BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak
untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan
menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan saja
melainkan dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu agensi
seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang sangat menarik,
keikutsertaan anggota klub, serta jam kerja yang fleksibel. Biasanya
sebagian kekayaan yang dimiliki oleh agen merupakan suatu kekayaan
yang terikat dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan tersebut terdiri
dari kekayaan keuangan agen maupun dari modal agen itu sendiri.
Modal agen merupakan nilai manajer sebagaimana dipandang oleh
pasar dan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Semakin menurunnya utilitas atas kekayaan dan besarnya jumlah
modal agen yang bergantung kepada perusahaan, maka agen
diasumsikan akan bersifat enggan menghadapi risiko (risk averse).
Sedangkan pemegang saham atau prinsipal, diasumsikan hanya tertarik
pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasinya di
perusahaan tertentu. Pemegang saham (principles) mengadakan kontrak
7
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
8
untuk memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat (Oktafia, 2010).
Teori
keagenan
mengungkapkan
bahwa
manajemen
laba
dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan
prinsipal. Masalah keagenan muncul karena adanya oportunistik dari
perilaku manajemen (agent) untuk memaksimalkan kesejahteraan
sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principles. Manajer
(agent) memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode
akuntansi yang dapat memperlihatkan reaksi pasarnya yang baik untuk
tujuan mendapatkan bonus pemegang saham (principles). Disisi lain,
prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen,
maka prinsipal tidak akan merasa pasti bagaimana agen berusaha
memberikan kontribusi kepada hasil aktual perusahaan. Sedangkan
agen lebih mengetahui kinerja dan aktivitas perusahaan, oleh karena itu
prinsipal berada sebagai asimetri informasi.
Perbedaan informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan
akan memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan
manajemen laba yang dapat menyesatkan pemilik perusahaan mengenai
kinerja ekonomi perusahaan. Konflik kepentingan antara principles dan
agent terjadi akibat adanya kemungkinan agent tidak selalu berbuat
sesuai dengan kepentingan principle. Pemisahan kepemilikan dan
pengendalian menyebabkan manajemen (agent) bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham (principles).
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
9
Adanya perbedaan informasi dalam teori agensi akibat adanya
pemisahaan kepemilikan dan pengendalian akan memungkinkan
perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Semakin tinggi asimetri
informasi, stakeholders akan semakin tidak memiliki akses untuk
memantau tindakan manajer, hal inilah yang pada akhirnya menjadi
sebuah kesempatan bagi manajemen untuk melakukan praktik
manajemen laba. Oleh sebab itu, dengan adaya teori agensi diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
diinvestasikan.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan
suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan
(Baridwan,
2010:17).
Tujuan
mempertanggungjawabkan
laporan
tugas-tugas
keuangan
yang
yakni
dibebankan
untuk
kepada
manajemen oleh para pemilik perusahaan. Selain itu, laporan keuangan
juga dapat digunakan sebagai pemenuhan tujuan-tujuan lain yaitu
sebagai laporan kepada pihak-pihak luar perusahaan.
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
10
2.1.3. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance merupakan sistem, proses, dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan perusahaan (Ningsaptiti, 2010). Good
Corporate
Governance
bertujuan
untuk
memaksimalkan
nilai
perusahaan dan pemegang saham dengan mengembangkan transparansi,
kepercayaan dan pertanggungjawaban, serta menetapkan sistem
pengelolaan yang mendorong dan mempromosikan kreativitas dan
kewirausahaan yang progresif. Oleh karena itu, munculnya Good
Corporate Governance diharapkan mampu menciptakan iklim tata
kelola yang baik dan lebih transparan.
Pedoman good corporate governance yang disusun oleh KNKCG
menjadi acuan dalam penerapan GCG di Indonesia yang memuat
prinsip dan aturan sebagai berikut:
1) Hak pemegang saham dan prosedur RUPS
2) Tanggung jawab dan komposisi dewan komisaris
3) Tugas dan komposisi direksi
4) Pengaturan sistem audit, baik eksternal maupun komite audit
5) Fungsi sekretaris perusahaan sebagai mediator dengan investor
6) Pengaturan pihak-pihak yang berkepentingan
7) Adanya keterbukaan
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
11
8) Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi oleh komisaris dan
direksi
9) Prinsip mengatur etika berusaha dan antikorupsi
10) Prinsip mengatur donasi
11) Prinsip yang mengatur tentang kepatuhan pada peraturan
perundang-undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan
kerja dan pelestarian lingkungan
12) Prinsip pengaturan kesempatan kerja yang sama mengenai
hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan, bukan
berdasarkan faktor lainnya
Good Corporate Governance adalah konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah diinvestasikan (Putri, 2012). Oleh
sebab itu, dengan adanya Good Corporate Governance diharapkan
mampu menurunkan atau meneka konflik keagenan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham oleh pihak yang berbentuk institusi dapat
mengurangi pengaruh dari kepentingan lain dalam perusahaan, seperti
kepentingan pribadi manajer serta debtholders. Kepemilikan institusi
yang
menguasai
saham
mayoritas
mampu
mengawasi
dan
mengendalikan secara lebih kuat dan efektif terhadap kebijakan
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
12
manajemen. Investor institusional yang mempunyai jumlah kepemilikan
yang cukup signifikan akan dapat memonitor manajemen, sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan sukarela
dalam laporan keuangan. Artinya bahwa jika semakin besar
kepemilikan saham
institusional,
maka semakin kecil
praktik
manajemen laba. Hal ini dikarenakan oleh kepemilikan saham yang
terkonsentrasi, dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat
untuk mengendalikan manajemen secara efektif, sehingga mampu
membatasi perilaku oportunis oleh manajer (Ningsaptiti, 2010).
