seasonal influenza

advertisement
IKLAN
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Etalase
Susunan REDAKSI
Mediakom
Penanggung Jawab:
dr. Lily S. Sulistiowati, MM
Pemimpin Umum:
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
Pimpinan Redaksi:
Drs. Sumardi
Redaksi:
Prawito, SKM, MM (koordinator)
Dra. Hikmandari A., M. Ed.
drg. Anitasari SM
Busroni, S.IP
Dra. Isti Ratnariningsih, MARS
Mety Setiowati, SKM
Aji Muhawarman, ST
Reporter:
Resty Kiantini, SKM, M. Kes.
Sri Wahyuni, S. Sos
Giri Inayah, S. Sos
R. Yanti Ruchiati
Fotografi:
Wayang Mas Jendra, S.Sn
Rifani Sastradipraja, S.Sos
Alamat Redaksi:
Pusat Komunikasi Publik
Gedung Departemen Kesehatan RI
Blok A, Ruang 107
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta 12950
Telepon:
021-5201590; 021-52907416-7
Fax:
021- 5223002; 021-52960661
Email:
[email protected]
[email protected]
Redaksi menerima naskah dari
pembaca: dapat dikirim ke alamat
email redaksi
Ayo
Hidup Sehat!
Banyak perokok tahu bahaya rokok bagi
kesehatan, tapi lebih banyak perokok tidak
mau tahu kapan harus berhenti merokok.
Beribu alasan dilontarkan, yang intinya
perokok tetap ingin merokok dan enggan
berhenti merokok.
Pembaca, memang tidak mudah meng­
ubah kebiasaan yang sudah berlangsung
lama dan bertahun-tahun. Apalagi kebiasaan
merokok. Dari banyak pengalaman, hanya
mereka yang memiliki tekad besar dan kema­
uan kuat dari diri sendiri yang dapat membedr. Lily S. Sulistiowati, MM
baskan diri dari kebiasaan merokok.
Dr. Merdias Altmatsir mengatakan, resep
berhenti merokok sebenarnya sederhana saja, cuma niat yang tulus dan
kuat. Setelah itu kita harus siap memasuki dunia baru: hidup sehat. Lalu, biasakan bernapas panjang, olahraga setiap hari, mengambil waktu tidur lebih
lama, banyak minum dan mandi, menjauhi kopi, alkohol, makanan berat dan
berbumbu banyak, sekaligus menjauhkan diri dari perokok atau lingkungan
yang mendorong kita ikut merokok. Percayalah, dengan memilih hidup
lebih sehat, Anda akan menjadi lebih segar, bugar, dan bergairah menyongsong kehidupan.
Gaya hidup sehat juga akan menjauhkan kita dari berbagai ancaman
virus yang makin hari semakin menghantui lingkungan sosial kita. Seperti Influenza A H1N1, salah satu virus yang menghebohkan dunia, semua
negara, termasuk organisasi kesehatan dunia WHO sibuk mencegahnya. Tapi
apa daya, tingkat penyebaran lebih cepat dari strategi pencegahan. Akhirnya
H1N1 dinyatakan oleh WHO menjadi pandemi. Kini influenza A H1N1 sudah
merebak ke seluruh negara di dunia. Terus menyebar melintas batas daratan,
gunung dan laut tak terkendali.
Kedua topik itu kami angkat sebagai topik utama Mediakom edisi kali ini.
Selain itu, kami juga mengabarkan berbagai kegiatan di lingkup departemen Kesehatan serta berbagai informasi menarik yang layak Anda ketahui.
Dari hari ke hari kami akan terus memperbaiki majalah kita tercinta. Berba­
gai rubrik baru terus kami persegar dan perbarui. Semoga pembaca berkenan. Dan kami berharap apa yang kami lakukan ini dapat mendekatkan
dengan pembaca. Berkomunikasi, tukar pikiran dan saling menyapa antara
kita. Selamat membaca. l
Redaksi
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
Daftar Isi
14
26
9
28
18
13
Cover
Model memakai masker
sebagai pencegahan penularan
Influenza A H1N1
Foto
Wayang Mas Jendra, S.Sn
3 Etalase
4 Daftar Isi
6 Surat Pembaca
You Can Control Your Asthma
Hindari Hipertensi, Kurangi Konsumsi Garam
Lebih Jauh Meningitis
Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Kangkung Sebagai Anti Racun
Cara Membedakan Madu yang Asli dan Palsu
Amankah Kosmetika Anda?
15 Media Utama
Virus H1N1 7 Resensi
9 Info Sehat
25
23
MASYARAKAT HARUS TETAP WASPADA
Waspada Influenza A
Seputar Iinfluensa A H1N1
KRONOLOGI PENYEBARAN
INFLUENZA A H1N1
26 Sorot
Hari-Hari Tanpa Tembakau
Dampak dan Bahaya Rokok
Tidak Pernah ada Kata Aman Untuk Rokok!
Daftar Isi
34
49
43
38
56
46
34 Peristiwa
Pemerintah Gelar Simulasi Penanggulangan Episenter Influenza kedua
Babak Baru B4M
Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia
Penyakit Miningitis dan Ibadah Haji
38 Nasional
Virus Sharing Akan Menjadi Aturan Baru WHO
Lima Puluh Tahun Penanggulangan Malaria
44 Daerah
Pembangunan Kesehatan Tana Toraja
Tana Toraja, Tanah Kerajaan Surga
48 Potret
Dr. Sardikin Giriputro SpP(K), MARS
56 Siapa Dia
Daniel Tule
Nunuk Iswandari
58 Lentera
Namaku Flu
Jasamu, Kader Posyandu
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
Surat Pembaca
Info H1N1
Redaksi yang baik,
Ada beberapa pertanyaan yang saya
butuhkan berkaitan dengan adanya
H1N1, adalah sebagai berikut:
1. Kebijaksanaan pemerintah
Indonesia dalam menangani
pasien yang diduga terkena
flu babi (H1N1)
2. Apakah mereka segera dikarantina? berapa lama?
3. Bagaimana test itu dilaksanakan dan berapa lama?
4. Apakah bisa dikonfimasikan
jumlah dan lokasi karantina di
Jakarta dan Bali.
5. Apa yang harus dihadapi oleh
pengunjung dari luar negeri
jika mereka harus dikarantina?
Mohon informasinya. Terima kasih
Ades, Bali.
