RKPD Pemerintah Kabupaten Banyuwangi 2016

advertisement
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan ............................................................... 2
1.3 Hubungan antar Dokumen ................................................................ 4
1.4 Sistematika Dokumen RKPD ............................................................. 6
1.5 Maksud dan Tujuan .......................................................................... 8
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN
LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah ..................................................... 9
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun
Berjalan dan Realisasi RPJMD.......................................................... 98
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah ............................................... 99
2.3.1 Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas
dan Sasaran Pembangunan Daerah ......................................... 99
2.3.2 Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan
Pemerintah Daerah .................................................................. 101
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ....................................................... 126
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan
Perkiraan Tahun 2015 ................................................................. 135
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Tahun 2015 dan 2016 ................................................................. 145
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi .............. 150
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan ............. 150
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah ............................................. 155
3.2.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ................................... 156
3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah ........................................... 157
3.2.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ................................... 162
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan .................................................. 166
4.1.1 Prioritas Pembangunan Nasional ........................................... 169
4.1.2 Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Timur ......................... 175
4.1.3 Prioritas Pembangunan Kabupaten Banyuwangi ................... 178
4.2 Prioritas dan Pembangunan............................................................... 192
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
PRIORITAS DAERAH
5.1 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah ............................. .214
BAB VI PENUTUP
6.1 Penutup.............................................................................................. .215
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu)
tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah, dan
memuat tentang: 1) rancangan kerangka ekonomi daerah; 2) program
prioritas pembangunan daerah; dan 3) rencana kerja, pendanaan dan
prakiraan maju. RKPD Kabupaten Banyuwangi merupakan dokumen
perencanaan
yang
akan
dijadikan
pedoman
penyusunan
APBD
Kabupaten Banyuwangi.
Penyusunan
Kabupaten
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Banyuwangi
Tahun
2016
didasari
oleh
hasil
kinerja
pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, permasalahan
pembangunan yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan dengan
memperhatikan arah kebijakan pembangunan nasional dan kebijakan
pembangunan
Provinsi Jawa Timur, selanjutnya ditetapkan prioritas
pembangunan sebagai milestone pembangunan pada tahun 2016. Proses
penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016 juga menggunakan
pendekatan teknokratis, politik, top-down, dan bottom-up agar rencana
kerja yang tersusun dapat menjawab harapan seluruh pemangku
kepentingan.
Dalam rangka peningkatan konsistensi capaian pembangunan dan
rencana pembangunan, RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025, disebabkan RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah habis masa berlakunya. Hal ini
didasarkan pada Perda Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025. Hal ini
mengacu pada surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/1854/SJ
tanggal 14 April 2015 Perihal Skala Prioritas RKPD Tahun 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
1
RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 merupakan salah satu
sub sistem dalam sistem perencanaan pembangunan nasional sehingga
RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 disusun untuk menjabarkan
amanat arah pembangunan yang mengacu pada dokumen strategis
provinsi dan nasional, juga memperhatikan RKPD Provinsi Jawa Timur
dan RKP Nasional. Keselarasan dengan Renstra dan Renja SKPD
menjadi prioritas agar RKPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 dapat
dijadikan acuan penyusunan RAPBD.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Penyusunan
Rencana
Kerja
Pembangunan
Daerah
(RKPD)
mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
3. Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
5. Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 –2025;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
2
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah ;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Pemerintah Daerah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
16. Peraturan
Pemerintah
Nomor
7
Tahun
2008
tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta kedudukan Keuangan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi ;
18. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 ;
19. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2006 ;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang terakhir kali
dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 13 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
3
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan
Peraturan
Kepala
Daerah
tentang
Penjabaran
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi ;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2016 ;
26. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011
tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi ;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025;
1.3
Hubungan antar Dokumen
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) memiliki hubungan
yang saling terikat dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional
maupun Provinsi Jawa Timur. Dokumen perencanaan pembangunan
nasional terdiri dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional yang dijabarkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional, selanjutnya dijabarkan menjadi Rencana Kerja
Pembangunan Nasional. Kemudian, pada tingkat Provinsi dari dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang dijabarkan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
4
menjadi
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
dan
dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Dijelaskan
seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1. 1
Keterkaitan RKPD Kabupaten Banyuwangi dengan Dokumen
Perencanaan Lainnya
RPJP
NAS/PROV&RTR NAS
RPJM
NAS/PROV&RTR
NAS
RKP NAS/PROV
PUSAT/PROV
acuan
memperhatikan
P
RPJPD
J
P
RKPD Kabupaten
Banyuwangi 2016
RAPBD
APBD
RKA SKPD
RINCIAN
APBD
P
acuan
RT/RW
KABUPATEN
diacu
RENSTRA
SKPD
P
RENJA SKPD
UU No.25/04
SPPN
P
UU No.17/03 KN
KET: P=PEDOMAN, J=DIJABARKAN
Dokumen perencanaan pembangunan Nasional dan Provinsi
tersebut diacu oleh dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi.
Penyusunan dokumen perencanaan Kabupaten Banyuwangi dijabarkan
dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
dijabarkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Daerah. Akan
tetapi pada tahun 2016 dikarenakan masa berlaku RPJMD Kabupaten
Banyuwangi tahun 2010-2015 telah habis masa berlakunya maka RKPD
Kabupaten
Banyuwangi tahun 2016
akan
mengacu pada
RPJP
Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
5
Rencana
Kerja
Pembangunan
Daerah
(RKPD)
Kabupaten
Banyuwangi akan diuraikan lebih terfokus setiap SKPD pada dokumen
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA SKPD).
Dokumen
RENJA
SKPD
nantinya
dapat
dijadikan
acuan
untuk
penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 menjadi acuan pemerintah daerah
dalam menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran. Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan
sebagai pedoman dalam proses
penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Banyuwangi Tahun
Anggaran 2016. RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 juga menjadi
acuan
bagi
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
dalam
penyempurnaan Rencana Kerja (Renja) SKPD Tahun 2016. Penyusunan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan upaya
pemerintah untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang
sinergis antara perencanaan pembangunan Kabupaten Banyuwangi
dengan Provinsi Jawa Timur dan yang terakhir adalah dengan
perencanaan pembangunan nasional.
1.4
Sistematika Dokumen RKPD
Rencana
Kerja
Pembangunan
Daerah
(RKPD)
Kabupaten
Banyuwangi tahun 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini, berisi penjelasan latar belakang, dasar hukum
penyusunan, hubungan RKPD dengan dokumen-dokumen
perencanaan lainnya, sistematika dokumen RKPD, serta
maksud
dan
tujuan
penyusunan
RKPD
Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
6
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015
DAN
CAPAIAN
KINERJA
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
Bab ini, berisi gambaran umum tentang kondisi daerah,
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai
tahun
2015
dan
realisasi
RPJMD,
serta
identifikasi
permasalahan pembangunan daerah berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun 2015.
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Bab ini, menjelaskan arah kebijakan ekonomi daerah dan
arah kebijakan keuangan daerah, yang meliputi arah
kebijakan
pendapatan
daerah,
belanja
daerah,
dan
pembiayaan daerah.
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini, menjelaskan tentang hubungan visi, misi, tujuan,
dan sasaran pembangunan berdasarkan dokumen RPJMD,
serta prioritas pembangunan daerah tahun 2016.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS
DAERAH
Bab ini, berisi rincian rencana program dan kegiatan prioritas
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016, yang disajikan per
urusan untuk setiap SKPD.
BAB VI PENUTUP
Bab ini, berisi tentang hal-hal pokok yang terdapat pada
keseluruhan dokumen RKPD sebagai pedoman semua pihak
untuk memahami serta memfungsikan RKPD sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
7
1.5
Maksud dan Tujuan
Penyusunan
Kabupaten
Rencana
Banyuwangi
perencanaan
Kerja
tahun
pembangunan
Pembangunan
2016
bagi
disusun
seluruh
Daerah
sebagai
pemangku
(RKPD)
pedoman
kepentingan
(stakeholders) yaitu pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat
untuk jangka (1) tahun.
1. Maksud
penyusunan Rencana
Kerja
Pembangunan
Daerah
(RKPD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016
a. Mewujudkan sinergitas, sinkronisisi dan integrasi pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya dan
anggaran dalam pembangunan daerah.
c. Memberikan arah dan menyatukan tujuan kegiatan bagi
seluruh pemangku kepentingan pembangunan Kabupaten
Banyuwangi dan SKPD dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Kabupaten Banyuwangi tahun 2016
a. Sebagai acuan bagi Daerah dalam menyusun Kebijakan
Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS), yang selanjutnya digunakan sebagai
pedoman dalam proses penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(RAPBD)
Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016.
b. Sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) lingkup Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam
penyempurnaan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD) Tahun 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
8
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Wilayah
Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa,
berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dibagian utara, Selat Bali
dibagian timur, Samudra Hindia dibagian selatan serta Kabupaten Jember
dan Kabupaten Bondowoso dibagian barat. Gambaran lebih jelas
mengenai batas-batas administratif Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat
melalui gambar berikut ini. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi
terletak di ujung timur Pulau Jawa dengan titik koordinat diantara 7 o43’
- 8o46’ Lintang Selatan dan 113o53’ - 114o38’ Bujur Timur.
Kabupaten Banyuwangi terbagi atas dataran tinggi yang berupa
daerah pegunungan yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi
perkebunan, daratan yang merupakan daerah penghasil tanaman
pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara
ke selatan sepanjang 175,8 km yang merupakan daerah penghasil
berbagai biota laut. Kondisi geografis tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar sebagai produsen
bahan makanan yang berasal dari hasil pertanian, perkebunan, dan
perikanan.
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi terbagi
atas 24 Kecamatan, 189 Desa dan 28 Kelurahan, dengan rincian
sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
9
Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014
No.
Kecamatan
Desa
1.
Pesanggaran
5
2.
Siliragung
5
3.
Bangorejo
7
4.
Purwoharjo
8
5.
Tegaldlimo
9
6.
Muncar
10
7.
Cluring
9
8.
Gambiran
6
9.
Tegalsari
6
10.
Glenmore
7
11.
Kalibaru
6
12.
Genteng
5
13.
Srono
10
14.
Rogojampi
18
15.
Kabat
16
16.
Singojuruh
11
17.
Sempu
7
18.
Songgon
9
19.
Glagah
8
20.
Licin
8
21.
Banyuwangi
22.
Giri
2
23.
Kalipuro
5
24.
Wongsorejo
12
JUMLAH
189
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
2.1.2
Jumlah
Kelurahan
2
18
4
4
28
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014
mencapai 1.654.175 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki – laki
830.061 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 824.112 jiwa. Rincian
mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi bisa dilihat melalui
tabel jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur berikut ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
10
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014
No
Kelompok Umur / Tahun
Laki - Laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
48.461
44.335
92.796
2
5-9
58.684
54.757
113.441
3
10 - 14
66.639
62.049
128.688
4
15 - 19
64.150
59.670
123.820
5
20 – 24
62.783
60.686
123.469
6
25 - 29
63.302
71.720
135.022
7
30 - 34
70.747
68.707
139.454
8
35 - 39
67.881
68.362
136.243
9
40 - 44
68.144
69.381
137.525
10
45 - 49
62.635
64.177
126.812
11
50 - 54
51.704
52.293
103.997
12
55 - 59
42.586
40.744
83.330
13
60 - 64
34.933
31.801
66.734
14
65 - 69
24.977
26.883
51.860
15
70 - 74
20.465
20.965
41.430
16
> 75
21.970
27.584
49.554
JUMLAH
830.061
824.114
1.654.175
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
Penduduk
Kabupaten
Banyuwangi
sebagian
besar
bermata
pencaharian sebagai wirausaha yang mendominasi keseluruhan jumlah
penduduk yaitu mencapai 534.733 jiwa atau 32,33 %. Secara terperinci
jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian,
diuraikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014
No
1.
2.
3.
4.
Mata Pencaharian
Belum / Tidak Bekerja
Pelajar / Mahasiswa
Pertanian / Peternakan / Perikanan
Perdagangan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Jumlah
267.503
3.888
313.595
31.997
Prosentase
16,17
0,24
18,96
1,93
11
No
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Mata Pencaharian
Industri
Jasa Kemasyarakatan
Konstruksi
Pemerintah
Swasta
Wiraswasta
Lainnya
JUMLAH
Jumlah
1.879
257.877
1.110
46.058
97.779
534.733
97.756
1.654.175
Prosentase
0,11
15,59
0,07
2,78
5,91
32,33
5,91
100,00
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
Menurut kelompok tingkat pendidikan masih didominasi oleh
kelompok pendidikan tingkat SD/Sederajat yaitu sebesar 756.268 atau
45,72 % dari jumlah penduduk. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014, secara rinci dapat
diuraikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Tingkat PendidikanKabupaten Banyuwangi Tahun 2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Belum / Tidak Sekolah
SD / Sederajat
SLTP / Sederajat
SLTA / Sederajat
Diploma
Strata I
Strata II
Strata III
Jumlah
308.885
756.268
290.415
231.407
15.199
50.081
1.720
200
1.654.175
Prosentase
18,67
45,72
17,56
13,99
0,92
3,03
0,10
0,01
100,00
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyuwangi 2014
2.1.3
Topografi
Wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Barat, Utara, dan Selatan
pada
umumnya
merupakan
daerah
pegunungan
dengan
tingkat
kemiringan rata-rata 40o dan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila
dibanding dengan daerah lainnya. Di sisi lain, daerah daratan yang datar
di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
12
kurang dari 15o dengan rata-rata curah hujan cukup memadai dan bisa
meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum, Kabupaten Banyuwangi
terletak pada ketinggian 0 sampai dengan > 3.000 meter di atas
permukaan laut. Tingkat kemiringan rata - rata pada wilayah bagian barat
dan utara 400, dengan rata - rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding
dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar
sebagaian besar
mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah
hujan cukup memadai untuk ketersediaan budidaya pertanian.
Ketinggian tanah di Kabupaten Banyuwangi mencapai 0 – 2.500
meter dari permukaan laut dan berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah
Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas :
a. Ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaanlaut meliputi luas
wilayah 41.926 Ha. (12,04%)dari luas tanah. Ketinggian ini
didapatkan padaKecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro,
Kabat,
Muncar, Pesanggaran,
Purwoharjo,Rogojampi,
Srono,
Tegaldlimo dan Wongsorejo.
b. Ketinggian 100 -500 meter di atas permukaanlaut meliputi luas
wilayah 158.939 Ha.(45,65%) dari luas daerah. Ketinggian
inididapat pada hampir semua kecamatan kecualiKecamatan
Banyuwangi, Muncar, Purwoharjoyang tingginya di bawah 100
meter di atas permukaanlaut.
c. Ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi luas
wilayah 36.527 Ha.(10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini
meliputiKecamatan
Genteng,
Sempu,
Giri,
Kalipuro,Glagah,
Glenmore, Kabat, Songgon danWongsorejo.
d. Ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaanlaut meliputi
Kecamatan Giri, Kalipuro,Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan
Wongsorejo.
e. Daerah Kecamatan pantai meliputi KecamatanWongsorejo, Giri,
Kalipuro, Banyuwangi, Kabat,Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo,
Purwoharjo danPesanggaran.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
13
2.1.4
Geologi
Kabupaten Banyuwangi memiliki kondisi geologi yang bervariasi di
setiap wilayah, hal ini juga memiliki peran yang sangat besar bagi
terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Jenis Tanah di
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai
susunan/struktur geologi seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5
Struktur Geologi di Kabupaten Banyuwangi
Struktur Geologi
Luas (Ha)
Aluvium
134.525,00
Hasil G Api kwarter muda
Hasil G. Api kwarter
Andesit
Miosen falses semen
Miosen falsen batu gamping
Sumber : SLHD Kabupaten Banyuwangi
170.310,50
59.283,00
47.417,75
89.177,25
77.536,50
Adapun keadaan jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat terlihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.6
Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi
Jenis tanah
Luas
Ha
Regosol
138.490,87
Lithosol
39.031,88
Lathosol
14.109,30
Padsolik
384.684,75
Gambut
37.433,70
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
2.1.5
%
23,96
6,75
2,44
60,3
6,55
Hidrologi
Banyuwangi merupakan dataran rendah yang terbentang luas
dari selatan hingga utara di mana di dalamnya terdapat banyak sungai
yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi
tercatat 35 DAS, sehingga di samping dapat mengairi hamparan sawah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
14
yang sangat luas juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan
tanah.
2.1.6
Klimatologi
Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi
oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesiadengan iklim tropis
yang terbagi menjadi 2 musim yaitumusim penghujan dan musim
kemarau.
a. Rata-rata curah hujan selama tahun 2013 mencapai 155.7 mm. Curah
hujan terendah terjadi pada Bulan Oktober 2013 sebesar 0.8 mm,
sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar
527.5 mm.
b. Presentase rata-rata penyinaran matahari terendah pada Bulan
Januari sebesar 45% dan tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 99%
c.
Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2013 diperkirakan mendekati
81.5%. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Oktoberdengan ratarata kelembaban udara sebesar 75%. Sebaliknya kelembaban
tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan bulan Juni dengan besaran
86%.
d. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan April sebesar
24,8ºC. Sedang tertinggi pada Bulan Oktobersebesar 28,2ºC.
2.1.7
Penggunaan Lahan
Dengan luasan wilayah 5.782,50 km2, Kabupaten Banyuwangi
menjadi
kabupaten
terluas
di
Jawa
Timur.
Wilayah
Kabupaten
Banyuwangi sebagian besar masih merupakan daerah kawasan hutan,
karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau
dibandingkan kawasan - kawasan lainnya. Area kawasan hutan mencapai
183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen; daerah persawahan sekitar
66.152 ha atau 11,44 persen dan perkebunan dengan luas sekitar
82.143,63 ha atau 14,21 persen; sedangkan yang dimanfaatkan sebagai
daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04
persen.
Sisanya
telah
dipergunakan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
oleh
penduduk
Kabupaten
15
Banyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan
lain-lainnya.
Gambar 2.2 Luas Kabupaten Banyuwangi
Menurut Penggunaannya
Hutan (31,72 %)
Lain-lain (17,59 %)
Perkebunan (14,21 %)
Tambak (0,31 %)
Sawah (11,43 %)
Ladang (2,80 %)
Permukiman (22,04 %)
2.1.8
Potensi pengembangan wilayah
2.1.8.1
Pertanian
Secara umum struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi
terbentuk dan didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2012 peranan
sektor pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di Kabupaten
Banyuwangi angkanya mencapai 46,24 persen, atau hampir separuh dari
kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di sektor pertanian.
Sektor pertanian memiliki konstribusi yang cukup besar berkecimpung
dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan,
holtikultura, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasilhasilnya, kehutanan serta kelautan dan perikanan.
Saat ini pertanian di Kabupaten Banyuwangimempunyai dua peran
sekaligus
tantangan yaitu: mendukung pemenuhan pangan bagi
pendudukBanyuwangi juga
memberikan lapangan kerjabagi rumah
tangga tani di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai
sektor yang menjadi
tumpuan bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian sebagianrakyat,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
16
maka pembangunan pertanian merupakangenerator bagi pembangunan di
Kabupaten
Banyuwangi.
mempunyaisumber
daya
Karenanya,
alam
yang
Kabupaten
dapat
Banyuwangi
dimanfaatkan
untuk
peningkatan peran sektor pertaniandalam pembangunan daerah, karena
didukungoleh budaya dan adat istiadat yang kondusif terhadap perubahan
ini akan cukup optimis menujukebangkitan dan kejayaan sektor pertanian
yangakhirnya akan membawa peningkatan taraf hidup pelaku utamanya
yaitu petani.
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satukabupaten di Jawa
Timur yangmempunyai luasdaerah terbesar, dengan keragaman janis
lahandan iklim, mempunyai potensi sumber daya lahanyang cukup besar
sehingga dengan adanya ketersediaanluas daerah yang begitu besar
tersebut,kesempatan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian akan
mempunyai peluang besar.
Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang
dan Kabupaten Jember. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten
Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa
Timur.Adapun luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km²
dimana luas area persawahan adalah sebesar 66.152 Ha atau 11,44 %.
Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumber daya
produksi dan potensi pasar. Potensi produksi pangan terutama dapat di
lihat dari cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur.
Berikut secara rinci hasil produksi pertanian sub sektor tanaman bahan
makanan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 :
Tabel 2.7
Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman Pangan
Tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi
Jenis tanaman
Padi Sawah
Padi ladang
Luas
Tanaman
(Ha)
121.377
1.064
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Produktifitas
(Kw/Ha)
65.30
58.82
Produksi
(Ton)
729.573
6.258
17
Luas
Produktifitas Produksi
Tanaman
(Kw/Ha)
(Ton)
(Ha)
Jagung
22.032
64.05
141.125
Kedelai
27.257
19.16
52.225
Kacang tanah
1.353
15.85
21.45
Ubi kayu
1.841
193.46
35.617
Ubi jalar
1.063
237.14
25.208
Kacang hijau
3.439
12.91
44.38
Sumber : -Lakip Kabupaten Banyuwangi 201
Jenis tanaman
Berdasarkan pemanfaatan lahan yang digunakanoleh para petani,
mulai dari kawasan selatanke arah utara yang melebar ke arah barat
merupakandaerah potensi tanaman bahan makanan.Utamanya tanaman
padi banyak di tanam di kawasanini, bahkan sebagian besar dari
kawasantersebut pola tanam padi dalam satu tahunnya bisadilakukan
hingga tiga kali. Lahan pertanian setiaptahun di duga mengalami
pengurangan
lahansebagai
lain.Misalnya
digunakan
akibat
digunakan
sebagai
daerah
untuk
kepentingan
pemukimanmaupun
pemanfaatan yang lain.
Berdasarkan hasil analisis isu strategis pembangunan ekonomi
yang dilakukan Bappeda Kabupaten Banyuwangi, kondisi pertanian di
Kabupaten Banyuwangi mengalami pertumbuhan yang melambat, dari 5,3
persen tahun 2010 menjadi 3,66 menjadi 4,31 persen pada tahun 2014
dengan rata-rata pertumbuhan 4,69 persen. Hal ini terjadi antara lain
karena adanya alih fungsi lahan pertanian ke non lahan pertanian.
Menurut data BPN tahun 2011, Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011
berkurang seluas 214.291,18 Ha.
Berkurangnya potensi pertanian di kabupaten banyuwangi juga
disebabkan
karena
belum
optimalnya
infrastruktur
pertanian
dan
infrastruktur di pedesaan, dimana masih terdapat kerusakan jaringan
irigasi (jitut/Jides). Berdasarkan hasil survey BPS tahun 2011, penyusutan
hasil panen di Kabupaten Banyuwangi mencapai 10,82%.
Selain itu
penurunan potensi pertanian karena adanya dampak perubahan iklim
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
18
sehingga menyebabkan gagal panen akibat banjir dan kekeringan dan
munculnya hama dan penyakit tanaman.
2.1.8.2
Perkebunan
Kabupaten Banyuwangi memiliki luas sebesar sekitar 5.782,50 km²
yang sebagian wilayah dari Kabupaten Banyuwangi adalah wilayah
perkebunan, luas kawasan perkebunan mencapai sekitar 82.143,63 Ha
atau 14,21 %. Selain tanaman bahan makanan yang berpotensi tinggi di
Kabupaten Banyuwangi, tanaman perkebunan juga mempunyai potensi
yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan tanaman bahan
makanan. Dua jenis tanaman perkebunan yang mempunyai konstribusi
terhadap kehidupan penduduk di Kabupaten Banyuwangi cukup besar
yaitu tanaman kelapa dan kopi.
Tabel 2.8 Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Tanaman
Perkebunan Tahun 2013 Di Kabupaten Banyuwangi
Jenis Tanaman
Luas Panen
(Ha)
18.254
1.743
4.367
1.621
Produktivitas
(Kw/Ha)
14
60
9
9
Produksi
(Ton)
255.556
194.580
4,11
1,44
2
7
108
223
Kelapa (Buah)
Kelapa (Deres)
Kopi
Tembakau
Rajang
Cengkeh
500
Kakao
334
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013
2.1.8.3
Peternakan dan Perikanan
Dalam bidang peternakan, produksi peternakan di Jawa Timur
belum mendukung pencapaian target swasembada daging pada tahun
2014 dimana target swasembada daging dalam skala nasional adalah
sebesar 2.821.515 ton. Sedangkan dalam kenyataanya produksi daging di
Jawa Timur pada tahun 2014 hanya sebesar 372.643 ton, untuk target
tahun 2015 adalah sebesar 381.959 ton. Belum tercapainya dukungan
Jawa Timur dalam mendukung swasembada daging skala nasional ini
disebabkan karena terjadinya penurunan populasi ternak sapi potong, sapi
perah serta kerbau sebesar 24,1%.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
19
Kekayaan Banyuwangi lainnya yang berkelanjutan dan tidak kalah
potensialnya adalah peternakan. Data dari Dinas Peternakan Banyuwangi
menunjukkan begitu besarnya potensi Kabupaten Banyuwangi yang
hampir tiap tahun menjadi tuan rumah penyelenggara kontes ternak
regional ini. Sapi potong yang dimiliki Banyuwangi sebanyak 144.464
ekor, potensi sapi potong ini bila dipadukan dengan kerbau telah
mencukupi daging warga Banyuwangi dan sekitarnya. Sementara
kambing dengan jumlah 67.149 ekor, dan domba sebanyak 47.222 ekor.
Ini masih belum lagi sumbangsih susu sapi perah yang dikelola langsung
oleh rakyat (bukan industri besar) yang setiap tahunnya memenuhi
kebutuhankonsumsi masyarakat Banyuwangi sebanyak 2.567.385 liter.
Lebih jelasnya potensi peternakan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.9 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Jenis Ternak
Sapi Potong
Jumlah
144.464
Sapi Perah
1.475
Kerbau
4.611
Kuda
773
Kambing
67.149
Domba
47.222
Babi
530
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
Fenomena potensi peternakan Banyuwangi ini masih diperkaya lagi
dengan dinamika produksi kulit, dimana sapi, kerbau, kambing dan domba
di Banyuwangi telah memberikan sumbangsih kulit.Dalam bidang
perikanan, Isu strategis potensi perikanan di wilayah Jawa Timur yang
terdapat di wilayah Jawa Timur adalah adanya keterbatasan bahan baku
ikan untuk industri. Ketersediaan ikan di wilayah jawa timur adalah
728.024,10 ton, sedangkan konsumsinya mencapai 1.351.162,69 ton. Hal
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
20
ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi iptek kelautan yang tepat
guna, selain itu adanya keterbatasan sarana dan prasarana tangkap yang
dimiliki oleh nelayan, dimana kemampuan laut hanya memiliki jangkauan
yang terbatas, sehingga nelayan tidak dapat memperoleh hasil tangkapan
yang banyak. Oleh sebab itu diperlukan restrukturisasi alat tangkap, yang
terdiri dari restrukturisasi kapal serta peralatannya.
Potensi perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi masih memiliki
peluang yang teramat besar untuk dioptimalkan. Peluang ini terlihat dari
peningkatan hasil tangkapan dari beberapa tahun terakhir. Pada tahun
2009 laut Banyuwangi telah berkontribusi sebesar Rp. 51.364.762 kg atau
setara dengan Rp. 164,3 M, tahun 2010 sebesar 29.264.334 kg atau
setara Rp. 147,3 M, tahun 2011 sebesar 30.649.457 atau setara dengan
Rp. 264 M dan untuk tahun 2012 sebesar 44.469.348 atau Rp. 406 M.
Untuk potensi produksi ikan laut lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.10
Produksi Dan Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya
Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Jenis Ikan
Produksi
Layang
Nilai Produksi (Rp)
14.493.320
107.975.231.000
6.775
116.030.006.7750
Kembung
734.765
5.216.831.500
Selar
372.845
1.603.233.500
Tembang
406.013
1.664.653.300
Udang barong
20.301
2.521.384.200
Udang lainnya
621.964
8.268.706.100
Teri
580.378
2.292.491.125
Tongkol
6.338.808
50.058.897.850
Lemuru
6.054.319
22.400.980.300
Cakalang
1.032.521
10.015.453.700
Tuna
142.491
4.410.080.975
Tenggiri
203.665
6.344.149.175
Bawal
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
21
Jenis Ikan
Produksi
Layur
Nilai Produksi (Rp)
1.756.220
30.294.795.00
Julung-julung
3.975
47.700.000
Kuwe/Putihan
328.294
5.482.509.800
Cucut
444.604
6.669.060.000
Pari
313.712
2.183.018.100
Kakap Putih
434.254
10.986.626.200
Bambangan
267.934
7.381.581.700
Kerapu
769.564
22.953.985.475
Belanak
770.666
6.049.724.175
Manyang
958.913
4.698.671.250
2.142.591
45.101.530.025
220.294
6.179.232.675
2.490.054
10.892.446.000
303.821
4.845.951.330
Cumi-Cumi
Kepiting
Kerang
Rajungan
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013
Tabel 2.11
Produksi Dan Nilai Produksi Budidaya Ikan Air Laut
Menurut Jenisnya Tahun 2012 Di Kabupaten Banyuwangi
Jenis Ikan
Produksi (ton)
Lobster
Rumput Laut
Nilai produksi (Rp)
9.84
2.460.000
9.417,55
9.752.320
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013
2.1.8.4
Kehutanan
Banyuwangi memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Hutan
merupakan sumber kehidupan yang perlu dilestarikan. Upaya-upaya agar
hutan tetap optimal fungsinya, dapat dilakukan dengan merehabilitasi
hutan dan lahan kritis dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit
tanaman penghijauan khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat
di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Kontribusi sektor kehutanan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
22
terhadap PDRB terealisasi 1,42% setelah turun di tahun sebelumnya.
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis menunjukkan peningkatan menjadi 1,4
di tahun 2014.
Grafik 2.1
Realisasi Indikator Urusan
Kehutanan Tahun 2009-2014
1,42
1,63
1,06
0,04
1,59
1,52
1
1,06
0,04
0,04
0,05
0,04
1,4
1,01
1,01
1,03
1,05
1,08
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
Kerusakan Kawasan Hutan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di
Kabupaten
Banyuwangi
mengalami
peningkatan
setiap
tahunnya.
Sebaliknya, kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Banyuwangi masih
belum berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kerusakan hutan
sebesar 0,04 dari tahun 2009-2012. Kemudian bertambah menjadi 0,05 di
tahun 2013 dan 1% ditahun 2014.
2.1.8.5
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana
wilayah
ini
memiliki
potensi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
yang
sangat
bagus
dalam
bidang
23
kepariwisataan.
Pariwisata
menjadi
salah
satu
faktor
penunjang
pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, oleh sebab itu
pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi
banyak
membuat
program
pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan.
Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah
pengembangan pariwisata (WPP) I danwilayah pengembangan pariwisata
(WPP) II. Adanya pembentukan WPP bertujuan untuk membantu
pemerintah
untuk
menentukan
kawasan
strategis,
sehingga
pembangunan di wilayah WPP dapat lebih di prioritaskan.Wilayah
Pengembangan Pariwisata (WPP) I biasa disebut dengan Diamond
Triangle, dimana wilayah ini merupakan wilayah dengan jenis wisata
dominan kawasan hutan dan pemandangan alam, sehingga sesuai untuk
kegiatan wisata “adventure” dan menikmati pemandangan alam.
Gambar 2.3
Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP)
Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
24
Kawasan Diamond Triangle terdiri dari Kawasan Kawah Ijen,
Kawasan Plengkung dan Kawasan Sukamade. Kawasan WPP 1 yakni
Kawah Ijen
berada di Kecamatan Licin 45 Km dari Kabupaten
Banyuwangi, Kawah Ijen merupakan kawah danau terbesar di Pulau
Jawa.
Di dalam kawasan Kawah Ijen, terdapat kawah belerang yang
terdapat di dalam sulfutara di kedalaman kira-kira 200
m dan
mengandung kira-kira 36 juta kubik air asam beruap. Ijen dan kawasan
ekowisata hinterland
terdiri dari Desa Wisata Kemiren, Perkebunan
Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan Kalibendo.
Bagian WPP 2 merupakan Kawasan Plengkung. Plengkung
merupakan wilayah dengan objek wisata yang sebagian besar terdapat
disekitar perairan pantai dan mempunyai aksesbilitas rendah. Pantai
Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di wilayah
Kecamatan Tegaldimo. Jarak dari Banyuwangi hingga ke Pantai
Plengkung sekitar 86 Km. Plengkung terkenal dengan pantai terbaiknya
untuk surfing dan biasa dikenal dengan G-Land, terutama pada bulan Mei
hingga Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Plengkung ecowisata
hinterland terdiri dari G-Land, Alas Purwo atau Goa Istana, Padang
Savana Sadengan serta Pantai Mangrove Bedhul.
Wilayah pengembangan pariwisata (WPP) III , merupakan wilayah
dengan objek wisata yang sebagian besar memiliki keunikan sumber daya
alam.
Wilayah pantai sukamade merupakan wilayah WPP III, dimana
pantai ini berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran berjarak sekitar 97
Km ke arah barat daya Banyuwangi. Sukamade merupakan hutan lindung
alami Jawa Timur. Penyu betina biasanya bertelur hingga ratusan butir
yang kemudian diletakan dipinggir pasir pantai. Penyu betina biasanya
mulai mendarat di pantai pada pukul 10.30 WIB dan kembali kelaut pada
pukul 24.00 WIB, ketika bulan November hingga Maret adalah musim
penyu bertelur. Sukamade ecowisata hinterland terdiri dari Pantai
Rejegwesi, Teluk Hijau, Pantai Pancer, Pulau Merah dan Taman Nasional
Meru Betiri.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
25
Kabupaten Banyuwangi juga memiliki rencana kawasan strategis
yang tersebar di beberapa daerah di Banyuwangi. Perencanaan kawasan
strategis
tersebut
meliputi
pengembangan
kawasan
agropolitan
terintegrasi dengan pengembangan agrowisata ijen, pengembangan
kawasan cagar alam hutan lindung taman nasional, Pengembangan
kawasan
wilayah
pengembangan
mineral
logam
(emas)
tumpangpitu-Pesanggaran.
Pengembangan
kawasan
Kecamatan
dan
Kecamatan
Bangorejo
Wilayah
gunung
agropolitan
di
sekitarnya,
pengembangan kawasan wisata The Triangle Diamond (segi tiga berlian)
Kawah Ijen, Plengkung dan Merubetiri, Pengembangan Kawasan
minapolitan-muncar (industri pengolahan perikanan), Pengembangan
Kawasan bandara Blimbingsari- Rogojampi, Pengembangan Kawasan
Pelabuhan
Peti
Kemas
Tanjungwangi-
Ketapang,
Pengembangan
Kawasan Industrial Estate di Kec. Wongsorejo. Seluruh kawasan strategis
tersebut dapat dilihat melalui gambar yang tersaji berikut ini.
Gambar 2.4
Rencana Kawasan Strategis
Kabupaten Banyuwangi
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
26
2.1.8.6 Wilayah Rawan Bencana
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi
bencana yang cukup tinggi. Kawasan rawan bencana merupakan
kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi
dipaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling
diwaspadai. Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi
bencana di Kabupaten Banyuwangi.
Gambar 2.5 Peta Bencana Gunung Api
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi
Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan
terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten
Banyuwangi adalah gunung ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki
sebaran lahar yang cukup luas. Menurut data dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2013,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
27
bencana alam yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2013
adalah banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, dan gempa bumi. Bencana
alam tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian material tetapi juga
menimbulkan
ditimbulkan
kerusakan lahan dan korban jiwa. Kerusakan
lahan
akibat bencana kebakaran hutan dengan luas lahan yang
terbakar sebesar 148,72 ha sedangkan korban jiwa sebanyak 1 korban
jiwa meninggal disebabkan oleh bencana banjir yang terjadi di daerah
Lingkungan Ujung, Kelurahan Kepatihan. Total kerugian material yang
dialami Kabupaten Banyuwangi akibat bencana alam selama Tahun 2013
adalah Rp.811.517.528,00 dan bencana yang menimbulkan kerugian
terbesar adalah bencana banjir. Detail dari prosentase kerugian akibat
kejadian bencana alam di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2013
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Grafik 2.2
Persentase Kerugian akibat Bencana Alam
Sumber: SLHD Kabupaten Jawa Timur
2.1.9
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah
raga.
2.1.9.1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yaitu sebesar
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
28
6,94 persen. Dengan tumbuhnya perekonomian yang semakin bergairah
dan berkesinambungan akanmenjadi daya tarik bagi investor untuk
menanamkan sahamnya, khususnya di sektor Pertanian, Perdagangan,
Hotel dan Restoran, demikian juga pada sektor Industri Pengolahan, Bank
dan Lembaga Keuangan, Jasa – jasa, Pengangkutan dan Komunikasi,
Pertambangan dan Penggalian, Bangunan dan Listrik, Gas dan Air Minum
juga
mengalami
peningkatan
jika
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana gambar berikut ini.
Grafik 2.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi
Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi juga
dapat ditunjukkan olehperkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Angka Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB).Secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
29
Tabel 2.12
PDRB ADHB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 – 2014
Tahun
ADHB (Triliyun)
2010
23.56
2011
27.06
2012
33.00
2013
35.46
2014
40.48
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan PDRB di atas, maka diperkirakan stabilitas ekonomi
diKabupaten Banyuwangi dalam tahun 2014 tetap dijaga dan mulai
menunjukkan kondisipeningkatan. Pertumbuhan yang meningkat pada
tahun 2013 diharapkan menumbuhkan sektor modern seperti jasa dan
manufaktur namun tetap harus dipastikan pertumbuhan juga terjadi di
sektor – sektor menengah ke bawah, sehingga ekonomi kerakyatan dapat
terwujud. Peningkatan PDRB di Kabupaten Banyuwangi disebabkan
peningkatan konsumsimasyarakat, belanja pemerintah, investasi, dan
perdagangan antar daerah.Meskipun berbagai kemajuan pembangunan
daerah telah dicapai pada tahun2014.
2.1.9.2
Inflasi
Kondisi perekonomian yang baik, idealnya adalah apabila angka
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan perkembangan harga
atau besaran PDRB ADHK berada di atas PDRB ADHB. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara makro potensi ekonomi di Kabupaten
Banyuwangi masih dalam tahap berkembang sebagaimana yang terjadi
pada hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur, bahkan di tingkat
nasional.
Sementara itu, tingkat pendapatan masyarakat dapat ditunjukan
oleh PDRB yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan perekonomian
pada suatu daerah. Tingkat pendapatan perkapita dibandingkan dengan
laju inflasiakan menunjukkan seberapa besar kekuatan daya beli
masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini bisa dikatakan jika
pertumbuhan pendapatan diasumsikan sama dengan kesejahteraan
masyarakat maka gap antara pertumbuhan pendapatan dengan tingkat
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
30
inflasi menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.
Berikut ini adalah gambaran inflasi di Kabupaten Banyuwangi.
Grafik 2.4
Inflasi tahun 2014-2015 Kabupaten Banyuwangi
3,50
Inflasi
2,50
2,64
Januari 2014 – Februari 2015
1,92
1,50 1,24
Feb. 2015
Jan. 2015
Desember
0,08
(1,02)
November
Oktober
September
0,41
0,41
0,12
(0,06)
Agustus
0,12
Juli
Mei
April
Maret
Februari
(1,50)
Januari
(0,50)
0,05 0,03 0,01
Juni
0,43
0,50
Sumber: BPS RI Tahun 2015
Berdasarkan angka inflasi Kabupaten Banyuwangi masih tergolong
baik dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. Berikut ini adalah
perbandingan tingkatan inflasi antara Kabupaten Banyuwangi dengan
daerah lainnya yang tersaji dalam grafik berikut ini.
Grafik 2.5
Inflasi tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi dengan Daerah Lainnya
6,6
6,8
7,4
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
7,5
7,5
7,9
8,0
8,1
31
2.1.9.3
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang
mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk sebagai
akibat dari perluasan akses layanan dasar di bidang pendidikan dan
kesehatan.
Hal ini menunjukkan
tingkat
keberhasilan Pemerintah
Kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. IPM
tersusun dari 3 (tiga) jenis indeks utama yaitu Angka Harapan Hidup,
indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli. Dari berbagai indikator
makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam
menentukan
keberhasilan
pembangunan
di
suatu
daerah,
implementasinya terkadang bisa menimbulkan penafsiran yang beragam.
Hal
ini
bisa
terjadi
karena
secara
komprehensif
keberhasilan
pembangunan itu tidaklah cukup untuk bisa diukur dengan menggunakan
berbagai indikator makro ekonomi dan sosial saja. Dengan demikian untuk
menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah haruslah
menggunakan indikator yang secara resmi sudah digunakan oleh badan
dunia, yaitu The United Nations Development Programme (UNDP).
Program
pembangunan
yang
meliputi
bidang
pendidikan,
kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan program
utama yang masuk ke dalam misi pembangunan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. Disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang ditandai
meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja
dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan
kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan
dan daya beli masyarakat harus bisa diwujudkan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara komposit
berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan, kesehatan
dan daya beli. Trend dari angka IPM Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2009-2013 seperti pada gambar berikut.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
32
Gambar 2.6
Perkembangan Angka IPM Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Trend angka IPM Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2009 hingga
2013
menunjukkan
pembangunan
peningkatan.
manusia
yang
di
Dalam
pengertian
lakukan
pemerintah
ini
bahwa
Kabupaten
Banyuwangi secara berkelanjutan membuahkan hasil, demikian pula trend
angka
IPM
Provinsi
Jawa
Timur.
Apabila
dibandingkan,
maka
pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi relatif tertinggal
dengan indek pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. Walaupun
pembangunan manusia di Kabupaten Banyuwangi pada Tahun 2012
masih relatif tertinggal apabila di komparasi dengan pembangunan
kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur, tetapi Nilai indikator shortfall
Reduction IPM dari Tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan angka sebesar
1,80. Angka ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia yang
dilakukan di Kabupaten Banyuwangi relatif cepat, walaupun kalah cepat
dibandingkan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
33
2.1.9.4
Pendapatan Perkapita
Pendapatan
perkapita
Kabupaten
Banyuwangi
mengalami
peningkatan disetiap tahunnya. Dari gambar dibawah dijelaskan secara
runtut bahwa di tahun 2010 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi
sebesar 14,97 juta kemudian meningkat 17,12 juta ditahun 2011. Trend ini
kembali membaik pada saat di tahun 2012 pendapatan perkapita
Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan hingga ke angka 19,87
juta. Ditahun 2013 pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi
meningkat di angka 22,52 juta/tahun. Pendapatan perkapita di Tahun
2014 menunjukkan hasil signifikan yaitu sebesar 25,50 Juta/tahun.
