implementasi komunikasi verbal dan non verbal dalam proses

advertisement
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL
DALAM PROSES MENGHAFAL JUZ AMMA
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI BAIT QUR’ANY
CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh :
Wini Mulyani
108051000145
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
ABSTRAK
WINI MULYANI
Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz
Amma di PAUD Bait Qur’any Ciputat
Komunikasi merupakan sebuah alat transformasi yang digunakan oleh manusia
dengan berkomunikasi manusia dapat mengekspresikan keinginannya. Sebuah
penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun (sadar) digunakan untuk
berkomunikasi. Komunikasi juga ada dalam sebuah pendidikan dalam prosesnya
melibatkan banyak komponen yang terdiri atas murid, guru, kepala sekolah, dan
lainnya. Komunikasi yang digunakan guru terhadap murid sangat berpengaruh
atas perubahan sikap dan mental murid. Komunikasi dalam proses belajar
mengajar bisa menggunakan komunikasi verbal secara lisan atau tulisan bisa juga
melalui komunikasi non verbal
Saya tertarik untuk melakukan penelitian dalam komunikasi verbal dan non verbal
dalam proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan PAUD Bait Qur’any
karena materinya tentang hafalan juz Amma yang sangat penting bagi pemula.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi
komunikasi verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any serta hambatan yang
dihadapi dalam menghafal juz amma pada anak usia dini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan
dari orang atau perilaku yang diteliti. Adapun, Tehnik pengumpulan peneliti
melakukan observasi, wawancara dan studi dokumen guna mendapatkan
informasi data penelitian yang dibutuhkan. Kemudian peneliti menganalisa data
secara konprehensif dengan cara deskriptif.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa implementasi komunikasi verbal dan
non verbal dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any terdapat pada
program pengajaran jarimatika al-Qur’an, terjemah kata perkata dan pada
pengajaran tajwid. Hambatan yang ditemui dalam implementasi komunikasi
verbal dan non verbal adalah para orang tua, dan calon guru dikarenakan metode
hafalan secara verbal dan non verbal dengan cara kinestetik pada tarjamah kata
perkata, jaritmatika dan tajwid, merupakan metode baru yang belum banyak
diketahui dan diaplikasikan oleh para orang tua dan calon guru sehingga untuk
mengatasinya dengan cara sekolah ibu untuk para wali murid dan training
pembekalan untuk calon guru.
Keyword: Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Hafalan Juz Amma.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah pemilik kerajaan bumi dan langit, Rabb penggenggam kehidupan
dan pemberi segala nikmat pada setiap makhluk ciptaanNya. Dengan kerendahan hati seorang
hamba mengucap syukur atas segala anugrah yang Allah curahkan kepada penulis hingga dengan
izinNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tentunya dengan do’a dan dukungan
yang diberikan Mamah dan Apa di rumah.
Shalawat serta salam, penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sang
revolusioner yang mendedikasikan hidupnya untuk perubahan dunia ke arah kemajuan berfikir
dengan Islam sebagai falsafah hidup dan mengabdi sepenuhnya pada Allah SWT.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai
jika tanpa dukungan semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. DR. Arif Subhan M A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs Wahidin
Saputra, MA Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs Studi Rizal LK, MA Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Drs. Jumroni, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dra Umi Musyarofah, MA
Sekjur FIDIKOM.
3. Drs. Tarmi, MM, Penasehat akademik dan pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu
dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan
ilmu dan pengalamannya
5. Nurul Hikmah, Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any yang telah membantu penulis dan
memudahkan penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Terima kasih
atas segala pengertian dan kesabaranya. Jazakallah khoirul jaza.
6. Guru-guru PAUD Bait Qur’any yang menerima penulis dengan tangan terbuka melakukan
penelitian dan terlibat secara langsung ketika observasi.
7. Apa dan Mamah, Bohara dan Utinah yang selalu mentransfer energi semangatnya pada
penulis, do’a dan kesabarannya menantikan kelulusan penulis.
8. Seluruh keluarga Besar Bpk. Saipin dan Duljaya di Sindang Jaya yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan do’a untuk keberhasilan penulis.
9. Ule Sulaesih, kakak sekaligus teman seperjuangan di jalan dakwah, yang dengan kerelaan,
kesabaran telah banyak membantu penulis dalam segala hal. Juga Winda Sudirja, Siti Lulu
Luthfiyah yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini.
10. Via Rahmawati dan Nisa Nur Hasanah, adikku tersayang yang telah memberi warna
keceriaan dalam hidup penulis.
11. Teman-teman seperjuangan, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan
2007 yang saling membagi semangat untuk segera menyelesaikan perkuliahan ini, maaf yah,
ga bisa disebutin satu-satu.
12. Teman-teman satu visi dan misi dalam perjuangan meraih ridhoNya yang berkontribusi
dalam memberikan solusi universal atas problematika umat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan intelektual dan sedikitnya
pengalaman yang dimiliki. Namum penulis bersyukur atas anugerah terindah ini, yaitu dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, telah tuntas menapaki satu tahap atau satu anak tangga
kehidupan. Maka untuk menambah kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan
bantuan serta pengorbanan yang telah mereka berikan. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya,
bagi pembaca pada umumnya dalam menambah
waawasan ilmu pengetahuan, Amien.
Jakarta, 30 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Fokus dan Rumusan Masalah ....................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................8
D. Metodologi Penelitian .............................................................9
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................13
F. Sistematika Penulisan ..............................................................14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi Komunikasi ........................................................16
B. Unsur-Unsur Komunikasi .........................................................17
C. Komunikasi Verbal ...................................................................17
1. Pengertian Komunikasi Verbal ............................................19
2. Klasifikasi Komunikasi Verbal ............................................20
3. Teori Komunikasi Verbal .....................................................21
4. Tujuan Komunikasi Verbal ..................................................22
5. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal ..................22
D. Komunikasi Non Verbal............................................................23
1. Pengertian Komunikasi Non Verbal ....................................23
2. Klasifikasi Komunikasi Non Verbal ....................................24
3. Fungsi Komunikasi Non Verbal...........................................28
4. Tujuan Komunikasi Non Verbal ..........................................29
5. Batasan-Batasan komunikasi Non Verbal ...........................29
E. Menghafal Juz Amma Pada Anak Usia Dini .............................30
BAB III
GAMBARAN UMUM PAUD BAIT QUR’ANY
A. Sejarah PAUD Bait Qur’any .....................................................37
B Visi dan Misi PAUD Bait Qur’any ..........................................38
C Struktrur Organisasi Bait Qur’any.............................................39
D. Data Anak Bait Qur’any ..........................................................40
E. Tahapan Kegiatan Pembelajaran ..............................................40
F. Syarat Guru di PAUD Bait Qur’any.........................................41
G. Kemampuan Tsaqofah Islam dan Hafalan yang diharapkan ....41
H. Program Menghafal alQur’an ...................................................42
I. Program Kontrol Sekolah Perkembangan Kemampuan Siswa di
Rumah ......................................................................................42
J. Sarana dan Prasarana ................................................................42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam
Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any .......................44
B. Hambatan Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal
dalam Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any .............57
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................58
B. Saran .........................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. komunikasi ada sejak
Allah menciptakan Adam dan Hawa di muka bumi ini. Kehidupan manusia akan
stagnan jika tidak melakukan proses komunikasi sebab komunikasi merupakan
salah satu faktor penunjang keberhasilan bagi perkembangan manusia. Anak yang
baru lahir, setelah diberi isyarat-isyarat oleh orang tua, kakak, dan sanak familinya
secara terus-menerus maka ia memiliki perbendaharaan lambang-lambang yang
digunakan untuk berkomunikasi sehingga iapun mampu tersenyum ketika diajak
bercanda, menangis jika lapar dan lain sebagainya.
Seorang manusia akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan
hidupnya jika tidak berkomunikasi karena komunikasi adalah kebutuhan bagi
setiap manusia, artinya komunikasi sangat penting sekali bagi kehidupan manusia
sehari-hari. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun (sadar)
digunakan untuk berkomunikasi.1
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, terlebih karakter yang
paling melekat pada manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendirian dan saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga tidak dapat disangkal
lagi bahwa setiap individu pasti melakukan interaksi dengan individu yang lain,
sepertihalnya hidup bermasyarakat yang saling memberi bantuan ketika ada
tetangga sedang ditimpa musibah.
1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press dan Lembaga Penelitan UIN,
2007), hal. 1
1
Komunikasi mewarnai segala aspek kehidupan, termasuk sosial, budaya,
politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini, menegaskan
bahwa manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi, baik verbal maupun non
verbal. Dalam proses mengajar misalnya pasti memerlukan komunikasi antara
guru dan siswa, begitupun saat melakukan hafalan alQur’an di rumah, di sebuah
lembaga pendidikan dan lain-lain.
Dalam proses kependidikan hubungan timbal balik antara pendidik dengan
yang dididik berkelanjutan kearah tujuan yang bisa diwujudkan bersama yaitu
guru bisa mendidik dan tujuan siswa bisa berhasil mencapai prestasi yang lebih
baik. Seorang guru sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar
karena seorang guru adalah sebagai penyampai ilmu kepada siswa dengan
menggunakan simbol-simbol maupun kata-kata verbal yang sangat berpengaruh
terutama pada tingkat pengetahuan dan pola sikap anak didik.
Pada anak usia dini guru adalah idola, anak usia dini biasanya patuh
terhadap perintah guru dan sering menirukan tingkah guru. Sosok guru dan apa
yang disampaikannya melekat kuat dalam ingatan anak-anak berusia 4-6 tahun.
Masa usia dini merupakan masa yang penting (masa golden age) yang perlu
mendapat penanganan khusus untuk membentuk kepribadian anak.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini
merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki dunia dan karakteristik tersendiri
yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif,
2
dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan
didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Anak menyerap semua rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya.
Otak anak mampu menampung informasi dengan kecepatan yang mengagumkan.
Gutama dalam makalahnya Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini (2005)
mengemukakan hasil penelitian Longitudinal yang menyebutkan bahwa
50%
perkembangan kecerdasan anak terjadi pada usia 0-4 tahun yang disebut sebagai
masa keemasan (golden age), 30% terjadi pada anak usia 4-8 tahun, dan 20 %
terjadi pada usia 18 tahun.2
Pada usia 0 – 4 tahun (golden age) merupakan kesempatan berharga yang
hanya datang satu kali. Oleh karena itu anak harus distimulus dengan hal-hal yang
baik yang mampu meningkatkan intelegensinya sekaligus mengkondisikan
lingkungan yang baik agar sosial anak
berkembang sesuai dengan tahapan
usianya.
AlQur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga
hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam alQur’an.
Salah satunya adalah alQur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan
meningkatkan intelegensinya.
Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak
bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Gelombang tersebut dapat
berpengaruh secara positif dan negatif. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki
frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Bacaan alQur’an yang dibaca dengan
2
Abuddin Nata, Hand Out : Konsep Islam Tentang Pendidikan Anak Usia Dini: Motivasi
Menghafal Alqur’an Sejak Dini,( Jakarta 2009), h.2.
3
tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang
gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif.3
Setiap anak memiliki hak untuk mengetahui aturan Allah secara maksimal,
untuk itu para ulama salaf seperti imam alGhazali, Ibnu Miskawih, Ibn Sina
sepakat bahwa menghafal alQur’an menjadi materi pertama dalam proses belajar
anak. Ibnu Sina bahkan memulai pembelajaran alQur’an semenjak berusia 3 tahun
di Kuttab.
Menurut Ibun Khaldun pengajaran alQur'an adalah dasar pengajaran dalam
semua kurikulum sekolah di berbagai negara Islam. AlQur’an merupakan
semboyan agama yang mengukuhkan akidah. Begitu juga Ibnu Sina, dalam
kitabnya "as-Siyasah", menekankan kaum muslimin seharusnya mempersiapkan
fisik dan mental anak yang dimulai dengan pengajaran alQur'an. 4
Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mewasiatkan pengajaran alQur'an,
hadist dan cerita orang-orang sholeh kepada anak-anak Para orang tua
menyerahkan anak-anak mereka kepada seorang syaikh murabbi (pendidik) untuk
diajar alQur'an.