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Jawab :
1) Pasien flu berat dirawat dan diobservasi di rumah sakit rujukan
influenza A H1N1. Spesimen diperiksa di laboratorium di rumah
sakit/laboratorium regional
dan dikonfirmasi di laboratorium Badan Litbangkes Depkes
Jakarta, kalau hasilnya konfirm
atau positif, maka pasien tetap
dirawat di ruang isolasi selama 7
hari dan setelah sembuh pasien
dibolehkan pulang.
2) Mereka yang menderita flu berat
dirawat di ruang isolasi dan diobservasi seperti pertanyaan nomor
3) Test spesimen dapat dilakukan di
rumah sakit rujukan influenza A
H1N1, tetapi harus dikonfirmasi
di laboratorium rujukan di Badan
Litbangkes Depkes Jakarta.
Sebenarnya waktu untuk memeriksa spesimen hanya sekitar dua
jam, Namun karena yang diperik-
sa banyak maka harus antri. Ini
yang menyebabkan seolah-olah
pemeriksaan laboratorium itu
lama.
4) Jumlah dan lokasi RS Rujukan
Influenza A H1N1 di seluruh Indonesia sebanyak 100 rumah sakit.
RS rujukan influenza A H1N1 di
Bali RSUP Sanglah, RSU Tabanan dan RSU Sanjiwani Gianyar,
sedangkan di Jakarta adalah RS
Penyakit Infeksi Sulianti Saroso,
RS Persahabatan dan RS Gatot
Subroto.
5) Standar pelayanan pengobatan
influenza A H1N1 baik warga
negara Indonesia maupun
warga negara asing adalah sama.
Mereka yang dinyatakan positif
diisolasi selama 7 hari, setelah
sembuh dibolehkan pulang.l
Resensi
yang dilakukan melalui penunjukan
langsung.
Buku ini membahas dua aspek
penting yaitu perencanaan obat dan
perbekalan kesehatan yang merupakan
salah satu fungsi yang menentukan
Pengarang
dalam proses pengadaan obat dan
Direktorat Jenderal Bina
perbekalan kesehatan, dalam menetapKefarmasian dan Alat Kesehatan
kan jenis, jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang tepat sesuai dengan
Impresum
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar;.
Jakarta, Departemen Kesehatan
Selain itu, menyangkut pengadaan
RI.,2008
obat dan perbekalan kesehatan yang
Tebal
bertujuan agar tersedianya obat dan
63 halaman.
perbekalan kesehatan dengan jenis dan
jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan serta terjaminnya
mutu obat dan perbekalan kesehatan.
Buku disusun oleh Departemen Kesehatan (Direktorat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
merupakan penyempurnaan dari pedoman sebelumnya. obat dan perbekalan kesehatan adalah: (1) Kriteria obat
dan perbekalan kesehatan, (2) Persyaratan pemasok; (3)
Penyempurnaan dilakukan sehubungan dengan diterPenentuan waktu pengadaan dan waktu datangnya obat;
bitkannya Peraturan Presiden No.95 tahun 2007 tentang
perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden No.80 tahun (4) Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan
kesehatan; dan (5) Pemantauan status pesanan. l
2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan obat
Judul
Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
Buku Pedoman Praktik Laboratorium
Yang Benar di terbitkan Departemen
Kesehatan pertama pada tahun 2004,
dengan berkembangnya ilmu penge­
ta­huan dan teknologi maka Pedoman
Praktik Laboratorium Yang benar ada
perbaikan. Buku ini merupakan revisi
dari buku yang terbit sebelumnya. Buku
ini terdiri dari 10 bab yang menguraikan
dari awal organisasi dan manajemen, ruangan dan fasilitas pe­nunjang, peralatan
laboratorium, bahan laboratorium, specimen, Metode pemeriksaan, mutu laboratorium, kesehatan dan keselamatan kerja
di laboratorium sampai ke pencatatan
dan pelaporannya di lengkapi dengan
contoh-contoh formulir. Dengan terbitnya buku ini di harapkan dapat dipakai
sebagai pedoman agar pelayanan
laboratorium semakin meningkat dan
lebih baik. l
Judul
Pedoman Praktik
Laboratorium
Kesehatan yang Benar
(Good Laboratory
Practice)
Pengarang
Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik
Impresum
Jakarta, Departemen
Kesehatan RI., 2008
Tebal
164 halaman.
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
Resensi
Judul
Standar pelayanan
minimal rumah sakit
Pengarang
Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik
Impresum
Jakarta, Departemen
Kesehatan RI., 2008
Tebal
120 halaman.
Standart Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM bersifat sederhana, konkrit mudah diukur, terbuka,
terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta mempun-
yai batas waktu pencapaian.
Buku Standar pelayanan minimal rumah sakit
(SPM-RS),ini di susun oleh Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
Bekerjasama dengan Asosiasi Rumah Sakit Daerah
(ARSADA), Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) dan
lintas sektor dan lintas program terkait. Isi buku ini
diawali dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Buku ini dengan jelas menguraikan Jenis-jenis
pelayanan rumah sakit, SPM setiap jenis pelayanan,
indicator dan standart pelayanan. SPM-SR sebagai
pedoman bagi rumah sakit Pemerintah dan Swasta
agar ada kesamaan dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Diharapkan SPM-RS ini dapat digunakan oleh perangkat daerah untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional
serta dapat dijadikan bahan akuntabilitas kinerja
rumah sakit. l
Buku ini disumendiagnosa
Judul
: Keputusan Menteri Kesehatan sun oleh Direkmelainkan organ
Republik Indonesia Nomor 008/Menkes/
torat Jenderal Bina
atau sistem dan
SK/1/2009 Tentang Standar Pelayanan
Pelayanan Medik.
memberikan penKedokteran Nuklir di Sarana Pelayanan
Terdiri dari Pendagobatan.