Gambar 2.7
Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2010-2014 (juta/tahun)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Peningkatan pendapatan perkapita ini menjadi trend positif dari
perkembangan perekonomian kabupaten. Hal ini juga menjadi faktor
pendorong
kemajuan
yang
pesat
dari
Kabupaten
Banyuwangi
kedepannya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
34
2.1.9.5
Kemiskinan
Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup pemerintah
menjadi sebuah momok yang memiliki pandangan negatif dalam
pencapaian pembangunan daerah. Kemiskinan menjadi beban sekaligus
tanggung jawab yang harus diemban oleh segenap pemerintah daerah di
Indonesia beserta semua aspek yang mempengaruhinya. Kabupaten
Banyuwangi memiliki trend penurunan tingkat kemiskinan yang baik
disetiap tahunnya. Penjabarannya lebih lengkap akan tersaji melaui tabel
berikut ini.
Tabel 2.13 Indikator Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi
Kemiskinan
Garis Kemiskinan (GK),
(Rupiah/kapita)
Jumlah Penduduk
dibawah GK (jiwa )
Prosentase
2010
2011
2012
2013
220.031
240.315
257.857
276.648
175.100
164.000
156.600
151.600
11,25
10,47
9,94
9,57
Penduduk
Miskin
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi
Dari data diatas, terlihat bahwa ditahun 2010 tingkat kemiskinan
yang ada di Kabupaten Banyuwangi sejumlah 11,25% penduduk.
mengalami penurunan positif menjadi 10,48% penduduk ditahun 2011.
Kemudian di tahun 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi
berhenti di angka 9,94% penduduk. dan kembali turun diangka 9,57%
ditahun 2013. Hal ini merupakan hal yang positif mengingat aspek
penentu angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah
prosentase penduduk diatas garis kemiskinan, persentase rumah tangga
yang
menggunakan listrik,
persentase rumah tangga
(RT) yang
menggunakan air bersih dan pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
35
2.1.10 Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam rangka melayani masyarakat
umum. Pelayanan tersebut terbagi menjadi urusan wajib dan urusan
pilihan. Aspek pelayanan umum juga menjadi tanggung jawab pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. Dalam aspek pelayanan umum, secara lebih
detail akan dijabarkan dalam fokus layanan urusan wajib dan layanan
urusan pilihan. Namun, pada dasarnya pelayanan umum merupakan
bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Penjabarannya mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.10.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
Fokus layanan urusan wajib diantaranya terbagi dalam urusan sebagai
berikut.
2.1.10.1.1 Pendidikan
Penyelenggaraan urusan pendidikan merupakan salah satu urusan
wajib yang diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Peningkatan
urusan pendidikan sebagai upaya untuk mencapai salah satu misi
Kabupaten Banyuwangi yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2011-2015
yakni
“Mewujudkan
aksesibilitas
dan
kualitas
pelayanan
bidang
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya”. Salah satu sasaran
dalam bidang pendidikan adalah menurunnya buta aksara dimana
indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukurkeberhasilan
pencapaian sasaran tersebut diantaranya Angka Melek Huruf, Rata-rata
lama sekolah dan Angka Partisipasi Murni, Angka partisipasi kasar dan
angka putus sekolah. Pada tahun 2014, terjadi trend kinerja yang positif
dilihat dari realisasi capaian kinerja setiap tahun yang membaik. Terbukti
dengan data realisasi angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar dan
angka putus sekolah di tahun 2014 untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA yang mengalami peningkatan.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
36
Tabel 2.14
RealisasiIndikator Urusan Pendidikan Tahun 2010-2014
Tahun
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
1
APM (%)
- SD/MI
97,08
98,47
98,10
98,41
98,87
- SMP/MTs
72,84
80,45
84,32
88,64
88,67
- SMA/SMK/MA
40,41
44,89
57,02
60,81
61,13
2
APK (%)
- SD/MI
108,46 106,68 102,91 104,93 109,02
- SMP/MTs
93,78
97,27
101,44 103,25 100,67
- SMA/SMK/MA
56,29
59,25
76,68
76,71
76,75
3
Angka Putus
Sekolah (%)
- SD/MI
0,06
0,04
0,04
0,04
0,03
- SMP/MTs
0,61
0,48
0,44
0,42
0,35
- SMA/SMK/MA
1,49
1,01
0,94
0,83
0,75
4
Angka Melek
Huruf (%)
97,87
99,83
99,86
97,23
100
Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
Angka Partisipasi Kasar di Tahun 2014 menunjukkan peningkatan
realisasi disetiap tahunnya. 109,02% adalah angka yang dicapai ditahun
2014 yang sebelumnya 104,9% ditahun 2013 untuk angka partisipasi
kasar. Angka partisipasi kasar paling tinggi terdapat di APK level SD/MI.
Semakin meningkat level pendidikan ke SMA/MA/SMK nilai realisasi APK
semakin mengecil. Angka Putus sekolah dilevel SD sampai dengan
SMA/MA/SMK mengalami kenaikan yang berarti angka realisasi turun dari
setiap tahunnya. Angka melek huruf juga mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu tercapai 100% ditahun 2014. Dari indikator sasaran bidang
pendidikan tersebut, dominan indikator sasaran sesuai harapan dilihat dari
pencapaianya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
37
2.1.10.1.2 Kesehatan
Penyelenggeraan urusan kesehatan merupakan salah satu dari
sembilan misi Kabupaten Banyuwangi yakni “Meningkatkan kualitas
pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial dasar lainnya
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan
lokal”. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja
sektor kesehatan adalah angka kematian bayi. Secara umum, trend
capaian angka kematian bayi sangat fluktuatif. Penurunan angka kematian
bayi terjadi di tahun 2011 dan bertambah di tahun 2012 dan di tahun 2013
mengalami penurunan positif kembali diangka 8,2% dan kembali turun di
angka 6,09% di Tahun 2014. Dengan adanya penurunan yang bersifat
baik ini indikator angka kematian bayi perlu terus untuk ditekan dan masih
perlu adanya usaha yang keras untuk memastikan angka kematian bayi
benar-benar mengalami perbaikan dengan mengupayakan sosialisasi dan
pelayanan kesehatan bayi yang lebih harus ditingkatkan.
Grafik 2.8
Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
10
9,3
8,2
8
7,2
6,7
6
4
6,09
4
2
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Disamping angka kematian bayi, indikator lain yang digunakan untuk
mengukur kinerja sektor kesehatan adalah angka kematian ibu per
100000 kelahiran hidup. Setelah mengalami penurunan di tahun 2012,
angka kematian ibu melahirkan per 1000 kelahiran hidup mengalami trend
yang semakin meningkat tajam di tahun 2013. Capaian bisa diakibatkan
karena masih minimnya insan-insan tenaga kesehatan (bidan) yang
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
38
memberikan pelayanan kepada masyarakat saat proses melahirkan,
disamping kesadaran masyarakat untuk menggunakan tenaga-tenaga
kesehatan yang sudah ada sangatlah kurang. Tetapi di tahun 2014 angka
kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup bisa ditekan diangka
93,08%.
Grafik2.9
Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 Kelahiran Hidup
160
142,1
140
120
100
97
93,08
82,7
80
60
65,6
59,5
40
20
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Kemudian, indikator lain yang digunakan dalam mengukur kinerja
urusan kesehatan adalah Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani.
Capaian indikator ini tergolong lebih baik jika dibandingkan dengan tahun
2012. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012,
capaian ini terbilang lebih baik karena ditahun 2013 realisasi melebihi
target yang telah ditentukan yaitu 81% terealisasi sebesar 82,1% atau
lebih dari 100% pencapaian target. Seperti halnya dengan pencapaian
ditahun 2014 dengan realisasi yang melebihi target sebesar 86,1%
dengan target 80%.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
39
Grafik 2.10
Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang ditangani
100
80
59,6
80
81
86,1
82,1
76
81
80
60
40
20
Realisasi
0
2011
2012
Target
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Ditinjau dari sisi jangkauan kesehatan, secara umum indikatornya
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari cakupan puskesmas,
dimana pada tahun 2012, realisasi cakupan puskesmas sebesar 187,5
persen, dan pada tahun 2013 realisasi cakupan puskesmas bertahan di
angka yang sama. Ditahun 2014 realisasi cakupan puskesmas telah
melampaui target yaitu 187,5%. Sayangnya Rasio puskesmas, poliklinik,
pustu per 30.000 penduduk mengalami penurunan, dimana pada tahun
2012 mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya,Kemudian di tahun 2013 realisasinya juga bertahan di
angka yang sama seperti tahun 2012 tetapi ditahun 2014 realisasinya
adalah 135,75 dengan target 142,18%. Untuk cakupan puskesmas
capaian dan realisasinya pada tahun 2013 sama dengan tahun 2012.
Sedangkan untuk rasio rumah sakit per 10.000 penduduk pada tahun
2014 capaiannya sebesar 97persen, dengan rasio 1:12,6 %. Penjabaran
dari pencapaian indikator diatas tersaji dalam tabel berikut ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
40
Tabel 2.15
Target, Realisasi dan Capaian Kinerja Indikator Urusan Kesehatan
Tahun 2013 dan 2014
2013
Rasio
Tahun 2014
Indikator
Target
Realisasi
Target
Realisasi
Sasaran
Rasio
Cakupan puskesmas (%)
100
187,5
188
100
187,5
188
Cakupan pembantu
puskesmas (%)
Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
30.000 penduduk (%)
48,39
48,39
100
48,39
48,39
100
142,18
316,24
222
316,24
135,75
95
Rasio Rumah Sakit per
10.000 penduduk (%)
01:14,6
01:12,1
96
01:14,6
01:12,6
97
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2.1.10.1.3 Pekerjaan Umum
Penyelenggaraan urusan pekerjaan umum merupakan salah satu
kegiatan wajib Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki
kontribusi sangat menentukan dalam pencapaian visi dan misi daerah,
khususnya dalam upaya meningkatkan kuantitas sarana dan prasarana
publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Penyelenggaraan
urusan Pekerjaan Umum mengemban beberapa sasaran yaitu: (1)
meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan sarana serta prasarana
yang menghubungkan daerah-daerah tujuan wisata ; (2) Meningkatnya
sarana dan prasarana penunjang pertanian; (3) Meningkatnya kuantitas
dan kualitas jalan dan sarana serta prasarana yang menghubungkan
pusat-pusat kegiatan ekonomi. Pencapaian beberapa indikator bidang
urusan pekerjaan umum tersajikan melalui tabel berikut ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
41
Tabel 2.16
Realisasi Indikator Pekerjaan Umum
Tahun 2010-2014
Indikator
2010
2011
Proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi baik
87,32
90
(%)
Rasio Jaringan Irigasi dan
80
85
luas daerah irigasi (%)
Rasio tempat ibadah per
80
85
satuan penduduk (%)
Persentase rumah tinggal
80
80,7
bersanitasi (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
89,7
95
94
85
75
85
87
79
78,96
45,96
50
85
Pada tahun 2013, Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik
mempunyai realisasi yang baik karena mencapai 95% meski mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan ditahun 2014 sejumlah 94%. Rasio
jaringan irigasi dan luas daerah irigasi menurun realisasinya dari tahun
2012 sebesar 85% menjadi 75% ditahun 2013 dan meningkat kembali
ditahun 2014 sebesar 85%.
2.1.10.1.4 Perumahan
Keberhasilan dalam urusan perumahan, dapat diukur dengan
beberapa indikator antara lain Rumah tangga pengguna air bersih, Rumah
tangga pengguna listrik, Rumah tangga ber-Sanitasi, Lingkungan
pemukiman kumuh, dan Rumah layak huni. Secara umum, capaian
indikator
tersebut
lebih
baik
dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya, kecuali untuk indikator Rumah tangga ber-Sanitasi dan
Rumah layak huni. Rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2014
mencapai 77.000 rumah tangga, dimana capaian ini melebihi capaian
yang ditargetkan. Begitu pula dengan Rumah tangga pengguna listrik
yang pada tahun 2014 penggunanya mencapai 344.525. meningkatkanya
capaian indikator ini mengindikasikan bahwa akses masyarakat terhadap
sarana dan prasarana air bersih, khususnya dalam urusan perumahan.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
42
Grafik 2.11
Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih, Listrik dan Rumah
Tangga Bersanitasi
500000
450000
462356
448890
435815
397.455
400000
350000
300000
307792
289827
317062
326537
230618
250000
343818
344.525
234450
200000
150000
77.000
100000
50000
29565
30626
31620
38756
36169
0
2009
2010
2011
Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
2012
2013
2014
Rumah Tangga Pengguna Listrik
Rumah Tangga Bersanitasi
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013
Penurunan capaian indikator Rumah tangga bersanitasi pada tahun
2014 yang terealisasi sebesar
410.798
rumah
tangga
yang
397.455 rumah tangga dengan target
disebabkan
karena
masih
adanya
masyarakat yang kurang perduli terhadap kesehatan dan kebersihan
lingkungan, yang diindikasikan dengan masih banyaknya masyarakat
yang melakukan mandi, cuci dan kakus di sungai. Oleh karena itu, perlu
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian
pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan serta membangun
fasilitas MCK.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
43
Grafik2.12
Data Rumah Layak Huni
1600000
1.432.522
1400000
1200000
1062301
1000000
870739
800000
713720
600000
576765
400000
397424
200000
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013
Begitu pula dengan rumah layak huni, mengalami penurunan pada
tahun 2012 yang terealisasi sebesar 397.424 rumah.Capaian kinerja
indikator sasaran sebesar 30,67 persen dari target yang telah ditetapkan.
Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya rumah penduduk khususnya di
daerah
pedesaan yang belum layak huni karena rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat. Sehingga solusi yang dilakukan dengan
menggalakkan program pembangunan sarana dan prasarana permukiman
serta memberikan bantuan lainnya yang dapat mengentaskan kemiskinan.
Kemudian di tahun 2013 indikator rumah layak huni mengalami perbaikan
dengan peningkatan hingga 576.765 rumah, membaik setelah terjadi
penurunan yang signifikan di tahun 2012 lalu. Kondisi peningkatan yang
sangat signifikan terjadi ditahun 2014 yang menembus di angka 1.432.522
rumah. Hal ini membuktikan pendapatan masyarakat mulai dalam tahap
perbaikan yang relatif meningkat.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
44
Grafik 2.13
Data Jumlah Lingkungan Pemukiman Kumuh
41000
40250
39200
40000
38250
39000
37150
38000
37000
35950
36000
35.018
35000
34000
33000
32000
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2013
Sedangkan untuk lingkungan pemukiman kumuh pada setiap tahun
jumlahnya semakin menurun. Dibuktikan dengan data jumlah lingkungan
kumuh di tahun 2012 yaitu 37.150 rumah, turun ke angka 35.950 rumah di
tahun 2013. Tahun 2014 juga mengalami penurunan di angka 35.018.
Penurunan
ini
mengindikasikan
bahwa
adanya
peningkatan
pembangunan sarana dan prasarana permukiman pada lingkungan
kumuh sehingga kualitas permukiman menjadi lebih baik sehingga jumlah
lingkungan permukiman kumuh semakin berkurang.
2.1.10.1.5 Penataan Ruang
Indikator
yang
digunakan
dalam
rangka
mengukur
tingkat
keberhasilan pencapaian sasaran atau kinerja urusan penataan ruang
adalah Rasio Ruang Terbuka Hijau Per satuan Luas Wilayah mempunyai
Hak Pengelolaan Lingkungan (HPL) / Hak Guna Bangunan (HGB).
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
45
Tabel 2.17
Realisasi Indikator Urusan Penataan Ruang
Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012
2013
Rasio Ruang
Terbuka Hijau per
Satuan Luas
40%
40% 38% 32%
Wilayah ber
HPL/HGB
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
45,5%
60%
Secara umum, Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah
berHPL/HGB mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2012
target yang ditetapkan sebesar 40% tidak tercapai, hanya terealisasi
sebesar 32%. Hal ini disebabkan antara lain karena meningkatnya alih
fungsi lahan pertanianmenjadi lahan non pertanian, kurangnya kepedulian
terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang.
Solusinya, diperlukan penambahan kawasan ruang terbuka hijau,
reboisasi, pengendalian ijin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
tata ruang dan penindakan tegas bagi pelanggaran ijin tata bangunan dan
lingkungan. Tetapi pada tahun 2013 rasio ruang terbuka hijau persatuan
luas wilayah ber HPL/HGB meningkat realisasinya menjadi 45,5% dengan
rasio capaian hingga 101%. Dan meningkat kembali sebesar 60% ditahun
2014. Hal ini membuktikan bahwa RTH di Kabupaten Banyuwangi
semakin kearah yang lebih baik.
2.1.10.1.6 Perencanaan Pembangunan
Salah
satu
sasaran
strategis
dalam
indikator
kinerja
utama
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah Terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih. Dalam urusan perencanaan
pembangunan, beberapa indikator yang digunakan antara lain adalah
Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJPD yang telah ditetapkan
dengan PERDA, Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg telah
ditetapkan
dengan
PERDA/PERKADA,
Tersedianya
Dokumen
Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dengan PERKADA, dan
Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
46
Tabel 2.18 Realisasi Indikator Urusan Perencanaan
PembangunanTahun 2010-2014
Indikator
2010
2011
2012
2013
2014
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RPJPD
yg telah ditetapkan
dengan PERDA
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RPJMD
yg telah ditetapkan
dengan
PERDA/PERKADA
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RKPD yg
telah ditetapkan dengan
PERKADA
Penjabaran Program
RPJMD kedalam RKPD
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dokumen perencanaan
daerah mulai dari perencanaan jangka panjang, perencanaan daerah
mulai dari perencanaan jangka menengah, dan perencanaan daerah
mulai dari perencanaan tahunan telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi.
Hal ini berarti, capaian indikator dokumen perencanaan daerah pada
tahun 2010-2014 sebesar 100 persen. Selain itu, perencanaan dokumen
menengah (RPJMD) daerah juga telah dijabarkan dalam dokumen
tahunan (RKPD) pada setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk sinkronisasi
antara kebijakan perencanaan tahunan daerah dengan kebijakan
perencanaan daerah jangka menengah.
2.1.10.1.7 Perhubungan
Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, beberapa indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian sasaran
meningkatnya sarana informasi dan alat transportasi antara lain meliputi
Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek, Jumlah uji kir
angkutan umum, Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis, dan
Angkutan darat.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
47
Indikator
Tabel 2.19
Realisasi Indikator Urusan PerhubunganTahun 2009-2013
2010
2011
2012
2013
Jumlah arus
penumpang angkutan
1.537.539 1.255.914 1.568.720
umum (orang)
Rasio ijin trayek (%)
0,00032
0,00032
0,00032
Jumlah uji kir angkutan
1.366
1.378
1.420
umum (angkutan)
Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Terminal
2/-/8
2/1/8
2/1/8
Bis (pelabuhan)
Angkutan darat (%)
0,001
0,001
0,001
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
1.568.444
11.824.369
0,00034
0,00029
10.032
10,617
2/1/8
2/1/8
0,001
0,243
Dari tabel tersebut,secara umum tiap indikator mengalami perubahan
yang fluktuatif dari tahun 2010-2014. Jumlah arus penumpang angkutan
umum menurun dari 1.568.720 menjadi 1.568.444 orang di tahun 2013.
Tetapi secara drastis mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar
11.824.369. Rasio ijin trayek mengalami peningkatan 0,00002% dari
realisasi tahun sebelumnya tetapi Kemudian rasio ijin trayek terlihat
menurun kembali ditahun 2014 dengan penurunan sebesar 0,00005%.
Jumlah uji kir angkutan umum meningkat hingga 10.032 angkutan di 2013
dan kembali meningkat menjadi 10,617 ditahun 2014. Jumlah pelabuhan
laut, udara, terminal bis pelabuhan masih bertahan dengan pencapaian
yang sama. Kemudian persentase angkutan darat yang ada masih
konsisten di angka yang sama yaitu 0,001 ditahun 2010 sampai dengan
2013 kemudian meningkat menjadi 0,243 ditahun 2014.
2.1.10.1.8 Lingkungan Hidup
Salah satu sasaran strategis Kabupaten Banyuwangi dalam urusan
lingkungan hidup adalah pengendalian lingkungan, rehabilitasi lahan dan
hutan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilannya antara lain meliputi Persentase penanganan sampah,
Persentase Luas pemukiman yang tertata, Cakupan pengawasan
terhadap pelaksanaan amdal, Tempat pembuangan sampah (TPS) per
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
48
satuan penduduk, Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit
stabil. Secara umum, capaian indikator urusan lingkungan hidup
mengalami peningkatan mulai dari tahun 2010-2014. Penanganan
sampah pada tahun 2012, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Hal ini ditunjukkan dengan capaiannya sebesar 66,5 persen kemudian
meningkat lagi ditahun 2013 mencapai 74,18% dan meningkat kembali di
tahun 2014 sebesar 78,97%. Hal ini mengindikasikan bahwa sampah
yang ada di Kabupaten Banyuwangi telah ditangani dengan baik dan
mengindikasikan kondisi lingkungan yang semakin bersih. Peningkatan
persentase penanganan sampah juga didukung dengan adanya Tempat
Pembuangan Sampah per satuan penduduk yang semakin baik.
Grafik2.14
Persentase Penanganan Sampah dan
TPS Per Satuan Penduduk
74,18
80
70
60
51
50
40
30
78,97
78,97
66,5
38
37,5
30 28
28
30
20
20
10
0
2009
2010
Persentase Penanganan
Sampah
2011
2012
2013
2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk pada tahun
2012, terealisasi sebesar 38,00% dan meningkat di tahun 2013 menjadi
51%, dan kembali bertambah ditahun 2014 sebesar 78,98%.Prosentase
luas permukiman yang tertata pada tahun 2012, terealisasi sebesar 33,75
% kemudian meningkat menjadi 57,59 di tahun 2013 dan ditahun 2014
meningkat sebesar 58%, tetapi pencapaian tersebut masih mengalami
kendala yaitu masih adanya masyarakat yang kurang perduli terhadap
penataan dan keindahan lingkungan permukiman.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
49
Grafik 2.15
Persentase Pemukiman yang Merata, Cakupan Pengawasan terhadap
AMDAL dan Sumber Mata Air dalam Debit Stabil
120
100100
100
100
84
83
80
80
100
6770,37
68
57,59
60
58
33,75
40
20
20
20
0
2010
2011
2012
2013
2014
Persentase Luas Permukiman yang Tertata
Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal (%)
Sumber air/mata air dalam kondisi baik debit stabil (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Indikator
berikutnya
adalah
cakupan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan AMDAL dan sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi
debit stabil pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 masing-masing
mencapai 100 persen, tetapi khusus indikator sumber air/mata air dalam
kondisi baik debit stabil mengalami penurunan menjadi 83% ditahun 2013
dan kembali meningkat ditahun 2014 sebesar 84%.
2.1.10.1.9 Pertanahan
Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran
urusan pertanahan antara lain adalah Lahan bersertifikat, Penyelesaian
kasus tanah Negara, dan Penyelesaian izin lokasi
Tabel 2.20
Realisasi Indikator Urusan Pertanahan
Tahun 2010-2014
Indikator
2010 2011
2012
2013
Lahan bersertifikat
12%
12% 33,78% 33,95%
Penyelesaian
kasus tanah
100% 100% 100%
100%
Negara
Penyelesaian izin
97,0% 93% 81,18% 98,87%
lokasi
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
2014
45%
100%
101%
50
Dari ketiga indikator tersebut diketahui bahwa secara umum capaian
kinerja urusan pertanahan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013 capaian kinerja dari indikator lahan bersertifikat dan
penyelesaian kasus tanah negara telah mencapai dan melebihi target
yang telah ditentukan, kemudian meningkat kembali ditahun 2014 sebesar
45%. Kemudian, capaian dari penyelesaian izin lokasi tiap tahun
mengalami fluktuasi dan capaiannya mengalami peningkatan, yaitu
sebesar 81,18% pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 98,87% di
tahun 2013 dan 101% ditahun 2014.
2.1.10.1.10
Sasaran
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
strategis
pertama
Kabupaten
Banyuwangi
adalah
Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Sasaran ini
merupakan penjabaran dari misi pertama dalam RPJMD Tahun 20102015 yakni Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Bersih (Good
and Clean Governance). Beberapa indikator yang digunakan dalam
mengukur
capaian
sasaran
tersebut
utamanya
dalam
urusan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara lain adalah Kepemilikan KTP,
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk, Ketersediaan database
kependudukan skala provinsi, dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK.
Capaian indikator urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil secara
umum mengalami peningkatan di tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari
persentase kepemilikan KTP yang mencapai 90,46 persen pada tahun
2013, meningkat menjadi 94% ditahun 2014. Hal ini mengindikasikan
bahwa hampir seluruh masyarakat di Kabupaten Banyuwangi telah
banyak yang memilki identitas penduduk dan telah terdata oleh Dinas
Kependudukan wilayah setempat.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
51
Tabel 2.21
Realisasi Indikator Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Tahun 2010-2014
Indikator
2010
2011
2012
2013
2014
Kepemilikan KTP
70,15
77,43
92,79
(%)
Kepemilikan akta
kelahiran per
2,51
2,42
7,35
1000 penduduk
(%)
Ketersediaan
Ada
Ada
Ada
database
kependudukan
Siak 2010 Siak 2010 Siak 2010
skala provinsi
Penerapan KTP
Nasional berbasis
Sudah
Sudah
Sudah
NIK
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Disamping
indikator yang
telah
dijelaskan,
90,46
94
3,22
0,34
Ada
ada
Sudah
Sudah
ketersediaan
data
kependudukan skala provinsi dan Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
juga telah tersedia di Kabupaten Banyuwangi mulai dari tahun 2010-2014.
Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan dalam penyusunan database
dalam
bidang
kependudukan
Kabupaten
Banyuwangi
dapat
dipertahankan dengan baik.
2.1.10.1.11
Salah
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
satu
sasaran
strategis
Kabupaten
Banyuwangi
adalah
Meningkatnya program-program pembangunan yang berbasis pada
pengarusutamaan gender. Beberapa indikator kinerja yang digunakan
dalam mencapai sasaran tersebut diantaranya persentase partisipasi
perempuan di lembaga pemerintah, partisipasi perempuan di lembaga
swasta, rasio KDRT dan persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
52
Tabel 2.22
Realisasi Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
Persentase
partisipasi
perempuan di
15
14,95
3,99
lembaga
pemerintah
Partisipasi
perempuan di
86,00 85,05 47,50
lembaga swasta
Rasio KDRT
0,005 0,005
0,11
Persentase jumlah
tenaga kerja
0,45
0,49
0,51
dibawah umur
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
39,89
1,55
1,6
47,63
98,44
98,39
0,010
0,003
0,0022
0,53
0
0
Secara umum, sasaran indikator Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak di Kabupaten Banyuwangi masih dapat dipertahankan
meskipun tiap tahun capaiannya berbeda dan cenderung fluktuatif.
Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah tahun 2013
menurun ke angka 1,55% dari 39,89% di tahun 2012. Namun pada tahun
2014 mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 1,6%, meskipun
realisasi capaian pada tahun 2014 tersebut tidak terlalu signifikan apabila
dibandingkan penurunan yang terjadi pada tahun 2013. Sedangkan
partisipasi perempuan di lembaga swasta sejak tahun 2009 hingga tahun
2011 selalu mengalami penurunan yang drastis, yakni 86% di tahun 2009
menurun menjadi 47,5% di tahun 2011. Namun kondisi partisipasi
perempuan di lembaga swasta mengalami perbaikan kembali di tahun
2012,
meskipun
memang
peningkatan partisipasinya
tidak terlalu
signifikan, yakni sebesar 47,63% di tahun 2012. Kondisi ini juga semakin
membaik di tahun 2013 yang mengalami peningkatan yang sangat drastis
yakni hingga mencapai 98,44%. Namun sangat di sayangkan, bahwa
partisipasi perempuan di lembaga swasta kembali mengalami penurunan
di tahun 2014, meskipun persentase penurunan tidak terlalu signifikan,
yakni sebasar 98,39% di tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
partisipasi perempuan di Kabupaten Banyuwangi lebih banyak di lembaga
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
53
swasta dibandingkan di lembaga pemerintah. Meskipun demikian,
partisipasi perempuan di dunia kerja harus tetap di tingkatkan, terutama di
lembaga pemerintah.
Apabila melihat indikator rasio KDRT yang terjadi di Kabupaten
Banyuwangi kembali mengalami perbaikan kondisi sejak tahun 2012
hingga 2014. Hal ini dapat ditunjukkan dari tahun 2011 rasio KDRT yang
mencapai angka 0,11 menurun menjadi 0,0022 di tahun 2014. Kondisi ini
juga berbanding lurus dengan kondisi tenaga kerja di bawah umur yang
juga selalu menunjukkan perbaikan pada tiap tahunnya. Meskipun pada
tahun 2009-2012 selalu mengalami peningkatan persentase jumlah
tenaga kerja di bawah umur, namun komitmen dan kerja keras Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi untuk memberantas tuntas tenaga kerja di bawah
umur berhasil di tahun 2013-2014, yakni sudah tidak terdapat lagi tenaga
kerja di bawah umur.
2.1.10.1.12
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan keluarga berencana dan
keluarga
sejahtera
adalah
Meningkatnya
peserta
KB
aktif
dan
meningkatnya keluarga sejahtera. Guna mengetahui tingkat keberhasilan
sasaran meningkatnya peserta KB aktif dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator,
yakni rata-rata jumlah anak per keluarga, Rasio akseptor KB, Cakupan
peserta KB aktif. Sedangkan sasaran meningkatnya keluarga sejahtera
dapat diukur dengan indikator keluarga pra-sejahtera dan keluarga
sejahtera I.
Tabel 2.23
Realisasi Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Rata-rata jumlah anak
2
2
2
2
2
2
per keluarga (orang)
Rasio akseptor KB
0,74
0,74
0,73 0,75 0,76 0,76
(%)
Cakupan peserta KB
73,6 74,01 73,3 75,2 76,3 75,5
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
54
Indikator
2009 2010 2011
aktif (%)
Keluarga pra
sejahtera dan
N/A
N/A
40,6
keluarga
sejahtera I
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
39,7
38,4
33,5
Secara umum, indikator sasaran atas sasaran Meningkatnya peserta
KB aktif bermakna Baik Sekali dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan ataupun capaian pada tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata capaian kinerja capaian rasio akseptor KB dan cakupan
peserta KB aktif yang masing-masing mencapai 0,76 persen dan 75,5
persen di tahun 2014. Sehingga hal ini juga memberikan dampak positif
atas keberhasilan kebijakan pemerintah yang mencanangkan slegon 2
anak cukup. Sebab hingga tahun 2009-2014, rata-rata jumlah anak per
keluarga di Kabupaten Banyuwangi hanya memiliki 2 anak. Capaian
sasaran dalam indikator Meningkatnya peserta KB aktif dipengaruhi oleh
kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terutama Pasangan Usia
Subur (PUS) dalam rangka mengatur dan mengendalikan jumlah anak
dan jarak kelahiran, adanya pembinaan yang teratur dari segenap
komponen seperti PLKB, PPKBD, Sub. PPKBD, Tokoh Masyarakat,
Tokoh Agama, Perangkat Desa dan lintas sektor terkait dalam membina
dan memotivasi masyarakat untuk mengikuti KB guna meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya,
adanya dukungan dan kerjasama segenap jajaran Pemkab. Banyuwangi
beserta
segenap
komponen
(swasta,
perbankan,
koperasi,
LSM,
lembaga/organisasi keagamaan dan lintas sektor lainnya.
Keberhasilan
Pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi
dalam
meningkatkan jumlah peserta KB ternyata juga memberi dampak positif
terhadap meningkatnya keluarga sejahtera di Kabupaten Banyuwangi. Hal
ini ditunjukkan dari tahun 2011-2014, persentase keluarga pra sejahtera
dan keluarga sejahtera I selalu mengalami penurunan, dimana pada tahun
2014 hanya mencapai 33,5%. Artinya bahwa selama tahun 2009-2014
kondisi keluarga sejahtera di Kabupaten Banyuwangi selalu menunjukkan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
55
kondisi yang baik, dengan semakin berkurangnya persentase keluarga pra
sejahtera dan keluarga sejahtera I.
2.1.10.1.13
Sosial
Penyelenggaraan
urusan
sosial
di
Kabupaten
Banyuwangi
mengemban sasaran meningkatnya jaminan dan perlindungan sosial
masyarakat. Indikator yang digunakan dalam mencapai sasaran yang
diemban tersebut, antara lain (1) sarana sosial seperti panti asuhan, panti
jompo dan panti rehabilitasi, (2) PMKS yang memperoleh bantuan sosial;
serta (3) penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Tabel 2.24
Realisasi Indikator Urusan Sosial
Tahun 2010-2014
Indikator
2010
2011
2012
Sarana sosial
seperti panti
asuhan, panti
60
65
46
jompo dan panti
rehabilitasi
PMKS yg
memperoleh
0,011 0,0092 0,139
bantuan sosial (%)
Penanganan
penyandang
masalah
0,011 0,0092 0,139
kesejahteraan
sosial (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2013
2014
50
51
0,37
0,69
0,37
1,16
Secara umum diketahui bahwa semua indikator urusan sosial masih
dapat dipertahankan sebagai indikator pencapaian urusan sosial.
Realisasi ditahun 2014 terlihat mengalami peningkatan dan kemajuan dari
tahun sebelumnya. Di tahun 2013 sarana sosial seperti panti asuhan,
panti jompo dan panti rehabilitasi berjumlah 50 meningkat menjadi 51
sarana sosial di tahun 2014. Kemudian PMKS yang memperoleh bantuan
ditahun 2013 sebesar 0,37% meningkat menjadi 0,69% ditahun 2014.
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial juga mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 0,37% di tahun 2013
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
56
meningkat menjadi 1,16 di tahun 2014. Keberhasilan capaian pada setiap
indikator
urusan
sosial
tersebut
menunjukkan
bahwa
komitmen
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan kebijakannya
sudah menunjukkan pro poor serta memberikan perhatian lebih pada
masyarakat yang memiliki kapasitas rendah.
2.1.10.1.14
Ketenagakerjaan
Sasaran dalam penyelengaaraan urusan ketenagakerjaan adalah
Menurunnya tingkat pengangguran. Sasaran tersebut dapat diukur
dengan 3 (tiga) indikator, diantaranya (1)angka partisipasi angkatan kerja;
(2)tingkat partisipasi angkatan kerja, dan (3) tingkat pengangguran
terbuka. Ketiga indikator tersebut telah memenuhi target pada tahun 2014,
sehingga jika realisasi yang diperoleh dibandingkan dengan target yang
telah diperkirakan maka capaiannya lebih dari 100 persen.
Tabel 2.25
Realisasi Indikator Urusan Ketenagakerjaan
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
Angka Partisipasi
Angkatan Kerja
71,33
61,18
76,5
(%)
Tingkat
Partisipasi
71,33
68,34
68,34
Angkatan Kerja
(%)
Tingkat
Pengangguran
4,05
3,92
3,95
Terbuka (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
76,08
70,8
72,02
76,08
70,8
72,02
3,71
9,22
4,59
Selain pemenuhan capaian dari target yang telah ditetapkan,
perkembangan indikator angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat
partisipasi angkatan kerja tahun 2009-2014mengalami kondisi yang
fluktuatif, namun cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat
dilihat dari capaian angka partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi
angkatan kerja di tahun 2014 hanya mencapai 72,02%. Capaian di tahun
2014 tersebut belum mampu mengembalikan kondisi seperti di tahun
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
57
2012, yang mampu mencapai hingga 76,08%. Hal ini disebabkan karena
lonjakan yang sangat signifikan pada tingkat pengangguran terbuka yang
terjadi pada tahun 2013, yakni mencapai 9,22%. Namun atas upaya yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menurunkan tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 hingga
mencap 4,59%. Hal ini tentunya juga mempengaruhi capaian angka
partisipasi angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja di
Kabupaten Banyuwangi yang juga mengalami peningkatan hingga
mencapai 72,02%, meskipun peningkatan capaian di tahun 2014 ini tidak
terlalu signifikan dari tahun 2013.
2.1.10.1.15
Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Sasaran dalam penyelenggaraan urusan Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah adalah Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi
dan UMKM. Dalam mengukur capaian kinerja urusan Koperasi Usaha
Kecil
Dan
Menengah
dibutuhkan
beberapa
indikator
diantaranya
Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT), Jumlah UKM non
BPR/LKM UKM, Jumlah BPR/LKM, serta Usaha Mikro dan Kecil.
Tabel 2.26
Realisasi Indikator Urusan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Persentase
koperasi aktif
79
79
79,68
82,60
(melaksanakan
RAT) (%)
Jumlah UKM
20.700 20.800 20.946 21.420
non BPR/LKM
UKM
Jumlah
1.300
1.500
1.844
1.938
BPR/LKM
Usaha Mikro
13
24
29
36
dan Kecil
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
81
81,2
23.000
25.000
2.250
2.250
45
52
58
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keempat indikator kinerja
untuk sasaran Meningkatnya profesionalisme pengelolaan koperasi dan
UMKM dapat tercapai melebihi target yang ditentukan yaitu masingmasing diatas 100%, meskipun terdapat satuindikator sasaran yang
capaian kinerjanya mengalami penurunan pada tahun 2013dan meningkat
tidak signifikan di tahun 2014 yaitu persentase koperasi aktif.
Realisasi capaian indikator persentasse koperasi aktif pada tahun
2014 yakni 81,2%, dimana capaian ini belum mampu mengembalikan
kondisi seperti pada tahun 2012 yakni 82,60%. Sedangakan realisasi
capaian indikator jumlah UKM non BPR/LKM UKM dan Jumlah BPR/LKM
pada setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan hingga mencapai
25.000 di tahun 2014. Begitu juga dengan realisasi capaian indikator
usaha mikro dan kecil di Kabupaten Banyuwangi pada setiap tahunnya
juga mengalami peningkatan, yakni mencapai 52 unit di tahun 2014.
Berdasarkan capaian keempat indikator tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat Kabupaten Banyuwangi mulai aktif untuk menggerakkan dan
mengembangkan usahanya di tingkan kecil dan menengah.
2.1.10.1.16
Penanaman Modal
Sasaran yang ingin dicapai dalam urusan penanaman modal adalah
Meningkatnya investasi di daerah baik PMA maupun PMDN. Keberhasilan
indikator ini dapat dilihat dari Jumlah investor berskala nasional
(PMDN/PMA), Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA),
Rasio daya serap tenaga kerja, Peningkatan/penurunan Nilai Realisasi
PMDN (miliar rupiah).
Tabel 2.27
RealisasiIndikator Urusan Penanaman Modal
Tahun 2009-2014
Indikator
2010
2011
2012
2013
Jumlah investor
berskala nasional
N/A
1
1
5
PMDN/PMA
(investor)
Jumlah nilai
748,28 80,88 62,338 65,5
investasi berskala
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
2014
4
2,345
59
Indikator
2010
2011
2012
nasional
PMDN/PMA (Miliar
Rp)
Rasio daya serap
tenaga kerja
236
238
240
(orang)
Peningkatan /
penurunan Nilai
1
1
Realisasi PMDN
(Miliar rupiah)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Jumlah
investor
berskala
nasional
yang
2013
2014
235
248
5
51
ada
di
Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2014mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2013, yakni berjumlah 4 investor pada tahun
2014, dari tahun sebelumnya terdapat 5 investor. Meskipun penurunan
jumlah investor berskala nasional PMDN/PMA tersebut tidak terlalu
signifikan namun sangat berdampak besar pada penurunan nilai investasi
berskala nasional PMDN/PMA yakni di tahun 2013 yang mencapai Rp.
65,5 Miliar mengalami penurunan yang sangat drastis hingga mencapai
Rp. 2,345 Miliar di tahun 2014. Sedangkan capaian indikator rasio daya
serap tenaga kerja dan nilai realisasi PMDN sejak tahun 2009-2014
mengalami peningkatan, yakni mencapai 248 orang dan Rp 51 miliar di
tahun 2014.
2.1.10.1.17
Kebudayaan
Penyelenggaraan urusan kebudayaan di Kabupaten Banyuwangi
mengemban
sasaran
meningkatnya
upaya
pelestarian
dan
pengembangan budaya lokal. Adapun indikator yang digunakan untuk
mengukur
keberhasilan
urusan
kebudayaan
diantaranya:
(1)
penyelenggaraan festival seni dan budaya; (2) sarana penyelenggaraan
seni dan budaya; dan (3) Benda, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
60
Tabel 2.28
Realisasi Indikator Urusan Kebudayaan
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
Penyelenggaraan
festival seni dan
3x
3x
4x
budaya
Sarana
penyelenggaraan seni
8
8
9
dan budaya
Benda, Situs, dan
Kawasan Cagar Budaya
18
20
23
yang dilestarikan
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
5x
6x
8x
9
9
9
25
23
25
Secara garis besar penyelenggaraan urusan kebudayaan mempunyai
capaian indikator yang meningkat dari tahun 2009-2014. Pada tahun
2014, semua indikator dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Hal
ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian dan pengembangan budaya
lokal di Kabupaten Banyuwangi betul-betul baik.
Pada capaian indikator penyelenggaraan festival seni dan budaya
terealisasi 8 kali di tahun 2014. Hal ini dikarenakan even-even festival seni
dan budaya di Banyuwangi dilaksanakan tidak hanya sebagai bentuk
apresiasi terhadap seni budaya yang terus berkembangan di Banyuwangi,
namun juga dilaksanakan dalam rangka memperingati hari-hari bersejarah
seperti HUT Kemerdekaan dan Hari Jadi Banyuwangi yang secara rutin
dilaksanakan setiap tahun.