Komisaris Independen
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance
(KNKCG), komisaris independen adalah anggota komisaris yang
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan.
Sistem yang ada di Indonesia yaitu perusahaan menggunakan two
tier system, dimana terdapat dewan komisaris dan dewan direksi.
Fungsi dewan komisaris yaitu mengawasi pelaksanaan dari dewan
direksi. Untuk mencegah kerugian pada pihak pemegang saham
minoritas maka BAPEPAM menuntut bahwa 30% dari jumlah dewan
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
13
komisaris haruslah independen dari perusahaan dan pemegang saham
mayoritas (Murhadi, 2009).
2.1.4. Reputasi KAP
Reputasi KAP pada penelitian ini diproksikan ke dalam ukuran
KAP dan spesialisasi industri KAP. Ukuran KAP Big 4 memiliki
kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non Big 4
dengan argumentasi bahwa KAP besar memiliki pengetahuan,
pengalaman teknis, kapasitas, dan reputasi yang lebih superior
dibandingkan KAP yang lebih kecil. Jika dibandingkan, maka KAP big
four lebih berkualitas dari pada KAP non big four. KAP yang
melakukan konsentrasi pada industri dan prosedur audit tertentu,
memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan
industri klien dengan lebih banyak, sehingga KAP dengan spesialisasi
industri dapat bekerja lebih efektif (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam
Herusetya, 2012).
Spesialisasi
auditor
adalah
auditor
yang
yang
memiliki
pengetahuan dan keahlian atas laporan keuangan industri tertentu dan
dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Lao dan Vasvari,
2009 dalam Wahyuni, 2013). Auditor akan dikatakan spesialisasi
industri apabila jumlah kliennya melebihi rata-rata jumlah klien dalam
suatu industri, dan auditor non spesialisasi industri jika jumlah kliennya
sama atau dibawah jumlah rata-rata jumlah klien dalam suatu industri
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
14
(Wahyuni, 2013). Tujuan dari spesialisasi indusri KAP yakni bahwa
dengan keahlian yang lebih dibandingkan dengan KAP yang lain dalam
memahami bisnis klien, maka diharapkan bahwa spesialisasi industri
KAP dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangannya serta mampu mencegah terjadinya
manajemen laba.
2.1.5. Manajemen Laba
Manajemen laba (earning management) adalah bentuk manipulasi
atas laporan keuangan yang menjadi bagian komunikasi antara manajer
dan pihak eksternal perusahaan (Hamzah, 2010). Scott (2003:283)
dalam Putri (2012) membagi cara pemahaman atas manajemen laba
menjadi dua, yaitu:
1) Perspektif perilaku oportunis manajer karena selalu berusaha
memaksimumkan
utilitasnya
dalam
menghadapi
kontrak
kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic
earnings management).
2) Perspektif efficient contracting (efficient earnings management)
karena manajemen laba memberikan manajer suatu fleksibilitas
untuk
melindungi
diri
mereka
dan
perusahaan
dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
15
Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melalui manajemen laba. Scott (2006) menyatakan
bahwa earning management dapat ditinjau dari 2 perspektif, yaitu
perspektif pelaporan keuangan dan perspektif kontrak. Perspektif
pelaporan
keuangan
menjabarkan
bahwa
manajemen
mungkin
melakukan earning management untuk mencapai estimasi earning dari
analis dan kegagalan memenuhi estimasi earning yang merupakan
ekspektasi earning dari investor dapat menyebabkan reaksi negatif yang
kuat terhadap harga pasar saham badan usaha. Jadi, earning
management disini dapat mempengaruhi harga pasar saham, misalnya
earning management untuk menciptakan stabilitas dan peningkatan
earning serta aliran pertumbuhan earning yang bagus dari waktu ke
waktu.
