motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian asi eksklusif di desa

advertisement
MOTIVASI IBU HAMIL DENGAN RENCANA PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI DESA JATIWATES KECAMATAN
TEMBELANG KABUPATEN JOMBANG
DENOK FAIZATUL MILA
NIM. 11002190
Subject: Motivasi, Ibu Hamil, ASI Eksklusif, Semua ibu hamil
DESCRIPTION
Bayi tidak membutuhkan asupan gizi dari sumber manapun kecuali dari
ASI, Air Susu Ibu mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan
akan tetapi masalah yang sering muncul di masyarakat masih banyak ibu yang
berfikiran bayi berusia kurang dari 6 bulan menangis adalah pertanda lapar, ibu
beranggapan ASI yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan bayi akhirnya bayi
yang berumur < dari 6 bulan mulai diberi makanan lain. Tujuan penelitian
motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian ASI Eksklusif di Desa Jatiwates
Kecamatan Tembelang kabupaten Jombang
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional cross
sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi ibu hamil,
variabel dependen dalam penelitian ini adalah rencana pemberian ASI Eksklusif.
Populasinya adalah semua ibu hamil di Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang
Kabupaten Jombang sebanyak 38 orang pada bulan Mei 2014 dengan jumlah
sampel 34 orang. Sampling dalam penelitian ini adalah simple random sampling
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengolahan data melalui tahapan
Editing, Coding, Skoring, dan Tabulating. Analisa data uji mann whitney.
Hasil penelitian di dapatkan hampir setengahnya responden motivasi dalam
pemberian ASI adalah lemah sebanyak 15 orang (44,1%), lebih dari setengah
responden tidak merencanakan pemberian ASI sebanyak 21 orang (61,8%).
Hasil analisa menggunakan uji mann whitney dengan α 0,05 didapatkan
bahwa ρ = 0,000 < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada hubungan
motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara motivasi ibu hamil
dengan rencana pemberian ASI eksklusif, disarankan untuk petugas kesehatan
lebih aktif memberikan konseling dan penyuluhan pada ibu hamil untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada bayi, dengan mengadakan KP ASI
(Kelompok Pendukung ASI).
ABSTRACT
Babies do not need nutrient intake from any source except from breast milk,
it is able to fullfill the nutritional needs to infants for six months but the problems
that often arise in the community are still many mothers assume that think that
infant aged less than 6 months crying are the sign of hunger,the mothers
breastmilk provided is not adequate to infant needs make the infant aged < 6
month givenwith other foods. The purpose of this study is the motivation of
pregnant women with the plan of giving exclusive breastmilk in Tambelang
Jatiwates Jombang.
The kind of this study is correlational with cross-sectional study. The
independent variable in this study is the motivation of pregnant women, the
dependent variable in this study is the plan of giving exclusif breastmilk . Thev
population is all pregnant women in Jatiwates Tambelang Jombang. Amount 38
women on May 2014 with 34 womenas sample . The sampling in this study is
simple random sampling, the instrument used is questionnaire. The data are
processed Editing, Coding, Scoring, and Tabulating . The data analysis use Mann
Whitney test .
The result of this study get almost half of the respondents have the week
motivation of giving breastmilk,amount is women ( 44,1%), more than halft of
respondents do not have the plan of giving breastmilk,amoun 21 women (61,8%).