Pemaparan para ulama di atas merujuk pada hadis Rasulullah :
"Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai
keluarganya dan membaca al-Qur'an. Sesungguhnya orang-orang yang
membawa al- Qur'an berada dalam naungan Arsy Allah ketika tidak ada naungan
3
Muhammad Syafik, Back to al-qur’an : Mozard ternyata tidak membuat Cerdas.
http//:insanpermata.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2010
4
Nurul Habiburrahmanuddin dan Hikmah Nurul, Asyiknya dan Seru Menghafal AlQur’an
dengan Gerak dan LaguMulai usia 0 tahun.. Tangerang:At-Tafkir Press, 2008. h. 3
4
kecuali naungan Nya, bersama para nabi dan orang-orang suci." (H.R. AthThabrani).
Dari berbagai alasan mendasar yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan
bahwa menghafal AlQur’an pada usia dini merupakan faktor terpenting dalam
sejarah
kehidupan
manusia.
Memperbanyak
lembaga-lembaga
alQur’an,
merupakan suatu usaha diantara sekian usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
menjaga kemutawatiran alQur’an, di samping sebagai sarana untuk meningkatkan
kualitas ummat
Namun perlu disadari bahwa menghafal alQur’an tidaklah semudah
membalikan
telapak
tangan.
Butuh
kesabaran,
keseriusan,
pembiasaan,
pengaturan waktu, kekonsistenan, serta pengkondisian lingkungan. Hal yang
utama adalah minat, dan yang paling sulit dalam hal ini adalah menjaga hafalan
agar tetap di ingatan, menjaga hafalan diibaratkan menambatkan unta yang tidak
diikat sehingga mudah lepas. Kemaksiatan adalah salah satu penyebab terlepasnya
hafalan dari seorang hafidz atau hafidzoh. Seorang imam besar seperti Imam
Syafi’i yang tidak sengaja melihat aurat wanita
berdampak pada hilangnya
beberapa ayat yang telah dihafalkannya.
Sementara saat ini kemaksiatan ada di mana-mana masuk ke rumah-rumah
melalui tayangan televisi, yang menyebabkan anak lebih mengenal Naruto, Spong
Bob, Dora, Power Ranger dan tokoh-tokoh lainnya sebagai panutan dibandingkan
dengan nabinya sendiri. Game yang diminati anak – anak juga memberikan
banyak pengaruh negatif pada anak dibandingkan dengan pengaruh positifnya.
Anak rela berjam-jam atau bahkan seharian berada di warnet hanya untuk bermain
5
game
sehingga
menimbulkan kemalasan, penurunan semangat belajar dan
tindakan kekerasan sebagai proses imitasi dari yang ia lihat.
Realitas yang dipaparkan menjelaskan bahwa lingkungan yang ada saat ini
kurang baik bagi para penghafal alQur’an cilik. Beberapa orang yang
berkecimpung di bidang pendidikan berinisiatif menciptakan lingkungan yang
kondusif
untuk para penghafal dengan cara mengintegrasikan lembaga
pendidikan dengan home learning.
Pada home learning proses belajar berlangsung dalam semua aktifitas anak
sehari-hari melalui bantuan orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan
dengan tujuan membangun kepribadian Islam, pengetahuan Islam, penguasaan
sains dan tehnologi. Proses tersebut menjadikan lingkungan yang ada di sekeliling
anak sebagai media belajar.
Integrasi lembaga pendidikan dengan home learning sejalan dengan
pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Bentuk partisipasi orang tua
yaitu melanjutkan proses pembelajaran anak dan mendukung apa yang telah
diperoleh anak dari sekolah.
Untuk menumbuhkan minat menghafal alQur’an pada anak usia dini perlu
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan usianya agar anak tidak
merasa terbebani. Setiap lembaga pendidikan alQur’an memiliki metode tertentu
dalam pengajaran hafalan alQur’an. Diantara lembaga-lembaga pendidikan
alQur’an yang mempunyai ciri khas yang membedakan dengan lembaga yang lain
adalah PAUD Bait Qur’any.
6
PAUD Bait Qur’any merupakan sebuah lembaga yang disiapkan bagi para
calon generasi Islam untuk mencintai alQur’an dan mengamalkannya dengan
mendidik para siswanya hafal juz 30 dengan menggunakan strategi hafalan “kata
perkata” dalam proses pembelajarannya. Guru membimbing hafalan anak secara
lansung dengan mengucapkan satu kata dalam satu ayat beserta artinya dan
menggunakan gerakan tubuh kemudian anak mengikutinya setelah hafal dan
dilanjutkan dengan kata selanjutnya sampai satu ayat selesai. Kemudian anak
yang mampu menghafal ayat tersebut diperbolehkan masuk kelas.
Metode ini merupakan bagian dari tehnik komunikasi yang dilakukan oleh
guru kepada siswa. Melalui metode ini, anak-anak sangat antusias sebab pada usia
dini anak senang meniru perilaku atau tindakan yang dilihatnya. Ia menirukan
gerakan yang dicontohkan oleh guru sesuai dengan makna yang terkandung di
dalamnya, selain itu metode ini menjadikan anak mengetahui arti dari ayat yang
dihafal.
Penerapan metode hafalan alQur’an kata-perkata dilakukan pada saat akan
memasuki kelas. Anak-anak berbaris di depan sekolah sementara posisi guru ada
di samping, belakang dan didepan anak-anak. Satu hari satu ayat hafalan alQur’an
dimana santri menghafal alQur’an di bawah bimbingan guru secara langsung
dengan cara melafalkan satu kata dalam sebuah ayat beserta artinya sekaligus
menggunakan gerakan tubuh. Berdasarkan deskripsi diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : IMPLEMENTASI KOMUNIKASI
VERBAL DAN NON VERBAL DALAM PROSES MENGHAFAL
7
AL-QUR’AN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUID) DI BAIT
QUR’ANY CIPUTAT
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Dalam menyikapi permasalahan di atas maka penulis ingin fokus pada
masalah pembelajaran verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana guru mengimplementasi komunikasi verbal dan non verbal
dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any ?
b. Apa hambatan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan
komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di
PAUD Bait Qur’any ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini adalah untuk :
a. Bagaimana guru mengimplementasi komunikasi verbal dan non verbal
dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any.
b. Apa hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan komunikasi
verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait
Qur’any.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi
pengembangan ilmu komunikasi yang dikhususkan lagi dalam psikologi
8
komunikasi
dan
komunikasi
belajar,
Komunikasi
Interpersonal,
Komunikasi verbal dan non verbal. Karena semuanya memiliki kausalitas
dan keterkaitan yang erat dan berperan penting dalam kecakapan
kehidupan berkomunikasi terutama dalam lingkup sekolah dan proses
pembelajaran dan hafalan alQur’an.
b. Manfaat praktis
1) penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah, dalam mengembangkan
metode pembelajaran dengan menggunakan komunikasi verbal dan
non verbal agar proses pembelajaran atau proses dalam menghafal
alQur’an menjadi efektif.
2) Memberi informasi bagi orang tua yang ingin mendidik anaknya
menjadi seorang hafidz atau hafidzoh mengenai metode baru dalam
menghafal alQur’an.
3) Sebagai referensi tambahan bagi guru dan da’i dalam mengajarkan alQur’an pada siswa dan mad’u.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau
dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).5
5
Djuanaidi Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Prosedur, Tehnik dan teori Graunded
(Surabaya : PT Bina Ilmu, 2007), h.11
9
Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya sedangkan menurut Bogdan dan Tailer, penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Penelitian deskriptif dapat dikatakan sebagai penelitian yang diarahkan
pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Dalam
hal ini peneliti akan mengamati gejala sosial yang terjadi terutama yang
berkaitan dengan komunikasi verbal dan non verbal dalam proses hafalan
alQur’an di PAUD Bait Qur’any.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari proses penelitian langsung dari partisipan atau
sasaran penelitian, yaitu data berasal dari siswa Bait Qur’any, guru Bait
Qur’any dan kepala sekolah Bait Qur’any.
Dan sekunder adalah yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen
yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun buku-buku
referensi dari perpustakaan.
6
Syamsir Salam, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : UIN Press, 2006), h. 30
10
3. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Jenis
Observasi
yang
dilakukan
adalah
observasi
partisipasi
(participant observation) adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.
Untuk mengetahui proses menghafal alQur’an di Bait Qur’ani. Peneliti
langsung mendatangi tempat penelitian dan mengamati dengan seksama
fenomena komunikasi yang menggunkan gerakan tubuh yang terjadi
dalam proses menghafal alQur’an dan peneliti terlibat secara aktif dalam
proses tersebut.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.
Peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa
(wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) yaitu guru,
11
kepala sekolah dan siswa PAUD Bait Qur’any dan aloanamnesa
(wawancara dengan keluarga responden) yaitu wali murid.
c. Studi Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun
yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Bait Qur’any, yang bertempat di Jl.
Ibnu Khaldun II no 2 Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat –
Tangerang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan desember
sampai bulan mei tahun 2011.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan cara
berpikir induktif, yaitu cara berpikir dari hal-hal khusus yang peneliti
dapatkan dari lapangan (fakta empiris) menuju deduktif yaitu hal-hal yang
bersifat mengeneralisasi atau umum. Peneliti menemukan berbagai data di
lapangan lalu peneliti mencoba menganalisis dengan mengklasifikasi data
setelah itu peneliti memberikan pemaknaan. Pada proses pemaknaan dan
interpretasi yang notabene adalah tataran konseptual maka disini peneliti
mulai memakai teori untuk mengelaborasi antara fakta empiris dan teori.
Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan standar kredibilitas
dengan melakukan teknik trianggulasi yang dilakukan melalui wawancara,
observasi langsung.
12
E. Tinjauan Pustaka
Komunikasi merupakan bagian integral dari system dan tatanan kehidupan
sosial manusia atau masyarakat. Karenanya penelitian dan atau fenomena yang
berkaitan komunikasipun sudah pernah di lakukan, antara lain:
1. Pengaruh Komunikasi Verbal Antara Guru Aqidah Akhlak Dengan Siswa
Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa di MAN I Bekasi. Skripsi ini ditulis
oleh Eni Fitria, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2009. Kesamaan penelitian Eni Fitria
dan penelitian ini adalah sama-sama meneliti komunikasi verbal namun ada
perbedaan teori yang dipakai, metodologi dan objek penelitian. Penelitian ini
menggunakan model komunikasi Schramm dan Sailor yang menitikberatkan
pada komunikasi dua arah atau adanya feedback dari komunikator dan
komunikan sedangkan penelitian terdahulu menggunakan teori transaksional
dengan menggunakan pendekatan deskriptif korelasional yang tergolong pada
penelitian eksplanasi.
2. Efektifitas Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Dalam Proses Pembinaan
Akhlak Anak Pra Sekolah Di PAUD Islam Al-Istiqomah. Skripsi ini ditulis
oleh khoerunnisa, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2008. Fokus penelitiannya pada
pengaruh dari komunikasi verbal dan non verbal terhadap keberhasilan
belajar. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendekatan penelitian
dimana penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun persamaannya
13
adalah objek penelitiannya yaitu komunikasi verbal dan non verbal serta teori
yang digunakan.
3. Analisis Komunikasi Non Verbal dalam Gerakan Shalat yang ditulis oleh
Subur Suryati, Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2010. Penelitian terdahulu
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan studi pustaka (Library
Research), sementara penelitian ini terjun ke lapangan secara langsung.
Perbedaan lainnya adalah model komunikasi yang digunakan yaitu model
laswell sementara penelitian ini menggunakan model Shramm dan Sailer.
F. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah pemaparan dalam penulisan, penulis menyusun ke dalam
beberapa pokok dan susb-sub pokok dengam sistematika penulisan sbb :
Bab I :
berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan masalah
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II :
berisi kajian teori yang meliputi pengertian implementasi, komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, dan menghafal juz Amma pada usia
dini
Bab III :
memberi gambaran gambaran tentang PAUD Bait Qur’any meliputi
sejarahnya, visi dan misi Bait Qur’any ,Struktur Organisasi, Data Anak
didik PAUD Bait Qur’any, Program Kegiatan Pembelajaran, Syarat
guru, Target Kemampuan Tsaqofah dan Sarana Prasarana
14
Bab IV :
Bab ini merupakan inti dari penelitian, dijelaskan secara rinci
mengenai implementasi komunikasi verbal komunikasi non verbal,
kendala yang dihadapi dalam penerapan komunikasi verbal dan non
verbal dalam menghafal alQur’an
BAB V : Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi Komunikasi
Dalam kamus Webster pengertian implementasi dirumuskan secara pendek
yaitu implementasi (mengimplementasikan) berarti menyajikan alat bantu untuk
melaksanakan, menimbulkan dampak atau berakibat sesuatu.
Implementasi adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan.
Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara
pada aktifitas, tindakan atau mekanisme suatu sistem, ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas tetapi juga kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujun kegiatan.1
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata implementasi diartikan
sebagai penerapan atau pelaksanaan.
Dari beberapa definisi diatas bahwa implementasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mencapai tujuan atau penerapan dan menimbulkan dampak.
Komunikasi secara etimologi berasal dari kata communication yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran pikiran dan communis yaitu sama, dalam arti sama
makna mengenai suatu hal.2
1
Toni Nugraha, Pengertian Implementasi, http//unhalu.ac.id. Artikel diakses pada 17 April
2011.
2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000).
Cet. 4 hal. 3-4
16
Menurut Rogers dan D Lawrence Kincain komunikasi adalah suatu proses
di mana satu orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada
saling pengertian yang mendalam.3
Frista Armanda dalam kamus lengkap bahasa Indonesia berpendapat
komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.4
Dari pendapat diatas, pada dasarnya inti dari pengertian komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung secara
lisan maupun tak langsung melalui media serta kebersamaan dalam
menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu
proses komunikasi.
B. Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam berkomunikasi terdapat beberapa unsur yang merupakan syarat,
unsur-unsur tersebut adalah pengirim pesan (komunikator), penerima pesan
(komunikan), Pesan, saluran komunikasi dan media komunikasi, efek
komunikasi, umpan balik.5
1. Pengirim pesan (komunikator): manusia berakal budi yang berinisiatif
menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003)
Cet. Ke-4 hal.20.
4
Frista armanda W. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang, h.596
5
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 2004, cet ke
1,h.18-28
17
2. Penerima pesan (komunikan): manusia berakal budi, kepada siapa pesan
komunikator ditujukan. Sebagaimana pengirim pesan, dalam penerimaan
pesanpun akan saling bergantian
3. Pesan: segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan
komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
4. Saluran dan media komunikasi: jalan yang dilalui pesan komunikator
untuk sampai ke komunikannya. Dalam hal ini terdapat dua jalan yaitu;
tanpa media (nonmediated communication) yang berlangsung face to face,
atau dengan media komunikasi, dapat berupa telepon, internet radio,
televisi, majalah dan surat kabar/koran.
5. Efek komunikasi: pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam
diri komunikannya. terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan
yaitu kognitif (seseorang jadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap
seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu),
konatif (tingkah laku yang membuat seseorang bertindak melakukan
sesuatu).
6. Umpan balik: jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan
komunikator kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis komunikator
dan komunikator terus menerus saling bertukar peran.
18
C. Komunikasi Verbal
1. Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
dan kata-kata, baik yang yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun
tulisan.
Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang
pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi
tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan
disampaikan oleh pimpinan itu disampaikan oleh pimpinan itu disandikan
dalam sombol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang
bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan.6
Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dalam menyampaikan pesannya
dengan menggunakan lisan dan tulisan.7
Menurut Paulette J. Thomas, Komunikasi verbal adalah penyampaian dan
penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.8 Sementara,
lambang verbal merupakan semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa).
Komunikasi verbal yaitu penerimaan sistem syaraf seseorang kepada
sistem syaraf orang lain dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna
6
96.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisas (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-4 hal.95-
7
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1998), hal. 7
8
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan
Jakata Press, 2007), Cet.1, hal.93.
19
serupa dengan yang ada dalam pikiran si pengirim, dengan menggunakan
kata-kata yang merupakan unsur-unsur dasar bahasa.9
Adapun Kode Komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan
bahasa, bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara
berstruktur sehingga menjadi inti kalimat yang mengandung arti.10
Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya sama bahwa komunikasi
verbal adalah penyampaian pesan dengan kata-kata baik berupa lisan atau
tulisan dimana unsur terpenting dari komunikasi verbal ini adalah bahasa.
Untuk kepentingan komunikasi verbal, bahwa bahasa dianggap sebagai
suatu konsep tertentu. Bahasa memiliki kekayaan simbolisasi verbal dan
dipandang sebagai upaya manusia untuk memberdayakan informasi yang
besumber dari persepsi manusia dan sebagai medium untuk berkomunikasi
secara santun dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
2. Klasifikasi Komunikasi Verbal
a. Komunikasi verbal melalui lisan dapat diartikan sebagai suatu proses
dimana seorang berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal melalui lisan
dapat dilakukan secara langsung bertatap muka antara komunikator
dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah. Selain itu juga,
komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan
media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
9
L, Tubbes Stewwart, Moss, Sylvia. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar
Pengantar. Deddy Mulyana, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet ke 3 h. 112
10
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003)
Cet. Ke-4 hal.99.
20
b. Komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung
antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar,
grafik dan lain-lain.
3. Teori Komunikasi Verbal
Menurut para ahli. Ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki
kemampuan komunikasi verbal. teori pertama adalah operant conditioning,
teori ini menekankan unsur stimulus dan respon yang menyatakan bahwa jika
suatu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang akan cenderung
memberi reaksi. Teori kedua dinamakan dengan teori kognitif, teori ini
menenkankan kompetensi bahasa pada manusia lebih dari apa yang
ditampilkan. Teori ketiga disebut teori penengah, teori ini menekankan bahwa
manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa tidak saja bereaksi
terhadap stimuli yang diterima dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh proses
internal yang terjadi dalam dirinya.11
Ketiga teori ini menunjukan ciri dan alasan masing-masing namun dapat
memberikan tekanan yang sama, bahwa manusia akan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi secara verbal yang tentunya harus melalui proses
belajar. Tanpa komunikasi verbal manusia tidak bisa berpikir, komunikasilah
yang mempengaruhi persepsi dan pola pikir seseorang.
11
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003)
Cet. Ke-4 hal.103.
21
4. Tujuan Komunikasi Verbal
Adapun tujuan menggunakannya komunikasi verbal (lisan dan tulisan)
antara lain12:
1)
Penyampaian penjelasan, pemberitahuan, arahan dan lain sebagainya,
2)
Presentasi penjualan dihadapan para audien,
3)
Penyelenggaraan rapat,
4)
Wawancara dengan orang lain,
5)
Pemasaran melalui telepon, dsb.
5. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal
a. Kesenjangan
Komunikasi non verbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja
dan kurang halus, mengarah pada norma-norma yang ada. Sedangkan
Komunikasi verbal dilakukan dengan sengaja.
b. Perbedaan-perbedaan Simbolik
Komunikasi verbal bersifat intensional dan harus dibagi diantara orangorang yang terlibat dalam tindakan komunikasi. Sementara komunikasi
non verbal lebih alami ia beroperasi sebagai norma dan perilaku yang
disandarkan pada norma.
c. Mekanisme Pemprosesan
Komunikasi non verbal kurang terstrukur dan aturan-aturan yang ada
ketika berkomunikasi lebih sederhana. Sedangkan komunikasi verbal
mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis.
12
Riswanto Hidayat, Komunikasi Verbal, www. Wordpress,com diakses tanggal 4 April
20011
22
D. Komunikasi Non Verbal
1. Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah suatu kegiatan komunikasi yang menggunakan
bahasa isyarat atau bahasa diam (silent).13
Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak
menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh,
sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan
jarak dan sentuhan.14
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan
nonverbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Definisi harfiah
komunikasi non verbal yaitu komunikasi tanpa kata-kata.15 Komunikasi non
verbal hanya mencakup sikap dan penampilan, Jadi dilihat dari istilah komunikasi
non verbal membawa pesan non linguistik.
Komunikasi non verbal dapat juga diartikan yaitu komunikasi dengan
menggunakan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures),
ekspresi wajah (Facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan
gejala yang sama yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.16
Pendapat diatas menyatakan bahwa pada intinya komunikasi non verbal
merupakan komunikasi tanpa kata-kata/isyarat seperti sikap tubuh, gerakan tubuh,
13
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) Cet. Ke-4 hal.139
Agus M Hudjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003) Cet. Ke-1 hal.26
15
Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta
dan Jakata Press, 2007), Cet.1, hal.93.
16
Onong Uchjana Effendi. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), cet ke 4. Hal. 28
14
23
vokal yang bukan kata-kata kontak mata, ekspresi mata, kedekatan jarak dan
sentuhan.
2. Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
a. Kinesik
Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti. Pesan ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu :
1) Pesan fasial
Pesan ini menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat
menyampaikan paling sedikit sembilan kelompok makna: kebahagiaan,
rasa terkejut, ketakutan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat,
ketakjuban dan tekad.
Leathers 1976 menyimpulkan penelitian tentang wajah sebagai
berikut:
(a) Wajah mengkomunikasikan penilaian trntang ekspresi senang dan
tak senang yang menunjukan komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk.
(b) Wajah menkomunikasikan minat seseorang kepada orang lain atau
lingkungan.
(c) Mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi
(d) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri
24
(e) Wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurangnya
pengertian.
2) Pesan gestural
Menunjukan gerakan sebagian badan seperti mata dan tangan
untuk mengkomunikasikan berbagai makna, menurut Galloway, pesan
ini berfungsi untuk mengungkapkan:
(a) Mendorong/ membatasi
(b) Menyesuaikan/mempertentangkan
(c) Responsive/ non responsive
(d) Perasaan positif/negative
(e) Memperhatikan / tidak memperhatikan.
(f) Melancarkan/ tidak reseptif
(g) Menyetujui / menolak
Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural
memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan lainya. Pesan gestural
tak responsive menunjukan gesture yang ada kaitannya. negatif
menunjukan sikap dingin, merendahkan, atau menolak. Tak respnosif
mengabaikan permintaan untuk bertindak.
3) Pesan postural
Berkaitan dengan seluruh anggota badan mehrabian menyebutkan
tiga makna yang dapat disampaikan postural.
(a) Immediacy
25
Merupakan ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap
individu yang lain. Postur tubuh yang condong ke arah lawan
bicara menunjukan kesukaan dan penilaian positif.
(b) Power
Mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator
(c) Responsiveness
Individu mengkomunikasikannya bila ia bereaksi secara emosional
pada lingkungannya baik positif atau negatif.
b. Proksemik
Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada
umumnya dengan mengatur jarak. Kita mengungkapkan keakraban kita
dengan orang lain. Pesan ini juga diungkapkan dengan mengatur ruang dan
objek dan rancangan interior. Pesan ini dapat mengungkapkan status sosial
ekonomi, keterbukaan dan keakraban.
c. Artifaktual
Pesan ini diungkapkan melalui penampilan body image, pakaian
kosmetik dan lain-lain. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk
menyampaikan identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain
bagaimana
perilaku
kita
dan
bagaimana
orang
lain
sepatutnya
memperlakukan kita.
Selain itu pakaian juga berguna untuk mengungkapkan perasaan
(misalnya pakaian hitam berarti duka cita) dan formalitas (sandal untuk
sittuasi informal dan batik untuk situasi formal)
26
d. Paralinguistik
Merupakan pesan non verbal yang berhubungan dengan cara
mengungkapakan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda-beda bila diucapkan dengan cara yang
berbeda-beda.
Hal-hal yang membedakan antara lain nada, kualitas suara, volume,
kecepatan dan ritme. Secara keselun.ruhan pesan paralinguistik merupakan
alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan kita pada orang lain.
e. Pesan Sentuhan
Biasanya melalui sentuhan. Ini melalui sensitivitas kulit. Sepertihalnya
orang yang marah ia akan mencubit keras, ungkapan kasih sayang,
keakraban dan lain-lain. Smith melaporkan berbagai perasaan yang dapat
disampaikan perasaan dan yang paling biasa dikomunikasikan sentuhan ada
lima: tanpa perhatian, kasih sayang, takut, marah, dan bercanda.
f. Pesan Olfaksi
Merupakan pesan non verbal melalui penciuman hidung yang
merasakan bau-bauan yang telah dikenalnya seperti bau minyak wangi, bau
bawang, makanan dan lain-lain. Bahkan seseorang dapat mengenali bau
minyak wangi yang sering dipakai oleh orang terdekatnya.