Informasi laba menjadi bagian yang sangat penting dalam laporan
keuangan, karena informasi ini secara umum dipandang sebagai
representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Ahmed dan
Belkaoui (2000) dalam Rachadi dan Handayani (2009) menjabarkan
pentingnya informasi laba bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
pertama karena informasi laba dijadikan dasar bagi perusahaan dalam
menentukan kebijakan deviden. Kedua, laba merupakan dasar dalam
memperhitungkan kewajiban perpajakan perusahaan. Ketiga, laba
dipandang sebagai petunjuk dalam menentukan arah investasi dan
pembuat keputusan ekonomi. Keempat, laba diyakini sebagai sarana
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
16
prediksi yang membantu dalam memprediksi laba dan kejadian
ekonomi dimasa mendatang, dan kelima, laba dijadikan pedoman dalam
mengukur kinerja manajemen.
Manajemen laba merupakan fenomena yang sulit dihindari karena
merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan
laporan keuangan. Ada dua komponen yang terdapat dalam konsep
model akrual yaitu discretionary accrual dan nondiscretionary accrual.
Discretionary accrual adalah salah satu komponen akrual yang
memungkinkan manajer utuk melakukan itervensi dalam proses
penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan
yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh manajer yang memiliki
kemampuan untuk mengontrol laba dalam jangka pendek.Adapun
komponen dari discretionary accrual terdiri dari penilaian piutang,
pengakuan biaya garansi dan asset modal (Guna dan Herawaty, 2010).
Sedangkan komponen nondiscretionary accruals ditentukan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer (Guna dan
Herawaty, 2010).
2.2. Kerangka Pemikiran
Sering terjadinya kasus manajemen laba yang sering dilakukan oleh
pihak manajemen membuat perusahaan melakukan pengawasan untuk
meminimalkan terjadinya manajemen laba. Salah satunya yaitu menerapkan
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
17
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Penerapan
Good Corporate Governance khusunya kepemilikan institusional dan
keberadaan komisaris independen diduga mampu mempengaruhi manajemen
laba. Selain itu, untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang
tinggi, perusahaan juga akan menggunakan KAP yang bereputasi tinggi. Oleh
karena itu, diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh
kepemilikan institusional, komisaris independen dan reputasi KAP terhadap
manajemen laba. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
X1
Kepemilikan Institusional
X2
Komisaris Independen
X3
Ukuran KAP dan
Spesialisasi industri KAP
H1 (-)
H2 (+)
Manajemen Laba
Y
H3 (-)
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1
Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusi yang menguasai saham mayoritas mampu
mengawasi dan mengendalikan secara lebih kuat dan efektif terhadap
kebijakan manajemen. Hasil penelitian Widyastuti (2007), Suryani
(2010) dan Indriastuti (2012) kepemilikan institusional berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. Apabila kepemilikan
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
18
institusional meningkat, maka manajemen laba akan semakin rendah
dan sebaliknya.
Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, maka dapat
disusun hipotesis pertama yakni sebagai berikut:
H1: Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap manajemen laba
2.3.2
Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Besar kecilnya jumlah komisaris independen tidaklah menjadi
faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen
perusahaan.
Akan
tetapi,
efektivitas
mekanisme
pengendalian
tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam
suatu organisasi serta peran komisaris dalam aktivitas pengendalian
(monitoring) terhadap manajemen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Penelitian Guna dan Herawaty (2010), Subhan (2012) dan Putri (2012)
yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap manajemen laba. Tetapi, penelitian Isnanta
(2008) dan Murhadi (2009) menyatakan bahwa komite independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Apabila
komisaris independen meningkat, maka manajemen laba akan semakin
tinggi.
Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya tersebut, maka
dapat disusun hipotesis keempat adalah sebagai berikut:
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
19
H2: Komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba
2.3.3 Ukuran KAP dan Spesialisasi KAP terhadap Manajemen Laba
Ukuran KAP Big 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan KAP non Big 4 dengan argumentasi bahwa KAP
besar memiliki pengetahuan, pengalaman teknis, kapasitas, dan reputasi
yang lebih superior dibandingkan KAP yang lebih kecil. Sedangkan
tujuan dari spesialisasi indusri KAP yakni bahwa dengan keahlian yang
lebih dibandingkan dengan KAP yang lain dalam memahami bisnis
klien, maka diharapkan bahwa spesialisasi industri KAP dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangannya serta mampu mencegah terjadinya manajemen laba.
Hasil penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013) menunjukkan
bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif tidak signifikan, sedangkan
auditor spesialisasi industri berpengaruh positif signifikan terhadap
discretionary accrual. Penelitian Luhgiatno (2010) menujukkan bahwa
ukuran KAP dan spesialisasi KAP tidak berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba. Apabila ukuran KAP dan spesialisasi industri
KAP besar, maka manajemen laba akan semakin rendah. Kemudian
apabila ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP kecil, maka
manajemen laba akan semakin tinggi.
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
20
Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya tersebut, maka
dapat disusun hipotesis kelima sebagai berikut:
H3: Ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba
Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Anna Fitriyah AS, Fak. Ekonomi UMP, 2014
Download