PROSIDING .. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Arsitektur dalam Budaya Maritim Perkotaan Makassar, 12 November 2013 ISBN: 978-979-15469-9-7 9789791546997 © Makassar, JurusanArsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, 2013 18.2x25.7cm Ketua Panitia Temu IImiah IPLBI 2013 Nasruddin Junus, Dr.Eng. Editor Isfa Sastrawati Marly Valenti Patandianan Venny Veronica Natalia Nasruddin Junus Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) Jl. Puriasih VI no. 3 Bandung 40292 Jawa Barat, Indonesia Telp/fax. 022-87522920 Email: [email protected] Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea Jl. Perin tis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 Telp. 0411-586265, Fax.0411587707 (~~~j3'J~ ,' ••: •• \ '~f ~ ii .. ~. Dirangkaikan dengan 50 Tahun Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin DAFTAR 151 ii iii iv Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi A Perencanaan 1. Pemanfaatan Ruang Terbuka di Pulau Lae Lae, Makassar. Abdul Mufti Radja A-1 2. Kamar Mandi untuk Mahasiswa Indekos, Sebuah Studi Perilaku, Kebutuhan, dan Setting Fisik. Afifah Harisah A-7 3. Kajian Sistem Stimulus-Respon Lingkungan Hotel terhadap Konsumen. Ardina Susanti, Hanson E_ Kusuma A - 11 4. Belajar dari Jepang: Sistem Preservasi Bangunan Kayu. Arif Sarwo Wibowo A - 19 5. Kriteria Dominan Rumah Tinggallmpian. Gierlang Bhakti Putra, Prinka Victoria Widyasanti, Natasya A - 25 6. Kompleksitas dan Preferensi dalam Perancangan. Hanson E. Kusuma A - 29 7. Rumah Impian Mahasiswa. R. Kartika Abdassah, Gustav Anandhita, Mega Sesotyaningtyas A - 33 8. Tinjauan Tantarto A - 39 9. Pola Pengaruh Atribut Mall terhadap Respon Konsumen dalam Mengunjungi Shopping Mall. Tri Widianti Natalia, Hanson E. Kusuma A - 45 10. Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer Kasus : Jl. K. H. Agus Salim Kota Gorontalo. Zuhriati A. Djaitani, Heryati A-51 11. Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional. Agus S. Ekomadyo, Kustiani, Herjuno Aditya A-59 iv dan Perancangan Arsitektur Penerapan Lokalitas pad a Bangunan Tinggi. Sugiman B. Perencanaan 1. Perencanaan Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jalan Ratulangi Makassar. Alvionirma Pallunan, Marly Valenti P 2. dan Perancangan Kota Komunitas Pintu Gerbang: Pengaruh Tipomorfologi Permukiman Terhadap Pola Spasial Kota. Bambang Heryanto B-1 B-7 3. Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda. Finta Lissimia, Hanson E. Kusuma B - 15 4. Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat. Ita Roihanah, Nurfadhilah Aslim, Christy Vidiyanti, Hibatullah Hindami B - 23 5. Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara. Nur Wandani Risanty Elisa Marta I. Djafar, Isfa Sastrawati B - 29 6. Revitalisasi Kawasan Kota Lama sebagai Kawasan Wisata di Kota Makassar. Jayanti Mandasari, Ihsan Latief B - 37 7. Potret Kualitas Wajah Kota Bandung. Maria Ariadne Dewi Wulansari, Andri Dharma, Tri Rahayu B - 43 8. Redevelopment Pasar Tradisional dengan Konsep "Urban Oasis". Kasus: Pasar Kosambi Bandung. R. Aldy Manggala, Sutan Hidayatsyah, Agus S. Ekomadyo B - 51 9. Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota. Riska Amelia Rachman, Rizki Fitria Madina, Sudarman B - 55 10. Strategi Low Vision terhadap Karakteristik Hambatan Spasial di Ruang Terbuka Publik Kota Bandung. Sally Octaviana B - 61 11. Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara. Sri Aliah Ekawati B - 67 12. Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periphery (Studi Kasus Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Umi kalsum, Syahriana Syam B - 73 13. Persepsi Mahasiswa Terhadap Kriteria Kota Impian. Wina Nur Annisa,Anjar Primasetra,Rakhmi Nur'aeni B - 79 14. Interaksi Manusia dan Satwa dalam "Place-making" Kasus: Perancangan Pasar Hewan Sukahaji Bandung. Yuqa Nurluthfi Septiani, Agus S. Ekomadyo B - 83 v & Perancangan Arsitektur C. Perencanaan 1. Perancangan Lanskap Koridor Sungai Pute di Kawasan Karst Rammang-Rammang Sebagai Kawasan Geowisata. Ira Prayuni R.A (-1 2. Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan. Medha Baskara, Eko Widaryanto (-9 3. Tumbuhan Ficus: Penjaga Keberlanjutan Budaya dan Ekonomi di Lingkungan Karst. Medha Baskara, Karuniawan Puji Wicaksono (-15 4. Desain Taman sebagai Zona Terapi dan Edukasi Penyandang Cacat. Studi Kasus: Konsep Therapeutic Garden pad a Redesain Bangunan YPA( Surakarta. Anggana Fitri S. (-21 D. Sejarah dan Teori Arsitektur/Kota 1. Masjid Shirathal Mustaqim, Pesona Pusaka Arsitektur di Tepi Sungai Mahakam. Anna Rulia 2. Historical Attachment Lanskap Tropis Sebagai Daya Tarik Place Studi Kasus: Masjid Salman, Bandung. Dhini Dewiyanti D-1 D-7 3. Penataan dan Pelestarian Kawasan Bersejarah Kota Palopo Sebagai Kota Pusaka Indonesia. Fadhil Surur D-13 4. Kajian tentang Keterkaitan Subyek Wanita dalam Konsep Jaringan Pemukiman Asli: Nagari, Tatakam dan Banua. Indah Widiastuti, Himasari Hanan D-19 5. Kajian Antropometri Bangunan Rumah Tradisional Masyarakat Adat Kajang Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan. Mursyida Nurfadhilla, Ria Wikantari, Syarif Beddu D-25 6. Membaca Ngalalakon pada Komunitas Adat Ciptagelar sebagai Masyarakat Peladang. Susilo Kusdiwanggo D-33 7. Jejak Konstruksi Perahu pada Arsitektur Mamasa. Wasilah, Josef Prijotomo, Murni Rachmawati D-39 vi l ~ E. Sains dan Teknologi Bangunan 1. Analisis Perolehan Radiasi Matahari pada berbagai Orientasi Bidang Vertikal. Baharuddin E- 1 2. Kuat Tekan Beton Daur Ulang sebagai Bahan Struktur pada Bangunan Sederhana. Dahri Kuddu, M.Syavir Latif E- 5 3. Pemanfaatan Limbah Industri Baja (Blast Furnace Iron Slag) sebagai Bahan Bangunan, Studi Kasus: PT. Barawaja Makassar. M. Yahya E - 11 4. Rekayasa pad a Struktur Dinding Geser Ganda, Sebuah Upaya dalam Meningkatkan Duktilitas Bangunan Gedung. Nasruddin E - 19 Karakteristik Efikasi Cahaya Global dan Difus berdasarkan Jenis Kondisi Langit di Indonesia. Ramli Rahim, Lily Pudjiastuti, Sri Nastiti Nugrahani Ekasiwi, 5. I Gusti Ngurah Antaryama, Baharuddin, E - 25 Rosady Mulyadi 6. Analisis Gejala Perubahan Iklim Berbasis Karakteristik Data Radiasi Matahari di Makassar. Ramli Rahim, Baharuddin Koddeng, Triyatni Martosenjoyo, Husni Kuruseng, Samsuddin Amin E - 33 7. Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal (Studi Kasus: Campus Center Barat ITB). Rizki Fitria Madina, Annisa Nurrizka, Dea Ratna Komala E - 39 8. Memperkenalkan Kembali Program Komputer "Matahari" Untuk Membantu Proses Perancangan "Bipv" Dan "Posipv". Sangkertadi E - 45 9. Karakteristik Embodied Energy dan Carbon Emission dalam . Penelitian Life Cycle Assessment (LCA) untuk Menilai Kualitas Material Bangunan. Siswanti Zuraida 10. Potensi Ventilasi Atap terhadap Pendinginan Pasif Ruangan pad a Pengembangan Rumah Sederhana (Studi Kasus di Perumnas Sendang Mulyo Semarang). Sukawi, Agung Dwiyanto, Haryanto F. Perumahan dan Pemukiman 1. Pengaruh Pergeseran Rumah Panggung terhadap Meningkatnya Penderita Ispa di Kecamatan Tamansari, Bogor. Atie Ernawati, Rita Laksmitasari E - 51 E - 57 F-1 vii 2. Tipologi Bentuk Jendela pada Rumah Tradisional Bugis di Taman Miniatur Sulawesi Selatan, Benteng Somba Opu Makassar. Dahniar, Andi Asmulyani 3. Model Perluasan Bangunan Rumah Swadaya sebagai pendukung Fungsi Hunian