Kesehatan
huluan, yang berisi
Standar strukPengarang : Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
tentang definisi
tur organisasi
Medik Departemen Kesehatan
pelayanan kedokdan administrasi
Impresum : Jakarta, Departemen Kesehatan RI.,2009
teran nuklir, ruang
adalah sistem yang
Tebal : 49 halaman
lingkup pelayanan
mengatur jalur
kedokteran nuklir,
komando dan jalur
serta karakteristik kamera gamma pada pelayanan
koordinasi yang menetapkan tanggung jawab penye­
kedokteran nuklir.
lenggaraan dan pelaksanaan pelayanan,pendidikan dan
Visinya adalah mencapai pelayanan kedokteran nuklir penelitian. Dalam kegiatan administrasi tergambar 3 jalur
yang prima dan misi yang mempertimbangkan ruang
sistem, yaitu alur pelayanan pasien, alur pencatatan dan
lingkup dari peran dan fungsi pelayanan kedokteran
pelaporan serta alur keuangan.
nuklir, kebutuhan masyarakat dan kemampuan atau
Standar fasilitas dan peralatan kedokteran nuklir harus
potensi yang dimiliki.
memperhatikan prinsip kehatian –hatian dan kenyamanFalsafah Pelayanan Kedokteran Nuklir pada dasarnya
an dan memenuhi persyaratan dan disesauaikan dengan
adalah tindakan medik yang mengutamakan keselamatan, jenis klasifikasi yaitu Klasifikasi pelayanan Kedokteran
efektif, tertib dan manusiawi berdasarkan ilmu kedokteran Nuklir adalah sebagai berikut pelayanan nuklir pratama,
yang menggunakan radionuklir atau radioformana yang
pelayan­an kedokteran nuklir madya dan pelayanan
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dan terkedokteran nuklir utama.Ruangan pelayanan kedokteran
latih serta mengutamakan keselamatan.Tujuan pelayan­an nuklir harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
kedokteran nuklir adalah memberikan pelayanan untuk
BAPETEN. l(parna)
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Info Sehat
You Can Control
Your Asthma
gan faktor keturunan, ini diakibatkan gen penyebab asma. Jadi, jika
ayah atau ibu kena asma, makin
tinggi risiko anak terkena asma.
Bahkan, meski ayah atau ibu tidak
punya asma, tapi kalau kakek atau
neneknya menderita asma, anak
pun bisa terkena.
M
enurut WHO, sebanyak 100
- 150 juta penduduk dunia
adalah penyandang asma.
Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya.
Sementara di Indonesia, menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terdapat 4% prevalensi Asma.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta berarti terdapat sekitar
10 juta penderita asma di Indonesia,
dimana sebagian besarnya adalah
anak-anak.
Untuk mengingatkan pentingnya upaya pengendalian asma,
setiap tanggal 1 Mei diperingati
sebagai Hari Asma Sedunia. “You
Can Control Your Asthma” ditetapkan sebagai tema kampanye global.
Dengan slogan ini diharapkan
penderita asma tetap dapat hidup
normal dengan kualitas hidup yang
maksimal apabila mampu mengelola asma dan mengontrol kesehat-
annya secara teratur.
Asma adalah suatu penyakit saluran napas yang ditandai
dengan penyempitan jalan napas.
Gejalanya bisa timbul dan hilang
dengan sendirinya. Karena terjadi
penyempitan jalan napas, maka
gejalanya adalah sesak napas pada
saat muncul serangan.
Mengapa penderita asma mengeluarkan bunyi ngik-ngik?
Proses bernapas itu ada dua,
mengeluarkan napas dan inspirasi.
Sesak napas terjadi saat mengeluarkan napas, bukan saat menarik
napas. Karena terjadi penyempitan
saluran napas, maka pada saat
mengeluarkan napas, seringkali
mengeluarkan bunyi ngik-ngik atau
disebut pula mengik.
Apakah asma penyakit keturunan?
Penyakit ini erat kaitannya den-
Kapan penyakit asma muncul?
Asma bisa muncul kapan saja,
tak selalu malam atau pagi hari seperti yang selama ini banyak diyakini.
Yang harus diperhatikan adalah
gejala penyakit lain yang mirip
gejala asma seperti bronkhitis atau
sinusitis. Jadi, munculnya serangan
asma seringkali tak ada hubungannya dengan siang atau malam hari.
Kalau penyebabnya alergen yang
ada di rumah, biasanya serangan
muncul malam menjelang dinihari.
Pasalnya, penderita pada malam
hari lebih banyak terpapar alergen.
Apa saja pemicu asma?
Selain dipicu oleh alergen (debu
rumah, spora jamur, asap, bulu binatang, dan sebagainya), asma juga
bisa aktivitas tubuh atau kelelahan,
dan bahkan karena emosi dan stres.
Benarkah stigma bahwa asma
tidak dapat disembuhkan?
Asma pada anak sebetulnya bisa
disembuhkan dengan pengobatan
yang rasional, yaitu memakai obatobat yang kerjanya disesuaikan
dengan gejala dan sasarannya.
Kalau pun tak bisa disembuhkan,
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
Info Sehat
asma bisa dikelola, sehingga anak
tetap mempunyai kualitas hidup
yang baik, bisa berprestasi dan
anak tetap sehat bersama asmanya.
Bagaimana cara pencegahan asma?
Menjaga kebugaran dengan
olahraga yang cukup adalah kunci
utama. Dengan begitu, penderita
asma khususnya anak-anak, bisa
tetap berprestasi.
Bagaimana memilih obat asma
yang tepat?
Pengobatan asma terkadang me-
makan waktu lama. Jadi, sebaiknya
pakailah obat yang memiliki sedikit
efek samping. Berarti, jenis, dosis
dan cara pemakaian yang tepat
harus benar-benar diperhatikan
termasuk waktu pemberian obat.
Benarkah mitos antibiotik dapat
mencetuskan asma?
Dulu antibiotik disebut mencetuskan asma tapi akhir-akhir
ini dibantah, justu karena asma
diberi antibiotik (misal pada kasus
influenza di Indonesia) seolah-olah
menimbulkan asma, memicu asma.
Bagaimana mengetahui alergen
penyebab alergi?
Untuk mengetahui alergen
penyebab alergi dapat dilakukan
tes alergi. Tes alergi ini dilakukan
oleh dokter,dengan tujuan untuk
mengetahui apakah penderita sensitif terhadap alergen tertentu. Jika
hasilnya positif, perlu ditanyakan
kepada orangnya apakah benar
sensitif terhadap alergen tersebut.
Tes alergi ini tidak menyakitkan dan
biayanya sekitar Rp 350.000,-l
(gi dari berbagai sumber)
Hindari Hipertensi,
Kurangi Konsumsi Garam
Gemar makanan
asin? Hati-hati,
bahaya hipertensi
menghadang Anda.
Garam sangat akrab
dengan kita. Bahkan
sejak ribuan tahun
yang lalu garam
telah difungsikan
sebagai bahan penyedap masakan dan
pengawet makanan.
10
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
N
amun tahukah Anda? Meski
enak di lidah, garam bisa
mengganggu kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara berlebih.
