DIGITAL Bisnis Indonesia, Sabtu, 19 Maret 2011 o3 ETALASE Libretto W100 andalkan layar sentuh ganda REPRO Casio EX-H20G, kamera dengan GPS pa yang lebih keren daripada layar sentuh? Tentunya layar sentuh ganda. Paling tidak itulah pendapat A para perancang produk Toshiba ketika mendesain onsel yang dilengkapi dengan kamera saat ini sudah dianggap biasa. BahP kan, ponsel yang mengusung global Libretto W100. Dengan ukuran layar 7 inci, Libretto W100 tampak seperti netbook. Namun, tempat yang biasa digunakan oleh papan ketik diambil alih oleh layar sentuh kedua. Dua layar sentuh ini masing-masing beresolusi 1024x600 dan dapat digunakan baik tegak (portrait) maupun mendatar (landscape). Salah satu layar ini juga dapat difungsikan sebagai papan ketik virtual. Rancangan Toshiba Libretto ini di sisi lain juga mengingatkan kita pada kelas komputer tablet seperti iPad dan Samsung Galaxy Tab, atau konsol game portabel seperti Nintendo DS. Namun, dengan prosesor Intel Pentium U5400 1,2 Ghz, 2 GB RAM, storage 62 GB, dan Windows 7 Home Premium 32 bit, Toshiba Libretto pada dasarnya lebih dekat dengan komputer pribadi (netbook, komputer jinjing ataupun desktop). Karena itu, Libretto W100 dapat menjalankan aplikasi untuk komputer pribadi standar. Seperti umumnya komputer bergerak lainnya, Libretto W100 sudah dilengkapi dengan satu unit port USB, slot kartu memori (micro SD), dan slot konektivitas Bluetooth dan wifi. Adapun, baterai 8 cell Li-ion menjadi sumber daya gadget ini ketika tidak mendapat pasokan listrik AC. (BISNIS/K8) positioning system (GPS) juga mulai menjadi standar pada banyak ponsel pintar. Salah satunya adalah produk dari Casio, melalui seri Exilim EX-H20G.. Teknologi GPS pada kamera dapat digunakan untuk menentukan tempat suatu foto diambil. Fitur yang dinamakan sebagai geotagging ini merupakan standar pada banyak ponsel pintar. Dengan bantuan GPS ini, foto-foto yang diambil menggunakan EX-H20G otomatis akan berisi informasi lokasi. Geotagging tidak hanya satu-satunya kegunaan modul GPS yang terintegrasi pada kamera ini. Aplikasi peta yang juga disertakan dapat menunjukkan tempat pemakainya berada saat itu, lengkap dengan informasi tempattempat menarik di sekitarnya. Kamera ini juga dilengkapi dengan akselerometer, pedometer, dan kompas digital yang dapat melacak pergerakan penggunanya. Bila sinyal GPS tidak tertangkap, ketiga peranti ini akan mencatat pergerakan pengguna dan memperkirakan lokasi kamera saat itu. REPRO Lokasi ini kemudian akan dicocokkan kembali ketika sinyal GPS kembali diperoleh. Kamera ini dapat mengambil gambar dengan resolusi maksimum sampai 14 megapiksel. Untuk mengambil gambar, kamera ini dilengkapi dengan lensa 24 mm dan digital zoom 10x. Adapun, fitur Premium Auto mendeteksi keadaan sekitar dan otomatis mengatur setelan ISO, pajanan, fokus, koreksi warna, dan bising untuk gambar yang optimal. (BISNIS/K8) Masa depan toko aplikasi web Mozilla berambisi garap toko aplikasi terbuka OLEH GOMBANG NAN CENGKA Kontributor Bisnis Indonesia Toko aplikasi daring (online) mungkin bukan hal baru, tetapi keberhasilan Apple mempromosikan dan mengintegrasikannya di iPhone membuat banyak orang berpikir ulang. ada saat ini hampir semua vendor ponsel besar sudah menyertakan toko aplikasi terintegrasi pada platformnya. Ambil contoh, Google yang menyediakan Android Marketplace, Nokia memperkenalkan Ovi Store, sedangkan RIM menyertakan BlackBerry App World. Semuanya menjadi tempat pertama untuk para pengguna untuk memasang aplikasi yang sesuai dengan ponsel mereka. Model toko aplikasi ini kemudian P menular ke platform lain. Apple sudah meluncurkan Mac App Store untuk komputer pribadi Macintosh. Sementara itu Intel juga meluncurkan AppUp, yang tersedia baik untuk Windows maupun MeeGo. Bahkan kemudian muncul pula toko aplikasi untuk platform yang masih pesat berkembang: jaringan web. Jaringan web sebelumnya memang tidak dilihat sebagai tempat