dan Usaha Berbasis Ramah Lingkungan di Permukiman Kumuh Kota Makassar. Shirly Wunas, Venny Veronica N, Pratiwi Mushar F-13 4. Identifikasi Rumah Tradisional di Lorang Firma Kawasan 3-4 Ulu, Palembang. Wienty Triyuly, Sri Desfita Yona, Ade Tria Juliandini F-17 5. Konsep Tata Bangunan pad a Permukiman Padat di Kawasan Pesisir Pantai, Studi Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Wiwik Wahidah Osman, Amalia Paramitha F-23 6. Kaitan Pekerjaan dengan Permukiman Nelayan. Idawarni F-31 7. Tipologi Rumah di Lahan Ilegal (Studi Kasus: Kampung Beting Remaja - Jakarta Utara). Mei Nisa Fajria F-37 8. Nitai Integritas Rumah Adat sebagai Ruang Publik Inklusif di Kawasan Adat Sahu, Halmahera Barat. Sherly Asriany F-43 5. Ruang Hunian dalam Perspektif Komunitas Ammatoa Kajang Sulawesi Selatan. Mimi Arifin F-49 6. Studi Sebaran Lokasi Ritel Consumer Goods di Pemukiman Tamalanrea Kota Makassar. Veronika Dora Pabuaran, Muhammad Nur Fajri, Ihsan F-55 G. Infrastruktur 1. Pengembangan Kawasan Sungai Tallo: Sebuah Upaya Peningkatan Kualitas Kota Makassar. Arifuddin G-1 2. Rekayasa Lingkungan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Pelabuhan Paotere Makassar. M. Yahya G-9 3. Model Antrian Mobil pada Area Parkir di Pusat Perbelanjaan Panakkukang. Muhammad Rizqi Fahma, Pratiwi Ramli,lhsan Latief G-17 4. Karakteristik Kemacetan Simpang Jalan Tidak Bersinyal. La Ode Atri Sarjani Munanta, Rafid Mahful, Dr.Eng.lhsan G-23 5. Studi Pemilihan Jenis dan Sebaran Fasilitas Penyeberangan di Koridor Urip Sumiharjo Kota Makassar. Mimin Andriani Sudjana, Virda Evi Yanti Deri/, Ihsan G-29 viii F-7 Wi/ayah dan Kota Prediksi Genangan Banjir menggunakan Metode Rasional USSCS1973 6. (Studi Kasus: Perumahan BTN Hamzy, BTN Antara, BTN Asal Mula, Kelurahan Tamalanrea Indah, Kota Makassar). Dana' Rezky Arisandhy, Westi Susi Aysa, Ihsan G-37 7. Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea yang Ramah Pejalan Kaki. Agnes Melinda, Zulkifli, Ihsan 8. Mereduksi Logam Berat Nikel (Ni) pad a Air Baku dengan Zeolit Alam Sulawesi Selatan. Sukmasari Antaria, Mary Selintung, Muh. Saleh Pallu, Mukhsan Putra Hatta G-49 9. Perencanaan Infrastruktur Kawasan Metropolitan Mamminasata (Studi Kasus: Jalan Aroepala, Makassar). Widian Fitrawulan Darwis, Isfa Sastrawati G-55 ST, G-43 ix TEMU ILMIAH IPLBI 2013 SISTEMPEKARANGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT 01KAWASAN KARST JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN Medhasaskara'", Eko Widaryanto(2) (1) KonsentrasiArsitektur Lanskap, Laboratorium Sumber Oaya Ungkungan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UniversitasBrawijaya. (2) KonsentrasiEkologi Pertanian, Laboratorium Sumber Oaya Ungkungan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UniversitasBrawijaya. Abstrak Kawasankarst bagi manusia memberikan tantangan hidup yang tidak kecil, namun upaya adaptasi masyarakatdalam mengatasi persoalan dan kesulitan alam sangat menarik diantaranya penyediaan rumahdan pekarangannya. Pemanfaatan pekarangan tidak saja digunakan untuk produksi tanaman namunjuga terdapat ternak hewan dan kolam ikan tergantung besarnya area pekarangan. Salah satuciri utama pekarangan di kawasan karst adalah keragaman tanaman atau spesies di dalamnya dengan berbagai macam spesies tanaman dan hewan tergantung dari kebutuhan pemiliknya. Tanamanyang dibudidayakan sangat beragam diantaranya tanaman pangan, sayur, buah-buahan, dan kayu-kayuan. Keterbatasan air di kawasan karst membuat bidang pertanian tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi secara cepat dan layak. Pada kondisi ekstrem seperti musim kemarau,banyak warga yang bertahan hidup dengan menjadi TKI. Setelah sukses bekerja di luar negeri,area pekaranganpun dimanfaatkan secara berbeda utamanya diubah menjadi usaha berbasis rumahyang diikuti perubahan struktur dan bentuk permukiman. Kata-kunci : pekarangan, kawasan karst, usaha berbasis rumah. Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai pusat kawasantimur Indonesia dengan berkumpulnya sejumlah industri besar seperti galangan kapal, kereta api, pabrik kertas, pabrik rokok, pabrik semen dan aneka industri besar-kecil yang tersebar di kabupaten/kota yang menunjukkan berkembangnya Namun dalam perekonomian kenyataannya, kawasan. tidak permukimannya termasuk yang mempunyai dalam kawasan karst karakteristik lahan yang tidak bersahabat terutama bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dibidang pertanian. Ketersediaan air dan kondisi tanah yang miskin hara menjadikan produktivitas hasil pertanian semakin sulit untuk diperbaiki. seluruh Upaya untuk mempertahankan eksistensi daerah di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang sama. Secara fisik kawasan kehidupan dan mengatasi segala kesulitan alam utara lebih dengan yang dihadapi kawasan selatan. Kondisi infrastruktur jalan di kawasanutara Jawa Timur seperti jalur Pantura Karst menjadi berkembang telah mampu mengangkat dibanding roda perekonomian, cara salah semaksimal mungkin Permukiman jalan di kawasan wilayah dan tingkat masih rendah bahkan daerahterisolir. selatan Jawa selatan, perkembangan kesejahteraan masyarakat banyak ditemui daerah- Kondisi masyarakat di bagian Timur dipersulit lagi saat kawasan tetap berusaha dengan berbagai satunya dengan memanfaatkan sedangkan akibat infrastruktur masyarakat banting dan aktivitassosial, dan mobilitas warga masyarakat, keterbatasan membuat pribadi yang tahan sosial lingkungan sebagai cerminan budaya dicermati tersendiri masyarakat, akan terlihat sesuai sistem permukimannya. pengaruh pola-polanya memiliki sosial aspek bila bentuk budaya, pemerintahan, tingkat pendidikan, dan teknologi. Kawasan karst memang memberikan Prosiding Temu IImiah IPLBI2013 I C • 9 Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan tantangan hidup yang tidak kecil, namun upaya adaptasi masyarakat dalam mengatasi persoalan dan kesulitan alam sangat menarik untuk dipelajari. Salah satu adaptasi yang sangat terkait dengan eksistensi manusia adalah penyediaan rumah dan pekarangannya. Rumah adalah kebutuhan manusia yang bersifat psikologis untuk keamanan, kehidupan sosial, survive, pemuasan dan harga diri, serta hakekatnya sebagai tempat berinteraksi dengan sesama, dalam lingkup keluarga atau masyarakat. Setelah selesai dibangun, akan terjadi proses penyesuaian didalamnya yang dilandasi kebutuhan penghuni untuk merasakan kenyamanan dalam kehidupannya. Penyesuaian ini dapat berupa perubahan pada perilaku penghuni maupun pada fisik bangunan dan lingkungannya. Kondisi lingkungan di kawasan karst Jawa Timur bagian selatan secara umum tidak berbeda dengan kawasan karst lainnya dimana ketersediaan air menjadi faktor pembatas. Hal ini menyebabkan sistem pertanian yang ada bersifat lahan kering dengan mengandalkan sistem tadah hujan. Adaptasi masyarakat akan kondisi ini diantaranya melakukan proses budidaya pertanian disaat musim penghujan, dan melakukan pekerjaan lain terutama melakukan urbanisasi ke kawasan perkotaan di saat musim kemarau. Akibat keterbatasan air, komoditi pertanian yang dapat diusahakanpun sangat terbatas terutama jenis komoditi yang tahan dengan kondisi kekeringan diantaranya bertanam jagung, singkong (cassava), dan pisang. Untuk mempertahankan pendapatan