HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN BAB I PENDAHULUAN Penyakit demam berdarah telah menjadi salah satu penyakit yang banyak merenggut nyawa penduduk Indonesia yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti melalui virus dengue. Virus yang disebarkan oleh nyamuk tersebut melalui gigitannya akan masuk ke dalam peredaran darah dan akan merusak sel darah dengan membuat sel darah tersebut pecah, akibatnya jumlah sel darah akan berkurang. Untuk mengatasi terjadinya dehidrasi pada penderita demam berdarah dianjurkan bagi penderita untuk minum air sebanyak mungkin. Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuhan, hewan, dan mineral dan atau sediaan galeniknya, dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Agar pemanfaatan obat tradional dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah terutama dari segi khasiat dan keamanan penggunaannya maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan khasiat sediaan obat herbal yang diproduksi oleh PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera, yang diduga dapat membantu penyembuhan penyakit demam berdarah, dan sudah digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan dan memperpendek waktu perawatan. Namun penggunanya belum diikuti dengan penelitian yang membuktikan khasiatnya secara ilmiah. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah bahwa sediaan obat herbal yang diproduksi oleh PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera dapat meningkatkan kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan trombosit darah sehingga dapat dipergunakan sebagai alternatif penyembuhan demam berdarah dan penyakit anemia pada umumnya. Untuk membuktikan kebenaran penggunaan sediaan herbal sebagai obat untuk membantu penyembuhan demam berdarah perlu dilakukan penelitian terhadap khasiatnya pada hewan percobaan sebagai penelitian preklinik sebelum nantinya dibuktikan khasiatnya dalam uji klinik pada penderita manusia. BAB II BAHAN DAN CARA KERJA BAHAN DAN ALAT A. Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tikus putih jantan galur spraque dowley berumur 3 bulan dengan berat rata-rata 200-300mg sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari BPOM dan telah diaklimatisasi selama 2 minggu. 2. Sediaan serbuk herbal yang diperoleh dari PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera sebagai bahan uji. 3. Bahan habis pakai: Heparin 5000 UI/ml, asam klorida 0,1 N, Natrium sulfat, Natrium klorida, Merkuri klorida, Natirum sitrat, formaldehida, brillian kristal biru, anilin, alkohol, dan aquadest. B. Alat Hemometer, alat penyedot darah, alat suntik, sonde lambung, mikroskop, tabung penampung darah dan alat-alat gelas. CARA KERJA 1. Pembuatan Pereaksi a. Pembuatan Larutan Hayem Larutan hayem dibuat dari campuran senyawa natrium sulfat (berair kristal)5g, natrium klorida 1g, merkuri klorida 0,5g dan air ditambahkan hingga volumenya menjadi 200 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai. b. Pembuatan Larutan Rees Ecker Larutan Rees Ecker dibuat dari natrium sitrat 3,8g, larutan formaldehida 40% 2ml, brillian kristal biru 30 mg dan air hingga 100 ml. Larutan disaring sebelum dipakai. c. Pembuatan Anilin 10% Anilin diencerkan hingga 10% dengan cara: 1ml anilin dilarutkan dalam 9ml aquadest mendidih, lalu diaduk. Pembuatan anilin dilakukan sesaat sebelum penyuntikan terhadap hewan coba. 2. Persiapan Hewan Coba Tikus putih jantan galur, spraque dowley berumur 3 bulan dengan berat badan antara 200 gr sampai 300 gram diaklimatisasi selama 2 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum dari penimbangan badan setiap hari, tikus yang sakit tidak diikutsertakan dalam pengujian. 