6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pentingnya belajar IPA. Menurut Stephert dan Ragan ( dalam Catharina Tri Anni, 2004 : 3 ), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang disadari dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses. Menurut Darsono ( 2009 : 2-4 ), belajar memiliki ciri : (1) perubahan terjadi secara wajar. (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Gagne ( dalam Din Wahyudin, dkk, 2006 : 3.31 ), berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari yang sederhana ke yang kompleks. Oleh sebab itu proses belajar selalu bertahap mulai dari belajar melalui tanda ( signal ), kemudian melalui rangsanganreaksi (stimulus respons), belajar berangkai ( chaining ), belajar secara verbal, belajar membedakan ( discrimination ), belajar konsep, sampai kepada cara belajar prinsip dan belajar untuk pemecahan masalah. Hasil berupa kapabilitas, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun ketrampilan tertentu. Keaktifan dalambelajar adalah aktif dalam mendengarkan, memperhatikan, mencatat, menanyakan, membaca, berlatih, menyelesaikan tugas serta dapat memecahkan masalah yang bersangkutan dengan masalah pendidikan. 2.1.1.2 Hasil Belajar Menurut Usman, ( 2001 : 5 ) “Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya “, 6 7 Dalam pengertian ini ada kata perubahan yang berarti bahwa seseorang telah mengalami proses belajar, ia akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuaanya, ketrampilannya, maupun pada aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bias menjadi bias, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Oleh karena itu keberhasilan belajar diantaranya ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi pada tingkah laku diri individu yang belajar. Menurut Hamalik ( 2001 : 30 ) “Tingkah laku manusia terdari dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP Nomer 19 Tahun 2005 tentang Pendidikan Nasional bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1). Penilaian hasil belajar oleh pendidik. 2). Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan. 3). Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. 2.1.1.3 Fungsi Penilaian Hasil Belajar Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut : 1). Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas. 2). Umpan balik dalam menentukan kenaikan kelas. 3). Meningkatkan motivasi belajar siswa. 4). Evaluasi diri terhadap kinerja siswa. 2.1.2 Metode Diskusi 2.1.2.1 Pengertian Metode Diskusi Metode merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran. Peran metode sangat penting karena penerapan metode yang kurang tepat di dalam proses pembelajaran akan mengaburkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Begitu besar dan pentingnya metode , maka harus tepat di dalam penggunaan metode dan penerapannya harus dikuasai dengan baik agar kegiatan pembelajaran berlangsung baik. 8 Metode adalah merupakan cara atau tehnik yang digunakan dalam melakukan interaksi dengan siswa, pada saat proses pembelajaran berlangsung. Diskusi adalah melakukan suatu pembahasan secara kelompok yang bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah sebuah pemahaman dalam pembelajaran. Metode diskusi artinya cara/tehnik yang dilakukan dalam interaksi dengan siswa yang tergabung pada saat proses pembelajaran melalui kelompok untuk mencari kebenaran. Penggunaan metode diskusi sebenarnya bukan saja sebagai salah satu cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik yang bersifat problematis, tetapi juga melatih siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan ketrampilan berkomunikasi dan membentuk kompetensi-kompetensi social yang dibutuhkan. Metode diskusi bertujuan : 1). Melatih dan membentuk kesetabilan social-emosional. 2). Melatih peserta didik mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan bahasa. 3). Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif. 4). Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam mengemukakan pendapat. 5). Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversional. 6). Melatih siswa berani berpendapat tentang suatu masalah. 2.1.2.2 Keunggulan metode diskusi adalah : (1) Suasana kelas lebih hidup. (2) Meningkatkan daya pikir dan kepribadian siswa ( toleransi, demokrasi, berpikir kritis, dan sistematis secara obyektif ). (3) Dapat membantu siswa berkelompok membuktikan secara ilmiah terhadap ilmu yang dipelajari. Hasil penelitian tentang penggunaan metode diskusi kelompok oleh Lorge,Fox, Davitz, dan Brenner (Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut. a. Mengenai soal-soal yang berisiko, keputusan kelompok lebih radikal dari pada keputusan perorangan. 