27
3. Fungsi Komunikasi Non Verbal
Jalaluddin Rahmat Menjelaskan bahwa komunikasi non verbal memiliki
beberapa fungsi, yaitu17:
a. Repetisi
Disini komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk mengulang
kembali gagasan yang disajikan secara verbal. Misalnya setelah seseorang
menjelaskan penolakannya terhadap suatu hal ia akan menggelengkan
kepalanya berulang kali untuk menjelaskan penolakannya.
b Subtitusi
Disini komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk Menggantikan
lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun seseorang
berkata, ia dapat menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukan
kepala.
c Kontradiksi
Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap pesan
verbal. Misalnya seorang memuji prestasi rekannya dengan mencibirkan
bibirnya sambil berkata: hebat kau memang hebat”
d Komplemen
Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. Misalnya air
muka seseorang menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
17
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal
287.
28
e Aksentuasi
Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Misalnya
seseorang mengungkapakan kejengkelannya sambil memukul mimbar.
4. Tujuan Komunikasi Non Verbal
1. Menyediakan/memberikan informasi
2. Mengatur alur suatu percakapan
3. Mengekspresikan suatu emosi
4. Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkankan pesan
pesan verbal.
5. Mengendalikan atau mempersuasi orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam mengajar seseorang
untuk melakukan serve badminton, belajar golf dan sejenisnya.
5. Batasan-Batasan komunikasi Non Verbal
a. Komunikasi non verbal berada dalam konteks maksudnya adalah
komunikasi non verbal sesuai dengan konteksnya. Karena gerakan atau
perilaku non verbal bisa saja mempunyai arti yang berbeda. Misalnya
kedipan mata mata bisa berarti ajakan untuk bergabung dilain konteks
bearti cinta, berbohong dan sebagainya.
b. Perilaku non verbal adalah perilaku yang normal, maksudnya perilaku
gerak tubuh, mimik wajah merupakan hal yang normal terjadi pada
seseorang untuk melengkapi komunikasi verbal.
29
c. Tindakan-tindakan non verbal saling terintegrasi, maksudnya seluruh
bagian tubuh manusia secara normal bekerjasama mengkomunikasikan
makna-makna tertentu.
d. Komunikasi non verbal sangat menentukan,
maksudnya tindakan
seseorang ditentukan oleh keinginan-keinginan tertentu seperti menangis,
tersenyum dan lain-lain.
e. Perilaku non verbal sangat terpercaya, maksudnya seseorang yang sedih
dan marah akan terlihat dari raut wajahnya dan tidak bisa dibohongi.
E. Menghafal Juzz Amma pada Masa Usia Dini
Berdasarkan Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 mengemukakan bahwa
usia dini yaitu sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.18. bisa juga dikatakan
bahwa pada usia 0-6 tahun disebut pra tamyiz.
1. Mengenal Potensi Anak
Ketika ingin memberikan stimulan pada anak, perlu memperhatikan
karakteriktis anak tersebut. Allah menciptakan anak dengan memberikannya
kekhasan dari sisi potensi. Allah menganugerahkan anak tiga potensi, yaitu:
a. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani yang dimiliki anak merupakan berbagai kondisi,
zat dan aktifitas yang dibutuhkan tubuh anak. Kondisi yang dibutuhkan
anak yaitu istirahat, suhu dan tekanan udara yang seimbang.
Adapun Zat yang dibutuhkan anak antara lain makanan, minuman dan
udara. Sedangkan aktifitas yang dibutuhkan tubuh anak seperti bernafas,
18
Home Learning Sebuah Pembelajaran dalam Setiap Aktifitas Anak, Nurul Hikmah dan
Nurul Habiburrahmanuddin (Jakarta : Attafkir Press, 2009), Hal 25
30
makan, minum dan buang air. Aktifitas, zat dan kondisi di atas dibutuhkan
oleh organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya.
Dalam pendidikan selain memperhatikan kebutuhan jasmani juga perlu
memperhatikan perkembangan jasmani anak (motorik). Perkembangan
motorik meliputi motorik halus dan kasar. Motorik kasar adalah
kemampuan anak menggunakan otot-otot besar dan sebagian atau seluruh
bagian tubuh untuk melakukan gerak, misalnya, berlari dan melompat.
Motorik halus merupakan perkembangan gerak anak yang menggunakan
otot-otot kecil, misalnya menulis melipat, merangkai, mengancing baju,
menggunting dan lain – lain.
b. Naluri
Naluri merupakan potensi diri anak yang mendorongnya untuk
memiliki kecenderungan terhadap sesuatu (benda) dan perbuatan atau
meninggalkan benda dan perbuatan tersebut. Contohnya anak senang
bermain mobil-mobilan, ingin berlari, ingin melompat, ingin memanjat,
anak tidak suka jika disakiti dan lain-lain.
Naluri
yang diberikan Allah pada anak ada tiga yaitu Naluri
mempertahankan hidup seperti rasa berani, takut, ingin memiliki pakaian,
makanan, mainan. Naluri seksual seperti ingin disayangi orang tua,
saudara, teman, lawan jenis. Naluri Agama seperti mengenal Allah yang
patut disembah.
Perkembangan dari penampakan-penampakan naluri tersebut yaitu
perkembangan sosial, emosi dan keberagamaan anak.
31
Perkembangan Sosial yaitu kemampuan anak untuk berinteraksi dan
beradoptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif sesuai dengan
aturan Allah. Misalnya kemampuan anak untuk menyapa dan bermain
bersama teman-temannya.
Perkembangan emosi meliputi kemampuan anak mencintai, merasa
nyaman, berani, gembira, sedih dan marah serta bentuk-bentuk emosi
lainnya.
Perkembangan Keagamaan menurut Ibnu Qayyim mencakup aspek
imaniyah dan aspek khuluqiyah.
Dalam beberapa dalil dapat dilihat aspek-aspek keagamaan anak.
Diantara dalil yang mengisyaratkan tentang pendidikan pra tamyiz lebih
utama dilakukan oleh keluarga yaitu:19
Pertama, mendidik anak untuk mencintai Allah, Ahli Bait dan
membaca alQur’an At-tabrani meriwayatkan dari Ali Radhiallahu Anhu
Nabi bersabda :
“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: Mencintai Nabimu,
Mencintai Ahli Baitnya dan Membaca Alqur‟an...”(H.R. Ath-Tabrani)
Kedua, mengajari anak beribadah. Alhakim dan Abu Daud
meriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-Ash ra, dari Rasulullah SAW, Beliau
bersabda:
“ Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah
berusia tujuh tahun, dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka
19
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashorin Suroso, Psikologi Islam, Solusi Islam atas ProblemProblem Psikologi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar:2004) h.80
32
pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat dan pisahkanlah
tempat tidur mereka” (H.R Abu Daud)
Ketiga, mengajari tentanga. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas ra, Rasulullah bersabda:
“Muliakanlah
anak-anakmu
dan
ajarkanlah
kepada
mereka
adab”(H.R Ibnu Majah)
Keempat, mengajarkan anak hukum halal dan haram. Ibnu Jarir dan
Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
“Taatlah kepada Allah dan takutlah berbuat maksiat kepada Allah
serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan
menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan
kamu dari api neraka”
Dengan demikian keagamaan anak menurut hadis mencakup aspek
kecintaan kepada Allah, melaksanakan ibadah, terbiasa beradab dan
memperhatikan yang halal dan yang haram.
c. Berfikir / Aspek kognitif
Pada aspek kognitif perkembangan anak tampak pada kemampuannya
dalam menerima, mengolah dan memahami informasi-informasi yang
sampai kepadanya.
Menghafal juz amma pada usia dini melibatkan aspek kognitif dan
merupakan upaya untuk mengenalkan ayat-ayat Allah kepada anak sejak
33
dini. Adapun arti dari menghafal adalah mengingat-ingat.20 Salah satu
usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian alQur’an yaitu dengan
menghafalkannya.
Sebagaimana sabda Rosulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan
kemudian mengajarkannya." (HR. Bukhari).
Dalam
proses
menghafal
alQur’an,
hendaknya
setiap
orang
memanfaatkan usia-usia yang berharga, sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang sholeh terdahulu dalam mengajarkan alQur'an kepada anakanaknya, mereka lakukan sejak usia dini, sehingga banyak dari tokoh
ulama yang sudah hafal alQur’an pada usia sebelum akil baligh, Imam
Syafi’i misalnya- telah hafal alQur’an pada usia sepuluh tahun, begitupun
Ibnu Sina, alim dibidang kedokteran.
Anak-anak diajari alQur'an merupakan hal yang asasi dalam Islam agar
mereka tumbuh berdasarkan fitrahnya yang suci, dan agar cahaya hikmah
masuk kedalam hati mereka sebelum hawa nafsu bercokol di hati mereka
dan sebelum hati mereka digelapi dengan kabut-kabut kemaksiatan dan
kesesatan.
2. Urgensi Menghafal alQur’an/Juz Amma21
a. AlQur'an sebagai Pedoman Hidup.
b. Ilmu adalah dengan dihafal
20
Eko Edarmoko. Tesaurus Bahasa Indonesia (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006)
h.225
21
Vicki SIK, Urgensi Menghafal Alqur‟an, www. Fiqih Islam.com diakses pada 25 Maret
2011
34
3. Kiat Menghafal Alqur’an
a. Memperbaiki tajwid bacaan (tahsin)
b. Banyak mengulang dan muroja'ah
c. Mentadaburi
4. Teknik Menghafal
a. Mendengar
b. Mengucap
c. Menghafal
d. Memahami
e. Takrir
f. Mengunakan gerak/ Kinestetik
5. Keutamaan Menghafal alQuran yang dijelaskan Allah dan RasulNya
a. Fadhail/Keutamaan di Dunia
1) Al Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi
penghafalnya
2) Seorang hafizh alQur’an adalah orang yang mendapatkan tasyrif
nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)
3) Hifzhul Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu.
4) Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi.
5) Menghormati seorang hafizh alQur’an berarti mengagungkan Allah.
b. Fadhail/Keutamaan Akhirat
1) Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal.
2) Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga.
35
3) Para penghafal alQur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat.
4) Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota
kemuliaan).
5) Kedua orang tua penghafal alQur’an mendapat kemuliaan.
6) Penghafal alQur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan
pahala dari Al Qur’an.
7) Penghafal alQur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung
dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM PAUD BAIT QUR’ANY
A. Sejarah PAUD Bait Qur’any
Pada tahun 2005 terbentuk kelompok kecil yang berada di bawah naungan
Majlis Taklim Al-Muhajirin yang mencoba mewadahi ibu-ibu muda dengan
materi pengenalan dan pemahaman alQur’an dan penanaman aqidah. Setelah
berjalan satu tahun pengajian hanya diikuti oleh 6 orang, kemudian ada
keinginan dari beberapa pengurus Majlis Taklim untuk mengembangkan
pengajian
ibu-ibu
muda
tersebut
dengan
menggunakan
manajemen
pemberdayaan manusia secara serius.
Pada akhir tahun 2006 atas dukungan Majlis Taklim, terbentuklah
kelompok pembinaan ibu dan anak dengan model Bait Qurany Pendidikan
Berbasis Aqidah Islam Pra Tamyiz Aula Duljannah. Mengingat perkembangan
Bait Qurany di Aula Duljannah mengalami beberapa hambatan, kemudian
dewan pendiri memisahkan diri dengan Majlis Taklim Al-Muhajirin pada
tahun 2006 dan mendirikan lembaga Pusat Pelatihan Orang Tua dan Anak
(PPRA).