3. Pelaksanaan Percobaan 1. Pelaksanaan percobaan ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok. Skema percobaan sebagai berikut : No Perlakuan Jumlah tikus 1 Kontrol normal, tikus dalam keadaan normal 5 II Kontrol perlakuan, tikus dibuat anemia tanpa diberi 5 ekstrak obat herbal III Kontrol obat herbal, tikus diberi ekstrak obat herbal 5 dosis 3240 mg/Kg BB IV Kelompok Uji, tikus dibuat anemia lalu diberi ekstrak 5 obat herbal dosis 810 mg/kg BB V Kelompok uji, tikus dibuat anemia lalu diberi ekstrak obat herbal dosis 1620 mg/Kg BB 5 VI Kelompok uji, tikus dibuat anemia lalu diberi ekstrak 5 obat herbal dosis 3240 mg/Kg BB 2. Pengambilan darah tikus Sebelum dilakukan pengambilan darah, terlebih dahulu disiapkan tabungtabung penampung darah. Ke dalam masing-masing tabung itu dimasukkan 1-2 tetes larutan heparin 5000 Ul/ml lalu dikeringkan. Darah diambil melalui ekor, tikus dimasukkan ke dalam kandang isolasi sedemikian rupa sehingga tikus tidak dapat bergerak. Ekor tikus dibersihkan dari kotoran dan dihangatkan terlebih dahulu dengan minyak menthol untuk memperlancar aliran darah. Selanjutnya, ekor tikus digunting dengan gunting sepanjang lebih kurang 0,5 cm dari ujung. Darah ditampung ke dalam tabung heparin. Pengambilan darah dilakukan sebelum dan sesudah penyuntikan anilin 0,05 ml/kg bb tikus dan selama proses pengobatan untuk diperiksa kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, serta jumlah trombosit darah. 3. Penyuntikan anilin 0,05 ml/Kg BB Tikus dimasukkan ke dalam kandang isolasi. Ekor tikus dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahkan dengan air hangat sampai pembuluh darah venanya terlihat. Di tempat penyuntikan diberi alkohol untuk mencegah terjadinya infeksi, lalu disuntik secara intravena. 4. Penetapan Kadar Hemoglobin Metode Sahli Penetapan kadar hemoglobin darah diukur dengan cara Sahli, pada metode ini hemoglobin direaksikan dengan asam klorida menjadi asam hematin yang berwarna coklat tua, warna tersebut dibandingkan secara visual dengan warna standar pada alat hemometer. Metode : Kedalam tabung hemometer dimasukkan kira-kira 5 tetes asam klorida 0,1 N. Sampel darah dihisap dengan pipet sampai garis tanda 0,02 ml. Darah yang melekat pada ujung pipet ditahan jangan sampai terjadi gelembung udara. Darah yang masih terdapat dalam pipet dibersihkan dengan menghisap asam klorida ke dalam pipet sampai 2 atau 3 kali. Isi tabung diaduk supaya darah dan asam bereaksi, sehingga campuran berwarna coklat tua. Setelah itu, tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali aduk dengan batang pengaduk yang tersedia, warna yang terjadi harus sama dengan warna standar. Kadar hemoglobin dibaca dalam gram/100ml. 5. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung Improved Neubeuer. Jumlah sel darah merah dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. Sebagai larutan pengencer digunakan larutan hayem. Metode : Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 tepat, kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet dihapus. Ujung pipet dimasukkan ke dalam larutan hayem sambil menahan darah pada garis tanda dan larutan hayem dihisap sampai garis tanda 101. Pipet diangkat dari cairan, pipet dikocok selama 15-30 detik. Tiga tetes atau empat tetes cairan yang ada didalam batang kapiler dibuang dan menyentuh ujung pipet dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Kamar hitung dibiarkan selama 2 atau 3 menit supaya sel darah merah mengendap. Sel darah merah yang terdapat dalam lima bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 40 x sampai garis-garis bagi dalam bidang besar tengah tampak jelas. Jumlah tersebut dikali 10.000 sehingga menghasilkan jumlah eritrosit perul darah. 6. Perhitungan Jumlah Trombosit Darah diencerkan dalam pipet trombosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung Improved Neubeuer. Jumlah trombosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. Sebagai larutan pengecer digunakan larutan Rees Ecker. Metode : Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 tepat, kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet dihapus. Ujung pipet dimasukkan ke dalam larutan Rees Ecker sambil menahan darah pada garis tanda dan larutan hayem dihisap sampai garis tanda 101. Pipet diangkat dari cairan, pipet dikocok selama 15-30 detik. Tiga tetes atau empat tetes cairan yang ada di dalam batang kapiler dibuang dan menyentuh ujung pipet dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Kamar hitung dibiarkan selama 2 atau 3 menit supaya sel darah merah mengendap. Sel darah merah yang terdapat dalam lima bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 40 x, sampai garis-garis bagi dalam bidang besar tengah tampak jelas. Jumlah tersebut dikali 10.000 sehingga menghasilkan jumlah eritrosit perul darah. 7. Perhitungan Jumlah Trombosit Darah diencerkan dalam pipet trombosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung Improved Neubeuer. Jumlah trombosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. Sebagai larutan pengencer digunakan larutan Rees Ecker. Metode : Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 tepat, kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet dihapus. Ujung pipet dimasukkan ke dalam larutan Rees Ecker sambil menahan darah pada garis tanda dan larutan Rees Ecker dihisap sampai garis tanda 101. Pipet diangkat dari cairan, pipet dikocok selama 3 menit. Tiga tetes atau empat tetes cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet dibuang dan menyentuh ujung pipet dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Kamar hitung dibiarkan selama 10 menit supaya trombosit mengendap. Hitung semua trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah-tengah (1 mm2) memakai lensa objektif besar. Jumlah tersebut dikali 2.000 sehingga menghasilkan jumlah eritrosit per ul darah. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan 1. Kadar rata-rata Hemoglobin Hasil perhitungan kadar rata-rata hemoglobin untuk masing-masing kelompok adalah : Kelompok I : 10,24 g/100 ml Kelompok II : 5,80 g/100 ml Kelompok III : 11,64 g/100 ml Kelompok IV : 8,95 g/100 ml Kelompok V : 10,48 g/100 ml Kelompok VI : 11,25 g/100 ml Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. 2. Kadar Rata-rata Trombosit Hasil perhitungan kadar rata-rata trombosit untuk masing-masing kelompok adalah : Kelompok I : 3,944 x 105 /ul Kelompok II : 2,62 x 105 /ul Kelompok III : 6,512 x 105 /ul Kelompok IV : 4,98 x 105 /ul Kelompok V : 6,28 x 105 /ul Kelompok VI : 6,495 x 105 /ul Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. 