keluarga, pembagian peran anggota keluarga disaat musim kemarau menjadi sangat penting. Salah satu solusi yang diambil sebagain masyarakat diantaranya adalah melakukan urbanisasi ke kota yang biasanya dilakukan oleh para suami, dengan istri tetap dirumah bersama anak-anak. Namun langkah yang paling populer yang ditempuh masyarakat adalah menjadi tenaga kerja di luar negeri yaitu ke Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang, Arab Saudi dan beberapa Negara timur tengah lainnya. Disaat sebagian keluarga melakukan migrasi ke kota maupun ke luar negeri untuk bekerja, keluarga yang ditinggalkan sepenuhnya C -10 I Prosiding Temu IImiah IPLBI2013 menggantungkan hidupnya dari lingkungan sekitar termasuk di area pekarangan rumah. Pekarangan merupakan lahan yang merupakan area ruang terbuka dimana keberadaannya mengelilingi bangunan rumah dengan pemanfaatan sebagai tambahan pendapatan keluarga maupun berfungsi sebagai ketahanan pangan khususnya di kawasan pedesaan. Pekarangan biasanya ditandai dengan beberapa karakter, yaitu: 1) letaknya di sekitar rumah atau tempat tinggal; 2) mempunyai bentuk beraneka ragam ; 3) biasa digunakan sebagai tempat produksi pertanian bagi pemiliknya; 4) memiliki batas-batas yang jelas (Soemarwoto, 1991). Pembatas pekarangan selain pagar juga biasa dengan tanaman pembatas. Pemanfaatan pekarangan tidak saja digunakan untuk produksi tanaman namun juga terdapat ternak hewan dan kolam ikan tergantung besarnya area pekarangan. Salah satu ciri utama dari pekarangan adalah keragaman tanaman atau spesies di dalamnya dengan berbagai macam spesies tanaman dan hewan tergantung dari kebutuhan pemiliknya. Beberapa penelitian terkait pekarangan telah dilakukan terutama perannya dalam menunjang ketahanan pangan masyarakat, namun penelitian pekarangan di kawasan karst belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali serta memahami perilaku masyarakat karst Jawa Timur bagian selatan dalam menata lingkungan permukiman khususnya di pekarangan rumah terkait aspek biotik dan sosial budaya. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan dan inventarisasi secara cepat (rapid survei) di beberapa kawasan karst Jawa Timur bagian selatan yang terdiri dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan di bulan Agustus 2012 yang didapatkan data kualitatif dan deskriptif kondisi faktual sistem pekarangn kawasan karst di. Jawa Timur bagian selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi pekarangan dan wawancara pada 2 sampel di setiap kabupaten. Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan data primer MedhaBaskara yang sesuai dengan Ekspedisi Geografi karakteristik Indonesia kegiatan yang dilakukan Badan Informasi Geospasial (BIG). Tipologi Pekarangan Rumah di Kawasan KarstJawa Timur Bagian Selatan Pengertian rumah tinggal bagi suatu keluarga meliputi ruang yang ada didalam dan ruang di luar rumah (halaman) yang selanjutnya sering disebut sebagai pekarangan. Hubungan pekarangan dengan bangunan rumah tinggal ini sangat erat kaitannya sebab terdapat hubungan timbal balik bagi kehidupan pemilik tempat didalamnya yang selaras tinggal dan manusia pada umumnya. karst yang sebagian Masyarakat kawasan besar hidupnya mengandalkan pertanian bidang menata lingkungan pekarangannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gambar 1 merupakan gambaran secara umum pekarangan di kawasan karst di selatan Jawa Timur. Karakteristik pekarangan secara umum tergambarkan juga di kawasan karst ini diantaranya, mempunyai bentuk yang beraneka ragam, baik tata letak maupun jenis tanamannya. Vegetasi di pekarangan mempunyai keragaman yang tinggi