Melalui beberapa training Bait Qurany yang diberikan kepada kelompok
ibu Majlis Taklim dan mahasiswi UIN Jakarta, kemudian berdirilah secara
resmi At-Tafkir dan beberapa cabangnya. Setelah itu, terbentuklah ide untuk
mendirikan lembaga pendidikan PAUD yang berbasis Islam tujuannya
mengenalkan ajaran-ajaran Islam pada anak usia dini. Pada tahun 2008
terbentuklah PAUD Bait Qur’any yang bertempat di Jl. Ibnu Khaldun II no.2
37
Komplek Dosen UIN Syarif Hidayatullah. Seiring berjalannya waktu Bait
Qur’any membuka Cabang, diantaranya:
a. PAUD El-Fikr, Ciracas
b. BQ Saleh Rahmany, Aceh
c. PAUD Sabiqul Khoirot, Cinangka
B. Visi dan Misi PAUD Bait Qur’any
a. Visi
Mencetak generasi Islam yang memiliki kepribadian Islam,
tsaqofah Islam dan menguasai sains dan tehnologi.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua
2) Melahirkan hafidz al-Qur’an diusia dini
3) Tsaqofah Islam
4) Membentuk generasi Islam yang dapat menterjemahkan alQur’an
kata perkata sejak dini
5) Membentuk generasi Islam yang menguasai bahasa Arab alQur’an tingkat dasar (dhomair dan tashrif lughawih dan istilahi)
sebagai modal mentafsirkan al-Qur’an secara tahlili dan maudhui
dan istinbat hukum dasar.
6) Membentuk generasi Islam yang mampu berkomunikasi dengan
bahasa Arab.
38
7) Membentuk generasi Islam yang menguasai fiqh anak:Sholat,
aurat, muhrim, tata pergaulan pada orang tua, teman sebaya dan
saudara, dan fiqh dakwa.
8) Membentuk generasi Islam yang dapat membedakan baik ( baik
menurut Allah) dan buruk (buruk menurut Allah)
9) Membentuk generasi Islam yang menguasai sains dalam bingkai
tauhid
10) Menngembangkan setiap aspek perkembangan pada diri anak;
motorik, emosi, sosial, kognitif dan keberagamaan
C. Struktur Organisasi
Penasehat
Ust. Habiburrahmanuddin, MA
Kepala Sekolah
Nurul Hikmah, MA
Sekretaris dan OPP
Bendahara
Umi Yuliyanti S.Pd.I
Santi
BQ Center
Rabiyatul Adawiyah
Play Group
TK A Putri
Zaenab
Atiq Maftuhah, S.Pd
Guru
Koord. Sekolah Ibu
Tri Ningtias
TK A Putra
Ule Selaesih, S.Pd
TK B Putri
TK B Putra
Sari Yulianti
Kiki Zakiyah
39
D. Data Anak Bait Qur’ani TK B Puteri
No
Nama Anak
Nama
Panggilan
Tempat Tanggal Lahir
1
Dzidayatur Rahmah
Diza
Tangerang, 21 Januari 2005
2
Wafa Mumtaz
Wafa
Tangerang, 7 Juli 2005
3
Fayma Salsabila Yasir
Cinta
Tangerang, 20 Agustus 2005
4
Syafira Azzahra
Zahra
Tangerang, 5 Maret 2005
5
Ageisya Lestari
Ageisya
Tangerang, 22 Mei 2005
6
Najwa Kamila
Najwa
Jakarta, 9 September 2005
7
Najmi Ramadani Syofyan
Najmi
Salimpat, 25 Juni 2005
8
Azzah Assajidah
Azzah
Tangerang, 10 Mei 2005
9
Indah Lani Nur Husna
Lani
Bogor, 30 Juli 2005
10
Madzidah
Zida
Tangerang, 8 April 2005
11
Dzawata Afnan
Awwa
Bengkulu, 20 Maret 2006
12
Amara Putri raihan
Putri
Tangerang, 25 Juni 2005
E. Tahapan Kegiatan Pembelajaran
1. Berbaris sebelum masuk kelas
2. Menterjemahkan surat-surat pendek perkata menggunakan gerak
3. Membaca ikrar dan berdo’a sebelum belajar
4. Hafalan surat-surat pendek
5. Pembiasaan Shalat dhuha
6. Pembiasaan Shalat Wajib
7. Hafalan surat-surat pendek
8. Pembiasaan Menggunakan kalimat-kalimat thoyibah
9. Olah Raga
10. Quantum Kepribadian
40
F. Syarat Guru di PAUD Bait Qur’any
1. Mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi guru
2. Mempunyai sifat penyayang terhadap anak
3. Berpenampilan islami seperti menutup aurat
4. Ada koordinasi antara guru dan Kepala Sekolah
5. Memiliki kemampuan umum
6. Memiliki kemampuan agama
7. Mengetahui visi dan misi PAUD Bait Qur’any
8. Mengikuti tes tilawah dan praktek ibadah
G. Kemampuan Tsaqofah Islam yang diharapkan dan Hafalan
1. Mengucapkan dengan Fasih dua kalimat syahadat
2. Menyebutkan nama-nama malaikat dan tugasnya masing-masing
3. Mengenal riwayat Nabi dan sifat-sifatnya
4. Mengenal kitab suci alQur’an dan beberapa ajaran pokok yang terkandung
5. Mengucapkan dengan fasih dan hafal juz amma
6. Mengenal huruf Hijaiah dan mengucapkanya dengan lafal yang benar
7. Mengenal adanya kehidupan Ahkirat
8. Melafalkan Adzan dan Iqomat
9. Melakuka gerak shalat dengan Khusyu dan Benar
10. Mengucapkan dan hafal bacaan shalat dengan benar
11. Mengetahui tempat shalat dan kelengkapannya
12. Mengenal arti dan cara berpuasa secara sederhana
13. Hafal beberapa surat pendek dengan tarjamah kata perkata
41
14. Mengenalkan waktu shalat dan jumlah rakaatnya
15. Mengenal manasik haji
16. Mengenal beberapa beberapa do’a harian
17. Hafal beberapa hadits pendek
18. Mengetahui tashrif lughowi dan istilahi
19. Memahami adhoma’ir
20. Memahami cara menutup aurat
21. Alumnus PAUD Bait Qur’any hafal satu Juz 30.
H. Program Menghafal Al-Qur’an
1. Jarimatika Al-Qur’an
2. Tarjamah Kata perkata dengan kinestetik
3. Tajwid Al-furqon
I. Program Kontrol Sekolah Perkembangan Kemampuan Siswa di Rumah
1. Catatan Anak Sholeh (diisi orang tua yang menggambarkan perkembangan
siswa dirumah setiap bulannya dilaporkan ke guru disekolah)
2. Buku Penghubung (diisi oleh guru dalam menggambarkan anak ketika
disekolah kemudian diserahkan kepada orang tua siswa setiap awal bulan)
J. Sarana dan prasarana
1. Ruang Belajar
2. Lemari Buku
3. Kalender Akademik
4. Kipas Angin
5. Ruang Guru
42
6. Tape Recorder
7. Komputer
8. Telepon
9. Televisi
10. Dispenser
11. Hiasan Dinding
12. Rak Sepatu
13. Tempat Sampah
14. Kamar Mandi
15. Dapur
16. Meja
17. Kursi
18. Taman Bermain
19. Ruang Serba Guna
43
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz
Amma di PAUD Bait Qur’any
Komunikasi bentuk verbal adalah bentuk komunikasi yang menggunakan
kata-kata yang diucapkan secara lisan dan tulisan yang sangat umum digunakan oleh
banyak orang. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana
seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi
tingkah laku penerima.
Dalam rangka melatih anak untuk berkomunikasi secara verbal dan
menambah perbendaharaan kata serta menstimuli perkembangan bahasa anak,
Peneliti menemukan bahwa
PAUD Bait Qur‟any menggunakan teori operant
conditioning yang menekankan unsur stimulus respon dimana guru berperan sebagai
komunikator yang menyampaikan pesan dan siswa sebagai komunikan yang
menerima pesan dan merespon pesan dari komunikator, pesan yang disampaikan
berupa pengucapan ayat Juz Amma, tanya jawab ayat Juz Amma, pengulangan ayat
yang sudah diberikan.
Adapun Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan
tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata ekspresi muka kedekatan jarak dan
45
sentuhan.1 Dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qura‟ny selain menggunakan
komunikasi verbal juga menggunakan komunikasi nonverbal yang digunakan untuk
mempertegas, menggambarkan kandungan ayat, atau dijadikan alat bantu untuk
mempermudah dalam pengajaran tajwid, juga untuk melatih daya ingat anak. untuk
lebih jelas dalam melihat komunikasi verbal dan non verbal pada kegiatan belajar
mengajar Bait Qur‟any dapat dilihat dari program kegiatan belajar pembelajaran
diantaranya sebagai berikut:
1. Program Jarimatika Al-Qur‟an
Jaritmatika Qur‟an adalah menghafal alQur‟an sambil menghitung ayat alQur‟an
dengan menggunakan buku-buku jari. Setiap jari memiliki tiga buku jari kecuali ibu
jari yang hanya memiliki dua buku. Setiap buku jari menunjukan ayat, pada buku jari
kelingking bagian bawah menunjukan ayat pertama dimana ibu jari menunjuk pada
buku jari kelingking tersebut.
Ujung ke empat jari yang berkelipatan tiga (3,6,9,12) diberinama pos. sedangkan
ujung ibu jari adalah terminal, dimana terminal ini merupakan tempat pemberhentian,
jumlah seluruh buku-buku jari adalah 14. Sehingga setelah melewati ujung ibu jari
maka perhitungan akan mulai kembali dari awal yaitu dari kelingking buku jari
bagian bawah.
Pola ini digunakan agar anak-anak dan guru tidak hanya terpaku menggunakan
satu mushaf untuk hafalan. Melatih otak kiri dan kanan. Murid sangat cepat menebak
1
Agus M Hudjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003) Cet. Ke-1 hal.26
46
ayat dan mengetahui ayat berapa yang dibacakan meskipun tidak secara berurutan
dan menghafal jumlah surat. Dalam penerapannya metode ini digabungkan dengan
matematika sehingga akan melatih anak berhitung dengan menggunakan ayat
alQur‟an.
Pada aktifitas ini dapat dikatakan bahwa komunikasi non verbal berbentuk
gestural
yaitu
menggerakan
sebagian
badan
seperti
jari-jari
tangan,
menandakan/menunjukan jumlah ayat yang dihafal. Adapun di TK Bait Qur‟any
dalam pemebelajaran jaritmatika Qur‟an tidak menggunakan komunikasi non verbal
dengan proksemik, olfaksi, artifaktual, paralinguistic dan pesan sentuhan.
Sedangkan komunikasi verbalnya berupa lisan ketika guru dan siswa melafalkan
ayat-ayat Juz Amma yang hendak dihafal. Pada pembelajaran ini peneliti tidak
menemukan komunikasi verbal secara tulisan.
2. Terjemah Kata Perkata dengan metode kinestetik
Hafalan Juz Amma menggunakan gerak kinestetik yang dikategorikan sebagai
komunikasi non verbal ini sangat membantu anak-anak dalam menghafal. Sebab sifat
anak-anak pada usia berkisar 5-6 tahun senang sekali menirukan tingkah laku atau
sikap, gerakan guru. Selain itu juga dalam alQur‟an terdapat beberapa kata yang sama
seperti dalam surat an-Nas, al-Ikhlas, al-Falaq, kata qul ( ْ‫ ) ُقل‬disebutkan tiga kali jika
gerakan dari kata qul ( ْ‫ ) ُقل‬ini sama, maka ini akan mempercepat hafalan anak
karena anak cukup mengingat sekali saja dan gerakannya akan merangsang ingatan
47
anak. sehingga guru cukup memeragakan anggota tubuhnya maka anak bisa dengan
cepat menjawab satu kata dari ayat yang sesuai dengan gerakan tersebut.
Dalam hal ini peneliti menguraikan gerak kinestetik surat an-Nas, diantaranya:
a. Kata ْ‫“ ُقل‬katakanlah”
Telunjuk ditempelkan pada bibir kemudian telunjuknya dimajukan beberapa
sentimeter di depan bibir dan jari yang lain dilipat, terlihat seperti kepalan tangan.