3. Kadar Rata-rata Eritrosit Hasil perhitungan kadar rata-rata eritrosit untuk masing-masing kelompok adalah : Kelompok I : 6,91 x 106 /ul Kelompok II : 4,964 x 106 /ul Kelompok III : 7,352 x 106 /ul Kelompok IV : 8,42 x 106 /ul Kelompok V : 7,96 x 106 /ul Kelompok VI : 7,75 x 106 /ul Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3. B. Pembahasan Percobaan ini dilakukan untuk menguji efikasi sediaan obat herbal dari PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera. Percobaan ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 6 kelompok, dimana masingmasing kelompok 5 tikus. Sebelum tikus dibagi secara acak lengkap kedalam masing-masing kelompok, tikus di aklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat hubungan antara dosis obat herbal yang diberikan pada tikus yang dibuat anemia dengan peningkatan nilai hemoglobin, jumlah eritrosit, dan jumlah trombosit tikus percobaan. Tikus dibuat dalam kondisi anemia dengan menggunakan anilin dosis 0,05 ml/kg bb. Dimana melalui uji pendahuluan diketahui bahwa tikus anemia dengan penyuntikan anilin akan kembali normal dalam waktu 3 hari. Dari perhitungan statistik dengan menggunakan uji anova satu arah dapat dilihat penurunan yang bermakna antara tikus kelompok II (Kontrol anemia) dengan tikus kelompok I (kontrol normal). Hal ini menunjukkan bahwa anilin yang digunakan penurun nilai hemoglobin, eritrosit dan trombosit efektif. Untuk tikus kelompok IV yang diberi perlakuan, disuntik dengan anilin secara intravena sebanyak 0,05 ml/kg bb dan diberi obat herbal dengan dosis 810 mg/kg bb. Pemeriksaan nilai hemoglobin, jumlah eritrosit dan jumlah trombosit dilakukan 2 kali. Pemeriksaan pertama dilakukan sebelum tikus dibuat anemia dan belum diberikan obat herbal. Pemeriksaan kedua dilakukan 24 jam setelah tikus dibuat anemia dan diberi obat herbal dengan dosis 810 mg/kg bb. Dari data statistik pemeriksaan kedua diperoleh perubahan nilai hemoglobin yang bermakna terhadap kelompok II (kontrol anemia). Kebermaknaan dengan kontrol anemia itu juga terjadi pada kelompok V (tikus disuntik anilin 0,05 mg/kg bb dan diberi obat herbal dosis 1620 mg/kg bb) dan kelompok VI (tikus disuntik anilin 0,05 mg/kg bb dan diberi obat herbal dosis 3240 mg/kg bb) (Lihat tabel I). Untuk parameter jumlah trombosit, maka dari hasil data statistik dapat dilihat terjadi peningkatan yang bermakna antara kelompok V dan kelompok VI dengan kelompok II (Kontrol anemia). Terlihat bahwa kenaikan yang signifikan terjadi pada perlakuan VI (dosis obat herbal 3240 mg/kg bb) (Lihat tabel 2). Untuk parameter jumlah eritrosit, maka dari hasil data statistik dapat dilihat terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok IV (dosis 810 mg/kg bb), kelompok V (dosis 1620 mg/kg bb) dan kelompok VI (dosis 3240 mg/kg bb) dengan kelompok II (kontrol anemia). Kenaikan yang paling bermakna terjadi pada perlakuan kelompok IV (dosis 810 mg/kg bb) (Lihat tabel 3). BAB IV KESIMPULAN Dari hasil perhitungan statistik yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa obat herbal yang diproduksi oleh PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera dapat meningkatkan kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan jumlah trombosit. REKOMENDASI Obat herbal yang diproduksi oleh PT. Ruslindo Anugerah Alam Sejahtera dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengobatan penderita demam