BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pelanggan Kepuasan

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah hasil dari evaluasi pasca-konsumsi jika alternatif terpilih
sesuai atau melebihi harapan dari pelanggan (customer) (Mont, 2003).
Gambar 2.1. Proses Kepuasan Pelanggan (Mont, 2003)
Proses kepuasan pelanggan
Tujuan utama dari pemasaran adalah mengerti tentang kebutuhan
pelanggan dan mampu mempengaruhi perilaku belanja dari pelanggan. Salah satu
perspektif utama dalam penelitian tentang perilaku pelanggan adalah analisa
Universitas Sumatera Utara
perilaku belanja yang lebih dikenal dengan “perspektif proses informasi”. Sesuai
dengan model perspektif ini, proses pengambilan keputusan pelanggan terdiri atas
keinginan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai macam faktor
pendukung dan faktor pengaruh yang melatarbelakangi. Proses ini dapat dilihat
pada gambar diatas. (Engel, Blackwell et al. 1995 dalam Mont, 2003) (Gambar
2.1):
-
Identifikasi kebutuhan: faktor pencetus dari proses konsumsi adalah
kesadaran akan adanya perbedaan antara situasi yang diharapkan dengan
situasi yang saat ini terjadi
-
Pencarian informasi: mencari data yang dibutuhkan, baik data internal
(ingatan seseorang) dan/atau data eksternal, yang dapat mempengaruhi
keputusan dalam berbelanja
-
Evaluasi sebelum pembelian: penilaian terhadap beberapa pilihan yang
tersedia degan mengevaluasi
keuntungan dan kemudian memilih
keputusan yang terbaik
-
Pembelian: mendapatkan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan
-
Konsumsi: penggunaan dari produk atau jasa
-
Re-evaluasi paska pembelian: penilaian apakah dan sejauh manakah
kepuasan yang dihasilkan oleh konsumsi
-
Divestasi: pembuangan dari produk yang tidak terpakai. Selain perspektif
proses informasi, analisa perilaku konsumen juga dapat dilihat dari konsep
psikologi tentang sikap. Sikap konsumen merupakan faktor utama yang
membentuk perilaku konsumen.
Divestasi menjadi fokus dari penelitian tentang pelanggan baru
berkembang akhir-akhir ini karena mulai tumbuhnya kepedulian tentang
lingkungan. Kebanyakan penilitian yang dilakukan menitikberatkan pada
pembuangan akhir dan daur ulang, namun akhir-akhir ini terdapat kegunaan lain
dari produk-produk yang dihasilkan seperti penggunaan kembali dan pemasaran
kembali, kegunan lain seperti ini mulai mendapat perhatian.
Teori Fungsional Katz (1960) dalam Mont (2003) menjelaskan tentang
peranan sikap dalam membentuk perilaku sosial. Manusia memiliki sikap tertentu
Universitas Sumatera Utara
terhadap produk, merek, iklan, toko, diri sendiri dan orang lain berdasarkan 4 hal,
antara lain: fungsi kegunaan (berdasarkan hadiah dan hukuman), fungsi nilai
(nilai-nilai dasar pelanggan atau konsep pribadi), fungsi pembelaan ego (bertujuan
untuk melindungi seseorang dari ancaman), dan fungsi pengetahuan (kebutuhan
akan keteraturan, arti dan struktur). Yang dimaksud dengan sikap adalah:
perasaan, perilaku dan kognisi. Terdapat beberapa jenis proses pengambilan
keputusan oleh pelanggan yang dipengaruhi oleh sikap konsumen, antara lain
(Mont, 2003):
-
Hirarki standar atau hirarki dengan keterlibatan tinggi. Pada hirarki ini,
konsumen dianggap sebagai manusia yang rasional dalam mengambil
keputusan sehingga proses pengambilan keputusan terdiri dari kognisi,
afeksi dan sikap (belajar-merasa-bertindak).
-
Hirarki dengan keterlibatan rendah dapat digunakan pada situasi dimana
motivasi dan risiko rendah, sehingga proses pengambilan keputusan terdiri
dari kognisi, perilaku dan afeksi (belajar-bertindak, merasa).
-
Hirarki eksperensial menitikberatkan kepada emosi konsumen dan situasi
dimana keterlibatan konsumen sangat
mempengaruhi
hasil yang
diinginkan. Proses pengambilan keputusan terdiri dari afeksi, perilaku,
kognisi (merasa-bertindak-belajar).
Gambar 2.2. Hirarki Model Akibat (Mont, 2003)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan model ini terdapat 3 cara untuk mengubah sikap melalui
perubahan kepercayaan, rasa dan perilaku (Mont, 2003).