dengan kombinasi hampir semua jenis tanaman diantaranya tanaman penghasil kayu, sumber makanan tambahan (tanaman pangan, buahbuahan dan sayuran), tanaman obat dan tanaman hias. Secara umum hasil pengamatan sistem pekarangan di kawasan Karst di Jawa Timur bagian Selatan dapat disimpulkan di Gambar 2. Gambar 2. Tipologi Pekarangan Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa kawasan Karst di Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Malang secara ruang tipologi pekarangan di kawasan karst mempunyai pekarangan peranan berbeda-beda depan, samping dan Lebih detail gambaran adalah sebagai berikut diantara belakang. masing-masing area a. Pekarangan Depan. Pekarangan depan rumah secara umum merupakan ruang transisi antara bangunan rumah dan area lingkunganfdesa. publik Area ini yaitu jalan secara umum dibiarkan terbuka, dengan perkerasan semen bagi masyarakat mampu yang berfungsi sebagai area pengering atau area menjemur hasil pertanian, Didepan bangunan yang juga berfungsi sebagai tamu serta sering digunakan sosial dengan tamuftetangga. pekarangan depan secara digolongkan pada tanaman terdapat area teras penerima sebagai ruang Tanaman pada umum dapat hias dan tanaman buah-buahan yang seringkali dianggap mempunyai nilai 'Iebih' oleh penghuninya. Beberapa jenis buah-buahan yang sering ditanam di pekarangan depan diantaranya Gambar 1. Salah satu contoh Pekarangandi Kawasan Karst Dukuh Kali pucung, Kecamatan Punung, KabupatenPacitan yang memaksimalkan pekarangan untuk menambah pendapatan keluarga mangga, rambutan, dan kersen, sedangkan jenis tanaman hias diantaranya melati dan soka yang bunganya sering juga dijual saat lebaran atau hari besar budaya lainnya. Prosiding TemuIImiahIPLBI20131C - 11 Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan b. Pekarangan Samping. Pekarangan samping dibanding pekarangan depan lebih bersifat privat namun masih menyediakan akses dari halaman depan. Pada pekarangan samping ini, penggunaan ruang oleh anggota keluarga dapat beraktivitas tanpa terganggu oleh pihak luar. Tanaman yang di tanam di area ini biasanya didominasi oleh tanaman penghasil makanan tambahan baik yang bersifat musiman maupun tahunan. Tanaman yang ditanam diantaranya singkong, ketela, sayuran (cabe, kacang panjang, labu siam, turi, belinjo dll), dan buah-buahan (papaya, nangka, mangga dan pisang). Apabila area lahan lebih luas lagi, pada area samping juga dikembangkan fungsi garasi mobil, kolam ikan dan ternak ayam terutama bagi masyarakat yang lebih mampu. Hasil pertanian di pekarangan selain dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk 'aslinya juga diolah terlebih dahulu sehingga yang dijual berupa hasil olahan seperti keripik, selai, umang-umang, lanting, marning dan lain sebagainya (Gambar 3). Beberapa produk yang menjadi makanan khas oleh-oleh dari kawasan karst diantaranya produk olahan berbahan dasar singkong (cassava), ketela pohon, pisang, dan jagung. Usaha diversifikasi makanan dari bahan makanan ini terus dilakukan masyarakat termasuk bahan dasar lainnya masih sangat diperlukan sehingga pendapatan dari produk pertanian karst khususnya dari pekarangan dapat lebih meningkat lagi. c. Pekarangan Belakang. Pekarangan belakang cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai area servis untuk kegiatan pelayanan dalam rumah seperti mencuci, menjemur, kamar mandi, kandang hewan ternak, kolam ikan atau kebun rumah. Pada area ini biasanya ditanam beberapa jenis tanaman tahunan sebagai tabungan jangka panjang diantaranya tanaman penghasil kayu (pohon jati, sengon, bambu, kelapa). Pada area ini juga banyak dimanfaatkan sebagai