
[email protected]
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA
Dr. NINA NURANI, S.H., M.Si.
[email protected]
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMENT UNIVERSITAS WIDYATAMA
Jl. Cikutra No. 204 A. Bandung. Indonesia
ABSTRAK
Perlindungan sistem hukum hak cipta memiliki peran strategis merupakan sarana mewujudkan
pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015. Penelitian ini mengkaji perlindungan sistem
hukum Hak Cipta melalui UU Hak Cipta 2014 bagi karya kreatif Indonesia dan mengkaji
perlindungan sistem hak cipta melalui UUHak Cipta 2014 dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
kreatif Indonesia memasuki MEA 2015.. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif empiris. Yuridis normatif mengacu pada asas, norma hukum nasional dan internasional, dengan
mengkaji data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder, tersier.
dan
menggunakan specifikasi penelitian deskriptif analisis. Faktor empiris adalah efektifitas
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuannya. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perlindungan sistem hukum melalui UUHC 2002 belum memadai dan belum
efektif dilaksanakan, terbukti belum masifnya pendaftaran hak cipta. Sebagai upayanya, pemerintah
menerbitkan UU Hak cipta 2014 sebagai penyempurnaan terhadap UUHC 2012., dan perlindungan
sistem hak cipta melalui UU Hak Cipta 2014 diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi
kreatif Indonesia memasuki MEA 2015. Diperlukan langkah startegis Pemerintah antara lain dengan
menerbitkan Peraturan pelaksanaan UHC 2014, dibentuknya struktur kelembagaaan terkait sebagai
upaya peningkatan kesadaran pentingnya budaya penegakkan hak cipta.
Key Word : Sistem Hukum, Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2008, Karya Kreatif, Ekonomi Kreatif
Indonesia, MEA 2015
A. Pengantar
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
yang akan segera diberlakukan di Asean.
menjelma sebagai pisau bermata dua. Di satu
sisi adanya MEA dapat mempermudah
produk Indonesia dipasarkan ke luar negeri,
di sisi lain mengancam keberadaan produk
asli Indonesia, terutama produk-produk yang
belum didaftarkan antara lain sebagai hak
cipta1 Pembajakan karya dalam industri
musik, teknologi informasi, penerbitan, film,
dan animasi merupakan salah satu
permasalahan utama terkait HKI di
Indonesia2. Penegakkan hukum yang lemah
1
Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal,
28 Oktober 2014, 03:17 WIBF,MEA Ancam Hak
Cipta Produk Lokal _ Republika Online_files
2
Ibid
menyebabkan
pembajakan
terus
berkembang. Permasalahan hukum lainnya
terkait hak cipta adalah plagiarisme terhadap
karya tulis terutama untuk industri musik,
fotografi,
dan
teknologi
informasi.
Lemahnya penegakkan hukum juga menjadi
salah satu penyebab rendahnya jumlah karya
kreatif yang melakukan pendaftaran HKI.
demikian pula hasil ciptaan tersebut sangat
sedikit di daftarkan3. Adapun faktor yang
menyebabkan sedikitnya mendaftarkan karya
ciptaannya
selain
disebabkan
oleh
ketidaktahuan, juga disebabkan oleh konsep
budaya hukum yang berbeda
yang
melandasi konsep berfikir masyarakat
Indonesia yakni bersifat komunal, artinya
3
ibid
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
395
karya yang dihasilkan dipahami sebagai
milik bersama yang dimiliki oleh keluarga
atau masyarakat adatnya. Lain halnya
dengan budaya hukum yang melatar
belakangi masyarakat negara-negara barat
yang lebih mengedepankan kepentingan hakhak individu dengan watak kapitalis4.
Regim hak cipta sebagai bagian dari
HKI yang lahir dari perdagangan bebas ini
mengacu pada prinsip-prinsip perdagangan
bebas yang menuntut persamaan. Semua
pihak dianggap sebagai “gladiator” yang
harus mampu bertahan dalam pertarungan.
Prinsip “survival for the fittest” ( siapa yang
terkuat yang akan bertahan ). Negara miskin
dan berkembang akan menjadi “bulanbulanan” negara maju yang sudah lebih
mapan konsep HKI-nya.
Indonesia merupakan negara yang
sangat kaya dengan keanekaragaman etnik
dan budaya yang melahirkan cita rasa seni
mewujud pada berbagai produk budaya.
Wujud kreatifitas “Orang Indonesia” yang
diwarnai keberagaman etnik, lingkungan,
topografi dan religiusitas telah dikenal sejak
lama,
bahkan
sampai
mancanegara5
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang menjadi peserta Agreement
Establishing the World Trade Organisation.
Dengan demikian, Indonesia juga menjadi
peserta Agreement on Trade Related Aspects
of Intellectual Property Rights atau
persetujuan TRIPs.
Sebagai
tindak
lanjut
dari
keikutsertaan Indonesia tersebut, Indonesia
telah memiliki sistem Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) yang meliputi hak cipta
(UU No. 12/2002), yang telah diperbahrui
menjadi UU No. 28/ 2014, paten (UU No.
14/2001), dan merk (UU No. 15/2001).
Sejak 20 Desember 2000, HKI di Indonesia
telah diperkaya dengan “rahasia dagang”
(UU No.30/2000), “desain industri” (UU No.
4
Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni Di
Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum Universitas Udayana.
http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-4321030486153-thesisi.pdf
5
Fathoni, Membangun Paradigma Penegakkan Hukum
Yang Berkeadilan Dalam Penyelesaian Sengketa
HAKI, 29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com.
31/ 2001), dan “desain tata letak sirkuit
terpadu” (UU No. 32/2000). 6
Era globalisasi merupakan suatu
perubahan dalam tata hubungan atau
konektivitas telah mengubah untuk bertukar
informasi, berproduksi, berdagang, dan
berkonsumsi dari produk-produk budaya dan
teknologi dari berbagai tempat di dunia.
Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis
dan kompleks, sehingga kreativitas dan
pengetahuan menjadi suatu aset yang tak
ternilai dalam kompetisi dan pengembangan
ekonomi. Kemunculan konsep ekonomi
kreatif di era globalisasi ini, telah menarik
minat berbagai negara untuk menggunakan
konsep ini sebagai model pengembangan
ekonomi, termasuk di Indonesia.7
Pengembangan ekonomi kreatif
2015–2019 diarahkan pada pengarus
utamaan ekonomi kreatif pada setiap sektor
yang menjadi fokus pembangunan nasional
dan pengembangan sub sektor ekonomi
kreatif yang difokuskan pada pengembangan
lima belas kelompok industri kreatif.
adalah8: (1) arsitektur; (2) desain; (3) film,
video, dan fotografi; (4) kuliner; (5)
kerajinan; (6) mode; (7) musik; (8)
penerbitan; (9) permainan interaktif; (10)
periklanan;
(11)
penelitian
dan
pengembangan; (12) seni rupa; (13) seni
pertunjukan; (14) teknologi informasi; dan
(15) televisi dan radio.9
Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif:
Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
(Kemenparekraf 2014), terdapat empat
prinsip utama yang menjadi landasan dalam
6
Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI Terhadap
Karya-Karya Tradisional Masyarakat Adat, hlm 67,
repository.usu.ac.id
7
Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12 April
2012,file:///F:/
Pilar-Pilar
Ekonomi
Kreatif,
%20_%20Fakultas%20Ekonomi%20dan%20Bisnis%2
0Universitas%20Padjadjaran%20%20Official%20Website.htm#top
8
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru
Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka Menengah
2015-2019,
hlm
108-109,
http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/
wp.content/uploads/
2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf
9
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru
Indonesia, hlm 38
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
396
pengembangan ekonomi kreatif 2015–2019
yaitu:10 pertama, penguasaan iptek dalam
Pemberdayaan SDM kreatif meningkatkan
kemampuan memanfaatkan iptek, Kedua,
“Design thinking” merupakan kolaborasi
ilmu dan kreativitas menambahkan nilai
identitas budaya dan nilai tambah (added
value) baik secara ekonomis, fungsional,
sosial, dan estetika Ketiga, seni dan budaya
sebagai inspirasi
menciptakan keunikan
sebagai daya saing karya kreatif memperkuat
jati diri, persatuan, kesatuan, dan eksistensi
bangsa Indonesia di forum internasional.