Capaian indikator sarana penyelenggaraan seni dan budaya dari
target yang ditentukan sebesar 9 unit sarana dapat terealisasi 9 unit
sarana di tahun 2014 sehingga capaian kinerjanya sebesar 100% untuk
tahun 2014. Capaian ini sama dengan capaian tahun 2011-2013 yang
juga sebesar 100%. Sedangkan capaian indikator benda, situs dan
kawasan cagar budaya yang dilestarikan dilihat dari realisasi capaian
setiap tahunnya juga cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada
tahun 2013 mengalami penurunan. Namun pada tahun 2014 capaian
benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestirakan dapat
ditingkatkan kembali hingga menjadi 25 unit.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
61
2.1.10.1.18
Kesatuan Bangsa dan Politik
Penyelenggaraan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik di Kabupaten
Banyuwangi memilki sasaran meningkatnya kesadaran dan penegakan
hukum. Capaian kinerja penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan oleh
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ini dapat dilihat dari dua indikator,
yakni (1) kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP; serta (2)
kegiatan pembinaan politik daerah.
Tabel 2.29
RealisasiIndikator Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 20092014
Indikator
Kegiatan pembinaan
terhadap LSM, Ormas, dan
OKP (%)
Kegiatan pembinaan
politik daerah (%)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
N/A
20
40
90
85
100
N/A
20
40
95
85
100
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Capaian indikator pada urusan kesatuan bangsa dan politik pada
tahun 2009-2014 cenderung mengalami peningkatan, meskipun sempat
mengalami penurunan di tahun 2013, namun mengalami peningkatan
kembali di tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari capaian indikator kegiatan
pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP yang semula hanya
mampumencapai 20%di tahun 2010 namun di tahun 2014 telah mampu
melakukan 100% pembinaan terhadap LSM, ormas dan OKP, meskipun
pada tahun 2013 (85%) mengalami penurunan dibandingkan capaian
pada tahun 2012(90%). Begitu pula dengan capaian indikator kegiatan
pembinaan politik daerah yang telah dilakukan hingga di tahun 2014 telah
berhasil mencapai 100% dari yang semula hanya 20% kegiatan
pembinaan politik daerah yang dilakukan di tahun 2010. Meskipun pada
tahun 2013 (85%) mengalami penurunan dibandingkan capaian pada
tahun 2012 (95%).
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
62
2.1.10.1.19
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian,
Dan Persandian
Guna mewujudkan sasaran urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian,
Dan Persandian yaitu Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik
dan bersih, dibutuhkan 7 (tujuh) indikator yang harus dicapai, diantaranya:
(1) Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk; (2) Jumlah
Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk; (3) Rasio Pos Siskamling per
jumlah desa/kelurahan; (4) Pertumbuhan ekonomi; (5) Kemiskinan;(6)
Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah; dan
(7) Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat.
Tabel 2.30
Realisasi Indikator Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian,
Dan Persandian Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2009-2014
Indikator
Rasio jumlah
Polisi Pamong
Praja per 10.000
penduduk
Jumlah Linmas
per Jumlah
10.000
Penduduk
Rasio Pos
Siskamling per
jumlah
desa/kelurahan
Pertumbuhan
ekonomi
Sistem
Informasi
Pelayanan
Perijinan dan
Administrasi
Pemerintah
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1:0,84
1:0,81
1:0,088
1:1,09
01:0,3
01:0,3
44,4
39,2
42,9
51,24
66,86
67,06
651
651
85
85
86
86
5,39
6.26
7.14
7.29
6,76
6,94
ada
ada
ada
ada
ada
Ada
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
63
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
2014
75
76
76
77,29
79,81
79,85
Indeks
Kepuasan
Layanan
Masyarakat (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Dari tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran
yang ditetapkan, secara umum capaian kinerja sasarannya mengalami
perubahan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila
dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, maka capaian kinerja
tahun 2014 mengalami peningkatan. Adapun capaian indikator rasio
jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk di tahun 2014
mengalami capaian yang sama pada tahun 2013 yakni 01:0,3, namun
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan capaian di tahun 2012
yakni 1:1,09. Sedangkan capaian indikator jumlah linmas per jumlah
10.000 penduduk mengalami peningkatan di tahun 2014 yakni mencapai
67,05% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 66,86%. Sedangkan
capaian indikator rasio pos siskamling per jumlah desa/kelurahan di tahun
2013-2014 mengalami kondisi yang stabil yakni mencapai 86, capaian
rasio tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan capaian rasio pada
tahun 2011-2012, yakni 85. Selain itu, Kabupaten Banyuwangi juga masih
tetap konsisten dalam meningkatkan kinerjanya dalam sistem informasi
pelayanan perijinan dan administrasi Pemerintah sejak tahun 2009 hingga
tahun 2014. Sehingga hal ini berpengaruh pula pada capaian indeks
kepuasan layanan masyarakat yang selalu mengalami peningkatan pula
dari tahun 2009-2014, hingga mencapai 79,85%.
2.1.10.1.20
Ketahanan Pangan
Penyelenggaraan
urusan
ketahanan
pangan
di
Kabupaten
Banyuwangi dapat diukur dari tiga indikator, antara lain: (1)produksi beras;
(2) produksi gabah; dan (3) ketersediaan pangan utama. Ketiga indikator
tersebut bertujuan untuk mencapai sasaran meningkatnya daya saing
daerah dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
64
Tabel 2.31Realisasi Indikator Urusan Ketahanan Pangan
Tahun 2009-2014
Indikator
Produksi
Beras (Ton)
Produksi
Gabah (Ton)
Ketersediaan
Pangan Utama
2009
2010
2011
2012
2013
2014
475.234
484.479
442.276
504.873
536.206
491.694,11
754.339
833.913
702.205
792.640
760.827
772.109
286,16
297,15
271,08
317,51
305,63
333,59
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Produksi pangan beras, gabah, dan ketersediaan pangan utama di
Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2009-2014 cenderung menunjukkan
kondisi yang baik. Meskipun pada tahun 2014, capaian produksi beras
mengalami penurunan dibandingkatn tahun 2013, yakni dari 536.206 ton
menjadi 491.694,11 Ton. Begitu pula produksi gabah yang sempat
mengalami penurunan pada tahun 2013 dibandingkan capaian di tahun
2012, yakni dari 792.640 ton menjadi 760.827 ton, namun capai tersebut
kembali menurun meningkat di tahun 2014, yakni 772.109 ton.Begitu juga
capaian yang terjadi pada indikator ketersediaan pangan utama di tahun
2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian 2012, yakni
dari 317,51 ton menjadi 305,63 ton, namun di tahun 2014 mengalami
peningkatan capaian yakni 333,59 ton. Kondisi yang demikian didasarkan
pada persoalan berikut ini.
1. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang cenderung
meningkat, sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian
secara sistematis dan bersifat permanen;
2. Terjadi alih fungsi komoditi tanaman pangan ke hortikultura, sehingga
menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan.
3. Terjadinya serangan organisme pengganggu tanamanyang semakin
meningkat dan bersifat sporadis, sehinggamempengaruhi produksi dan
kualitas tanaman;
4. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah dan produktivitas lahan
karena pengggunaan pupuk an-organik yang berlebihan dalam jangka
waktu lama, sehingga produktivitas tanaman sulit ditingkatkan secara
signifikan.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
65
5. Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian terutama dalam pemakaian
pupuk berimbang dan penggunaan benih unggul bersertifikat.
2.1.10.1.21
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa
memiliki sasaran meningkatnya peranan kelompok-kelompok dalam
masyarakat di dalam berbagai kegiatan pembangunan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur capaian sasaran ini diantaranya; (1)rata-rata
jumlah kelompok binaan PKK; (2)jumlah LSM; (3) LPM Berprestasi; (4)
PKK aktif; (5)posyandu aktif; dan (6)swadaya masyarakat terhadap
Program Pemberdayaan Masyarakat.
Tabel 2.32
Realisasi Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Dan DesaTahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Rata-rata jumlah
70
70
217
80
80
90
kelompok binaan PKK
Jumlah LSM
217
217
217
88
155
22
LPM Berprestasi
15
20
35
12
37
19
PKK aktif
100
100
242
100
100
100
Posyandu aktif
100
100
100
100
100
100
Swadaya Masyarakat
terhadap Program
60
65
102
75
75 94,12
pemberdayaan
masyarakat
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa indikator sasaran dalam
penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa mengalami
peningkatan kuantitas pada tahun 2014, kecuali jumlah LSM dan LPM
berprestasi. Hal ini tidak berarti capaian kinerja yang dihasilkan juga
mengalami peningkatan.
Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK mengalami peningkatan yaitu
capaian rata-rata jumlah kelompok binaan PKK di tahun 2014 sebesar 90
kelompok. Jumlah LSM mengalami penurunan yang sangat drastis di
tahun 2014 dibandingkan di tahun 2013 yakni sebanyak dari 155 LSM
menjadi 22 LSM.Begitu pula dengan LPM berprestasi juga mengalami
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
66
penurunan di tahun 2014 bila dibandingkan dengan capaian di tahun
2013,
yakni
dari
37
LPM
berprestasi
menjadi
19
LPM
berprestasi.Sedangkan capaian indikator PKK aktif mengalami stagnasi
dari tahun 2012-2014, yakni sebanyak 100 PKK. Begitu juga dengan
Posyandu
aktif
berjumlah
100
posyandu
dari
tahun
2009-2014.
Sedangkan capaian indikator swadaya masyarakat terhadap program
pemberdayaan masyarakat mengalami peningkatan di tahun 2014 yakni
94,12 di bandingkan tahun 2013 yang mencapai 75.
2.1.10.1.22
Statistik
Penyelenggaraan urusan statistik di Kabupaten Banyuwangi dapat
diukur dengan indikator ketersediaan Buku "Banyuwangi Dalam Angka"
dan Buku "PDRB Kabupaten". Indikator ini memilki sasaran Terwujudnya
Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih. Indikator Kabupaten
Banyuwangi Dalam Angka telah tersedia pada setiap tahun, sampai
dengan tahun 2014. Begitu pula dengan buku PDRB Kabupaten, dimana
pada tahun 2014juga telah tersedia.
Tabel 2.33
Realisasi Indikator Urusan Statistik
Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Buku "Kabupaten
ada ada ada ada ada ada
Dalam Angka"
Buku "PDRB
ada ada ada ada
kabupaten"
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2.1.10.1.23
Indikator
Kearsipan
capaian
kinerja
yang
digunakan
untuk
mengukur
penyelenggaraan urusan kearsipan yaitu (1) pengelolaan arsip secara
baku; (2) Peningkatan SDM pengelola kearsipan; dan (3)tersimpannya
arsip inaktif dan statis.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
67
Tabel 2.34
Realisasi Indikator Urusan Kearsipan
Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013
Pengelolaan arsip
30
30
13,6
40
0
secara baku (%)
Peningkatan SDM
pengelola kearsipan
40
40
50
80
100
(%)
Tersimpannya arsip
30
30
30
35
50
inaktif dan statis (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
0
100
60
Indikator urusan kearsipan secara umum tiap tahun angkanya
mengalami peningkatan, begitu pula realisasi yang dilaksanakan sudah
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pengelolaan arsip secara
baku atau SKPD yang mengetrapkan pengelolaan arsip secara baik dan
benar pada tahun 2012 mencapai 40% dengan capaian kinerja sebesar
100%. Peningkatan SDM pengelola arsip pada tahun 2014 terealisasi
sebesar 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan, sehingga
kinerjanya mencapai 100%. Sementara indikator tersimpannya arsip
inaktif dan statis tahun 2014 mengalami peningkatan hingga 10% dari
tahun 2013, sehingga capaian di tahun 2014 menjadi 60%.
2.1.10.1.24
Komunikasi Dan Informatika
Penyelengaraan urusan komunikasi dan informatika bertujuan untuk
mencapai
sasaran
meningkatnya
sarana
informasi
Kabupaten
Banyuwangi. Keberhasilan pencapaian urusan ini dapat dilihat dari 5
(lima) indikator, diantaranya: (1) jumlah jaringan komunikasi; (2) jumlah
surat kabar nasional/lokal; (3)jumlah penyiaran radio/TV lokal; (4)jumlah
penyiaran TV lokal; dan (5)web site milik pemerintah daerah. Secara
umum, kelima indikator tersebut mengalami peningkatan pada tahun
2014, kecuali untuk indikator jumlah jaringan komunikasi, jumlah surat
kabar nasional/lokal dan web site milik pemerintah daerah yang secara
kuantitas atau jumlah masih tetap dengan tahun sebelumnya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
68
Tabel 2.35
RealisasiIndikator Urusan Komunikasi Dan InformatikaTahun
2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013 2014
Jumlah jaringan
11
11
12
13
13
13
komunikasi (jaringan)
Jumlah surat kabar
15
15
15
18
18
18
nasional/lokal (jenis)
Jumlah penyiaran
radio/TV lokal
37/1
40/1
44/1
49/2
51/2
54/2
(penyiaran/ tayang)
Jumlah penyiaran TV
1
1
1
1
1
2
lokal (tayang)
Web site milik
pemerintah daerah
1
1
1
1
1
1
(website)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Jumlah jaringan komunikasi mulai mengalami peningkatan pada
setiap tahunnya sejak tahun 2010-2012 masing-masing 1 unit, namun
pada
tahun
2013-2014
tidak
ada
penambahan
jumlah
jaringan
komunikasi, sehingga pada tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi tetap
memiliki 13 jaringan komunikasi. Sedangkan jumlah surat kabar
nasional/lokal mengalami penambahan pada tahun 2012 sebanyak 3 jenis
dari
tahun
sebelumnya,
sehingga
pada
tahun
2012
Kabupaten
Banyuwangi memiliki 18 jenis surat kabar nasional/local, jumlah tersebut
tetap sama hingga di tahun 2014.Sedangkan jumlah penyiaran radio/TV
lokal di Kabupaten Banyuwangi selalu mengalami peningkatan sejak
tahun 2009 hingga tahun 2014, yakni 37 penyiaran radio dan 1 tayangan
TV lokal di tahun 2009, meningkat menjadi 54 penyiaran radio dan 2
tayangan TV lokal. Sehingga capaian indikator jumlah penyiaran TV lokal
di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 sebanyak 2 tayangan. Selain
itu, dalam meningkatkan akses komunikasi dan informasi, Kabupaten
Banyuwangi juga telah membuat web site milik pemerintah daerah,
dimana sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tetap mengelola dengan baik web site tersebut yang hanya
berjumlah 1 web site.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
69
2.1.10.1.25
Perpustakaan
Penyelenggaraan urusan perpustakaan dilaksanakan oleh Kantor
Perpustakaan dan Arsip. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan
perpustakaan
yaitu
“Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya pendidikan”. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk
mengukur tercapainya sasaran ini diantaranya: (1) jumlah perpustakaan;
(2)jumlah pengunjung perpustakaan pertahun; dan (3) koleksi buku yang
tersedia di perpustakaan daerah.
Indikator
Tabel 2.36
RealisasiIndikator Urusan Perpustakaan
Tahun 2009-2014
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah
1
1
1
1
perpustakaan
Jumlah
pengunjung
40.029 47.648 32.909 288.000
perpustakaan
pertahun
Koleksi buku
yang tersedia
di
47.648 48.861 56.575
56.112
perpustakaan
daerah
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
2
2
61.970 82.375
38.870 55.084
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan
urusan perpustakaan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini dapat
dilihat pada capaian indikator jumlah perpustakaan, meskipun secara
kuantitas di tahun 2013 mengalami peningkatan, dimana Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2013-2014 memiliki dua unit perpustakaan.
Namun peningkatan jumlah perpustakaan tersebut tidak mempengaruhi
jumlah pengunjung perpustakaan pertahun dan jumlah koleksi buku yang
tersedia di perpustakaan daerah. Apabila ditinjau dari jumlah pengunjung
perpustakaan pertahun meskipun pada tahun 2014 telah mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni mencapai 82.375 pengunjung,
namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan capain pada tahun 2012
yang
mencapai
288.000
pengunjung
dengan
hanya
memiliki
1
perpustakaan. Seharusnya dengan memiliki 2 perpustakaan, seharusnya
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
70
capaian jumlah pengunjung perpustakaan per tahun harus melebihi atau
mencapai dua kali lipat dari capaian 2012. Hal ini menunjukkan bahwa
strategi promosi yang dilakukan oleh perpustakaan daerah masih sangat
minim, sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu meningkatkan
kinerjanya dalam memberikan pelayanan yang baik di perpustakaan dan
lebih aktif lagi melakukan promosi terhadap keberadaan perpustakaan.
Sedangkan ditinjau dari koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
daerah meskipun pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan daripada
tahun sebelumnya, yakni sebanyak 55.084 koleksi buku yang tersedia di
perpustakaan daerah, namun jumlah tersebut juga tidak sebanding
dengan jumlah koleksi buku di tahun 2011 yang mencapai 56.575 koleksi
buku dengan hanya memiliki 1 perpustakaan.Hal ini menunjukkan bahwa
sistem pengelolaan perpustakaan dalam hal pengadaan dan perawatan
koleksi buku perlu ditingkatkan kembali. Sehingga koleksi buku yang ada
dapat tetap terawat dan ter-update. Apabila buku-buku koleksi tersebut
dapat terawat dengan baik dan ter-update hal ini juga dapat meningkatkan
pula jumlah pengunjung perpustakaan per tahun.
2.1.10.2
Fokus Layanan Urusan Pilihan
Fokus layanan pada urusan pilihan Kabupaten Banyuwangi, terdiri
dari delapan urusan antara lain urusan pertanian, kehutanan, energi dan
sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan,
perindustrian, dan ketransmigrasian.
2.1.10.2.1 Pertanian
Urusan Pertanian menjadi urusan pertama yang akan dipaparkan,
dimana urusan ini mengemban sasaran meningkatnya daya saing daerah
dan kemandirian ekonomi berbasis pertanian.Indikator yang digunakan
untuk
mengukur
kinerja
dalam
urusan
pertanian
diantaranya:(1)
produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar; (2)
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB; (3) Kontribusi
sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB; (4) Kontribusi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
71
Produksi kelompok petani terhadap PDRB; dan (5) Cakupan bina
kelompok petani.
Tabel 2.37
RealisasiIndikator Urusan Pertanian
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
Produktivitas padi atau
bahan pangan utama
62,51 67,94 65,22
lokal lainnya per hektar
(%)
Kontribusi sektor
pertanian/perkebunan
49,18 49,23 46,59
terhadap PDRB (%)
Kontribusi sektor
perkebunan (tanaman
8,99
8,99
8,19
keras) terhadap PDRB
(%)
Kontribusi Produksi
kelompok petani
3,52
3,8
terhadap PDRB (%)
Cakupan bina kelompok
25,75 25,95
26,6
petani (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2012
2013
2014
65,30
65,87 65,06
46,19
45,52 49,37
7,73
7,85
9,15
3,98
4,18
4,2
26,96
26,99 27,15
Secara umum, indikator sasaran dalam urusan pertanian telah
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.Pada indikator produktifitas
padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar mengalami
penurunan di tahun 2014 yakni 65,06% bila dibandingkan tahun 2013
yakni 65,87%. Meskipun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan, dan
tahun-tahun sebelumnya juga selalu mengalami peningkatan. Sedangkan
capaian indikator kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
mengalami peningkatan kembali di tahun 2014, setelah mengalami
penurunan di tahun 2013, dimana pada tahun 2014 mencapai 49,37% dari
45,52% di tahun 2013. Begitu juga dengan capaian indikator kontribusi
sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB kembali mengalami
peningkatan di tahun 2014, setelah mengalami penurunan di tahun 2012,
dan peningkatan yang kurang signifikan di tahun 2013, dimana pada
tahun 2014 mencapai 9,15% dari 7,73% di tahun 2012 dan 7,85% di tahun
2013.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
72
Disisi lain peningkatan tren pada setiap tahunnya terjadi pada capaian
indikator kontribusi produk kelompok petani terhadap PDRB dan indikator
cakupan bina kelompok petani. Pada capaian indikator kontribusi produksi
kelompok petani terhadap PDRB di tahun 2014 mencapai 4,2% dari
4,18% di tahun 2013. Sedangkan capaian indikator cakupan bina
kelompok petani di tahun 2014 mencapai 27,15% dari 26,99% di tahun
2013.
2.1.10.2.2 Kehutanan
Hutan merupakan sumber kehidupan, yang perlu dilestarikan. Untuk
itu,
guna
mengetahui
optimalisasi
kinerja
Pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi dalam urusan kehutanan, dapat diketahui melalui pencapaian
indikator berikut, yakni: (1) rehabilitasi hutan dan lahan kritis; (2)
kerusakan kawasan hutan; dan (3) kontribusi sektor kehutanan terhadap
PDRB.
Tabel 2.38
Realisasi Indikator Urusan Kehutanan
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
2012
Rehabilitasi hutan
dan lahan kritis
1,01
1,01
1,03
1,05
(%)
Kerusakan
Kawasan Hutan
0,04
0,04
0,04
0,04
(%)
Kontribusi sektor
kehutanan
1,06
1,06
1,63
1,52
terhadap PDRB
(%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2013 2014
1,08
1,6
0,05
0,04
1,59
1,53
Dalam perkembangannya, rehabilitasi hutan dan lahan kritis di
Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
sebagai bentuk upaya agar hutan tetap optimal fungsinya, yang dilakukan
dengan berbagai kegiatan seperti bantuan bibit tanaman penghijauan,
khususnya ditanam pada lahan kritis yang terdapat di seluruh wilayah
Kabupaten Banyuwangi. Atas segala upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
dalam
meningkatkan
upaya
73
rehabilitasi hutan dan lahan kritas, sehingga pada setiap tahunnya
mengalami peningkatan, hingga di tahun 2014 menjadi 1,6%.
Peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang dilakukan
Pemerintah Banyuwangi pada setiap tahunnya tersebut juga disebabkan
kerusakan
kawasan
hutan
di
kabupaten
Banyuwangi
mengalami
peningkatan di tahun 2013 yakni 0,05%, namun berhasil diturunkan pada
tahun 2014 yakni 0,04%, meskipun capaian pada tahun 2014 tersebut
masih dalam kondisi yang sama pada tahun 2009-2012.Sedangkan
capaian indikator kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB mengalami
kondisi yang fluktuatif, dimana pada tahuan 2009-2011 selalu mengalami
peningkatan dari 1,06% (tahun 2009) menjadi 1,635 (ditahun 2012),
kemudian mengalami penurunan menjadi 1,52% (tahun 2012), dan
mengalami peningkatan kembali di tahun 2013 menjadi 1,59% dan
mengalami penurunan kembali di tahun 2014 menjadi 1,53%.
2.1.10.2.3 Energi dan Sumber Daya Mineral
Penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya mineral bersinergi
dengan
pelaksanaan
modal/investasi
kebijakan
sebagaimana
daerah
tertuang
dibidang
dalam
penanaman
RPJMD
Kabupaten
Banyuwangi tahun 2011-2015. Untuk mencapai sasaran ini salah satunya
digunakan indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB.
Tabel 2.39
Realisasi Indikator Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kontribusi sektor
pertambangan terhadap
4,08
4,04
4,42
4,37
4,33 4,04
PDRB
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB setiap tahun
mengalami fluktuasi. Namun secara garis besar dari tahun 2009-2014
kontribusi
sektor
pertambangan
terhadap
PDRB
di
Kabupaten
Banyuwangi menunjukkan kinerja yang stabil atau stagnan. Sebab
capaian indikator kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB pada
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
74
tahun 2014 sama dengan capaian pada tahun 2010, yakni 4,04%. Hal
inimenandakan bahwa terjadi kemunduran kinerja Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi dalam Penyelenggaraan urusan energi dan sumber daya
mineral. Meskipun pada tahun 2012-2013 menjadi sebuah prestasi bagi
Pemerintah Banyuwangi dalam penyelenggaraan urusan energi dan
sumber daya mineral yang telah melebihi target yang telah ditentukan
pada
tahun 2013, sehingga
sektor pertambangan
di Kabupaten
Banyuwangi masih dapat diperhitungkan kontribusinya terhadap PDRB
Kabupaten Banyuwangi.
2.1.10.2.4 Pariwisata
Penyelenggaran urusan pariwisata memiliki sasaran meningkatnya
pemanfaatan potensi pariwisata seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung,
Sukamade dan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan urusan ini diukur
dari beberapa indikator, diantaranya:(1) kunjungan wisata Domestik;
(2)kunjungan wisata Mancanegara; dan (3) kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDRB.
Indikator
Kunjungan
wisata
Domestik
(orang)
Kunjungan
wisata
Mancanegara
(orang)
Kontribusi
sektor
pariwisata
terhadap
PDRB (%)
Tabel 2.40
RealisasiIndikator Urusan Pariwisata
Tahun 2009-2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
398.210
649.681
401.968
1.312.092
1.554.500
1.955.308
11.392
16.890
42.938
50.783
60.706
78,483
4,39
3,71
0.11
4,27
4,07
4,07
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Secara umum capaian indikator dalam penyelenggaraan urusan
pariwisatapada
tahun
2009-2014
menunjukkan
tren
yang
positif.
Peningkatan kunjungan wisata domestik yang sangat pesat mulai terjadi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
75
pada tahun 2012, dimana capaiannya lebih dari 3 kali lipat dibandingkan
dengan tahun 2011, yakni mencapai 1.312.092 orang di tahun 2012.
Jumlah tersebut kemudian semakin meningkat hingga di tahun 2014
mencapai 1.955.308 orang kunjungan wisata domestik. Sama halnya
dengan kunjungan wisata domestik, kunjungan wisata mancanegara juga
mengalami peningkatan pada setiap tahun, dengan peningkatan tertinggi
pada tahun 2011, yakni mencapai 42.938 orang, dan terus meningkat
sampai tahun 2014 hingga mencapai 78.483 orang kunjungan wisata
mancanegara. Sedangkan capaian indikator kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDRB, sempat mengalami penurunan pada tahun 2010-2011,
yakni dari 4,39% di tahun 2009 menjadi 0,11% di tahun 2011. Namun
berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
guna meningkatkan kembali kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB.
Upaya tersebut berbuah hasil yang baik, dimana pada tahun 2012 berhasil
ditingkatkan sebesar 4,16%dibandingkan dengan tahun 2011, yakni
4,27% di tahun 2012. Namun sangat disayangkan capaian tersebut
kembali menurun di tahun 2013, sehingga capaian indikator kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDRB hanya mencapai 4,07% begitu juga
dengan capaian 2014 masih tetap sama dengan tahun 2013.
2.1.10.2.5 Kelautan dan Perikanan
Penyelenggaraan urusan Kelautan dan Perikanan memiliki sasaran
Meningkatnya daya saing daerah dan kemandirianekonomi berbasis
pertanian. Untuk mengukur capaian dari urusan kelautan dan perikanan
tersebut
digunakan
beberapa
indikator
diantaranya:
(1)
produksi
perikanan; (2) konsumsi ikan; (3) cakupan bina kelompok nelayan; (4)
jumlah nelayan yang dapat bantuan pemda; dan (5) produksi perikanan
kelompok nelayan.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
76
Tabel 2.41
RealisasiIndikator Urusan Kelautan dan Perikanan
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
Produksi
perikanan
44.847 57.877 41.773 66.340 72.418
(ton)
Konsumsi
38
29
29,45
29.6
ikan (%)
Cakupan
bina
21
25
32
54
kelompok
nelayan (kel)
Jumlah
nelayan
yang dapat
8
13
8
bantuan
Pemda
(nelayan)
Produksi
perikanan
240
201,6
135,1
148,6
kelompok
nelayan (ton)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
84.829
29,97
30,1
72
85
18
18
337,9
338,23
Capaian atau realisasi indikator kelautan dan perikanan secara umum
mengalami peningkatan. Begitu pula dengan capaian kinerja dari masingmasing indikatornya yang telah mencapai bahkan melebihi target yang
telah ditentukan. Pada tahun 2013 produksi perikanan Kabupaten
Banyuwangi mencapai 72.418 ton meningkat di tahun 2014 sampai
84.829 ton. Capaian indikator konsumsi ikan mengalami peningkatan dari
29,97% ditahun 2013 menjadi 30,1% ditahun 2014. Capaian indikator
cakupan bina kelompok di tahun 2014 juga meningkat menjadi 85
kelompok. Begitu juga dengan capaian indikator jumlah nelayan yang
dapat bantuan pemda meningkat menjadi 18 nelayan di tahun 2013-2014.
Selain itu, capaian indikator produksi perikanan kelompok nelayan juga
mengalami peningkatan menjadi 338,23 ton di tahun 2014 dari 337,9 ton
di tahun 2013.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
77
2.1.10.2.6 Perdagangan
Capaian penyelenggaran urusan perdagangan dapat diukur dengan
beberapa
indikator
diantaranya:
(1)kontribusi
sektor
Perdagangan
terhadap PDRB; (2) Ekspor Bersih Perdagangan; dan (3) Cakupan bina
kelompok
merupakan
pedagang/usaha
ukuran
informal.
untuk
Indikator
mengetahui
tersebut
capaian
tidak
sasaran
lain
dalam
Meningkatkan industri olahan dan kreatif berbasis pertanian.
Tabel 2.42
RealisasiIndikator Urusan Perdagangan
Tahun 2009-2014
Indikator
Kontribusi sektor
Perdagangan
terhadap PDRB
Ekspor Bersih
Perdagangan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
23,78
23,79
23,80
27,43
27,41
23,83
11.497
.875
13.840
.650
15.501
.529
18.197
.011
70.13
4.127
36.30
2.775
27
30
33
Cakupan bina
kelompok
24
pedagang/usaha
informal
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
Kontribusi sektor perdagangan di Kabupaten Banyuwangi pada setiap
tahun 2013-2014 mengalami penurunan bila dibandingkakan dengan
capai tahun 2012, yakni 27,43% di tahun 2012, menurun menjadi 27,41%
di tahun 2013, dan kembali menurun menjadi 23,83% di tahun 2014.
Begitu pula dengan capaian indikator ekspor bersih perdagangan yang
juga mengalami penurunan di tahun 2014 yakni 36.302.775 bila
dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 70.134.127. Sedangkan
capaian indikator cakupan bina kelompok pedagang/usaha informas
selalu mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014, dimana pada tahun
2014 telah mencapai 33 kelompok.
2.1.10.2.7 Perindustrian
Penyelenggaraan, pembangunan dan peningkatan sektor industri di
Kabupaten
Banyuwangi
selama
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
tahun
2009-2013
cenderung
78
menunjukkan
kinerja
yang
fluktuatif.
Hal
ini
disebabkan
situasi
perekonomian yang kurang mendukung dan minim terwujudnya iklim
usaha yang kondusif. Perkembangan kinerja sektor industri dapat dilihat
dari indikator berikut: (1) kontribusi sektor industri terhadap PDRB; (2)
kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB; (3) pertumbuhan
industri; dan (4) cakupan bina kelompok pengrajin.
Tabel 2.43
Realisasi Indikator Urusan Perindustrian
Tahun 2009-2014
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013
Kontribusi sektor
Industri terhadap
5,66 5,65 5,67
PDRB
Kontribusi industri
rumah tangga
5
5,5
terhadap PDRB
sektor Industri
Pertumbuhan
4,83 4,83 4,87
Industri
Cakupan bina
11
kelompok pengrajin
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
6,16
6,01
5,7
9,65
8,36
10,75
6,52
4,83
4,03
16
25
35
Capaian indikator kontribusi sektor industri terhadap PDRB di tahun
2014 mengalami penurunan dibandingkan pada capaiannya di tahun 2013
dan 2012, yakni dari 6,16% di tahun 2012, menurun menjdai 6,01% di
tahun
2013
dan
kembali
menurun
mencapai
5,7%
di
tahun
2014.Sedangkan capaian indikator kontribusi industri rumah tangga
terhadap PDRB sektor Industri di tahun 2014 mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun 2013, yakni sebesar 10,75% (tahun 2014) dari 8,36%
(tahun 2013). Capaian fluktuatif
juga ditunjukkan
pada
indikator
pertumbuhan industri di Kabupaten Banyuwangi, dimana pada tahun 2012
mengalami peningkatan 6,52% dari 4,87% di tahun 2011, yang kemudian
mengalami penurunan di tahun 2013 mencapai 4,83% dan kembali
mengalami penurunan di tahun 2014 hingga mencapai 4,03%. Sedangkan
cakupan bina kelompok pengrajin pada tahun 2011-2014 selalu
mengalami peningkatan, yakni mencapai 35 cakupan bina kelompok
pengrajin di tahun 2014.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
79
2.1.10.2.8 Ketransmigrasian
Penyelenggaraan urusan ketransmigrasian di Kabupaten Banyuwangi
bertujuan untuk mengurangi jumlah pengangguran melalui program
transmigrasi. Program transmigrasi yang dijalankan berupa transmigran
swakarsa (trans. umum, TSM,& TU).
Tabel 2.44
Realisasi Indikator Urusan Ketransmigrasian
Tahun 2009-2014
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
Transmigran
swakarsa (trans.
12,85
15,57
60,19
14,72
64,17
umum, TSM, &
TU)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi, 2014
2014
63,01
Capaian indikator transmigrasi swakarsa (transmigrasi umum, TSM
dan TU) di tahun 2014 sebesar 63,01%. Capaian pada tahun 2014 ini
mengalami penurunan karena di tahun 2013 yang telah mencapai
64,17%. Meskipundemikian Capaian ini termasuk katagori baik karena
dalam mencapai tujuan penyelenggaraan urusan ketransmigrasian untuk
mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Banyuwangi
2.1.11 Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah
dalam mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan
tetap terbuka pada persaingan dengan daerah lainnya, baik yang
berdekatan,
domestik
ataupun
internasional.
Daya
saing
daerah
merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah
sesuai dengan potensi, kekhasan, dan keunggulan daerah. Aspek daya
saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, iklim berinvestasi,
sumber daya manusia, dan fasilitas wilayah atau infrastruktur.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
80
Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor
kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan
tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang
tinggi dan berkelanjutan. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui
aspek daya saing daerah terdiri dari:
2.1.11.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Fokus kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun
2013
Kabupaten
Banyuwangi
pertumbuhan
ekonomi
mengalami
peningkatan yang sangat signifikan, yakni sebesar 7,31 persen (%).
Pertumbuhan perekonomian yang signifikan akan meningkatkan daya
tarik bagi investor untuk menanamkan saham, khususnya pada sektor
Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, demikian juga terhadap
sektor lain mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi
dapat ditunjukkan oleh peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK). Secara rinci dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.45
PDRB ADHK Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 – 2014
No
Sektor
1
2
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
3
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Minum
Bangunan
Perdagangan,
Restoran dan Hotel
Pengangkutan dan
Komunikasi
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-Jasa
Total
4
5
6
7
8
9
2011
5.454.518,03
519.887,44
Realisasi Kondisi
2012
2013
5.753.427,69
5.993.530,88
553.901,78
581.649,10
2014
6.251.830,08
609.536,41
743.513,90
801.168,34
854.372,23
907.576,11
52.874,42
55.601,42
58.693,70
62.391,98
104.147,86
3.077.801,19
114.476,09
3.412.285,67
124.582,07
3.798.288,97
134.688,06
4.239.592,29
518.769,74
555.670,22
591.509,45
630.782,70
692.882,73
738.631,90
798.105,45
856.579,00
629.794,66
11.794.189,97
670.423,21
12.655.586,32
710.976,05
13.511.707,90
754.828,88
14.449.205,51
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
81
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sumbangan dari
berbagai
sektor
pada
PDRB
menunjukkan
stabilitas
ekonomi
di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 mengalami peningkatan.
Peningkatan
PDRB
ini
disebabkan
oleh
peningkatan
konsumsi
masyarakat, belanja pemerintah, investasi, dan perdagangan antar
daerah. Sektor penopang dominan dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Banyuwangi di tahun 2014 adalah sektor pertanian sebesar 45% dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 31%, sedangkan sektor
lainnya: sektor pertambangan dan penggalian 5%, industri pengolahan
5%, bangunan 1%, pengangkutan dan komunikasi 3%, bank dan lembaga
keuangan 4% dan jasa-jasa 6%.
Pada sektor pertanian terjadi peningkatan dari tahun 2012 menuju
ke tahun 2013 sebesar 4,16%. Sektor pertanian menyumbang pada
PDRB sebesar 5.992.818,88. Kemudian, sektor pertambangan dan
penggalian mengalami peningkatan dari tahun 2012 menuju ke tahun
2013 sebesar 5 %. Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang
pada PDRB sebesar 581.649,09.
Pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan dari tahun
2012 ke tahun 2013 sebesar 5,4 %. Sektor industri pengolahan
menyumbang pada PDRB sebesar 826.837,36. Kemudian, sektor listrik,
gas, dan air minum mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun
2013 sebesar 5,5 %. Sektor listrik, gas, dan air minum menyumbang pada
PDRB sebesar 58.683,70. Selain itu, sektor bangunan mengalami
peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,1 %. Sektor industri
pengolahan menyumbang pada PDRB sebesar 123.782,07.
Pada
sektor
perdagangan,
restoran
dan
hotel
mengalami
peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9,5 %. Sektor
perdagangan, restoran dan hotel menyumbang pada PDRB sebesar
3.737.288,97.
Kemudian,
sektor
pengangkutan
dan
komunikasi
mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,1 %.
Sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang pada PDRB sebesar
589.679,46. Selain itu, sektor bank dan lembaga keuangan mengalami
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
82
peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 6,8 %. Sektor bank
dan lembaga keuangan menyumbang pada PDRB sebesar 789.105,46.
Kemudian, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke
tahun 2013 sebesar 6,6 %. Sektor industri pengolahan menyumbang pada
PDRB sebesar 714.806,05.
Peningkatan terjadi pada pertumbuhan perekonomian di Kabupaten
Banyuwangi dari tahun ke tahun seperti dijelaskan pada gambar di bawah
ini:
Grafik 2.16
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2010-2014
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Tahun
2011
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Banyuwangi
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 7,02 %.
Kemudian pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,21 %.
Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang drastis menjadi 7,31 %.
2.1.11.2
Iklim Investasi
Iklim investasi di dukung oleh berbagai macam pajak dan retribusi
daerah.
a.
Kemudahan Perijinan
Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terusmenerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah kemudahan perijinan. Kemudahan perijinan
83
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan
investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang
lama.
Tabel 2.46
Proses Perijinan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
Lama proses
86,84
91,67
90,00
perijinan (%)
Penyelesaian ijin
93
95
98,87
lokasi (%)
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
2014
93,5
98,15
Pada dasarnya proses perijinan di Kabupaten Banyuwangi
secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
dalam memberikan perhatian terhadap proses perijinan sudah
semakin menunjukkan kinerja yang baik. Apabila ditinjau dari capaian
indikator lama proses perijinan pada tahun 2011-2014, telah
menunjukkan peningkatan capain, meskipun pada tahun 2013 sempat
mengalami penurunana dibandingkan tahun 2012, namun di tahun
2014 sudah kembali menunjukkan peningkatan kinerjanya dalam
memberikan pelayanan perijinan, yakni mencapai 93,5% di tahun
2014 meningkat dari 90% ditahun 2013, yang sempat mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 91,67%.
Begitu juga dengan capaian indikator penyelesaian ijin lokasi
yang secara umum juga menunjukan kinerja yang baik, meskipun
pada tahun 2014 sempat mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni 98,15% dari 98,87 di tahun sebelumnya. Meskipun
demikian, capaian di tahun 2014 tersebut telah mampu mencapai
target RPJMD yakni 97,40%.
Berikut
grafik
yang
menggambarkan
perkembangan
kemudahan perijinan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 20112014:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
84
Grafik 2.17
Perkembangan Proses Perijinan
Kabupaten BanyuwangiTahun 2011-2014
Lama Proses Perijinan
94,9
85,75
97,74
96,23
94,2
88,7
Penyelesaian Ijin Lokasi
91,75
93,5
Penyelesaian Ijin Lokasi
2011
2012
Lama Proses Perijinan
2013
2014
Sumber: Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
b.
Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi
Daerah)
Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur
dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang
mendukung iklim investasi. Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada
Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah
(sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku).
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dandiberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan (dalam hal ini perusahaan).
Tabel 2.47
Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Banyuwangi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
85
Tahun 2011 – 2014
Uraian
2011
Jenis Pajak Daerah
11
Jenis Retribusi Daerah
36
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Tahun
2012
2013
11
11
36
26
2014
11
30
Jenis pajak daerah pada tahun 2011-2014 tidak mengalami
peningkatan. Artinya, pengenaan pajak daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah
Kabupaten
Banyuwangi
masih
belum
mengalami
perkembangan hingga di tahun 2014, yakni sebanyak 11 jenis pajak
daerah. Sedangkan jenis retribusi daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan kondisi yang
fluktuatif selama tahun 2011-2014 ini. Dimana pada tahun 2011-2012
jenis retribusi daerah berjumlah 36 jenis, dan mengalami penurunan di
tahun 2013 menjadi 26 jenis dan kembali meningkat di tahun 2014
menjadi 30 jenis.
Grafik 2.18
Perkembangan Jenis Pajak dan Retribusi Daerah
Kabupaten BanyuwangiTahun 2011-2014
40
30
2011
20
2012
2013
10
2014
0
Pajak
Retribusi
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2014
2.1.11.3
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah modal dan kekayaan yang penting
dari setiap kegiatan manusia agar kemampuan yang dimiliki dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Sumber daya manusia
menyangkut dimensi jumlah karakteristik (kualitas) dan persebaran
penduduk. Maka, pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
86
sebagai upaya untuk pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan
dan latihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas, peningkatan kemampuan
penelitian dan pengembangan teknologi. Peningkatan untuk kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci keberhasilan pembangunan
nasional dan daerah.
Pengembangan kualitas sumberdaya manusia dapat meningkatkan
daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indokator dari
kualitas sumber daya manusia dalam rangka peningkatana daya saing
daerah dapat dianalisis dengan melihat kualitas tenaga kerja dan tingkat
ketergantungan
penduduk
untuk
melihat
beban
ketergantungan
penduduk.