Arti dari kata ْ‫ ُقل‬mengandung suatu perintah, “katakanlah”
Makna dari gerakan ini adalah katakan secara lisan sehingga geraknya itu
menunjuk pada mulut yang diatasnya terdapat telunjuk. Dari lima jari yang ada di
tangan, hanya telunjuk saja yang berada diatas mulut, alasanya adalah jari
telunjuk sering digunakan banyak orang untuk memerintahkan individu/
komunikan melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh individu yang
lain atau komunikator. Sehingga telunjuk berfungsi sebagai simbol memerintah.
Guru bisa juga menggunakan pesan gestural sebagian badan, seperti mengangkat
kedua alisnya bersamaan dengan gerakan non verbal pada kata ْ‫ ُقل‬.
Pada posisi ini gerakan non verbal berfungsi sebagai repetisi yakni mengulang
kembali gagasan yang telah disajikan secara verbal dan melengkapi pesan verbal
sehingga memperjelas pesan yang disampaikan kepada komunikan dan yang
menjadi tujuan dari komunikasi bisa tercapai, komunikan mengerti dan
48
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, dimana guru berlaku
sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan dengan model pembelajaran
yang telah dipaparkan di atas.
Pada dasarnya tujuan dari komunikasi adalah mengubah perilaku komunikan,
dalam hal ini guru bisa mengubah tingkah murid dari yang tadinya hanya diam
dan memperhatikan saja kemudian murid mengikuti perkataan dan gerak guru
dalam menghafal Juz Amma.
b. Kata ُ‫ أَعُوذ‬yang berarti aku berlindung
Kedua telapak tangan terbuka ke atas seperti gerakan orang yang sedang
berdo‟a kemudian kepala ditundukan ke bawah. Berlindung disini memiliki arti
meminta perlindungan hanya dari Allah SWT yang Maha Penyayang dan
Pengasih terhadap ciptaannya yang tiada satupun tandinganNya dan hanya Dialah
yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan dan perlindungan oleh
hambanNya/makhluk ciptaanNya.
Gerakan seperti berdo‟a menunjukan kepasrahan dan kerendahan hati dari
seorang hamba yang tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan apapun selain
hanya dariNya. Memberikan gambaran bahwa seorang hamba pasti membutuhkan
49
Sang Pencipta yang Maha Pengatur tempat mengadu dan pelindung dari segala
kejahatan dan marabahaya yang menimpa.
c. Kata ِ‫ ِبسَة‬, ِ‫ َمِلك‬, ِ‫“ ِإلَه‬Kepada Tuhan”, “ Raja”,
Di sini ada tiga sifat Allah yang dengannya manusia di perintahkan untuk
berlindung, yang pertama adalah
Rububuyah maksudnya adalah mencakup
penciptaan makhluk, pengatur, pendidik wa ta’ala adalah pencipta, pengatur dan
pemberi rezeki seluruh umat manusia. Tentunya Allah subhanahu wa ta’ala
bukan hanya Rabb atau Tuhannya manusia, namun juga seluruh alam semesta
ini beserta isinya. Pengkhususan penyebutan Rabb manusia dalam surat ini
adalah untuk menyesuaikan dengan pembicaraan. Menauhidkan Allah pada hal
tersebutlah yang dimaksud dengan tauhid rububiyah.
Kedua, Mulk ( kerajaan ), Al-Malik adalah salah satu dari asmaul husna yang
bermakna pemilik kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang mutlak. Allah
adalah raja yang berhak bertingkah laku terhadap ciptaan-Nya, Dialah yang
berhak berbuat terhadap mereka dan mengatur mereka sebagaiman yang Dia
kehendaki, Dia yang memiliki kekuasaan penuh bagi mereka Dialah raja mereka
yang haq.
50
Ketiga, ketuhanan, Dialah Tuhan yang haq, Tuhan sesembahan makhluq yang
tidak ada tuhan selain-Nya, maka tidak selayaknya bagi seorang hamba
menyekutukan-Nya, serta tidak patut untuk meminta kepada selain-Nya baik
dalam perkara do`a dan yang lain. Sedangkan penyebutan kata sembahan
manusia di sini adalah untuk menegaskan Allah adalah yang seharusnya
disembah oleh manusia dengan berbagai macam peribadatan.
Ketiga kata yang berbeda lafadz namun merujuk pada arti yang sama yaitu
Allah SWT, sehingga gerakannyapun sama yaitu tangan kanan ke atas
menunjukan bahwa Allah adalah yang maha tinggi, Raja diraja dan Sesembahan
yang patut disembah oleh makluknya. Dialah yang Esa yang menguasai manusia
dan Maha Agung yang memiliki kerajaan bumi dan langit.
d. Kata ِ‫ الّنَاس‬yang berarti manusia
Dalam surat ini Allah menyebutkan kata an-Nas sampai tiga kali, yang
terletak pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga, yang pastinya dalam
pengulangan ini Allah memiliki maksud tersendiri, menurut Mufassir Allah telah
memberikan kekhususan bagi manusia dengan mengaruniakan
sebagai
penghormatan dan pemuliaan bagi manusia, juga memberikan akal dan ilmu.
51
Namun meskipun manusia diberikan keistimewaan lebih dari makhluk lain
ciptaanNya, bahkan para malaikatpun sujud kepadanya tetaplah ia adalah
makhluk yang membutuhkan dan bergantung pada yang lain.
Sehingga gerakan kinestetik dari kata ِ‫ الّنَاس‬adalah kedua tangan menunjuk ke
bawah, memiliki makna bahwa manusia itu rendah, lebih rendah dari Tuhan.
Makhluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali dari Allah SWT. butuh
akan pertolongan dari Allah subhanahu wata‟ala.
َ ‫“ مِن‬Dari Kejahatan”
e. Kata ِ‫شس‬
Tangan kanan dikepalkan kemudian ditepukan ke bagian tubuh bagian atas
secara menyilang. Filosofinya adalah kejahatan itu bisa menimbulkan kerugian
atau kesengsaraan sedikitnya pada diri sendiri dan biasanya berawal dari dada
atau hati. kejahatan yang menyebabkan perbuatan dzalim pada diri sendiri (
kejahatan dari dalam manusia).
Menurut Al-Mu‟tamir bin Sulaiman kejahatan itu bisa dari bisikan syetan.
Bisikan syetan yang suka meniup di hati manusia ketika bersedih ataupun
bergembira.
52
f. Kata ِ‫وسْوَاس‬
َ ْ‫“ ال‬Bisikan” ُ‫ الَرِي يُ َوسْوِس‬yang membisikan
Postur tubuh miring ke sebelah kanan, kemudian tangan kanan menempel di
dekat telinga yang sebelah kanan, terlihat seperti orang yang sedang
mendengarkan bisikan, yang di maksud dengan bisikan seperti yang dikatakan
oleh Ibnu Qayyim adalah ajakan kepada sesuatu yang tidak terdengar oleh telinga,
atau ajakan yang bukan berbentuk suara. Al was-was adalah bisikan yang betulbetul tersembunyi dan samar
Syetan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu
melalui bisikan (yang biasa bersembunyi) karena setan itu suka bersembunyi dan
meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah.
Al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas shalallahu alaihi wasalam mensfsirkan kata
ِ‫ الْ َوسْوَاس‬yaitu syetan menyuruh pada kejahatan, apabila ditaati (sehingga orang
tersebut melakukan kejahatan), lalu kemudian syetan berlepas diri.
watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati
manusia.
53
g. Kata ِ‫“ الْخَّنَبس‬syetan yang bersembunyi”
Posisi tangan kanan sama seperti pada kata ِ‫سوَاس‬
ْ ‫ ا ْل َو‬yaitu tangan menempel ke
telinga yang berbeda adalah postur tubuh tegak dan tangan kiri berada di atas
tangan kanan. Makna gerakannya adalah tangan kiri seolah olah-olah
bersembunyi dan yang menghalanginya adalah tangan kanan yang sedang
berbisik, jadi syetan itu membisikan kejahatan dan ia bersembunyi atau berlepas
diri dari yang digodanya.
Al-khannas adalah mundur ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah
subhanahu wata‟ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu „mundur‟ dari
perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang
beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Di tafsir lain, Al-khannas artinya bertambah kuat larinya dan kembalinya,
ketika dzikir kepada Allah, Al-kahannas juga berarti tertutup dan tersembunyi, di
antara kalimat yang bermakna itu adalah perkataan Abu Hurairah,
“ Pada suatu jalan Madinah, Nabi bertemu denganku sedangkan pada waktu itu
aku sedang junub, maka aku bersembunyi darinya”
Maka sebenarnya lafadz ِ‫ الْخَّنَبس‬ini adalah menghilang setelah tampak.
54
h. Kata ِ‫ “ فيِ صُدُوز‬ke dalam dada”
Ibu jari menunjuk ke dada, untuk memberitahukan bahwa ‫ صُدُوز‬artinya dada
dan menginformasikan posisi dada pada anak-anak. selain itu, maknanya adalah
bisikan yang dihembuskan syetan itu ke dalam dada manusia.
i. Kata ِ‫“ مِنَ الْجِّنَة‬dari golongan jin”
Ibu jari menunjuk ke belakang, jin disini bermakna syetan dari golongan jin
yang tidak terlihat oleh kasat mata, yang berada dibalik layar kehidupan manusia,
menghembuskan kejahatan yang kadang manusia tidak menyadarinya, bahkan
tidak menyadari keberadaannya.
Dari pembelajaran hafalan terjemah Juz Amma perkata menggunakan komunikasi
verbal secara lisan tanpa menggunakan media, atau bertemu langsung secara face to
face antara komunikator dan komunikan.
Peneliti menemukan bahwa pesan gestural, facial dan postural diterapkan dalam
hafalan Juz Amma perkata. Hal ini
dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang
ditampilkan oleh gambar. Pesan facial terlihat dari gerakan kata ُ‫ أَعُوذ‬dimana kedua
telapak tangan terbuka terlihat seperti orang yang berdo‟a dengan wajah merunduk
memohon perlindungan kepada Allah S.W.T.
55
Peneliti tidak menemukan penerapan paralinguistik pada hafalan Juz Amma,
dimana paralingustik ini mengacu pada aspek-aspek suara selain ucapan yang bisa
dipahami yang menunjukkan emosi dan pikiran komunikator, mengungkapkannya
dengan intonasi, nada suara dan volume suara. Meskipun di PAUD Bait Qur‟any
menggunakan nada suara, volume suara, intensitas dan intonasi dalam menghhafal
Juz Amma, hal ini tidak menunjukan penerapan paralinguistik sebab kata-kata yang
diucapkan memiliki makna yang bisa dipahami.
Selain itu juga tidak ditemukan penerapan olfaksi, sentuhan dan artifaktual dalam
menghafal Juz Amma dengan terjemah perkata. Untuk olfaksi sendiri sengaja tidak
digunakan sebab sulit untuk menyampaikan pesan dengan cara olfaksi dalam hafalan
Juz Amma perkata. Adapun artifaktual tidak dilakukan dikarenakan sangat erat
kaitannya dengan budaya dan peristiwa-peristiwa tertentu saja seperti ketika berduka
memakai pakaian hitam-hitam, dalam hafalan Juz Amma banyak hambatan untuk
menerapkan komunikasi secara arifaktul. Begitupun dengan sentuhan, disini siswa
hanya diajarkan menggerakan anggota badannya sendiri dalam menghafal Juz Amma
tanpa melibatkan temannya.
Adapun dari segi fungsinya komunikasi non verbal dalam menghafal Juz Amma
perkata diantaranya, yaitu fungsi repetisi, dapat dilihat pada gerakan pada kata
ِ‫سوَاس‬
ْ ‫ا ْل َو‬. Subtitusi, yaitu ketika guru hanya menunjukan geraknya saja seperti pada
kata ِ‫فيِ صُدُوز‬, maka siswa akan menjawab di dalam dada. Komplemen disini sama
dengan fasial yaitu menunjukan air muka, terlihat ketika menyebutkan kata َ‫الْيَتِيْم‬.
Aksentuasi menegaskan pesan verbal seperti pada kata َ‫ شَبنِ َئك‬yang berarti orang yang
56
membencimu diucapkan dengan kata yang keras dan ditekan lalu posisi kedua
tanggan ada di pinggang. Kontradiksi tidak diterapakn karena akan menimbulkan
pembelajaran yang salah yaitu gerakan dan artinya tidak sesuai.