untuk meluncurkan aplikasi, tetapi lebih sebagai medium untuk menyebarkan konten. Namun, perkembangan akhirakhir ini seperti semakin kencangnya kecepatan peramban, serta perkenalan teknologi web baru yang biasa disebut sebagai HTML5, semakin menunjang untuk memperlakukannya sebagai platform lain. Tak heran bila model toko aplikasi kemudian muncul untuk web. Google menjadi salah satu pelopor untuk mendorong toko aplikasi web. Mengingat perusahaan ini terutama bergerak di jaringan web, ini tidak mengherankan. Sebelumnya Google juga turut mendorong pengembangan interpreter Javascript yang lebih cepat, dan turut serta dalam proses pembakuan HTML5. Sistem operasi Google untuk netbook, ChromeOS, pada dasarnya adalah peramban Chrome. Aplikasi untuk sistem operasi ini bisa berbentuk ekstensi Chrome, ataupun aplikasi web. Toko aplikasi web yang populer dan ramai akan ikut membantu adopsi ChromeOS. Pada saat ini Google sudah meluncurkan toko aplikasi yang dapat diakses melalui peramban Google Chrome. Toko ini diberi nama Chrome Web Store. Meskipun teknologi web pada dasarnya terbuka dan lintas peramban, tetapi aplikasi yang tersedia pada Chrome Web Store tidak dirancang untuk dijalankan di peramban lain. Ini mungkin yang mendorong Mozilla untuk mengajukan sendiri konsep toko aplikasi yang lebih terbuka. Pada Oktober 2010 lalu, tidak lama setelah rencana Chrome Web Store FOTO-FOTO: REPRO diumumkan, Mozilla memublikasikan rancangan mereka untuk toko aplikasi yang dinamakan sebagai Open Web Apps. Pada awal bulan Maret Mozilla merilis demo untuk toko aplikasi web ini. Chrome Web Store Aplikasi web sebenarnya tidak hanya satu-satunya produk yang tersedia pada Chrome Web Store. Pada toko yang sama kita dapat menjumpai juga ekstensi dan tema Chrome. Untuk menarik perhatian pengembang komersial, Google me- nyediakan juga tempat untuk aplikasi berbayar. Integrasi Chrome Web Store dan peramban Chrome memungkinkan pengguna untuk dapat langsung menemukan aplikasi web ketika membuka tab baru. Bila pada versi sebelumnya Chrome hanya menampilkan situssitus web yang biasa dibuka, pada versi mutakhir Chrome kita juga dapat mengakses aplikasi web. Sebagian aplikasi pada Chrome Web Store ini, seperti Google Talk, hanya dapat dipasang pada Chrome- OS. Berbeda dengan sebagian aplikasi yang hanya berupa pintasan ke situs web, aplikasi seperti Google Talk lebih berperilaku seperti aplikasi desktop tradisional. Adapun Mozilla Open Web App, meskipun masih berada dalam tahap awal dan tidak sematang tawaran Google, tampaknya lebih ambisius. Untuk menunjang toko aplikasinya ini, Mozilla menyediakan tidak hanya ekstensi untuk Firefox, tetapi juga untuk Google Chrome. Ekstensi ini berguna untuk lebih mudah mengelola aplikasi yang “dipasang” di peramban. Demo toko aplikasi ini dapat dilihat pada situs https://apps.mozillalabs.com/appdir/. Pada saat ini baru ada 18 aplikasi web yang dapat diinstal, semuanya gratis. Dukungan terhadap Google Chrome ini tampaknya menunjukkan kesediaan Mozilla untuk membuat toko aplikasi yang lebih terbuka. Tidak hanya itu, tersedia juga prasarana agar pihak lain juga dapat membangun toko aplikasi sendiri, menggunakan teknologi toko aplikasi yang ditawarkan Mozilla. ([email protected]) Beberapa tip dan trik menggunakan Google Docs OLEH GOMBANG NAN CENGKA Kontributor Bisnis Indonesia agi saya aplikasi web seperti Google Docs masih belum dapat menggantikan aplikasi kantoran tradisional, seperti Microsoft Office ataupun OpenOffice.org. Namun, kenyataannya saya cukup sering menggunakan aplikasi Google ini untuk berbagai keperluan. Fitur-fitur Google Docs yang berguna ini tidak selalu berkaitan dengan fungsi utama Google Docs itu sendiri, membuat dan menyunting dokumen. Sebagai contoh, fitur berbagi dokumen terkait erat dengan integrasinya dengan layanan Google lain (Search dan Gmail). • Membaca dokumen dalam format DOCX, XLSX dan ODF Meningkatnya kepopuleran