2.1.1. Tingkat Kepuasan Pelanggan
Setidaknya terdapat 3 tingkat harapan pelanggan tentang kualitas (Voltaire,
2003), yaitu:
1. Level 1
Ekspektasi sangat sederhana dan mengambil bentuk asumsi, harus memiliki
dan menerima begitu saja. Sebagai contoh pasien berharap dokter dapat
menyembuhkan penyakit demam yang dideritanya.
2. Level 2
Ekspektasi pelanggan lebih tinggi dibandingkan level 1. Pada level ini
diperlukan beberapa syarat dan ketentuan agar pelanggan dapat merasa puas.
Sebagai contoh pasien jika berobat ke rumah sakit pasien berharap dapat
segera sembuh dari penyakit yang dideritanya serta administrasi dari rumah
sakit tidak berbelit-belit.
3. Level 3
Ekspektasi pelanggan pada tingkat ini jauh lebih tinggi daripada level 1 dan 2.
Pada level ini diperlukan pelayanan yang sangat baik dan menarik bagi
pelanggan. Misalnya jika pasien berobat ke rumah sakit maka pasien
mengaharapkan agar dokter dapat menjelaskan tentang penyakit yang
dideritanya, petugas rumah sakit yang ramah dan administrasi rumah sakit
yang mudah.
2.2. Kerangka Kerja Untuk Mengevaluasi Kepuasan Pelanggan
2.2.1. Kerangka Kerja Untuk Mengevaluasi Kepuasan Pelanggan Atas Produk
2.2.1.1. Model Kano
Model ini digunakan untuk menilai kepuasan pelanggan terhadap produk
yang digunakanan serta bagaimana hubungannya dengan kepuasan pelanggan.
Menurut teknik ini terdapat 3 jenis atribut produk yang mempengaruhi tingkat
Universitas Sumatera Utara
kepuasan pelanggan yaitu: 1) basic or expected attributes, 2) performance or
spoken attributes, and 3) surprise and delight attributes.
Basic or expected attributes menyatakan ketidakpuasan pelanggan
terhadap produk yang diterima. Performances or spoken attributes hal ini dapat
menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, tergantung pada tingkat
kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Surprise and delight
attributes menunjukkan perasaan senang dari pelanggan terhadap produk sebab
kemampuan produk yang memuaskan secara berlebihan.
Kepuasan pelanggan dapat berpengaruh dalam memberikan keuntungan
terhadap perusahaan. Perusahaan yang sukses akan mengoreksi produk yang
diproduksinya. Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan produknya
maka sebuah perusahaan akan memiliki Quality Function Deployment (QDF).
Tujuan utamanya adalah mengembangkan produk dan memenuhi kebutuhan
pelanggan. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menilai kepuasan
pelanggan (Mont,2003).
2.2.1.2. Kerangka kerja inovasi (Innovation Framework)
Tehnik menyarankan 5 langkah yang harus dilakukan dalam mengadopsi
produk baru yaitu:
Mengetahui inovasi dari produk terbaru
Menentukan sikap terhadap produk terbaru
Memutuskan akan menggunakan atau menolak produk terbaru
Implementasi dari ide yang baru (produk)
Konfirmasi dari keputusan yang diambil
Pengetahuan pertama diperlukan saat pelanggan dikenalkan dengan
inovasi dari produk terbaru yang tersedia. Sikap yang diambil adalah
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi manfaat dari produk yang tersedia sehingga timbul keputusan dalam
menerima atau menolak produk terbaru. Implementasi akan berujung pada
penggunaan dan penilaian kembali dari keputusan yang diambil untuk
menggunakan produk (Mont, 2003).
Roger (1995) dalam Mont (2003) berpendapat bahwa penerimaan
masyarakat terhadap inovasi produk, dipengaruhi oleh kepribadiaannya,
inovasinya, dan komunikasi interpersonal. Sehingga dalam hal ini dapat
diklasifikasikan menjadi inovator, orang yang mengadopsi secara awal, early
majority (pengguna awal), late majority (pengguna akhir), dan laggards (orangorang yang terlambat).
Inovator mencari sesuatu yang baru dan menilai sejak produk diluncurkan
ke pelanggan. Laggards (orang-orang yang terlambat) mencari informasi tentang
suatu produk atau kualitas dari sebuah jasa melalui komuniksi interpersonal atau
dari “mulut ke mulut”. Banyak penelitian yang menganalisa perbedaan antara
pengguna awal dari suatu produk dan pengguna akhir dari suatu produk
berdasarkan atas sosial ekonomi, demogarfi, budaya atau kriteria psikologi (Mont,
2003).