Tepatnya, garam dianggap sebagai
pemicu penyakit darah tinggi alias
hipertensi. Itu sebabnya, bukan cuma
orang gedongan yang bisa kena darah tinggi, jika masih banyak rakyat
kecil yang menu hariannya ikan asin. Mengapa garam berbahaya?
Dalam garam dapur terkandung
unsur sodium dan natrium chlor
(NaCl). Sodium, penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam
tubuh, serta baik untuk kesehatan
syaraf dan otot. Natrium penting
dalam proses pertukaran zat makanan lama dengan yang baru. Kelancaran proses pertukaran sisa makanan di dalam tubuh, tergantung pada
kadar natrium di dalam sel.
Tubuh sebenarnya hanya memerlukan sekitar 5 gr atau 1 sendok teh
garam per hari. Namun umumnya
dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi garam kita dapat mencapai 15
gram, bahkan lebih.
Bagaimana dengan ikan asin?
Menu asin terbentuk lebih karena
budaya orang urban manakala rasa
enak garam dapur ditemukan. Budaya gemar garam tanpa disadari telah
merongrong ginjal untuk bekerja
lebih keras membuang kelebihan
natrium (sodium) dari garam yang
ditelan setiap hari.
Kendati masyarakat paham bahwa konsumsi garam berlebihan akan
membahayakan kesehatan, namun
konsumsi garam masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi. Angka
Info Sehat
adalah buah-buahan, seperti pisang,
jeruk, dan lain-lain yang perlu dikonsumsi secara alami. Penyakit hipertensi digolongkan sebagai the silent
disease karena umumnya penderita
tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya.
prevalensi hipertensi di negara ini
berdasarkan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) 2007 mencapai 30% dari
populasi. Dari jumlah itu, 60% pende­
rita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan.
resah. Meski tanpa garam, dijamin
masakan Anda tak kalah sedap.
Caranya, cobalah berani memakai
bumbu masak yang beraroma tajam
(banyak memakai rempah-rempah),
pedas, juga cita rasa yang menyegarkan dengan tambahan jeruk nipis.
Bagaimana mengurangi garam?
Jadi, jika ingin sehat, kurangi konsumsi garam. Memang tidak mudah
melakukannya, karena makanan akan
terasa hambar dan badan jadi lemas.
Padahal, tanpa mengonsumsi garam
dapur pun, tubuh seseorang tak akan
kekurangan sodium dan natrium.
Sebab, garam alami bisa didapatkan
dari bahan makanan lain seperti sayur-sayuran dan hasil laut. Makananmakanan segar seperti ikan, daging,
telur, sayur, bahkan buah-buahan
mengandung garam. Tetapi, jumlahnya tidak berlebihan dan cukup untuk
memelihara kesehatan.
Tentang rasa sebenarnya tak perlu
Bagaimana mengontrol konsumsi
garam?
Konsumsi garam menjadi sulit
dikontrol, terutama jika kita terbiasa
mengonsumsi makanan di luar
rumah (warung, restoran, hotel, dan
lain-lain). Apalagi jika indra perasa
kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga
sulit untuk menerima makanan yang
agak tawar.
Untuk mengimbangi efek buruk
garam, penting bagi kita mengkonsumi kalium (potasium) yang
cara kerjanya adalah kebalikan dari
natrium. Sumber kalium yang baik
Apa itu Hipertensi?
“Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darah sistolik/ diastoliknya
melebihi 140/90 mmHg, sedangkan
tekanan darah normalnya 120/80
mmHg, jelas Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
dr. Tjandra Yoga Aditama saat membuka seminar dalam rangka peringatan Hari Hipertensi Sedunia (11/6).
Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung
secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal, dan lain-lain. Dampak yang
dapat ditimbulkan oleh hipertensi
adalah kerusakan ginjal, perdarahan
pada selaput bening (retina mata),
pecahnya pembuluh darah di otak,
serta kelumpuhan.
Hipertensi sesungguhnya dapat
dicegah dengan pengaturan pola
makan yang baik dan aktivitas fisik
yang cukup. Di samping itu, penting mengendalikan stres yang bisa
memicu kenaikan tekanan darah.
Pengaturan menu bagi penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan
empat cara. Pertama adalah diet
rendah garam. Kedua, diet rendah
kolesterol dan lemak terbatas. Ketiga,
diet tinggi serat. Keempat, diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Nah, mulai sekarang cobalah
hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan garam pada tubuh. l
(gi dari berbagai sumber)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
11
Info Sehat
Lebih Jauh Meningitis
M
eningitis meningokokus
adalah penyakit radang
selaput otak / sumsum
tulang belakang yang terjadi secara
akut. Penyakit ini cepat menular,
dapat menyebabkan kematian dan
bila sembuh dapat meninggalkan
gejala sisa akibat kerusakan di otak.
Apa nama lain penyakit
Meningitis ?
Penyakit ini dikenal juga dengan
nama Meningococcal infection;
atau Carebrospinal fever; atau Meningococcemia
Apa gejala atau tanda-tanda
klinis penyakit Meningitis
• Demam (panas tinggi) yang
mendadak,
• Nyeri kepala,
• Mual, muntah,
• Kaku kuduk,
• Ketahanan yang melemah,
• Kemerahan dikulit yang berupa
“petechiae” atau “vesicular” dan
pada stadium lanjut kesadaran
menurun sampai koma
Apa penyebab penyakit
Meningitis ?
Penyebab penyakit meningitis
adalah bakteri Neisseriae meningitidis (N.meningitidis) disebut juga
Meningokokus Neisseriae adalah
sekelompok kokus gram negatif.
Ciri khas organisma ini adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Berapa lama masasa inkubasinya ?
Masa inkubasi bervariasi antara 2
- 10 hari, umumnya 3 - 4 hari
Ada berapa jenis Meningitis ?
Meningokokus ini dapat dikiasifika-
12
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
sikan dalam beberapa group yaitu
A, B, C, D, I, H, K, L, X, Y, Z, W-135 dan
29 E. Group A sering sebagai penyebab wabah, sedangkan dalam
keadaan endemis umumnya group
B dan C. Kuman ini dapat dimatikan cepat dengan pengeringan,
sinar matahari, pemanasan basah
dan desinfektan, tetapi tahan pada
pembekuan (udara dingin).
Apakah orang terpapar bakteri
meningitis pasti sakit ?