2.1.11.3.1
Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)
Pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya
manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusian (SDM) berhubungan
dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan
kerja di dalam negeri maupun luar negeri. Kualitas sumber daya manusia
di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu
wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga
kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk
yang telah menyelesaikan S1, S2, dan S3.
Tabel 2.48
Rasio Penduduk Berijazah Universitas Per 10.000 Penduduk
Kabupaten BanyuwangiTahun 2011 – 2014
Uraian
Satuan
Tahun
2011
2012
2013
2014
Jumlah
penduduk
Jiwa
N/A
25.229
36.835
52.001
lulusan
(ribu)
S1/S2/S3
Jumlah
Jiwa
N/A
1.577.823 1.627.130 1.654.175
Penduduk
(ribu)
Sumber:Lakip Banyuwangi 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
87
Apabila di amatai dari jumlah penduduk lulusan S1/S2/S3 di
Kabupaten banyuwangi pada tahun 2012-2014 selalu mengalami
peningkatan, yakni 25.229 jiwa di tahun 2012, meningkat menjadi 36.835
di tahun 2013, dan kembali meningkat menjadi 52.001 di tahun 2014.
Peneingkatan
Banyuwangi
jumlah
tersebut
penduduk
lulusan
menunjukkan
bahwa
S1/S2/S3
di
Kabupaten
masyarakat
Kabupaten
Banyuwangi mulai memiliki minat untuk meneruskan penidikan ke jenjang
perguruan
tinggi.
Meskipun
apabila
dibandingkan
dengan
jumlah
penduduk pada tahun 2014, kontribusi penduduk lulusan S1/S2/S3 hanya
sebesar 0,03% saja. Kontribusi tersebut masih sangat rendah, apabila
dibandingkan dengan lulusan SMP dan SMA.
2.1.11.3.2
Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan) digunakan untuk
mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk
berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk
muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk
yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk
berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah
melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk
usia kerja yang dianggap sudah produktif. Dengan konsep ini maka dapat
digambarkan jumlah penduduk yang memiliki ketergantungan
pada
penduduk usia produktif. Konsep ini juga memberikan gambaran
ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang
berkembang.
Rasio
ketergantungan
menjelaskan
bahwa
semakin
tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
88
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Uraian
Tabel 2.49
Rasio Ketergantungan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011-2014
Tahun
Satuan
2011
2012
2013
Jumlah
penduduk < 15
Jiwa
N/A
439.454
thn dan >64
(ribu)
tahun
Jumlah
Jiwa
Penduduk Usia
N/A
1.012.467
(ribu)
15-64tahun
Rasio
%
N/A
0,434
ketergantungan
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
2014
473.953
477.769
1.153.177
1.176.406
0,411
0,406
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Rasio ketergantungan di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012-2014 telah menunjukkan
perkembangan yang baik, dimana pada setiap tahunnya telah mengalami
penurunan, yakni dari 0,434 di tahun 2012 menurun menjadi 0,411 di
tahun 2013 dan kembali mengalami penurunan di tahun 2014 pada
capaian 0,406. Hal ini menunjukkan, bahwa beban yang di tangguang
oleh penduduk produktif atas penduduk yang tidak produktif semakin
berkurang. Meskipun memang pada setiap tahunnya penduduk dengan
usia tidak produktif (<15 tahun dan >64 tahun) selalu mengalami
peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan
peningkatan jumlah penduduk yang memiliki usia produktif. Pada tahun
2014, capaian jumlah penduduk tidak produktif hanya 477.769 jiwa,
sedangkan capaian jumlah penduduk produktif sebesar 1.176.406 jiwa,
sehingga rasio ketergantungan pada tahun 2014 hanya sebesar 0,406.
Degan
demikian,
dapat
disimpulkan
bahwa
semakin
rendahnya
persentase rasio ketergantungan pada tahun 2014 menunjukkan semakin
renadahnya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
89
2.1.11.4
Infrastruktur
Analisis kinerja infrastruktur dilakukan terhadap beberapa indikator
meliputi rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang
yang
terangkut
angkutan
umum,
jumlah
orang/barang
melalui
dermaga/bandara/terminal pertahun, ketaatan terhadap RTRW, luas
wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas
wilayah kekeringan, luas wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan
cabang, jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis, kelas,
dan
jumlah
restoran,
jenis, kelas,
dan
jumlah
penginapan/hotel,
persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih, rasio
ketersediaan daya listrik, persentase rumah tangga yang menggunakan
listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon.
Infrastruktur yang tersedia dapat menunjang daya saing daerah untuk
mendukung aktivitas ekonomi pada berbagai sektor di daerah dan antarwilayah.
2.1.11.4.1 AksesibilitasDaerah
Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas daerah dapat dihitung
dengan beberapa indikator sebagai berikut:
a. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum
Jumlah arus penumpang angkutan umum pada tahun 20112013 selalu mengalami peningkatan, yakni 10.880.597 penumpang di
tahun 2011, meningkat menjadi 13.810.777 penumpang di tahun
2012, kembali mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi
14.646.430 penumpang. Namun pada tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 11.824.369 penumpang. Penurunan jumlah arus
penumpang angkuta umum di tahun 2014 ini dikarenakan animo
masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dalam aktivitasnya
semakin
berkurang,
masyarakat
lebih
memilih
menggunakan
kendaraan pribadi. Sehingga di butuhkan upaya perbaikan kendaraan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
90
dan promosi terhadap angkutan umum agar masyarakat kembali
menggunakan angkutan umum semaga moda transportasi utama.
Tabel 2.50
Jumlah Arus PenumpangTerangkut Angkutan Umum (dalam 1
Tahun) Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
2014
Jumlah
arus
penumpang 10.880.597 13.810.777 14.646.430 11.824.369
Angkutan
Umum
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
b. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus Per Tahun
Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus pada tahun 20112014 masih tetap sama, yakni 2 Pelabuhan Laut, 1 bandara dan 8
terminal bus. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum ada
penambahan kuantitaspelabuhan laut/udara dan terminal bus. Fohus
Pemerintah Kabupaten banyuwangi saat ini adalah lebih pada
perawatan sarana dan prasarana pelabuhan laut/udara/terminal bus
dengan
mengoptimalkan
pemanfaatannya
untuk
memfasilitasi
masyarakat uang menggunakan moda transportasi umum.
Tabel 2.51
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
Jumlah Pelabuhan
2/1/8
2/1/8
2/1/8
Laut/Udara/Terminal Bus
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
2.1.11.4.2
a.
2014
2 /1/ 8
Penataan Wilayah
Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Ketaatan terhadap RTRW merupakan kesesuaian implementasi
tataruang
hasil
perencanaan
tata
ruang
berdasarkan
aspek
administratif dan atau aspek fungsional dengan peruntukan yang
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
91
direncanakan sesuai dengan RTRW. Selama dua tahun terakhir,
persentase ketaatan terhadap RTRW di Kabuapeten Banyuwangi
dalam kondisi baik. Ketaatan ini salah satunya ditunjukkan dengan
rasio
bangunan
ber-IMB
pada
tahun
2011-2014
mengalami
peningkatan yang signifikan. Selain itu, kondisi tersebut menunjukkan
adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Sehingga kondisi ketaatan
terhadap RTRW dapat diaktegorikan dalam kondisi yang baik dari
tahun 2011-2014.
Tabel 2.52
Rasio Ketaatan Terhadap RTRW
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 – 2014
Uraian
Satuan
Tahun
2011
2012
2013
Ketaatan
terhadap
Kondisi
Baik
Baik
Baik
RTRW
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
b.
2014
Baik
Luas Wilayah Produktif
Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah
produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan
RTRW. Luas wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014
mengalami penurunan dibandingakn pencapaian pada tahun 2013,
yakni 50,70% di tahun 2014 mengalami penurunan dari 52,45 di tahun
2013.
Tabel 2.53
Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten BanyuwangiTahun
2011 – 2014
Tahun
Uraian
Satuan
2011
2012
2013
2014
Luas wilayah
52,45
%
57,65
83,85
50,70
produktif
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Apabila
ditinjau
dari
tabel
diatas,
menunjukkan
bahwa
penurunan luas wilayah produktif yang sangat signifikan terjadi pada
tahun 2013, yakni dari 83,85% di tahun 2012 menjadi 52,45% di tahun
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
92
2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pada setiap tahunnya luas
wilayah produktif di Kabupaten Banyuwangi semakin mengalami
penyempitan dan terjadi alih fungsi lahan.
c.
Luas Wilayah Industri
Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan
Industri terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan
RTRW. Luas wilayah industri selalu menunukkan perluasan wilayah
dari tahun 2011-2014, yakni dari 2,2% di tahun 2011 meningkat
menjadi 2,50% di tahun 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaaan industri di Kabupaten Banyuwangi semakin berkembang
hingga tahun 2014 ini.Meskipun pada tahun 2013 sempat mengalami
penurunan luas wilayah industri menjadi 2,35%. Namun penurunan
tersebut kembali mengalami peningkatan yang sangat drastis di tahun
2014.
Tabel 2.54
Persentase Luas Wilayah Industri Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
Satuan
2011
2012
2013
2014
Luas wilayah industri
%
2,2
2,39
2,35
2,50
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
d.
Luas Wilayah Perkotaan
Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas
wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai
dengan RTRW.Luas wilayah perkotaan, pada tiap tahunnya sejak
tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan, yakni dari 9,6 di
tahun 2011 meningkat menjadi 9,9% di tahun 2014. Peningkatan yang
terjadi selama jangka waktu 4 tahun tersebut sebesar 0,3%.
Tabel 2.55
Persentase Luas Wilayah Perkotaan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
Satuan
2011
2012
2013
2014
Luas wilayah
%
9,6
9,65
9,85
9,9
perkotaan
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
93
2.1.11.4.3 Ketersediaan Air Bersih
Air Bersih(clean Water) adalahair yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum setelah dimasak. Air Minum(drinking water) merupakan air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).
Tabel 2.56
Jumlah Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
Kabupaten BanyuwangiTahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
2014
Jumlah Rumah
Tangga
31.620
38.756
36.169
77.000
Pengguna Air
Bersih
Sumber:LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2011
sampai tahun 2014 jumlah rumah tangga pengguna air bersih selalu
meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2013. Hal ini
dapat dilihat pada perkembangannya di tahun 2011, peningkatan rumah
tangga pengguna air bersih mengalami peningkatan sebesar 3,25%
dibandingkan dengan tahun 2010, yakni mencapai 31.620 RT. Pada tahun
2012, peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu
22,57% sehingga capaiannya sebesar 38.756 rumah tangga. Namun pada
tahun 2013terjadi penurun rumah tangga pengguna air bersih sebesar
6,6%, sehingga di tahun 2013 hanya terdapat 36.169 RT yang
menggunakan air bersih. Meskipun demikian, peningkatan jumlah rumah
tangga pengguna air bersih sangat signifikan terjadi di tahun 2014, yakni
mencapai 77.000 RT. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat semakin meningkat dengan menggunakan air bersih
dalam kehidupan sehari-harinya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
94
2.1.11.4.4 Fasilitas Listrik dan Telepon
a.
Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik
Penyediaan
tenaga
listrik
bertujuan
untuk
meningkatkan
perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Indikator
yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah
tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.57
Jumlah Rumah Tangga yang Berlistrik Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
2014
PersentaseRumah
49,85
71
85,55
86,19
Tangga Berlistrik
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Apabila mengacu pada capaian persentase rumah tangga
berlistrik seperti pada tabel di atas menunjukkan peningkatan pada
setiap tahunnya selama tahun 2011-2014. Pada tahun 2012
persentase rumah tangga yang berlistrik mengalami peningkatan yang
sangat drastis dibandingkan tahun-tahun berikutnya, yakni mencapai
71% di tahun 2012 dari yang sebelumnya hanya 49,85% di tahun
2011. Selain itu pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan
terhadap jumlah rumah tangga berlistrik sebesar 85,55% dan di tahun
2014 mencapai 86,19%.
Peningkatan pencapaian persentase rumah tangga berlistrik di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011-2014 menunjukkan bahwa
kesejahteraan masyarakat Banyuwangi semakin meningkat. Namun
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih memiliki tugas wajib yaitu
meningkatkan ketersediaan listrik di seluruh masyarakat Kabupaten
Banyuwangi. Pencapaian sebesar 86,19% harus tetap dijadikan
motivasi untuk mencapai 100% seluruh masyarakat mendapatkan
listrik. Hal inilah yang nantinya menjadi sebuah modal para
masyarakat untuk lebih dapat meningkatkan kesejahteraannya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
95
2.1.11.4.5 Ketersediaan Restoran (persentase jumlah restoran menurut
jenis dan kelas)
Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukkan tingkat
daya tarik investasi suatu daerah.Banyaknya restoran dan rumah makan
menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluangpeluang
yang
ditimbulkannya.Restoran
adalah
tempat
menyantap
makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Pada tahun 2012, jenis,
kelas, dan jumlah restoran mengalami penurunan, akan tetapi capaian ini
sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012.
Tabel 2.58
Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten BanyuwangiTahun
2011 – 2014
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
2014
Jenis, kelas, dan
62
59
90
jumlah restoran
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
Namun pada tahun 2013 jenis, kelas dan jumlah restoran
mengalami peningkatan menjadi 90. Dapat lebih dijelaskan pada gambar
di bawah ini:
Grafik 2.19
Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten BanyuwangiTahun
2011 – 2013
100
80
Tahun
2011
60
40
Tahun 2013
20
Tahun
2012
Tahun 2011
0
Jenis, kelas, dan
jumlah restoran
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
96
Walaupun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7,8 %
kemudian tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 90 jenis, kelas dan
jumlah restoran. Peningkatan tersebut menunjukan tingkat daya tarik
investasi pada Kabupaten Banyuwangi. Banyaknya restoran dan rumah
makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan
peluang-peluang yang ditimbulkannya.
2.1.11.4.6 Ketersediaan Penginapan
Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang
penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam
menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.Semakin
berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik
kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah
kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh
ketersediaan penginapan/hotel. Namun pada
tahun 2012, jumlah
penginapan dan hotel di Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan,
namun capaian ini masih sesuai dengan target yang ditetapkan pada
tahun 2012.
Tabel 2.59
Jumlah Hotel dan Penginapan
Tahun 2011 – 2014 Kabupaten Banyuwangi
Tahun
Uraian
2011
2012
2013
Jumlah Hotel dan
65
62
70
Penginapan
Sumber: LAKIP Kabupaten Banyuwangi 2014
2014
Namun pada tahun 2013 jumlah hotel dan penginapan mengalami
peningkatan menjadi 70. Dan peningkatan yang terjadi pada tahun 2013
jika di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 20,8 %. Peningkatan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
97
Grafik 2.20
Jumlah Hotel dan Penginapan Tahun 2011 – 2013
Kabupaten Banyuwangi
70
68
66
64
62
60
Tahun 2013
Tahun 2012
58
Tahun 2011
Sumber : Lakip Kabupaten Banyuwangi 2013
Peningkatan
pada
ketersediaan
penginapan/hotel
dapat
meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan
melayani jumlah kunjungan dari luar daerah.Semakin berkembangnya
investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke
daerah tersebut.
2.2
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai
Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
Hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
daerah tahun lalu yang meliputi seluruh program dan kegiatan yang
dikelompokkan menurut kategori urusan wajib dan urusan pilihan
pemerintah daerah tertuang dalam lampiran dokumen ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
98
2.3
2.3.1.
Permasalahan Pembangunan Daerah
Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas
dan sasaran pembangunan daerah
Berikut ini akan dipaparkan mengenai tabel prioritas tingkat
nasional dan provinsi pada tahun 2015. Dalam tabel tersebut akan
dipaparkan mengenai keterkaitan antara prioritas sasaran yang dilakukan
pemerintah ditingkat nasional dan provinsi yang menjadi acuan dari
pemerintah
kabupaten
Banyuwangi
dalam
menentukan
prioritas
pembangunan ditahun 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
99
TABEL 2.60
PRIORITAS TINGKAT NASIONAL DAN PROVINSI PADA TAHUN 2015
TINGKAT NASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sosial Budaya dan Kehidupan
Beragama
- Pengendalian Jumlah
Penduduk
- Reformasi Pembangunan
Kesehatan
- Reformasi Pembangunan
Pendidikan
- Sinergi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
Ekonomi
- Transformasi sektor industri
dalam arti luas
- Peningkatan daya saing
tenaga kerja
- Peningkatan daya saing
UMKM dan Koperasi
- Peningkatan efisiensi sistem
logistik dan distribusi
- Reformasi keuangan negara
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
- Peningkatan Kapasitas Iptek
Sarana dan Prasarana
- Peningkatan Ketahanan air
- Peningkatan konektifitas
nasional
- Peningkatan ketersediaan
infrastruktur pelayanan dasar
Politik
- Konsolidasi demokrasi
Pertahanan dan Keamanan
- Percepatan pembangunan
MEF dengan pemberdayaan
industri pertahanan
- Peningkatan ketertiban dan
keamanan dalam negeri
Hukum dan Aparatur
- Reformasi birokrasi dan
peningkatan kapasitas
kelembagaan publik
- Pencegahan dan
pemberantasan korupsi
Wilayah dan Tata Ruang
- Pembangunan daerah
tertinggal dan perbatasan
- Pengelolaan resiko bencana
- Sinergi pembangunan
pedesaan
Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
- Perkuatan ketahanan Pangan
- Peningkatan ketahanan
energi
TINGKAT PROVINSI
1. Kemandirian Ekonomi
- Pengurangan
ketergantungan terhadap
impor bahan baku dan
bahan penolong serta
barang jadi
- Penguatan daya saing
daerah baik sumber daya
manusia maupun produk
daerah.
- Peningkatan perdagangan
luar negeri (export) dan
surplus neraca
perdagangan dalam
negeri.
2. Pembangunan industri
Hulu-Hilir
- Pengembangan industri
dasar dengan upaya
penguatan struktur industri
- Pengembangan hilirisasi
industri
- Peningkatan produk bahan
baku/penolong domestik
sebagai
pengganti/substitusi impor
3. Pembangunan agrobisnis
dan agroindustri serta
UMKM
- Peningkatan produktivitas
pertanian guna
meningkatkan NTP
- Pengembangan
agroindustri di arahkan
pada sentra-sentra
produksi dimana berfungsi
untuk pengembangan
UMKM berbasis hasil
pertanian
4. Pembangunan Infrastruktur
- Regulasi pendukung
penguatan kemandirian
ekonomi agar dapat
berpihak pada kekuatan
ekonomi domestik
- Pengembangan sarana
dan prasarana infrastruktur
untuk mendorong
pertumuhan ekonomi
(kelancaran arus barang
dan jasa) dan peningkatan
pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar
masyarakat serta
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
KABUPATEN BANYUWANGI
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan
- Peningkatan akses dan
kualitas pendidikan
yang bermoral dan
berakhlak
Kesehatan
- Peningkatan akses dan
kualitas kesehatan
Pertanian
- Revitalisasi sektor
pertanian
- Pengembangan industri
olahan dan kreatif
berbasis pertanian
Pariwisata
- Pengembangan
pariwisata berbasis
kearifan lokal
- Pelestarian dan
pengembangan budaya
lokal
UMKM
- Meningkatkan daya
saing koperasi, usaha
mikro kecil dan
menengah berbasis
kelompok dan kluster
- Penguatan regulasi
ekonomi kerakyatan
daerah
100
TINGKAT NASIONAL
-
TINGKAT PROVINSI
Percepatan pembangunan
kelautan
Peningkatan keekonomian
keanekaragaman hayati dan
kualitas lingkungan hidup
2.3.2.
Identifikasi
-
KABUPATEN BANYUWANGI
pengurangan disparitas
antar wilayah
Meningkatkan porsi kredit
kepada UMKM melalui
Bank Umum, Bank UMKM
(penambahan penyertaan
modal dan
BPRKabupaten/Kota.
Permasalahan
Penyelenggaraan
Urusan
Pemerintah Daerah
Berikut ini akan dijelaskan mengenai permasalahan pembangunan
yang dibuat tiap urusan yang menyangkut layanan dasar dan tugas/fungsi
tiap SKPD. tabel dibawah ini meliputi penjelasan mengenai kriteria,
urusan, faktor keberhasilan dan permasalahan. Kriteria merupakan
indikator kinerja dari setiap urusan, urusan terbagi menjadi urusan wajib
dan urusan pilihan, faktor keberhasilan adalah faktor penentu yang
mempengaruhi
keberhasilan
pencapaian
target
indikator
kinerja,
kemudian permasalahan adalah kendala yang dihadapi dalam upaya
mencapai target kinerja. Penjelasan lebih lengkap akan dijabarkan melalui
tabel identifikasi permasalahan pemerintah daerah berikut ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
101
TABEL 2.61IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
URUSAN WAJIB
(1)
A
1
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
APM (%)
APK (%)
APS (%)
Angka Kelulusan
Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk
usia sekolah
Rasio guru/murid per kelas rata-rata
Angka Melek Huruf (%)
Angka rata-rata lama sekolah
Pendidikan Anak Usia Dini
Angka Melanjutkan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
PENDIDIKAN
1.
kurangnya kesadaran masyarakat buta huruf
akan pentingnya baca, tulis dan hitung.
2. kurang terdeteksinya anak berkebutuhan
khusus usia sekolah;
3. jumlah masyarakat buta aksara relatif masih
tinggi;
4. rendahnya partisipasi wali murid dan guru
tentang pentingnya pendidikan
5. masih rendahnya kesadaran orang tua
terhadap pendidikan
6. kurangnya kesadaran orang tua dalam hal
pentingnya melanjutkan sekolah ke jenjang
SMP
7. anggapan masyarakat bahwa usia 16-18
tahun sudah siap untuk bekerja dan tidak
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi
8. Masih terdapatnya penduduk dengan umur
yang tidak proporsi memasuki jenjang
pendidikan yang sesuai
9. Rendahnya kesadaran orang tua dan
minimnya sosialisasi pentingnya pendidikan
sejak dini dan mensekolahkan anaknya
diumur 7-12 tahun di tingkat SD/MI/Paket A;
10. masih adanya anak kebutuhan khusus yang
tidak bersekolah
102
NO.
(1)
2
KRITERIA/ASPEK
(2)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
11. Rendahnya kesadaran orang tua untuk segera
mensekolahkan/melanjutkan jenjang sekolah
anak ketika sudah siap usia 13-15 ke tingkat
SMP/MTs/Paket B;
12. masih adanya anak kebutuhan khusus yang
tidak bersekolah
13. Tingginya anggapan dari masyarakat bahwa
usia sekitar 16-18 tahun sudah siap untuk
bekerja dan tidak melanjutkan ke jenjang
SMA/SMK/MA/ Paket C
ï‚· Rasio posyandu per satuan balita
ï‚· Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 30.000
penduduk
ï‚· Rasio Rumah Sakit per 10.000 penduduk
ï‚· Rasio dokter per satuan penduduk
ï‚· Rasio tenaga kefarmasian per 100.000
penduduk
ï‚· Rasio tenaga ahli gizi per 100.000 penduduk
ï‚· Jumlah Rumah Sakit
ï‚· Jumlah Puskemas, Pustu, Pusling
ï‚· Jumlah Tenaga Medis
ï‚· Keperawatan (perawat dan bidan)
ï‚· Kefarmasian (apoteker dan ahli farmasi)
ï‚· Tenaga kesehatan
ï‚· Sanitarian
ï‚· Ahli gizi
ï‚· Rasio tenaga medis per 1000 penduduk
ï‚· Rasio tenaga keperawatan per 100.000
penduduk
KESEHATAN
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
1. Masih sering terjadinya keterlambatan
dalam pengenalan resiko kematian dan
komplikasi pada bayi sejak dini,
2. minimnya peningkatan SDM teknis, masih
terbatasnya pelatihan kader penanganan
pertama gawat darurat.
3. Keterlambatan mendeteksi, rujukan dan
penanganan rujukan,
4. kurang optimalnya kompetensi dan
kepatuhan tugas dalam layanan ibu hamil
sesuai standar.
5. dari realisasi yang ada, masih terdapat
sekitar 0,20% total penduduk yang perlu
dicapai angka usia harapan hidupnya.
6. terbatasnya jumlah tim motivator gizi,
7. masih belum dapatnya dipastikan telah
diberikannya makanan tambahan balita
yang baik dan sesuai kesehatan.
103
NO.
(1)
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
3
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
KRITERIA/ASPEK
(2)
Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan
Cakupan Desa / kelurahan Universal Child
Immunization (UCI)
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat
perawatan
Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit DBD
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan puskesmas
Cakupan pembantu puskesmas
BOR (Bed Occupancy rate )
AVLOS ( Average Length of Stay)
BTO (Bed Turn Over)
TOI ( Turn Over Interval)
Angka Kematian > 48 jam (GDR)
Angka Kematian < 48 jam (NDR)
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik
Rasio Jaringan Irigasi
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Persentase rumah tinggal bersanitasi
Rasio tempat pemakaman umum per satuan
penduduk
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
PEKERJAAN UMUM
1.
2.
Perlunya pemerataan pembangunan saluran
irigasi yang banyak mengalami kerusakan
Lemahnya inventarisasi data terkait dengan
urusan pekerjaan umum, baik mengenai ruas
jalan kondisi rusak, ruas jalan yang bersaluran
drainase, rumah tinggal bersanitasi dan layak
huni
104
NO.
(1)
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
KRITERIA/ASPEK
(2)
satuan penduduk
Rasio rumah layak huni
Rasio permukiman layak huni
Panjang jalan dilalui Roda 4
Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke
kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui
roda 4)
Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( >
40 KM/Jam )
Panjang jalan yang memiliki trotoar dan
drainase/ saluran pembuangan air (minimal
1,5 m)
Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki
lima atau bangunan rumah liar
Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan
aliran air tidak tersumbat
Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik
Lingkungan Pemukiman
Pembangunan waduk, embung dan
longstorege, cek dam, ground sill
Pembangunan infrastruktur pengaman pantai
dan muara sungai
Rumah tangga pengguna air bersih
Rumah tangga pengguna listrik
Rumah tangga ber-Sanitasi
Rumah layak huni
4
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
5
ï‚· Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas
Wilayah ber HPL/HGB
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
3.
4.
5.
6.
PERUMAHAN RAKYAT
PENATAAN RUANG
(5)
Terbatasnya kuantitas dan kapasitas SDM
teknis,
Banyak saluran irigasi yang masih
menggunakan sistem irigasi non teknis
Minimnya alokasi anggaran yang
diperuntukkan pembangunan jalan menuju
obyek wisata serta perbaikan ruas jalan yang
panjang dan luas
Kurang memadainya peralatan pembangunan
jalan serta terbatasnya pembebasan lahan
untuk pelebaran jalan
1.
Minimnya sarana dan prasarana lingkungan
permukiman
2. Minimnya penyediaan utilitas lingkungan
permukiman
1. Terbatasnya luas wilayah yang bisa
dibebaskan lahannya untuk RTH.
105
NO.
(1)
KRITERIA/ASPEK
(2)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
2. Target dalam RPJMD terlalu tinggi padahal
6
ï‚· Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD
yg telah ditetapkan dgn PERDA
ï‚· Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD
yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
ï‚· Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD
yg telah ditetapkan dgn PERKADA
ï‚· Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
arahan dari SPM bahwa setiap tahun
kabupaten harus memenuhi 25% dari 30%
luasan wilayah yang nantinya terbagi
selama 5 tahun periode RPJMD
Data yang dimiliki oleh beberapa SKPD untuk
kepentingan penyusunan RPJMD cenderung
sulit untuk diperoleh.
SKPD belum merujuk secara terperinci
dokumen RPJMD untuk menyusun renstra
skpd
Inventarisasi data dari SKPD yang
menunjukkan data paling update cenderung
sulit untuk didapatkan
SKPD belum merujuk secara terperinci
dokumen RPJMD untuk menyusun renja
SKPD Terdapat ketidakseimbangan antara
beban kerja dengan jumlah personel
Rendahnya kompetensi dari Sumber Daya
Manusia (Aparatur) dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya, termasuk
kompetensi dalam menentukan target
pembangunan
Belum optimalnya ketersediaan data yang ada
di setiap SKPD untuk menunjang proses
perencanaan baik untuk tingkat kabupaten
maupun masing-masing SKPD
106
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
(1)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
7.
7
8
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Jumlah arus penumpang angkutan umum
Rasio ijin trayek
Jumlah uji kir angkutan umum
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Angkutan darat
Kepemilikan KIR angkutan umum
Lama pengujian kelayakan angkutan umum
(KIR)
ï‚· Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
ï‚· Pemasangan Rambu-rambu
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Persentase penanganan sampah
Persentase Luas pemukiman yang tertata
Pencemaran status mutu air
Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor
dan Sumber Mata Air
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan
amdal.
Tempat pembuangan sampah (TPS) per
satuan penduduk
Penegakan hukum lingkungan
Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi
debit stabil
PERHUBUNGAN
1.
2.
3.
4.
LINGKUNGAN HIDUP
1.
2.
3.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
(5)
Prosesntase program yang tertuang dalam
RKPD belum bisa diukur apakan sudah
merepresentasikan dari RPJMD
Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan
masyarakat untuk tertib berlalu lintas
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mengurus uji laik jalan kendaraan (KIR)
Masih kurang memadainya rambu-rambu lalu
lintas yang ada
Menurunnya minat masyarakat terhadap
penggunakan jasa angkutan umum, sehingga
mengakibatkan terjadinya lonjakan
penggunaan kendaraan pribadi yang semakin
tinggi yang tidak sebanding dengan jumlah
jalan yang tersedia
Masih kurang pedulinya masyarakat terhadap
lingkungan hidup, terlihat banyaknya
masyarakat yang berada di sekitar sungai
yang membuang sampah dan material di
sungai, begitu juga dengan lingkungan yang
masih banyak terlihat kurang terawat dan
tertata dengan baik
Kapasitas lahan pembuangan sampah yang
sudah ada tidak mampu menampung seluruh
sampah industri dan rumah tangga yang
semakin tinggi serta sedikitnya armada angkut
sampah
Masih banyaknya pemilik kegiatan/usaha yang
belum peduli dalam pengelolaan lingkungan
107
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
(1)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
4.
5.
6.
7.
8.
9
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
Rasio bayi berakte kelahiran
Rasio pasangan berakte nikah
Kepemilikan KTP (%)
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
KEPENDUDUKAN DAN
PENCATATAN SIPIL
1.
(5)
terutama yang menghasilkan limbah sehingga
keadaan lingkungan masih banyak yang
tercemar dan banyak pengaduan masyarakat
adanya pencemaran lingkungan
Masih terdapat perusahaan yang belum
terjangkau pengawasan AMDAL dan tidak
membuat laporan pelaksanaan AMDAL setiap
6 (enam) bulan sekali.
Terbatasnya jumlah personil mengenai
kegiatan survey perencanaan dan
pengawasan terhadap kegiatan gerakan air
bersih
Upaya pengelolaan lingkungan hidup semakin
berat dan komplek, berbagai upaya yang telah
dilakukan masih terasa belum sepenuhnya
menunjukkan keberhasilan yang signifikan.
Terjadinya erosi di daerah sekitar sumber
mata air, sehingga besar debit airnya
berkurang.
Pengendalian dan pengawasan terhadap
aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan
masih lemah.
Permasalahan dalam hal kelancaran
pelayanan masyarakat yang disebabkan oleh
banyaknya pengajuan pelayanan se
Kabupaten Banyuwangi sedangkan tenaga
yang tersedia sangat terbatas
108
NO.
(1)
KRITERIA/ASPEK
(2)
ï‚· Ketersediaan database kependudukan skala
provinsi
ï‚· Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
2.
3.
4.
10
11
ï‚· Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah
ï‚· Partisipasi perempuan di lembaga swasta
ï‚· Rasio KDRT
ï‚· Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
ï‚· Partisipasi angkatan kerja perempuan
(Legislatif)
ï‚· Partisipasi angkatan kerja perempuan
(Eksekutif)
ï‚· Penyelesaian pengaduan perlindungan
perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
ï‚· Rata-rata jumlah anak per keluarga
ï‚· Rasio akseptor KB
ï‚· Cakupan peserta KB aktif
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK
1.
2.
3.
KELUARGA BERENCANA DAN
KELUARGA SEJAHTERA
(5)
Rendahnya pemahaman atau kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil
Rendahnya pemahaman atau kesadaran
masyarakat tentang pentingnya mempunyai
KTP
Sarana dan prasarana pendukung yang
kurang memadai dalam penyelenggaraan
pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan
sipil
Belum optimalnya upaya perlindungan
perempuan dan anak dari berbagai bentuk
berbasis gender, eksploitasi dan diskriminasi
Masih tingginya budaya patriarki dan
ketimpangan gender serta kurangnya
pemahaman masyarakat tentang undangundang nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT
dan undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak
Keterlibatan peran organisasi perempuan
dalam pengambilan kebijakan belum optimal
sehingga peran organisasi perempuan dalam
pembanguna belum terlaksana secara
maksimal
1. Tenaga profesional pengelola KB berkurang
akibat otonomi daerah dimana sebagian
dimutasi ke instansi lain;
109
NO.
(1)
12
KRITERIA/ASPEK
(2)
ï‚· Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
I
ï‚· Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo
dan panti rehabilitasi
ï‚· PMKS yg memperoleh bantuan sosial
ï‚· Penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
(3)
SOSIAL
PERMASALAHAN
(5)
2. a) Belum optimalnya institusi-institusi
masyarakat dalam melaksanakan program
KB; b) Keterbatasan SDM baik kuantitas
maupun kualitas terutama PKB/PLKB; c)
Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun
kualitas terutama PKB/PLKB
3. tingkat kesadaran untuk mengatur dan
mengendalikan jumlah kelahiran masih
kurang
4. a) Tenaga profesional pengelola KB
berkurang akibat otonomi daerah dimana
sebagian dimutasi ke instansi lain; b) Belum
optimalnya institusi-institusi masyarakat
dalam melaksanakan program KB; c)
Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun
kualitas terutama PKB/PLKB; d)
Keterbatasan SDM baik kuantitas maupun
kualitas terutama PKB/PLKB
1. Kinerja Tenaga TKSK dan PSM Tingkat lanjut
masih belum optimal mengantisipasi
permasalahan sosial di wilayahnya
2. Program dan kegiatan masih belum bisa
mengcover seluruh masalah-masalah sosial
yang terjadi sehingga terdapat kecenderungan
terjadi peningkatan jumlah Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
110
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
(1)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
3.
4.
5.
13
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Angka partisipasi angkatan kerja
Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
Tingkat partisipasi angkatan kerja
Pencari kerja yang ditempatkan
Tingkat pengangguran terbuka (%)
Keselamatan dan perlindungan
Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap
kebijakan pemerintah daerah
KETENAGAKERJAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
(5)
Belum terintegrasinya penanggulangan
kemiskinan
Belum optimalnya penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial
Belum optimalnya pendayagunaan dan
pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS), termasuk kurangnya
pemahaman masyarakat dalam hal
penanganan PSKS tersebut
Para Pencari Kerja masih banyak yang
menunggu lowongan kerja pada sektor
informal, artinya ketertarikan pada sektor
wirausaha masih menjadi minim.
Masih terdapat perusahaan yang belum
memenuhi hak-hak para pekerja
Kurangnya animo perusahaan dalam
memberikan informasi bursa tenaga kerja
perusahaannya.
Perluasan lapangan kerja yang belum
sebanding dengan pertumbuhan angkatan
kerja
Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja
belum sesuai dengan kebutuhan pasar
Tidak tersedianya ketrampilan yang diperlukan
oleh penyedia lapangan kerja
Kurang optimalnya koordinasi antara Dinas
Sosial Tenaga Kerja dengan pengusaha terkait
111
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
(1)
URUSAN
(3)
14
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT)
Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
Jumlah BPR/LKM
Usaha Mikro dan Kecil
KOPERASI DAN UKM
15
ï‚· Jumlah investor berskala nasional
(PMDN/PMA)
ï‚· Jumlah nilai investasi berskala nasional
(PMDN/PMA)
ï‚· Rasio daya serap tenaga kerja
ï‚· Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN
(milyar rupiah)
ï‚· Penyelenggaraan festival seni dan budaya
ï‚· Sarana penyelenggaraan seni dan budaya
ï‚· Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan
PENANAMAN MODAL
16
17
ï‚· Jumlah klub olahraga
ï‚· Jumlah gedung olahraga
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
KEBUDAYAAN
KEPEMUDAAN DAN
OLAHRAGA
PERMASALAHAN
(5)
dengan jaminan keselamatan kerja
1. Jaringan pasar industri kecil dan kemitraan
dalam usaha pemasaran masih terbatas;
2. Akses modal bagi UMKM masih terbatas
3. Belum bisa mengakses ke perbankan/KUR
1. Sarana prasarana penyelenggaraan
pelatihan kerja belum sesuai dengan
perkembangan kebutuhan pasar kerja;
2. Sistem informasi ketenagakerjaan belum
memadai
1. kurangnya koordinasi antara dinas dengan
sanggar-sanggar seni budaya
2. Pengelolaan kekayaan budaya yang berupa
fisik (sarana) belum optimal
1. baru tersusunnya SOP klub olahraga
2. belum adanya UPTD pemuda dan olahraga
di tingkat kecamatan
3. kurang koordinasi dengan KONI;
4. minimnya pelatih yang berprestasi;
5. terbatasnya penganggaran, dana teralokasi
untuk pengembangan kapasitas bidang
olah raga;
6. pengelolaannya belum diserahkan ke
Dispora;
7. jumlah gedung olah raga tidak mengalami
peningkatan secara realisasi dari jumlah
112
NO.
(1)
KRITERIA/ASPEK
(2)
18
ï‚· Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas
dan OKP
ï‚· Kegiatan pembinaan politik daerah
19
ï‚· Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000
penduduk
ï‚· Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
ï‚· Rasio Pos Siskamling per jumlah
desa/kelurahan
ï‚· Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan
adiministrasi pemerintah
ï‚· Penegakan PERDA
ï‚· Cakupan patroli petugas Satpol PP
ï‚· Tingkat penyelesaian pelanggaran K3
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
KESATUAN BANGSA DAN
POLITIK DALAM NEGERI
OTONOMI DAERAH,
PEMERINTAHAN UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN
DAERAH,PERANGKAT
DAERAH,KEPEGAWAIAN DAN
PERSANDIAN
1.
2.
3.
4.
5.
(5)
klub olahraga yang semakin meningkat
membutuhkan daya tampung yang semakin
besar
1. Minimnya kualitas SDM sebagian
Ormas/Lsm;
2. Kurangnya kesadaran orkesmas/LSM
dalam partisipasi pembangunan di daerah
3. Kurangnya dukungan partai politik dalam
pembinaan politik masyarakat;
4. Pengetahuan dan partisipasi politik
masyarakat yang cenderung meningkat
seringkali tidak diimbangi dengan wawasan
kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku;
5. Tidak tepatnya penyampaian laporan
administrasi keuangan atas hibah/bantuan
keuangan dari pemerintah oleh partai
politik;
kurangnya SDM yang memonitoring
restaurant
kurang sadarnya pelaku usaha untuk
mengurus TDUP
kurangnya SDM yang memonitoring hotel
Volume dan beban tugas yang cukup besar
serta terbatasnya tenaga yang berkualifikasi
dalam pegawai Satpol PP
Masih banyaknya permasalahan
113
NO.
(1)
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
KRITERIA/ASPEK
(2)
(ketertiban, ketentraman, keindahan) di
Kabupaten
Cakupan pelayanan bencana kebakaran
kabupaten
Tingkat waktu tanggap (response time rate)
daerah layanan Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK)
Cakupan sarana prasarana perkantoran
pemerintahan desa yang baik
Sistim Informasi Manajemen Pemda
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
20
ï‚· Ketersediaan pangan
21
ï‚· Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga
pemberdayaan masyarakat (LPM)
ï‚· Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
ï‚· Jumlah LSM
ï‚· LPM Berprestasi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
penyalahgunaan peraturan perundangundangan yang tidak mampu di tindak oleh
Linmas
6. Terjadi pengalihfungsian pos siskamling
menjadi bernuansa politik
7. Kurang optimalnya partisipasi masyarakat
dalam menggunakan sistem informasi
8. Terbatasnya anggaran terkait dengan
pelaksaan tugas patrol oleh petugas Satpol PP
9. Tingkat ketertiban masyarakat masih
cenderung rendah
10. Belum tersedianya data penunjang patrol
sebagai data dasar daerah rawan pelanggaran
K3, sebab pelanggaran K3 oleh masyarakat
awam masih sering dijumpai
11. Terbatasnya sumber daya SKPD dalam
menangani sistem informasi yang diinginkan
oleh Pemda
1. SDMaparatur penyuluh terbatas (penyuluh
PNS dan penyuluh THL dari pusat);
2. resi gudang yang kurang optimal,
3. SDMaparatur yang masih terbatas,
4. belum adanya tenaga ahli/ penyuluh
1. Belum teridentifikasinya keseluruhan
kelompok binaan LPM;
2. minimnya koordinasi antara SKPD dengan
Kader pemberdayaan masyarakat yang ada
KETAHANAN PANGAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN DESA
114
NO.
KRITERIA/ASPEK
(2)
(1)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
ï‚· PKK aktif
ï‚· Posyandu aktif
ï‚· Swadaya Masyarakat terhadap Program
pemberdayaan masyarakat
ï‚· Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan
masyarakat
22
ï‚· Pengelolaan arsip secara baku
ï‚· Peningkatan SDM pengelola kearsipan
ï‚· Tersimpannya arsip inaktip dan statis
KEARSIPAN
1.
2.
3.
4.