3. Tajwid
Dalam membaca/ menghafal Juz Amma ada aturan-aturannya tersendiri seperti
makhrojul huruf atau tajwid, panjang pendeknya bacaan harus diperhatikan agar
bacaan terdengar fasih.
Oleh karena itu guru Bait Qur‟any menggerak-gerakan tangannya untuk hukum
bacaan. Untuk hukum bacaan yang memiliki panjang dua harakat atau satu alif dua
ketukan seperti mad thobi‟I, mad iwad dan lain-lain maka guru menggerakan telunjuk
kanan dari atas ke bawah, sebagai tanda bahwa kata yang dibacanya adalah panjang
dua harakat.Untuk bacaan yang hukumnya ghunnah, guru membuka tangan sebelah
kanan kemudian mengepalkannya seperti sedang menangkap sesuatu.Untuk bacaan
yang berharakat 5-6 maka guru mengayun-ayunkan telapak tangan hingga 5-6 kali.2
Dari pembelajaran tajwid penulisan menemukan penerapan komunikasi verbal
dan non verbal. Komunikasi non verbal terlihat dari gerakan-gerakan tangan sesuai
dengan harakat dan hakum bacaan.
Pada aktivitas ini tidak bisa terlebas dari
komunikasi verbal secara lisan.
2
Nurul Hikmah, MA Kepala Sekolah PAUD Bait Qur‟any (Wawancara Pribadi, Tangerang Rabu,
20 April 2011)
57
B. Hambatan Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam
Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah PAUD Bait Qur‟any Nurul
Hikmah, MA mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemui dalam penerapan
komunikasi verbal dan non verbal, pertama para orang tua dan masyarakat luas
belum mengetahui atau bahkan tidak mengetahui metode ini sebab metode menghafal
Juz Amma dengan kinestetik merupakan metode baru yang dicetuskan oleh Bait
Qur‟any sendiri sehingga para orang tua/ wali murid harus ikut belajar agar
pembelajaran di rumah dan disekolah sama. PAUD bait Qur‟any mengadakan
sekolah ibu yang diadakan satu bulan sekali untuk mengatasi hal tersebut, namum
sayangnya wali murid jarang menghadiri program sekolah ibu.
Kedua, Alumni PGTK atau tenaga pengajar tidak menguasai hafalan Qur‟an
dengan metode kinestetik sehingga pengelola harus mempersiapkan para guru yang
mampu dan mau menghafal dengan kinestetik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan serangkaian penelitian dan menguraikan
pembahasan tentang komunikasi Implementasi Komunikasi verbal dan non
verbal dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any maka penulis
dapat menyimpulkan dengan merujuk pada perumusan masalah secara rinci
simpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Komunikasi verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any
terdapat pada program pengajaran jaritmatika qur’an, terjemah kata
perkata dan tajwid.
2. Hambatan yang ditemui dalam implementasi verbal dan nom verbal di
PAUD Bait Qur’any pada hafalan Juz Amma ada pada orang tua, calon
guru, dan masyarakat seara luas belum mengetahui hafalan Juz Amma
dengan menggunakan dua jenis komunikasi.
B. Saran
Berdasarkan temuan, pembahasan dan kesimpulan penelitian maka
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam memberikan materi kepada murid, hendaknya guru tidak terlalu
memaksakan dan menuntut anak untuk bisa hafal cepat. Hal yang
terpenting anak mendengarkan bacaannya, meskipun anak terlihat tidak
fokus tapi sebenarnya mereka menyerap apa yang ada di sekitar
lingkungannya.
57
58
2. Sebaiknya guru memahami kecenderungan individu dalam hal pola
belajarnya sehingga anak didiknya merasa nyaman ketika belajar.
3. Agar kegiatan peningkatan kualitas terhadap guru melalui pelatihanpelatihan tertentu dapat diintensifkan sehingga para guru dalam
memberikan materi kepada murid tidak jenuh dan merasa senang serta
nyaman ketika belajar.
4. Hendaknya para orang tuapun ikut aktif dalam menjaga hafalan dengan
memberikan laporan perkembangan anak seperti CAS (catatan anak
shaleh), dan memberikan lingkungan yang baik untuk anak.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaluddin dan Fuat Nashorin Suroso. Psikologi Islam, Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Armanda, Frista W. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Lintas Media : Jombang.
Bugin, Burhan. Analisis
Persada, 2006.
Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Rajagrafindo
Cangara, Hafidz. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,
2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1988.
Edarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Rosdakarya,2004.
Efendy Onong U. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosada
Karya, 1981.
Ghony, Djuanaidi. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Prosedur Tehnik dan Teori
Graunded. Surabaya : PT. Bina Ilmu, cet ke 2, 2007.
Habiburrahmanuddin, Nurul, Nurul Hikmah, Home Learning Sebuah Pembelajaran
Dalam Setiap Aktivitas Anak, Tangerang : At-Tafkir Press, 2008.
___________________, Asyik dan Seru Menghafal AlQur’an dengan Gerak dan
Lagu:mulaiusia 0 tahun, Tangerang : At-Tafkir Press, 2008.
Hidayat, Riswanto. Komunikasi Verbal. www. Bahasabicara.com. diakses tanggal 4
April 2011
Hudjana Agus M, Komunikasi. Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal,
Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Mulyana, Deddy. Prinsip-prinsip dasar Pengantar Komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
61
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteriktis, dan Implementasi
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
Nata Abuddin, Hand Out : Konsep Islam Tentang Pendidikan Anak Usia Dini
Motivasi Menghafal Alqur’an Sejak Dini. Jakarta: 2009
Poerwarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka,
1985.
Rahmat Jalaluddin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009,.
Riswanto Hidayat, komunikasi verbal, www. Wordpress,com diakses tanggal 4 April
20011.
Roudhonah, Ilmu Komunkasi, Jakarta : UIN Jakarta Press dan Lembaga Penelitan
UIN, 2007.
Setiawan Denny, Peran Orang Tua Dan Sekolah Dalam Mendidik Anak, www.sdbinatalenta.com/images/pendidikan_keluarga_anak.pdf, diambil pada tanggal
20 Januari 2011.
SIK, Vicky. Urgensi Menghafal Alqur’an, www. Fiqih Islam.com diakses pada 25
maret 2011.
Syafik, Muhammad. Back to al-qur’an : Mozard ternyata tidak membuat Cerdas.
http//:insanpermata.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2010.
Tn.
Pengertian Implementasi,
http//indoskripsi.com.
Artikel
diakses
pada
17
April
2011.
Vardiansyah Dani, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 2004.
Wardi Husni Tanggung, Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Penndidikan Tenaga Pendidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005).
LEMBAR WAWANCARA
Nama
: Nurul Hikmah, MA
Jabatan
: Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any
1. Apa Visi dan Misi Ibu Mendirikan PAUD Bait Qur’any?
2. Bagaimana Sejarah Berdirinya PAUD Bait Qur’any?
3. Apakah dalam proses mengajar menggunakan komunikasi verbal dan non verbal?
4. Dalam bentuk seperti apa komunikasi verbal dilakukan dan komunikasi non
verbal dilakukan?
5. Ibu, mohon dijelaskan bagaimana pembelajaran dengan bercerita, Tanya jawab,
hafalan dengan kinestetik, tajwid dan jaritmatika Qur’an dan kenapa
menggunakan bentuk seperti itu?
6. Bagaimana cara mengajarkan dan membimbing anak-anak menghafal juz amma
dan pola belajar yang digunakan disini?
7. Model komunikasi Di PAUD Bait Qur’any ini seperti apa?
8. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam menerapkan komunikasi verbal dan non
verbal pada proses menghafal Juz Amma?
Responden
Nurul Hikmah
(Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any)
Pewawancara
Wini Mulyano
LEMBAR WAWANCARA
Nama
: Nurul Hikmah, MA
Jabatan
: Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any
1. Apa Visi dan Misi Ibu Mendirikan PAUD Bait Qur’any?
Jawab:
a. Visi
Mencetak generasi Islam yang memiliki kepribadian Islam ,tsaqofah
Islam dan menguasai sains dan tehnologi.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua
2) Melahirkan hafidz al-Qur’an diusia dini
3) Tsaqofah Islam
4) Membentuk generasi Islam yang dapat Menterjemahkan Al-Qur’an kata
perkata sejak dini
5) Membentuk generasi Islam yang Menguasai bahasa Arab Al-Qur’an tingkat
dasar (dhomair dan tashrif lughawih dan istilahi) sebagai modal
mentafsirkan al-Qur’an secara tahlili dan maudhui di MI – At-tafkir dan
istinbat hukum dasar di MI- at-tafkir
6) Membentuk generasi Islam yang mampu berkomunikasi bahasa Arab.
7) Membentuk generasi Islam yang menguasai fiqh anak:Sholat, aurat, muhrim,
tata pergaulan pada orang tua, teman sebaya dan saudara, dan fiqh dakwa.
8) Membentuk generasi Islam yang dapat membedakan baik ( baik menurut
Allah) dan buruk (buruk menurut Allah)
9) Membentuk generasi Islam yang menguasai Sains dalam bingkai tauhid
10) Menngembangkan setiap aspek perkembangan pada diri anak; motorik,
emosi, sosial, kognitif dan keberagamaan
2. Bagaimana Sejarah Berdirinya PAUD Bait Qur’any?
Jawab:
Pada tahun 2005 terbentuk kelompok kecil yang berada di bawah naungan
Majlis Taklim Al-Muhajirin yang mencoba mewadahi ibu-ibu muda dengan
materi pengenalan dan pemahaman Al-Qur’an dan penanaman aqidah. Setelah
berjalan satu tahun pengajian hanya diikuti oleh 6 orang, kemudian ada keinginan
dari beberapa pengurus Majlis Taklim untuk mengembangkan pengajian ibu-ibu
muda tersebut dengan menggunakan manajemen pemberdayaan manusia secara
serius.
Pada akhir tahun 2006 atas dukungan Majlis Taklim, terbentuklah kelompok
pembinaan ibu dan anak dengan model Bait Qurany Pendidikan Berbasis Aqidah
Islam Pra Tamyiz Aula Duljannah. Mengingat perkembangan Bait Qurany di
Aula Duljannah mengalami beberapa hambatan, kemudian dewan pendiri
memisahkan diri dengan Majlis Taklim Al-Muhajirin pada tahun 2006 dan
mendirikan lembaga Pusat Pelatihan Orang Tua dan Anak (PPRA).
Melalui beberapa training Bait Qurany yang diberikan kepada kelompok
ibu Majlis Taklim dan mahasiswi UIN Jakarta, kemudian berdirilah secara resmi
At-Tafkir dan beberapa cabangnya. Setelah itu, terbentuklah ide untuk mendirikan
lembaga pendidikan PAUD yang berbasis Islam tujuannya mengenalkan ajaranajaran Islam pada anak Usia dini. Pada tahun 2008 terbentuklah PAUD Bait
Qur’any yang bertempat di Jl. Ibnu Khaldun II no.2 Komplek Dosen UIN Syarit
Hidayatullah. Seiring berjalannya Waktu Bait Qur’any membuka Cabang,
diantaranya:
a.
PAUD El-Fikr, Ciracas
b.
BQ Saleh Rahmany, Aceh
c.
PAUD Sabiqul Khoirot, Cinanggka
3. Apakah dalam proses mengajar menggunakan komunikasi verbal dan non verbal?
Jawab:
Iya, tentu saja menggunakan dua jenis komunikasi, sebab rasanya sulit untuk
dipisahkan antara komunikasi verbal dan non verbal, keduanya saling
melengkapi. Komunikasi non verbal secara reflek bisa digunakan untuk
melengkapi komunikasi verbal. Adapun di Bait Qur’any sendiri memang ada
aturan bakunya untuk menggunakan komunikasi non verbal seperti dalam
tarjamah alQur’an perkata, semua guru harus menggunakan gerak yang sama
untuk memudahkan anak-anak menyerap materi yang disampaikan.
4. Dalam bentuk seperti apa komunikasi verbal dilakukan dan komunikasi non
verbal dilakukan?