9 b. Kalau ada berbagai pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka pemecahan kelompok lebih tepat daripada pemecahan perorangan; tetapi tidak selalu demikian kalau soalnya biasa-biasa saja. c. Kalau bahan persoalan bukan materi baru, dan anggota-anggota kelompok mempunyai keterampilan dalam memecahkan soal-soal sejenis, pemecahan kelompok lebih baik dari pemecahan oleh anggota masing-masing, tetapi kadang-kadang pemcahan anggota yang paling cerdas lebih baik lagi. d. Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap pendekatan yang tidak masuk akal. (Konklusi ini tidak berlaku untuk "brain storming"). e. Yang memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok, ialah siswa-siswa yang lemah dalam pemecahan soal. f. Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan memecahkan sebuah soal, kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secara individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu. g. Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota saling percaya dan bekerjasama dengan baik, maka kelompok dapat bekerja lebih cepat daripada kerja perorangan. h. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota-anggota kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama secara harmonis, dan orang luar bergabung dengan kelompok, hal itu mempunyai pengaruh positif; kalau kerja sama itu tidak harmonis, maka kehadiran itu merusak, jika dia hanya bertindak sebagai pendengar saja. i. Dengan metode diskusi perubahan sikap dapat dicapai dengan lebih baik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap yang diharapkan. Metode diskusi juga paling baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasi atau perubahan. j. Kalau dipakai struktur pembahasan yang cocok dengan tugas, dan cukup waktu untuk meninjau persoalan dari segala segi, serta jika anggota-anggota tidak saling mengevaluasi, maka diskusi kelompok terbukti lebih kreatif daripada belajar perorangan. (Kondisi-kondisi ini terdapat pada "brain storming") 10 Bertolak dari hasil-hasil penelitian tersebut di atas menyokong asumsi bahwa keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah (Gall dan Gall, dalam Depdikbud, 1983:28). Pembentukkan dan modifikasi sikap merupakan tujuan diskusi yang berorientasi pada isu yang sedang berkembang. Diskusi yang bertujuan membentuk atau memodifikasi sikap ini, dimulai dengan guru mengajukan permasalahan atau sejumlah peristiwa yang menggambarkan isu yang ada dalam masyarakat (seperti: kolusi dalam suatu lembaga, pelecehan seksual, gerakan disiplin nasional, penggusuran, dan lain sebagainya). Guru atau pimpinan kelompok selanjutnya meminta pandangan dari anggota kelompok untuk menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah isu tersebut. Komentar-komentar terhadap masalah atau jawaban masalah dapat diberikan anggota kelompok maupun pimpinan kelompok. Selama diskusi berlangsung, pemimpin diskusi mencoba memperoleh penajaman dan klarifikasi yang lebih baik tentang isu tersebut dengan memperkenalkan contoh-contoh yang berbeda, dan menggerakkan para anggota diskusi mengajukan pernyataan-pernyataannya. 2..1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi 2.1.2.3.1 Kelebihan Metode Diskusi : 1) Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, misalnya : dalam pertukaran pendapat siswa berperan sebagai peserta diskusi, berperan sebagai pemimpin diskuai, dan sebagai perumus hasil diskusi. 2) Melatih siswa untuk mengutarakan pendapatnya secara runtut dengan menggunakan bahasa baku, sekaligus melatih siswa menghargai pendapat teman dengan kesadaran bahwa diskusi adalah pengkajian kebenaran dan adanya perbedaan sudut pandang adalah suatu kewajaran. 3) Diskusi memberi kesempatan perluasan informasi, bahkan penambahan informasi baru bagi pesertanya. 4) Diskusi memberi kesempatan kerja sama, siswa yang cenderung cerdas dapat membantu siswa yang cenderung lambat belajarnya. 11 5) Diskusi melatih siwa untuk berpikir mandiri dan sekaligus meningkatkan taraf kepercayaan dirinya. 6) Situasi pembelajaran dengan berdiskusi melatih siswa untuk hidup secara demokratis di masyarakatnya. 7) Situasi diskusi memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal diri sendiri, mencari kemungkinan – kemungkinan yang terbaik dalam pemecahan masalahnya, mengembangkan pendapat – pendapatnya, meyakini nilai – nilai hidup tertentu, dan sekaligus meningkatkan ketrampilan siswa dalam membuat keputusan – keputusan hidupnya. 