23
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
24
ï‚· Lahan bersertifikat
ï‚· Penyelesaian kasus tanah Negara
ï‚· Penyelesaian izin lokasi
Jumlah jaringan komunikasi
Jumlah surat kabar nasional/lokal
Jumlah penyiaran radio/TV lokal
Jumlah penyiaran TV lokal
Web site milik pemerintah daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
PERTANAHAN
(5)
di masing-masing desa
3. minimnya anggaran untuk pembinaan dan
pelatihan kelompok binaan PKK
4. belum terselenggaranya gelar pameran dan
lomba karya kreatif dan inovatif bagi LPM di
tingkat Kabupaten secara kontinyu
5. terbatasnya SDM untuk memonitoring
pelaksanaan program-program
pemberdayaan yang sudah digulirkan
Belum optimalnya pemanfaat tekhnologi dalam
pengelolaan arsip
Kurangnya sarana dan prasarana kearsipan
yang memadai
Kurangnya tenaga/staf yang mampu mengolah
arsip
Belum adanya pejabat Arsiparis
1. jangkauan yang tidak menyeluruh sampai
pelosok Banyuwangi
2. kurangnya operator / SDM untuk
mengupdate data
1. rendahnya kesadaran dan pengetahuan
prosedur dari masyarakat dalam mengurus
hak atas tanah
2. masih tingginya okupasi masyarakat
terhadap tanah negara
115
NO.
(1)
25
B
1
KRITERIA/ASPEK
(2)
ï‚· Jumlah perpustakaan
ï‚· Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun
ï‚· Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
daerah
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
3. minimnya tenaga ahli hukum perdata dalam
mengatasi urusan pertanahan dan
mempercepat penyelesaian masalah,
4. minimnya pemahaman mengenai tata ruang
kota dan hal terkait permohonan izin bagi
para pemohon
1. kurangnya koordinasi dalam rencana
pembentukan perpustakaan baru
2. kondisi perpustakaan yang kurang
memadai
3. kurangnya koleksi buku yang diminati
4. banyak buku yang hilang dan rusak
PERPUSTAKAAN
URUSAN PILIHAN
ï‚· Produktivitas padi atau bahan pangan utama
lokal lainnya per hektar
ï‚· Kontribusi sektor pertanian/perkebunan
terhadap PDRB
ï‚· Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)
terhadap PDRB
ï‚· Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap
PDRB
ï‚· Cakupan bina kelompok petani
PERTANIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Penurunan tingkat kesuburan tanah yang
kekurangan bahan organik
Masih terjadi sistem tebas dan ijon pada
lumbung
Menurunnya kualitas intensifikasi pertanian
Kurang optimalnya peran
penyuluh/pendamping pertanian
Belum optimalnya pemanfaatan akses pasar
dan permodalan
Belum optimalnya penerapan teknologi
pertanian
Belum imbangnya tambahan biaya usaha tani
dengan harga yang diterima petani, sehingga
116
NO.
(1)
2
KRITERIA/ASPEK
(2)
ï‚· Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
ï‚· Kerusakan Kawasan Hutan
ï‚· Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
(5)
menyebabkan NilaiTukarPetani (NTP) masih
rendahdibandingkan nilai tukar non agraris
6. Terbatasnya modal, rendahnya penguasaan
teknologi dan informasi pasar, lemahnya
kelembagaan petani menyebabkan daya saing
rendah
7. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian, sempitnya luas areal kepemilikan
petani dan menurunnya kesuburan tanah
8. Terjadinya anomali iklim, tanpa penguasaan
untuk menanggulanginya mengakibatkan
peningkatan serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)\
9. Komoditas perkebunan didominasi tanaman
tua kurang produktif
10. Kurang sinergisnya program/kegiatan
pembangunan pertanian dengan kegiatan
pembangunan lainnya
1. Masih terjadi alih fungsi lahan pada hutan
rakyat
2. Kesadaran masyarakat terhadap upaya
konservasi hutan dan lahan masih rendah,
sehingga mengancam kelestarian hutan dan
menimbulkan bencana
3. Kurangnya ketersediaan benih bermutu
4. kelembagaan kelompok tani kehutanan belum
sepenuhnya berjalan sesuai fungsinya
KEHUTANAN
117
NO.
(1)
KRITERIA/ASPEK
(2)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
5.
6.
3
ï‚· Kontribusi sektor pertambangan terhadap
PDRB
ENERGI SUMBER DAYA
MINERAL
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4
ï‚· Kunjungan wisata Domestik
ï‚· Kunjungan wisata Mancanegara
ï‚· Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
PARIWISATA
1.
2.
3.
9.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
(5)
Pengelolaan sumberdaya alam yang masih
kurang peduli terhadap dampak lingkungan
Kurang optimalnya usaha konservasi
sumberdaya alam
Lamanya masa panen tanaman kehutanan
Dari pengawasan kegiatan usaha
pertambangan diperoleh hasil bahwa selain
banyak usaha pertambangan yang tanpa ijin,
juga sangat berpotensi merusak lingkungan.
Masih tingginya tingkat konsumsi terhadap
energi yang tidak terbarukan
Penggunaan energi tak terbarukan masih
belum efisien
Belum optimalnya penggunaan energi
terbarukan
Maraknya pertambangan tanpa izin ( PETI )
Belum optimalnya pengelolaan air bawah
tanah ( ABT )
Belum maksimalnya akses menuju obyek
wisata dan sarana/prasarana obyek wisata
Sulitnya transportasi munuju lokasi obyek
wisata
Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar
obyek wisata dan pengelola obyek wisata
Belum terdapat data yang valid atas jumlah
wisatawan di lokasi wisata
118
NO.
(1)
5
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
ï‚·
KRITERIA/ASPEK
(2)
Produksi perikanan
Konsumsi ikan
Cakupan bina kelompok nelayan
Jumlah nelayan yg dapat bantuan pemda pd
thn n
Produksi perikanan kelompok nelayan
URUSAN
(3)
KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERMASALAHAN
(5)
1. Terbatasnya ketersediaan pengairan dan
pemasaran untuk perikanan budidaya
2. Terbatasnya anggaran untuk fasilitasi
perikanan air payau
3. Sebagain besar nelayan masih enggan untuk
beralih dari overshiping ke fishing ground,
padahal menurunnya SDI di Selat Bali
sebagai akibat overfishing, pencemaran air
laut, cara penangkapan yang
tidakramahlingkungan.
4. Kurangnya pengawasan, pengendalian dan
penegakan hukum bagi para pelanggar aturan
5. Belum optimalnya kegiatan pendampingan
6
7
ï‚· Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB
ï‚· Ekspor Bersih Perdagangan
ï‚· Cakupan bina kelompok pedagang/usaha
informal
PERDAGANGAN
ï‚· Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
ï‚· Kontribusi industri rumah tangga terhadap
PDRB sektor Industri
ï‚· Pertumbuhan Industri.
ï‚· Cakupan bina kelompok pengrajin
PERINDUSTRIAN
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
1.
2.
3.
1.
2.
3.
pada kelompok nelayan perikanan tangkap
dan budidaya
Masih dijumpai pelaku usaha yang berlaku
curang
Kurang optimalnya SDM eksportir
Akses modal bagi bina kelompok
pedagang/usaha informal masih terbatas
Terbatasnya jaringan pasar industri kecil dan
kemitraan dalam usaha pemasaran
Akses modal bagi UMKM masih terbatas
Masih banyak IKM yang visible tapi belum
bankable sehingga masih kesulitan dalam
mengakses kredit dari perbankan/KUR
119
NO.
(1)
KRITERIA/ASPEK
(2)
URUSAN
PERMASALAHAN
(3)
4.
5.
6.
8
ï‚· Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, &
TU)
KETRANSMIGRASIAN
1.
2.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
(5)
Masih terbatasnya opsi industri, sebab kualitas
dan daya saing produk IKM yang masih
rendah dibandingkan dengan produk-produk
sejenis dari daerah lain.
Masih kurangnya penguasaan IT dan
manajemen usaha bagi pelaku IKM
Masih kurangnya kapasitas dan kapabilitas
SDM pengrajin dalam kelompok binaan
pengrajin
Besarnya peminat/animo transmigran namun
tidak diimbangi dengan sarana dan
prasaranan yang memadai
Lokasi transmigrasi ada yang masih relatif jauh
dari ibukota kabupaten
120
Setelah
berbagai
permasalahan
pembangunan
diidentifikasi
hasilnya sebagaimana yang telah tersaji dalam tabel diatas, maka
dilakukanlah pemilihan permasalahan paling prioritas dengan terlebih
dahulu menambahkan informasi dari permasalahan yang muncul dari hasil
identifikasi kebijakan nasional/provinsi, dan dinamika lingkungan eksternal
lainnya sebagaimana penyajian dalamtabel berikut ini.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
121
TABEL 2.62
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN
DARI
KEBIJAKAN
NASIONAL/PROVINSI
DAN
LINGKUNGAN EKSTERNAL LAINNYA
ISU PENTING DAN MASALAH MENDESAK
TINGKAT NASIONAL
TINGKAT PROVINSI
1. Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
1. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
peningkatan kemajuan ekonomi sangat terbatas
a. Infrastruktur Ekonomi
dan harus dapat ditingkatkan. Keterbatasan
- Publik Work: Jalan Provinsi dan
ketersediaan infrastruktur selama ini merupakan
JLS, Jaringan irigasi, serta
hambatan utama untuk memanfaatkan peluang
modal transportasi untuk
dalam peningkatan investasi serta menyebabkan
percepatan konektifitas intra
mahalnya biaya logistik.
Jawa Timur dan Jatim Eksternal
- Public utilities: kelangsungan
2. Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan
sektor primer, sekunder dan tersier secara
pasokan energi listrik dan gas,
terpadu, dengan sektor sekunder menjadi
jaringan telekomunikasi untuk
penggerak utama perubahan tersebut. Kemajuan
menunjang Jawa Timur sebagai
sektor industri pengolahan masih berjalan
supercoridor
lambat. Padahal agar perekonomian bergerak
b. Infrastruktur Sosial
lebih maju sektor industri pengolahan harus
- Infrastruktur pendidikan
menjadi motor penggerak.
difokuskan pada sarana dan
3. Beberapa peraturan perundang-undangan yang
prasarana sekolah dan
ada, pusat dan daerah, telah menjadi kendala
perpustakaan
untuk mendorong perekonomian ke arah yang
- Infrastruktur kesehatan
lebih maju karena saling tumpang tindih dan
difokuskan pada peningkatan
terjadi kontradiksi antara yang satu dengan yang
sarana dan prasarana rumah
lain. Peraturan perundangan tersebut perlu
sakit dan revitalisasi puskesmas
direformasi.
- Perumahan, air minum dan
sanitasi
-
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KABUPATEN BANYUWANGI
Menurunkan angka pengangguran
terbuka
Meningkatkan pencapaian indikator
Rumah tangga bersanitasi dan rumah
layak huni
Optimalisasi perbaikan jalan menuju
kawasan pariwisata
Optimalisasi pelayanan jasa angkutan
umum
Optimalisasi pelayanan kesehatan
dengan pengadaan puskesmas
keliling, sosialisasi UCI, Jaminan
persalinan, peningkatan koordinasi
antar rumah sakit dalam rangka untuk
mengurangi GDR dan optimalisasi
jaminan kesehatan masyarakat miskin
Mengoptimalkan angka partisipasi
sekolah tingkat SMA/SMK/MA dan
penurunan angka putus sekolah
SMA/MA/SMK
Optimalisasi kinerja pencapaian
indikator pengangguran terbuka
Optimalisasi sektor kepustakaan
122
ISU PENTING DAN MASALAH MENDESAK
TINGKAT NASIONAL
TINGKAT PROVINSI
4. Penerapan dan penguasaan teknologi juga masih
c. Infrastruktur Administrasi/institusi
sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan ongkos
untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal
2. Daya Saing
dan kualitas barang serta produk inovatif yang
a. Daya saing Regional/Provinsi
dihasilkan sangat terbatas, sehingga daya saing
- Stabilitas makro ekonomi
usaha tidak seperti yang diharapkan.
- Perencanaan pemerintahan dan
5. Kemampuan untuk membiayai pembangunan
institusi
terbatas. Hal ini terkait dengan upaya untuk
- Tata kelola keuangan, fasilitasi
menggali sumber-sumber penerimaan masih
dunia usaha ketenagakerjaan
belum optimal. Disamping itu anggaran yang
(produktifitas dan fleksibilitas
digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif
pasar tenaga kerja)
seperti subsidi BBM masih sangat besar.
b. Daya Saing Sektor (Teknis)
Menggali sumber-sumber penerimaan dan
- Standarisasi produk barang di
mengefektifkan pengeluaran pembangunan
sektor primer/pertanian standar
menjadi tantangan yang harus dihadapi.
produksi
- Standarisasi produk barang di
sektor sekunder/industri
IKM/UMKM
- Standarisasi Produk Jasa
pendidikan, kesehatan
- Standarisasi SDM tenaga
terampil
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
KABUPATEN BANYUWANGI
Optimalisasi pertumbuhan industri
dengan adanya pembinaan dan
pelatihan
10. meningkatkan produktifitas pertanian
9.
123
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat secara bertahap pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan ketahanan ekonomi
yang kuat terhadap berbagai gejolak permasalahan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi meng-gambarkan dinamika perekonomian di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu. Perwujudan kesejateraan sosial itu
sendiri memungkinkan pencapaiannya melalui pembangunan ekonomi
secara berkelanjutan dan berkeadilan yang dilandaskan oleh pengetahuan
yang memadai, tata kelola yang baik, kepastian hukum, penegakan
hukum, stabilitas politik dan kerukunan sosial yang memungkinkan
berlangsungnya peradaban saling asah, asih dan asuh.
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan
Daerah merupakan bagian dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) yang memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun
lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator
pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan
pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian
daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah.
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan
Daerah merupakan suatu bagian yang penting dalam menyusun Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk dapat melihat kondisi perekomian
dan kemampuan keuangan pemerintah dalam menjalankan programprogram yang dirancang. Secara umum kondisi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banyuwangi cukup baik, secara berturut-turut pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010 sampai dengan 2014
adalah 6,26%, 7,14%, 7,29%, 6,76%, dan pada tahun 2014 terakhir
mencapai 6,94%. Kondisi tersebut cukup mengalami fluktuatif dari tahun
ke tahunnya, namun angka yang berhasil ditembus oleh Kabupaten
Banyuwangi ini dapat dikatagorikan baik, bahkan pada kondisi 5 tahun
tersebut Kabupaten Banyuwangi sering mengalami keberhasilan dan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
124
pencapaian angka pertumbuhan ekonomi melebihi pertumbuhan ekonomi
Provinsi maupun secara Nasional. Kemudian pada tahun 2014 terakhir
lalu Kabupaten Banyuwangi mengalami inflasi pada titik 6,6% harga-harga
dan gerak transaksi ekonomi relative stabil. Indikator yang tak kalah
pentingnya lagi bahkan menjadi salah satu indikator utama dalam
ekonomi daerah adalah perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan
PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor-sektor yang dimaksud dalam
PDRB adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan
restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; dan jasa-jasa. Indikator lain yang tidak kalah penting yaitu
tingkat pengangguran,
kemiskinan,
investasi, inflasi dan
lain-lain.
Perkembangan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2011-2015
cenderung meningkat sesuai dengan kontribusi setiap sektor pada PDRB.
Berikut ini merupakan perkembangan indikator makro ekonomi Kabupaten
Banyuwangi yang akan disajikan pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Capaian/Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2014-2015
Realisasi
Indikator
Proyeksi
2012
2013
2014
2015
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
7,30
6,76
6,94
6,23

PDRB ADHB (Juta
Rupiah)
31.182.705,01
35.468.869,23
40.427.439,86
44.526.426,78

PDRB ADHK (Juta
Rupiah)
12.655.586,32
13.511.707,90
14.449.205,51
15.349.618,87

PDRB per Kapita (Juta
Rupiah)
19,80
22,52
25,57
28,05

Angka Kemiskinan (%)
11,25
10,48
9,93
9,57

RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
125
Melihat tabel 3.1 tersebut dapat terpantau bahwa indikator PRDB
pada pendapatan perkapita mencapai angka sebesar Rp 25,5 juta per
orang per tahun dengan PDRB ADHB Rp 40,4 trilyun rupiah pada tahun
2014. Secara umum dapat dilihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten
Banyuwangi relatif stabil dari tahun ke tahunnya yang tergambar dari
persentase pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi makro yang tidak
signifikan, dan hanya mengalami kenaikan tidak mencapai 2%.
3.1.
Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah ditujukan
untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi
Kepala Daerah, serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk
perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan pada tahun rencana.
Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ini tentu saja tidak dapat terlepas
dari arah kebijakan Pusat/Nasional maupun Provinsi. Arah kebijakan
pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan
berkeadilan, serta didukung oleh stabilitas ekonomi yang kokoh. Dilihat
dari sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 tumbuh 4,6%, pada
tahun 2010 tumbuh sebesar 6,25, pada tahun 2011 6,2%, pada tahun
2012
sebesar
6,3%,
pada
tahun
2013
tumbuh
sebesar
5,8%.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014-2015 adalah 5,1% dan sehingga pada
tahun 2016 sekurang-kurangnya pertumbuhan ekonomi mencapai 7,1%
Penurunan inflasi juga diharapkan berpengaruh pada menurunnya
tingkat suku bunga sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi di sektor
riil, baik kegiatan investasi maupun produksi. Pada tahun 2010, laju inflasi
nasional sebesar 5,1%, pada tahun 2011 sebesar 5,4%, pada tahun 2012
turun menjadi 4,3%, pada tahun 2013 menjadi 8,4% dan pada tahun 2014
sebesar 8,4%. Dengan adanya strategi dan arah kebijakan nasional,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
126
dalam periode 2015-2019 laju inflasi akan dapat dikendalikan rata-rata
sekitar 3,5%-5,0%.
Perekonomian global terlihat membaik sejak kuartal ke-3 tahun
2012. Sumber-sumber pemulihan ekonomi dunia di tahun 2012 adalah
adanya
peningkatan
aktivitas
perekonomian
di
Negara-negara
berkembang dan pulihnya perekonomian Amerika Serikat yang pada
tahun 2012 pertumbuhannya mencapai 2,3 persen. Kondisi keuangan
global terlihat mulai stabil, sementara itu arus modal masuk ke negaranegara berkembang terlihat tetap kuat. Oleh sebab itu, pada tahun 2013
perekonomian dunia diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun
2012. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013
sebesar 3,5 persen dan pada tahun 2014 diperkirakan akan tumbuh
sebesar 4,1 persen.
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Dunia
Tahun 2012-2014
Isu Strategis
2012
2013
2014
2015
3.2
3.5
4.1
3.0
a. Amerika serikat
2.3
2.0
3.0
3.2
b. Kawasan Eropa
-0.4
-0.2
1.0
1.1
c. Jepang
-1.4
-1.5
0.8
1.2
d. Negara-negara Berkembang
5.1
5.5
4.4
4.8
e. China
7.8
8.2
8.5
7.1
f. India
4,5
5,9
6,4
6.4
Pertumbuhan Ekonomi Dunia
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
127
Isu Strategis
2012
2013
2014
2.8
3.8
5.5
a. Negara maju
1.2
2.2
4.1
b. Negara berkembang
6.1
6.5
7.8
2.1
2.8
4.5
Volume Perdagangan Dunia
(Barang dan Jasa)
ï‚·
ï‚·
Impor
Ekspor
a. Negara maju
b. Negara berkembang
3.6
5.5
6.9
Sumber : Pedoman Perencanaan pembangunan BAPPENAS dan outlook
Bank Dunia 2015.
Pertumbuhan
ekonomi
negara
berkembang
(emerging
and
developing economies) diperkirakan akan menguat di tahun 2013 dan
2014. Salah satu penyebabnya adalah adanya kebijakan pemerintah di
negara berkembang yang cukup efektif
sebagai stimulan dalam
mempertahankan aktivitas ekonominya di tengah kondisi perekomian
global yang kurang kondusif. Namun demikian, risiko yang akan dihadapi
oleh negara-negara berkembang cukup besar. Kebergantungan negara
berkembang kepada permintaan eksternal dan ekspor komoditas cukup
tinggi, padahal harga komoditas di tahun 2013 dan 2014 diperkirakan
akan menurun; walaupun jika harganya naik, kenaikannya akan dalam
rentang yang sangat terbatas. Sementara itu, penerapan lebih lanjut untuk
kebijakan bersifat longgar di beberapa negara berkembang akan semakin
terbatas, bahkan keterbatasan sisi penawaran dan ketidakpastian
kebijakan (policy uncertainty) akan menjadi salah satu penghambat
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang untuk tumbuh lebih tinggi.
Guna menghindari proses pemulihan global yang berisiko, maka
negara-negara maju perlu konsisten dalam penerapan kebijakannya,
terutama yang terkait pada: (i) konsolidasi fiskal yang berkelanjutan serta
(ii) reformasi sektor keuangan. Sementara negara berkembang juga perlu
lebih
menyeimbangkan
sumber
pertumbuhannya
antara
konsumsi
domestik dengan orientasi ekspor.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
128
Berdasarkan paparan kondisi global tersebut yang mempengaruhi
Indonesia yaitu guncangan ekonomi yang terjadi di pasar keuangan
global. Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat sejalan dengan
sentimen negatif terhadap rencana pengurangan stimulus moneter alias
tapering off di AS.
Sementara kondisi ekonomi global yang menurun
akhirnya mengakibatkan terjadinya guncangan.
Kondisi Indonesia yang mengalami guncangan dari berbagai faktor
tersebut tidak membuat Indonesia kehilangan sebuah peluang dan kondisi
yang
menguntungkan.
Indikator
makro
ekonomi
menunjukkan
pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I tahun 2015 yang hanya 4,7%.
Kinerja ekspor tercatat menurun, yang pada mei mencapai 4,11 %. Kinerja
impor yang secara bersamaan turun 8,5 % menunjukkan kinerja
perdagangan nasional yang menurun. Meskipun lebih rendah dari tahun
sebelumnya, namun angka tersebut merupakan sebuah prestasi.
Pasalnya, tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) meningkat,
dibarengi dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai diatas
13.000 Rupiah. Kinerja inflasi pun berada di atas sasaran inflasi yang
ditetapkan Bank Indonesia ketika awal tahun 2013 yang lalu yaitu di 4,5%
±1%. Realisasi inflasi tercatat di angka 8,38% (yoy) sampai akhir 2013
dan mencapai 8,36 % pada tahun 2014.
Kondisi menunjukkan stabilitas ekonomi kembali terkendali. NPI
Triwulan IV 2013 membaik ditopang penurunan defisit transaksi berjalan.
Inflasi bulanan menurun dan berada dalam pola normal.Tahun 2014, NPI
diperkirakan membaik seiring penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi
pada 2014 dan 2015 diperkirakan juga terkendali dalam kisaran 4,5±1%
dan 4,0±1%. Pertumbuhan ekonomi pada 2014, diperkirakan mendekati
batas bawah kisaran 5,8-6,2% sejalan proses konsolidasi ekonomi
domestik menuju ke kondisi yang lebih seimbang.
Mulai Januari 2014 pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan
IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan mendasar dalam
menghitung IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100),
khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram
timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada survey biaya hidup (SBH)
2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
129
dasar utama dalam menghitung IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus
mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan
dengan hasil SBH sebelumnya.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari) 2014 sebesar 1,07 persen
dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2014 terhadap Januari 2013)
sebesar 8,22 persen. Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama
tahun kalender 2012 dan 2013 masing-masing 0,76 persen dan 1,03
persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun untuk Januari 2012 terhadap
Januari 2011 dan Januari 2013 terhadap Januari 2012 masing-masing
3,65 persen dan 4,57 persen.
Tabel 3.3
Inflasi Bulanan, Tahun kalender, Tahun ke Tahun,
Tahun 2012-2014
No
Inflasi
2012
2013
2014
2015*
1
Januari
0.78
1.03
1.07
0.42
2
(Januari) tahun kalender
0.78
1.03
1.07
0.42
3
Januari terhadap Januari (tahun
ke tahun) (tahun n) (tahun n-1)
3.65
4.57
8.22
7.15
Sumber: data diolah BPS Mei 2015
Selain perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik
dengan persiapan pemilu 2014, pertumbuhan Indonesia akan membaik
juga dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Pelaksanaan MEA 2015 memberikan konsekuensi bagi Indonesia
terhadap tingkat persaingan yang semakin terbuka dan tajam, terutama
dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN. Tujuan
pelaksanaan MEA 2015 adalah untuk menjadikan ASEAN sebagai
kawasan dengan arus barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan arus
modal yang lebih bebas, mempunyai daya saing tinggi, dengan tingkat
pembangunan ekonomi yang merata, serta terintegrasi dalam ekonomi
global. Oleh sebab itu, tantangan terbesar bagi Indonesia dalam
menghadapi pembentukan MEA 2015 adalah meningkatkan pemahaman
publik di kalangan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat baik tingkat
pusat maupun daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
130
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang dimaksud dengan
Analisis Ekonomi Daerah adalah untuk menilai sejauh mana realisasi
pembangunan daerah dapat mempengaruhi kinerja ekonomi daerah dan
sejauh mana indikator makro ekonomi daerah sesuai dengan yang
diasumsikan dalam perencanaan pembangunan jangka menengah.
Analisis asumsi umum/makro ekonomi daerah tahun lalu, tahun berjalan
dan tahun rencana memuat kondisi ekonomi riil suatu daerah pada tahun
lalu, tahun berjalan dan tahun rencana. Analisis ini dilakukan untuk
mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah saat ini
untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan
perumusan kerangka ekonomi daerah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) seperti yang telah
dipaparkan diatas maka harus terjadi sinergitas dan sinkronisasi antara
pusat, provinsi dan kota/kabupaten. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
asumsi ekonomi makro yang tertuang dalam arahan secara Nasional,
yaitu:
Tabel 3.4
Asumsi Perekonomian Makro 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
Sektor
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi
Suku Bunga SPN 3 Bulan
Nilai Tukar
Harga Minyak ICP
Lifting Minyak
Lifting Gas
Persentase
5,7 %
5,0%
5,5%
Rp 12.200,00/US$
US$105/barel
849.750 barel/hari
1.240 ribu barel setara minyak per
hari
Tabel 3.4 menunjukkan prakiraan kondisi ekonomi makro Indonesia
yang merupakan hasil analisis dari BPS Pusat. Kondisi perekonomian
makro tersebut digunakan sebagai asumsi dasar dalam menentukan arah
kebijakan Fiskal 2014. Pada Arah Kebijakan fiskal dalam APBN 2014
secara Nasional tersebut adalah memperkuat pertumbuhan ekonomi yang
inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan melalui Pelaksanaan Kebijakan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
131
Fiskal yang sehat dan efektif. Arah kebijakan fiskal tersebut ditempuh
melalui beberapa strategi untuk menjaga kesinambungan fiskal:
1. Mengendalikan Defisit Anggaran:
a. Optimalisasi pendapatan Negara dengan meningkatkan iklim
investasi dan menjaga konservasi lingkungan;
b. Meningkatkan kualitas belanja melalui (i) meningkatkan belanja
modal untuk pembangunan Infrastruktur, (ii) pengendalian
subsidi dan (iii) efisiensi belanja barang (operasional dan
perjalanan dinas).
2. Mengendalikan Keseimbangan Primer:
a. Optimalisasi pendapatan Negara;
b. Memperbaiki struktur belanja melalui pembatasan belanja terkait,
belanja mandatori, dan efisiensi subsidi untuk kualitas belanja.
3. Menurunkan Rasio Utang terhadap PDB:
a.
Pengendalian pembiayaan yang baru bersumber dari pinjaman
b.
Negative not flow
c.
Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman harus untuk kegiatan
produktif yang meningkatkan nilai tambah atau meningkatkan
kapasitas perekonomian
Sehubungan dengan kondisi Nasional tersebut maka tema yang
diusung oleh Provinsi Jawa Timur dalam RKPD 2016 adalah “Percepatan
Pembangunan
Infrastruktur
Untuk
Meningkatkan
Daya
Saing
Menghadapi MEA Akhir 2015” dengan arah kebijakan Pembangunan
Ekonomi Jawa Timur 2016 terdapat beberapa poin yaitu (1) Pengendalian
inflasi di daerah, melalui (a) peningkatan kualitas sarana dan prasarana
khususnya yang terkait dengan konektivitas antar daerah, (b) dukungan
dari daerah untuk pembangunan prasarana yang dibiayai nasional, dan
yang terakhir adalah (c) penyederhanaan perijinan usaha untuk menekan
biaya perijinan, (2) penguatan kapasitas produksi pangan, pada poin ini
diarahkan melalui (a) penguatan tenaga penyuluh pertanian, (b)
peningkatan produktivitas petani melalui pelatihan petani, pendampingan,
bantuan sarana produksi dan pengolahan, (c) insentif untuk menjaga alih
bahan produktif ke lahan non pertanian, dan yang terakhir adalah (d)
pembangunan sarana dan prasarana pengairan, kemudian arahan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
132
kebijakan pembangunan ekonomi Jawa Timur tahun 2016 selanjutnya
adalah (3) pengembangan kawasan wisata berbasis alam, agro dan
budaya, dan yang terakhir adalah (4) pengembangan industri berbasis
SDA seperti agro industri dan industri perikanan untuk mengantisipasi
perlambatan sektor industri pengolahan lainnya.
Adapun pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur sejak tahun
2010-2014 secara berturut-turut adalah 6,68%, 6,86%, 7,27%, 6,5%,
5,86%. Dari data tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010 sampai tahun
2012 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus mengalami perbaikan,
namun dari tahun 2012 ke 2013 sampai pada tahun 2014 Provinsi Jawa
Timur terus mengalami penurunan pertumbuhan perekonomian yang
cukup signifikan. Penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jawa Timur ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) nilai
tukar rupiah yang masih melemah dibandingkan dengan dollar, (2)
Permintaan eksport Jawa Timur yang turun, salah satunya adalah pada
sektor pertanian yang mengalami penurunan hasil pertanian dari kuartal
ke kuartal yang terus menurun akibat siklus panen padahal sektor
pertanian memberikan sumbangsih sebesar 13% dari pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur. Pada tahun 2014 yang berkontribusi besar dalam
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah sektor industri pengolahan, hal
ini berbeda dengan tahun 2013 dimana sektor perdagangan dan
perhotelan merupakan sektor yang berkontribusi besar. dan pada tahun
2015 ini diprediksi pertumbuhan ekonomi akan tetap melambat, dengan
tahun 2014, jika kurs rupiah semakin melemah dan kondisi politik belum
membaik.
Dari paparan tersebut dapat dilihat perbandingan pertumbuhan
ekonomi baik secara Nasional, Provinsi Jawa Timur, maupun Kabupaten
Banyuwangi pada gambar 3.1 berikut ini:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
133
Gambar 3.1
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Provinsi Jawa
Timur dan Kabupaten Banyuwangi
Dari grafik yang tergambar pada gambar 3.1 tersebut terlihat bahwa
kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi relatif stabil dan lebih baik
bahkan melampaui kondisi nasional maupun provinsi. Apa yang telah
dipaparkan pada subbab sebelumnya bahwa kondisi pertumbuhan PDRB
Kabupaten Banyuwangi pada indikator pendapatan perkapita yang terus
membaik juga dapat dilihat pada gambar 3.2 dan tabel 3.5 berikut ini:
Gambar 3.2
Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita (dalam juta Rp) Kabupaten
Banyuwangi
14.97 17,12
2010
2011
19,87
22,52
25,50
2012
2013
2014
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
134
Tabel 3.5
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi
Tahun
ADHB
(trilyun)
2010
2011
2012
2013
2014
23,56
27,06
33,00
35,46
40,48
Dari gambar 3.1, 3.2 dan tabel 3.5 tersebut dapat disimpulkan
bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi mampu melampaui
Provinsi Jawa Timur dan Nasional serta Pendapatan Perkapita terus
meningkat dengan PDRB ADHB yang terus membaik. Ini merupakan hal
baik dan mampu menjadi peluang bagi Kabupaten Banyuwangi dalam
menentukan arah kebijakan ekonomi ke depannya.
3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun
2015
Kabupaten Banyuwangi memiliki 2,3,4 prioritas, dan 20 konsepsi
dasar pembangunan daerah yang terangkum pada gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3
2,3,4 Prioritas dan 20 Konsepsi Dasar Pembangunan Kabupaten
Banyuwangi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
135
Skala prioritas dan konsep pembangunan yang telah ditetapkan
tersebut
merupakan
acuan
bagi
Kabupaten
Banyuwangi
dalam
menjalankan roda kepemerintahan ke depannya. Oleh sebab itu untuk
dapat menjalankan hal tersebut, perlu menjadi perhatian bersama untuk
mampu melihat kondisi perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang akan
menunjang dan menentukan keberhasilan skala prioritas dan konsepsi
pembangunan
tersebut.
Adapun
perkembangan
ekonomi
makro
Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013-2016
Realisasi
Indikator
2013
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Proyeksi
2014
2015
2016*
6.76
6.94
6-6,23
6,23-6,45
PDRB ADHB
(Trilyun Rupiah)
35,47
40,43
44,53
49,66
PDRB ADHK
(Trilyun Rupiah)
13,51
14,45
15,35
16,34
PDRB per
Kapita (Juta
Rupiah)
22,52
25,57
28,05
31,16
3.31-4.31
2.98-4.16
2.65-4.01
2,32-3,86
6,4
6.6
5,5-6,5
5-6
84.1
85.50
86.88
88.26
TPT (%)
Inflasi (%)
Penduduk di
atas Garis
Kemiskinan (%)
Sumber : Dokumen Evaluasi RMJMD Tahun 2010-2015 Kabupaten Banyuwangi
Dilihat dari apa yang telah tertuang pada tabel 3.6 tersebut kondisi
Kabupaten Banyuwangi dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi yang
relative stabil dan mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga
mampu
untuk
mencapai
tingkat
kesejahteraan
yang
lebih
baik.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dipergunakan
untuk menentukan atau menilai apakah suatu Negara atau wilayah
mengalami keberhasilan dalam pembangunannya ataukah tidak. Jika
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergolong tinggi maka dapat
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
136
dikatakan bahwa pembangunan wilayah tersebut berada dalam kondisi
yang baik, jika pada tataran nasional dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi dikenal indikator-indikator PDB (Produk domestik Bruto) dan PNB
(Produk Nasional Bruto) sementara pada wilayah daerah dalam melihat
pertumbuhan ekonomi dikenal istilah PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto). PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat aktivitas
ekonomi. Dengan diketahuinya peranan dan pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi yang terdapat pada distribusi presentase sumbangan sektor
ekonomi tertentu terhadap nilai PDRB total dan laju pertumbuhan ekonomi
masing-masing sektor, maka dapat direncanakan kearah mana prioritas
pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan. PDRB ini sendiri dibagi
menjadi 2 jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan juga
PDRB atas dasar harga konstan (ADHK). Untuk PDRB atas dasar harga
berlaku (ADHB) dipergunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi serta menunjukkan bahwa pendapatan yang memungkinkan
dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
tahun, kemudian untuk PDRB per kapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
Sedangkan ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun, untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Data PDRB
ADHK lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa
yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut. PDRB per kapita
Atas Dasar Harga Konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi
per
menunjukkan
kapita.
Dengan
kemampuan
demikian
suatu
PDRB
daerah
secara
dalam
agregatif
menghasilkan
pendapatan/balas jasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi
dalam proses produksi di daerah tersebut.
Penjelasan tersebut dapat memberikan gambaran bahwa data yang
telah tergambar dalam tabel 3.7 tersebut menunjukkan Kabupaten
Banyuwangi mengalami pertumbuhan yang baik, baik dari struktur
ekonominya dan pergeseran ekonomi yang terjadi maupun dalam
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
137
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahunnya dan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan ataupun per sektor.
Pertumbuhan ekonomi juga tidak dapat terlepas dari tingkat inflasi
yang terjadi, seperti yang tergambar pada tabel 3.7 bahwa setiap
tahunnya inflasi terus saja mengalami peningkatan, namun Kabupaten
Banyuwangi jika dibandingkaan dengan beberapa kota lain di Jawa Timur
menduduki posisi yang relatif stabil sehingga harga-hargapun stabil serta
gerak transaksi ekonomi relatif stabil. Hal tersebut dapat tergambarkan
oleh gambar 3.4 dan gambar 3.5 berikut ini.
Gambar 3.4
Perbandingan Inflasi Kabupaten Banyuwangi dengan beberapa Kota
di Jawa Timur
Inflasi Tahun 2014
6,6
6,8
7,4
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
7,5
7,5
7,9
8,0
8,1
138
Gambar 3.5
Perkembangan Laju Inflasi Setiap Bulan Pada Tahun 2014
3,50
2,64
Inflasi
2,50
Januari 2014 – Februari 2015
1,92
1,50 1,24
Indikator
tidak
kalah
pentingnya
dalam
Feb. 2015
Jan. 2015
Desember
0,08
(1,02)
November
Oktober
September
0,41
0,41
0,12
(0,06)
Juli
Mei
April
Maret
yang
0,12
Agustus
(1,50)
Februari
Januari
(0,50)
0,05 0,03 0,01
Juni
0,43
0,50
mengukur
pertumbuhan ekonomi adalah aktivitas perbankan. Aktivitas perbankan
tersebut dapat menunjukkan sebagian dari aktivitas perekonomian yang
mempengaruhi
laju
pertumbuhan.
Adapun
gambaran
kegiatan
perekonomian Kabupaten Banyuwangi dalam bidang perbankan adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.6
Kinerja Perbankan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2014
5.50
5.00
4.910
Total Kredit (Trilyun Rp.)
4.29
4.50
4.00
3.44
3.50
3.00
2.61
2.50
2.00
1.80
2.02
2.23
1.50
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Melihat grafik pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa Kabupaten
Banyuwangi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
139
peningkatan. Dan peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun 20112014. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perbankan di Kabupaten
Banyuwangi
terus
mengalami
perbaikan
dan
kemajuan.
Adapun
gambaran penggunaan kredit pada Kabupaten Banyuwangi adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.7
Penggunaan Kredit Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2014
Grafik pada gambar 3.7 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
kredit produktif menempati posisis sampai 68,8 persen. Angka tersebut
menunjukkan
bahwa
masyarakat
Kabupaten
Banyuwangi
memiliki
kesadaran yang tinggi dalam penggunaan kredit untuk hal-hal yang
bersifat produktif sehingga mampu memacu peningkatan perekonomian
Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan untuk NPL (Non Performing Loan)
atau kredit bermasalah yang merupakan salah satu indikator kunci untuk
menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai
lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank Indonesia
(BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio
kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Sedangkan Kabupaten
Banyuwangi dari tahun ke tahun mengalami perbaikan dan berada
dikisaran 2%. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
140
kredit macet yang sangat rendah dibawah toleransi besaran persentase
yang telah ditetapkan oleh BI. Rendahnya tingkat kredit macet juga
mampu menunjang perbaikan perekonomian Kabupaten Banyuwangi.
Adapun gambaran tersebut tercermin dari tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.7
NPL Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2014
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
4,1
5,8
4,1
2,8
2,2
2,0
2,1
NPL %
(Gross)
Melihat gambaran kondisi perekonomian pada tahun 2014 tersebut,
maka diperkirakan pada tahun 2015 kondisi perekonomian Kabupaten
Banyuwangi akan terus membaik dan meningkat. Hal tersebut juga
ditunjang dari kegiatan-kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi
mengalami perbaikan di berbagai sektor. Keadaan tersebut ditunjang
dengan adanya pembangunan Bandar udara di Kabupaten Banyuwangi
yang tentu saja memudahkan para investor dalam melakukan berbagai
macam
kegiatan
perekonomian,
ditambah
lagi
dengan
semakin
meningkatnya pemberantasan buta aksara serta pendirian berbagai pusat
pendidikan diantaranya Politeknik
Negeri Banyuwangi yang tentu saja
akan memperbaiki kualitas SDM di Kabupaten Banyuwangi ini, kemudian
terdapatnya
berbagai
macam
event
kepariwisataan
yang
dapat
memperkenalkan Banyuwangi pada khalayak ramai, seperti Festival
Banyuwangi
2015
yang
memberikan
sumbangsih
terbesar
pada
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yaitu pada bidang
pariwisata. Adapun rincian berbagai sektor usaha yang menunjang
kemajuan perekonomian Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari berbagai
Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
NO
1
2
3
4
LAPANGAN USAHA
PERTANIAN
PERTAMBANGAN dan
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
2010
5.30
2011
5.18
2012
5.48
2013
4.17
2014
4.31
7.00
5.24
2.58
7.15
6.50
5.32
6.54
7.75
5.16
5.01
6.64
5.56
4.79
6.23
6.30
141
NO
5
6
7
8
9
LAPANGAN USAHA
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN
PENGANGKUTAN dan
KOMUNIKASI
KEU, SEWA dan JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
PERTUMB EKONOMI KAB
2010 2011
7.94 11.24
2012
9.92
2013
8.83
2014
8.11
8.91 10.79 10.87 11.31 11.62
5.02
7.20
7.11
6.45
6.64
4.28
5.78
6.22
6.91
6.36
7.07
6.60
6.45
7.30
8.05
6.05
6.76
7.33
6.17
6.94
Dari tabel 3.8 tersebut terlihat bahwa lapangan usaha yang
berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi
adalah pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran. Hal itu
mampu terjadi dikarenakan Kabupaten Banyuwangi memiliki strategi
peningkatan kepariwisataan yang matang dan menginginkan Kabupaten
Banyuwangi mampu mengembangkan kepariwisataannya dengan tetap
mempertahankan kearifan lokal.
