15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi secara
efektif
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan,
dan
pengendalian sumber daya organisasi. (Daft, 2010)
Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian manajemen dari beberapa sumber, dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses yang dilakukan untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, mengkoordinasi, dan mengontrol
segala sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.
2.1.1 Fungsi Manajemen
Henry Fayol merumuskan fungsi-fungsi manajemen menjadi 5
poin yang disingkat sebagai POCCC (Planning, Organizing,
Commanding, Coordinating, dan Controlling).
1. Planning = Perencanaan tujuan perusahaan dan bagaimana strategi
untuk mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang
tersedia. Perencanaan terbagi menjadi perencanaan strategi dan
perencanaan operasional.
2. Organizing = Pengorganisasian atau singkronisasi sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya
modal dalam rangka mencapai tujuan perusahaan
3. Commanding = Fungsi commanding sama dengan mengarahkan
(actuating). Commanding dilakukan dengan memberikan arahan
kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas mereka masingmasing. Selain itu, commanding dilakukan agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan sesuai pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
4. Coordinating = Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
15
16
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubunghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaanpekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah
dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.
5. Controlling = Controlling atau pengendalian atau pengawasan
adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan
memastikan
seluruh
kegiatan
yang
telah
direncanakan,
diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya
dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu.
2.2
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut L. Mathis & H. Jackson, (2011) manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu rancangan system formal dalam sebuah organisasi
untuk memastikan penggunaan bakat dan kompetensi manusia secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Dessler(2007)
manajemen sumber daya manusia merupakan proses memperoleh, pelatihan,
menilai dan memberikan kompensasi karyawan, memperhatikan hubungan
kerja antar karyawan, kesehatan dan keselamatan serta memperhatikan
masalah keadilan karyawan.
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan
(2007) adalah ilmu dan seni yan mengatur hubungan dan peranan tenaga
kerja yang efektif dan efisien untuk membantu terwujudnya tujuan
perusahaan.
Berdasarkan teori-teori diatas manajemen sumber daya manusia
merupakan bagian penting dari suatu organisasi karena sumber daya manusia
membantu organisasi untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan bakat
yang dimiliki secara efektif dan efisien.
2.3
Pengertian Produksi
Menurut Assauri(2008), pengertian produksi adalah: Produksi adalah
segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu
barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi
dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization,
managerial, dan skills).
17
Menurut (Ahyari, 2006) proses produksi adalah suatu cara, metode
ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan faktor produksi yang ada.
2.3.1 Jenis – Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau
dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi
menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling,
proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi
(Ahyari, 2006). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan
mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu
proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses
produksi terputus-putus (Intermettent processes).
-
Proses produksi terus-menerus (Continous processes)
Proses produksi yang terus menerus akan terjadi jika perusahaan yang
berproduksi membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan
peralatan atau mesin danjenis mesin tersebut hanya bervariasi sedikit
saja karena biasanya sudah ditentukan pola dan jenisnya yang khusus
untuk menghasilkan produk secara besar-besaran dari bahan mentah
sampai dengan menjadi barang jadi dengan pola urutan yang pasti
juga dan kegiatan tersebut akan berjalan terus dalam jangka waktu
yang lama dan kualitas maupun biaya pemeliharaan yang cukup besar.
-
Proses produksi terputus-putus (Intermettent processes)
Pola produksi yang terputus-putus ini terjadi karena sering terhentinya
mesin atau alat produksi untuk menyesuaikan dengan keinginan
produk akhir yang akan diciptakan. Tentu saja tidak seluruh proses
produksi akan mempunyai proses produksi yang berbeda sama sekali,
kadang untuk tiga bagian atau dua bagian proses produksi sebelum
menghasilkan barang akhir mempunyai pola urutan yang sama juga.
Jadi yang membedakan adalah saat proses produksi dari bahan mentah
sampai menjadi produk akhir (hasil proses produksi) selalu
mempunyai pola urutan yangberbeda-beda sesuai dengan hasil produk
akhir yang diinginkan konsumen.
18
Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus
apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak
dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi
terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari
bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu
berubah (Ahyari, 2006).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti:
(1) volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas
produk yang diisyaratkan, (3) peralatan yang tersedia untuk
melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai
faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling
cocok untuk setiap situasi produksi.