Keempat, media sebagai saluran distribusi
dan presentasi karya dan konten kreatif
mengkomunikasikan karya-karya kreatif
lokal yang berkualitas sehingga dapat diakui
dan diapresiasi di dalam maupun di luar
negeri.11
Pengarusutamaan ekonomi kreatif
yang dimaksud adalah bagaimana agar
seluruh
sektor
pembangunan
dapat
memanfaatkan ekonomi kreatif dalam
menciptakan nilai tambah 12 nilai ekonomi
dan membuka lapangan pekerjaan baru
melalui eksplorasi HKI termasuk hak cipta,
terutama sumbangannya yang signifikan
terhadap GDP suatu negara13Pada 2013,
ekspor produk kreatif mencapai Rp119
triliun (10 miliar dollar AS) yang naik
delapan persen dibanding 2012, menurut
data Kementerian Parawisata dan Ekonomi
Kreatif. Sedangkan kontribusi industri
kreatif terhadap PDB pada 2013, tidak jauh
berbeda dengan 2012, di kisaran 6,9 persen
atau di posisi ke-tujuh, senilai Rp 573 triliun
dari sektor-sektor ekonomi lainnya.14
Ekonomi
kreatif
merupakan
penyumbang PDB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) terbesar ketujuh dari sepuluh sektor
ekonomi
penyumbang
pertumbuhan
ekonomi. Pada tahun 2010–2013,nilai PDB
(ADHB) ekonomi kreatif rata-rata sebesar
10
ibid
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan
Baru Indonesia , op.cit, hlm37
12
ibid
13
Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif , op.cit
14
Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada Industri
kreatif,
07
April
2014
sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=22
&id=2359
11
555 triliun dengan kontribusi rata-rata 7,1%
terhadap PDB nasional. Ekonomi kreatif
memiliki kontribusi di atas sektor ekonomi
utama Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan; Pengangkutan dan Komunikasi;
dan Listrik, Gas,dan Air BersihNilai
kontribusi PDB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) Ekonomi kreatif pada semester
Itahun 2014 dibandingkan semester I tahun
2013 mengalami peningkatan yang positif
yaitu sebesar 10,8%, atau mengalami
peningkatan dari 311,4 triliun rupiah
menjadi 345 triliun rupiah15 Dalam
perdagangan bebas HKI termasuk hak cipta
menjadi salah satu primadona di WTO,
karena semua produk ataupun jasa yang
diperdagangkan sudah pasti melekat HKI
sehingga negara maju yang merupakan
negara
industri
merasa
sangat
berkepentingan,
untuk
mendukung
penyeragaman hukum di bidang HKI dengan
cara mewajibkan Negara-negara anggota
WTO16untuk meratifikasi kovensi atau
protokol internasional yang termuat di dalam
TRIPs.
Apresiasi dan literasi mengenai hak
cipta sebagai bagian HKI di masyarakat
secara umum masih rendah, termasuk oleh
orang-orang kreatifnya sendiri. Sampai saat
ini, terdapat perbedaan persepsi tentang
penting atau tidaknya mengurus hak cipta
karya kreatif di antara orang-orang kreatif.
Sebagian berpendapat bahwa memiliki hak
cipta tidak terlalu berpengaruh kepada
perkembangan bisnisnya dan mengurus hak
cipta terlalu menyita waktu dan biaya yang
tidak sepadan dengan manfaat
yang
diterima. Sebagian lagi berpendapat saat ini
HKI semakin penting dan pengurusannya
sudah semakin cepat, mudah, dan murah.
15
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan
Baru Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka
Menengah
2015-2019,
hlm
108-109,
http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/
wp.content/uploads/
2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf
16
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas
Penerapan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, Journal Hukum Prioris , vol 4, No.
2 , 2014, journal.trisakti.ac.id
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
397
Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya peningkatan pengetahuan Hak cipta
orang kreatif. Selain itu, upaya mengedukasi
masyarakat luas mengenai hak cipta secara
berkualitas dan berkelanjutan. Adanya
kelembagaan dan pusat informasi hak cipta
di daerah-daerah dapat membantu proses
edukasi, advokasi, dan pendaftaran hak
cipta17
Salah
satu
terobosan
positif
pemerintah adalah disahkannya UU Hak
Cipta 2014 pada tanggal 16 Oktober tahun
2014 untuk menyempurnakan UU Hak Cipta
2002 yang diharapkan dapatmemberikan
potensi dampak positifnya dirasakan oleh
para pencipta antara lain oleh industri musik
dengan tidak diperbolehkannya lagi sistem
jual atau beli putus karya musik; hak
pencipta akan kembali lagi setelah 25 tahun
untuk kasus jual atau beli putus yang sudah
terjadi18; adanya penegasan hukuman untuk
pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan
di internet dan pusat perbelanjaan (shopping
mall); diciptakannya dua jenis Lembaga
Manajemen Kolektif yaitu untuk hak cipta
dan hak terkait; adanya penegasan pemilik
master rekaman untuk mempunyai hak atas
performing rights; dan dibentuknya sistem
database musik nasional berbasis Teknologi
Informasi (TI) yang transparan dan netral19
Berdsaarkan pemikiran tersebut di atas
penulis tertarilk untuk mengkaji bagaimana
perlindungan
sistem hukum Hak Cipta
dalam UU No. 28 tahun 2014 bagi karya
kreatif Indonesia dan mengkaji bagaimana
perlindungan sistem hak cipta melalui UU
No. 28 tahun 2014 dalam mewujudkan
17
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit hlm 224/
18
Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam
HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan
Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan
Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30
Oktober 2014 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi
ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM
RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat
Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional,
Republika,
30
oktober
2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk
atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf
19
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit..
pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia
memasuki MEA 2015..
B. Landasan Teori
Diterbitkannya UU No. 28 Tahun
2014 tertanggal 16 Oktober 2014 tentang
Hak Cipta merupakan sistem hukum
perlindungan hak cipta bagi karya kreatif
Indonesia sebagai penyempurnaan terhadap
UU Hak Cipta 2002. UU Hak Cipta 2002
tidak mampu mengantisipasi pelanggaran
hak cipta sehingga perlu dilakukan
pembaharuan hukum
sebagai upaya
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
kreatif dalam memasuki MEA 2015 berpijak
pada
konsep pembangunan.20menurut
Mochtar Kusumaatmadja21 dalam”Teori
Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa
peranan
hukum
dalam pembangunan
adalah menjamin bahwa perubahan itu
terjadi dengan cara teratur.22” Hukum
merupakan sarana pembaharuan masyarakat
dalam arti kaidah atau peraturan hukum
berfungsi
sebagai alat pengatur atau
sarana pembangunan .” Sunaryati Hartono
menyatakan bahwa makna pembangunan
hukum meliputi:23 (a). menyempurnakan;
(b) mengubah agar menjadi lebih baik dan
modern (c) mengadakan sesuatu yang
sebelumnya belum ada, dan (d) meniadakan
sesuatu yang terdapat dalam sistem lama.
Agar pembangunan berjalan
proporsional diperlukan kepastian hukum,
diwujudkan tersedia perangkat hukum yang
memadai,24 dalam upaya meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dan pelaku
bisnis
dengan
memperhatikan empat
indikator kesadaran hukum, yang masing20
ibid
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan
Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung,
1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss
of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And
Medium Industry As an effort To Improve National
Competitiveness In Free Trade, hlm 2.
22
ibid
23
Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan
Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum
Nasional, makalah, 1991 pada ibid.
24
Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan
dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era
Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002,
hlm 44.
21
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
398
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan
berikutnya, yaitu: (1) pengetahuan hukum (2).
pemahaman hukum (3). sikap hukum (4) pola
perilaku hukum masyarakat dan pelaku bisnis
dalam menembus pasar global memasuki
MEA 2015.
Oleh karena itu UU Hak Cipta 2014
sebagai salah sistem hukum HKI perlu
memenuhi subsistem substansi, sub sistem
struktur dan sub sistem budaya hukum25
selain memehuhi berbagai perspektif, yaitu
perspektif yuridis normatif, filosofis, dan
sosiologis. Perspektif yuridis normatif,
berlakunya hukum jika sesuai dengan
kaedah yag lebih tinggi (teori Stufenbau
dari Hans Kelsen) atau terbentuknya
sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan
hukum26\(teori
W.
Zevenbergen).
