1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BACKHAND SHORT SERVICE PERMAINAN BULU TANGKIS MELALUI GAYA MENGAJAR PENEMUAN TERBIMBING Ahmad Al Munawar Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar Smash bola dengan menggunakan penerapan gaya mengajar Inklusi pada siswa kelas V SD Swasta Mulia Medan tahun ajaran 2014/2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik Smash masih rendah. Dari 25 orang siswa terdapat 10 orang (40%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 15 orang (60%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,97. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 25 orang siswa terdapat 22 orang (88%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 3 orang (12%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,16. Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui Penerapan Gaya mengajar Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar Backhand Short Service pada siswa kelas V SD Swata Mulia Medan tahun ajaran 2014/2015. PENDAHULUAN Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya. Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting untuk membekali siswa menghadapi masa depan. Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Siswa perlu mendapat bimbingan, dorongan, dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal-hal yang akan diperlukan dalam kehidupannya. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan melalui pola tradisional. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga banyak siswa yang remedial atau mengulang pada saat ujian praktek backhand Short Service pada Bulu tangkis tersebut. Dimana nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang harus di capai siswa tersebut adalah 70, sementara dalam melakukan peraktek backhand Short Service pada bulu tangkis tersebut pada siswa kelas V yang berjumlah 25 orang siswa hanya sekitar 5 orang siswa yang tuntas (20%) yang mencapai KKM, sementara 20 siswa (80%) tidak mencapai KKM.Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah dan perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani materi backhand Short service pada bulu tangkis. Menurut Lutan (2000: 1). Pendidikan Jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat. Menurut Williams (1999; dalam Freeman, 2001), pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang di inginkan. Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika pengalaman-pengalaman gerak (aktivitas jasmani) dalam pendidikan jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Dengan demikian, manakala pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmaninya. Menurut Alhusin (2007: 36) Servis dalam permainan bulu tangkis terbagi menjadi: Sevis forehand (Servis forehand pendek dan Servis forehand tinggi), Servis backhand (Servis Backhand pendek dan Servis backhand tinggi). Servis backhand memang lebih sulit dibandingkan servis forehand. Sehingga pada servis backhand memerlukan keterampilan dan latihan ekstra. Secara umum, pada jenis servis ini arah dan jatuhnya shuttlecock hendaknya sedekat mungkin melayang relative dekat diatas jarring (net). Jenis servis ini sering digunakan untuk pemain ganda. Dalam PBSI (2002:32) Pelaksanaan Servis Pendek dengan cara Backhand (Backhand Short Service) : • Berdirilah kira-kira 10 cm dari garis servis pendek • Letak kaki kanan didepan sedangkan titik berat badan ditempatkan pada kaki kanan tersebut. • Bola dipegang dengan tangan kiri (tidak kidal) sejajar dengan pusar. • Kepala raket ditempatkan dibawah tangan kiri dibelakang bola. • Pandangan diarahkan pada bola, daerah sasaran dan melirik posisi lawan. • Lakukan pukulan dengan penuh keyakinan. Gambar 2.1. Cara melakukan backhand short service Mosston (2008:212) mengemukakan, “gaya penemuan adalah desain logis dan sekuensial pertanyaan yang menyebabkan seseorang untuk menemukan respon yang telah ditentukan dalam anatomi gaya penemuan terbimbing, peran guru adalah untuk membuat semua keputusan materi pelajaran, termasuk konsep sasaran untuk ditemukan dan desain berurutan dari pertanyaan untuk pelajar, peran guru adalah untuk menemukan jawaban, ini berarti bahwa pelajar membuat keputusan mengenai segmen dari pokok dalam topik yang dipilih oleh guru, saat perilaku ini tercapai, tujuan berikut adalah subjek materi dan perilaku”. Keterkaitan antara siswa dengan mata pelajaran dijalin dengan adanya perintah atau contoh-contoh serta rancangan-rancangan yang didisain oleh guru. Keterampilan ini membutuhkan keterampilan kognitif. Kemudian Roestiyah (2008: 20) menjelaskan, “penemuan terbimbing adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya”. Selanjutnya Supandi (1992: 39) mengemukakan, “pendekatan gaya ini berorientasi pada anggapan dasar bahwa yang menjadi pusat proses belajar mengajar adalah siswa. Selain memperluas kebebasan individual dan pengembangan jasmaniah siswa, gaya ini juga dapat meningkatkan interaksi sosial diantara kelompok siswa”. Lebih lanjut Supandi (1992: 39) menambahkan, “gaya ini mampu mengembangkan aspek totalitas siswa yaitu kapasitas intelek atau