ruang memelihara ikan dan ternak (sapi, kambing, dan ayam). Gambar 3. Oleh-olehKhasyangdijajakandi Kawasan Berdasarkan pengamatan di kawasan karst diatas, secara umum tanaman yang ada di pekarangan rumah dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama yaitu kategori tanaman penghasil kayu, sumber bahan makanan tambahan (terdiri dari buah-buahan, sayuran dan bahan makanan non beras), tanaman obat-obatan dan tanaman hias. Hasil budidaya dari lahan pekarangan dapat berkontribusi pada nutrisi keluarga dan bahkan menambah pendapatan keluarga yang rutin diterima setiap panen dilakukan. Sedangkan tanaman penghasil kayu cenderung dimanfaatkan sebagai tabungan jangka panjang yang dimanfaatkan saat panen (sesuai umur panen) maupun saat kebutuhan mendesak C -121 Prosiding Temu IImiah IPLBI2013 seperti merenovasi rumah, biaya sekolah serta biaya pernikahan putra-putri mereka. WisataGuaLowo(Trenggalek)danGuaTabuhan (Pacitan)merupakanhasilbudidayadi Pekarangan. Transformasi Bentuk Pekarangan Keberhasilan mengelola pekarangan rumah tentunya sangat tergantung dari kerja keras tiap individu pemilik pekarangan, namun tidak semua orang mampu mengelola lahan dengan keterbatasan air seperti di kawasan karst. Jika keterbatasan penguasaan terhadap lahan serta pilihan pekerjaan yang sangat minim tentunya masyarakat akan memilih pilihan yang paling memungkinkan untuk merubah perekonomian keluarga salah satunya dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri. Kondisi lingkungan kawasan karst yang sangat sulit bagi usaha pertanian termasuk di pekarangan biasanya Medha Baskara akan lebih memantabkan mereka untuk sebagai aktor dalam pengambilan merupakan faktor penentu terjadinya keputusan perubahan mengadu nasib di luar negeri, sehingga kawasan karst di Jawa Timur merupakan salah satu kantong pensuplai TKI. maupun perkembangan rumah beserta pekarangannya. Perubahan yang paling Menjadi menonjol pada sistem pekarangan terjadi sangat ditentukan oleh bentuk usaha yang akan TKI di luar negeri memang tidak semuanya berhasil mengangkat perekonomian keluarga, bahkan banyak juga yang tetap dalam kondisi kemiskinan. Namun diantara yang tidak berhasil terdapat juga beberapa orang yang mampu mewujudkan mimpi perbaikan nasib dikembangkan. Berdasarkan jenis usahanya, Silas (2000) merumuskan lima tipe usaha berbasis rumah tangga diantaranya adalah a) perekonomian dan e) farming, saja diukur pulang keluarga. Kesuksesan TKI tidak dari berapa jumlah ke Indonesia keberhasilan pulang dari kekayaan saat namun lebih pada mengelola kehidupan setelah luar negeri. Salah satu desa kawasan karst yang sukses akibat peranan warganya setelah menjadi TKI adalah Desa Arjowilangun, Kecamatan Malang dimana desa kawasan karst yang lingkungan yang sulit sebagai area pertanian. Kalipare, Kabupaten ini termasuk dalam mempunyai kondisi untuk dikembangkan Hampir seluruh warga manufaktur; b) jasa; c) distribusi dan penjualan ; toko untuk menjual hasil kerajinan, d) retail; yang terkait dengan pertanian. Dari hasil pengamatan lapang, usaha yang dilakukan warga Desa Arjowilangun meliputi sektor jasa, distribusi dan penjualan, retail dan farming (usaha pertanian) seperti terlihat pada Gambar 4. Perubahan pekarangan yang paling dominan dilakukan sebelumnya banyak di area berfungsi depan dimana sebagai ruang terbuka. Hal ini dikarenakan kedekatan dengan ruang publik yaitu jalan desa/Iinqkunqan sehingga akan lebih strategis dalam pemasaran usaha ekonominya. desa merubah kehidupannya menjadi TKI di luar negeri diantaranya di Arab Saudi, Hongkong, Korea dan Jepang. Sepulang dari luar negeri, sebagian besar masyarakat Desa