Orang yang terpapar bakteri N.
meningtidis dapat berkembang
menjadi dua kemungkinan yaitu :
• Orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala sakit,
walaupun kumannyabersarang
didalam nasofaring, orang
tersebut sebagai ‘carrier’.
• Orang yang terinfeksi menjadi
penderita Meningitis meningokokus. Kuman N. mengitidis
akan masuk kedalam tubuh
kemudian menyebar lewat
aliran darah yang dapat meng­
akibatkan lesi metastatik pada
berbagai tempat di badan misalnya kulit, meningen, persendian, mata dan paru-paru.
Siapa tuan rumah (Reservoir)
bakteri meningitis ?
Manusia adalah satu-satunya tuan
rumah (reservoir) alami bagi Neisseriae meningitidis patogen.
Kelainan Pasca Meningitis
Penderita Meningitis meningokokus yang sudah diobati dapat
ditemukan gejala sisa (squale),
berupa hydrocefalus, tuli, buta dan
para paresis.
Bagaimana penularannya ?
Penularan pada umumnya melalui
kontak Iangsung (erat) dengan
kasus atau “Carrier” nya. Pada jarak
lebih dan 100 cm diduga dapat
menghindari penularan meningokokus. Penularan penyakit masih
dapat berlangsung terus hingga 24
jam setelah pengobatan.
Bagaimana pencegahannya ?
• Vaksinasi Meningitis yang
mengan­dung grup A,C,W – 135
dan Y
• Menghindari kontak langsung
dan terpapar dengan droplet
infeksi
• Menghindari kepadatan/keramaian
Bagaimana perjalanan penyakit ?.
Kuman N. meningitidis masuk kedalam tubuh manusia melalui
saluran nafas bagian atas. Kondisi
ini akan mempermudah masuknya
bakteri kedalam tubuh yang kemudian akan berkembang biak di
selaput nasofaring.
Apa yang dimaksud kontak ?
Adalah orang-orang yang dekat
dengan penderita baik satu kamar,
satu lantai, satu pondokan atau
satu pesawat dengan penderita. l
(Smd, Dirjen P2PL)
Info Sehat
Kangkung Sebagai Anti Racun
K
Lingkar Pinggang
Indikator Kesehatan
B
anyaknya lemak di pinggang
adalah salah satu peringatan
untuk mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat lagi.
Menurut sebuah kampanye antiobesitas di Inggris, mengukur lingkar
pinggang dengan meteran adalah tolok
ukur kesehatan yang lebih akurat daripada menimbang berat badan. Dengan
mengukur lingkar pinggang, resiko
terkena diabetes tipe 2 dan penyakit
jantung dapat diprediksi lebih akurat.
Mereka yang mempunyai resiko paling tinggi untuk terkena penyakit yang
bersangkutan dengan obesitas adalah
pria yang mempunyai lingkar pinggang
lebih dari 101 cm (40 inci) dan wanita
dengan lingkar pinggang lebih dari 89
cm (35 inci).
Sebuat riset yang dilakukan di Universitas Birmingham, Inggris menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang bukanlah bongkahan lemak yang
pasif melainkan sel-sel aktif berlebih
yang dapat mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah
dan kolesterol dalam darah.
Penyakit seperti jantung dan diabetes kini tak lagi menghantui mereka
yang nampak berisi dari luar, namun
juga orang-orang yang kelihatan langsing. Maka jangan pernah lengah. l
angkung berasal dari India, lalu
menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, China Selatan, Australia,
dan Afrika. Di Indonesia, kangkung bisa
ditemukan di hampir seluruh daerah.
Selain untuk enak untuk dimakan,
kangkung ternyata juga berkhasiat
sebagai anti racun dan bisa mengobati
berbagai gangguan kesehatan.
Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina,
memasukkan kangkung ke dalam kelompok tanaman penyembuh
ajaib. Kangkung dianggap sebagai pengusir racun dari tubuh. Di
negara itu, tanaman ini dipakai untuk menyembuhkan sembelit dan
obat bagi mereka yang sedang melakukan diet. Akar kangkung juga
berguna untuk mengobati penyakit wasir. Kangkung ternyata juga
memiliki manfaat sangat tinggi. Itu karena mengandung vitamin A,
B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten,
hentriakontan, sitosterol. l
Cara Membedakan
Madu yang Asli
dan Palsu
M
adu banyak dikonsumsi
orang untuk mencegah penyakit. Biasanya
dikonsumsi 1 hingga 2 kali sehari
sebanyak satu sendok makan.
Namun bagaimana cara mengetahui madu yang asli dan yang
palsu?
1. Mencampurnya dengan
kuning telur. Campurkan dua
sendok makan madu dengan
kuning telur, lalu kocok. Jika
kuning telur tampak mengkristal seperti matang, maka
madu Anda asli.
2. Kocok madu dalam botol.
Madu yang asli jika dikocok
akan berbusa. Busa dan udara
yang terbentuk akan naik dan
menekan tutup botol sehingga
ketika tutup botol dibuka akan
terdengar suara letupan kecil.
3. Teteskan madu pada kertas
koran. Jika madu yang Anda
miliki adalah madu yang asli,
tidak mudah diserap kertas,
karena kadar air yang terkandung di dalam madu asli lebih
rendah dibandingkan madu
palsu.
4. Madu asli memiliki rasa lebih
asam. Madu yang palsu memiliki rasa lebih manis karena
ditambahkan gula, sehingga
akan dikerubungi oleh semut
jika dibiarkan dalam keadaan
terbuka. l
(gi dr berbagai sumber)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
13
Info Sehat
Amankah Kosmetika Anda?
K
ulit wajah Anda gatal-gatal,
memerah, dan ada titik-titik
hitam setelah menggunakan
kosmetika baru? Atau rambut anda
pecah-pecah, kering, kusam dan
berketombe? Hati-hati, bisa jadi
bukan cantik dan rambut indah yang
diperoleh melainkan tampilan yang
tak enak dipandang karena ternyata
dalam kosmetika anda mengandung
bahan berbahaya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Dr. Husniah Rubiana
Thamrin Akib kembali mengumunkan 70 jenis kosmetika yang mengandung bahan berbahaya dan bahan
yang dilarang. Bahan berbahaya ini
terdapat dalam kosmetika rias wajah
dan rias mata (18 merek), kosmetika
pewarna rambut (7 merek), kosmetika
perawatan kulit (44 merek) dan kosmetika sediaan mandi (1 merek).