The results of the data analysis use Mann Withney test with α of 0,05 show
correlation the motivation of pregnant women with the plan of giving exclusive
breastmilk
Based on result of this study show the relationship between the motivation
of pregnant women with plants of exclusive breastmilk it is recommended to the
health workers provide counseling and education more actively to pregnant
mothersin giving exclusive breastmilk to their infants, by holding (the group of
support exclusive breastmilk )
Keywords
: Motivation, Pregnant Women, Exclusive breastmilk
Countributor : 1. Farida Yuliani, SKM., M.KEs
: 2, Nurun Ayati Khasanah, SST
Type matrial : Laporan penlitian
Identivier
: Reseach of Publication
Right
: microsof 2007
Summary
: File of reseach
LATAR BELAKANG
ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI kepada bayi sejak lahir hingga
enam bulan pertama kehidupan tanpa memberi tambahan makanan pendamping
apapun. Bayi tidak membutuhkan asupan gizi dari sumber manapun kecuali dari
ASI, Air Susu Ibu mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan
akan tetapi masalah yang sering muncul di masyarakat masih banyak ibu yang
berfikiran salah apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan menangis adalah
pertanda lapar, ibu beranggapan ASI yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan
bayi akhirnya bayi yang berumur < dari 6 bulan mulai diberi makanan
pendamping misalnya pisang, bahkan diketahui pula bayi yang masih berusia 1
bulan sudah diberikan pisang sebagai makanan tambahan, karena sistem
pencernaan bayi yang belum sempurna makanan yang masuk kedalam tubuh bayi
tidak dapat dicerna dengan baik dan hal ini dapat menghambat pertumbuhn dan
perkembangan bayi (Setyowati, 2012:2)
Hasil survei demografi dan kesehatan 2012 jumlah angka kematian bayi
(AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi
berdasarkan daerah tempat tinggal. SDKI 2012 menemukan bahwa ada 40
kematian bayi di pedesaan per 1.000 kelahiran hidup, yang bila kita bandingkan
dengan angka kematian kota merupakan jumlah yang tinggi, yakni hanya 26
kematian per 1.000 kelahiran anak (Nawawi, 2013). Praktek menyusui di negara
berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun. WHO
merekomendasikan untuk memberi ASI sampai berusia 4 - 6 bulan. Steven Allen
mengatakan bahwa ”ASI bukanlah sekedar makanan tetapi penyelamat
kehidupan”. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 Juta bayi
diseluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif (Intan,
2013).
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia
menunjukkan penurunan dari 61,5% tahun 2010 menjadi 61,1% pada tahun 2011.
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan meningkat dari
33,6% pada tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2011. Masih rendahnya
cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih
terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan, belum
maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI
maupun MP-ASI, ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI serta
belum optimalnya pembinaan kelompok pendukung ibu menyusui (Kemenkes RI,
2013). Di Provinsi Jawa Timur dalam indikator kinerja upaya perbaikan gizi
masyarakat tahun 2010-2014 disebutkan bahwa target cakupan pemberian ASI
secara eksklusif tahun 2011 adalah sebesar 67%. Berdasarkan laporan yang
diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2013 diketahui bahwa
cakupan pemberian ASI secara eksklusif tahun 2013 adalah sebesar 68,3% dari
target sebesar 75% (Dinkes Jatim, 2013). Bayi yang mendapat ASI Eksklusif di
Kabupaten Jombang pada tahun 2007 yaitu baru mencapai 60% sedangkan target
yang di harapkan sampai pada tahun 2010 adalah 80%. Jumlah Ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Jatiwates sampai akhir Februari 2014 tercatat 32 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 1 Maret 2014 10 ibu
yang memiliki bayi usia 6 -12 bulan di dapatkan 7 ibu tidak memberikan ASI
secara eksklusif saat bayi berusia 0-6 bulan dan 3 ibu memberikan ASI secara
eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa
hal, terutama masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan
kesehatan, belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye terkait
pemberian ASI maupun MP-ASI, ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan
MP-ASI serta belum optimalnya pembinaan kelompok pendukung ibu menyusui
dan gencarnya iklan susu formula. Untuk itu dalam rangka mengkampanyekan
dukungan terhadap ibu menyusui, pemerintah Indonesia akan melaksanakan
serangkaian kegiatan Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia Tahun 2013
(Kemenkes RI, 2013).
Upaya pemantauan dan meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang
memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang
utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung pemberian
ASI eksklusif, gencarnya promosi susu formula, dan ibu bekerja. Langkah yang
dapat diambil untuk meningkatkan motivasi dengan cara memberikan informasi
kepada ibu tentang ASI eklusif pada ibu bekerja dini melalui penyuluhan,
konseling di rumah dan posyandu, membagikan leafled dan melatih kader
kesehatan untuk memberikan informasi tentang ASI Eksklusif saat posyandu dan
kegiatan lain
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yaitu analitik yaitu untuk mengkaji hubungan kedua
variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan
dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2009:82). Sedangkan
rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan
(sekali waktu) antara kedua variabel (Hidayat, 2010:56). Dalam penelitian ini
peneliti mengukur hubungan motivasi Ibu dengan pelaksanaan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan. Teknik pengambilan sampel dengan
probability dengan jenis Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan jumlah populasi secara acak Pada penelitian ini sampelnya sampelnya
adalah sebagian ibu hamil yang berkunjung di Desa Jatiwates Kecamatan
Tembelang Kabupaten Jombang sebanyak 34 responden. Variabel dalam
penelitian ini terdiri atas variabel independen yakni adalah motivasi ibu hamil
variabel dependen yakni rencana pemberian ASI Eksklusif Analisis data yang
digunakan adalah uji Mann Whitney
HASIL PENELITIAN
Karateristik Responden Berdasaran Umur hampir setengahnya responden
berusia 20-30 tahun sebanyak 16 orang (47,0%). Karateristik Responden
Berdasarkan Pendidikan lebih dari setengah responden berpendidkian dasar
sebanyak 18 orang (52,9%). Karateristki Responden berdasarkan Pekerjaan lebih
dari setengah responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (52,9%).
Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak lebih dari setengah responden
mempunyai 1 anak sebanyak 19 orang (55,9%). Karateristik Responden
Berdasaran Informasi seluruh responden pernah mendapat informasi tentang ASI
eksklusif sebanyak 34 orang (100,0%). Karateristik Responden Berdasaran
Sumber Informasi lebih dari setengah responden mendapatan sumber informasi
dari Tenaga kesehatan sebanyak 20 orang (58,8%).
Motivasi Ibu Hamil dalam pemberian ASI hampir setengahnya motivasi
responden sebelum pemberian ASI adalah lemah sebanyak 15 orang (44,1%).
Rencana Pemberian ASI lebih dari setengah responden tidak merencanakan
pemberian ASI sebanyak 21 orang (61,8%). Tabulasi Silang antara Motivasi ibu
hamil dengan Rencana Pemberian ASI Eksklusif hampir seluruh dari 15
responden yang mempunyai motivasi lemah,14 (93,3%) diantaranya tidak
merencanakan pemberian ASI eksklusif.
Dapat diketahui bahwa hampir setengahnya motivasi responden lemah
sebanyak 15 orang (44,1%).
Motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri. Motivasi
intrinsik timbul dari keinginan individu sendiri tanpa adanya dorongan dari orang
lain. Misalnya seorang orang tua ingin memberikan pengetahuan pada anak atas
dasar kemauannya sendiri bukan dari pengaruh iklan, televisi atau bujukan dari
orang lain. Motivasi intrinsik mempunyai pola yang berhubungan dengan
kemampuan dan pengendalian diri yang tinggi, merencanakan dan menganalisis
tugas secara realistis, dan percaya dengan usaha yang dilakukannya dalam
meningkatkan kemampuan dan pengendalian diri Motivasi intrinsik merupakan
pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. (Motivasi,
2008).
ASI mengandung semua nutrisi yang di perlukan bayi untuk bertahan hidup
pada 6 bulan ASI memberikan kekebalan pada bayi untuk agar terhindar dari
penyakit. Motivasi ibu dalam memberikan Asi ekslklusif di pengaruhi oleh
banyak faktor dintaranya umur, pekerjaan, pendidkan jumlah anak dan nformasi
tentang ASI Eksklusif.
Dari pernyataan tentang memberikan ASI Eksklusif atas keinginan diri
sediri diketahui bahwa dari 34 responden, 11 setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden menyadari tentang pentingnya ASI secara eksklusif sangat bermanfaat
bagi perkembangan bayi, dan mungkin juga dari faktor informasi responden dapat
menyerap hasil informasi dengan baik tentang manfaat ASI secara eksklusif.
Dari pernyataan tentang memberikan ASI saat bayi menangis saja diketahui
dari 34 responde hanya 11 responden yang setuju dengan pernyaan terdebut. Bayi
disusui nir-jadwal (On Demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis, bukan karena
sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Pemberian ASI eksklusif tidak harus
menunggu bayi menangis, selagi bayi ingin menyusu kewajiban ibu harus
memberikan tanpa harus di jadwal atau menunggu bayi menangis. Rencana
pemberian ASI Eksklusif memang kuat akan tetapi dari kenyataan jawaban
motivasi yang dimiliki lemah hal ini dikarenakan pemberian ASI masih dalam
tahap perencanaan mungkin di sebabkan karena pekerjaan ibu sebagian besar IRT,
pendidikan ibu dasar, dan sulitnya ibu dalam mencerna informasi.
