BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Komunikasi A. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi, berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Secara lebih spesifik, pengertian atau definisi komunikasi dapat disimpulkan dari berbagai istilah komunikasi berdasarkan pencetusnya. Menuru Effendy (2005:3) pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan . Menurut William Albig dalam Publik opinion mengatakan Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. Sementara itu, Carl I Houland dalam social communication mengatakan komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator) mengoper stimulas yang berupa lambang atau kata- kata untuk merobah tingkah laku individu lainnya. (http//jurnal.sdm.blogspot.com 2007). Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13). Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Robbins, 2002 : 310). Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh para ahli komunikasi. Menurut Anderson komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Sementara Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainlain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (.Purba dkk, 2006 : 32-33) Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2002 : 19). Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in the United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan, pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2005 : 13). Selain itu professor Wilbur Schramm dalam Cangara (2004:1) mengatakan tanpa komunikasi , tidak mungkin terbentuk suatu masyarakat. Sebaliknya tanpa masyarakat, manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.Berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung terhadap struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer dan sebagainya. Menurut Rogers, seorang pakar sosiologi Pedesaan Amerika membuat definisi “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Cangara, 2004;19). Komunikasi akan efektif apabila terjadi pemahaman yang sama dan pihak lain terangsang untuk berpikir atau melakukan sesuatu. http://id.shvoong.com/ Dari definisi di atas merujuk pada pendapat efendy dapat di simpulkan bahwa komunikasi bukan hanya proses penyampaian pesan dari satu individu ke individu lain baik secara langsung maupun melalui media perantara.tetapi proses merespon pesan yang diterima dari pengirim pesan juga temasuk komunakasi. Secara umum proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut balikan pengirim pesan p Pe penerima pesan Media/saluran simbol/isyarat Mengartikan pesan B. Aspek-Aspek Komunikasi Seperti yang dikatakan oleh Harold D. Lasswell (2003 : 223) cara terbaik untuk menyatakan komunikasi atau menjalin komunikasi adalah: -. Pesan apa yang disampaikan, -. Efek atau respon yang diharapkan Berdasarkan rumusan Lasswell diatas maka aspek komunikasi dapat dibagi dalam 3 aspek 1. Kemampuan mengungkapkan pertanyaan Pada umumnya dari sebuah pertanyaan akan terjalin komunikasi. Si penanya melalui pertanyaan yang dia berikan mengharapkan informasi baru atau respon dari pertanyaan nya jika pertanyaan itu mendapat feedback maka komunikasi akan berlangsung terus, intinya proses mengungkapkan pertanyaan dapat menjadi awal terbentuknya suatu komunikasi 2. Kemampuan Merespon pesan verbal/nonverbal Menurut Effendy (2000: 6) yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek berupa respon atas pesan yang diberikan, jika hal ini ydak terjadi maka komunikasi tidak bisa berlangsung efektif, respon yang diberikan tergantung pesan yang disampaikan, Effendi membagi Respon dalam komunikasi menjadi 3 bagian a. Dampak Kognitif dimana respon yang timbul menyebabkan dia menjadi tahu, atau meningkat intelektualnya b. Dampak Afektif dimana respon yang timbul berupa perasaan tertentu, seperti gembira, sedih, c. Dampak Behavioral dimana respon berupa perilaku, tindakan dan sikap 3. Kemampuan mengungkapkan pernyataan Dalam proses komunikasi pernyataan dibawakan oleh lambang-lambang pada umumnya lambang yang digunakan adalah bahasa, Pernyataan maupun pertanyaan sangat berpengaruh dalam proses komunikasi jika pertanyaan dibantu dengan kalimat tanya maka pertanyaan merupakan bentuk ungkapan baik verbal maupun non verbal yang terjalin dalam proses komuniksai, begitupun dalam kegiatan pembelajaran pernyataan siswa baik verbal maupun non verbal akan sangat berpengaruh pada kegiatan pembelajaran ini menunjukan bahwa komunikasi berlangsung dengan baik karena ada feedback/respon berupa pernyataan dari siswa, sehingga dalam pembelajaran bukan hanya guru yang aktif tetapi siswajuga mampu memberikan respon dalam bentuk pernyataan C. Fungsi Komunikasi Lasswell dalam Cangara (2003:3) membagi fungsi komunikasi sebagai berikut 1 . Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan. 2. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar. 3. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. 4. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif D. Jenis-jenis Komunikasi Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Defito 2004 :175 membagi Komunikasi Menjadi 2 yaitu: 1. Komunikasi Verbal Komunikasi Verbal adalah Komunikasi yang menggunakan kata – kata. Komunikasi Verbal Mencakup Aspek – Aspek Berupa : Vocabulary (Perbendaharaan Kata – Kata) Racing ( Kecepatan) Intonasi Suara Humor Singkat dan Jelas Timing 2. Komunikasi Non Verbal Komunikasi Non Verbal adalah Komunikasi yang penyampaiannya tanpa kata – kata, dapat dikatakan menggunakan bahasa Tubuh. Komunikasi Non Verbal Mencakup Aspek – Aspek berupa : Ekspresi Wajah Kontak Mata Sentuhan Postur tubuh dan Gaya Berjalan Sound (Suara isyarat pada tubuh) Gerak Isyarat 2.1.2 Hakikat Teknik Bermain Peran Bermain peran atau role playing merupakan salah satu teknik pembelajaran yang termasuk pada model cooperatif learning yang dapat merangsang kreatifitas siswa untuk berekspresi, sehingga Secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri siwa dalam interaksi sosial. Cooperative learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk membentuk pemahaman nya sendiri (aktif) pada hal yang bersamaan pula mendorong mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dicapai (Lie 2000:1) Menurut Schwarzman (2003:102) mengemukakan bahwa, “ Bermain bukan bekerja tetapi bermain adalah berpura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh, namun bermain pada anak dapat membentuk dunianya, sehingga seringkali dianggap nyata sungguh-sungguh produktf dan menyerupai keidupan sebenarnya, Muliyadi (2006;2) psikolog anak menjelaskan bahwa “anak adala anak, anak bukan manusia ewasa mini, “ karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain yang menyenangkan.Bermain peran (role playing) merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecaan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar menusia terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik Moedjiono & Dimyati membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut ini : a. Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, b. Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, c. Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Menurut Erikson (dalam Mulydi 2007;4) terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukurn kecil, sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Roestiah (2001 ;90) mengartikan metode bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan tingkah laku, ataupun gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia atau dengan role playing anak didik berperan atau memainkan perannya dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Pengalaman belajar yang diperoleh dari teknik ini meliputi kemampuan bekerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian melalui bermain peran anak didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia. Terkait dengan hal itu, Nasima (2007:1) mengemukakan bahwa bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untukmenghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata kedalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/ pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta didikmemberikan penilaian. Misalnya menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut dan kemudian memberikan saran alternatif, pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut Moeslichatoen (2004 :33) menyatakan bahwa melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosianya, seperti membina hubungan dengan anak lain, berkomunikasi, bertingkahlaku sesuai dengan dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri. Dengan demikian, yang dimaksud dengan teknik bermain peran adalah memerankan tokoh-tokoh, yang sesuai denagan alur cerita dimana siswa dapat belajar berkomunikasi, bekerja sama serta melihat hubungan antara berbagai peran yang dimainkan bersama tentang bagaimana cara berperilaku sesuai dengan tugas peran yang dimainkannya. 2.1.3 Langkah-langkah dalam role playing/bermain peran a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan b. Guru membentuk beberapa kelompok sesuai dengan skenario c. Guru memotivasi kelompok d. Siswa memilih peran yang akan ditampilkan e. Guru mengamati kegiatan siswa f. Guru melakukan evaluasi dengan berdiskusi dengan siswa 2.1.4 Teknik bermain peran sebagai metode dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa Conny R Semiawan (jalal.2002.16) menyatakan bermain adalah aktifitas yang di pili sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian, lewat bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi, Muliyadi (2007:6) mengemukakan bahwa “bermain pern dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerjasama kelompok, penyerapan koskata, konsep hubungan sosial”. Kualias pengalaman main peran tergantung pada beberapa faktor antara lain : a. Cukup waktu bermain b. Ruang ang cukup c. Adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan Teknik bermain peran para siswa dapat menumbuhkan kreatiitasnya dan melatih rasa percaya diri. Bermain peran juga menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mengatasi rasa takut pada diri siswa sehingga, mereka mampu menumbuhkan potensi intelektual, sosial dan emosional, yang ada dalam dirrinya. Selain itu mereka akan terlatih untuk mengungkapkan gagasan secara cerdas dan kreatif, mampu mengungkapkan gagasan di depan umum sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Dengan teknik bermain peran akan memberikan pengalaman belajar yang lebih berati bagi siswa. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka yang menjadi hipotesis tindakan penelitian ini adalah : Jika menggunakan teknik bermain peran dalam pembelajaran, maka kemampuan berkomunikasi siswa di SDN 13 Kec Dulupi dapat ditingkatkan 2.3 Indikator Kinerja Sebagai Bagian indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan berkomunikasi siswa di SDN 13 Kec Dulupi yang sebelumnya hanya 4 siswa atau 0,88 % setelah dikenai tindakan dapat meningkat sampai 75% atau (17 siswa)