Dari sejumlah produk tersebut
terdapat merek produk kosmetika
ternama yaitu Ponds Detox Complete Beauty Care Make Up Kit, dan
Olay 4 in 1 Complete Make Up. Ponds
mengandung zat Merah K.3 dan K.10,
sedangkan Olay mengandung zat
Merah K.10.
Husniah mengatakan, dua produk
ternama yang mengandung zat
berbahaya Ponds dan Olay tak terdaftar di BPOM. “Keduanya itu bukan
produk asli karena perusahaan
Ponds dan Olay tidak mengeluarkan
varian itu, tapi sebagai public warning kami sebut sesuai merek yang
tercantum di kemasan,” ujarnya.
Kosmetika berbahaya ini sempat
beredar di pasaran termasuk di pasar
tradisional, pasar modern, dan salonsalon kecantikan. Harganya pun bervariasi mulai dari yang murah sampai
ratusan ribu rupiah.
Husniah mengatakan, kandung­
14
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
an zat warna Merah K.3 dan K.10
sangat berbahaya untuk kulit. ”Bisa
menyebabkan kanker kulit karena
merupakan zat warna sintetis yang
biasanya digunakan untuk pewarna
kertas,” ujarnya.
Temuan adanya Merkuri, Hidrokinon, Asam Retinoat, Zat Warna Merah
K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin
B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) dalam
kosmetika, berdasarkan uji sampling
di laboratorium BPOM sejak September 2008 hingga Mei 2009. Atas
temuannya, BPOM meminta aparat
berwenang segera menarik peredaran sejumlah produk berbahaya itu.
“Karena efek penggunaannya sangat
membahayakan kesehatan”, tegas
Husniah.
Merkuri/ Air Raksa termasuk
logam berat berbahaya yang dalam
jumlah sedikitpun dapat bersifat
racun. Dampak penggunaannya
dapat mengakibatkan kerusakan
permanen pada susunan saraf otak,
ginjal dan gangguan perkembangan
janin.
Hidrokinon termasuk golongan
obat keras yang hanya digunakan
berdasarkan resep dokter. Bila tidak,
dapat menyebabkan iritasi kulit yaitu
kulit menjadi merah dan rasa terbakar serta bercak-bercak hitam.
Asam Retinoat/ Tretinoin/ Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit
kering, rasa terbakar dan cacat pada
janin. Bahan kimia ini tidak hanya
berbahaya bagi ibu hamil, tetapi
juga bagi wanita usia produktif yang
merencanakan kehamilan.
Bahan pewarna Merah K.3 (Cl
15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan
Jingga K.1 (Cl 12075) merupakan zat
sintetis yang biasa digunakan sebagai
pewarna kertas, tekstil atau tinta. Zat
warna ini dapat menyebabkan kanker.
Masyarakat diimbau agar tidak
membeli kosmetika yang mengan­
dung bahan berbahaya karena
membahayakan. Bagi masyarakat
yang memerlukan informasi lebih
lanjut atau yang menemukan produk
tersebut dapat menghubungi Badan
POM RI melalui Unit Layanan Peng­
aduan Konsumen di nomor telepon
021-4263333 dan 021-32199000 atau
melalui e-mail [email protected] dan
[email protected] atau
melihat di website Badan POM, www.
pom.go.id. l
Media
Utama
Ancaman
Virus H1N1
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
15
Media Utama
Virus H1N1
MASYARAKAT
HARUS TETAP WASPADA
Meskipun angka kematian influenza A
H1N1 di dunia sangat rendah yakni 0,4%,
namun penularannya sangat cepat. Karena
itu masyarakat dihimbau tetap waspada dan
senantiasa menjaga kesehatan dan membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
16
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
S
alah satu kebiasaan
pola hidup bersih
dan sehat, diantaranya mencuci
tangan dengan sabun,
ketika batuk dan
bersin tutup hidung
dan mulut dengan sapu tangan/tisu.
Apabila ada gejala flu minum obat
penurun panas, menggunakan
masker serta tidak ke kantor/sekolah atau tempat-tempat keramaian
Media Utama
dan istirahat di rumah selama 5 hari.
Apabila dalam 2 hari flu tidak membaik segera ke dokter.
Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr.
Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada
para wartawan usai memimpin
Rapat Koordinasi Tim Kesiapsiagaan
Penanggulangan Influenza A H1N1
di Depkes Jakarta. Menurut Menkes,
kematian yang terjadi pada pasien
positif influenza A H1N1 pada umum­
nya tidak disebabkan oleh virus A
H1N1, tetapi karena penyakit lain
yang menyertainya seperti orang
dalam kondisi lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia),
ibu hamil serta Balita dengan gizi
kurang.
Kendati demikian, untuk mencegah penyebaran influenza A H1N1
yang lebih luas di Indonesia upaya
kesiapsiagaan tetap dijalankan
yaitu : penguatan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (thermal scanner dan
Health Alert Card wajib diisi); penyi­
apan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak;
penguatan surveilans ILI; penguatan
laboratorium, komunikasi, edukasi
dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).
Masyarakat yang memerlukan informasi tentang perkembangan kasus
influenza A H1N1 dapat mengakses
melalui website Depkes : www.
depkes.go.id.
Upaya lainnya berupa community surveilans, yaitu masyarakat
yang merasa sakit flu ringan segera
melapor ke Puskesmas, sedangkan
yang flu berat segera ke rumah sakit.
Selain itu, clinical surveilans yaitu diadakan surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di
Puskesmas dan rumah sakit untuk
mencari kasus-kasus yang berat.
Sedangkan kasus-kasus yang ringan
"Cadangan obat
oseltamivir untuk
mencegah perkembangan virus flu
burung yang juga
dapat digunakan untuk influenza A H1N1
sangat cukup."
Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp. JP (K)
tidak perlu perawatan di rumah sakit,
tambah Menkes.
Berkaitan dengan meningkatnya
jumlah pasien suspek di Jakarta,
Menkes mengharapkan rumah sakit
swasta yang merawat pasien suspek
influenza H1N1 tidak memindahkan
pasien atau merujuk ke RS Penyakit
Infeksi Sulianti Saroso atau RS Persahabatan. Perawatan pasien influenza
A H1N1 di Jakarta akan dilakukan di
RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso,
sedangkan RS Persahabatan khusus
untuk merawat pasien flu burung
(H5N1), ujar Menkes.