2.2.2.1. Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan)
Menurut Gronroos (1982) dalam Mont (2003) kualitas pelayanan yang
dicari oleh pelanggan akan berbeda tergantung dari strategi yang dipilih
perusahaan dalam memberikan dan mempromosikan pelayanan mereka. Kualitas
pelayanan dapat dibagi menjadi kualitas teknis dan kualitas dimensi. Kualitas
teknis adalah kualitas dari produk yang dibeli. Kualitas dimensi adalah bagaimana
kualitas teknis dapat dihasilkan dan disampaikan pada pelanggan selama interaksi
jual-beli terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. The Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan)
Dalam Mont (2003), Gronroos (1993) menyatakan kualitas teknis adalah
“kondisi dasar positif dalam kualitas suatu produk tetapi kualitas fungsional salah
salah satu hal yang menambah keuntungan kompetitif”. Selain itu, dalam dunia
pemasaran, peningkatan kualitas fungsional menjadi sesuatu yang menguntungkan
dibanding hanya peningkatan teknis saja.
Terdapat juga perbedaan antara pelayan yang ada dan pelayanan yang
diharapkan. Gronroos kemudian mengembangkan model ini dengan meyatakan
bahwa di dalam sebuah perusahaan yang menyediakan produk lengkap dengan
pelayanan dapat lebih mengambil keuntungan. Menurutnya, kualitas produk yang
baik akan tercapai apabila kualitas barang yang bermutu diimbangi dengan
pemenuhan ekspektasi pelanggan.. Namun, jika ekspektasi yang ada tidak
realistis, maka kualitas total yangg ada saat ini akan rendah walaupun barang yang
dihasilkan bermutu (Mont, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. The Total Perceived Quality (Kualitas total yang dimiliki)
Kualitas yang diharapkan dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh
komunikasi pasar (periklanan, kampanye penjualan, humas dan surat-menyurat
secara langsung), pembicaraan dari “mulut ke mulut”, imej perusahaan dan
kebutuhan pelanggan. Perusahaan dapat mengontrol secara langsung komunikasi
pasar yang dilakukan, sedangkan pembicaraan dari “mulut ke mulut” dan imej
perusahaan berada diluar kuasa perusahaan. Secara keseluruhan, Gronroos
menyimpulkan bahwa kualitas total yang dimiliki oleh suatu produk tidak hanya
ditentukan oleh tingkat teknis dan fungsional saja tetapi juga dipengaruhi oleh
jarak antara kualitas yang diharapkan dan kualitas yang telah dihasilkan (Mont,
2003).
2.2.2.2 SERVQUAL Model
Semakin meningkatnya berbagai macam pelayanan yang diberikan
perusahaan pada beberapa dekade terakhir, membuat banyak peneliti yang merasa
perlu untuk membuat suatu barometer dalam menilai kualitas pelayanan.
Barometer yang sering digunakan adalah SERVQUAL yang berdasarkan pada
riset mendalam di berbagai bidang secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan
yang ada. SERVQUAL mengukur perbedaan antara ekspektasi pelanggan
terhadap sekelompok perusahaan penyedia pelayanan dengan pelayanan yang
benar-benar diberikan. Penilaian dalam model ini menggunakan beberapa
determinan yang terbagi menjadi 22 bagian. Model ini mengukur kepuasan
Universitas Sumatera Utara
pelanggan melalui jarak antara kualitas pelayanan yang telah diberikan dengan
ekspektasi pelanggan (Mont, 2003).
Gambar 2.5. Service Quality Model (Model kualitas pelayanan)
Walaupun telah digunakan secara luas, model SERVQUAL juga mendapat
kritik karena tidak memasukkan faktor harga dalam penilaian dan juga karena
memasukkan faktor ekspektasi sebagai variabel dalam mengukur kualitas
pelayanan. Yang sering dikritik adalah hubungan yang tidak jelas antara kepuasan
dan kualitas pelayanan yang telah diberikan. Oleh karena itu, kemudian muncul
model SERVPERV, yang beranggapan bahwa kualitas pelayanan tidak tergantung
pada ekspektasi dan dapat dihitung langsung berdasarkan performa yang diberikan
dalam memberikan pelayanan (Mont, 2003).