Perspektif filosofis, berlakunya hukum jika
sesuai dengan cita-cita hukum. Sedangkan
berlakunya perspektif sosiologis menurut
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,
mengkaji pengaruh dari kaedah hukum
tersebut27
Hal tersebut merupakan
peran
negara yang harus responsif memberikan
perlindungan khusus terhadap para pencipta
karya kreatif indutri sesuai dengan konsep
modern welfare state.Marbun mengatakan
bahwa di dalam “welfare state” tugas
pemerintah harus aktif mensejahteraan
masyarakat28
Landasan
perlindungan
sistem
hukum hak cipta karya kreatif Indonesia
terdapat dalam teori antara
lain;29 (1)
Reward theory, yaitu kepada pencipta perlu
diberikan penghargaan dan pengakuan serta
perlindungan
hukum atas keberhasilan
upayanya dalam melahirkan produk barang
tersebut (2) Recovery theory, yaitu atas
usaha karya kreatif tersebut perlu diberikan
hak ekslusif untuk mengeksploitasi Hak
25
ibid
ibid
27
ibid
28
Marbun
dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum
Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45 .
29
Robert M. Sherwood, Intellectual Property and
Economic Development : Wesview Special Studies in
Science, Tecnology and Public Policy. Westview
Press Inc, San Fransisco, 1990, hlm.11-13 pada ibid
Nina Nurani ”IPR Protection Over, hlm.4.
26
Cipta guna meraih kembali apa yang telah
dikeluarkannnya; (3) Incentive theory yaitu
incentif perlu diberikan untuk merangsang
kreatifitas .30 Menurut Robert M. Sherwood
dalam Public Benefit Theory31
bahwa
pemilik karya kreatif harus dihargai dan
dilindungi hukum agar dapat didorong
kreatifitasnya menjadi dasar pertumbuhan
ekonomi kreatif mendukung daya
saing
global dalam memasuki MEA 2015.
Menurut Jeremi Philips dan Allison Firth,
dalam teori “The Absolute Monopoly of
The Market“ pemilik hak cipta berhak
mencegah
setiap
orang
untuk
menggunakan hak milik pada pasar yang
diatur oleh hukum yang melindunginya.
C. Metode Penelitian
Yuridis normatif dan empiris
yaitu penelitian yang mengacu pada normanorma
hukum yang
terdapat dalam
perundang-undangan nasional
maupun
internasional, serta Undang No 6 tahun 1982
yang disempurnakan dengan UndangUndang No 7 Tahun 1987 dengan UndangUndang No12 Tahun 1997 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun
1987. Selanjutnya pada tahun 2002 dengan
alasan
untuk
mendukung
industri,
perdagangan dan investasi Pemerintah
Indonesia merevisi Peraturan perundangundangan Hak Cipta dengan UndangUndang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta, di singkat UUHC 2002 UU Hak
Cipta 2002 dan diperbaharui kembali melalui
UU Hak Cipta 2014, terkait pula dengan
Persetujuan
TRIPs-WTO. Berne
Convention for the Protection of Literary
and Artistic Works. dengan Keputusan
Presiden Nomor 18Tahun1997 tentang
Berne Convention for the Protection of
Literary and Artistic Works dengan
menelusuri, meneliti, dan mengkaji objek
tersebut
terhadap data kepustakaan atau
data sekunder, hasil penelitian dan literatur
lainnya.
30
31
ibid
Robert M. Sherwood, opcit, hlm 37.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
399
Sedangkan faktor empiris adalah
efektifitas pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan secara efektif dengan
mencapai tujuannya, dilakukan pada
beberapa pelaku usaha di Indonesia dan
negara lainnya,
Specifikasi penelitian menggunakan
deskriptif
analisis,
dengan
tujuan
memberikan gambaran mengenai fakta-fakta
disertai analisa yang akurat mengenai
peraturan perundang-undangan sebagai
sistem hukum perlindungan terhadap karya
kreatif Indonesia yang berlaku dihubungkan
dengan teori-teori hukum dan praktek
pelaksanaannya sebagai upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi kreatif memasuki
MEA 2015.
Tahap penelitian melalui penelitian
kepustakaan
dan
pengumuman
data
menggunakan studi dokumen. Analisa data
menggunakan data dan menarik kesimpulan
dari hasil penelitian. Kedua bahan hukum
data primer dan sekunder dianalisa dengan
metode kualitatif .
D. Pembahasan
1. Perlindungan Sistem Hukum Hak
Cipta
Bagi Karya Kreatif
Indonesa Melalui UU N0. 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Perlindungan Sistem hukum bagi
karya kreatif di Indonesia khususnya, karya
seni, sastra, ilmu pengetahuan tertuang dalam
Undang -Undang No.19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta (UUHC 2002), menyatakan
bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi
pencipta dan penerima hak untuk
mengumumkan.32 Undang-undang
Hak
Cipta tersebut merupakan instrument yang
tidak dapat di lepaskan dalam mendorong
perlindungan hukum terhadap karya kreatif
secara komprehensif di bidang HKI.
Perlindungan
hukum
yang
diberikan
terhadap
Hak
Cipta
dimaksudkan untuk merangsang aktivitas
kreatif para pencipta untuk menciptakan
suatu hal baru yang berguna untuk
32
Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni
Di Bali, op.cit
masyarakat33Hal
ini
sejalan
dengan
Incentive theory yaitu
incentif perlu
diberikan untuk merangsang kreatifitas .34
Oleh karena itu sejalan dengan Reward
theory, yaitu kepada para penghasil karya
kreatif
perlu diberikan
penghargaan
berupa
pengakuan serta perlindungan
hukum atas keberhasilan upayanya dalam
melahirkan produk barang tersebut. Sejalan
pula dengan Recovery theory, yaitu atas
usaha karya kreatif penemu kreatifitas telah
mengeluarkan tenaga,fikiran, waktu dan
biaya. Oleh karena itu perlu diberikan hak
ekslusif untuk mengeksploitasi HKI guna
meraih
kembali
apa
yang
telah
Allison Firth,
dikeluarkannnya.35 dan
dalam teori “The Absolute Monopoly of
The Market“ pemilik karya kreatif berhak
mencegah
setiap
orang
untuk
menggunakan hak milik pada pasar yang
diatur oleh hukum yang melindunginya36
dalam hal ini UU Hak Cipta.
Dengan demikian hal
yang
mendorong
usaha sangat dominan
masyarakat
Internasional,
termasuk
Indonesia untuk memberikan perhatian dan
pengaturan HKI dengan tujuan akhir
menciptakan keadilan dan tertib hukum
yang bersifat universal berdasarkan suatu
perangkat hukum tentang HKI37 dalam hal ini
UU Hak Cipta.
Indonesia sebagai anggota WTO
berkewajiban
untuk
meratifikasi
adalahAgrement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rightsyang disingkat
dengan TRIPs. TRIPs merupakan berbagai
ketentuan internasional di bidang HKI.
Dalam perdagangan bebas HKI menjadi
salah satu primadona di WTO, karena semua
produk ataupun jasa yang diperdagangkan
sudah pasti melekat HKI. Sehingga negara
maju yang merupakan negara industri
merasa sangat berkepentingan, untuk
33
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta
Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap
Karya Cipta Seni Karawitan Instrumental Bali, Unud
hlm 10 karawitan, Program Pascasarjana, universitas
Udayana,Denpasar,2012, pps.unud.ac.id.
34
ibid
35
ibid
36
ibid
37
op,cit hlm 2
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
400
mendukung penyeragaman hukum di bidang
HKI dengan cara mewajibkan Negara-negara
anggota WTO untuk meratifikasi kovensi
atau protokol internasional yang termuat di
dalam TRIPs
Salah satunya ketentuan yang harus
diratifikasi adalah Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works.
dengan
Keputusan
Presiden
Nomor
18Tahun1997 tentang Berne Convention for
the Protection of Literary and Artistic
Works. Oleh karena itu, Pemerintah
Indonesia melakukan perubahan terhadap
Undang-Undang No 6 tahun 1982yang
disempurnakan dengan Undang-Undang No
7 Tahun 1987 dengan Undang-Undang No12
Tahun 1997 tentang Perubahan atas UndangUndang
Nomor
6
Tahun
1982
sebagaimanatelah diubah dengan UndangUndang Nomor 7 tahun 1987.