Sampai tanggal 22 Juli 2009,
secara kumulatif kasus influenza A
H1N1 positif di Indonesia berjumlah
293 orang terdiri dari 77 laki-laki dan
65 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24
Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli
(12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24
kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli ( 22
kasus) dan tanggal 14 Juli (26 kasus),
15 Juli ( 30 kasus), 16 Juli ( 15 kasus),
20 Juli ( 15 kasus), 22 Juli (67 kasus).
Sebaran penyakit influenza A
H1N1 sudah mencapai 13 provinsi
yaitu : DKI Jakarta (132 kasus), Banten
( 34 kasus), Jawa Barat (17 kasus),
Bali (22 kasus), Jawa Timur (5 kasus),
DI Yogyakarta ( 4 kasus), Sumatera
Utara (9 kasus), Lampung (2 kasus),
Kalimantan Timur (2 kasus), Sulawesi
Utara (3 kasus), Jawa Tengah (3
kasus), Sumatera Selatan (1 kasus),
Kepulauan Riau (1 kasus) dan tidak
ada data (4 kasus).
Sedangkan berdasarkan kewarganegaraan, sebanyak 203 orang
Warga Negara Indonesia dan 36
orang warga negara asing. Berdasarkan kelompok umur, yang paling
banyak adalah kelompok umur 20-60
tahun sebanyak 64 kasus, disusul
umur 0-19 tahun 59 kasus, lebih 60
tahun 1 orang dan tidak ada data
115 kasus.
Respon Pemerintah
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp. JP (K) mengambil langkah cepat
merespon pengumuman Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang menaikkan status penyebaran penyakit
influenza A H1N1 atau yang lebih populer disebut flu babi dari fase 5 ke
fase 6. Peningkatan status dari fase 5
(adanya sinyal kuat pandemi) ke fase
6 (pandemi/wabah) menunjukkan
betapa seriusnya masalah tersebut.
Penyakit ini sangat menular melalui
kontak langsung dari manusia ke
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
17
Media Utama
manusia lewat batuk, bersin atau
benda-benda yang pernah disentuh
oleh penderita.
Sampai 11 Juni 2009 kasus ini
telah dilaporkan oleh 74 negara
dengan jumlah penderita 28.774
orang. Dari jumlah itu 144 orang diantaranya meninggal dunia dengan
angka kematian setengah persen.
Hal itu disampaikan Menkes
kepada para wartawan di ruang VIP
Bandara Juanda Surabaya tanggal 12
Juni 2009 usai melakukan kunjungan
kerja dua hari ke Jember dan Probolinggo, Jawa Timur.
Melalui surat edaran No. 422/Menkes/VI/2009 tanggal 12 Juni 2009,
Menkes minta Gubernur mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di
lingkungan Pemerintah provinsi, Kabupaten/kota, UPT Pusat di daerah,
TNI dan Polri maupun bekerja sama
dengan tokoh-tokoh masyarakat dan
lembaga swadaya masyarakat guna
menjalin kemitraan dan kebersama­
an dalam menghadapi pandemi
influenza A H1N1. Selain itu, mela-
kukan komunikasi, informasi dan
edukasi kepada masyarakat dengan
menggunakan media komunikasi
yang ada guna meningkatkan penge­
tahuan dan kesadaran masyarakat
sehingga masyarakat waspada, tidak
panik dan mengerti cara-cara mencegah dan tindakan yang seharusnya
dilakukan bila sakit dan dicurigai
menderita influenza H1N1.
Sebelumnya, pada hari yang
sama Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama juga mengadakan pertemuan
dengan para Kepala Dinas Kesehatan
Prov, Kabupaten dan Kota seluruh
Indonesia di Surabaya untuk mensosialisasikan peningkatan status
Influenza A H1N1 dari fase sinyal
kuat pandemi ke fase pandemi.
Menjawab pertanyaan wartawan,
Menkes menegaskan cadangan obat
oseltamivir untuk mencegah per­
kembangan virus flu burung yang
juga dapat digunakan untuk influenza A H1N1 sangat cukup.
Waspada
Influenza A
J
angan anggap enteng influenza A
H1N1. Penyakit influenza atau flu disebabkan oleh virus influenza. Penyakit
yang disebabkan oleh virus belum ada
obatnya. Obat yang ada adalah untuk
mengobati gejala/symptomnya. Virus
influenza banyak jenis/spesiesnya, ada
influenza A, B dan C.
18
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, ujar Menkes
sudah dilakukan Depkes sejak
kasus tersebut muncul pertama
kali di Meksiko dan Amerika Serikat.
Depkes telah menetapkan enam
langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza H1N1, yaitu
pengamatan penyakit di terminal
kedatangan internasional dengan
memasang thermal scanner dan
pemberian kartu Health Alert Card,
meningkatkan surveilans penyakit
serupa influenza (ILI) dan pneumonia
di 100 sentinel, menyiapkan oseltamivir, dan menyiapkan 100 rumah
sakit rujukan, menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan sampel dan
menyebarluaskan informasi kepada
masyarakat luas, ujar Menkes.
Menurut Menkes, upaya-upaya
tersebut dilakukan agar masyarakat
lebih meningkat kewaspadaannya
terhadap penyakit Influenza A H1N1
dengan status pandemi. Penyakit ini
menular antar manusia, walaupun
angka kematiannya rendah. l(Smd)
Media Utama
Sedangkan influenza A juga
banyak spesies atau jenisnya, seperti influenza A H1N1 yang menyebabkan wabah flu Spanyol tahun
1918, influenza H2N2 yang menyebabkan flu Asia tahun 1957, influenza A H3N2 yang menyebabkan
flu Hongkong tahun 1968, influenza A H5N1 atau flu burung yang
merebak sejak tahun 2005 hingga
sekarang dan influenza A H1N1
yang semula disebut swine flu atau
flu babi yang muncul pertama kali
di Meksiko dan Amerika Serikat
awal April 2009 dan dinyatakan
pandemi oleh WHO sejak tanggal
11 Juni 2009 hingga sekarang.
Pasien influenza dibagi dalam
tiga kategori, yakni suspect, probable, konfirmasi.
1. Suspek
Seseorang dengan gejala infeksi
pernapasan akut ( demam dengan
suhu tubuh 38 derajat Celcius atau
lebih ), mulai dari yang ringan (
Influenza Like Illnes/ILI) sampai
pneumonia, ditambah salah satu
keadaan di bawah ini :
• Dalam tujuh hari sebelum sakit
kontak dengan kasus konfirmasi flu A H1N1 yang baru.