Faktor-faktor yang digunakan dalam menilai kualitas pelayanan sesuai model,
yaitu (Mont, 2003):
-
Akses: kemudahan untuk diperoleh dan dihubungi
-
Komunikasi:
memberikan
informasi
kepada
pelanggan
dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mau mendengarkan
keluhan pelanggan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mampu
berkomunikasi dalam berbagai bahasa sehingga tidak mengganggu
komunikasi dengan berbagai kelompok pelanggan lain dalam menjelaskan
tentang informasi pelayanan perusahaannya
Universitas Sumatera Utara
-
Kompetensi: kepemilikan terhadap ketrampilan dan pengetahuan tertentu
guna memberikan pelayanan yang diharapkan, contoh: keterampilan
berorganisasi dan personal
-
Sopan santun: sifat yang dimiliki staf yang bertugas dalam bidang
pelayanan antara lain: kesopanan, sikap hormat, ramah
-
Kredibilitas: termasuk dapat dipercaya dan jujur
-
Dapat diandalkan: artinya adalah pelayanan yang diberikan disertai dengan
akurasi tinggi dan menyeluruh
-
Bertanggung jawab: berkaitan dengan kemampuan personil untuk
memberikan pelayanan dan seberapa cepat pelayanan dapat diberikan
-
Keamanan: memberikan keamanan fisik dan finansial serta kerahasiaan
-
Tangibles termasuk semua produk fisik yang terlibat dalam penyampaian
pelayanan
-
Mengerti tentang pelanggan: berusaha mengenal pelanggan secara lebih
baik lagi, mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus mereka, memberikan
perhatian individu dan mengenal pelanggan yang setia
2.3. Alat (Toolbox) Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan
2.3.1 Survei
Kepuasan pelanggan pada metode ini dinilai dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner harus berisi pertanyaan tentang berbagai produk atau jasa
yang diberikan. Mengembangkan kuesioner yang baik merupakan kunci utama
dalam mengumpulkan informasi yang berkualitas. Pertanyaan harus berbentuk
singkat, diformulasikan secara baik sehingga dapat menghindari bias (Mont,
2003).
Terdapat banyak jenis metode yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dengan menggunakan survei. Survei dari telephon biasanya digunakan
untuk mengumpulkan data pada populasi pelanggan yang besar dan pada
pelanggan yang merupakan target dari sebuah produk atau jasa. Survei ini lebih
efektif dalam mengumpulkan data jika dibandingkan dengan penggunaan email,
sebab informasi yang didapat akan lebih akurat dengan komunikasi interpersonal.
Universitas Sumatera Utara
Survei yang dilakukan melalui internet lebih menguntungkan di bidang waktu dan
kemudahan dalam melakukannya serta akan lebih cepat dalam memproses
informasi tentang kepuasan pelanggan. Survei yang dilakukan melalui surat akan
menyebabkan biaya yang besar dengan respon yang lebih sedikit sehingga
ketepatan data akan semakin tidak akurat. Pengembalian kartu mempengaruhi
respon pelanggan dan beberapa kemungkinan dalam menilai kepuasan pelanggan.
Dapat dibuktikan bahwa metode ini sangat tepat dalam menilai kepuasan
pelanggan sesudah berbelanja pada saat terdapat potongan harga di suatu tempat
perbelanjaan.
Customer intercepts metode yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi di pusat perbelajaan. Kedua metode ini berguna dalam menilai kepuasan
pelanggan dengan lingkungan berbelanjanya. Tujuan dari customer intercepts
survei adalah melihat penilaian kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan dan
sikap dari staf. Survei juga dilakukan pada peluncuran produk-produk terbaru
untuk menilai pendapat pelanggan terhadap produk.
Constumer intercepts sering digunakan sebagai alat penilaian kepuasan
pelanggan secara cepat. Biaya yang dibutuhkan relatif murah. Kekurangan dari
metode ini adalah sampelnya tidak dipilih secara acak sehingga dapat mengurangi
objektivitas dari hasil yang didapatkan.
Meskipun metode survei berkembang dengan baik, tetapi terdapat
keuntungan dan kekurangan dari metode ini.
Keuntungan:
-
Akses terhadap pelanggan banyak pelanggan, sampel yang digunakan
besar
-
Kemampuan dalam menilai dan menggambarkan variasi dan distribusi
variabel pada populasi
-
Kemampuan dalam mendapatkan informasi tentang sikap pelanggan, apa
yang menarik perhatian pelanggan dan persepsi pelanggan tentang suatu
produk atau jasa
-
Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai analisa statistik dalam
menjelaskan dan memprediksi beberapa kejadian
Universitas Sumatera Utara
Kerugian:
-
Timbul masalah dalam membuat pelanggan mengerti atas pertanyaan yang
diberikan dan membuat pelanggan memiliki konsep yang sama terhadap
pertanyaan yang diberikan
-
Pelanggan cenderung memberikan jawaban yang dapat diterima oleh
lingkungan sekitar
-
Jawaban yang tidak selalu sama jika survei diulangi kembali
-
Memerlukan waktu yang lama dan sulit dalam memformulasikan
pertanyaan yang tepat
-
Sulit untuk melakukan survei pada populasi atau sampel yang ditargetkan
-
Kuesioner yang diberikan, perlu diuji terlebih dahulu
2.3.2. Wawancara secara mendalam
Pada beberapa perusahan wawancara secara mendalam lebih sering
dilakukan. Wawancara dapat dilakukan jika sampelnya sedikit. Wawancara secara
personal ini biasanya dilakukan karena perusahaan akan membuat “profil
pelanggan” secara spesifik atau “strategi perencanaan kepuasan pelanggan”.