Selanjutnya pada tahun 2002 dengan
alasan
untuk
mendukung
industri,
perdagangan dan investasi Pemerintah
Indonesia merevisi Peraturan perundangundangan Hak Cipta dengan UndangUndang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta, di singkat UUHC 200238. Namun,
lahirnya UUHC 2002 tidak mampu
mengantisipasi pelanggaran hak cipta. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan data yang
dilaporkan oleh Timnas HKI telah terkumpul
Pembajakan karya cipta dilaksankan secara
terselubung oleh beberapa produser. Lagulagu yang sudah direkam puluhan tahun
dewasa ini muncul kembali dipasaran
tanpa meminta izin dari pencipta lagu
tersebut39.Selain itu, pelanggaran hak cipta
yang bersandar pada filosofi individual, di
Indonesia juga sering terjadi pelanggaran
karya folklore oleh pihak asing seperti tari
pendet, reog ponorogo dan masih banyak
lagi yang sampai saat ini diselesaikan secara
diplomasi antara Indonesia dan Malaysia.40
Hukum menurut Donald Black
adalah kaidah hukum yang dirumuskan
dalam undang-undang. Dengan merujuk
principle of efektiveness dari Hans Kelsen,
realita hukum artinya orang seharusnya
bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan
tata kaidah hukum atau, dengan kata lain
realita hukum adalah hukum dalam
tindakan4142. Efektifitas berfungsinya hukum
dalam suatu masyarakat erat kaitannya
dengan kesadaran hukum dari warga
masyarakat Bahwa tidak ada hukum yang
mengikat warga-warga masyarakat kecuali
atas
dasar
kesadaran
hukumnya
(Rechtsgehful). Hal tersebut merupakan
suatu aspek dari kesadaran hukum, sering
dikaitkan
dengan
penataan
hukum,
pembentukan hukum dan efektifitas hukum43
masyarakat.
Dari empat indikator kesadaran
hukum, yang masing-masing merupakan suatu
tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu: (1)
Pengetahuan Hukum (2). Pemahaman Hukum
(3). Sikap Hukum (4) Pola Perilaku
Hukum4445, kurangnya pengetahuan pengasil
karya kreatif dalam memberikan arti terhadap
keberadaan hak cipta, maka persoalan besar
berupa berbagai kasus pelanggaran Hak
Cipta telah merugikan pencipta, masih
dirasakan belum mendesak. Ketika sebuah
misi kesenian Bali mengadakan pementasan
di beberapa kota seperti Paris, London,
Montreal dan San Fransisco. Pementasan
tersebut direkam dalam bentuk “Nonsach”
yang sampai kini beredar secara luas dan
digemari oleh ribuan pencinta gamelan Bali
di luar negeri. Para seniman tersebut merasa
senang dapat mempromosikan Bali di luar
negeri, walupun tidak pernah menikmati
“royalty-fees” ( imbalan ) dari rekaman yang
beredar46.2
Perkembangan teknologi, industri,
perdagangan dan investasi serta tingginya
pelanggaran hak cipta untuk keikutsertaan
dalam perdagangan bebas, telah mendesak
41
ibid
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20
43
ibid
44
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak,op.cit
hlm 24
45
ibid
42
46
38
ibid
ibid
40
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas
Penerapan
39
Bandem. I Made, 1992/1993. Peranan Seniman Bali
dalam Masyarakat, Dalam Kongres Kebudayaan 1991 :
Kebudayaan Nasional : Kini dan di Masa Depan. Jakarta
: Departemen Pendidikan Kebudayaan , hal 90. Gede
Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta Berkaitan ..
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
401
Pemerintah untuk merevisi terhadap UUHC
200247 yaitu dengan melahirkan UU Hak
Cipta terbaru yaitu UU No. 28 Tahun 2014
dengan pertimbangan sebagai berikut::482
1.
Bangsa
Indonesia
memiliki
keanekaragaman hayati etnik/ suku dan
budaya serta kekayaan dibidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra.
2.
Negara Indonesia telah menjadi
anggotaberbagai
konvensi/perjanjianInternasional
di
bidang hak kekayaan intelektual
termasuk hak cipta yang memerlukan
pengejawantan lebih lanjut dalam
sistem hukum nasionalnya.
3.
Adanya perkembangan yang pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi,
perdagangan, industri, dan investasi,
sehingga memerlukan peningkatan
perlindungan bagi pencipta, pemegang
hak cipta dan pemilik hak terkait
dengan
tetap
memperhatikan
kepentingan masyarakat luas.
Sejalan dengan pendapat Radbrucht,
UU Hak Cipta 2014 diharapkan mampu
memenuhi konstruksi hukum yaitu mampu
memenuhi fungsi aspek keadilan (
kemampuan menunjukkan kesamaan hak
didepan hukum), aspek kemanfaatan (
kemampuan menunjukkan pada tujuan
keadilan) yaitu memajukan kebaikan dalam
hidup manusia dan aspek kepastian hukum
(menunjukkan jaminan bahwa hukum benarbenar berfungsi sebagai peraturan yang
ditaati)49. Menurut Freidman, hukum lahir
bukan hanya sebagai bangunan peraturan,
namun harus mampu menjalankan fungsinya
dalam menciptakan ketertiban. UU HC 2014
sebagai perlindungan sistem hukum bagi
karya kreatif diharapkan pula mampu
mewujudkan efeksititas sistem hukum. Oleh
karena itu UU Hak Cipta 2014 sebagai salah
47
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas
Penerapan
48
Pertimbangan Hukum Dalam Rancangan UndangUndang Republik Indonesia No… tahun… Tentang
HakCipta dalam Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret
Efektivitas Penerapa
49
Bernard L Tanya, Yoan N Simanjutak, Markus Y.
Hage, Teori Hukum Stategi Tertib Manusia Lintas
Ruang dan Genarasi, (Yogyakarta: Genta Publishing,
2010) h 130 dalam Simona Bustani, S.H.,M.H.
sistem hukum HKI perlu memenuhi
subsistem substansi, sub sistem struktur dan
sub sistem budaya hukum50 selain memehuhi
berbagai perspektif, yaitu perspektif yuridis
normatif,
filosofis,
dan
sosiologis.
Perspektif yuridis normatif, berlakunya
hukum jika sesuai dengan kaedah yag
lebih tinggi (teori Stufenbau dari Hans
Kelsen) atau terbentuknya sesuai dengan
cara-cara yang ditetapkan hukum51\(teori
W. Zevenbergen). Perspektif filosofis,
berlakunya hukum jika sesuai dengan citahukum.
Sedangkan
berlakunya
cita
perspektif sosiologis menurut Purnadi
Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,
mengkaji pengaruh dari kaedah hukum
tersebut52
Apabila dikaitkan antara subsistem
substansi UU Hak Cipta tahun 2014 yang
berisi
norma-norma hukum, berupa
peraturan-peraturan
yang
digunakan,
merupakan rantai pengikat dari rangkaian
aspek aspek yang lain yaitu komponen
struktur dan komponen budaya hukum.534
Dengan memperhatikan ketiga persfektif
tersebut di atas UU Hak Cipta tahun 2014
tersebut sesuai dengan berlakunya sistem
hukum yang dapat dilihat dalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta yang diterapkan dalam masyarakat
dimana kaedah hukum tersebut dapat
berpengaruh positif ataupun negatif54
Mengingat UU Hak Cipta tahun
2014 tersebut lebih komprehenshif bila
dibandingkan dengan UU Hak Cipta tahun
2012 diharapkan dapat berpengaruh positif.
Perbandingan substansi kedua pengaturan
Hak Cipta tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:55 :
1. Fungsi hak cipta
Pasal 2 UUHC 2002 lebih sempit
pengaturannya karena hanya memuat hak
50
Nina
Nurani ”IPR Protection On Workss of
Industrial Design Craetivuty For Micro Small And
Medium Industry As an effort To Improve National
Competitiveness In Free Trade
51
ibid
52
ibid
ibid
54
ibid
53
55
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas
Penerapan
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
402
ekonomi dibandingkan dengan Pasal 2
ayat (1) dan ayat (2) UUHC 2014 yang
lebih jelas dan lugas, karena memuat hak
ekonomi dan hak moralnya .
yang tertuang dalam Pasal 2 ayat (1)
UUHC 2002:
“Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi
pencipta dan pemegang hak cipta untuk
mengumumkan
dan
memperbanyak
ciptaannya yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi
pembatasan
menurut
peraturan per undang-undangan yang
berlaku.”
Dalam Pasal 2 ayat (1) UUHC 2002
tersebut fungsi hak cipta hanya dibatasi
pada hak ekonominya saja, sedangkan
hak moralnya dijumpai pada Pasal 24
UUHC 2002. Apabila dibandingkan
dengan Pasal 2 UUHC 2014 yang
menjabarkan fhak cipta sebagai hak
subyektif lebih luas dan lengkap, yaitu:
1. Fungsi hak cipta
(1) Hak cipta merupakan hak eksklusif
yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan dalam
bentuk nyata.
(2) Hak eksklusif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas hak ekonomi dan hak
moral.