2.4
Manajemen Produksi
Menurut Hamidi et. Al (2013) manajemen produksi adalah salah satu
cabang manajemen yang kegiatannya mengatur agar dapat menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk mengatur kegiatan ini,
perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha
untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan
apa yang direncanakan. Dengan demikian, manajemen produksi menyangkut
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
2.4.1 Tugas Manajemen Produksi
Tugas dari manajemen produksi ada dua yakni:
1. Merancang system produksi
2. Mengoperasikan
suatu
system
produksi
untuk
memenuhi
persyaratan produksi yang ditentukan.
Unsur Manajemen menurut Hamidi et. al (2013) terdiri dari ;
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
•
Tahap
Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi;
penentuan lokasi pabrik; riset dan pengembangan produk;
penentuan
jumlah
produk;
penentuan
luas
dan
pola
19
produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar
kerja.
•
Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan
proses
produksi;
pemeliharaan
dan
penggantian
fasilitas;
perbaikan lingkungan kerja; dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
•
Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan
kualitas; dan pengawasan biaya produksi dan operasi.
2.5
Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan perbandingan antara output dengan input.
Jika output yang dihasilkan besardengan input yang tetap atau lebih kecil dari
sebelumnya, maka produktivitas perusahaan mengalamipeningkatan.
Produktivitas merupakan masalah yang penting dalam suatu
organisasi karena produktivitas dapat meningkatkan kesejahteraan manusia.
Pentingnya produktivitas dapat dilihat dari beberapa hal seperti produktivitas
karyawan, produktivitas organisasi, produktivitas pemasaran dan lainnya.
Menurut Mathis & Jackson (2011) produktivitas kerja merupakan
pengukuran antara kuantitas dan kualitas kerja yang dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan. Menurut Yuniarsih
& Suwatno, (2009) mengemukakan bahwa produktivitas kerja adalah hasil
produk yang dihasilkan oleh individu atau kelompok dalam suatu proses
selama waktu tertentu. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam waktu
yang singkat maka tingkat produktivitas yang dimiliki mempunyai nilai yang
tinggi.
Sedarmayanti(2009) menyatakan bahwa produktivitas kerja tidak
semeta-meta untuk mendapatkan hasil kerja yang banyak tetapi kualitas kerja
yang lebih penting untuk diperhatikan dan juga memperhatikan biaya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja
adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan dan seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan
bahan baku yang dibutuhkan.
20
2.6
Budaya 5S
Misaaki Imai (1930) mengatakan, dalam bahasa Jepang dilafalkan
改
menjadi "KAIZEN" (Dibaca Kayzëng), yang artinya "KAI" ( ) =
善
"perubahan" atau "kegiatan untuk memperbaiki" dan "ZEN" ( ) = "baik".
Dalam bahasa Mandarin dilafalkan “Gai Shan” artinya "perubahan ke arah
改
yang lebih baik" atau "memajukan". "Gai" ( ) = "perubahan" atau "kegiatan
善
memperbaiki" dan "Shan" ( ) = "baik" atau "keuntungan" kata ini lebih
berhubungan dengan ajaran Tao atau filosofi Budha, dimana definisinya
adalah tindakan yang ‘bermanfaat’ bagi masyarakat atas kepentingan pribadi.
Makna yang sebenarnya dari ‘bermanfaat’ ini harus dapat bertahan sepanjang
善
masa, dengan kata lain ‘Shan’ ( ) = tindakan yang sangat bermanfaat bagi
pihak lain. "KAIZEN” adalah suatu antusiasme atau jiwa untuk terus menerus
membuat lebih baik dari apa yang telah dicapai. Bersifat 'small steps' dan 'low
cost' serta merupakan ‘Long Term Improvement’ yang berkesinambungan".
2.6.1 Proses Penerapan KAIZEN
Menurut Cane(2008)Ada beberapa point penting dalam proses
penerapan KAIZEN yaitu :
•
Konsep 3M (Muda, Mura, dan Muri)
dalam istilah Jepang. Konsep ini dibentuk untuk mengurangi
kelelahan, meningkatkan mutu, mempersingkat waktu danmengurangi
atau
efsiensi
biaya.
Muda
diartikan
sebagai
mengurangi
pemborosan,Mura diartikan sebagai mengurangi perbedaan dan Muri
diartikan sebagai mengurangi ketegangan.