Responden yang mengikuti wawancara didasarkan oleh kesediaan mereka dalam
mengikuti kegiatan ini, nilai mereka sebagai pelanggan dan kemampuan mereka
dalam membahas suatu “masalah”.
Nilai lebih dari wawancara secara mendalam adalah kemampuannya
dalam menentukan persepsi dari pelanggan, menemukan variabel baru dan
kebutuhan baru dari para pelanggan serta instrumen/ alat yang tepat dalam
menentukan kepuasan pelanggan (Mont, 2003).
Tetapi kekurangan dari metode ini adalah jika responden tidak dipilh
secara acak maka kesimpulan yang didapat harus dievaluasi lagi. Serta jika
sampelnya terlalu besar akan sulit dalam melakukan wawancara. Pewanwancara
harus memliki kemampuan dan fleksibilitas padahal tidak semua pewawancara
memiliki kemampuan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Wawancara terfokus pada grup
Wawancara terfokus pada grup adalah wawancara yang terdiri dari 8-12
orang, Wawancara ini dilakukan dengan memberi pertanyaan secara langsung
tentang masalah pelayanan yang diberikan dan kepuasan pelanggan, sehingga
hasilnya dapat diperoleh dalam waktu singkat. Metode ini biasanya digunakan
untuk menyingkirkan pendapat yang menyatakan suatu sikap dari pelanggan.
Metode ini juga biasanya digunakan untuk menilai respon pelanggan terhadap
penawaran /iklan dari suatu yang akan atau telah ditampilkan (Mont, 2003).
Wawancara terfokus pada grup merupakan metode terbaik dalam menilai
persepsi atas suatu produk bagi pelanggan serta bagaimana suatu produk harusnya
dipasarkan secara luas.
Anggota grup dipilih berdasarkan krteria spesifik, seperti umur, jenis
kelamin dan kriteria penting lain. Mereka dipilih bergantung dari lokasi
penelitian. Responden dipilih dengan dasar mereka sering berbelanja pada suatu
pusat perbelanjaan.
Kelebihan dari metode ini adalah kemampuannya dalam menilai kepuasan
pelanggan terhadap suatu produk yang sudah digunakan dan kepuasan pelanggan
terhadap suatu produk yang akan diluncurkan. Sisi negatifnya adalah sulit
memisahkan
antara
penilaian
seseorang/
objektivitas
dengan
penilaian
kelompok/objektivitas dalam suatu wawancara terfokus pada grup serta sampel
biasanya tidak representatif.
2.3.4. Observasi
Observasi dari responden adalah penelitian yang berkaitan dengan
interaksi
sosial
responden
dengan
produk
yang
digunakan.
Observasi
memungkinkan penilaian terhadap suatu produk pada level tertentu, saat produk
sedang digunakan oleh pelanggan. Data dari penelitian ini didapatkan dari segala
sesuatu yang terdapat pada tempat penelitian, seperti pola pada saat berinteraksi,
frekuensi dari interaksi, pola dari komunikasi yang terjalin dan pola dalam
mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan dari metode observasi adalah tidak diperlukan interaksi
langsung antara peneliti dengan pelanggan yang diteliti. Kapan saja peneliti ingin
meneliti pelanggan maka hal ini dapat dilakukan tanpa perlu menggangu
pelanggan (Mont, 2003).
Kelemahan yang utama dalam hal ini adalah jika peneliti salah
mengartikan persepsi dari pelanggan tanpa melakukan pemeriksaan ulang
terhadap apa yang disimpulkan peneliti dengan respon pelanggan. Selain itu
metode ini hanya baik digunakan pada sampel yang sedikit (Mont, 2003).
Satu hal lagi yang merupakan kekurangan dari penelitian ini adalah
kurangnya reabilitas sebab pengumpulan data yang tidak berdasarkan standar.
Tanpa analisis statistik maka akan sulit bagi peneliti menentukan hasil penelitian
valid atau tidak(Mont, 2003).