Open- B Office.org (dan cabang barunya, LibreOffice) menyebabkan beberapa dokumen yang dibagi oleh teman dan rekan kita mungkin disimpan dalam format-format ODF (OpenDocument Format), seperti ODT (OpenDocument Text) dan ODS (OpenDocument Spreadsheet). OpenOffice.org memang tersedia gratis, tetapi tidak semua orang ingin mengunduh aplikasi ini dan memasangnya di komputer. Sejak Microsoft Office 2007, aplikasi kantoran ini mengadopsi format baru yang tidak dapat dibaca oleh versi sebelumnya tanpa memasang peranti lunak tambahan. Masalahnya masih banyak pengguna komputer yang menggunakan versi lama Office, dan tidak memasang (atau tidak dapat memasang) peranti lunak yang diperlukan untuk membaca format baru ini. Cara cepat mengatasi masalah di atas adalah mengimpor dokumen dalam berkas yang tidak dapat dibaca ini ke dalam Google Docs. Aplikasi web ini tidak hanya dapat membaca dokumen Microsoft Office 2000/XP/2003 saja, tetapi juga format ODF dan Microsoft Office 2007. Anda dapat menyunting dokumen tersebut di Google Docs, atau mengonversinya ke dalam format dokumen yang didukung aplikasi kantoran Anda. • Membaca dan menyimpan berkas Bila mencari informasi menggunakan mesin pencari Google, sesekali Anda akan menemukan bahwa keterangan yang Anda inginkan disimpan dalam berkas PDF atau Microsoft Office. Google saat ini akan membukanya pada Google Docs. Ini memastikan pengguna dapat tetap membaca berkas tersebut meskipun tidak memiliki aplikasi pembaca yang sesuai, seperti Adobe Reader atau Microsoft Office. Sebelumnya saya biasa mengunduh berkas hasil pencarian ini ke komputer sendiri. Namun, kita juga dapat menyimpannya di akun Google Docs, dan inilah yang sering saya lakukan akhir-akhir ini. Kelebihannya? Kita dapat mengakses dokumen-dokumen tersebut setiap saat. Pada saat ini Google Docs tidak hanya mampu menyimpan berkas kantoran saja, tapi juga berkas lain seperti musik, gambar dan video. Google memberikan pagu sampai 1 GB untuk berkas selain format aplikasi kantoran ini. • Berbagi dokumen dengan cepat Mengirim dokumen via surat elektronik (surel) masih menjadi pilihan utama bagi saya. Namun, bila dokumen tersebut kebetulan juga tersimpan di Google Docs, berbagi lewat aplikasi web ini menjadi pilihan lain yang menarik. Pilihan pertama adalah mengirimkan salinan dokumen lewat surel. Cara ini akan menggunakan Gmail untuk mengirim surat. Namun, tersedia juga pilihan lain, seperti berbagi dokumen yang tidak perlu disunting (read-only), atau berbagi untuk kolaborasi (menyunting di Google Docs). FOTO-FOTO: REPRO Pilihan terakhir ini mensyaratkan peserta kolaborasi juga memiliki akun Google Docs. • Menerjemahkan dokumen otomatis Mesin penerjemah seperti Google Translate dapat digunakan untuk membantu terjemahan berbagai bahasa. Terjemahan otomatis ini menerima dokumen dalam format aplikasi kantoran populer. Namun, terjemahan cepat juga dapat dilakukan dari dalam Google Docs. Tentu saja terjemahan ini masih sangat kasar. Google Docs juga tidak menyediakan fitur untuk meninjau akurasi terjemahan kata per kata, dan membandingkannya dengan dokumen asli. Fitur ini bermanfaat bila kita hanya ingin melihat secara kasar maksud dari dokumen tersebut dalam bahasa yang lebih kita pahami. • Optical Character Recognition (OCR) Tidak semua dokumen kita ada dalam bentuk elektronik. Cara paling cepat mengonversi dokumen cetak ke dalam bentuk elektronik adalah memindainya dengan mesin. Namun, teknologi pemindai umumnya menyimpan hasil pemindaian dalam bentuk gambar. Agar dokumen tersebut dapat disunting, kita harus menggunakan teknologi OCR (Optical Character Recognition), yang mengenali bentuk huruf dalam gambar dan mengonversikannya ke dalam format teks. Bila Anda perlu mengonversi gambar ke dalam teks tetapi tidak punya aplikasi OCR, kita dapat memanfaatkan fitur OCR dari Google Docs. Namun, jangan lupa memeriksa lagi keakuratan hasil konversi ini. ([email protected])