2. Definsi Ciptaan
Pasal 1 angka 3 UUHC 2014
mendefinisikan ciptaan, adalah:Setiap
hasil
karya cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan satra yang
diekspresikan atau diwujudkan dalam
bentuk nyata. Sedangkan Pasal 1 angka 3
UUHC 2002 , yang isinya: Ciptaan
adalah hasil setiap karya Pencipta yang
menunjukkan
keasliannya
dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni dan
sastra
3. Perlindungan Hak Pelaku
Rekaman suara dan / atau gambar
pertunjukkannya tertuang dalam Pasal 49
ayat (1) UUHC 2002, perlindungan hak
pelaku diatur secara sumir tanpa
menyebutkan pelanggaran hukum yang
menyertainya, hal ini berbeda dengan
pengaturan dalam UUHC 2014 dapat
diprediksi memberikan kontribusi yang
cukup signifikan mewujudkan efektivitas
hukum dalam melindungi hak cipta di
Indonesia. Diharapkan prediksi ini dapat
menjadi kenyataan untuk memberi
perlindungan hak cipta yang cukup
efektif dikemudian hari.
4. Jangka Waktu
Mengenai jangka waktu perlindungan hak
cipta yang lebih panjang, dalam Pasal 29
ayat (1) UUHC 2002 disebutkan bahwa
jangka waktu perlindungan hak cipta
adalah selama hidup pencipta dan
berlangsung hingga 50 tahun setelah
pencipta meninggal dunia, sedangkan
dalam UUHC 2014 , masa berlaku hak
cipta dibagi menjadi dua yaitu masa
berlaku hak moral dan hak ekonomi.
Pasal 58 ayat 2 UUHC 2014 memberikan
perlindungan hukum hak ekonomi bagi
karya cipta selama pencipta masih hidup
dan 70 tahun setelah pencipta meninggal
dunia
5. Sanksi
Dalam UUHC 2002, tidak mengenal
terminologi “pembajakan”,
Dalam
UUHC 2014 menyebutknan sanksi pidana
10 tahun bagi pembajak56 Pembajakan
karya musik benar-benar ,emiskinkan
insan kreatif Indonesia, Insan pencipta
lagu kerap mengalami kerugian besar
karena tidak menikmati secara maksimal
hak enominya57 UUHC 2014 mengatur
ganti rugi finansial langsung dari pihak
pembajak di muka pengadilan. Pada saat
persidangan, hakim boleh mencantumkan
di amar putusan nominal ganti rugi.
Dengan demikian sanksi bagi pembajak
karya kreatif tidak hanya denda pidana
saja.58Musik karya kreatif Indonesia di
dengar di berbagai negara terutama
Malaysia, brunei, singapura dan negara
negara tempat tenaga kerja Indonesea
potensial
perintis
untuk
berada59
56
Ahmad M Ramli, Ka Dirjen HKI Kemenkumham,
dalam Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN
Ancaman HAKI ibid
57
Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN
Ancaman HAKI
58
ibid
59
ibid
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
403
kemajuan karya kreatif indonesia pada
tataran regional.60
Unsur kedua yang juga memberi
pengaruh terhadap efektifitas penerapan
UUHC adalah sub sitem unsur struktur yang
merupakan kelembagaan dari ciptaan sistem
hukum misalnya pengadilan, ataupun
lembaga yang berperan dalam hukum untuk
menentukan proses pembentukan hukum dan
penerapannya dalam masyarakat. Dengan
demikian, Unsur struktur merupakan
institusi–institusi yang telah ditetapkan oleh
substansi yang merupakan aturan, norma dan
pola perilaku nyata manusia yang berada
dalam sistem itu.761Komponen struktur
merupakan institusi-institusi yang telah
ditetapkan oleh substansi yang memuat
ketentuan hukum untuk melaksanakan,
menegakkan dan, mempertahankan serta
menerapkan ketentuan-ketentuan hukum
tersebut. Struktur hukum merupakan suatu
pola yang melihat bagaimana hukum
dijalankan menurut ketentuan formal.
Untuk mendukung pelaksanaan
penerapan UUHC 2014, maka dibentuk
Direktorat
Jenderal
Hak
Kekayaan
Intelektual didalam lingkup Kementerian
Hukum Dan HAM, dan untuk mendukung
efektivitas UUHC 2002 Pemerintah juga
membentuk Tim Nasional Penanggulangan
Pelanggaran HKI. Lahirnya Tim Nasional
berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 (Timnas
HKI
).
Timnas
HKI
bertujuan
menanggulangi pelanggaran di bidang HKI
dan menjaga kepentingan pemilik dan
pemegang hak HKI serta menjaga
kepentingan Negara berkaitan dengan
terganggunya
hubungan
perdagangan
internasional, akibat tingginya pelanggaran
HKI. Pembentukan Timnas HKI dianggap
penting, karena beberapa kali Indonesia
masuk dalam kategori priority watch list
berdasarkan hasil survey International
Intelectual Property Rights (IIPA) dan
United States Trade Representative (USTR).
Kedua lembaga ini memiliki 3 kriteria:
60
Muhammad Samsudin Hardjakusumah ( Sam
Bimbo ) dalam ibid
61
ibid
1. Priority foreight country list yang
disingkat PFCL adalah Negara yang
masuk tingkatatau level satu pembajakan
HKI, sehingga bisa dikenakan sanksi
perdagangan
berupapenundaan
atau
pencabutan fasilitas generalized system of
preference (GSP).
2. Priority watch list yang disingkat PWL
adalah Negara menunjukkan tingkat atau
level dua pelanggaran HKI yang
pelanggarnnya cukup tinggi, sehingga
perlu mendapat pengawasan serius dari
mitra dagangnya.
3. Watch list yang disingkat WL adalah
Negara yang masuk daftar ini masih
melakukan pelanggaran dan pembajakan
HKI tetapi lebih ringan, sehingga Negara
yang masuk daftar ini cukup diawasi saja.
Selain itu, untuk mendukung penerapan
UUHC 2014, maka diluar adanya
kelembagaan yang resmi, memberikan
kesempatan
terbentuknya
Lembaga
Manajemen Kolektif Nasional62 yang
merupakan satu-satunya Lembaga yang
ditetapkan
oleh
Menteri
merupakan
organisasi non Pemerintah yang berbentuk
badan hukum yang diberi kuasa oleh
pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik
hak terkait guna mengelola sebagian hak
ekonominya untuk menghimpun dan
mendistribusikan royalty pada pencipta atau
pemegang hak cipta yang berhak, sesuai
Pasal 1 angka 22 UUHC.
Selain itu, perlu dipertimbangkan instansi
atau lembaga terkait yang mengelola dan
mengurus berbagai hal yang terkait dengan
perlindungan ekspresi budaya tradisional,
agar
perlindungan
ekspresi
budaya
tradisional dapat berlaku efektif dikemudian
hari63.
Komponen yang ketiga
adalah
budaya hukum yang merupakan komponen
yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap
yang merupakan pengikat sistem serta
menentukan tempat hukum sebagai suatu
aturan ditengah kultur budaya secara
keseluruhan. UUHC 2014 diharapkan dapat
mengakomodasi Komponen budaya hukum,
hal yang penting dalam sistem hukum,
62
63
ibid
ibid
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
404
merupakan jiwa dari masyarakat yang
didasarkan atas nilai-nilai yang hidup di
masyarakat.648 Oleh karena itu, UUHC 2014
sebagai peraturan hukum yang ditaati
masyarakat, apabila peraturan hukum telah
disesuaikan dengan nilai yang hidup
dimasyarakat yang diwujudkan dalam
budaya hukum masyarakat dan akhirnya
mampu menciptakan peraturan hukum yang
efektif. Menurut Freidman, budaya hukum
adalah nilai-nilai dan sikap sikap yang
dipegang oleh para pemimpin atau penguasa
dan anggota masyarakat padaumumnya.
Sehingga budaya hukum meliputi budaya
hukum eksternal dan budaya hukum internal.