berdarah dengue dan penderita anemia. Depok, 24 Februari 2004 Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo Kepala Pusat Studi Obat Bahan Alam Farmasi Universitas Indonesia TABEL I Pengaruh pembrian obat herbal terhadap kadar hemoglobin KELOMPOK NO PEMERIKSAAN I PEMERIKSAAN II KONTROL NORMAL 1 2 3 4 5 KONTROL ANEMIA 1 2 3 4 5 KONTROL JAMU 1 2 3 4 5 11,2 12,6 9,4 8,2 10,2 X = 10,32 13,0 12,2 8,0 6,8 11,2 X = 10,24 10,4 9,0 10,0 10,0 10,8 X = 10,04 12,0 13,2 7,4 7,2 8,2 X = 9,60 11,8 9,0 8,8 8,2 10,2 X = 9,60 10,0 8,0 8,6 11,4 10,0 X = 9,6 10,2 11,2 10,6 9,0 10,2 X = 10,24 7,2 5,6 6,2 4,4 5,6 X = 5,80 10,2 13,0 11,6 11,2 12,2 X = 11,64 9,0 8,2 9,2 9,4 X = 8,95 11,8 10,2 9,4 9,6 11,4 X = 10,48 10,6 11,0 10,4 13,0 X = 11,25 DOSIS I 1 2 3 4 5 DOSIS II 1 2 3 4 5 DOSIS III 1 2 3 4 5 TABEL II Pengaruh pemberian obat herbal terhadap jumlah trombosit KELOMPOK NO PEMERIKSAAN I PEMERIKSAAN II KONTROL NORMAL 1 2 3 4 5 KONTROL ANEMIA 1 2 3 4 5 KONTROL JAMU 1 2 3 4 5 DOSIS I 1 2 3 4 5 DOSIS II 1 2 3 4 5 DOSIS III 1 2 3 4 5 25200 43200 26800 23200 29200 X = 29520 34000 33200 60000 23800 44000 X = 39000 40600 54000 25200 21200 28400 X = 33880 40400 36600 23600 24400 19400 X = 28880 37600 35600 26400 19200 18000 X = 27360 42600 37600 20000 23600 23600 X = 29480 60000 44000 33800 27000 32400 X = 39440 41800 40800 18800 8800 20800 X = 26200 73800 74800 78400 49800 48800 X = 65120 62800 59800 42600 34000 X = 49800 63800 92400 49800 57200 50800 X = 62800 75800 82400 55200 46400 X = 64950 TABEL III Pengaruh pemberian obat herbal terhadap jumlah eritrosit KELOMPOK NO PEMERIKSAAN I PEMERIKSAAN II KONTROL NORMAL 1 2 3 4 5 KONTROL ANEMIA 1 2 3 4 5 KONTROL JAMU 1 2 3 4 5 DOSIS I 1 2 3 4 5 DOSIS II 1 2 3 4 5 DOSIS III 1 2 3 4 5 7810000 6680000 4090000 5730000 7660000 X = 6394000 8700000 8200000 6740000 4170000 7790000 X = 7120000 6580000 5880000 4900000 4140000 5780000 X = 5456000 7070000 5470000 4870000 6320000 5560000 X = 5858000 6350000 6240000 4050000 4270000 7000000 X = 5582000 6920000 4800000 3400000 3980000 4610000 X = 4742000 6740000 7790000 4870000 7700000 7430000 X = 6906000 7790000 5830000 4030000 3130000 4040000 X = 4964000 7680000 6800000 6980000 7730000 7570000 X = 7352000 9400000 7780000 7400000 9090000 X = 8417500 8710000 7980000 6790000 6480000 9830000 X = 7958000 8700000 9850000 6240000 6210000 X = 7750000 Keterangan : Kontrol anemia : Tikus disuntik anilin 0,05 ml/kg bb tikus Kontrol obat herbal : Tikus disuntik obat herbal dengan dosis 3240 mg/kg bb Dosis I : Tikus yang disuntik anilin 0,05 ml/kg bb tikus dan diberi obat herbal dosis 810 mg/kg bb/hari Dosis II : Tikus yang disuntik anilin 0,05 ml/kg bb tikus dan diberi obat herbal dosis 1620 mg/kg bb/hari Dosis III : Tikus yang disuntik anilin 0,05 ml/kg bb tikus dan diberi obat herbal 3240 mg/kg bb PERHITUNGAN DOSIS Berdasarkan pada sediaan yang telah beredar di masyarakat, dosis efektif bagi manusia adalah 450 mg/kg bb, dua kali sehari Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 Dosis untuk 200 gr tikus setelah dikonversi : 450 x 2 x 0,018 = 16,2 mg/200 gr bb/hari = 81 mg/kg bb/hari Dosis yang digunakan pada percobaan : 81 mg/kg bb/hari x 10 (faktor farmakokinetika) = 810 mg/kg bb/hari Dosis 810 mg/kg bb/hari adalah dosis pertama Dosis kedua = 2 x dosis efektif Dosis ketiga = 3 x dosis efektif Penggunaan menggunakan dosis berturut-turut 810 mg/kg bb/hari, 1620 mg/kg bb/hari dan 3240 mg/kg bb/hari