2.3.5. Mystery shopping
Penelitian ini berdasarkan atas informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pada strategi pemasaran suatu perusahaan. Mystery shopping merupakan observasi
oleh tenaga ahli yang dipilih oleh perusahaan, yang berpura-pura menjadi
pelanggan. Tenaga ahli akan mendatangi tempat-tempat yang telah ditentukan
untuk mendapatkan informasi tentang sikap dari staf yang bertugas, kemampuan
dari staf, produk yang tersedia. Secara garis besar merasakan pengalaman sebagai
pelanggan dari suatu produk. Mystery shopping membantu menegakkan standar
pelayanan terhadap konsumen dan menentukan kelemahan dari suatu produk dari
sudut pandang seorang pelanggan. Metode ini memberikan pengertian yang lebih
dalam tentang kepuasan pelanggan sehingga pada akhirnya kepuasan pelanggan
dapat dicapai. Tetapi mystrery shopping memerlukan waktu yang cukup lama
serta tidak mudah dalam menemukan tenaga ahli yang berpengalaman dalam
berpura-pura menjadi pelanggan dan tarif tenaga ahli tidak murah (Mont, 2003).
2.3.6. Gambaran psikografik dari pelanggan
Gambaran psikografik dari pelanggan merupakan bagian dari
penelitian psikografik dimana
menganalisa
tentang
kegiatan pelanggan,
Universitas Sumatera Utara
ketertarikan pelanggan dan pendapat pelanggan tentang suatu produk, pelayanan
atau pengalaman dalam berbelanja. Kelebihan metode ini dimana pengumpulan
informasi memberikan latar belakang dari pelanggan sehingga dapat menunjukkan
bagaimana suatu produk diterima di lingkungan tertentu dan potensi suatu produk
untuk dapat digunakan di suatu lingkungan. Kekurangan metode ini memerlukan
waktu yang lama dan informasi yang lengkap (Mont, 2003).
Tingkat
reabilitasnya
sedang
sebab
pelanggan
yang
diteliti
memberikan sendiri laporan tentang dirinya. Pengalaman yang banyak diperlukan
dalam membuat gambaran psikografik dari pelanggan yang rilaiabel.
2.4. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan (Pohan,
2007). Kepuasan pasien dapat timbul jika hasil dari pelayanan kesehatan (rumah
sakit) sesuai dengan apa yang diharapkan serta dapat memenuhi kebutuhan dari
pasien.
2.4.1. Fungsi Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien diperlukan sebab memberikan dampak yang positif bagi
rumah sakit. Pasien yang puas akan meningkatkan pendapatan rumah sakit sebab
pasien yang puas cenderung menjadi loyal kepada rumah sakit serta menjadikan
rumah sakit sebagai bahan rekomendasi kepada orang lain yang dikenalnya.
Meskipun hanya menambah 1 pasien yang bersifat loyal tetapi hal ini akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan pendapatan rumah sakit
(Anomin, 2008).
Dapat dibuktikan bahwa pasien dan/atau masyarakat yang mengalami
kepuasan terhadap layanan kesehatan, cenderung mematuhi nasihat, setia atau taat
terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati. Sebaliknya jika pasien merasa
tidak puas maka cenderung untuk tidak mematuhi rencana pengobatan, tidak
mematuhi nasihat dokter, berganti dokter atau pindah ke layanan kesehatan lain
(Pohan, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Ujicoba membuktikan bahwa kepuasan pasien merupakan hasil akhir dari
layanan kesehatan, artinya hal ini akan berdampak juga pada status kesehatan.
Dengan demikian, pada beberapa kejadian yang memerlukan layanan kesehatan
dalam kurun waktu yang lama, sebagain pakar merekomendasikan agar
menggunakan status kesehatan sebagai indikator kepuasan pasien (Pohan, 2007).
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Pasien rumah sakit umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu pasien
rawat inap dengan pasien rawat jalan. Dengan demikian, aspek-aspek yang
memengaruhi kepuasan pasien rawat jalan berbeda dengan pasien rawat inap
(Pohan, 2007).