Budaya hukum eksternal adalah budaya
hukum pada populasi umum, sedangkan
budaya hukum internal adalah budaya
hukum anggota masyarakat. Berkaitan
dengan hal ini dapat terlihat, bahwa latar
belakang lahirnya UUHC 2002 lebih
didominasi kepentingan perdagangan bebas
dan atas desakkan WTO.sedangkan lahirnya
UUHC 2014 seperti telah diuarikan di atas
didominasi latar belakang perkembangan
pesat teknologi informasi dan komunikasi,
perdagangan, industri, dan investasi,
sehingga pemegang/pencipta memerlukan
peningkatan perlindungan65 yang lebih
komprehenshif dengan tetap memperhatikan
kepentingan masyarakat luas selain untuk
dapat
mengoptimalkan potensi bangsa
Indonesia berupa keanekaragaman hayati
etnik/ suku dan budaya serta kekayaan
dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Kelompok
masyarakat/internal
adalah kelompok pengambil kebijakan atau
adalah penguasa atau yang disebut
Pemerintah menentukan politik hukum
ditentukan dengan kebijakan luar negeri
yang menjadi bagian dari diplomasi
internasional. Pada kelompok Pemerintah
landasan filosofinya ditentukan oleh
kebijakan internasional. Selain itu, dalam
kelompok kehidupan bermasyarakat, dikenal
juga masyarakat umum yang digolongkan
dalam budaya hukum eksternal, yang
ummunya adalah masyarakat umum yang
64
ibid
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, pada
op.cit
65
lebih kental dengan nilai komunal, yang
merupakan nilai yang telah dianut sebagai
filosofi bangsa Indonesia. Kedua kelompok
ini menjadi faktor yang menggambarkan
perilaku masyarakat secara keseluruhan..
UUHC 2014 perlu disosialisasikan dengan
baik, agar dapat terinternalisasi dan menjadi
budaya hukum masyarakat yang diwujudkan
dalam perilaku masyarakat taat hukum. dan
menimbulkan kesadaran hukum yang tinggi.,
timbul perasaan hukum, dimana
UU
tersebut hukum dianggap sebagai kebutuhan
yang perlu ditaati menurut pendapat
Lawrence M. Freidman bahwa sistem hukum
merupakan bagian dari sistem kontrol sosial.
memerintahkan tentang apa yang harus
dilakukan
dan
apa
yang
dilarang
dilakukan.13akan meng-kristal menjadi
kesadaran hukum menurut pendapat B.
Kutschinky yang dipengaruhi oleh anatara
lain: 6614 pengetahuan, isi. sikap terhadap
peraturan UUHC 2014. untuk membentu
pola perilaku taat hukum .Perbedaan nilai
yang menjadi landasan filosofi UUHC 2014
dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat
Indonesia menjadi hambatan yang berarti.
2. Efektifitas Perlindungan Sistem
Hak Cipta
Karya Kreatif
Dalam
Mewujudkan
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Indonesia Memasuki MEA 2015.
Diberlakukannya
Masyarrakat
Ekonomi ASEAN ( MEA ) di ASEAN
membawa implikasi banjirnya produk dan
jasa
akan berputar di Wilayah Asia
Tenggara tanpa hambatan berat. Produkproduk dari luar negeri dapat dengan mudah
masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya.67
MEA ini menjelma sebagai pisau bermata
dua. Di satu sisi adanya MEA dapat
memermudah produk Indonesia dipasarkan
ke luar negeri, di sisi lain akan mengancam
66
ibid
Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam
HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan
Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan
Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30
oktober
2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk
atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf
67
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
405
keberadaan produk asli Indonesia. Terutama
produk-produk yang belum
didaftarkan
sebagai hak cipta kekayaan intelektual68.
Pada periode Jan-Agust 2013,
ekspor Indonesia ke pasar ASEAN baru
mencapai 23% dari total ekspor, hal ini
terjadi karena tujuan ekspor Indonesia masih
fokus pada pasar tradisional seperti AS, Cina
dan Jepang. Peringkat Indonesia menurut
global competitivenes index masih berada di
posisi ke-38 dari 148 negara. Sementara
Singapura menempati posisi ke-2, Malaysia
ke-24, Thailand ke-37, Vietnam ke-70, dan
Filipina di posisi 5969.Salah satu sektor yang
menjadi peluang. unggulan Indonesia dalam
MEA 2015 adalah ekonomi kreatif selain
SDA dan Informasi Teknologi. Ketiga sektor
ini merupakan sektor terkuat Indonesia jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya70.
Di Indonesia, sektor ekonomi kreatif
merupakan sektor yang memiliki daya tarik
industri yang tinggi sehingga pelaku usaha
tertarik untuk berusaha di sektor ekonomi
kreatif, Secara rata-rata, jumlah usaha kreatif
bertumbuh 1% pertahun dalam empat tahun
terakhir. Rata-rata pertumbuhan tersebut
sedikit
lebih
rendah
dibandingkan
pertumbuhan jumlahusaha secara nasional
yang bertumbuh rata-rata sebesar 1,05 %
pada periode yang sama. Peningkatan jumlah
usaha tertinggi di tahun 2013 terjadi pada
subsektor seni pertunjukan sebesar 3,2%,
diikuti oleh subsektor penelitian dan
pengembangan sebesar 3%, subsektor
permainan interaktif sebesar 2,87%, dan
subsektor periklanan sebesar 2,86%.71
Subsektor ekonomi kreatif yang
menunjukkan peningkatan jumlah usaha
tertinggi
selama periode
2010–2013
berturut-turut
adalah
penelitian
dan
pengembangan sebesar 4,6 %, periklanan
sebesar3,5%, dan film, video, dan fotografi
sebesar 3%. Peningkatan jumlah usaha pada
subsektor seni pertunjukan tidak terlepas
68
Anonim, MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28
Oktober 2014,www.replika.co.id
69
ibid
70
Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA
), Peluang atau Ancaman?, cangkrukanpolitic.com.
71
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit hlm 224
dari makin banyaknya interaksi internasional
yang berlangsung didalam festival-festival
lokal dan ruang-ruang independen sejak
tahun 199972.
Negara tujuan ekspor terbesar
produk kreatif Indonesia adalah Amerika
Serikat dengan pangsa pasar sekitar 27,9%.
Negara tujuan ekspor kedua terbesar adalah
Jepang deng an pangsa pasarsebesar 10,7%
diikuti oleh Perancis se besar 4,6%, Inggris
sebesar 4,4%, dan Belanda sebesar 3,5%
Kelima negara ini menyerap 50% ekspor
produk kreatif Indonesia. Ekspor produk
kreatif Indonesia ke RRT, walaupun
menunjukan nilai yang masih rendah namun
rata-rata pertumbuhannya paling tinggi
dibandingkan ke-15 negara lainnya, yaitu
34,2%. Melemahnya kondisi perekonomian
di kawasan Eropa dan Amerika telah
mengurangi ekspor produk kreatif
ke
kawasan tersebut, khususnya pada tahun
2011. Sejalan dengan tingginya permintaan
dari RRT, permintaan dari Thailand dan
Malaysia juga menunjukan peningkatan.
Secara rata-rata pada tahun 2010–2012,
tingkat pertumbuhan ekspor karya kreatif
Indonesia ke Thailand adalah 28,4%
sedangkan pertumbuhan ekspor ke Malaysia
adalah 12,5%.73
Ekonomi
kreatif
merupakan
ekonomi yang digerakkan oleh pemanfaatan
kreativitas individu, oleh karena itu undangundang perlindungan hak cipta merupakan
payung hukum yang sangat diperlukan untuk
menjamin hak-hak pencipta terhadap
ciptaannya. Hukum menurut Donald Black
adalah kaidah hukum yang dirumuskan
dalam undang-undang. Dengan merujuk
principle of efektiveness dari Hans Kelsen,
realita hukum artinya orang (pelaku usaha)
seharusnya bertingkah laku atau bersikap
sesuai dengan tata kaidah hukum74 antara
lain Undang-undang Hak Cipta Nomor 19
Tahun 2002 yang telah diberlakukan sejak
tahun 2002 mengatur tentang pendaftaran
bagi produk kreatifitasnya, agar memperoleh
perlindungan berupa hak ekslusif baik hak
72
ibid
ibid
74
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20
73
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
406
moral maupun hak ekonomi bagi produk
kreatifitasnya.
Namun industri kecil masih terlena
dan masih awam dengan pentingnya
pendaftaran
hak
cipta
atas
produk75kreatifitasnya. Masalah utama masih
belum masifnya pendaftaran hak cipta ini
adalah kesadaran dari pelaku usaha kecil,"76
Hal ini merupakan ancaman paling besar
MEA. Pelaku Usaha Kecil Menengah
(UKM) dan industri kreatif kecil sudah
merasa puas dengan capaian produk yang
dibangunnya diterima oleh konsumen. Tanpa
memperdulikan produknya mudah ditiru
atau dibajak. 77" Saat ini baru sekitar 30
persen dari produk yang sudah didaftarkan
menjadi hak cipta. Selebihnya lebih dari 70
persen belum didaftarkan. Pelaku usaha yang
belum mendaftarkan hak cipta produknya
adalah pelaku usaha kecil menengah78.