•
Budaya 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau 5R
Seiri artinya membereskan tempat kerja.Seiton berarti menyimpan
dengan teratur. Seiso berarti memelihara tempat kerja supaya tetap
bersih. Seiketsu berarti kebersihan pribadi.Seiketsu berarti disiplin,
dengan selalu mentaati prosedur ditempat kerja. Di Indonesia 5S
diterjemahkan menjadi 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat
danRajin
21
•
Konsep PDCA
Setiap aktivitas usaha yang kita lakukan perlu dilakukan dengan
prosedur yang benar guna mencapai tujuan yang kita harapkan.Maka
PDCA (Plan, Do, Check dan Action) harus dilakukan terus menerus.
•
Konsep 5W + 1H
Salah satu alat pola pikir untuk menjalankan roda PDCA
dalamkegiatan KAIZEN adalah dengan teknik bertanya dengan
pertanyaan dasar 5W +1H ( What, Who, Why, Where, When dan
How).
Eris Kusnadi (2011) menyatakan saat ini budaya 5S telah
banyak diadopsi oleh berbagai perusahaan di berbagai negara.
Popularitas budaya 5S ini tak lepas dari kesuksesan perusahaan
Jepang yang selama ini memusatkan
perhatiannya terhadap
pengurangan segala pemborosan (waste). Budaya 5S adalah landasan
untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit)
mengurangi pembororsan di tempat kerjanya.Budaya 5S pertama kali
diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad untuk
mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan
(seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran
diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan baik (shitsuke).
2.6.2 Penjelasan 5S
•
1S – Seiri
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan
barang yang berguna dan tidak berguna:
- Barang berguna => Disimpan
- Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy,
yaitu
menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label
merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang
masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian
disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja
22
dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien
tempat kerja tersebut.
•
2S – Seiton
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan
barang yang berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi
indikasi.Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy,
yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur
kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama
barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan
digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Sign board
strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondarmandir mencari barang.
•
3S – Seiso
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan
barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk
tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown
maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM).Sebisa
mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang
pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah
motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan
berantakan.
•
4S – Seiketsu
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso,
yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih
menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses
seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus
mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi,
dan diperiksa secara teratur dan berkala.
•
5S – Shitsuke
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika
kerja:
-
Disiplin terhadap standar
-
Saling menghormati
23
-
Malu melakukan pelanggaran
-
Senang melakukan perbaikan
Manfaat penerapan budaya 5S di tempat kerja antara lain :
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja
yang lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan
menjadi luas/lapang.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja
yang bagus/baik.
4. Menambah
penghematan
karena
menghilangkan
berbagai
pemborosan di tempat kerja.
Budaya 5S sudah banyak diterapkan pada perusahaanperusahaan, bahkan dengan menerapkan budaya 5S di perusahaanperusahaan tersebut banyak yang berkembang menjadi perusahaan
kelas atas.Budaya 5S merupakan investasi awal bagi sebuah
perusahaan untuk menuju kesuksesan berkelanjutan.
2.6.3 Penerapan Budaya 5S PT. Surya Toto Indonesia Tbk
Penerapan budaya 5S menurut PT Surya Toto Indonesia Tbk :
(Annual Report PT Surya Toto Indonesia Tbk, 2014)
-
SEIRI (Ringkas) adalah memilah/ memisahkan barang yang
diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Selain itu melakukan
pengendalian serta pencegahan agar tidak timbul barang-barang
yang tidak dibutuhkan lagi.
-
SEITON (Rapi) adalah menata dan menyimpan barang seraca
teratur, sistematis dan efektif untuk memudahkan pengambilan
dan pengembalian barang, serta menentukan standar bagi tempat
penyimpanan barang.
-
SEISO (Resik) adalah menciptakan kondisi lingkungan, peralatan,
dan mesin agar selalu bersih sehingga kotoran dan sampah tidak
berserakan.
-
SEIKETSU (Rawat) adalah proses pengulangan, pemilahan,
penataan, dan pembersihan serta sebagai kesadaran dan aktifitas
tetap untuk memastikan bahwa keadaan 5S dipelihara.
24
-
SHITSUKE (Rajin) adalah komitmen yang kuat untuk menaati apa
yang sudah ditetapkan.
2.7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tawakara(2008) melaraskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) merupakan usaha perlindungan terhadap keselamatan dan
kesehatan karyawan selama mereka bekerja di perusahaan tempat mereka
bekerja. K3 memiliki 2 aspek penting, yaitu mengenai keselamatan kerja
karyawannya
dan
kesehatan
karyawannya.
Keselamatan
kerja
ini
berhubungan erat dengan proses produksi suatu perusahaan. Terutama di
Indonesia yang semakin berkembang negaranya, semakin berkembang pula
tingkat kecelakaan kerja yang terjadi.