Aspek-aspek yang mungkin mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan
rumah sakit, antara lain:
- Penampilan gedung rumah sakit yang menyakinkan dan menarik
- Lingkungan rumah sakit bersih, nyaman dan teratur
- Pertamanan rumah sakit indah dan dipelihara dengan baik
- Perparkiran rumah sakit teratur dan aman
- Petunjuk arah/nama ruangan yang jelas dalam lingkungan rumah sakit
- Penampilan dokter/perawat/petugas kesehatan lain rapi dan bersih,
bersikap mau menolong
- Kantor rekan medik buka tepat waktu
- Petugas rekam medik melayani dengan sopan, ramah dan tanggap
- Pencarian/pengmbilan rekam medik cepat dan tepat
- Jumlah kursi untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai
- Poliklinik buka tepat waktu
Sementara itu, aspek-aspek yang mungkin berpengaruh terhadap kepuasan
pasien rawat inap rumah sakit adalah:
- Petugas kantor penerimaan pasien rawat inap melayani dengan sopan,
ramah dan tanggap
- Petugas melayani dengan tepat, cepat dan tidak berbelit-belit
Universitas Sumatera Utara
- Kursi untuk pasien dan keluarga yang sedang menunggu giliran layanan
kesehatan tersedia dengan cukup
- Kursi roda/troli tersedia pada kantor penerimaan untuk membawa pasien
ke instalasi rawat inap
- Perawat instalasi rawat inap melayani dengan sopan, ramah dan tanggap
- Tempat tidur telah disiapkan dalam keadaan rapi, bersih dan siap pakai
- Perawat menolong/mengangkat pasien dari kursi roda/troli ke tempat tidur
- Perawat segera mengubungi dokter , menanyakan tentang obat dan jenis
makanan pasien
- Instalasi rawat inap tertata rapi, bersih dan nyaman
- Kelengkapan dan kebersihan peralatan yang dipakai
- Perawat memberi informasi tentang peraturan, waktu makan, jenis
makanan, waktu tidur, kunjungan dokter, penyimpanan barang berharga,
jam bertamu dan lain-lain.
- Perawat memberi kesempatan bertanya
- Penampilan perawat yang bertugas rapi dan bersih serta bersikap mau
menolong
- Perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan pasien setiap hari
- Perawat memperhatikan keluhan keluarga pasien
- Perawat berupaya menjaga privasi pasien sesuai prosedur pemberian obat
- Perawat menanyakan tentang kecukupan rasa dan makanan pasien serta
makanan yang menjadi kesukaan/tidak disukai oleh pasien dan berupaya
memenuhi jika dimungkinkan oleh penyakit pasien
- Dokter
mengunjungi
instalasi rawat
inap
dua kali
sehari dan
berkomunikasi dengan pasien dan perawat
- Perawat melaporkan segala detail perubahan pasien kepada dokter sewaktu
melakukan kunjungan
- Dokter selalu menanyakan perubahan keluhan pasien dan melakukan
pemeriksaan dan jika perlu mengganti obat pasien
- Jika perlu dokter mengkonsultasikan pasien kepada dokter lain
- Dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien
Universitas Sumatera Utara
- Perawat menginformasikan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien
sebelum dibawa berkonsultasi dengan dokter lain
- Perawat membawa pasien dengan menggunakan kursi roda/troli sewaktu
berkonsultasi dengan dokter lain
- Dokter jaga tersedia selama 24 jam dan dokter yang menangani pasien
selalu dapat dihubungi kapan saja (on call)
2.4.3. Pengukuran Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien akan diukur dengan indikator berikut (Pohan, 2007):
a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan
Kepuasan terhadap akses layanan masyarakat akan dinyatakan oleh sikap dari
pengetahuan masyarakat tentang:
- Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat
dibutuhkan
- Kemudahan memperoleh layanan kesehatan baik dalam keadaan biasa
ataupun keadaan darurat
- Sejauh mana pengertian pasien tentang layanan kesehatan itu bekerja,
keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan
b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan
Hal ini akan dinyatakan oleh sikap pasien terhadap:
- Kompetensi dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain
- Hasil akhir dari penyakit atau perubahan yang dirasakan oleh pasien
sebagai hasil layanan kesehatan.
c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antarmanusia
Pada bagian ini, ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap:
- Persepsi tentang kepedulian dokter atau profesi layanan kesehatan lain,
- Kepercayaan terhadap dokter
- Pengertian tentang kondisi dan diagnosis serta sejauh mana tingkat
kesulitan untuk dapat
mengerti nasihat
dokter dan/atau rencan
pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
d. Kepuasan terhadap sistem layanan masyarakat
Ditentukan oleh sikap pasien terhadap:
- Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan
- Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan
waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel,
mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul
- Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan
Tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Ada beberapa macam jenis wawancara, yaitu:
-
Wawancara terstruktur
-
Wawancara tidak terstruktur
-
Wawancara berdasarkan tingkat kejadian atau peristiwa kritis
b. Kuesioner
Tujuan utama dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks
kepuasan pelanggan. Indeks kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk
(Muninjaya, 2004):
1. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah
sakit.
2. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan. Unit-unit
pelayanan (unit produksi) yang paling sering menerima keluhan pasien harus
mendapat perhatian dari pihak menejemen untuk memperbaiki mutu
pelayanannya.
3. Alat untuk memantau dan mengendalikan aktivitas sehari-hari staf dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit yaitu
memperoleh
kepercayaan
masyarakat
melalui
kepuasan
pasien
dan
keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Unsur Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam dalam upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia (Aditama, 2003).