Jawab:
Untuk komunikasi verbal bisa dalam bentuk bercerita, Tanya Jawab, Taqrir dan
hafalan juz amma perkata.
Adapun komunikasi non verbal bisa disampaikan dalam bentuk
hafalan juz
amma perkata dengan kinestetik, Tajwid dan jaritmatika Qur’an.
5. Ibu, mohon dijelaskan bagaimana pembelajaran dengan bercerita, Tanya jawab,
hafalan dengan kinestetik, tajwid dan jaritmatika Qur’an dan kenapa
menggunakan bentuk seperti itu?
Jawab:
Saya mulai dari pembelajaran dengan bercerita, pada umumnya anak-anak
senang sekali mendengarkan cerita, mereka akan sangat fokus dan antusias
mendengarkan cerita dengan seksama sekaligus mereka juga merasa nyaman dan
biasanya dari cerita ini anak-anak bisa meniru, mengidolakan sosok yang mereka
senangi atau bahkan mereka membenci sosok yang dalam cerita itu jahat.
Kami biasanya mengambil cerita itu dari kisah-kisah dalam alQur’an atau
cerita-cerita islami tentang kisah hidup para Nabi dan Rasul, perjalanan para
sahabat dan lain-lain. Supaya anak-anak mengetahui sosok yang harus mereka
idolakan sesuai dengan Islam.
Sebenarnya metode hafalan dengan cara Tanya jawab itu, untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan anak, kemudian juga keberanian anak-anak dan guru,
suasana kelas juga bisa terlihat ramai dan semangat.
Takrir atau mengulang-ngulang, ya… hafalan kan tidak hanya sekali baca
anak-anak langsung hafal satu ayat, sehingga guru memang harus berulang kali
bisa 5 atau sepuluh kali membacakan ayat yang hendak dihafal, anak anak mampu
menghafal ayat yang sedang dihafal. Adapun caranya bisa satu ayat langsung bisa
juga dipeggal perkata atau satu ayat bisa dibagi dua atau tiga bagian.
Kemudian belajar dan menghafal Juz amma dengan kinestetik, ini merupakan
metode dimana dari kata dalam satu surat ini ada gerakannya sendiri sekaligus
untuk menguatkan perkataan secara verbalnya. Nanti bisa dilihat dari bukunya
langsung, yang pasti dari metode ini anak bisa menambah perbendaharaan kata
bahasa arab alQur’an.
Untuk Tajwidnya Untuk hukum bacaan yang memiliki panjang dua
harakat atau satu alif dua ketukan seperti mad thobi’I, mad iwad dan lain-lain
maka guru menggerakan telunjuk kanan bawah ke atas, sebagai tanda bahwa kata
yang dibacanya adalah panjang dua harakat.Untuk bacaan yang hukumnya
gunnah, guru membuka tangan sebelah kanan kemudian mengepalkannya seperti
sedang menangkap sesuatu.Untuk bacaan yang berharakat 5-6 maka guru
mengayun-ayunkan telapak tangan hingga 5-6 kali, seperti perahu yang di laut
yang berayun-ayun dengan gelombang air.
Satu lagi, jaritmatika Qur’an itu adalah menghafal alQur’an sambil
menghitung ayat alQur’an dengan menggunakan buku-buku jari. Setiap jari
memiliki tiga buku jari kecuali ibu jari yang hanya memiliki dua buku.
Ujung ke empat jari yang berkelipatan tiga (3,6,9,12) diberinama pos.
sedangkan ujung ibu jari adalah terminal, dimana terminal ini meruakan tempat
pemberhentian, jumlah seluruh buku-buku jari adalah 14. Sehingga setelah
melewati ujung ibu jari maka perhitungan akan mulai kembali dari awal yaitu dari
kelingking buku jari bagian bawah.
6. Bagaimana cara mengajarkan dan membimbing anak-anak menghafal juz amma
dan pola belajar yang digunkan disini?
Jawab :
Pola belajarnya menggunakan, kinestetik seperti yang saya jelaskan di atas,
visual. Kalau visual lebih dominan pada penglihatan, seperti belajar menonton
video atau flash. dan audio, yaitu pendengaran dengan cara membiasakan anak
untuk mendengarkan ayat-ayat alQur’an secara berkali-kali.
7. Model komunikasi Di PAUD Bait Qur’any ini seperti apa?
Jawab:
Modelnya, ada stimulus respon kemudian disini juga menekankan pada
pelaku individu yang memiliki pengalaman yang sama, lalu bisa bergantian posisi
komunikan dengan komunikator karena komunikasi yang dilakukan adalah
komunikasi dua arah.
8. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam menerapkan komunikasi verbal dan non
verbal pada proses menghafal Juz Amma?
Jawab :
pertama para hafidz belum mengetahui atau bahkan tidak mengetahui metode ini
sebab metode menghafal Juz Amma dengan kinestetik merupakan metode baru
yang dicetuskan oleh Bait Qur’any sendiri sehingga para orang tua/ wali murid
harus ikut belajar agar pembelajaran di rumah dan disekolah sama.
Kedua, Alumni PGTK atau tenaga pengajar tidak menguasai hafalan Qur’an
dengan metode kinestetik sehingga pengelola harus mempersiapkan para guru
yang mampu dan mau menghafal dengan kinestetik.
Responden
Nurul Hikmah
(Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any)
Pewawancara
Wini Mulyani
LEMBAR WAWANCARA
Nama
: Sari Yulianti
Jabatan
: Guru PAUD Putri B Bait Qur’any
1. Ibu , sebelumnya sudah pernah mendengar dan mengetahui komunikasi verbal
dan non verbal ?
2. Apakah dalam proses mengajar menggunakan komunikasi verbal dan non
verbal?
3. Alasannya kenapa bu?
4. Komunikaasi verbal kan ada yang memakai tulisan dan lisan, kalau disini
dalam menghafal Juz Amma memakai tulisan juga?
5. Dalam bentuk seperti apa komunikasi verbal dilakukan khusunya saat belajar
menghafal Juz Amma ?
6. Dalam bentuk seperti apa komunikasi non verbal dilakukan?
7. Bagaimana cara mengajarkan dan membimbing anak-anak menghafal Juz
Amma dan pola belajar yang digunakan disini?
8. Komunikasi yang berlangsung di sini seperti apa?
9. Hambatan apa saja yang dihadapi dalamb mengajarkan komunikasi verbal dan
non verbal pada proses menghafal Juz Amma?
Responden
Sari Yulianti
(Guru PAUD B Puteri Bait Qur’any)
Pewawancara
Wini Mulyani
LEMBAR WAWANCARA
Nama
: Sari Yulianti
Jabatan
: Guru PAUD Putri B Bait Qur’any
1. Ibu, sebelumnya sudah pernah mendengar dan mengetahui komunikasi verbal
dan non verbal ?
Jawab:
Saya tahu, komunikasi verbal itu ya seperti kita berbicara dan non verbal
dengan isyarat atau gerakan tubuh.
2. Apakah dalam proses mengajar menggunakan komunikasi verbal dan non
verbal?
Jawab:
Kalau saya mengajar anak didik saya tentunya memakai kedua-duanya
(komunikasi verbal dan non verbal)
3. Alasannya kenapa bu?
Jawab :
Sebenarnya ketika kita bicarapun tanpa kita sadari kita menggunakan
verbal dan non verbal gerakan seperti anggukan kepala bersamaan dengan
kata iya, reflek saja terjadinya. Alasan saya menggunakan komunikasi verbal
dan non verbal ya..agar anak-anak paham dengan materi yang disampaikan
oleh saya.
Selain
itu,
disini
memang
ada
pembelajaran
yang
diwajibkan
menggunakan gerakan, seperti terjemah perkata dan lain-lain, itu sih sekolah
yang menentukan. Saya kan mengajar anak-anak, pada dasarnya anak-anak
pada usia dini lebih suka meniru apa yang disampaikan guru, sehingga PAUD
Bait Qur’any memilih pola pembelajaran alQur’an yang memudahkan anak
untuk menghafalnya dan mengingatnya yaitu dengan cara komunikasi verbal
tadi. Sekaligus untuk merangsang kognitif anak pada usia golden age ini. Kan
sanyang jika tidak distimulus dengan baik maka masa-masa itu akan terlewati
begitu saja.
4. Komunikaasi verbal kan ada yang memakai tulisan dan lisan, kalau disini
dalam menghafal Juz Amma memakai tulisan juga?
Jawab:
PAUD Bait Qur’any tidak menggunakan komunikasi verbal melalui
tulisan sebab banyak faktor dan hambatan yang membuat kami tidak
menggunakan pola itu diantaranya anak usia dini belum hafal betul huruf
hijaiyyah dan membaca alQur’an dan menulis ayat alQur’an atau kalimat
dalam bahasa Arab. Sehingga anak akan merasa kesulitan dan kami takut
malah nantinya terbebani jika pola komunikasi verbal melalui tulisan
diterapkan dalam hafalan Juz Amma.
5. Dalam bentuk seperti apa komunikasi verbal dilakukan khusunya saat belajar
menghafal Juz Amma ?
Jawab:
Pertama, Bisa dalam bentuk cerita, yaitu cara penyampaian materinya
dilakukan secara lisan atau oral oleh guru di muka kelas. Metode ini cukup
efektif mudah untuk dicerna, karena pada dasarnya anak-anak senang
mendengarkan cerita, biasanya cerita yang disampaikan pada anak berkaitan
dengan surat yang dihafal. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dan
ekspresif saat bercerita.
Kedua, Tanya jawab. Tujuan metode Tanya jawab dan bercakap-cakap
tujuannya untuk mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam
mengungkapkan pendapatnya kepada guru teman sebaya dan orang lain,
memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan,
mengembangkan pola pikir anak dalam bentuk lisan kepada orang lain,
memperbaiki lafal dan ucapan, menambahkan pembendaharaan kosakata
anak,
ingin mengetahui pengetahuan yang dimiliki anak, memberikan
kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dipahami, membangkitkan perhatian dan semangat belajar anak pada saat
suasana kelas lesu, mendorong keberanian anak untuk mengemukakan
pendapatnya dan lain-lain.
Ketiga, Taqrir yaitu mengulang-ngulang, anak-anak biarpun mereka
terlihat tidak memperkatikan namun sebenarnya ia menyerap apa yang ada di
lingkunganya, semakin sering materi hafalan diulang maka akan semakin
melekat dalam ingatan anak-anak.
Keempat, hafalan perkata, sebenarnya pengajaran seperti ini untuk
memudahkan anak dan mengikuti proses belajar menghafal Juz Amma.
6. Dalam bentuk seperti apa komunikasi non verbal dilakukan?
Jawab :
Terjemah alQur’an di PAUD ini memakai gerakan, yang disesuaikan dengan
makna yang terkandung dalam ayat yang dihafal,
Tajwidnya juga memakai gerakan dan yang satu lagi jaritmatika alQur’an.
7. Bagaimana cara mengajarkan dan membimbing anak-anak menghafal Juz
Amma dan pola belajar yang digunakan disini?
Jawab :
Disesuaikan saja, pada dasarnya kan setiap anak memiliki tipe yang berbedabeda dalam hafalan, Jadi di sini kami menggunakan ketiga pola pembelajaran
yaitu visual, auditori dan kinestetik. Ada yang menggunakan pendampingan,
ada juga guru langsung yang mengajari anak-anak.
8. Komunikasi yang berlangsung di sini seperti apa?
Setahu saya, disini komunikasinya dua arah, Ada yang berbicara kemudian
yang lain meresponya seperti pada saat Tanya jawab.
9. Hambatan apa saja yang dihadapi dalamb mengajarkan komunikasi verbal dan
non verbal pada proses menghafal Juz Amma?
Jawab:
Hambatannya ya anak-anak tidak mau mengikuti hafalan karena biasanya
mereka sedang bad mood, atau hanya mengikuti hafalannya saja tanpa
gerakan ya fektornya kebanyakan karena sedang malas. atau jarang masuk
sekolah sehingga tertinggal materinya.
Responden
Sari Yulianti
(Guru PAUD B Puteri Bait Qur’any)
Pewawancara
Wini Mulyani
Download