Rivai (2004) dalam M.Riyan et al. (2014) mengemukakan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah kondisi-kondisi fisiologis-fiskal
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan. Jika perusahaan melakukan tindakan-tindakan
keselamatan dankesehatan yang efektif, maka akan sedikit karyawan yang
mengalami cidera atau mengalami penyakit jangka pendek maupun jangka
panjang akibat dari pekerjaan di perusahaan.
Menurut Mathis dan Jackson (2002) dalam M. Riyan et al. (2014)
keselamatan terpacu pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang. Keselamatan kerja adalah kondisi aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara
2004:161).
2.7.1 Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja telah diatur dalam Undang-Undang No.1
tahun 1970 tentang keselamatn kerja dalam pasal 3 ayat (1) dan pasal
9 ayat (3), yang berbunyi:
“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak
25
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
9. Memperoleh
keseerasian
antara
tenaga
kerja,
alat
kerja,
lingkungan cara dan proses kerjanya
10. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya bertambah tinggi
2.7.2 Kesehatan Kerja
Kesehatan
Kerja
telah
diatur
dalam
Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6 tentang Kesehatan Kerja,
Pada pasal 23 yang berisi:
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal.
2. Kesehatan
kerja
meliputi
perlindungan
kesehatan
kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
2.7.3 Tujuan K3
Keselamatan dan kesehetan kerja wajib dilaksanakan dalam
setiap perusahaan.Karena kecelakaan dan penyakit datang tanpa bisa
kita duga dan tanpa diharapkan.
Menurut Mankunegara (2005) menguraikan bahwa tujuan dari
K3 adalah sebagai berikut:
1. melindungi karyawan atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup, dan meningkatkan produksi,
serta produktivitas nasional;
2. menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
kerja;
26
3. pemeliharaan sumber produksi dan mempergunakannya secara
aman dan efisien.
Implementasi sistem management K3 dalam organisasi
bertujuan untuk meningkatkan kinerja K3 dengan melaksanakan
upaya K3 secara efisien dan efektif sehingga risiko kecelakaan dan
penyakit kerja dapat dicegah atau dikurangi (Ramli, 2010:55) dalam
Yunita et al. (2012).
2.8
ISO 9001:2008
Menurut Husein (2008) sertifikasi ISO (Internasional Standard
Organization)
adalah
buktikepercayaan
lembaga
penilai
berskala
internasional terhadap manajemen suatu lembaga/institusi/perusahaan.
Menurut Nasution (2005) ISO merupakan organisasi internasional
khusus dalam hal standarisasi. ISO 9000 merupakan standar sistem
manajemen mutu (SMM) internasional, karena ISO 9000 memuat
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem manajemen dalam
menghasilkan suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan ISO 9001 adalah
suatu standar yang diakui secara internasional, yang menetapkan persyaratan
untuk sistem manajemen mutu dimana suatu organisasi harus menunjukkan
kemampuannya untuk memberikan produk sesuai persyaratan pelanggan,
pedoman hukum dan peraturan yang berlaku.
2.8.1 Parameter ISO 9001:2008
Khairul Umam (2013) mengemukakansistem manajemen mutu
ISO 9001:2008 setidaknya menyediakan 5 parameter yang bisa
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Kelima parameter
tersebut adalah:
1.
Survei Kepuasan Pelanggan
Mengabaikan
kepuasan
pelanggan
sama
artinya
membiarkan
perusahaan di tepi jurang kehancuran. Banyaknya pesaing yang
bermunculan, menuntut perusahaan untuk bisa memberikan produk
atau pelayanan yang memiliki nilai tambah dibanding perusahaan
pesaing.
2.
Keluhan Pelanggan
27
Parameter kedua yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan adalah keluhan pelanggan. ISO 9001:2008 mewajibkan
perusahaan untuk mencatat, menindaklanjuti, dan memonitor keluhan
pelanggan.
3. Audit Internal
Tidak ada yang menjamin sistem yang dirancang dengan baik di awal
akan berjalan mulus ketika sudah sampai pada level pelaksana. ISO
9001:2008 mewajibkan perusahaan melakukan kegiatan audit internal
sebagai bentuk pelaksanaan “Check” dari konsep PDCA. Dengan
melakukan audit internal, akan diketahui masalah apa yang sering
dialami oleh masing-masing divisi termasuk divisi mana yang paling
banyak bermasalah. Dengan demikian, perbaikan sistem dapat
dilakukan secara menyeluruh.