Pada tahun 2013 kondisi perekonomian secara global cenderung
membaik, demikian pula dengan kondisi Indonesia bahwa berbagai
kondisi sangat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat
signifikan. Bahkan kondisi tersebut akan diperkiraan terus mengalami
perbaikan hingga tahun 2015 mendatang. Kondisi tersebut tidak
melepaskan Kabupaten dari tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh
Kabupaten Banyuwangi adalah bersumber dari kondisi Provinsi Jawa
Timur yang mengalami penurunan kontribusi terhadap perkembangan
perekonoian secara Nasional, sehingga untuk tahun 2015 Pemerintah
Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada “Penguatan Kemandirian
Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis
dan
Agroindustri,
UMKM
serta
Infrastruktur”
agar
mampu
untuk
meningkatkan kontribusi secara Nasional. Kebijakan tersebut tentunya
akan berdampak pada kondisi Kabupaten Banyuwangi. Melihat kondisi
Nasional, dan Provinsi, Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa
tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2016, yaitu:
1. Pertumbuhan pertanian yang melambat yaitu hanya mencapai 3,53%
pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan sebesar 3,66% pada
tahun 2016, padahal kegiatan perekonomian hampir 50% bersumber
dari pertanian;
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
142
2. Pertumbuhan
Perdagangan
Hotel
dan
Restoran
merupakan
lokomotif perekonomian diperkirakan tumbuh mencapai 10,78%
pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan sebesar 10,91% pada
tahun 2016. Sektor ini merupakan sektor prioritas dengan kontribusi
terhadap struktur ekonomi Banyuwangi sebesar 35,17 % pada tahun
2016 meningkat dari tahun 2015 sebesar 33,8%;
3. Optimalisasi
pengembangan
bidang-bidang
potensial
seperti
perikanan, peternakan;
4. Peningkatan kewaspadaan terhadap Kawasan Rawan Bencana
khususnya kawasan Raung dan Ijen, serta kawan rawan bencana
lainnya.
Sedangkan Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi
yaitu :
1. Kondisi geografis yang cukup strategis, dan terdapatnya pelabuhan
Ketapang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau
Bali;
2. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi
oleh Pertanian didukung dengan kondisi topografi yang memiliki
curah hujan cukup tinggi;
3. kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan;
4. Pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi;
5. Pendapatan perkapita yang meningkat;
6. Kemiskinan mengalami penurunan.
Melihat tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kabupaten
Banyuwangi, maka arah Kebijakan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016 yaitu:
1.
Mengurangi konsumsi barang import untuk sebesar-besarnya
memanfaatkan
Banyuwangi,
produk
lokal
menggerakkan
untuk
transaksi
menggerakkan
perekonomian
produksi
secara
maksimal, dan memperbanyak kegiatan perdagangan keluar
daerah dengan fokus penguatan kualitas produk, peningkatan
jejaring pemasaran, introduksi teknologi, dan peningkatan akses
finansial melalui kemitraan strategis dengan stakeholder;
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
143
2.
Mendorong
percepatan
kepariwisataan,
dan
perekonomian
membuka
kesempatan
dalam
bidang
bagi
investor,
Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan
koperasi;
3.
Mempertahankan stabilitas pertumbuhan perekonomian dengan
menjaga inflasi dan kenaikan harga komoditas, peningkatan dan
pemerataan
pendapatan
perkapita
dan
penurunan
angka
kemiskinan;
4.
Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah berbasis kelompok dan kluster;
5.
Penguatan infrastruktur sebagai nstimulus perekonomian, serta
mengoptimalkan Bandara Blimbingsari sebagai sarana percepatan
pertumbuhan ekonomi;
Melemahnya perekonomian global dan nasional yang berimbas di
Kabupaten Banyuwangi juga telah diantisipasi dengan berbagai langkah
yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah melalui tujuh kebijakan
utama sebagai affirmative action, yang terdiri atas:
(1) meningkatkan belanja infrastruktur untuk memperkuat konektivitas
antar wilayah (antar kecamatan, antar desa), untuk mendukung sektor
perekonomian, pendidikan, dan kesehatan;
(2) meningkatkan efisiensi belanja daerah, antara lain fokus penguatan
belanja publik yang lebih tepat sasaran dan pengendalian belanja
operasional satuan kerja perangkat daerah yang kurang prioritas;
(3) mendukung
pemantapan
reformasi
birokrasi
dalam
rangka
peningkatan pelayanan publik, melalui peningkatan kesejahteraan
aparatur, dan antisipasi Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara;
(4) mendukung pengurangan kesenjangan antarkelompok pendapatan
dan antarwilayah, antara lain melalui peningkatan pemerataan
pembangunan daerah ke seluruh pelosok wilayah kabupaten;
(5) mendukung efektivitas dan keberlanjutan program nasional sistem
jaminan sosial nasional (SJSN) yang mencakup jaminan kesehatan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
144
nasional dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta perbaikan
pelayanan kesehatan;
(6) mendukung penguatan pelaksanaan desentralisasi desa melalui
peningkatan pemenuhan secara bertahap alokasi dana desa sesuai
amanat Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;
(7) penyediaan
dukungan
bagi
pelaksanaan
program
antisipasi
ketidakpastian perekonomian, antara lain upaya penurunan jumlah
kemiskinan
dan
pengangguran
melalui
program-program
pemberdayaan masyarakat. Kebijakan tersebut ditetapkan untuk
dapat menjawab tantangan internal serta memperhatikan tantangan
eksternal yang masih akan dihadapi pada tahun 2016.
Dalam rangka itu, Pemerintah masih dihadapkan pada beberapa
tantangan dalam mewujudkan dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran-sasaran pembangunan nasional. Beberapa tantangan tersebut
diantaranya adalah:
(1)
masih
terbatasnya
ruang
fiskal
dalam
rangka
mendukung
pembiayaan program-program prioritas pembangunan daerah;
(2)
perlunya penguatan kualitas belanja untuk mewujudkan APBD yang
sehat dan produktif;
(3)
perlunya
penguatan
pola
penyerapan
anggaran.
Selain
itu,
tantangan lainnya adalah mendorong penerapan creative financing,
serta upaya untuk meningkatkan BUMD dalam proses pembangunan
daerah. Oleh karena itu, penguatan pengelolaan kebijakan belanja
daerah diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut
sehingga
dapat
mendukung
pencapaian
sasaran-sasaran
pembangunan tahun 2016 yang telah ditetapkan.
3.1.2.
Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015
dan Tahun 2016
Pada tahun 2015 kondisi perekonomian secara global cenderung
tidak stabil, kondisi gejolak perpolitikan yang cukup memanas, demikian
pula
dengan
kondisi
Indonesia
bahwa
berbagai
kondisi
kurang
mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
145
terutama pada kondisi nilai tukar rupiah yang terus saja melemah, dan
kondisi inflasi yang cukup tinggi, sehingga hargapun relatif tidak stabil.
Bahkan kondisi tersebut akan diperkiraan terus terus memburuk hingga
tahun 2016 mendatang jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan
yang bersifat intensif terhadap perbaikan perekonomian Indonesia.
Prakiraan kondisi ekonomi makro Indonesia pada tahun 2016 adalah:
Tabel 3.9
Kondisi Ekonomi Makro Indonesia Tahun 2016
Indikator
Pertumbuhan
ekonomi (%, yoy)
Inflasi (%, yoy)
Tingkat bunga SPN 3
bulan (%)
Nilai tukar (Rp/US$)
Harga Minyak Mentah
(US$/barel)
Lifting Minyak (ribu
barel per hari)
Lifting Gas
(MBOEPD)
2015
2016
RPJMN
APBN-P
RPJMN
RKP
5,8
5,7
6,6
6,6
5,0
5,0
4,0
4,0
6,2
6,2
6,0
5,0
12.200
12.500
12.150
12.600
70,0
60
85,0
65
849,0
825
880,0
830
1.177
1.221
1.150,0
1.150
Sumber: Rancangan awal RKP 2016
Dengan kondisi perekonomian tersebut kemudian secara Nasional
mengungkapkan bahwa tema yang akan diusung dalam RKP 2016
adalah: “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan
Fondasi Pembangunan yang Berkualitas” Adapun dari hal tersebut
harapan pemerintah terhadap daerah adalah diharapkan: (a) setiap
Pemerintah Daerah mencermati kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
K/L di wilayahnya masing-masing; (b) mempersiapkan dukungan kegiatan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
146
dari Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan daerah; dan (c)
menyelaraskan kegiatan tersebut dalam RKPD.
Kondisi tersebut tidak melepaskan Kabupaten dari tantangan.
Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Banyuwangi adalah bersumber
dari kondisi Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan kontribusi
terhadap perkembangan perekonoian secara Nasional, sehingga untuk
tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfokuskan pada
“Penguatan Kemandirian Ekonomi Jawa Timur Melalui Pembangunan
Industri Hulu-Hilir, Agrobisnis dan Agroindustri, UMKM serta Infrastruktur”
agar mampu untuk meningkatkan kontribusi secara Nasional. Kemudian
pada tahun 2016 ini Provinsi Jawa Timur mengusung tema “Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi
MEA AKHIR 2015” adapun unsur dari tema tersebut adalah:
A. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
1. Infrastruktur Ekonomi, ruang lingkup meliputi antara lain:
ï‚· Public work: Jalan Provinsi dan JLS, Jaringan irigasi, serta
moda transportasi untuk percepatan konektivitas intra Jawa
Timur dan Jatim-Eksternal
ï‚· Public utilities: kelangsungan pasokan energi listrik dan gas,
jaringan telekomunikasi untuk menunjang Jawa Timur
sebagai supercoridor.
2. Infrastruktur Sosial, ruang lingkup meliputi antara lain:
ï‚· Infrastruktur pendidikan difokuskan sarana dan prasarana
sekolah dan perpustakaan
ï‚· Infrastruktur Kesehatan difokuskan pada peningkatan sarana
dan prasarana rumah sakit dan revitalisasi puskesmas
ï‚· Perumahan, Air Minum, Sanitasi
3. Infrastruktur Administrasi/Institusi, ruang lingkup meliputi:
ï‚· Penegakan Hukum, Keamanan dan Ketertiban
ï‚· Kontrol Admistrasi/Sistem Pengendalian Internal
ï‚· Koordnasi, Integrasi, Sinergi dan Sinkronisasi
ï‚· Kebudayaan
B. Daya Saing
1. Daya Saing Regional/Provinsi, ruang lingkup meliputi:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
147
ï‚· Stabilitas makro ekonomi
ï‚· Perencanaan Pemerintahan dan Institusi
ï‚· Tata
Kelola
Keuangan,
Fasilitasi
Dunia
Usaha/Bisnis
(efisiensi) ketenagakerjaan (produktivitas dan fleksibilitas
pasar tenaga kerja)
ï‚· Kualas Hidup dan pembangunan Infrastruktur
2. Daya Saing Sektor (teknis), ruang lingkup meliputi:
ï‚· Standarisasi Produk barang di sektor Primer/Pertanian
(standar proses dan standar produksi)
ï‚· Sandarisasi produk barang di sektor Sekunder/industri
(khususnya produk IKM/UMKM)
ï‚· Standariasi produk Jasa (Sevices) pendidikan,kesehatan,dll
ï‚· Standarisasi SDM tenaga terampil
Kebijakan
tersebut
tentunya
akan
berdampak
pada
kondisi
Kabupaten Banyuwangi. Melihat kondisi Nasional, dan Provinsi serta
berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada BAB II dokumen RKPD
2016 ini Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa tantangan yang akan
dihadapi, yaitu:
1. Pertumbuhan pertanian yang melambat yaitu hanya mencapai
3,49%, padahal kegiatan perekonomian hampir 50% bersumber dari
pertanian
2. Optimalisasi
pengembangan
bidang-bidang
potensial
seperti
perikanan, peternakan)
3. Kawasan Rawan Bencana
4. Laju pertumbuhan ekonomi nasional dan provinsi yang melemah
Sedangkan Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi
yaitu :
1. Kondisi geografis yang cukup strategis, dan terdapatnya pelabuhan
Ketapang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau
Bali
2. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi
oleh Pertanian didukung dengan kondisi topografi yang memiliki
curah hujan cukup tinggi
3. kawasan strategis cepat tumbuh di sektor kepariwisataan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
148
4. Pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi
5. Pendapatan perkapita yang meningkat
6. Kemiskinan mengalami penurunan
7. Laju inflasi yang mampu ditekan
8. Kegiatan Perbankan yang membaik
9. Optimalisasi pemanfaatan Bandar Udara Blimbing Banyuwangi
Melihat tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kabupaten
Banyuwangi, maka Arah Kebijakan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2016, Bupati Banyuwangi mengarahkan pada penguatan langkah,
melakukan
akselerasi
“Pembangunan
dan
lebih
Daerah
fokus
lagi
Berkelanjutan
untuk
bagi
Mewujudkan
Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”. Berkelanjutan berarti bahwa
pada tahun 2016 tetap menjalankan fondasi
9 fokus prioritas RPJMD
2010-2015 yang dijabarkan dalam 20 konsepsi dasar pembangunan
daerah, yang disinkronisasi dengan agenda prioritas Nawa Cita Presiden
R.I tahun 2015-2019 dan RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2019
yaitu:
1.
Mengurangi
kegiatan
import
dengan
memanfaatkan
kondisi
pertanian yang menunjang untuk pemanfaatan maksimal, dan
memperbanyak kegiatan eksport dengan memanfaatkan kawasan
Kabupaten Banyuwangi yang strategis
2.
Mendorong
kepariwisataan,
percepatan
dan
perekonomian
membuka
dalam
bidang
bagi
investor,
kesempatan
Pengembangan dan peningkatan daya saing terhadap UKM dan
koperasi
3.
Mempertahankan stabilitas pertumbuhan perekonomian dengan
menjaga pertumbuhan PDRB, peningkatan pendapatan perkapita
dan menurunnya angka kemiskinan
4.
Meningkatkan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah berbasis kelompok dan kluster
5.
Penguatan regulasi ekonomi kerakyatan daerah
6.
Pembangunan
kawasan
perindustrian
untuk
meningkatkan
penghasilan daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
149
7.
Mengoptimalkan Bandara Blimbingsari sebagai sarana percepatan
pertumbuhan ekonomi
8.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meminta saham sebagai
pemilik SDA
9.
Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat berinvestasi
10. Membuat suatu trobosan untuk dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat menggunakan jasa perbankan.
3.2.
Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Arah Kebijakan Keuangan Daerah memuat tentang pendapatan
daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan,
Tata
Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penentuan kemampuan
keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk
memperkirakan
jumlah
penerimaan
yang
akan diterima
sehingga
kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun rencana dapat
diketahui.
3.2.1.
Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru
untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD), serta perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan
pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dalam rangka otonomi daerah, maka pengalokasian anggaran dan
pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah sangat bergantung kepada
kreativitas dan kemauan dalam mengelola anggaran daerah agar
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
150
mencapai hasil maksimal yang direncanakan termasuk menghasilkan
peningkatan kesejahateraan masyarakat secara lebih merata.
Indikator umum (makro) merupakan indikator gabungan (komposit)
dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial. Indikator
makro
pembangunan
tersebut
terdiri
dari
pertumbuhan
ekonomi,
pendapatan perkapita, penurunan jumlah pengangguran dan pengentasan
kemiskinan. Indikator umum lainnya yang juga digunakan adalah indek
pembangunan manusia (Human Development Index) yang digunakan oleh
United Nation Development Program (UNDP) sebagai indikator komposit
bidang ekonomi dan sosial. pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama
yang sangat penting untuk menjamin kesinambungan pembangunan
untuk menggerakkan roda pembangunan. Tanpa pertumbuhan ekonomi,
maka kegiatan program pembangunan akan mengalami stagnasi berujung
pada peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah
kemiskinan.
Komponen
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD)
diproyeksikan
mengalami kenaikan per tahun dengan asumsi perubahan pengelolaan
pajak dan retribusi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta memperhatikan proyeksi
pertumbuhan ekonomi daerah. Diharapkan dapat dikembangankan
(disesuaikan) pajak dan retribusi daerah yang baru sebagai sumber
pendapatan daerah tanpa mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang
memberatkan investasi. Lonjakan penerimaan PAD terjadi pada tahun
2014 dimana Pajak Bumi dan Bangunan menjadi pajak daerah. Pada sisi
Dana Perimbangan diproyeksikan mengalami kenaikan seiring dengan
membaiknya perekonomian nasional yang memberi pengaruh postif
terhadap APBN sehingga pada gilirannya memberikan tambahan porsi
dana perimbangan. Semakin diperketatnya pembentukan daerah baru
melalui
pemekaran
menjadi
point
penting
atas
tambahan
dana
perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Untuk Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diharapkan mengalami
peningkatan seiring dengan membaiknya ekonomi nasional walaupun ada
beberapa jenis pajak yang dilimpahkan kepada daerah. Komponen LainLain Pendapatan Daerah yang Sah diproyeksikan rata-rata mengalami
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
151
kenaikan per tahun dimana komponen utama yang diprediksi naik adalah
Dana Penyesuaian khususnya tunjangan serifikasi guru PNSD serta Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Provinsi. Dana Penyesuaian lainnya yang
digunakan untuk biasanya dialokasikan untuk infrastruktur serta Bantuan
Keuangan dari Provinsi sehingga sulit untuk diproyeksikan.Hasil analisis
kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek
perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi
sumber-sumber pendapatan daerah dituangkan kedalam tabel Realisasi
dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
152
Tabel 3.10
Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2013 s.d tahun 2016
Jumlah
NO
Uraian
(1)
(2)
Pendapatan
1.1
Pendapatan Asli Daerah
Realisasi Tahun
Realisasi Tahun
Tahun Berjalan
Proyeksi /Target pada
2013*
2014*
2015**
Tahun Rencana 2016**
(3)
(4)
(5)
(6)
1,755,902,983,807.00
1,874,238,884,243.74
12,740,876,900,057.60
39,596,176,777,521.90
161,975,808,883.00
283,488,703,181.03
324,746,937,632.74
514,734,908,757.01
1.1.1
Pajak daerah
54,618,572,808.00
94,194,550,730.62
96,913,770,757.95
145,337,130,324.00
1.1.2
Retribusi daerah
24,170,155,500.00
67,276,765,522.00
139,158,753,026.80
442,567,805,594.46
17,212,736,000.00
15,562,622,841.37
17,677,682,531.07
17,271,955,837.60
65,974,344,575.00
106,454,764,087.04
70,996,731,316.92
87,318,987,746.49
1,299,958,159,483.00
1,303,387,209,097.19
1,521,954,259,959.07
1,609,928,057,417.86
68,465,228,483.00
850,750,097.19
60,113,722,900.87
37,880,548,430.05
1,154,495,171,000.00
1,254,496,229,000.00
1,395,975,753,978.10
1,533,611,695,992.24
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1
1.2.2
Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak/Bagi
hasil bukan pajak
Dana alokasi umum
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
154
Jumlah
NO
Uraian
(1)
1.2.3
1.3
(2)
Dana alokasi khusus
Realisasi Tahun
Realisasi Tahun
Tahun Berjalan
Proyeksi /Target pada
2013*
2014*
2015**
Tahun Rencana 2016**
(3)
(4)
(5)
(6)
76,997,760,000.00
48,040,230,000.00
65,864,783,080.10
54,433,487,148.68
293,969,015,441.00
287,362,971,965.52
10,894,175,702,465.80
141,756,659,695,265.00
1,132,540,000.00
146,734,510,718.00
146,734,510,718.00
12,723,087,329,975.20
82,306,549,441.00
924,902,515.12
7,382,213,523,721.56
223,196,125,680,345.00
209,618,226,000.00
3,026,897,462.40
474,934,644,094.18
519,286,034,779.00
911,700,000.00
856,236,970.00
2,890,293,023,932.03
9,640,203,203,006.77
12,740,876,900,057.60
39,596,176,777,521.90
Lain-lain pendapatan daerah
yang sah
1.3.1
Hibah
1.3.2
Dana darurat
Bagi hasil pajak dari provinsi
1.3.3
dan dari pemerintah daerah
lainnya
1.3.4
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
1.3.5
provinsi pemerintah daerah
lainnya**)
1.3.5
Pendapatan lainnya
135,820,424,300.00
JUMLAH PENDAPATAN
DAERAH (1.1 +1.2+1.3)
Keterangan: *
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
1,755,902,983,807.00
1,874,238,884,243.74
Data bersumber dari LAKIP 2014 dan Evaluasi RPJMD tahun 2010-2015
155
3.2.2
Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Mengacu
kepada
proyeksi
indikator
makro
ekonomi
dan
dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, maka strategi-strategi
kebijakan fiskal sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi Tahun
2010–2015
diarahkan
kepada
(1)
Mengoptimalkan
peningkatan
penerimaan daerah yang bersumber dari sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan; (2) Meningkatkan efisiensi
pengelolaan APBD dari sisi belanja; (3) Meningkatkan sumber penerimaan
daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah
dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional; (4)
Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam
pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan.
Berdasarkan strategi kebijakan fiskal tersebut di atas, maka
kebijakan umum keuangan / anggaran RPJMD Kabupaten Banyuwangi
2010-2015 diarahkan dalam tiga fungsi utama, yaitu : fungsi alokasi,
fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
a. Fungsi alokasi, yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan
yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena
bersifat publik services seperti penanganan prasarana dasar dan
penyediaan infrastruktur;
b. Fungsi distribusi, yaitu penganggaran diarahkan untuk pemerataan,
keadilan sosial, dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain
meliputi penanganan masalah kemiskinan pengembangan wilayah
tertinggal dan lainnya;
c. Fungsi stabilitasi, yaitu penganggaran diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban.
Sesuai dengan arahan Bupati Kabupaten Banyuwangi bahwa tahun
2016 diarahkan pada kebijakan sesuai dengan arahan tahun 2010-2015,
sehingga untuk kebijakan keuangan daerah tahun anggaran 2016 tidak
mengalami perubahan, seperti apa yang telah tertuang dalam RPJMD
2010-2015.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah sub-bab ini memuat penjelasan tentang
analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan
realisasi tahun-tahun sebelumnya, yang mencakup Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi:
Pendapatan pajak daerah, Pendapatan retribusi daerah, Pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah,
sedangkan Dana perimbangan, terdiri dari: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana
Bagi Hasil Buka Pajak (Sumber daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian. Lain-lain Pendapatan yang
sah, meliputi: dana hibah, dana darurat, bagi hasil pajak dari provinsi dan
pemerintah daerah lainnya.
Berdasarkan realisasi dan proyeksi pendapatan daerah serta
pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang,
selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos
Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah
meliputi:
a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada
tahun
anggaran
berkenaan,
dengan
meningkatkan
optimalisasi
sumber-sumber pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan
dapat terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang
ditargetkan.
b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target pendapatan daerah.
c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.
Berdasarkan
RPJMD
Kabupaten
Banyuwangi
2010-2015
pengelolaan pendapatan daerah lebih diarahkan pada optimalisasi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
pendapatan daerah melalui upaya efektif dan efisien serta mendapat
dukungan dari masyarakat. Arah pengelolaan pendapatan, yaitu :
a. Kewenangan yang lebih luas dalam mengoptimalkan perolehan
pendapatan daerah;
b. Mendayagunakan dana melalui pola deposito;
c. Perubahan manajemen keuangan dengan memberi peran lebih
pada Kas Umum Daerah;
d. Intensifikasi
pendapatan
dan
ekstensifikasi
daerah,
terutama
penggalian
melalui
sumber-sumber
usaha
daerah
dan
pendayagunaan aset daerah, termasuk pendapatan dari pihak ke
ketiga;
e. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi bidang
pendapatan atau organisasi penghasil.
Upaya-upaya efektif dalam penggalian sumber-sumber pendapatan
daerah harus terus dilakukan tanpa harus menambah beban bagi
masyarakat sehingga nantinya pendapatan daerah tidak lagi harus
bergantung pada satu atau dua jenis pajak daerah saja, diversifikasi
sumber pendapatan daerah menjadi mutlak dicari agar ketergantungan
dan resiko dapat disebar, mengingat struktur ekonomi di Kabupaten
Banyuwangi lebih banyak di dominasi oleh sektor primer, maka sudah
saatnya dirancang berbagai tindakan yang dapat menggali sumbersumber pendapatan daerah yang berbasiskan pada sektor primer dan
mata rantainya.
3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, sub-bab ini berisikan
uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja (Belanja
Langsung maupun Belanja Tidak Langsung dalam APBD. Kebijakan
belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran
pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang
dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Selisih
antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib
dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu
indikatif bagi belanja langsung setiap SKPD.
Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan
belanja bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa,
serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan
ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung. Berdasarkan hasil
analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi
serta proyeksi pendapatan daerah dalam 3 (tiga) tahun terakhir, arah
kebijakan yang terkait dengan belanja daerah, serta target penerimaan
dan pengeluaran pembiayaan.
Dalam menentukan belanja daerah terdapat tiga elemen penting,
yaitu masyarakat, Pemerintah Daerah, dan DPRD, dengan peran
fungsinya
masing-masing
sebagai
pelayan
masyarakat,
sehingga
anggaran belanja daerah sebagai perwujudan dari amanat rakyat kepada
Pemerintah Daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Rencana belanja disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja
(berorientasi pada hasil). Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan
efisiensi penggunaan alokasi anggaran. Sedangkan orientasi belanja
daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi masing-masing SKPD.
Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk
kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap
mengedepankan efisiensi dan efektifitas sesuai dengan prioritas dan
program-program strategis daerah.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Tabel 3.11
Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016
Jumlah
NO
Uraian
Realisasi Tahun
Tahun Berjalan
2013*
2014*
2015*
(3)
(4)
(5)
Belanja Daerah
2,120,217,064,997.46
4,006,338,551,032.18
3,683,450,663,221.49
5,680,970,867,253.77
Belanja Tidak Langsung
(1)
2.1
2.1.1
Proyeksi /Target pada
Realisasi Tahun
(2)
Tahun Rencana
2016**
(6)
1,431,386,713,399.00
1,612,027,734,671.84
1,750,997,047,571.47
1,954,980,741,199.67
Hasil Pajak Daerah
54,618,572,808.00
64,176,653,951.00
96,913,770,757.95
127,582,806,000.64
Hasil Retribusi Daerah
24,170,155,500.00
65,163,101,135.75
139,158,753,026.80
438,511,358,097.91
1,002,428,016,291.00
1,147,862,041,953.09
1,159,936,888,232.40
1,276,784,727,095.51
175,084,984,400.00
173,362,365,200.00
170,000,936,287.40
167,797,930,282.24
Belanja pegawai
Belanja Pegawai Non Gaji
2.1.2
Belanja bunga
2.1.4
Belanja hibah
90,755,984,400.00
72,860,137,523.00
112,008,581,908.16
113,389,518,862.35
2.1.5
Belanja bantuan sosial
10,428,000,000.00
10,026,215,000.00
7,222,342,955.43
6,389,515,195.63
2.1.6
Belanja bagi hasil kepada
1,000,000,000.00
3,168,000,000.00
3,332,099,806.08
8,330,360,369.81
67,901,000,000.00
70,409,219,909.00
57,423,674,597.25
55,177,191,625.94
Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah
Desa*
2.1.7
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan
Desa*
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
160
Jumlah
NO
Uraian
(1)
(2)
Realisasi Tahun
Realisasi Tahun
Tahun Berjalan
2013*
2014*
2015*
(3)
(4)
(5)
Proyeksi /Target pada
Tahun Rencana
2016**
(6)
2.1.8
Belanja tidak terduga
B
JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG
2.2
Belanja Langsung
2.2.1
Belanja pegawai
2.2.2
Belanja barang dan jasa
2.2.3
Belanja modal
411,268,733,168.00
558,546,677,147.73
721,249,110,730.13
988,549,727,243.97
C
JUMLAH BELANJA LANGSUNG
706,739,021,665.82
2,142,840,583,276.18
1,228,482,350,854.89
2,362,884,074,982.79
D
TOTAL JUMLAH BELANJA
2,120,217,064,997.46
4,006,338,551,032.18
3,683,450,663,221.49
4,680,970,867,253.77
Keterangan:
*
5,000,000,000.00
5,000,000,000.00
5,000,000,000.00
5,000,000,000.00
1,413,478,043,331.64
3,074,589,567,154.18
2,455,966,507,038.19
3,021,832,362,808.07
706,739,021,665.82
931,748,983,878.00
1,227,484,156,183.30
1,659,233,612,755.90
36,283,015,150.00
1,147,862,041,953.09
58,057,080,615.36
662,556,381,196.93
259,187,273,347.82
436,431,864,175.36
449,176,159,509.40
661,316,877,565.79
Data bersumber dari LAKIP 2014 dan Evaluasi RPJMD tahun 2010-2015
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
161
3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentaang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sub-bab ini berisikan uraian
mengenai kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran
pembiayaan daerah.Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan
dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang
daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang
jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain
sesuai dengan akad pinjaman.
Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus
diantisipasi
kebijakan-kebijakan
yang
akan
berdampak
pada
pos
penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan
terjadinya surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang
akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti
penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud
dengan pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Penerimaan Daerah merupakan uang yang masuk
ke kas daerah dan pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas
daerah.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah pada dasarnya merupakan
bagian dari Kebijakan Umum APBD. Karena itu, kebijakan yang disepakati
dalam
pos
pembiayaan
berfungsi
sebagai
penunjang
terhadap
pencapaian sasaran dan tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi,
efisiensi, efektifitas dan profitabilitas;
2. Apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil
adalah melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk
Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan
anggaran tahun berjalan;
3. Apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah
memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau
memperluas kemitraan.
Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan
belanja daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja
daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defisit, dan harus ditutupi
dengan penerimaan daerah. Sebaliknya, jika pendapatan daerah lebih
besar daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang
surplus, dan harus digunakan untuk pengeluaran daerah. Karena itu,
pembiayaan daerah terdiri penerimaan daerah dan pengeluaran daerah.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, penerimaan daerah berasal dari
sumber, antara lain, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
(SiLPA); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali
pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah. Sedangkan sumber
pengeluaran
daerah,
antara
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
lain,
Pembentukan
dana
cadangan;
Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok
utang; dan pemberian pinjaman daerah.
Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah pada tahun 2016
adalah untuk Optimalisasi penggunaan dana daerah untuk program dan
kegiatan serta target atau sasaran yang belum terpenuhi guna
menghindari dana yang menganggur dalam bentuk SILPA yang
merupakan satu-satunya sumber penerimaan pembiayaan.
Sementara untuk pengeluaran pembiayaan Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2016 tidak terjadi pengeluaran pembiayaan karena pada tahun
2016 Kabupaten Banyuwangi akan terfokus pada pembuatan RPJMD.
Hasil
analisis
dan
perkiraan
sumber-sumber
penerimaan
pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan
pengeluaran
pembiayaan
daerah
dalam
3
(tiga)
tahun
terakhir,
proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana
dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah
disajikan dalam bentuk tabel dengan format sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Tabel 3.12
Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016
NO
Jenis Penerimaan dan Pengeluaran
Jumlah
Pembiayaan Daerah
Realisasi 2013*
3.1
Penerimaan Pembiayaan
3.1.1
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun
sebelumnya (SILPA)
3.1.2
Pencairan Dana Cadangan
3.1.3
Hasil penjualan kekayaan daerah yang
Realisasi 2014*
Tahun 2015*
Proyeksi/ 2016**
137,499,038,549.82
227,693,037,693.66
185,630,552,623.36
247,995,345,612.67
136,999,038,549.82
227,680,687,693.66
185,130,552,623.36
247,657,895,612.67
-
dipisahkan
3.1.4
Penerimaan pinjaman daerah
3.15
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
3.1.6
Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
500,000,000.00
12,350,000.00
500,000,000.00
337,450,000.00
0,00
0,00
0,00
137,499,038,549.82
227,693,037,693.66
185,630,552,623.36
247,995,345,612.67
9,150,000,000.00
12,900,000,000.00
18,186,885,542.17
26,658,785,469.02
-
-
3.2
Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1
Pembentukan dana cadangan
3.2.2
Penyertaan modal (Investasi) daerah
5,000,000,000.00
7,050,000,000.00
9,940,500,000.00
14,573,104,350.00
3.2.3
Pembayaran pokok utang
4,150,000,000.00
5,850,000,000.00
8,246,385,542.17
12,085,681,119.02
3.2.4
Pengeluaran Pihak Ketiga
-
-
18,186,885,542.17
26,658,785,469.02
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
9,150,000,000.00
12,900,000,000.00
165
BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
4.1 Tujuan Dan Sasaran Pembangunan
Permasalahan pembangunan merupakan sebuah hal yang sering di
alami oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Permasalahanpermasalahan yang muncul baik di lingkup pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah harus dapat di tangani dengan baik. Penanganan
permasalahan-permasalahan tersebut sangat dibutuhkan upaya yang
seefektif dan seefisien mungkin. Penanganan yang lebih baik dan
antisipatif
menjadi upaya
bersama
yang
dilakukan
seluruh level
Pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Munculnya permasalahan
pembangunan bukan saja berawal dari kelemahan internal birokrasi
Pemerintah, tetapi juga bisa berawal dari dinamika yang terjadi di
masyarakat.
Begitu juga halnya yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi, dengan
berbagai permasalahan yang terjadi pada masa lalu, lambat laun dapat
terselesaikan dan menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut
dapat dilihat dengan beberapa pencapaian Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2014-2015 dimana berbagai bidang pembangunan mengalami
peningkatan yang positif. Di bidang perekonomian misalnya terjadi
peningkatan yang positif antara lain pada akhir 2010, pencapaian Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 23,29 Trilyun Rupiah. Pada
tahun 2013 meningkat menjadi 35,46 Trilyun Rupiah, dan berdasarkan rilis
terbaru BPS pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi sebesar 40,48
Trilyun Rupiah. Selanjutnya, Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi hingga
tahun 2010 berada dalam kisaran 6 persen, lalu pada tahun 2011
meningkat mencapai 7,14 persen dan pada tahun 2012 kembali
meningkat pada posisi 7,29 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun
2013 mencapai 6,76 % dan pada tahun 2014 dapat mencapai 6,9 %.
Pencapaian
tersebut
sangat
baik
dimana
mampu
melampaui
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 7,27 persen. Pada tahun
2013, seiring dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi global
dan nasional, Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi menurun menjadi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
166
sebesar 6,76 persen, namun angka ini masih berada diatas pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur sebesar 5,86 persen dan nasional sebesar
5,02 persen. Pertumbuhan perekonomian yang menurun pada tahun 2013
tidak berdampak terhadap pencapaian pendapatan per kapita Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2014. Pendapatan per kapita penduduk
Banyuwangi tahun 2014 sebesar 25,50 juta meningkat dari tahun 2013
yang hanya sebesar 22,52 juta per tahun. Pendapatan perkapita ini
meningkat kembali menjadi 25,5 juta pertahun pada 2014. Peningkatan
perekonomian dan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten
Banyuwangi secara tidak langsung berpengaruh terhadap meningkatnya
Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten
Banyuwangi sebesar 70,53 meningkat menjadi sebesar 71,02 pada tahun
2013. Umur Harapan Hidup tahun 2012 sebesar dari 68,12 tahun
meningkat pada tahun 2013 menjadi 68,66 tahun.
Pencapaian yang menggembirakan dari bidang perekonomian juga
berlanjut pada bidang pelayanan publik. Dimana sesuai dengan hasil
survey kepuasan masyarakat pada tahun 2014 dari Lingkaran Survey
Indonesia menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap penyediaan
fasilitas kesehatan sebesar 82,8 persen, layanan pendidikan dan sekolah
81,3 persen, transportasi 65,8 persen. Pencapaian yang positif tersebut
yang ditunjukkan oleh hasil survey menunjukkan bahwa adanya
pencapaian yang positif Pemerintah Daerah dalam upaya menyediakan
fasilitas dan pelayanan publik. Sedangkan dari bidang pariwisata terjadi
peningkatan dan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2012 pertumbuhan sektor pariwisata 10,87 persen, capaian tersebut
meningkat pada tahun 2013 menjadi 11,31 persen. Pertumbuhan sektor
pariwisata tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kunjungan
wisatawan. Kunjungan wisatawan domestik meningkat dari 870 ribu tahun
2013 menjadi 1,04 juta orang tahun 2014. Wisatawan mancanegara
meningkat dari 66 ribu orang menjadi 83 ribu orang tahun 2014.
Peningkatan jumlah wisatawan tersebut tidak terlepas dari prioritas
pembangunan Kabupaten Banyuwangi di bidang pariwisata. Upaya konkrit
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah memperbaiki
dan membangun jalan mencapai 300 km setiap tahunnya. Pembangunan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
167
dan perbaikan jalan tersebut memiliki tujuan utama peningkatan
aksesibilitas wisatawan menuju wilayah-wilayah pariwisata. Dengan
berkembangnya sektor pariwisata dan menggeliatnya perekonomian di
daerah ternyata memberikan pengaruh positif terhadap penurunan angka
kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi. Dalam kurun waktu empat tahun
terakhir, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berhasil menurunkan angka
kemiskinan dari 20 persen menjadi 9,57 persen tahun 2013. Pencapaianpencapaian tersebut merupakan sebuah jawaban konkrit dari upaya
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada di daerah. Upaya-upaya konkrit telah berhasil dilaksanakan.
Upaya-upaya yang bersifat sistematis dan berkelanjutan tersebut tentu
saja harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat agar mampu
mendukung dan berpartisipasi akfit dalam setiap upaya pembangunan di
daerah.
Pemerintah Daerah selaku subyek pelaksana jalannya pemerintahan
daerah
selalu
dihadapkan
dengan
permasalahan-permasalahan
pembangunan. Setiap permasalahan yang terdapat di daerah tentunya
juga memiliki implikasi tersendiri terhadap kesejahteraan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dengan
banyaknya permasalahan yang ada, pemerintah daerah harus memiliki
prioritas pembangunan guna mengatasi segala permasalahan yang ada di
daerah. Prioritas ini bertujuan untuk dapat mengetahui permasalahan
mana yang lebih besar implikasinya terhadap pembangunan suatu
daerah. Selain itu, prioritas juga berfungsi untuk memaksimalkan
pendanaan yang terbatas di daerah. Suatu prioritas pembangunan daerah
merupakan
sekumpulan
program
prioritas
yang
secara
khusus
berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah, mengingat
keterdesakan dan daya ungkit bagi kinerja pembangunan daerah.
Perumusan prioritas pembangunan dilakukan dengan mengevaluasi lebih
lanjut permasalahan pembangunan daerah terkait, dihubungkan dengan
program pembangunan daerah (RPJMD) pada tahun rencana dan
kemungkinan perubahannya.
Perlu dipahami bersama bahwa Prioritas Pembangunan Daerah
adalah sebuah tema atau agenda pembangunan pemerintah daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
168
tahunan yang menjadi benang merah/tonggak capaian antara (milestones)
menuju sasaran 5 (lima) tahunan dalam RPJMD melalui rencana program
pembangunan daerah tahunan. Suatu prioritas pembangunan merupakan
jawaban atas sasaran pembangunan daerah dalam suatu pernyataan
yang mengandung komponen program prioritas atau gabungan program
prioritas.
Prioritas
pembangunan
daerah
menjadi
sebuah
upaya
pemerintah daerah untuk dapat mencapai target-target capaian yang telah
dirumuskan. Prioritas tentu saja memberikan makna lebih bahwa programprogram tersebut di utamakan karena memiliki dampak yang signifikan.
Suatu prioritas pembangunan daerah pada dasarnya (berisi) programprogram unggulan SKPD (terpilih) yang paling tinggi relasinya (leading
indicators) bagi tercapainya target sasaran pembangunan daerah tahun
rencana. Dalam menentukan prioritas pembangunan, terlebih dahulu
dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang bersifat
internal maupun eksternal. Setelah diketahui faktor penyebab atau pemicu
secara internal maupun eksternal kemudian dapat disusun prioritas dan
sasaran pembangunan beserta program prioritas. Tidak semua program
prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan daerah, menyangkut
keterbatasan
anggaran
dan
identifikasi
masalah.
Suatu
prioritas
pembangunan dimasa lalu yang telah berhasil dicapai, tidak lagi
diprioritaskan
dimasa
kesinambungannya
berikutnya,
(performance
walau
tetap
maintenance).
harus
dijaga
Tujuannya
adalah
memperjelas kesinambungan prioritas yang dijalankan pusat dengan
prioritas daerah. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah idealnya memang dapat berkelanjutan dan
bersinergi dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Begitu juga
hubungan antara program prioritas di Pusat, Provinsi maupun Pemerintah
Daerah. Guna mengetahui korelasi antara agenda prioritas pemerintah
pusat, provinsi dan daerah akan dijelaskan sebagai berikut:
4.1.1 Prioritas Pembangunan Nasional
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini,
maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
169
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 misi
Pembangunan yaitu:
1) Mewujudkan
keamanan
nasional
yang
mampu
menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan
sumber
daya
maritim,
dan
mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,
dan sejahtera.
5) Mewujudkan Bangsa yang berdaya saing
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam
jalan
perubahan menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang
ekonomi,
dan
berkepribadian
dalam
kebudayaan,
dirumuskan
Sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas tersebut
disebut dengan istilah NAWA CITA. Adapun kesembilan agenda
prioritas tersebut antara lain:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
170
5) Meningkatkan kualits hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai
serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangantantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka
arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:
Meningkatkan
Pertumbuhan
Ekonomi
yang
Inklusif
dan
Berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan
Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah
menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan
pertanian, perikanan dan pertambangan, berkembangnya industri
manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sektor jasa, penguasaan
iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal,
meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk
manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan peranan usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
(UMKM)
dan
koperasi,
serta
meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja
yang berkualitas.
Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam
(SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan
dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas
produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal
pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi
pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
171
hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber
daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan
ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan
pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi
kelautan yang terintegrasi antar sektor dan antar wilayah, dan
meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman
hayati Indonesia yang sangat kaya.
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan
dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk
memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan
pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan
dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur
kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk
mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem
transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara
terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama PemerintahSwasta.
Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana
Alam
dan
Penanganan
Perubahan
Iklim.
Arah
kebijakan
peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan
perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas
lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup, penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi risiko
bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat
terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan
pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya kualitas
pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih,
transparan, efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan
hukum dan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi,
semakin mantapnya konsolidasi demokrasi, semakin tangguhnya
kapasitas penjagaan pertahanan dan stabilitas keamanan nasional,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
172
dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi
Indonesia dalam forum Internasional
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang
berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang
berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan
perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya
kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan
Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan,
terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya
pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas
pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
serta berkembangnya jaminan kesehatan.
Mengembangkan
Pembangunan
dan
Memeratakan
daerah
diarahkan
Pembangunan
untuk
menjaga
Daerah.
momentum
pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan
meningkatkan
Kalimantan,
kinerja
Sulawesi,
pusat-pusat
Nusa
pertumbuhan
Tenggara,
Maluku,
wilayah
dan
di
Papua;
menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi
seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah
tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan
dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang
Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah.