Arjowilangun tidak lagi mengandalkan sektor pertanian, beralih ke jasa, perdagangan kecil manufaktur-distribusi. lebih Usaha pertanian yang dilakukan pun tidak lahan pada namun namun retail dan sebagian lagi berbasis teknologi pada diantaranya pengembangan budidaya jamur dengan rumah jamur yang terjaga kelembaban dan suhu udaranya. Rumah perubahan fungsi, ekonomi disebut yang mengalami akibat pengaruh tinggal usaha atau sebagai rumah produktif. Fungsi rumah tersebut harus dapat menampung dua kegiatan yang berbeda antara lain; kegiatan berumah produksi. tangga dan kegiatan ekonomi/ Rumah yang digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi mempunyai konsekuensi yang ditimbulkan berupa perubahan bangunan rumah beserta pekarangannya. sistem Perubahan dan tinggal perkembangan dan pekarangan merupakan akibat sepulang dari di Desa dari kegiatan menjadi TKI. rumah Arjowilangun ekonomi baru Fungsi pemilik Gambar 4. Perubahan Pemanfaatan Pekarangandi DesaArjowilangun, Malang menjadi UBR (Usaha BerbasisRumah Tangga) sepulang menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dikelompokkan jenis usaha oleh Silas (2000). Perubahan munculnya pemanfaatan usaha ekonomi ruang baru akibat tidak Prosiding Temu IImiah IPLBI2013 saja I C -13 Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan terkait pemanfaatan pekarangan namun juga bagaimana membentuk ruang di rumah maupun tempat usaha. Sepintas bila dicermati secara sekilas, desa yang jauh dari perkotaan ini telah berubah bentuk mirip di kawasan perkotaan. Sebelum kesuksesan warga desa membangun perekonomian keluarga, rumah-rumah warga mempunyai setback yang jauh dari jalan raya, namun saat ini banyak yang dibangun hingga mempunyai setback 0 seperti di perkotaan. Bentuk fasad beberapa bangunan juga telah berubah dari bentuk bangunan orang Jawa (penggunaan atap kampungan dan limasan) menjadi bangunan tempat tinggal seperti di Korea dan Hongkong dengan bangunan beton yang tinggi dan sempit. Hal ini membuktikan bahwa proses kerja TKI di luar negeri, tidak saja merubah kinerja manusia di kawasan karst namun juga telah merubah sebagian kebudayaan bermukim masyarakat. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem pekarangan di kawasan karst di lima kabupaten tidak ada yang berbeda yaitu semuanya rnernpunvai fungsi sebagai proses adaptasi linkungan dalam penyediaan kebutuhan hidup jangka pendek/ sehari-hari (berupa sayuran dan buah-buahan) maupun jangka panjang (berupa tanaman berkayu sebagai tabungan). Aktivitas kegiatan dalam ruang mempunyai kesamaan namun berbeda sedikit di penggunaan tanaman budidaya. Fenomena unik terjadi di beberapa wilayah karst dengan terjadi perubahan pemanfaatan pekarangan akibat proses masuknya budaya kota sebagai dampak warga yang bekerja di luar negeri. Perubahan fisik bangunan, penggunaan fungsi komersial dan setback 0 terjadi di lingkungan perumahan warga di pedesaan. Fungsi komersial yang dikembangkan warga di area pekarangan sebelumnya diantaranya berfungsi sebagai jasa, distribusi dan penjualan serta retail. Pengembangan pekarangan pada tahapan ini sebagai fungsi pertanian sangat jarang dilakukan warga karst setelah menjadi TKI akibat keterbatasan sumberdaya terutama air. c - 141 Prosiding Temu IImiah IPLBI2013 Daftar Pustaka Silas, Johan. (2000). Rumah Produktif. Laboratorium Perumahan dan Permukiman. Surabaya Soemarwoto, O. (1997). Ek%gi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta Prasetyo, Budi. (2006). Struktur Komunitas dan Profil Vegetasi da/am Sistem Pekarangan di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung Bogor. Tesis Pasca Sarjana IPB. Bogor