Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING Khoirul Huda SMP Negeri 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas 7.7 SMP N 1 Wonokerto dengan jumlah subyek penelitian 15 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian penggunaan metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. © 2015 Didaktikum Kata Kunci: Bahasa Inggris; Keterampilan Berbicara; Metode Role Playing PENDAHULUAN Keterampilan berbicara merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya (Galda dalam Supriyadi, 2005). Pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Keterampilan berbicara bahasa Inggris bukanlah suatu hal yang sederhana yang dapat dipelajari dengan mudah dalam waktu yang singkat, karena keterampilan ini menuntut lebih dari sekedar pengetahuan tentang tata bahasa dan kaidah-kaidah semantik, atau strategi pengajaran yang tepat dan menuntut banyak latihan dan kesempatan berbicara. Keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris perlu dikuasai dengan baik karena keterampilan ini merupakan suatu indikator bagi keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa Inggris. Keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris perlu dikuasai dengan baik karena keterampilan ini merupakan suatu indikator bagi keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa Inggris. Berhubungan dengan deskripsi tersebut, Ur (1996) mengungkapkan bahwa jika seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia dikatakan mampu berbicara dalam bahasa tersebut. Ungkapan ini jelas mengidentifikasikan bahwa keterampilan berbicara menunjukkan suatu indikasi bahwa seseorang mengetahui suatu bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan, jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara (speaking). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BERHURUF JAWA MENGGUNAKAN PASANGAN MELALUI PENDEKATAN PROSES Agus Mugianto 17 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara, proses pembelajaran yang dilakukan khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris pada aspek keterampilan berbicara (speaking) masih belum optimal. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, kemudian guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan akibatnya siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilihat dari siswa yang berani mengungkapkan pendapat atau ide dalam diskusi kelompok masih sangat kurang. Diskusi banyak didominasi oleh beberapa siswa sedangkan yang lain tidak berpartisipasi aktif. Hal ini menyebabkan tujuan dari kerja kelompok untuk membuat seluruh siswa aktif dalam keterampilan berbicara (speaking) tidak tercapai, dan nilai atau hasil yang diharapkan juga belum optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, dimana dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini siswa dapat lebih memahami, mendalami dari pengalaman yang ia peroleh dengan keaktifannya. Kita ketahui bahwa dengan adanya pembelajaran interaktif muncul berbagai metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa salah satunya adalah model Cooperative Learning tipe Role Playing. Metode Role Playing adalah menguraikan sebuah masalah, memeragakan dan mendiskusikan masalah, Bruce Joyce dkk (Johnson, 2010). Metode Role Playing dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik dan terlibat tidak hanya dalam belajar mengenai suatu konsep tetapi juga mengintegrasikan pengetahuan terhadap perilaku melalui pengklasifikasian masalah-masalah, mengeksplorasi alternatif-alternatif dan mencari solusi yang kreatif. Melalui metode tersebut siswa harus dapat melakukan perundingan untuk memecahkan bersama masalah yang dihadapi dan akhirnya mencapai keputusan bersama. Metode ini dibuat berdasarkan tiga alasan yaitu, Pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekpresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Rumusan penelitian ini yaitu apakah metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2010) menjelaskan proses penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bertempat di SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 15 siswa kelas 7.7. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dari hasil tes siswa, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menghitung data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. 18 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran bahasa Inggris yang terjadi belum optimal, dan masih banyak permasalahan dalam pelaksanaannya, khususnya pada aspek keterampilan berbicara (speaking). Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, kemudian guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan akibatnya siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilihat dari siswa yang berani mengungkapkan pendapat atau ide dalam diskusi kelompok masih sangat kurang. Diskusi banyak didominasi oleh beberapa siswa sedangkan yang lain tidak berpartisipasi aktif. Hal ini menyebabkan tujuan dari kerja kelompok untuk membuat seluruh siswa aktif dalam keterampilan berbicara tidak tercapai, dan nilai atau hasil yang diharapkan juga belum optimal. Berdasarkan nilai hasil tes pra siklus diatas dapat diketahui pada tabel berikut: Tabel 1. Nilai Tes Keterampilan Berbicara Pra Siklus Kategori F (siswa) % Sangat Baik 0 0% Baik 1 8% Cukup 8 56% Kurang 5 31% Jumlah 15 100% Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun Perangkat Pembelajaran berupa RPP Siklus I dengan menerapkan model Role Playing, menyiapkan materi pelajaran, membuat soal untuk siswa yang akan dijadikan pengambilan nilai individu, menyusun lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I. Tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu dengan menerapkan langkah pelaksanaan metode Role Playing yang terdiri dari tahap pemanasan (warming up), memilih pemain, menyiapkan pengamat (observer), menata panggung, memainkan peran, diskusi dan evaluasi, memainkan peran ulang, diskusi dan evaluasi kedua, dan langkah terakhir adalah berbagi pengalaman dan kesimpulan. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berikut penjelasan masing-masing kegiatan: a. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode Role Playing. (tahap pemanasan/ warming up) b. Kegiatan Inti Kegiatan inti yang dilakukan adalah pertama, guru menentukan siapa yang akan bermain peran dan mengelompokkannya sebagai kelompok pemain peran, kemudian guru membahas materi apa yang akan diperankan setiap pemain (tahap memilih pemain). Kedua, guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat dan mengelompokkannya sebagai kelompok observer (tahap menyiapkan pengamat/ observer). Ketiga, guru mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BERHURUF JAWA MENGGUNAKAN PASANGAN MELALUI PENDEKATAN PROSES Agus Mugianto 19 dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk bermain peran (tahap menata panggung). Keempat, para siswa memulai permainan peran, permainan peran dilaksanakan secara sungguhsungguh (tahap memainkan peran). Kelima, para siswa dalam kelompok observer mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok pemain peran dan melakukan evaluai dengan mempresentasikan hasil diskusinya (tahap diskusi dan evaluasi). Keenam, para siswa memainkan permainan ulang atau memainkan peran kedua, pada peran kedua ini diharapkan akan berjalan lebih baik. Tahap ini digunakan untuk mengambil nilai individu keterampilan berbicara siswa (tahap memainkan peran ulang). Ketujuh, para siswa melakukan diskusi dan evaluasi kedua (tahap diskusi dan evaluasi kedua). c. Kegiatan Penutup Pada kegiatan ini guru mengajak siswa berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan (tahap berbagi pengalaman dan kesimpulan). Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam penutup. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I memperoleh rata-rata 84,1 dengan kategori baik. 4. Refleksi Tahap selanjutnya adalah mengadakan refleksi, yaitu mengulas, membahas dan megevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode Role Playing pada siklus I dapat dikatakan cukup baik, namun masih ada beberapa kendala. Kendala yang dimaksud yaitu: a) siswa belum menguasai langkah-langkah pembelajaran dengan metode Role Playing, sehingga ada beberapa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kurang fokus dan tidak serius; b) masalah keterbatasan waktu, siswa kurang tertib dalam pelajaran sehingga guru membutuhkan waktu untuk menertibkan siswa agar tidak ribut di dalam kelas dan tidak mengulur waktu; c) siswa kurang berkomunikasi sehingga siswa masih pasif dalam pelajaran dan kurang bermain peran secara maksimal. Siklus II 1. Perencanaan Pada prinsipnya kegiatan perencanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap tindakan siklus I. Semua tahapan yang dilakukan sama, hanya saja pada siklus II ada beberapa hal yang perlu ditekankan dan ditambahkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, yaitu: Pertama, sebelum melaksanakan tindakan siklus II, siswa lebih ditekankan kembali mengenai langkah-langakah pembelajaran Role Playing yang akan diterapkan. Kedua, untuk permasalahan keterbatasan waktu, siswa dituntut lebih serius dan fokus dalam proses pembelajaran sehinggga waktu dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Ketiga, melatih siswa berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain agar siswa berani mengemukakan pendapat tanpa rasa malu, dan guru akan menekankan siswa untuk aktif bertanya terhadap materi yang belum dipahami. Keempat, siswa dituntut untuk bermain peran secara maksimal. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan ini sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah metode pembelajaran Role Playing. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 20 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015 a. Kegiatan Awal Guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan guru lebih menekankan penjelasan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode Role Playing agar pada siklus II ini siswa bisa lebih paham dengan struktur pelaksanaan metode pembelajaran tersebut. Kemudian guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar materi pada pertemuan sebelumnya. (tahap pemanasan/ warming up). b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah, Pertama, guru menentukan siapa yang akan bermain peran dan mengelompokkannya sebagai kelompok pemain peran, kemudian guru membahas materi apa yang akan diperankan setiap pemain (tahap memilih pemain). Kedua, guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat dan mengelompokkannya sebagai kelompok observer (tahap menyiapkan pengamat/ observer). Ketiga, guru mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk bermain peran (tahap menata panggung). Keempat, para siswa memulai permainan peran, permainan peran dilaksanakan secara sungguh-sungguh (tahap memainkan peran). Kelima, para siswa dalam kelompok observer mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok pemain peran dan melakukan evaluai dengan mempresentasikan hasil diskusinya (tahap diskusi dan evaluasi). Keenam, para siswa memainkan permainan ulang atau memainkan peran kedua, pada peran kedua ini diharapkan akan berjalan lebih baik. Tahap ini digunakan untuk mengambil nilai individu keterampilan berbicara siswa (tahap memainkan peran ulang). Ketujuh, para siswa melakukan diskusi dan evaluasi kedua (tahap diskusi dan evaluasi kedua). c. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan (tahap berbagi pengalaman dan kesimpulan), kemudian guru menutup pelajaran dengan memberikan motivasi dan salam penutup. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan penerapan metode Role Playing untuk mengetahui aktivitas perbaikan pembelajaran. Selanjutnya hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II memperoleh rata-rata 91,5 kategori sangat baik. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan/ kendala dan akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Kekurangan pada siklus I sudah diperbaiki pada pembelajaran siklus II dan hasilnya siswa lebih tertib, kondusif, aktif, dapat bekerjasama dengan baik dan hasil belajar siswa yang meningkat. Hasil peningkatan nilai tes keterampilan berbicara pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BERHURUF JAWA MENGGUNAKAN PASANGAN MELALUI PENDEKATAN PROSES Agus Mugianto 21 Tabel 2. Nilai Tes Keterampilan Berbicara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II Kategori Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Sangat Baik 0 0% 4 30% 10 70% Baik 1 8% 5 34% 4 25% Cukup 8 56% 6 36% 1 6% Kurang 5 31% 0 0% 0 0% Jumlah 15 100% 15 100% 15 100% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Hasil Keterampilan Berbicara Siswa (Pra, Siklus I dan Siklus II) SIMPULAN Metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada siswa, yang dilihat dari nilai tes keterampilan berbicara siswa yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata keterampilan berbicara pada pra siklus adalah 71,5 yang tergolong kategori cukup, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 84,1 tergolong kategori baik dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 91,5 tergolong kategori sangat baik. Sehingga rata-rata dari pra siklus ke siklus I meningkat sebesar 12,6%, dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 7,4%. UCAPAN TERIMA KASIH Kami sampaikan ungkapan terimakasih kepada Dr. Eko Supraptono, M.Pd; para kolaborator, guru dan karyawan serta siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Holubec, E.J. 2010. Colaborative Learning Strategi Pembelajaran UntukSukses Bersama. Bandung: Nusamedia Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud Ur, P. 1996. A Course in language teaching: Practice and Theory. Cambridge: Cambridge University Press 22 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015