Penyusunan RKP Nasional tahun 2016 haruslah berpedoman kepada
dokumen RPJMN tahun 2015-2019. Di dalam dokumen RPJMN
tahun
2015-2019
telah
memberikan
gambaran
perencanaan
pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Fokus
pembangunan di dalam RKP Nasional tahun 2016 yang mengacu
pada RPJMN tahun 2015-2019 menghasilkan tema sebagai berikut:
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Meletakkan
Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
173
Berdasarkan tema RKP Nasional tahun 2016 tersebut menunjukkan
bahwa
Pemerintah
Pusat
pada
tahun
2016
berupaya
memprioritaskan pembangunanya sebagai berikut:
1. Tercapainya peningkatan pelayanan pendidikan, pelayanan
kesehatan, tersedianya perumahan layak huni bagi masyarakat
berpenghasilan renda dan jaminan sosial, serta pembentukan
mental/karakter bangsa,budi pekerti, nilai-nilai patriotisme dan
cinta tanah air serta semangat bela negara.
2. Mendukung terwujudnya stabilitas dan kedaulatan pangan
melalui reformasi agraria, untuk pengendalian pemanfaatan lahan
pertanian, pendistribusian bibit dan pupuk, peningkatan biaya
operasi dan pemeliharaan irigasi dalam upaya peningkatan
produktivitas pertanian dan nilai tambah petani untuk hidup layak
dan lebih sejahtera.
3. Terciptanya
pemerataan
pendapatan
antar
kelompok
masyarakat, antar wilayah, antar desa dan pinggiran serta antar
kawasan. Hal tersebut bertujuan agar tercapainya pemerataan
pembangunan
mengurangi
antar
wilayah
kesenjangan
yang
simbang,
pembangunan
yang
dapat
dimasing-masing
wilayah.
4. Terpeliharanya
dan
terbangunnya
jaringan
infrastruktur
perhubungan baik dibidang maritim, energi, pariwisata, maupun
stabilitas dan kedaulatan pangan. Hal tersebut baertujuan agar
tersedia jaringan infrastruktur perhubungan dengan berbagai
moda transportasi yang mengedepankan pelayanan cepat, tepat,
murah dan aman, sehingga akan mendorong efisiensi dan
efektifitas kelancaran arus orang dan distribusi barang serta jasa
yang dapat mengurangi ekonomi biaya tinggi dan menekan
angka inflasi.
5. Penguatan dan peningkatan kapasitas aparatur daerah antara
lain melalui pendidikan, pelatihan, pendampingan dan sosialisasi
regulasi dalam upaya peningkatan kinerja sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi masing-masing.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
174
4.1.2 Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Penyusunan tema RKPD Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mengacu
pada dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur. Tentunya, selain
mengacu pada dokumen RPJMD Provinsi Jawa TImur, penyusunan
tema RKPD Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mengacu RKP Nasional
tahun
2016.
Oleh
karena
itu,
untuk
mendukung
sinergitas
pembangunan pusat dan daerah, Provinsi Jawa Timur merumuskan
tema RKPD tahun 2016 sebagai berikut:
Percepatan Pembangunan Infrastruktur untuk Meningkatkan
Daya Saing Menghadapi MEA Akhir 2015
Tema
RKPD
tahun
2016
tersebut
mempertegas
sinergitas
pembangunan nasional dengan pembangunan di provinsi Jawa Timur
berfokus pada bidang infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang
dimaksud Provinsi Jawa Timur dapat diperjelas dengan penjelasan
unsur tema sebagai berikut:
ï‚· Percepatan Pembangunan Infrastruktur
1)
Infrastruktur ekonomi, antara lain meliputi: public work (jalan
provinsi dan JLS, jaringan irigasi, dan moda transportasi);
Public utilities (kelangsungan pasokan energy listrik dan gas,
jaringan telekomunikasi untuk menunjang Jawa Timur
sebagai supercoridor.
2)
Infrastruktur
social,
antara
lain
meliputi:
Infrastruktur
pendidikan, infrastrukutr kesehatan, serta perumahan, air
minum dan sanitasi.
3)
Infrastruktur
penegakan
administrasi/institusi,
hukum,
keamanan
antara
dan
lain
ketertiban,
meliputi:
sistem
pengendalian internal, koordinasi, integrasi, sinergi dan
sinkronisasi.
ï‚· Daya saing
1)
Daya saing regional/provinsi, antara lain meliputi: stabilitas
makro ekonomi; perencanaan Pemerintahan dan institusi;
tata
kelola
keuangan,
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
fasilitasi
dunia
usaha,
175
ketenagakerjaan;
kualitas
hidup
dan
pembangunan
infrastruktur
2)
Daya saing sector, antara lain meliputi: standarisasi produk
di sector primer/pertanian; standarisasi produk di sector
sekunder/industri; standarisasi produk jasa; standarisasi
SDM tenaga terampil.
Berdasarkan Rancangan Awal RKPD tahun 2016 Provinsi Jawa Timur
dan mengacu pada tema RKP Nasional tahun 2016, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur memfokuskan pembangunan pada tahun 2016 di
bidang infrastruktur. Fokus pembangunan infrastruktur tentu saja
harus diperhatikan dan dipersiapkan dimulai dari perencanaan, studi
kelayakan hingga evaluasi pembangunan. Berikut ini terdapat
beberapa prioritas pembangunan tahun 2016 Provinsi Jawa Timur,
antara lain:
MISI I : Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan
1) Pengentasan kemiskinan melalui Jalan Lain Menuju Mandiri
dan Sejahtera (JALIN MATRA)
2) Perluasan kesempatan belajar di SMK
3) Pengembangan SMK Mini dan BLK (balai latihan kerja) Plus
4) Pemberian bantuan beasiswa bagi siswa berprestasi dari
keluarga tidak mampu
5) Penguatan dan pengembangan taman posyandu
6) Pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi
MISI II : Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri,
dan berdaya saing, berbasis agrobisnis dan agroindustri
1) Meningkatkan dan mengembangkan koperasi wanita
2) Penggunaan combine harvester guna meningkatkan efisiensi
pasca panen
3) Restocking laut dan pembangunan rumah ikan di Banyuwangi,
Situbondo, Kabupaten dan Kota Probolinggo
4) Swasembada daging dengan optimalisasi inseminasi buatan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
176
5) Penguatan fungsi Kantor Perwakilan Dagang
6) Kebijakan non tarief Barrier
7) Peningkatan Percepatan Pembangunan JLS
7) Pembangunan jalan lingkar, fly over, pembangunan jembatan
dan pembangunan jalan akses di beberapa lokasi strategis di
Jawa Timur
8) Pembangunan elevated railways (gubeng-juanda)
9) Percepatan pembangunan rel KA double track
10) Optimalisasi angkutan penyeberangan
11) Pembangunan pelabuhan khususnya di Probolinggo
12) Pengoperasian Bandara Bawean Kabupaten Gresik
13) Peningkatan sarana prasarana Bandara di Jawa Timur
14) Pengendalian banjir dan pembangunan cekdam/gullyplug
15) Pembangunan
waduk
lapangan
dengan
teknologi
geomembrane
16) Peningkatan ketersediaan infrastruktur dasar perumahan dan
kawasan permukiman
17) Pembangunan dan renovasi rumah tidak layak huni
18) Pembangunan rusunawa
19) Perencanaan tata ruang guna percepatan kawasan strategis
provinsi (KSP) kepentingan ekonomi
Misi III : Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dan
penataan ruang
1) Pengendalian mutasi lahan melalui percepatan penetapan
Perda LP2B
2) Penghijauan jalan di sepanjang jalan provinsi
Misi IV : meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik
1) Optimalisasi dan efektifitas sistem pelayanan publik
2) Peningkatan kapasitas aparatur desa
3) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
177
Misi V : Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial
1) Peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat menjelang
Pilkada serentak
2) Fasilitasi FKDM, FKUB dan FPK
4.1.3 Prioritas Pembangunan Kabupaten Banyuwangi
Dengan berbagai pencapaian dan potensi yang dimiliki, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 tetap berupaya mencapai
target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Selain menjaga
pencapaian dan meningkatkan pencapaian, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi juga di tuntut mampu berkorelasi dan berkesinambungan
dengan pembangunan di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
Upaya yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi untuk dapat menjaga
kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan dapat terwujud jika
adanya komitmen bersama dalam menyusun prioritas pembangunan
daerah. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa arahan Bupati
Banyuwangi yang terangkum di dalam prioritas pembangunan di tahun
2016:
1)
20 Konsepsi Dasar Pembangunan Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki 20 konsepsi dasar
pembangunan,
dimana
berpedoman pada
ke
duapuluh
konsepsi
tersebut
2 (dua) prioritas wajib meliputi pendidikan
dan kesehatan; 3 (tiga) prioritas unggulan meliputi Pertanian,
pariwisata dan UMKM; dan 4 (empat) prioritas penunjang
meliputi infrastruktur, Perlindungan sosial, lingkungan hidup dan
Birokrasi. Untuk lebih jelasnya berikut 20 konsepsi dasar
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi:
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
178
2) Mewujudkan Smart City dan mempersiapkan Banyuwangi
inteligent transport system
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu
masyarakatnya dengan mengelola sumber daya yang ada
dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat
terduga.Smart
atau
mengantisipasi
kejadian
yang
tak
City dapat disimpulkan bahwa memanfaatkan
sumber informasi dan menggunakan teknologi yang canggih
untuk
mempermudah
kehidupan.Tidak
hanya
berupaya
meuwujudkan Smart City, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
juga mempersiapkan Banyuwangi intelligent transport system
guna mendukung arus perpindahan barang maupun manusia
yang tersistem dan terintegrasi.
3)
Peningkatan pariwisata berbasis ecotourism
Semakin bervariasinya obyek-obyek wisata di Jawa Timur
menuntut pengaplikasian bentuk pariwisata yang lebih concern
terhadap lingkungan. Ecotourism merupakan alternatif strategi
yang mengutamakan kepariwisataan berbasis alam. Dengan
besarnya potensi alam di Kabupaten Banyuwangi tentu upaya
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
179
peningkatan pariwisata berbasis ecotourism sangat bermanfaat
dan mampu mengoptimalkan potensi alam yang tersedia.
Berdasarkan analisis Prioritas di atas memunculkan tema tahunan
Kabupaten Banyuwangi guna menjadi sebuah arahan pembangunan
selama setahun kedepan. Dengan segala potensi dan prioritas yang
tersedia di Kabupaten Banyuwangi menghasilkan tema tahun 2016
yaitu :
“Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan bagi
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”
Tema yang dihasilkan tersebut memiliki gambaran bahwa dengan
segala pencapaian dan pembangunan yang telah dilaksanakan,
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menginginkan adanya upaya
menjaga pencapaian dan tentunya melanjutkan pembangunanpembangunan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pembangunan
daerah yang berkelanjutan menjadi kata kunci utama dalam
menyusun prioritas program dan kegiatan Kabupaten Banyuwangi
kedepan. Berkelanjutan disini berarti bahwa pada tahun transisi 2016
tetap menjalankan fondasi 9 fokus prioritas RPJMD 2010-2015 yang
dijabarkan dalam 20 konsepsi dasar pembangunan daerah, yang
disinkronisasi dengan agenda prioritas Nawa Cita Presiden R.I tahun
2015-2019 dan RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2019.
Jika dikaitkan dengan prioritas pembangunan Pusat dan Pemerintah
Provinsi, maka Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di arahkan pada
tahun 2016 fokus pada pembangunan daerah berkelanjutan. Guna
pencapaian tema tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
memaksimalkan
pembangunan
infrstruktur
sebagai
alat
untuk
mencapai tujuan yaitu Peningkatan kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan. Berdasarkan hasil pencapaian selama ini serta prioritas
yang akan dilaksanakan kedepan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
pada tahun 2016 terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur
jalan dan jembatan. Dengan tersedianya infrastruktur jalan dan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
180
jembatan yang berkualitas maka arus wisatawan yang berkunjung
serta arus investasi akan lebih besar. Selain itu, guna memaksimalkan
kondisi geografis serta alam yang mendukung, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi berupaya mempercepat pembangunan Waduk Bajulmati
dan Embung Singolatri yang nantinya dapat berfungsi untuk pertanian,
pengembangan perikanan maupun pariwisata.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
181
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Banyuwangi
Tujuan
Meningkatkan
pelayanan publik
yang berkualitas
dan merata bagi
seluruh masyarakat
Sasaran
1
Menurunnya angka buta aksara;
Indikator sasaran
Angka melek huruf (AMH)
Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf
(tidak buta aksara)
2
Meningkatnya angka partisipasi
pendidikan;
Angka partisipasi kasar SD/MI
Angka partisipasi kasar SLTP
Angka partisipasi kasar SLTA
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket
B
Angka Partisipasi Murni (APM))
SMA/SMK/MA/Paket C
Angka partisipasi sekolah pendidikan dasar
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah pendidikan dasar
Angka partisipasi sekolah SLTP/MTS
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah SLTP/MTS
Angka partisipasi sekolah SLTP/MTS
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah SMA/SMK/MA
Jumlah gedung olahraga
Indeks Pembangunan Manusia
Angka rata-rata lama sekolah
Rasio guru/murid pendidikan dasar
Rasio guru/murid per kelas rara-rata pendidikan
dasar
Rasio guru/murid SLTP/MTS
Rasio guru/murid per kelas rata- rata SLTP/MTS
Rasio guru/murid SMA/SMK/MA
Rasio guru/murid per kelas rata- rata
SMA/SMK/MA
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan
baik
Sekolah pendidikan SMP/MTS kondisi
bangunan baik
Sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi
bangunan baik
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
183
Tujuan
Sasaran
Indikator sasaran
Angka Putus Sekolah (APtS) SD/MI
Angka Putus Sekolah (APtS) SMP/MTs
Angka Putus Sekolah (APtS) SMA/SMK/MA
Angka Kelulusan (AL) SD/MI
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke
SMP/MTs
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA
Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
3
Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (APK)
Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
daerah
4
Meningkatnya usia harapan hidup;
Jumlah rumah sakit
Jumlah puskesmas, pustu, pusling
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 30.000
penduduk
Rasio rumah sakit per 10.000 penduduk
Indeks Pembangunan Manusia
Angka usia harapan hidup
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI)
Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA
Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit DBD
Cakupan puskesmas
Cakupan pembantu puskesmas
BOR (Bed Occupancy rate )
AVLOS ( Average Length of Stay)
BTO (Bed Turn Over)
TOI ( Turn Over Interval)
Angka Kematian > 48 jam (GDR)
Angka Kematian < 48 jam (NDR)
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
184
Tujuan
Sasaran
5
Menurunnya angka kematian bayi;
6
Menurunnya angka kematian ibu
melahirkan;
Indikator sasaran
Angka kelangsungan hidup bayi (kematian bayi
per 1000 kelahiran)
Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000
kelahiran hidup)
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
7
Menurunnya anak balita di bawah
garis merah;
Persentase balita gizi buruk
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
8
9
10
Menurunnya prevalensi gizi
kurang pada balita;
Meningkatnya cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan;
Meningkatnya peserta KB aktif;
Rasio posyandu per satuan balita
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Rata-rata jumlah anak per keluarga
Rasio akseptor KB
Cakupan peserta KB aktif
Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I
11
12
Tersedianya obat dan perbekalan
kesehatan yang aman, bermutu
dan bermanfaat serta terjangkau
oleh masyarakat;
Tersedianya tenaga kesehatan
yang cukup, berkualitas dan
profesional
Cakupan puskesmas
Cakupan pembantu puskesmas
Rasio dokter per satuan penduduk
Rasio tenaga kefarmasian per 100.000
penduduk
Rasio tenaga ahli gizi per 100.000 penduduk
Jumlah Tenaga Medis
Keperawatan (perawat dan bidan)
Kefarmasian (apoteker dan ahli farmasi)
Tenaga kesehatan
Sanitarian
Ahli gizi
Rasio tenaga medis per 1000 penduduk
Rasio tenaga keperawatan per 100.000
penduduk
Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk
13
Terberdayakannya masyarakat
melalui keterlibatan di dalam
pelayanan kesehatan, seperti
terlibat dalam Posyandu,
Polindes, dan Pos-siaga serta
Poskestren
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Posyandu aktif
185
Tujuan
1. Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi berkualitas
dan merata dalam
upaya mewujudkan
kemadirian ekonomi
masyarakat
Sasaran
1
Meningkatnya daya saing daerah
dan kemandirian ekonomi
berbasis pertanian..
Indikator sasaran
Produktifitas padi atau bahan pangan utama
lokal lainnya per hektar
Kontribusi sektor pertanian / perkebunan
terhadap PDRB
Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)
terhadap PDRB
Kontribusi produksi kelompok petani terhadap
PDRB
Nilai tukar petani
Gabah
Beras (Ton)
Kesediaan pangan utama
Cakupan bina kelompok petani
Produksi daging (Ton/Th)
Produksi telor (Ton/Th)
Produksi susu (ton/Th)
Mortalitas ternak
Kejadian penyakit
Jumlah Puskewan
Kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB
Cakupan bina kelompok nelayan
Produksi perikanan
Konsumsi ikan
2. Meningkatkan
pembangunan
ekonomi terintegrasi
2
Meningkatkan industri olahan dan
kreatif berbasis pertanian
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
Ekspor bersih perdagangan
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB
Kontribusi industri rumah tangga terhadap
PDRB sektor industri
Pertumbuhan industri
3
Termanfaatkannya fungsi ekologi,
ekonomi dan sosial hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Kerusakan kawasan hutan
Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
4
Meningkatnya investasi di daerah
baik PMA maupun PMDN
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN /
PMA)
Rasio daya serap tenaga kerja
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
186
Tujuan
Sasaran
Indikator sasaran
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
Kenaikan / penurunan nilai realisasi PMDN
(milyar rupiah)
Penyelesaian ijin lokasi
Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan
Administrasi Pemerintah
5
Meningkatnya pemanfaatan
potensi pariwisata seperti Kawah
Ijen, Pantai Plengkung,
Sukamade dan lainnya
Kunjungan wisata domistik
Kunjungan wisata mancanegara
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
6
Meningkatnya profesionalisme
pengelolaan Koperasi dan UMKM
Prosentase koperasi aktif (melaksanakan RAT)
Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
Jumlah BPR / LKM
Usaha Mikro dan Kecil
Cakupan bina kelompok pedagang/usaha
informal
Cakupan bina kelompok pengrajin
7
Meningkatnya jejaring antar
daerah, provinsi dan pusat serta
jejaring pelaku ekonomi
Jenis dan jumlah bank dan cabang
Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan
cabang
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
Ekspor bersih perdagangan
8
Tersusunnya regulasi yang
berhubungan dengan kompetisi
kegiatan ekonomi di daerah
Pajak daerah (milyar RP)
Retribusi Daerah (milyar RP)
Macam pajak daerah
Macam retribusi daerah
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
Persentase desa berstatus swasembada
terhadap total desa
Perda ekonomi kerakyatan
1. Meningkatkan
ketersediaan
infrastruktur publik
1
Meningkatnya sarana informasi
dan alat transportasi
Jumlah arus penumpang angkutan umum
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Angkutan darat
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
187
Tujuan
Sasaran
Indikator sasaran
Rasio ijin trayek
Jumlah uji kir angkutan umum
Kepemilikan KIR angkutan umum
Lama pengujian kelayakan angkutan umum
(KIR)
Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
Pemasangan Rambu-rambu
Jumlah jaringan komunikasi
Web site milik pemerintah daerah
Jumlah penyiaran radio/TV lokal
Jumlah penyiaran TV lokal
Jumlah surat kabar nasional / lokal
2. Menurunkan
kesenjangan antar
wilayah khususnya
dalam hal
ketersediaan
sarana dan
prasarana fisik
2
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas jalan dan sarana serta
prasarana yang menghubungkan
daerah-daerah tujuan wisata;
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik
Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( >
40 KM/Jam )
3
Meningkatnya sarana dan
prasarana penunjang pertanian
Pembangunan waduk, embung dan longstorege,
cek dam, ground sill
Rasio ketersediaan air dan kebutuhan air untuk
irigasi dan lain keperluan
Rasio ketersediaan air pada musim hujan dan
musim kemarau (degradasi DAS)
Rasio jaringan irigasi dan luas daerah irigasi
Proporsi jaringan irigasi dalam kondisi baik dan
teknis
Rasio Jaringan Irigasi
Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik
4
Meningkatnya kuantitas dan
kualitas jalan dan sarana serta
prasarana yang menghubungkan
pusat-pusat kegiatan ekonomi
Panjang jalan dilalui Roda 4
Panjang jalan yang memiliki trotoar dan
drainase/ saluran pembuangan air (minimal 1,5
m)
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per
satuan penduduk
Persentase penanganan sampah
Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk
5
Meningkatnya prasarana dan
sarana pendidikan dan kesehatan
dalam jumlah dan kualitas yang
memadai
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Rumah tangga pengguna air bersih
Prosentase rumah tangga (RT) yang
menggunakan air bersih
188
Tujuan
Sasaran
Indikator sasaran
Rumah tangga pengguna listrik
Rumah tangga ber-Sanitasi
Lingkungan pemukiman kumuh
Rumah layak huni
Prosentase rumah tinggal bersanitasi
Rasio rumah layak huni
Rasio permukiman layak huni
6
Tersusun dan tertatanya RTRW
Kabupaten Banyuwangi secara
terpadu dan komprehensif
Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan
Ketaatan terhadap RTRW
Luas wilayah produktif
Luas wilayah industri
Luas wilayah kebanjiran
Luas wilayah kekeringan
Luas wilayah perkotaan
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas
Wilayah ber HPL/HGB
1. Meningkatkan
kesejahteraan
melalui optimalisasi
sumberdaya daerah
berbasis
pemberdayaan
masyarakat,
pembangunan
berkelanjutan dan
berwawasan
lingkungan
7
Meningkatnya jumlah jalan poros
desa
Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke
kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui
roda 4)
1
Menurunnya tingkat
pengangguran;
Angka partisipasi angkatan kerja
Angka sengketa pengusaha - pekerja per tahun
Tingkat partisipasi angkatan kerja
Pencari kerja yang ditempatkan
Tingkat pengganguran terbuka
Keselamatan dan perlindungan
Perselisian buruh dan pengusaha terhadap
kebijakan pemerintah
2
Menurunnya angka kemiskinan;
Indeks ketimpangan williomson (Indeks
Ketimpangan Regional)
Prosentase penduduk diatas garis kemiskinan
Persentase rumah tangga yang menggunakan
listrik
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
(jt/th)
Keluarga pra sejahtera dan sejahtera I
3
Meningkatnya program-program
pembangunan yang berbasis
pada pengarusutamaan gender
Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
Rasio KDRT
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
189
Tujuan
Sasaran
Indikator sasaran
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
Partisipasi angkatan kerja perempuan
(Legislatif)
Partisipasi angkatan kerja perempuan
(Eksekutif)
Penyelesaian pengaduan perlindungan
perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
4
Meningkatnya jaminan dan
perlindungan sosial masyarakat;
Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo
dan panti rehabilitasi
PMKS yang memperoleh bantuan sosial
Penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial
5 Meningkatnya peranan kelompokkelompok dalam masyarakat di
dalam berbagai kegiatan
pembangunan
Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga
pemberdayaan masyarakat (LPM)
Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
Jumlah LSM
LPM Berprestasi
PKK aktif
Swadaya Masyarakat terhadap Program
pemberdayaan masyarakat
Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan
masyarakat
Pencemaran status mutu air
Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor
dan sumber mata air
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan
Amdal
Tempat pembuangan sampah (PTS) per satuan
penduduk
Penegakan hukum lingkungan
Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi
debit stabil
6
Meningkatnya upaya pelestarian
dan pengembangan budaya local
Jumlah group kesenian
Jumlah gedung
Penyelenggaraan festival seni dan budaya
Sarana penyelenggaraan seni dan budaya
Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang
dilestarikan
Meningkatkan tata
kelola pemerintahan
1
Terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik dan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Sistim Informasi Manajemen Pemda
190
Tujuan
Sasaran
yang baik dan
bersih melalui
harmonisasi
kebijakan yang
komprehensif dan
berkeadilan
bersih
Indikator sasaran
Meningkatnya ketersediaan database
kependudukan skala provinsi
Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan
daerah
Peringkat Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD)
Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
2
Meningkatnya kualitas SDM
aparatur pemerintah daerah yang
ditandai oleh meningkatnya etos
kerja dan budaya kerja pegawai;
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
3
Menguatnya kapasitas
kelembagaan melalui regulasi
yang komprehensif dan
berkeadilan
Tersedianya dokumen perencanaan : RPJPD
yang telah ditetapkan dengan Perda
Tersedianya dokumen perencanaan : RPJMD
yang telah ditetapkan dengan Perda / Perkada
Tersedianya dokumen perencanaan : RKPD
yang telah ditetapkan dengan Perkada
Penjabaran program RPJMD kedalam RKPD
Buku "Kabupaten dalam Angka"
Buku "PDRB Kabupaten"
4
Meningkatnya kesadaran dan
penegakan hokum
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan
OKP
Kegiatan pembinaan politik daerah
Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3
(ketertiban, ketentraman, keindahan) di
Kabupaten
Angka kriminalitas
Jumlah demo
Penegakan PERDA
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
191
4.2 Prioritas dan Pembangunan
Prioritas Pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2016
merupakan periode pertama pada RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun
2016-2020. Akan tetapi dikarenakan dinamika yang terjadi saat ini, RKPD
tahun 2016 untuk sementara mengacu pada RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010–2015 dan RPJMD transisi. RKPD tahun 2016
merupakan
keberlanjutan
dari
fokus
tahun
sebelumnya.
Prioritas
pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 akan diarahkan pada
pencapaian seluruh target yang telah ditetapkan dalam RPJMD.
Prioritas pembangunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 akan
mengarah pada “Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan
bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan” sehingga
segala capaian pembangunan Kabupaten Banyuwangi dalam berbagai
bidang akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan kemandirian Kabupaten
Banyuwangi. Pembangunan Berkelanjutan menjadi kata kunci utama
dalam menghasilkan prioritas pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.
Prioritas pembangunan berkelanjutan tentunya menjadi salah satu upaya
guna menjaga serta dapat meningkatkan pencapaian-pencapaian besar
selama ini.
Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016
sebagai berikut :
1. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan Yang Bermoral dan
Berakhlak
2. Peningkatan Akses dan Kualitas Kesehatan
3. Revitalisasi Sektor Pertanian
4. Pengembangan Industri Olahan dan Kreatif Berbasis Pertanian
5. Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal
6. Pelestarian dan Pengembangan Budaya Lokal
7. Meningkatkan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Berbasis Kelompok dan Kluster
8. Penguatan Regulasi Ekonomi Kerakyatan Daerah
9. Pengembangan Infrastruktur dan Tata Ruang
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
192
10. Peningkatan Akses Transportasi dan Informasi
11. Pengembangan Jejaring kekuatan ekonomi
12. Peningkatan Investasi
13. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran
14. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat
15. Pengarusutamaan Jender dan Perlindungan Anak
16. Peningkatan Kesadaran Hukum
17. Pengembangan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
18. Pengendalian Lingkungan, Rehabilitasi Lahan dan Hutan
19. Peningkatan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik
20. Membangun Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan efektif
Selanjutnya
masing-masing
prioritas
pembangunan
daerah
dijelaskan dalam program dan kegiatan prioritas terkait, sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Penjelasan Program Pembangunan Daerah
Prioritas
pembangunan
No
1
Peningkatan Akses
dan Kualitas
Pendidikan Yang
Bermoral dan
Berakhlak
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak
Usia Dini
57,77
Dinas
Pendidikan
Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun
APM (%)SD/MI
99,03
Dinas
Pendidikan
APM (%) SMP/MTs
74,57
Dinas
Pendidikan
APK (%) SD/MI
108,96
Dinas
Pendidikan
APK (%) SMP/MTs
100
Dinas
Pendidikan
APS (%) SD/MI
0,02
Dinas
Pendidikan
APS (%) SMP/MTs
0,35
Dinas
Pendidikan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
193
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program Pendidikan
Menengah Atas
Program Pendidikan
Non Formal
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Angka Kelulusan
SD/MI
99,75
Dinas
Pendidikan
Angka Kelulusan
SMP/MTs
96,18
Dinas
Pendidikan
APM
(%)SMA/SMK/MA
50,33
Dinas
Pendidikan
APK
(%)SMA/SMK/MA
66,29
Dinas
Pendidikan
APS
(%)SMA/SMK/MA
0,27
Dinas
Pendidikan
Angka Kelulusan
SMA/SMK/MA
96,45
Dinas
Pendidikan
Angka Melanjutkan
SD/MI
99,69
Dinas
Pendidikan
Angka Melanjutkan
SMP/MTs
89,88
Dinas
Pendidikan
Angka Melek Huruf
(%)
99,24
Dinas
Pendidikan
Program Pendidikan
Madrasah Diniyyah
Program Peningkatan
Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Program
Pengembangan
Budaya Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan
Program Pelayanan
Manajemen Pendidikan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Dinas
Pendidikan
Rasio guru/murid per kelas rata-rata:
Dinas
Pendidikan
SD/MI
23,3
SMP/MTs
37,75
SMA/SMK/MA
38,18
Angka rata-rata
lama sekolah
7,75
Dinas
Pendidikan
Jumlah
perpustakaan
3
Dinas
Pendidikan
Jumlah pengunjung
perpustakaan
pertahun
66,739
Dinas
Pendidikan
Koleksi buku yang
tersedia di
perpustakaan
daerah
77500
Dinas
Pendidikan
Rasio ketersediaan sekolah terhadap
penduduk usia sekolah:
SD/MI
97,2
SMP/MTs
97,2
Dinas
Pendidikan
194
Prioritas
pembangunan
No
2
Peningkatan Akses
dan Kualitas
Kesehatan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
SMA/SMK/MA
71,29
Dinas
Pendidikan
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Olahraga
Dinas
Pendidikan
Program Pembinaan
Pemuda dan Olahraga
Dinas
Pendidikan
Program Peningkatan
Peran Serta
Kepemudaan
Dinas
Pendidikan
Program Peningkatan
Upaya Pertumbuhan
Kewirausahaan dan
Kecakapan Hidup
Pemuda
Dinas
Pendidikan
Program Upaya
Pencegahan
Penyalahagunaan
Narkoba
Dinas
Pendidikan
Program Pembinaan
dan Pemasyarakatan
Olahraga
Dinas
Pendidikan
Program peningkatan
pendidkan keagamaan
dan moral dalam
kurikulum pendidikan
Dinas
Pendidikan
Program bantuan untuk
guru ngaji
Dinas
Pendidikan
Program Obat dan
Perbekalan Kesehatan
Dinas
Kesehatan
Program Upaya
Kesehatan Masyarakat
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Rasio posyandu
per satuan balita
1,94
Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
30.000 penduduk
142,18
Rasio Rumah Sakit
per 10.000
penduduk
01:14,6
Rasio dokter per
satuan penduduk
7,89
Rasio tenaga
kefarmasian per
100.000 penduduk
1,55
Rasio tenaga ahli
gizi per 100.000
penduduk
2,8
Jumlah Rumah
Sakit
11
RS
195
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Jumlah Puskemas,
Pustu, Pusling
216
Jumlah Tenaga
Medis
280
Keperawatan
(perawat dan
bidan)
1280
Kefarmasian
(apoteker dan ahli
farmasi)
45
Tenaga kesehatan
90
Rasio tenaga medis
per 1000 penduduk
17,4
Rasio tenaga
keperawatan per
100.000 penduduk
44,73
Rasio tenaga
Kesehatan per
1000 penduduk
5,59
Ahli gizi
45
Cakupan Balita Gizi
Buruk mendapat
perawatan
100
Program Penyehatan
Lingkungan
Sanitarian
45
Program Pencegahan
dan Penanggulangan
Penyakit Menular
termasuk HIV/AIDS
Cakupan
penemuan dan
penanganan
penderita penyakit
DBD
Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani
100%
Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
97,2
Cakupan Desa /
kelurahan Universal
Child Immunization
(UCI)
Cakupan
puskesmas
100
UPT
Puskesmas
Program Pengawasan
Obat dan Makanan
Program Promosi
Kesehatan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Program Perbaikan
Gizi Masyarakat
Program pengadaan,
peningkatan dan
perbaikan sarana dan
prasarana
puskesmas/puskesmas
pembantu dan
jaringannya
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
80
100
196
Prioritas
pembangunan
No
Program/
Pembangunan
Program Pelayanan
Kesehatan Anak Balita
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Cakupan pembantu
puskesmas
48,39
BOR (Bed
Occupancy rate )
70%
AVLOS ( Average
Length of Stay)
7 hari
BTO (Bed Turn
Over)
40 kali
TOI ( Turn Over
Interval)
2 hari
Angka Kematian >
48 jam (GDR)
24
Angka Kematian <
48 jam (NDR)
50
Cakupan
kunjungan bayi
90
Cakupan
pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
15
Ketersediaan
pangan
872,23
Program Peningkatan
Kesehatan Lansia
Program
Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan
Program Kebijakan dan
Manajemen
Pembangunan
Kesehatan
Program Jaminan
Kesehatan
Program
Pengembangan dan
Peningkatan Badan
Layanan Umum
Daerah (BLUD)
3
Revitalisasi Sektor
Pertanian
Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Dinas
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perkebunan
502,122
301,28%
Program Peningkatan
Hasil Pemasaran
Pertanian/Perkebunan
minapolitan,
agropolitan
Kantor
Ketahanan
Pangan
Program Peningkatan
Kesadaran dan
Penegakan Hukum
dalam Pendayagunaan
Sumberdaya Kelautan
Program
Pengembangan
Budidaya Perikanan
Dinas
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perkebunan
Dinas Kelautan
dan Perikanan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Produksi perikanan
70,388
197
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Konsumsi ikan
30,5
Produksi perikanan
kelompok nelayan
388,8
Cakupan bina
kelompok nelayan
57
Jumlah nelayan yg
dapat bantuan
pemda pd thn n
13
Program
Pengembangan
Perikanan Tangkap
Program Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pemasaran Produksi
Perikanan
Program
Pengembangan
Kawasan Budidaya
Laut, Air Payau dan Air
Tawar
Program
Pengembangan
Minapolitan
Program Penyediaan
Sarana dan Prasarana
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
Perikanan
Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi Perikanan
Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Dinas
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perkebunan
Program Peningkatan
Pemasaran Hasil
Produksi
Pertanian/Perkebunan,
minapolitan agropolitan
Program Peningkatan
Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
Progam Peningkatan
Produksi
Pertanian/Perkebunan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan
dan
Pertamabangan
Produktivitas padi
atau bahan pangan
utama lokal lainnya
per hektar
69,03
Kontribusi sektor
pertanian/perkebun
an terhadap PDRB
49,1
Kontribusi sektor
perkebunan
(tanaman keras)
terhadap PDRB
9,17
198
Prioritas
pembangunan
No
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Kontribusi Produksi
kelompok petani
terhadap PDRB
4,36
Cakupan bina
kelompok petani
26,95
Dinas Koperasi
dan UMKM
Program Pencegahan
dan Penanggulangan
Penyakit Ternak
Program Peningkatan
Produksi Hasil
Peternakan
Program Peningkatan
Pemasaran Hasil
Produksi Peternakan
Program Pencegahan
dan Penanggulangan
Penyakit Hewan
Peliharaan (Anjing,
Kucing)
Program
Pemberdayaan
Penyuluhan Pertanian /
Perkebunan Lapangan
Program Peningkatan
Peran Penerapan
Teknologi Peternakan
4
Pengembangan
Industri Olahan dan
Kreatif Berbasis
Pertanian
Program Peningkatan
Kapasitas IPTEK
Sistem Produksi
Program
Pengembangan
Industri Kecil dan
Menengah
Dinas Koperasi
dan UMKM
Kontribusi sektor
Industri terhadap
PDRB
5,71
Kontribusi industri
rumah tangga
terhadap PDRB
sektor Industri
Cakupan bina
kelompok pengrajin
7,5
45 Sentra
Program Peningkatan
Kemampuan Teknologi
Industri
5
Pengembangan
Pariwisata Berbasis
Kearifan Lokal
Program Penataan
Struktur Industri
Program
Pengembangan
Sentra-Sentra Industri
Potensial
Program
Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Pertumbuhan
Industri.
4,88
Kunjungan wisata
Domestik
1,046,318
Kunjungan wisata
Mancanegara
Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
PDRB
27,202
Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata
3,7
199
Prioritas
pembangunan
No
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Pengembangan
Destinasi Pariwisata
6
Pelestarian dan
Pengembangan
Budaya Lokal
Program
pengembangan
Wawasan Budaya
Lokal
Kegiatan
pembinaan
terhadap LSM,
Ormas dan OKP
Program pelestarian
Budaya Lokal dalam
menunjang pariwisata
Penyelenggaraan
festival seni dan
budaya
Sarana
penyelenggaraan
seni dan budaya
Benda, Situs dan
Kawasan Cagar
Budaya yang
dilestarikan
7
8
Meningkatkan Daya
Saing Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah
Berbasis Kelompok
dan Kluster
Penguatan Regulasi
Ekonomi Kerakyatan
Daerah
Program Penciptaan
Iklim Usaha Usaha
Kecil Menengah Yang
Kondusif
Program
Pengembangan Sistem
Pendukung Usaha Bagi
UMKM
Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan
Koperasi
Persentase
koperasi aktif
(melaksanakan
RAT)
Usaha Mikro dan
Kecil
81,10%
Program
Pengembangan
Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif
UMKM
Jumlah UKM non
BPR/LKM UKM
27
Dinas Koperasi
dan UMKM
61
Program Perlindungan
Konsumen dan
Pengamanan
Perdagangan
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan
dan
Pertambangan
Program Pengelolaan
dan Rehabilitasi
Ekosistem Pesisir dan
Laut
Program penyusunan
regulasi ekonomi
kerakyatan
Sekretariat
DPRD
Program
Pengembangan
Lembaga Ekonomi
Perdesaan
9
Pengembangan
Infrastruktur dan Tata
Ruang
Program
Pembangunan Jalan
dan Jembatan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Panjang jalan
dilalui Roda 4
0,0008
Dinas
pekerjaan
umum, Bina
Marga, Cipta
Karya dan Tata
Ruang
200
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Panjang jalan
kabupaten dalam
kondisi baik ( > 40
KM/Jam )
Panjang jalan yang
memiliki trotoar dan
drainase/ saluran
pembuangan air
(minimal 1,5 m)
98,5
Pembangunan
waduk, embung
dan longstorege,
cek dam, ground
sill
40
Program
Pembangunan
Turap/Talud/Brojong
Drainase dalam
kondisi baik/
pembuangan aliran
air tidak tersumbat
100
Program
Rehabilitasi/Pemelihara
an Pembangunan Jalan
dan Jembatan
Jalan Penghubung
dari ibukota
kecamatan ke
kawasan
pemukiman
penduduk (mimal
dilalui roda 4)
98
Program
Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan
Lainnya
Rasio Jaringan
Irigasi
Luas irigasi
Kabupaten dalam
kondisi baik
85%
Pembangunan
infrastruktur
pengaman pantai
dan muara sungai
90
Sumber air/mata air
dalam kondisi
baik/kondisi debit
stabil
Cakupan
penghijauan
wilayah rawan
longsor dan
Sumber Mata Air
85
Cakupan sarana
prasarana
perkantoran
pemerintahan desa
yang baik
99%
Program
Pembangunan Saluran
Drainase/goronggorong
Program Penyediaan
dan Penglolaan Air
Baku
Program Pengendalian
Banjir
Program
Pembangunan
infrastruktur Pedesaan
26,6
100
89
Program Rehabilitasi /
Pemeliharaan Saluran
Drainase / Goronggorong
Program Rehabilitasi /
Pemeliharaan
Talud/Brojong
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
201
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Pencemaran status
mutu air
91
Cakupan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
amdal.