2.2.4.1. Administrasi
Administrasi terdiri dari pengurusan masuknya pasien ke rumah sakit
(patient administration), pengawasan pengisian dokumen catatan medik dengan
baik, membuat penjadwalan pemeriksaan atau pengobatan pasien, dan lain-lain.
2.2.4.2. Tenaga Medis Dan Non Medis
a. Dokter
Dokter sebagai kunci penting dalam pelayanan di rumah sakit mempunyai
peranan strategis dan sekaligus unik, apalagi jika mengingat tingkat pendidikan
dan sejarah profesi kedokteran dengan segala atributnya-atributnya. Dalam
paradigma baru pelayanan kesehatan dan perumahsakitan dewasa ini, dan juga
dalam menyongsong era globalisasi, maka peran dokter di rumah sakit dan
hubungannya dengan pihak lain di rumah sakit perlu ditata ulang. Seharusnya
memang terdapat semacam simbiosis mutualisme dalam hubungan dokter dengan
pasien, dengan memperhatikan mutu pelayanan dan kepentingan pasien yang
dilayani (Aditama, 2003).
b. Perawat
Menurut WHO Expert Committee on Nursing (1982) dalam Aditama
(2003) pengertian dari pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu
kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari
ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu
sosial.
Griffith (1987) dalam Aditama (2003) menyatakan bahwa kegiatan
keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan
manejemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
-
Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara lain
berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh
tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian
obat, dan lain-lain
-
Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat
perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga
merupakan petugas yang seharusnya paling mengetahui keadaan pasien
-
Berbagai hal tentang keadaan pasien ini perlu dikomunikasikan dengan
dokter atau petugas lain
-
Menjalin hubungan dengan keluarga pasien
-
Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan
-
Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit
Dalam hal manejemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus
dilakukan (Aditama, 2003):
-
Penangan administratif
-
Membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat-ringannya penyakit,
dan kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal kepada setiap
sesuai kebutuhannya masing-masing
-
Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan
secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya
-
Menejemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi
staffing, scheduling, asssigment dan budgeting.
2.2.4.3. Tenaga Pendukung
Dalam Aditama (2003), Griffith (1987) menyatakan bahwa pelayanan
penunjang medik di rumah sakit meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan
kegiatan masyarakat umum. Pelayanan penunjang medik diagnostik dan
terapeutik berhubungan dengan pasien secara individu dan berhubungan dengan
penanganan pasien secara langsung oleh dokternya.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan penunjang medik diagnostik meliputi:
- Laboratorium: kimiawi, hematologi, histopatologi, bakteriologim virology,
otopsi dam kamar jenazah.
- diagnostik imaging: radiografi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan
CT scan
- Laboratorium kardiopulmoner: elektrokardiografi, tes fungsi paru dan
kateterisasi jantung
- Lain-lain: elektoensefalografi, elektromiografi dan audiologi
Pelayanan penunjang medik terapeutik meliputi:
-
Farmasi
-
Ruang operasi: anastesi, ruang bedah, ruang pulih
-
Ruang melahirkan/persalinan
-
Bank darah
-
Rehabilitasi medik: terapi fisik, terapi repirasi, terapi wicara dan terapi
okupasi
-
Pelayanan sosial
-
Radioterapi
-
Psikologi klinik
2.2.5. Hubungan Antara Pasien dengan Pelayanan Rumah Sakit
Menurut Lumenta (1989) dengan semakin majunya ilmu kedokteran dan
teknologi kedokteran, pelayanan kesehatan semakin diberi kepercayaan untuk
menanggulangi dan mengatasi berbagai permasalahan manusia. Pelayanan
kesehatan dasar semakin dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat, terutama lapisan masyarakat menengah dan atas, yang kondisi sosial
dan ekonominya semakin meningkat. Taraf pendidikan masyarakat juga semakin
banyak menuntut dan mengharapakan bahwa pelayanan medis tidak hanya
mengatasi berbagai masalah medis, namun juga berbagai masalah manusia yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kesehatan sekarang dirasakan banyak orang sebagai pelayanan
yang kurang komunikatif, kurang manusiawi tidak sebagaimana yang diharapkan.
Kegagalan mengikuti nasihat medis juga berpangkal pada pelayanan yang kurang
komunikatif itu. Pelayanan yang lebih responsif terhadap persepsi dan harapan
pasien, yang lebih banyak mendengarkan masalah pasien, akan menghasilkan
kerja sama dokter-pasien yang lebih baik. Dengan demikian pelayanan kesehatan
akan memberi dampak nyata bagi pasien. Harapan pasien ini patut menjadi bagian
menonjol dalam merancang birokrasi pelayanan kesehatan, suatu bidang yang
seharusnya lebih kepada hubungan psikososial (Lumenta, 1989).
Universitas Sumatera Utara
Download