Padahal, industri kreatif di Indonesia sangat
dinamis dan terus berkembang. Kalau pelaku
usaha masih belum mendaftarkan produknya
, akan kewalahan dengan banjir produk dari
luar negeri saat MEA diberlakukan79
Pelanggaran HKI pada tahun 2013
mencapai 57 kasus HKI dan 38 kasusnya
adalah kasus hak cipta. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pelanggaran hak cipta
cukup signifikan dibandingkan perkara HKI
lainnya80 disertai keengganan pendaftaran
penghasil
produk kreatif
tersebut
membuktikan belum efektifnya Undangundang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Roscoe
Pound
Cipta
tersebut.
menghubungkannya dengan “law in books
dengan law in action” 81Terkait dengan ide
R. Pound tersebut hukum sebagai sarana
untuk
mengarahkan
dan
membina
masyarakat dimana hukum tidak pasif tetapi
harus mampu digunakan untuk mengubah
suatu keadaan dan kondisi tertentu ke arah
yang dituju 82
Disahkannya RUU Hak Cipta pada
tanggal 16 Oktober 2014 merupakan
penyempurnaan dari Undang-undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002, sejalan dengan
peranan Hukum
merupakan
sarana
pembaharuan masyarakat dalam arti kaidah
atau peraturan hukum berfungsi sebagai
alat pengatur atau sarana pembangunan .”
Sunaryati Hartono menyatakan bahwa
makna pembangunan hukum meliputi:83 (a).
menyempurnakan; (b) mengubah
agar
menjadi
lebih baik dan modern (c)
mengadakan sesuatu yang sebelumnya
belum ada, dan (d) meniadakan sesuatu
yang terdapat dalam sistem lama. Menurut
Mochtar Kusumaatmadja84 dalam”Teori
Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa
pernanan
hukum dalam pembangunan
adalah menjamin bahwa perubahan itu
terjadi dengan
cara
teratur.85” Agar
pembangunan
berjalan
proporsional
diperlukan kepastian hukum, diwujudkan
tersedia
faktor perangkat hukum yang
memadai,86 dalam menembus pasar global
MEA 2015. oleh karena itu karya kreatif
industri perlu mendapat perlindungan yang
memadai.
Hal
tersebut
menunjukan
pemerintah
memiliki
inisiatif
untuk
merespons perkembangan ekonomi berbasis
industri kreatif yang telah menjadi salah satu
andalan kekuatan ekonomi Indonesia. Hal
tersebut sesuai sesuai
dengan konsep
modern welfare state. Marbun mengatakan
82
75
Budyarto Linggowijono,Wakil Ketua Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif dan
MICE dalam ibid
76
Budyarto, Republika, Senin 27Oktober 2014 pada
ibid.
77
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit hlm 224
78
Budyarto Linggowijono, Wakil Ketua Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif
dan MICE Pantauan KADIN dalam ibid
79
Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal
80
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas
Penerapan
81
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm
Ibid
Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan
Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum
Nasional, makalah, 1991 pada ibid.
84
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan
Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung,
1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss
of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And
Medium Industry As an effort To Improve National
Competitiveness In Free Trade, hlm 2.
85
ibid
86
Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan
dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era
Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002,
hlm 44.
83
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
407
bahwa di dalam “welfare state” tugas
pemerintah harus aktif mensejahterakan
masyarakat.87 Dengan Perlindungan yang
memadai terhadap hak cipta diharapkan akan
membawa pertumbuhan ekonomi kreatif
secara signifikan dan memberikan kontribusi
nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan
rakyat.88 Hal ini sejalan dengan pendapat
Robert M. Sherwood pada “Public Benefit
Theory” menjelaskan bahwa kreator dalam hal
ini pencipta harus dierikan perlindungan
hukum terhadap kreasinya sebagai sarana untuk
mendukung pembangunan ekonomi89 yang
harus efektif dilasanakan.
Terkait efektifitas berlakunya UU
hak Cipta yang erat kaitannya dengan esensi
penegakkan hukumnya, menurut Soerjono
Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi
dan saling berkaitan sebagai berikut2490 : (1).
faktor undang-undang nya itu sendiri (2).
faktor penegak hukum , yakni pihak-pihak
yang
membentuk
hukum
maupun
menerapakan hukum 3. faktor sarana atau
fasilitas yang mendukung penegkan hukum 4.
faktor masyarakat, yakni lingkungan
dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan. 5. faktor kebudayaan, yakni
sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidupnya, perlindungan hukum
atas karya cipta insan cipta tersebut sudah
mengetahui perlunya perlindungan hukum
terhadap karya cipta tersebut, seberapa
besar pemahaman tentang Undangundang
dan ketentuan itu sudah jelas. Hukum hanya
bisa berlaku efektif bila selaras dengan
kehendak
masyarakat,
dan
dalam
penegakan hukum hak cipta apakah pelaku
usaha Indonesia dapat menerima HKI
yang berasal dari budaya barat yang
87
Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum
Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45
dalam Nina....
88
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit hlm 123.
89
Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property Rights )
Protection Over The Mercchandise Works of Creative
Industry
To
Improve
Indonesia
Economic
Development”, International Journal of Research in
Management ( IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013.
hlm 7
90
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20
menganut konsep hukum Individual Right,
sedangkan konsep hukum Negara timur
termasuk Indonesia menganut konsep hukum
hukum
yang
komunal. Penegakan
berkaitan dengan budaya hukum ini,
dalam praktiknya sering kali menjadi salah
satu
faktor
penyebab
terjadinya
pelanggaran hukum dalam hukum hak
cipta. Dalam hal terjadinya pelanggaran
hukum hak cipta, khususnya pelanggaran
hukum hak cipta91, maka langkah startegis
yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat
dan daerah sejalan dengan konsep modern
welfare state. Marbun
yaitu tugas
pemerintah harus aktif mensejahterakan
masyarakat92: yang telah diagendakan
adalah sebagai berikut93
1. Mensosialisasikan pentingnya hak cipta
khususnya bagi industri kecil
2. Memaksimalkan perlindungan terhadap
Hak cipta sehingga tenaga kerja kreatif
semakin termotivasi
3. Memfasilitasi peningkatan kemampuan
kewirausahaan,
khususnya
terkait
pengelolaan
Hak
Cipta
.untuk
menghasilkan produk atau karya-karya
baru inovatif.
4. Memfasilitasi kolaborasi dan sinergi
antar usaha dan orang kreatif ditingkat
lokal, nasional, dan global. dilaksanakan
dengan:advokasi
Hak
cipta.
Harmonisasi-regulasi Hak cipta untuk
dapat
menjamin
perlindungan
(pendaftaran yang mudah, penegakan
hukum atas pembajakan dan tindakan
melanggar Hak cipta) bagi kekayaan
intelektual. Strategi ini dilaksanakan
melalui:
1) Sosialisasi
dan
menjamin
penegakan hukum pelaksanaan
UU Hak Cipta 2014.
2) Mengembangkan
regulasi
turunan UU Hak Cipta sebagai
dasar
hukum implementasi
regulasi di masyarakat.
3) Harmonisasi regulasi Hak Cipta
tentang kegiatan penelitian dan
91
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20
Nina IPR ( Intelectual Property Rights )
93
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,
op.cit hlm 235
92
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
408
pengembangan dibidang industri
kreatif.
Komersialisasi
penelitian
dalam
instansi
pemerintahan
tidakvmemungkinkan penemu
mendapatkan apresiasi finansial.
Namun, perlu dikembangkan
bentuk apresiasi bagi penemu
agar mendorong gairah dan
produktivitas dalam melakukan
penelitian yang berkontribusi
secara
optimal
untuk
masyarakat. Dalam hal ini, perlu
dilakukan evaluasi kebijakan,
harmonisasi, koordinasi antar
pemegangkepentingan,
kemudian
implementasi,
pemantauan, dan evaluasi dari
regulasi atau kebijakan yang
dikeluarkan
4) Mengkomunikasikan pentingnya
kreativitas dan Hak cipta sebagai
modal
utama
keunggulan
bersaing dalam era ekonomi
kreatif. Strategi ini dilaksanakan
dengan:
a. Meningkatkan kesadaran
akan pentingnya kreativitas
dan Komunikasi terintegrasi
termasuk anatar pemerintah
pusat dan daerah dengan
menyuarakan pesan yang
saling
terkoordinasi,dan
konsisten melalui berbagai
macam media dan wadah
komunikasi.
b. Meningkatkan penghargaan
terhadap Hak Cipta. Perlu
ada
upaya
untuk
meningkatkan literasi dan
apresiasi
masyarakat
terhadap Hak Cipta terutama
untuk mengurangi konsumsi
dan
produksi
barangbarang/karya-karya bajakan.