4. Pengendalian Produk Tidak Sesuai
ISO 9001:2008 mewajibkan perusahaan
membuat standar mutu
produk untuk kemudian dibuatkan standar pemeriksaan produk. Ini
harus dilakukan untuk memastikan produk yang dihasilkan benarbenar telah sesuai dengan spesifikasi yang diperyaratkan baik oleh
perusahaan, regulasi, maupun pelanggan.Selain itu, ISO 9001:2008
juga mewajibkan untuk mencatat dan melaporkan semua jenis
ketidaksesuaian produk untuk kemudian direkapitulasi dan dianalisis
agar bisa diketahui berapa persen efesiensi produksi.
5. Pencapaian Sasaran Mutu
Sasaran mutu adalah target kerja yang ditetapkan untuk setiap divisi.
ISO 9001:2008 mewajibkan pimpinan puncak untuk menetapkan
target untuk seluruh divisi. Karena perusahaan wajib memandang
seluruh divisi yang ada sebagai satu kesatuan yang semuanya
memiliki sumbangsih dalam memajukan perusahaan.
2.8.2 Manfaat ISO 9001: 2008
Menurut Bika Solusi Perdana (BSP) sebagai konsultan ISO
9001:2008 (2011) manfaat dari penerapan ISO 9001:2008 bagi suatu
organisasi:
1. Deteksi dini adanya masalah.
28
Karena ISO 9001:2008 yang berorientasi pada proses, maka setiap
masalah akan bisa terdeteksi diawal dan tidak hanya tindakan
perbaikan yang akan dilakukan namun standar ISO 9001:2008 juga
mengatur mengenai tindakan pencegahannya.
2. Mengurangi biaya.
Perusahaan sering dihadapkan pada masalah yang berulang sehingga
akhirnya menyebabkan tingginya biaya dan ketidakpuasan pelanggan.
Dengan penerapan ISO 9001:2008, akan ada pengendalian proses
yang baik, maka akan menyebabkan pencegahan ketidaksesuaian di
berbagai bidang, mengurangi waste,menghindari pengulangan kerja,
meningkatkan
produktivitas,
efisiensi,
efektifitas
operasional,
mengurangi biaya yang ditimbulkan karena barang reject atau barang
bermutu rendah dan sangat transparan dan konsisten terhadap hasil.
3. Meningkatkan motivasi karyawan.
ISO 9001:2008 menjelaskan tentang keterlibatan setiap orang,
sehingga meningkatkan semangat dan kerjasama yang lebih baik pada
karyawan, karena adanya kejelasan tugas, wewenang dan hubungan
antar bagian yang terkait sehingga karyawan dapat bekerja dengan
baik dan efektif.
4. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
ISO 9001:2008 sangat menekankan fokus pada pelanggan. Secara
otomatis akan meningkatkan kepercayaan pelanggan, jadi diharapkan
akan adanya peningkatan penjualan, kontrak jangka panjang , dan
image positif perusahaan pun akan terbentuk.
5. Manajemen gudang yang lebih baik.
Perusahaan yang menerapkan ISO 9001:2008 pasti juga akan
memperhatikan masalah pergudangannya, dari mulai kebersihan,
kelembaban, sampai kerapihannya, semua barang tertata dengan baik
dan sesuai pada tempatnya. ISO 9001:2008 juga memastikan
ketersediaan stok dan kemudahan pengambilan barang dari gudang.
6. After sales yang lebih baik.
ISO 9001:2008 sangat fokus pada kepuasan pelanggan, sehingga
perusahaan yang menerapkan ISO 9001:2008 pasti akan terus
menerus memaintain pelanggannya; mulai dari memberikan form
29
kepuasan pelanggan sampai dengan tata cara penanganan keluhan dan
klaim dari pelanggan yang sudah diatur dalam prosedur yang baku. Ini
menjamin kepuasan pelanggan dapat terus dipertahankan dengan baik.
2.9
Hipotesis
H1:
Budaya 5S mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
produktivitas perusahaan.
H2:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mempunyai pengaruh yang
signifikan
H3:
terhadap produktivitas perusahaan.
Standarisasi ISO 9001:2008 mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap produktivitasperusahaan.
H4:
Budaya 5S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan Standarisasi
ISO 9001:2008
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
produktivitas perusahaan
2.10
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
X1 =Budaya 5S
X2 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
X3 = ISO 9001:2008
Y = Produktivitas
30
Download