Dari pernyataan tentang memberikan ASI eksklusif karena saya sadar
bermanfaat untuk bayi diketahui bahwa dari 34 responden, 33 responden
diantaranya setuju dengan pernyataan tersebut. Hakekatnya setiap ibu dapat
menyusui bayinya. Keyakinan diri dan berfikir positif akan manfaat ASI bagi
bayi. Keyakinan tersebut harus didasari dengan keinginan yang kuat, pentingnya
informasi ASI eksklusif akan mendorong dan memberikan kesadaran ibu untuk
memberikan ASI eksklusif. Ibu menyadari bahwa pemberian ASI secara eksklusif
akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal. ASI yang
merupakan makanan utama bayi mengandung nilai gizi yang tinggi di banding
makan bayi yang lain
Pertanyaan mengenai susu kaleng lebih baik dari ASI Eksklusif, diketahui
bahwa dari 34 responden, 13 responden setuju dengan pernyataan tersebut.
Gencarnya produk susu formula di televisi membuat ibu banyak terpengaruh,
ditambah lagi pendidikan ibu yang rendah yang menyebabkan responden sulit
untuk menyerap informasi tentang ASI manfaat ASI eklusif. Responden yang
berusia 20-35 tahun yang merupakan usia dewasa berfikir dan membandingkan
ASI eksklusif dengan susu formula yang kandungan nya lebih bisa dibaca secara
riil pada label dibanding dengan ASI eksklusif.
Pada pernyataan walaupun sibuk tetap memberikan ASI secara eksklsif.
Diketahui responden menjawab sebanyak 13 orang yang setuju dengan pernyataan
tersebut hal ini di mungkinkan responden yang bekerja berfikir ASI eksklusif
kurang efisien dan mengganggu pekerjaan. Di samping itu karena tuntutan
pekerjaan waktu ibu untuk menyusui sangat terbatas.
Dari pernyataan terntang memberikan ASI agar bayi cerdas diketahui
bahwa dari 34 responden, sebanyak 33 responden menjawab setuju dengan
pernyataan tersebut, hal ini semua responden menginginkan anak yang dilahirkan
bisa tumbuh sehat dan cerdas walau pemberian ASI masih dalam tahap
perencanaan, ASI yang mengandung laktoferin, asam linoleat yang tinggi dapat
membentu perkembangan otak bayi sehingga bayi dapat tumbuh cerdas.
Dari pernyataan mengenai memberikan bubur bayi sebagai pengganti ASI
eksklusif, di ketahui sebanyak 13 responden setuju dengan pernyataan tersebut,
dalam perencanaan pemberian ASI responden masih mengganggap jika hanya di
beri ASI makanan yang di konsumsi bayi masih kurang, jadi harus di beri
makanan tambahan seperti bubur bayi dan makanan bayi lainya.
Pernyataan walaupun saya sibuk tetap menyempatkan untuk menyusui bayi
saya, dari penyataan tersebut di dapatkan hanya 16 respnden menyatakan setuju,
dalam hal ini hanya ibu yang menyerap informasi dengan baik yang dapat
memahami pentingnya ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Juga menyadari bahnwa ASI merupakan makan pokok untuk bayi, kesadaran ibu
tersebut karana ibu selurunya pernah mendapat penyuluhan tentang ASI
Eksklusif.
Dari Penyataan tentang menyusui ASI ekskusif membuat payudara kendur.
Didapatkan bahwa dari 34 responden 14 responden diantaranya setuju dengan
pernyataan tesebut. Responden beranggapan dengan meyusui kontruksi payudara
tidak akan kembali seperti semula, responden yang lebih mementingka bodi
image dan kurang memahami manfaat pemberian ASI mereka lebih cenderung
terpengaruh hal-hal negatif yang berhubungan dengan proses menyusui.
Dari pertanyaan tentang memberikan ASI eksklusif setelah mendapatkan
penyuluhan dari tenaga kesehatan, pada pertayaan tersebut diketahui bahwa dari
34 responden 33 responden diantaranya setuju dengan pernyataan tersebut.
Penyuluhan merupakan cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku seseorang
karena dari proses responden akan dapat bertanya secara langsung pada
narasumber yang tepat tentang ASI Eksklusif.
Pada motivasi terdesak pertanyaan nomer 11 tentang saya memberikan ASI
eksklusif setelah membaca koran atau majalah. Dari 34 responden didapatkan 14
Responden setuju dengan pernyataan tersebut, koran atau majalah merupakan
media cetak yang dapat memberikan informasi tentang ASI eksklusif. Ibu yang
gemar membaca dapat mencari solusi tentang cara menyusui dari berbagai nara
sumber melalui media cetak. Dengan membaca ibu biasa menerapkan cara
pemberian ASI eksklusif dengan tepat
Dari pernyataan tentang bayi yang menyusu eksklusif jika masih menangis
perlu membutuhkan makanan tambahan, dari pernyataan ini diketahui bahwa dari
34 responden didapatkan bahwa 15 responden setuju dengan pernyataan tersebut,
makan tambahan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan
makanan tambahan bisa mengurangi proses menyusui dan makanan tambahan
juga dapat mempengaruhi kondisi pencernaan bayi yang dapat menyebabkan
diare, di samping itu ibu juga belum memahami proses pemberian ASI eksklusif
secara penuh, bahnwa pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja
tanpa makanan tambahan.