76,47
Program
Pembangunan Sistem
Pendaftaran Tanah
Lahan bersertifikat
16%
Program Penataan
Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan
dan Pemanfaatan
Tanah
Penyelesaian izin
lokasi
91,40%
Program Penyelesaian
konflik-konflik
pertanahan
Penyelesaian
kasus tanah
Negara
100%
Program Inspeksi
Kondisi Jalan dan
Jembatan
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Kebinamargaan
Program
Pengembangan,
Pengelolaan,
Konsearvasi Sungai,
Danau, Sumberdaya
Air Lainnya
Program
Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Minum
dan Air Limbah
Program Peningkatan
Kesiagaan dan
Pencegahan bahaya
kebakaran
Dinas
Pekerjaan
Umum Bina
Marga, Cipta
Karaya dan
Tata Ruang
Program Pengelolaan
Area Pemakaman
Rasio tempat
pemakaman umum
per satuan
penduduk
40
Program
pengembangan
perumahan
Rasio rumah layak
huni
Rumah tangga
pengguna air bersih
60
Rumah tangga
pengguna listrik
Rumah tangga berSanitasi
Rumah layak huni
Lingkungan
Pemukiman
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Dinas
Pekerjaan
Umum Bina
Marga, Cipta
Karya, dan Tata
Ruang
35,5
290,124
423,121
1585016
54,972
202
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program lingkungan
sehat perumahan
Program
pemberdayaan
komunitas perumahan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Persentase Luas
pemukiman yang
tertata
Persentase rumah
tinggal bersanitasi
Rasio tempat
ibadah per satuan
penduduk
60
85,9
85%
Program perbaikan
perumahan akibat
bencana/sosial
Program Perencanaan
Tata Ruang
Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Program
Pengembangan Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
Badan
Perencanaan
dan Pembangunan Daerah
Rasio Ruang
Terbuka Hijau per
Satuan Luas
Wilayah ber
HPL/HGB
Rasio tempat
pembuangan
sampah (TPS) per
satuan penduduk
60
Persentase
penanganan
sampah
Tempat
pembuangan
sampah (TPS) per
satuan penduduk
60
45
70%
Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
Program Pemanfaatan
Ruang
10
Peningkatan Akses
Transportasi dan
Informasi
Program
Pengembangan
Wilayah Strategis dan
Cepat Tumbuh
Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Program Perencanaan
Pengembangan Kotakota Menengah dan
Besar
Program
Pembangunan Wilayah
Perbatasan
Badan
Perencanaan
dan Pembangunan Daerah
Program Pembinaan
dan Pengembangan
Aparatur
BKD
Program pembangunan
prasarana dan fasilitas
perhubungan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Termin
al Bis
02/01/2008
Angkutan darat
0,001
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
203
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program peningkatan
kelaikan pengoperasian
kendaraan bermotor
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Jumlah arus
penumpang
angkutan umum
Rasio ijin trayek
Jumlah uji kir
angkutan umum
1,654,120
Kepemilikan KIR
angkutan umum
Lama pengujian
kelayakan
angkutan umum
(KIR)
Biaya pengujian
kelayakan
angkutan umum
40,34%
0,00034
1
20 menit
37,5
Program pengendalian
dan pengamanan lalu
lintas
Pemasangan
Rambu-rambu
0,047
Pembangunan sarana
dan prasarana
perhubungan
Proporsi panjang
jaringan jalan
dalam kondisi baik
98
Sempadan jalan
yang dipakai
pedagang kaki lima
atau bangunan
rumah liar
20
Program peningkatan
pelayanan angkutan
Program Rehabilitasi
dan Pemeliharaan
Prasarana dan Fasilitas
LLAJ
Program
Pengembangan
Komunikasi, Informasi
dan Media Massa
Program Pengkajian
dan Penelitian Bidang
Informasi dan
Komunikasi
Program Fasilitasi
Peningkatan SDM
Bidang Komunikasi dan
Informasi
Program Kerjasama
Informasi dengan
Media Massa
Program
Pengembangan
Data/Informasi
11
Pengembangan
Jejaring kekuatan
ekonomi
Dinas
Pekerjaan
Umum, Cipta
Karya, dan Tata
Ruang
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Buku "kabupaten
dalam angka"
ada
Buku "PDRB
kabupaten"
ada
Ekspor Bersih
Perdagangan
22,144,934
Program
Pengembangan
Kemitraan
Program Peningkatan
dan Pengembangan
Ekspor
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
204
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan
dalam Negeri
Program Pembinaan
Pedagang Kaki Lima
dan Asongan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Kontribusi sektor
Perdagangan
terhadap PDRB
Cakupan bina
kelompok
pedagang/usaha
informal
23,84
36 kelompok
Program peningkatan
kerjasama
perdagangan
internasional
Program Kerjasama
Pembangunan
Program
Pengembangan
Wilayah Strategis
Program
Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat
Pesisir
Program peningkatan
kegiatan budaya
kelautan dan wawasan
maritim kepada
masyarakat
12
Peningkatan Investasi
Program Peningkatan
Promosi dan Kerja
Sama Investasi
Program Peningkatan
Iklim Investasi dan
Realisasi Investasi
13
Pengentasan
Kemiskinan dan
Pengangguran
Program Penyiapan
Potensi Sumberdaya,
Sarana dan Prasarana
Program Peningkatan
Kualitas dan
Produktifitas Tenaga
Kerja
Program Peningkatan
Kesempatan Kerja
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Badan Pember
Jumlah investor
berskala nasional
(PMDN/PMA)
1
Jumlah nilai
investasi berskala
nasional
(PMDN/PMA)
Sistem informasi
Pelayanan
Perijinan dan
adiministrasi
pemerintah
50
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
ada
Kenaikan /
penurunan Nilai
Realisasi PMDN
(milyar rupiah)
1
Tingkat partisipasi
angkatan kerja
71,9
Angka partisipasi
angkatan kerja
71,9
Pencari kerja yang
ditempatkan
Tingkat
pengangguran
terbuka (%)
20,4
Dinas Sosial,
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
2,74
205
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program Perlindungan
dan Pengembangan
Lembaga
Ketenagakerjaan
Program Transmigrasi
Lokal dan Regional
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Rasio daya serap
tenaga kerja
Angka sengketa
pengusaha-pekerja
per tahun
Keselamatan dan
perlindungan
Perselisihan buruh
dan pengusaha
terhadap kebijakan
pemerintah daerah
241
Transmigran
swakarsa (trans.
umum, TSM, &
TU)
1,72
83,63
26,67
21,15
Program Perumahan
Keluarga Miskin
(Gakin)
14
Pemberdayaan
Kelompok
Masyarakat
Program
Pemberdayaan Fakir
Miskin, Komunitas Adat
Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
(PMKS) lainnya
Program Pelayanan
dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial
PMKS yg
memperoleh
bantuan sosial
0,57%
Penanganan
penyandang
masalah
kesejahteraan
sosial
0,57%
Rata-rata jumlah
kelompok binaan
lembaga
pemberdayaan
masyarakat (LPM)
100
Rata-rata jumlah
kelompok binaan
PKK
100
Dinas
Pekerjaan
Umum Bina
Marga, Cipta
Karya dan Tata
ruang
Dinas Sosial,
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
Program Pembinaan
Anak Terlantar
Program Pembinaan
para Penyandang
Kemampuan Khusus
(diffable) dan Ekstrauma
Program Pembinaan
Eks Penyandang
Penyakit Sosial (eks
Narapidana, PSK,
Narkoba dan Penyakit
Sosial lainnya)
Program
Pemberdayaan
Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial
Program Peningkatan
Keberdayaan
Masyarakat Perdesaan
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa
206
No
15
Prioritas
pembangunan
Pengarusutamaan
Jender dan
Perlindungan Anak
Program/
Pembangunan
Program Peningkatan
Partisipasi Masyarakat
dalam Membangun
Desa
Program
Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Pengawasan dan
Pengendalian Sumber
Daya Kelautan
Program Keluarga
Berencana
Program Pembinaan
Peran Serta
Masyarakat dalam
Pelayanan KB/KR yang
Mandiri
Program pelayanan
kontrasepsi
Program Peningkatan
Penanggulangan
Narkoba, PMS
termasuk HIV/AIDS
Program Penyiapan
Tenaga Pendamping
Kelompok Bina
Keluarga
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Jumlah LSM
LPM Berprestasi
217
70
PKK aktif
Posyandu aktif
100
100
Swadaya
Masyarakat
terhadap Program
pemberdayaan
masyarakat
90
Pemeliharaan
Pasca Program
pemberdayaan
masyarakat
90
dayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa
Rata-rata jumlah
anak per keluarga
2
Cakupan peserta
KB aktif
74
Rasio akseptor KB
0,74
Badan
Pemberdayaan
Perempuan dan
Keluarga
Berencana
Program Kesehatan
Reproduksi Remaja
Program Promosi
Kesehatan Bayi, Ibu
dan Anak Melalui
Kelompok Kegiatan di
Masyarakat
Program
Pengembangan Pusat
Pelayanan Informasi
dan Konseling KRR
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
207
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Persentase
partisipasi
perempuan di
lembaga
pemerintah
16
Partisipasi
perempuan di
lembaga swasta
86,5
Rasio KDRT
0,008
Partisipasi
angkatan kerja
perempuan
(Legislatif)
Partisipasi
angkatan kerja
perempuan
(Eksekutif)
Penyelesaian
pengaduan
perlindungan
perempuan dan
anak dari tindakan
kekerasan
Persentase jumlah
tenaga kerja
dibawah umur
16,17
Keluarga Pra
Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera
I
Sarana sosial
seperti panti
asuhan, panti
jompo dan panti
rehabilitasi
41
Program
Pengembangan Bahan
Informasi Tentang
Pengasuhan dan
Pembinaan Tumbuh
Kembang Anak
Program
Pengembangan Model
Operasional BKBPosyandu PADU
Program Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Jender dan Anak
Program Peningkatan
Kualitas Hidup dan
Perlindungan
Perempuan
Program Peningkatan
Peran Serta dan
Kesetaraan Jender
dalam Pembangunan
Program Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Jender
Program
Pengembangan dan
Perlindungan Anak
Badan
Pemberdayaan
Perempuan dan
Keluarga
Berencana
38,42
93,45
0,59
Program Keserasian
Kebijakan Peningkatan
Kualitas Anak dan
Perempuan
Program Peningkatan
Peran Perempuan di
Perdesaan
16
Pengembangan
Program
Perlindungan dan
Jaminan Sosial
Program perlindungan
dan jaminan sosial
Dinas Sosial,
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
100
Program peningkatan
mitigasi bencana alam
laut dan prakiraan iklim
laut
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
208
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Pengendalian
Lingkungan,
Rehabilitasi Lahan
dan Hutan
SKPD
Indikator
Target
Cakupan
pelayanan bencana
kebakaran
kabupaten
0,0002
Tingkat waktu
tanggap (response
time rate) daerah
layanan Wilayah
Manajemen
Kebakaran (WMK)
42%
Program Pemeliharaan
Kantrantibmas dan
Pencegahan Tindakan
Kriminal
Rasio jumlah Polisi
Pamong Praja per
10.000 penduduk
01:01,0
Program Peningkatan
Keamanan dan
Kenyamanan
Lingkungan
Jumlah Linmas per
Jumlah 10.000
Penduduk
60
Penegakan PERDA
97%
Cakupan patroli
petugas Satpol PP
82
Tingkat
penyelesaian
pelanggaran K3
(ketertiban,
ketentraman,
keindahan) di
Kabupaten
98%
Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya
Hutan
Kontribusi sektor
kehutanan
terhadap PDRB
1,09
Program Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
Rehabilitasi hutan
dan lahan kritis
1,1
Program Pencegahan
Dini dan
Penanggulangan
Korban Bencana Alam
17
Kinerja
Program Peningkatan
Pemberantasan
Penyakit Masyarakat
(Pekat)
Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Hidup
Program Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya Alam
(SDA)
Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan
Hidup
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Dinas
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perkebunan
209
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Kerusakan
Kawasan Hutan
0,03
Perlindungan dan
konservasi sumber
daya hutan
Program Pemanfaatan
Kawasan Hutan
Industri
Program Pembinaan
dan Penertiban Industri
Hasil Hutan
Program Perencanaan
dan Pengembangan
Hutan
Pengembangan Energi
18
Peningkatan
Kapasitas Birokrasi
dan Kualitas
Pelayanan Publik
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Program Pembinaan
dan Pengawasan
Bidang Pertambangan
Kontribusi sektor
pertambangan
terhadap PDRB
4,04
Program Pengawasan
dan Penertiban
Kegiatan Rakyat yang
Berpotensi Merusak
Lingkungan
Penegakan hukum
lingkungan
100
Program Peningkatan
dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan
Daerah
Program Peningkatan
Sistem Pengawasan
Internal dan
Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan
KDH
Sekretariat
daerah
Peningkatan Kapasitas
Lembaga Perwakilan
Daerah
Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
DPRD
Sekretariat
daerah
Indeks Kepuasan
Layanan
Masyarakat
80%
Sekretariat
daerah
Program Peningkatan
Sarana Prasarana
Aparatur
Sekretariat
daerah
Program Fasilitasi
Pindah/Purna Tugas
PNS
BKD
Program Peningkatan
Kapasitas Sumberdaya
Aparatur
Sekretariat
daerah
Program Peningkatan
Pelayanan Kedinasan
Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah
Sekretariat
daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
210
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Program Pendidikan
Kedinasan
Program Peningkatan
Pelayanan Kedinasan
Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah
Program Pembinaan
dan Fasilitasi
Pengelolaan Keuangan
kabupaten/kota
Program Pembinaan
dan Fasilitasi
Pengelolaan Keuangan
Desa
Program Peningkatan
Profesionalisme
Tenaga Pemeriksa dan
Aparatur Pengawasan
Program
Mengintensifkan
Penanganan
Pengaduan Masyarakat
Program Peningkatan
Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah
19
Peningkatan
Kesadaran Hukum
Program
Pengembangan
Wawasan Kebangsaan
Badan
Kesatuan
Bangsa, Politik
dan Linmas
Program Kemitraan
Pengembangan
Wawasan Kebangsaan
20
Membangun Tata
Kelola Pemerintahan
Yang Baik dan efektif
Program
Pemberdayaan
Masyarakat untuk
Menjaga Ketertiban
dan Keamanan
Rasio Pos
Siskamling per
jumlah
desa/kelurahan
80 buah
Program Pendidikan
Politik Masyarakat
Kegiatan
pembinaan politik
daerah
Pengelolaan arsip
secara baku
100
Program Perbaikan
Sistem Administrasi
Kearsipan
Program Penyelamatan
dan Pelestarian
Dokumen/Arsip Daerah
Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Informasi
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
70%
Peningkatan SDM
pengelola
kearsipan
100%
Jumlah jaringan
komunikasi
13
Sistim Informasi
Manajemen Pemda
12
Kantor
Perpustakaan,
Arsip dan
Dokumentasi
211
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Program Pemeliharaan
Rutin/Berkala Sarana
dan Prasarana
Kearsipan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Tersimpannya arsip
inaktip dan statis
100%
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program Optimalisasi
Pemanfaatan Teknologi
Informasi
Program Penataan
Administrasi
Kependudukan
Program Peningkatan
Kesadaran Hukum dan
Penyelesaian Masalah
Hukum
Program Penataan
Peraturan PerundangUndangan
Program Perencanaan
Pembangunan Daerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
Sekretariat
daerah
Jumlah surat kabar
nasional/local
18
Jumlah penyiaran
radio/TV local
57/2
Jumlah penyiaran
TV local
1
Web site milik
pemerintah daerah
1
Rasio penduduk
berKTP per satuan
penduduk
01:01,0
Rasio bayi berakte
kelahiran
Rasio pasangan
berakte nikah
100
Dinas
Kependudukan
dan Catatan
Sipil
0,228
Kepemilikan KTP
(%)
Kepemilikan akta
kelahiran per 1000
penduduk
99,64
Ketersediaan
database
kependudukan
skala provinsi
Penerapan KTP
Nasional berbasis
NIK
ada
Tersedianya
Dokumen
Perencanaan :
RPJPD yg telah
ditetapkan dgn
PERDA
Sekretariat
daerah
16,31
Sudah
Sekretariat
daerah
Tersedia
212
No
Prioritas
pembangunan
Program/
Pembangunan
Kinerja
SKPD
Indikator
Target
Tersedianya
Dokumen
Perencanaan :
RPJMD yg telah
ditetapkan dgn
PERDA/PERKADA
Tersedia
Tersedianya
Dokumen
Perencanaan :
RKPD yg telah
ditetapkan dgn
PERKADA
Penjabaran
Program RPJMD
kedalam RKPD
Tersedia
Tersedia
Program Perencanaan
Pembangunan
Ekonomi
Program Perencanaan
Sosial Budaya
Program Perencanaan
Prasarana Wilayah dan
Sumber Daya Alam
Program Penyusunan
Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah
Program Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Program Perencanaan
Pembangunan Daerah
Rawan Bencana
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
213
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
PRIORITAS DAERAH
Tahun 2016 merupakan yang sangat penting bagi keberlanjutan
pembangunan di Kabupaten Banyuwangi dikarenakan RPJMD Kabupaten
Banyuwangi
tahun 2010-2015 telah selesai dilaksanakan sedangkan
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2020 belum tersusun dikarenakan
adanya perubahan peraturan terkait pelaksanaan pemilu kepada daerah
langsung sehingga RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 akan
mengacu pada RPJMD Transisi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 yang
disusun dengan tujuan untuk tetap menjaga keberlanjutan pembangunan.
Pembangunan daerah pada tahun 2016 dilaksanakan sebagai lanjutan
pembangunan tahun-tahun sebelumnya dan merupakan jawaban atas
permasalahan yang berkembang saat ini, dengan memperhatikan
tantangan dan kendala yang akan terjadi serta memperhatikan kapasitas
riil keuangan daerah tahun 2016 dan prioritas dan sasaran pembangunan
dalam Kabupaten Banyuwangi tahun 2016, maka rencana program dan
kegiatan
prioritas
diarahkan
pada
upaya
mewujudkan
tema
“MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DAERAH BERKELANJUTAN BAGI
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT YANG BERKEADILAN”.
Berikut ini disajikan secara lebih terperinci rencana program dan
kegiatan prioritas daerah untuk tahun 2016 yang tersaji pada Buku 2
RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
214
BAB VI
PENUTUP
Rencana
Kerja
Pembangunan
Daerah
(RKPD)
Kabupaten
Banyuwangi adalah dokumen perencanaan daerah periode 1 (satu) tahun
yang disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan;
2. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu;
3. Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan;
4. Prioritas dan sasaran pembangunan;
5. Rencana program dan kegiatan prioritas daerah; dan
6. Penutup.
Penyusunan RKPD Kabupaten Banyuwangi telah dilalui sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
seperti:
tahapan
musyawarah
pembangunan daerah (Musrenbang), analisa kondisi daerah, analisa
kemampuan keuangan daerah dan analisa rencana pembangunan terkait
(RKP
Nasional,
RKPD
Provinsi
Banyuwangi 2016 merupakan
Jawa
Timur).
penjabaran
RKPD
Kabupaten
dari RPJMD Transisi
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016. RKPD Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016 harus dipedomani oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam melaksanakan
program/kegiatan pembangunan tahun
2016 dan menjadi landasan bagi penyusunan KUA-PPAS untuk
menyusun RAPBD Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2016.
RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 ini, diharapkan mampu
mewujudkan cita-cita pembangunan Kabupaten Banyuwangi, yakni:
“MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DAERAH BERKELANJUTAN
BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT YANG
BERKEADILAN”.
RKPD Kabupaten Banyuwangi 2016
215
LAMPIRAN 1. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PERENCANAAN DAERAH SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN KABUPATEN BANYUWANGI
URUSAN/ BIDANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH DAN
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
JENIS
TARGET CAPAIAN
KINERJA RPJMD
TAHUN 2015
REALISASI KINERJA
HASIL PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN
S/D TAHUN 2013
99,03
98,41
74,57
TARGET RKPD
TAHUN 2014
PERKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET
RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN
TARGET PROGRAM/
KEGIATAN RKPD
TAHUN BERJALAN (N- REALISASI CAPAIAN
TINGKAT CAPAIAN
1/2015)
PROGRAM DAN
REALISASI TARGET
KEGIATAN S/D TAHUN
S/D TAHUN 2015
2015
REALISASI RKPD
TAHUN 2014
TINGKAT
REALISASI (%)
98,73
98,87
100
99,03
99
99,84
88,64
74,22
88,67
119
74,57
89
118,94
50,33
60,81
46,32
61,13
132
50,33
61
121,53
108,96
104,93
108,96
109,02
100
108,96
109
100,08
100
103,25
100
100,67
101
100
101
100,67
66,29
76,71
64,29
76,75
119
66,29
77
115,78
0,02
0,04
0,03
0,03
100
0,02
-0,14
-683,33
0,35
0,42
0,39
0,35
90
0,35
0,23
64,63
0,27
0,83
0,72
0,75
104
0,27
0,63
233,48
99,75
99,92
99,75
100
100
99,75
100
100,25
96,18
99,94
96,18
96,18
100
96,18
96
99,98
96,45
99,99
96,23
96,45
100
96,45
96
99,98
97,2
101,72
97,06
97,2
100
97,2
97
99,98
97,2
102,73
97,06
114,73
118
97,2
115
118,12
71,29
67,09
58,01
71,29
123
71,29
71
100,06
23,3
19,15
23,38
14,95
64
23,3
15
63,59
37,75
34,54
38,15
22,6
59
37,75
22
59,51
38,18
28,02
38,15
38,18
100
38,18
38
100,01
Angka Melek Huruf (%)
99,24
97,23
99,9
100
101
99,24
100
100,77
Angka rata-rata lama sekolah
7,75
7,25
7,25
7,12
98
7,75
7
91,75
57,77
75,65
56,62
57,77
102
57,77
58
99,71
99,69
104,03
99,69
100,19
101
99,69
100
100,49
89,88
98,96
89,51
98,21
110
89,88
98
109,31
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
URUSAN WAJIB
SD/MI
APM (%)
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
SD/MI
APK (%)
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
SD/MI
APS (%)
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
SD/MI
Angka Kelulusan
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
PENDIDIKAN
SD/MI
Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia
sekolah
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
SD/MI
Rasio guru/murid per kelas rata-rata
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
Pendidikan Anak Usia Dini
SD/MI
Angka Melanjutkan
Rasio posyandu per satuan balita
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 30.000 penduduk
KESEHATAN
Rasio Rumah Sakit per 10.000 penduduk
Rasio dokter per satuan penduduk
Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk
Rasio tenaga ahli gizi per 100.000 penduduk
Jumlah Rumah Sakit
Jumlah Puskemas, Pustu, Pusling
Jumlah Tenaga Medis
Keperawatan (perawat dan bidan)
Kefarmasian (apoteker dan ahli farmasi)
SMP/MTs
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan
1,94
2,06
1,94
2,08
107
1,94
2
107,46
Dinas Kesehatan
142,18
01:15,0
7,89
1,55
2,8
11
216
280
1280
45
316,24
01:12,1
13,91
6,67
1,84
14
204
219
1477
105
142,18
135,75
01:12,6
8,48
6,33
2,72
13
208
234
1.493
100
95
142,18
01:14,6
7,89
1,55
2,8
11
216
280
1280
45
135
95,01
Dinas Kesehatan
1:13
8
7
3
13
208
234
1493
100
83,46
106,62
428,61
100,79
117,83
96,31
83,57
116,65
222,92
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
01:14,6
7,66
7,66
2,68
11
216
270
1270
43
97
111
83
101
118
96
87
118
233
1
URUSAN/ BIDANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH DAN
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
Tenaga kesehatan
Sanitarian
Ahli gizi
Rasio tenaga medis per 1000 penduduk
Rasio tenaga keperawatan per 100.000 penduduk
Rasio tenaga Kesehatan per 1000 penduduk
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan Desa / kelurahan Universal Child Immunization
(UCI)
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan puskesmas
Cakupan pembantu puskesmas
BOR (Bed Occupancy rate )
AVLOS ( Average Length of Stay)
BTO (Bed Turn Over)
TOI ( Turn Over Interval)
Angka Kematian > 48 jam (GDR)
Angka Kematian < 48 jam (NDR)
JENIS
hari
kali
hari
TARGET CAPAIAN
KINERJA RPJMD
TAHUN 2015
REALISASI KINERJA
HASIL PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN
S/D TAHUN 2013
90
45
45
17,4
44,73
5,59
80
PERKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET
RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN
TARGET PROGRAM/
KEGIATAN RKPD
TAHUN BERJALAN (N- REALISASI CAPAIAN
TINGKAT CAPAIAN
1/2015)
PROGRAM DAN
REALISASI TARGET
KEGIATAN S/D TAHUN
S/D TAHUN 2015
2015
TARGET RKPD
TAHUN 2014
REALISASI RKPD
TAHUN 2014
TINGKAT
REALISASI (%)
59
31
29
13,91
93,79
3,75
82,1
80
37
43
16,82
44,53
4,98
80
22
29
43
14,8
94,46
1,39
86,1
28
78
100
88
212
28
108
90
45
45
17,4
44,73
5,59
80
97,2
89,3
96,7
91,6
95
100
95,4
100
99,5
100
100
100
100
100
100%
100
100%
100
15
8,51
15
90
100
48,39
70%
7
40
2
24
50
92,7
187,5
48,39
73,04
4,6
72,76
1,66
43,87
71,35
90
100
48,39
0,65
8 hari
45 kali
3 hari
0,3
0,5
21
29
43
15
95
1
86
23,56
64,51
95,76
85,02
211,81
10,56
107,70
97,2
92
94,22
100
100
99,65
100
100
101
100,50
100
100%
100
10000,00
6,96
46
15
6
41,55
92,69
187,5
48,39
56,5
4,16
61,83
2,56
68,06
41,99
103
188
100
87
4,6
72,76
1,66
22687
8398
90
100
48,39
70%
7 hari
40 kali
2 hari
24
50
93
188
48
56
4
62
2
68
42
102,96
187,50
100,00
8051,91
53,98
154,45
115,70
284,69
83,73
98
95
97
94
97
98
94
95,94
Rasio Jaringan Irigasi
85%
75
0,8
85
10625
85%
85
9999,08
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
85%
79
0,8
78,96
99
85%
79
9283,43
Persentase rumah tinggal bersanitasi
85,9
50
84,8
85
100
85,9
85
99,24
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk
40
45
45
44,93
100
40
45
112,05
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk
45
50,57
45
48,5
108
45
48
107,63
Rasio rumah layak huni
60
162
50
50
100
60
49
81,89
Rasio permukiman layak huni
60
162
50
50
100
60
49
81,89
0,0008
0,0005
0,0006
0,0006
100
0,0008
0
47991,67
98
96,5
97
98,55
102
98
99
100,59
Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40
KM/Jam )
98,5
92
97,5
94,5
97
98,5
95
95,97
Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ saluran
pembuangan air (minimal 1,5 m)
26,6
26.150
26
25.740
99000
26,6
25740
96766,91
Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau
bangunan rumah liar
20
22
20
22
110
20
22
109,66
Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak
tersumbat
100
84
92
84
91
100
84
84,04
Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik
100
98
100
100
100
100
100
100,00
PEKERJAAN UMUM
Panjang jalan dilalui Roda 4
Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan
pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
RSUD
RSUD
RSUD
RSUD
RSUD
RSUD
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Pengairan
Dinas PU Pengairan
2
URUSAN/ BIDANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH DAN
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
JENIS
TARGET CAPAIAN
KINERJA RPJMD
TAHUN 2015
REALISASI KINERJA
HASIL PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN
S/D TAHUN 2013
54,972
PERKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET
RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN
TARGET PROGRAM/
KEGIATAN RKPD
TAHUN BERJALAN (N- REALISASI CAPAIAN
TINGKAT CAPAIAN
1/2015)
PROGRAM DAN
REALISASI TARGET
KEGIATAN S/D TAHUN
S/D TAHUN 2015
2015
TARGET RKPD
TAHUN 2014
REALISASI RKPD
TAHUN 2014
TINGKAT
REALISASI (%)
114.528
45810
114.528
250
54,972
114528
208338,79
40
25
35
30
86
40
23
58,71
90
80
80
80
100
90
80
88,75
35,5
36,169
34,64
77.000
222286
35,5
76465
215395,03
Rumah tangga pengguna listrik
290,124
343.818
281674
344.525
122
290,124
344525
118750,96
Rumah tangga ber-Sanitasi
423,121
234.450
410798
397.455
97
423,121
397455
93934,17
1585016
576.765
1479522
1.432.522
97
1585016
1432522
90,38
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
60
45,5
50
60
120
60
60
100,45
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
100
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
100
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
100
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
1654120
0,00034
1
02/01/2008
0,001
40,34%
20
37,5
0,047
Tersedia
1.568.444
0,00034
10.032
02/01/2008
0,001
67,9
20
55.000
0,075
Tersedia
1568444
0,00034
1,404
39449
0,001
0,3761
20
37500
0,05
Tersedia
11.824.369
0,00029
10.617
02/01/2008
0,243
86,6
20
55.000
9,01
100
754
85
7562
100
24300
230
100
147
18020
Tersedia
1,654,120
0,00034
1
02/01/2008
0,001
40,34%
20
37,5
0,047
Tersedia
11824369
0
10618
39449
1
87
20
55000
10
Tersedia
714,84
-16619,16
7935,37
100,00
74094,24
21494,29
100,00
146668,00
20225,19
Persentase penanganan sampah
60
74,18
52,5
78,97
150
60
79
131,75
Persentase Luas pemukiman yang tertata
60
57,59
50
58
116
60
58
97,02
Pencemaran status mutu air
91
60
91
73
80
91
73
80,39
Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber
Mata Air
89
10
87
72
83
89
72
81,10
Lingkungan Pemukiman
Pembangunan waduk, embung dan longstorege, cek
dam, ground sill
Pembangunan infrastruktur pengaman pantai dan muara
sungai
Rumah tangga pengguna air bersih
PERUMAHAN RAKYAT
Rumah layak huni
PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
PERHUBUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
PERTANAHAN
KEPENDUDUKAN DAN
PENCATATAN SIPIL
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas W ilayah ber
HPL/HGB
Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD yg telah
ditetapkan dgn PERDA
Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah
ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah
ditetapkan dgn PERKADA
Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
Jumlah arus penumpang angkutan umum
Rasio ijin trayek
Jumlah uji kir angkutan umum
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Angkutan darat
Kepemilikan KIR angkutan umum
Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)
Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
Pemasangan Rambu-rambu
menit
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.
76,47
100
75,76
100
132
76,47
100
130,77
Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk
70%
50,57
60
78,97
1
70%
79
11324,87
Penegakan hukum lingkungan
100
100
95
100
105
100
100
100,00
85
83
84
84
100
85
84
98,84
16%
100%
33,95
100
15%
1
45
100
300
100
16%
100%
45
100
28203,30
10049,50
Sumber air/mata air dalam kondisi baik/kondisi debit
stabil
Lahan bersertifikat
Penyelesaian kasus tanah Negara
Penyelesaian izin lokasi
91,40%
98,87
97%
101
104
91,40%
101
11061,27
Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
Rasio bayi berakte kelahiran
Rasio pasangan berakte nikah
Kepemilikan KTP (%)
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
01:01,0
100
0,228
99,64
16,31
01:01,1
95,98
0,023
90,46
3,22
01:01,1
96,41
0,01
94
0,34
100
114
5
97
251
01:01,0
100
0,228
99,64
16,31
0
97
-1
94
-5
18,98
96,59
-261,63
94,35
-27,81
ada
Ada
0,000706366
84,6
0,206
97
0,1355
ada
siak 2010
Ada
100
ada
ada
Ada
Ketersediaan database kependudukan skala provinsi
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Pengairan
Dinas PU Pengairan
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
Dinas PU Bina
Marga, Cipta Karya
dan Tata Ruang
BAPPEDA
BAPPEDA
BAPPEDA
BAPPEDA
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Dishub kominfo
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Badan Lingkungan
Hidup
Bag.Pemerintahan
Bag.Pemerintahan
Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu
Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
3
URUSAN/ BIDANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH DAN
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
JENIS
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
PEMBERDAYAAN
Rasio KDRT
PEREMPUAN DAN
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
PERLINDUNGAN ANAK Partisipasi angkatan kerja perempuan (Legislatif)
Partisipasi angkatan kerja perempuan (Eksekutif)
Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan
anak dari tindakan kekerasan
Rata-rata jumlah anak per keluarga
KELUARGA
Rasio akseptor KB
BERENCANA DAN
Cakupan peserta KB aktif
KELUARGA SEJAHTERA
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti
rehabilitasi
SOSIAL
PMKS yg memperoleh bantuan sosial
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
Angka partisipasi angkatan kerja
Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
Tingkat partisipasi angkatan kerja
Pencari kerja yang ditempatkan
KETENAGAKERJAAN
Tingkat pengangguran terbuka (%)
Keselamatan dan perlindungan
Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan
pemerintah daerah
Persentase koperasi aktif (melaksanakan RAT)
KOPERASI, USAHA Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
KECIL DAN MENENGAH Jumlah BPR/LKM
Usaha Mikro dan Kecil
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
PENANAMAN MODAL Rasio daya serap tenaga kerja
KEBUDAYAAN
KESATUAN BANGSA
DAN POLITIK DALAM
NEGERI
Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar
rupiah)
Penyelenggaraan festival seni dan budaya
Sarana penyelenggaraan seni dan budaya
Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan
kali
Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
Kegiatan pembinaan politik daerah
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan
Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi
pemerintah
OTONOMI DAERAH,
Penegakan PERDA
PEMERINTAHAN UMUM,
Cakupan patroli petugas Satpol PP
ADMINISTRASI
KEUANGAN DAERAH, Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,
ketentraman, keindahan) di Kabupaten
PERANGKAT DAERAH,
Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten
KEPEGAWAIAN DAN
Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah
PERSANDIAN
layanan W ilayah Manajemen Kebakaran (W MK)
Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan
desa yang baik
Sistim Informasi Manajemen Pemda
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
buah
TARGET CAPAIAN
KINERJA RPJMD
TAHUN 2015
REALISASI KINERJA
HASIL PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN
S/D TAHUN 2013
Sudah
16
PERKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET
RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN
TARGET PROGRAM/
KEGIATAN RKPD
TAHUN BERJALAN (N- REALISASI CAPAIAN
TINGKAT CAPAIAN
1/2015)
PROGRAM DAN
REALISASI TARGET
KEGIATAN S/D TAHUN
S/D TAHUN 2015
2015
TARGET RKPD
TAHUN 2014
REALISASI RKPD
TAHUN 2014
TINGKAT
REALISASI (%)
Sudah
Sudah
Sudah
100
Sudah
sudah
100,00
1,55
15,7
1,6
10
16
-11
-67,20
86,5
0,008
0,59
16,17
38,42
98,44
0,003
0
18
40,44
86
0,008
0,56
16,14
38,4
98,39
0,0022
0
18
40,86
114
28
0
112
106
86,5
0,008
0,59
16,17
38,42
99
-1
#DIV/0!
18
41
114,04
-16828,56
#DIV/0!
111,66
107,61
93,45
92,53
89,3
100
112
93,45
100
107,02
2
0,74
74
41
2
0,76
76,3
38,4
2
0,73
73,5
41,25
2
0,76
75,5
33,5
100
104
103
81
2
0,74
74
41
2
1
76
33
100
104
102
81
100
50
95
51
54
100
51
51,05
0,57%
0,57%
71,9
1,72
71,9
20,4
2,74
83,63
0,37
0,37
70,08
1,8
70,08
72,88
9,22
79,38
0,002
71,8
1,72
71,8
20,3
3,01
80,4
0,69
1,16
72,02
1,69
72,02
21
4,59
64,37
345
580
100
98
100
103
152
80
0,57%
0,57%
71,9
1,72
71,9
20,4
2,74
83,63
1
2
72
1
72
20
4
65
21650
31801
100,13
84,41
100,13
97,64
160,02
77,33
0,002
26,67
25,5
26,67
26,67
100
26,67
27
100,00
81,10%
27
3
61
1
50
81
23.000
2.250
45
5
65,5
0,807
25000
2600
52
1
50
81,2
25.000
2.250
52
4
2.345
101
100
87
100
400
4690
81,10%
27
3
61
1
50
81
25000
2250
52
4
2346
10011,26
92592,87
75002,31
85,52
427,50
4691,02
241
235
240
248
103
241
248
102,91
1
5
1
51
5100
1
52
5185,10
10
10
6
9
8
10
8
9
100
90
10
10
8
9
10,00
90,00
30
23
29
25
86
30
25
83,32
100
85
100
100
100
100
100
100,05
100
01:01,0
60
80
85
01:00,3
66,86
86
100
99
73,91
80
100
01:00,3
67,06
86
100
0
91
100
100
01:01,0
60
80
100
-780
67
86
100,02
100
111,96
100
ada
Ada
ada
Ada
100
ada
ada
100,00
97%
82
95
240
0,95
240
95,5
240
101
100
97%
82
95
240
9842,92
292,90
98%
106
0,95
96,47
102
98%
97
9848,95
0,0002
0,0012
0,0012
0,29
24167
0,0002
1
456465,52
42%
84
0,9
0,87
1
42%
-47
-11162,39
99%
96,5
0,97
1
1
99%
-47
-4720,39
12
80%
15
79,81
11
0,79
15
79,85
136
101
12
80%
15
80
125,00
9983,25
872,23
760.827
860627
772.109
90
872,23
772109
88521,26
536.206,06
502122
491.694,11
98
502,122
491694
97923,23
Gabah
KETAHANAN PANGAN Ketersediaan pangan
Beras (Ton)
502,122
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Kantor Keluarga
Berencana dan
Pemberdayaan
Perempuan
Kantor Keluarga
Berencana dan
Pemberdayaan
Perempuan
Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan
Transmigrasi
Lintas SKPD
Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan
Transmigrasi
Lintas SKPD
Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan
Transmigrasi
Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
BAPPEDA
Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan
Transmigrasi
BAPPEDA
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Bakebangpollinmas
Satuan.Pol PP
BakesbangPol
BadanPelayanan
Perizinan Terpadu
Bag.Pemerintahan
Satuan.Pol PP
Bakebangpollinmas
Bag.Pemerintahan
Dishub kominfo
BAPPEDA
Dinas Pertanian
kehutanan dan
perkebunan
Kantor Ketahanan
4
URUSAN/ BIDANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH DAN
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET DAN REALISASI KINERJA PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN TAHUN LALU (N-2)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
JENIS
STATISTIK
KEARSIPAN
KOMUNIKASI DAN
INFORMASI
PERPUSTAKAAN
REALISASI KINERJA
HASIL PROGRAM DAN
KELUARAN KEGIATAN
S/D TAHUN 2013
301,28%
PERKIRAAN REALISASI CAPAIAN TARGET
RPJMD SAMPAI TAHUN BERJALAN
TARGET PROGRAM/
KEGIATAN RKPD
TAHUN BERJALAN (N- REALISASI CAPAIAN
TINGKAT CAPAIAN
1/2015)
PROGRAM DAN
REALISASI TARGET
KEGIATAN S/D TAHUN
S/D TAHUN 2015
2015
TARGET RKPD
TAHUN 2014
REALISASI RKPD
TAHUN 2014
TINGKAT
REALISASI (%)
305,63
3,0294
339,59
112
301,28%
340
11272,59
100
80
90
75
83
100
75
74,90
100
217
70
100
100
85
155
37
100
100
90
217
60
100
100
90
22
19
100
100
100
10
32
100
100
100
217
70
100
100
90
19
19
100
100
90,06
8,84
26,95
100,00
100,00
90
75
85
94,12
111
90
94
104,69
90
ada
ada
70%
100%
100%
13
18
57/2
1
1
3
66,739
77500
52,2
Ada
Ada
80
100
50
13
18
51/2
1
1
2
61.970
38.870
100
Ada
Ada
0
1,25
0,6
13
18
54/2
2
1
2
82,375
55.084
125
100
100
0
1
1
100
100
100
200
100
67
130
79
90
ada
ada
70%
100%
100%
13
18
57/2
1
1
3
66,739
77500
100
ada
ada
ada
-38
-40
13
18
#VALUE!
2
1
2
-295
55084
111,29
100,00
100,00
100,00
-3815,00
-4041,67
100,00
100,00
100
225,00
100,00
75,00
-442,16
71,08
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya
per hektar
69,03
65,87
67,65
65,06
96
69,03
65
94,25
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
49,1
45,52
49,37
49,37
100
49,1
49
100,61
7,85
9,15
9,15
100
9,17
9
100,64
Ketersediaan
pangan utama
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN
DESA
TARGET CAPAIAN
KINERJA RPJMD
TAHUN 2015
Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga
pemberdayaan masyarakat (LPM)
Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
Jumlah LSM
LPM Berprestasi
PKK aktif
Posyandu aktif
Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan
masyarakat
Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat
Buku "kabupaten dalam angka"
Buku "PDRB kabupaten"
Pengelolaan arsip secara baku
Peningkatan SDM pengelola kearsipan
Tersimpannya arsip inaktip dan statis
Jumlah jaringan komunikasi
Jumlah surat kabar nasional/local
Jumlah penyiaran radio/TV local
Jumlah penyiaran TV local
W eb site milik pemerintah daerah
Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
ada
ada
0,6
1
0,75
13
18
54/2
1
1
3
63,561
70000
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Pangan
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
BAPPEDA
Kantor Perpustakaan
dan Arsip
Dishub kominfo
Kantor Perpustakaan
dan Arsip
URUSAN PILIHAN
PERTANIAN
KEHUTANAN
ENERGI DAN SUMBER
DAYA MINERAL
PARIWISATA
KELAUTAN DAN
PERIKANAN
PERDAGANGAN
PERINDUSTRIAN
Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap
PDRB
Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB
4,36
4,18
4,2
4,2
100
4,36
4
96,93
Cakupan bina kelompok petani
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Kerusakan Kawasan Hutan
Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
26,95
1,1
0,03
1,09
4,04
26,99
1,08
0,05
1,59
4,33
26,75
1,09
0,04
1,08
4,04
27,15
1,6
0,04
1,53
4,04
101
147
100
142
100
26,95
1,1
0,03
1,09
4,04
27
2
0
2
4
100,76
161,49
50,00
140,59
99,00
1046318
27,202
3,7
70,388
30,5
57
13
388,8
23,84
22144934
36
5,71
1.554.500
60.706
4,07
72.418,38
29,97
72
18
337,9
27,41
70134127
30
6,01
951.198
24.729
3,71
66.404
30,1
51
11
267,2
23,83
20.484.056
33
5,7
1.955.308
78.483
4,07
84.829
30,1
85
18
338,23
23,83
36.302.775
33
5,7
206
317
110
128
100
167
164
127
100
177
100
100
1,046,318
27,202
3,7
70,388
30,5
57
13
388,8
23,84
22,144,934
36
5,71
1955308
78483
4
84829
30
85
18
339
24
36302775
33
6
186,88
288519,94
109,34
120516,44
98,72
149,48
140,60
87,07
99,64
163,93
100
99,13
7,5
8,36
7
10,75
154
7,5
11
143,79
4,88
4,83
4,87
4,03
83
4,88
4
76,96
45
25
35
35
100
45
35
100
21,15
64,17
20,2
63,01
312
21,15
63
299,70
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
Kunjungan wisata Domestik
Kunjungan wisata Mancanegara
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Produksi perikanan
Konsumsi ikan
Cakupan bina kelompok nelayan
Jumlah nelayan yg dapat bantuan pemda pd thn n
Produksi perikanan kelompok nelayan
Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB
Ekspor Bersih Perdagangan
Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor
Industri
Pertumbuhan Industri.
Cakupan bina kelompok pengrajin
TRANSMIGRASI
9,17
Transmigran swakarsa (trans. umum, TSM, & TU)
kelompok
sentra
Dinas Pertanian,
kehutanan dan
perkebunan
Dinas Pertanian,
kehutanan dan
perkebunan
Dinas Perindustrian,
Perdagangan
&Pertambangan
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kelautan dan
Perikanan
Dinas Perdagangan
Perindustrian dan
Pertambangan
Dinas Perdagangan
Perindustrian dan
Pertambangan
Dinas Koperasi dan
UMKM
Dinas Tenaga Kerja,
Sosial dan
Transmigrasi
5
Download