segi ranah kognitif siswa. Gaya ini memberikan keleluasaan untuk menyimpulkan dan menilai sendiri berdasarkan penemuanpenemuannya dalam proses belajarmengajar”. PEMBAHASAN a. Tes awal Hasil tes awal yang di peroleh dari data sebelumnya bahwa, siswa yang katagori kurang sekali dengan nilai 53.3-66.7 dengan presentase 80% dan berjumlah 20 siswa yang tidak tuntas, sementara dengan nilai 70-80 dengan presentase 20% siswa yang tuntas dan berjumlah 5 siswa. Dengan demikian sesuai data diatas dapat direfleksikan bahwa, hasil belajar menghentikan Bola belum mencapai nilai KKM yang diharapkan, hal ini disebabkan karena gaya mengajar pada pembelajaran yang diterapkan masih bersifat satu arah, kurangnya pendekatan antara guru dengan siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan guru pada setiap pertemuan adalah menjelaskan materi, pemanasan, perenggangan dan jarang diberikan game atau permainan yang mendukung materi pelajaran kemudian memberikan contoh dan terkadang kurang memberikan kontrol dan evaluasi yang cukup dengan alasan alokasi waktu kurang mencukupi, belum dipotong waktu ganti pakaian olahraga sehingga pembelajaran akan mengalami kejenuhan dan kurangnya respon siswa dalam melaksanakan pembelajaran khususnya materi Backhand Short Service pada permainan bulutangkis. 2. Siklus I Hasil pemantauan tindakan pada siklus I diperoleh dari: Hasil tes awal yang diperoleh siswa yang memiliki nilai 60-66,7 dengan presentase 40% siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa yang tidak tuntas dan siswa yang memperoleh nilai 70-80 dengan presentase 60% dan sebanyak 15 siswa yang tuntas. Dengan demikian sesuai data yang diperoleh diatas dapat direfleksikan bahwa hasil belajar Backhand Short Service belum mengalami perubahan yang signifikan sesuai dengan KKM yang ditentukan karena dari keseluruhan siswa hanya 60% yang tuntas sementara yang harus dicapai siswa adalah sebesar 88% dari keseluruhan siswa. Hal ini dikarenakan karena pembelajaran yang kurang bervariasi, siswa yang kurang aktif siap dalam pelaksanaan pada saat menghentikan bola, posisi badan yang kurang condong sehingga siswa sehingga siswa tidak dapat menghentikan dan mengontrol datangnya bola, dalam hal ini guru juga kurang memberikan apresiasi kepada kelompok siswa yang berhasil dalam melakukan bentuk permaian yang diberikan. a. Data kualitatif hasil pengamatan catatan lapangan siklus I Sesuai data hasil catatan lapangan siklus I ditemukan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung terlihat para siswa masih banyak melakukan hal-hal yang menunjukkan sikap kurang antusias dalam bergerak dan pada proses pembelajaran sehingga masih ada siswa yang melakukan kesalahan seperti tidak terkontrolnya siswa dalam Backhand Short Service, kurang siap dan sigapnya siswa dalam melakukan Backhand Short Service sehingga sering kali siswa tidak dapat Backhand Short Service dengan benar. Pada siklus I peneliti juga menilai keberadaan dan penampilan guru bahwa pada siklus I kurangnya motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang percaya diri dalam melakukan teknik Backhand Short Service. Berdasarkan data tersebut maka pada siklus I belum meningkatnya hasil belajar secara signifikan sesuai target yang diinginkan. 3. Siklus II Hasil pemantauan tindakan pada siklus II diperoleh dari: Hasil data siklus II dapat diketahui bahwa, siswa yang memiliki nilai 60-66,7 ada dengan presentase 2% sebanya 3 orang siswa yang tidak tuntas. Sementara siswa yang memberoleh nilai 70-86,7 dengan presentase 88% sebanyak 22 siswa. Dengan demikian dari data yang diperoleh dapat direfleksikan bahwa pada siklus II siswa telah mencapai target nilai KKM yang ditentukan yaitu secara keseluruhan 80% ketuntasan dan pada siklus II ini siswa telah mendapat 88% melebihi target yang dicapai a. Data kualitatif hasil pengamatan catatan lapangan siklus II Hasil catatan lapangan pada siklus II menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran para siswa sudah mulai serius dalam melakukan permainan dan dapat diaplikasikan dalam test Backhand Short Service, siswa dapat melakukan permainan dan dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan secara aktif dan kreatif. Secara keseluruhan baik siswa, guru dan peneliti melakukan pembelajaran dengan baik dan benar, siswa menikmati setiap permainan dan mengaplikasikan permainan tersebut di praktek Backhand Short Service dengan hasil yang memuaskan dimana seluruh 88% telah tuntas melebihi target yang di capai. Sebelum melaksanakan kegiatan tindakan, peneliti membuat desain pembelajaran yang dirancang peneliti bekerja sama dengan guru. Adapun desain pembelajaran yang dirancang peneliti mengikuti format rancangan pembelajaran yang dikutip dari buku pengembangan silabus melalui kurikulum berbasis kompetisi yang dikembangkan oleh depdiknas yang kemudian disesuaikan dengan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah tersebut serta metode pembelajaran yang digunakan. Disain dibuat berdasarkan hasil observasi data awal proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan khususnya materi teknik dasar backhand short service dengan gaya mengajar Penemuan Terbimbing di SD Swasta Mulia Medan. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menghitung data hasil penelitian, guru dan observer melakukan refleksi serta diskusi guna membahas permasalahan yang berhubungan dengan tindakan yang telah dilakukan oleh guru. Terlihat pada siklus I masih banyak kekurangan baik dari guru maupun dari siswa. Berdasarkan pengamatan observer diperoleh Pada saat tes siklus I dilakukan ada beberapa siswa yang melakukan kesalahan. Yaitu pada saat melakukan teknik Backhand Short Service ada beberapa siswa yang kurang siap dalam menerima datangnya bola sehingga pada saat pelaksanaan ada beberapa siswa yang selalu menerima hukuman karena tidak dapat Backhand Short Service dengan tepat. Setelah diperhatikan secara seksama hal ini terjadi karena siswa bergerak secara statis pada saat Backhand Short Service sehingga siswa banyak tidak siap dan kurang mampu menguasai sepenuhnya bola. Hasil evaluasi penerapan Gaya mengajar Penemuan Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Backhand Short Service pada siklus I belum mencapai nilai KKM yang di harapkan. Namun demikian ada hal yang menggembirakan peneliti yaitu siswa tampaknya sangat menikmati permainan pada metode yang digunakan dalam pembelajaran ini. Berdasarkan data tersebut diperoleh hasil penelitian bahwa pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan dari hasil intervensi yang diharapkan. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi pembelajaran dan latihan dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang lebih optimal. Dan perlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih dilibatkan lagi dalam interaksi pembelajaran Backhand Short Service. Untuk itu, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan tindakan dalam pembelajaran melalui penerapan gaya Mengajar Penemuan Terbimbing pada silkus ke2 dengan permainan yang lain sesuai dengan kebutuhan siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Peningkatan sebanyak 22 siswa yang lulus atau 88% dari jumlah keseluruhan siswa menunjukkan terjadinya Kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran Backhand Short Service dengan gaya Mengajar Penemuan Terbimbing peneliti dan kolaborator telah menemukan jawaban yang menjadi bahan penelitian, yaitu penerapan gaya mengajar Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar Backhand Short Service pada Permainan Bulutangkis PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa: Adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui gaya mengajar Penemuan Terbimbing pembelajaran pendidikan jasmani backhand short service pada siswa kelas V SD Swasta Mulia Medan. Pada siklus I siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran backhand short service Sesuai dengan refleksi, dengan nilai ratarata kelas pembelajaran backhand short service adalah 70 dengan persentase ketuntasan 60% siswa yang lulus dan hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah 80 dengan persentase ketuntasan 88% dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar pada siklus II. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Ateng (1992).Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Adang Suherman (2000). DasarDasar Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Penataran Guru SLTP Setara D-III. Agus Kristiyanto (2010). Penelitian TIndakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga. Sebelas Maret University Press. Giri Verianti, Bangbang Samsudar (2009). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Untuk Siswa SMP-Mts Kelas VII. Spectrum Teaching Learning Institute. Syahri and Alhusin (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. CV Seti-Aji Surakarta. Hamalik,Oemar (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sudjana (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Hamdani (2010). Strategi Belajar Mengajar. Penerbit CV. Mustika Bandung Suharsimi Arikunto (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung Yrama Widia. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/J UR._PEND._OLAHRAGA/ 196509091991021BAMBANG_ABDULJAB AR/Konsep_Pendidikan_Jas mani_.pdf diakses oleh Tiopan pada tanggal 13 Maret 2013. Suryosubroto B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.birdievents.com/badmint on-tips-trainings/how-toexecute-high-quality-shortserves.html diakses oleh Tiopan pada tanggal 13 Maret 2013. http://latifah04.wordpress.com/2008/0 4/03/ptk diakses oleh Tiopan pada tanggal 20 Oktober 2012. http://penelitiantindakankelas.blogsp ot.com/2009/03/modelpembelajaran-penemuanterbimbing.html diakses oleh Ariat Sopren pada tanggal 13 Maret 2013. Muska Mosston, Sara Ashworth (2008). Teaching Physical Education. First Edition. Rusli Lutan (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Penataran Guru SLTP Setara D-III. Rusli Lutan (2000).Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Penataran Guru SLTP Setara D-III. Tim Penyusun (2015). Penulisan Skripsi STOK Medan. STOK Binaguna Medan Binaguna