Dengan pertanyaan tentang memberikan ASI eksklusif atas dorongan dari
suami. Dari pernyataan tersebut responden dari 34 resonden di dapatkan sebanyak
12 responden setuju dengan pernyataan tersebut. Dibutuhkan dukungan pada
proses pemberian ASI dari orang-orang terdekat (suami) sebab dukungan moril
dapat membengkitkan motivasi ibu dalam pemberian ASI secara eksklusif
Pada pernyataan memberikan ASI eksklusif atas dorongan dari kader
posyandu. Pada pertanyaan tersebut diketahui responden 12 setuju dengan
peryataan tersebut. Penyampaian informasi oleh kader kesehatan biasanya
dilakukan di posyandu, akan tetapi responden kurang merespon hal tersebut,
karena sudah pernah mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan
Dari pernyataan tentang memberikan ASI eksklusif karena mendapat pujian
dari suami. Dari 34 responden Diketahui bahwa hanya 12 responden yang
menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut, menyusui adalah kebanggaan
tersendiri bagi seorang ibu merupakan hal yang wajar jika orang terdekat seperti
suami, mertua memberikan sanjungan pada ibu yang dedang menyusui.
Dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden tidak merencanakan
pemberian ASI sebanyak 21 orang (61,8%).
Menurut WHO ASI Eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi anda
tidak memberikan tambahan dalam bentuk apapun dari usia 0-6 bulan Waktu yang
di rekomendasikan WHO untuk memberikan ASI Ekskludif bukan tanpa alasan
dalam kajian WHO melakukan penelitian sebanyak 300 kali menunjukn bahwa
ASI mengandung semua nutrisi yang di perlukan bayi untuk bertahan hidup pada
6 bulan pertama, mulai hormon antibodi faktor kekebalan, hingga anti oksidan
berdasarkan hal tersebut WHO kemusian mengubah ketentuan yang semuala 4
bulan menjadi 6 bulan (Riksani, 2012: 48).
ASI eksklusif sangat dibutuhkan oleh bayi sebagai sumber kehidupan
banyak faktor yang mempengaruhi rencana pemberian ASI secara eksklusi hal ini
disebabkan oleh umur ibu yang masih terlalu muda, pekerjaan ibu, gaya hidup,
serta informasi tentang manfaat ASI eksklusif, selain itu gencarnya produk susu
formula, sehingga ibu lebih percaya bahwa susu formula memiliki nilai gizi yang
tinggi daripada ASI Eksklusif.
Rencana pemberian ASI eksklusif di pengaruhi oleh umur, hal ini dapat di
tunjukkan bahwa hampir setengahnya responden berusia 20-35 tahun sebanyak 16
orang (47,0%)
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa
(Nursalam, 2012).
Usia 20-35 merupakan usia dewasa, ibu yang memiliki usia dewasa
cenderung memiliki rencana yang baik dalam proses menyusui. Ibu akan
membuat berbagai pertimbangan bagaimana caranya agar bayi dapat menyusu
secara eksklusif.
Rencana pemberian ASI secara eksklusif di pengaruhi oleh pendidikan, hal
ini dapat ditunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpendidikan dasar
sebanyak 18 orang (52,9%).
Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi
yang disampaikan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan diperoleh melalui proses
belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan
kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang diselenggarakan
sewaktu-waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan atau ketrampilan
khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan tersebut
memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula
pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif yang dimiliki (Tarmudji, 2010)
Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan suatu proses mengubah
kepribadian, sikap, dan pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola kebudayaan
dalam memberikan ASI secara Eksklusif tanpa tambahan bahan makanan apapun.
Berpedoman pada tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin meningkatnya
pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk, maka semakin membantu
kemudahan dalam pembinaan akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada
bayi sehingga dapat membantu rencana ibu dalam pemberian ASI secara
eksklusif.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan lebih dari setengah
responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (52,9%)
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu
yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 2010).
Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk
memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga
berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya. Akan
tetapi, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu adalah ibu rumah tangga,
dimana ibu seharusnya mempunyai banyak waktu, akan tetapi ibu masih percaya
dan mematuhi peraturan dari orang tua/mertua untuk memberikan susu formula.
Karena susu formula lebih baik daripada ASI.
Dapat dietahui bahwa lebih dari setengah responden mempunyai 1 anak
sebanyak 19 orang (55,9%).
Seorang ibu yang secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanyalah
merupakan beban saja bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk
ukuran tubuhnya, tidak akan dapat menyusui anaknya dengan baik. Perasaan
tersebut mempunyai pengaruh negatif terhadap produksi susu (Kristina, 2007).
Pengalaman adalah pelajaran yang berharga. Jika ibu mempunyai
pengalaman pada anak pertama memberikan ASI secara eksklusif tidak menutup
kemungakinan ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anak berikutnya.
Dapat diketahui bahwa lebih dari setengah informasi tentang ASI ekslusif
diperoleh dari Tenaga Kesehatan sebanyak 20 orang (58,8%).
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Informasi yang
baik diperoleh dari narasumber yang tepat informasi tentang kesehatan dapat
diperoleh melalui bidan, perawat, dokter, kader kesehatan, serta dari tenaga
penyuluh (Intan, 2014).
Dengan informasi melalui konseling atau penyuluhan dapat merubah
perilaku seseorang dengan informasi yang tepat membuat ibu dapat menyusun
rencana pemberian ASI sebaik mungkin. Akan tetapi fenomena ini sangat sulit
untuk dipraktekkan, karena banyak para ibu walaupun sudah mendapatkan
informasi tentang ASI eksklusif dari bidan banyak ibu yang tetap memberikan
susu formula pada bayinya.
Dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang mempunyai motivasi lemah,
14 (93,3%) diantaranya tidak merencanakan pemberian ASI eksklusif. Hasil
analisa menggunakan uji mann whitney dengan α 0,05 didapatkan bahwa ρ =
0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan motivasi ibu hamil dengan rencana
pemberian ASI Eksklusif di Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang kabupaten
Jombang
Selama laktasi, terjadi peningkatan kebutuhan energi, protein, mineral, dan
vitamin maternal. Peningkatan ini memulihkan kehilangan energi yang dialami
ibu dalam memproduksi susu, menyediakan cukup nutrient bagi bayi, dan
melindungi cadangan ibu sendiri. Diet yang seimbang mengandung 500 kalori
ekstra per hari (per bayi) untuk ibu dan bayi. Karena jumlah kalori sebesar ini
tidak cukup untuk mengompensasi kehilangan energi akibat produksi susu, ibu
akan mengalami penurunan berat badan secara bertahap, karena lemak yang
disimpan selama hamil dipakai (Jensen, 2008)
Dengan ASI dapat menyebabkan bayi tidak mudah sakit dan memiliki berat
badan yang ideal. Sebaliknya ibu yang mempunyai motivasi lemah menyebaban
ibu cenderung untuk memberikan susu formula pada bayi karena adanya
anggapan bahwa susu formula mempunyai nilai gizi yang terbaik untuk bayi.
Motivasi ubu yang lemah dikarena kan ibu bejkerja, pendidikan ibu yang rendah,
aggapan ibu 8 tentang susu formula lebih bai dari ASI.
SIMPULAN
1. Motivasi ibu hamil lemah sebanyak 15 orang (44,1%).
2. Ibu hamil tidak merencanakan pemberian ASI sebanyak 21 orang (61,8%).
3. Ada hubungan motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian ASI eksklusif di
Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang kabupaten Jombang
REKOMENDASI
1. Bagi Institusi pendidikan
Lebih memperbanyak literatur tentang ASI ekslusif, serta mengajarkan
mahasiswa dalam memberikan konseling dimasyarakat
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti lain mengembangkan penelitian ini seperti mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI
3. Bagi Tenaga Kesehatan (bidan)
Tenaga kesehatan lebih aktif memberikan konseling dan penyuluhan pada ibu
hamil untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi misalnya cara
menyimpan ASI dan cara memerah ASI
4. Bagi Ibu
Ibu hamil untuk lebih banyak menggali informasi tentang ASI dari berbagai
media dan lebih aktif dalam kegiatan KP ASI (Kelompok Pendukung ASI).
Alamat Korespondensi
Telp
: 081217350114)
Email
: [email protected]
Alamat
: Cakru Kencong Jember
Download