5. Meningkatkan layanan pendidikan dan
layanan informasi Hak Cipta kepada
masyarakat. Strategi ini dilaksanakan
dengan:
1)
Meningkatkan
layanan
pendidikan dan layanan Hak
6.
7.
cipta kepada masyarakat. Saat
ini sudah terdapat website
yang menjelaskan mengenai
Hak Cipta , namun perlu
dikemas lebih kreatif sehingga
lebih mudah dipahami oleh
masyarakat awam melalui eforum, e-buletin, atau layanan
informasi lainnya yang dapat
meningkatkan
interaksi
dengan masyarakat.
2)
Melakukan aktivasi untuk
mendistribusikan pengetahuan
tentang Hak atas Cipta secara
on-line melalui sosial media
atau secara off-line.
Memperkuat landasan hukum dalam
interaksi bisnis berbasis Hak Kekayaan
Intelektual
(HKI).
Strategi
ini
dilaksanakan
dengan
memperluas
jangkauan layanan advokasi terkait
bisnis berbasis Hak atas Kekayaan
Intelektual (HKI). pendampingan dalam
proses pembuatan perjanjian kerja
sama,dan
pendampingan
untuk
menyelesaikan perselisihan hukum
dalam bisnis berbasis HKI.
Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta
yang mudah dan terjangkau ,tidak
membebani, memberikan manfaat, dan
memiliki
prosedur
dan
waktu
penyelesaian yang jelas dengan
mengembangkan sistem fasilitas yang
didukung oleh adanya pedoman proses
seleksi pemberian fasilitasi, dari
penerimaan permohonan sampai dengan
penentuan penerima fasilitasi. Perlu
adanya upaya memperluas jangkauan
dan kualitas layanan pendaftaran Hak
Cipta dengan melakukan kegiatan
aktivasi
untuk
mendistribusikan
informasi fasilitas pendaftaran Hak
Cipta.
Sistem
fasilitasi
yang
dikembangkan
meliputi
mengharmonisasi kebijakan pendaftaran
Hak Cipta harus didukung dengan
sistem informasi sehingga akan tercipta
database Hak Cipta untuk memudahkan
penelusuran sehingga mempermudah
proses penegakkan hukum terhadap
pelanggaran Hak Cipta.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
409
8.
Memberikan
perlindungan
dan
menjamin
penegakkan
HKI.
Membutuhkan sinergi yang kuat antara
pihak kepolisian, kejaksaan, advokat,
orang kreatif, dan Kementerian Hukum
dan HAM. Upaya penegakkan hukum
atas pelanggaran HKI harus dilakukan
secara proaktif dan preventif, sehingga
tidak menunggu adanya aduan atas
pelanggaran terlebih dahulu.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. UUHC 2012 belum efektif
dilaksanakan, oleh karena itu
dengan terbitnya UU Hak Cipta
2014
sebagai pembaharuan
terhadap
sistem
hukum
perlindungan
UUHC
2012
diharapkan dapat mewujudkan
perlindungan sistem hukum yang
lebih
memadai
bagi
pemegang/pemilik karya cipta,
sehingga dapat mendorong lebih
inovatif para penghasil karya
kreatif Indonesia. Hal yang
diperbaharui menyangkut aspek
substantif meliputi
materi
pengaturan fungsi dan definisi
ciptaan, perlindungan hak cipta,
jangka waktu hak cipta yang
lebih memadai serta sanksi
yang tegas dan komprehenshif
bagi pelanggar/pembajak selain
pembaharuan dalam subsistem
struktur dengan didirikannya
lembaga/institusi terkait agar
terciptanya subsistem budaya
kesadaran
hukum/kepatuhan
hukum pelaku bisnis dan
masyarakat akan penegakkan
pengaturan perlindungan hak
cipta.
b. Belum masifnya pendaftaran hak
cipta khususnya bagi pelaku
usaha kecil, dan maraknya
pelanggaran terhadap karya cipta
merupakan ancaman
besar
dalam memasuki pasar global
MEA 2015. Oleh karena itu
diperlukan peran pemerintah
untuk memfasilitasi berbagai
sarana sebagai pendampingan
efektivitas implementasi UUHC
2014
dalam
upaya
meningkatkan jumlah pendaftar
hak Cipta atas hasil karya
industri kreatif sesuai fungsi
pemerintahn
aktif
mensejahterakan
masyarakat
sebagai perwujudan
konsep
“Welfare
State”
dalam
mewujudkan
pertumbuhan
ekonomi
kreatif
Indonesia
memasuki MEA 2015.
2. Saran
a. Perlu segera diterbitkannya
Peraturan Pemerintah sebagai
peraturan pelaksana UUHC
2014 dan
sosialisasi yang
intensif
tentang pentingnya
hak cipta khususnya bagi pelaku
usaha kecil serta dibentuknya
lembaga
terkait
dalam
pendampingan
upaya
pengimplementasian
UUHC
2014 . sehingga terwujud budaya
kesadaran hukum
khususnya
kesadaran akan pentingnya
perlindungan hak cipta bagi
karya kreatifnya.
b. Perlunya
harmonisasi antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah Daerah dalam hal
penerbitan berbagai kebijakan
untuk
dapat
menjamin
perlindungan
berupa
kemudahan
pendaftaran,
penegakkan
hukum
atas
pembajakan
dan
tindakan
pelanggaran hak cipta sehingga
terwujudnya iklim kondusif dan
tumbuhnya karya karya kreatif
inovatif dan kompetitif dari
karya industri kreatif . Indonesia
sebagai
upaya
peningkatan
pertumbuhan ekonomi kreatif
dalam memasuki MEA 2015.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
410
Daftar Pustaka
Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta
Produk Lokal, 28 Oktober 2014, 03:17
WIBF,MEA Ancam Hak Cipta Produk
Lokal _ Republika Onlin
__________, Masyarakat Ekonomi ASEAN
Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan
HAM RI Badan Pembinaan Hukum
Nasional. Pusat Dokumentasi
dan
Jaringan Infomasi Hukum Nasional,
Republika,
30
Oktober
2014
2014,http://perpustakaan.bphn.go.id/inde
x.php/searchkatalog/
downloadDatabyld/54197/30-1014_25514.pdf
Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta
Seni Di Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum
Universitas
Udayana.
http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_the
sis/unud-432-1030486153-thesisi.pdf
Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12
April 2012,file:///F:/ Pilar-Pilar Ekonomi
Kreatif Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Padjadjaran
Official,
Website.htm top
Fathoni,
Membangun
Paradigma
Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan
Dalam Penyelsaian Sengketa HAKI..
29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com.
Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak
Cipta Berkaitan Dengan Perlindungan
Hukum Terhadap Karya Cipta Seni
Karawitan Instrumental Bali, Unud hlm
10 karawitan, Program Pascasarjana,
universitas
Udayana,Denpasar,2012,
pps.unud.ac.id.
Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean
( MEA ), Peluang atau Ancaman?,
cangkrukanpolitic.com.
Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum
Administrasi
Negara,
Liberty,
Jogjakarta.
Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif :
Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025.
2014@Kementrian
Pariwisata
dan
Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka
Menengah 2015-2019, hlm 108-109,
http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress
/
wp.content/uploads/
2014/MEA2015/12/
RPJM_
Ekonomikreatif.pdf.
Mochtar
Kusumaatmadja,
Hukum
Masyarakat, dan Pembinaan Hukum
Nasional, Binacipta, Bandung, 1976,
Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property
Rights ) Protection Over The
Mercchandise Works of Creative
Industry
To
Improve
Indonesia
Economic Development”, International
Journal of Research in Management (
IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013.
Ranti Fauza M, Perlindungan Desain
Dikaitkan
dengan Pembangunan
Ekonomi
Indonesia
Dalam
Era
Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad,
April 2002
Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada
Industri kreatif, 07 April 2014
sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/d
etil.asp?c=22&id=2359
Robert M. Sherwood, Intellectual Property
and Economic Development : Wesview
Special Studies in Science, Tecnology
and Public Policy. Westview Press Inc,
San Fransisco, 1990.
Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI
Terhadap Karya-Karya Tradisional
Masyarakat Adat, repository.usu.ac.id
Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret
Efektivitas Penerapan Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
Journal Hukum Prioris , vol 4, No. 2 ,
2014, journal.trisakti.ac.id
Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan
Hukum Nasional Indonesia Menuju
Sistem Hukum Nasional, makalah, 1991.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif
Universitas Widyatama Bandung
19 Maret 2015
411
Download