8) Situasi diskusi memberikan keleluasaan guru untuk membimbing belajar siswa (secara bervarias ) misalnya : memandu perumusan masalah yang didiskusikan, menyiapkan sumber belajar, pengelompokan anggota diskusi, pembinaan teknis berdiskusi, dan guru dapat mengambil jarak dengan kegiatan siswa dalam rangka mengamati diskusi siswa secara evaluative ( membuat penilaian proses ). 2.1.2.3.2 Kelemahan Metode Diskusi : 1) Dalam situasi diskusi sulit menjamin tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam waktu yang telah direncanakan pula, situasi dapat berkembang bertele – tele, penuh perbedaan pendapat, bahkan jika koordinasi dan kepemimpinan diskusi tersebut lemah atau jelek situasinya dapat berkembang menjadi penuh konflik yang menyesatkan pencapaian tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan diskusi ini akan membawa hasil sebagaimana diharapkan jika para peserta diskusi menguasai kemampuan yang memadai untuk diskusi. 3) Selain penguasaan bahan diskusi, peserta diskusi juga harus menguasai ketrampilan teknis dalam diskusi, hal ini perlu dipelajari peserta diskusi sebelum diadakan situasi diskusi. 4) Proses serta hasil diskusi akan kurang memadai, jika pemimpin diskusi kurang mendorong setiap peserta bebas berpendapat dan kurang terbuka untuk menerima kebenaran yang diajukan peserta lain. 12 5) Dalam situasi diskusi dapat terjadi gejala tingkah laku peserta yang dominative dipihak lain, dan dapat terjadi ada peserta yang hanya sebagai penonton saja. Dan ada pula peserta yang perhatiannya pindah objek – objek lain di luar tema diskusi. 6) Kegiatan diskusi membutuhkan fasilitas tertentu, misalnya : banyak ruangan untuk masing – masing kelompok diskusi, mebeler yang memadai serta dapat diatur secara luwes, dukungan sumber yang relevan serta jumlahnya mencukupi kebutuhan dan kondisi yang nyaman untuk berdiskusi. 2.1.2.4 Langkah-Langkah Metode Diskusi : Pembelajaran dengan metode diskusi Menurut Davies (1984:237-2390) dapat ditempuh dengan langkah-langkah kegiatan : 1. Tahap Persiapan a. Merumuskan tujuan pembelajaran b. Menyiapkan bahan diskusi c. Menyiapkan fasilitas diskusi 2. Tahap pelaksanaan a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan. c. Menjelaskan prosedur diskusi. d. Mengatur kelompok-kelompok diskusi e. Melaksanakan diskusi. f. Membimbing pelaksanaan diskusi 3. Tahap penutup a. Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil. b. Memberikan umpan balik. c. Menyimpulkan hasil diskusi. 2.1.2.5 Hubungan Metode Diskusi Dengan Hasil Belajar Melalui penerapan diskusi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Penawangan kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2012 / 2013. 13 2.2 Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan Metode diskusi sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah: Rahmah (2008), dalam penulisan skripsinya telah melakukan penelitian yang berjudul “ Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Metode Pengelompokan Diskusi Dengan STAD Di Kelas V SDN 1 Kalisoro Kabupaten Karanganyar “Pemilihan judul ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman bahwa kemampuan siswa kelas V SDN 1 Kalisoro dalam belajar IPA hasil yang dicapai relative rendah. Suripto (2009), dalam penulisan skripsinya telah melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Pendekatan Metode Diskusi Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA siswa Kelas V SDN 1 Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009 / 2010 “Pemilihan judul ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman bahwa kemampuan siswa kelas V SDN 1 Gagaksipat dalam belajar IPA hasil yang dicapai rendah. Dari hasil ke dua penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar yang ingin dicapai. Oleh karena itu disarankan agar guru selalu menggunakan metode diskusi pada setiap pembelajaran. 2.3 Kerangka Pikir Metode diskusi bila diterapkan dalam pembelajaran IPA dengan materi organ tubuh manusia dan hewan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena dengan penggunaan metode diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siwa dalam pembelajaran. Dengan metode diskusi ini maka suasana kelas lebih hidup, dapat melatih siswa berpikir kritis dan sistematis, melatih siswa mengemukakan pendapatnya secara demokratis, dan membantu siswa berkelompok serta bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, sehingga hasil belajar IPA dapat meningkat. 14 2.4 Hipotesis Tindakan Diduga dengan penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V SD Negeri 2 Penawangan kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan semester 1 Tahun pelajaran 2012 / 2013.