• Dalam tujuh hari sebelum
sakit berkunjung ke area yang
terdapat satu atau lebih kasus
konfirmasi flu A H1N1
2. Probable
Seseorang dengan gejala di atas,
disertai hasil pemeriksaaan laboratorium positif terhadap flu A H1N1,
tapi sub tipenya tidak dapat diketahui dengan menggunakan reagen
influenza musiman. Atau seseorang
yang meninggal karena penyakit
infeksi saluran pernapasan akut
yang tidak diketahui penyebabnya
dan berhubungan secara epidemiologi dengan kasus probable atau
konfirmasi.
3. Konfirmasi
Seseorang dengan gejala di atas
sudah dikonfirmasi laboratorium
influenza A H1N1 dengan pemeriksaan satu atau lebih tes di bawah
ini :
• Real Time Reverse TranscriptasePolymerase Chain Reaction ( RT
PCR )
• Kultur virus
• Peningkatan empat kali antibody spesifik influenza A H1N1
dengan netralisasi tes
Penularan
Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia
ke manusia lewat batuk, bersin atau
benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena
itu penyebarannya sangat cepat.
Namun angka kematiannya sangat
rendah yakni 0,4%. Kematian yang
terjadi pada pasien positif influenza
A H1N1 pada umumnya bukan
disebabkan karena virus A H1N1
tetapi penyakit lain yang menyertainya seperti orang dalam kondisi
lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS,
lanjut usia (lansia) serta Balita dengan gizi kurang.
Pencegahan
• Selalu menerapkan pola hidup
bersih dan sehat, dengan membiasakan diri mencuci tangan
dengan sabun atau antiseptik.
• Melaksanakan etika batuk dan
bersih yang benar yaitu menutup mulut dan hidung dengan
sapu tangan atau tisu.
• Minum obat penurun panas
bila sakit dengan gejala influenza, dan kenakan masker serta
istirahat (tidak ke kantor atau
ke sekolah) di rumah selama 5
hari. Apabila dalam 2 hari sakit
flu tidak membaik segera ke
dokter.
• Waspadalah bila orang di
sekitar kita menderita gejala flu
seperti batuk, pilek dan demam,
apalagi jika orang itu baru kembali dari luar negeri.
• Selalu menjaga kesehatan dengan makanan bergizi, bisa juga
dengan tambahan suplemen
dan istirahat yang cukup serta
berolahraga secara teratur.
Pengobatan
Saat ini influenza A H1N1 sudah
melanda dunia (dinyatakan pandemi oleh WHO sejak 11 Juni 2009
hingga sekarang). Di Indonesia juga
sudah banyak ditemukan kasus
positif.
Karena itu, jangan menunggu
sakit flu tambah berat. Kalau merasa flu segera minum obat penurun
panas. Bila dua hari flu juga tidak
membaik segera periksa ke dokter.
Apabila ada gejala flu berat,
dokter akan merujuk ke rumah
sakit. Di rumah sakit, mereka yang
diduga (suspek) influenza A H1N1
berat dirawat di ruang isolasi, dan
diberikan obat oseltamivir/tamiflu.
Spesimennya diperiksa di laboratorium rumah sakit/laboratorium
regional dan dikonfirmasi di Laboratorium rujukan di Laboratorium
Badan Litbangkes Depkes Jakarta.
Kalau hasilnya positif, maka pasien
dirawat di ruang isolasi selama 7
hari. Setelah kondisinya sehat boleh
pulang. l
(Smd dari berbagai sumber)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
19
Media Utama
Seputar Influenza A
H1N1
Apa yang dimaksud
dengan influenza A
H1N1?
Influenza A H1N1
merupakan influenza
(flu) yang semula
disebut flu babi
disebabkan oleh virus influenza tipe A
subtipe H1N1 baru
strain Meksiko. Virus
ini berbeda dengan
virus influenza
musiman yang ada
selama ini (seasonal
influenza), atau virus
influenza A H1N1
yang pernah menjadi wabah di Spanyol
tahun 1918.
20
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Apa perbedaan influenza A H1N1
dengan flu biasa atau flu burung?
Influenza A H1N1 ditemukan pertama kali 12 April 2009 di Meksiko.
Penyakit ini penyebarannya sangat
cepat walaupun angka kematiannya
di seluruh dunia rendah (0,4%). Pada
25 April 2009 WHO menetapkan
Influenza A H1N1 sebagai PHEIC
(Public Health Emergency Internacional Concerns) fase 3. Tanggal
27 April dinaikkan menjadi fase 4
dan tanggal 29 April dinaikkan lagi
menjadi fase 5 dan pada tanggal 11
Juni ditingkatkan lagi menjasi fase 6.
Menurut catatan WHO sampai 6 Juli,
influenza A H1N1 telah menyebar ke
135 negara menyebabkan 94.512
orang positif influenza A H1N1, dan
429 kasus orang diantaranya meninggal dunia.
Virus ini sudah ada di Indonesia, sampai dengan 20 Juli 2009 di
Indonesia sudah ditemukan 293
kasus positif Influenza A H1N1 terdiri
dari 36 Warga Negara Asing dan 203
warga Negara Indonesia
Sedangkan flu biasa atau musiman
adalah flu yang disebabkan oleh virus
flu A sub tipe H1N1 (strain Spanyol),
H2N2 dan H3N2. Virus ini endemik di
beberapa Negara. Di negara dengan
4 musim, flu ini angka kematiannya
lebih tinggi dibandingkan dengan
influenza A H1Ni yaitu (5% -15%).
Adapun flu burung disebabkan
virus influenza A H5N1. Virus ini terdapat pada unggas (utamanya ayam
dan bebek) tetapi dapat menular ke
manusia. Virus ini menular ke manusia melalui air liur, lendir dan kotoran
unggas yang sakit. Dapat juga menular melalui udara yang tercemar oleh
virus H5N1 yang berasal dari kotoran
unggas yang sakit. Virus influenza A
H5N1 lebih virulen/ganas dibandingkan dengan flu lainnya. Angka
kematiannya lebih dari 80%. Saat ini
di Indonesia penularan flu burung
H5N1 masih dari unggas ke manusia
(fase 3).
Bagaimana seseorang dapat tertular influenza A H1N1?
Virus dapat menular dari manusia ke manusia semudah seperti flu
musiman biasa yang dapat ditularkan lewat paparan percikan ludah
(droplet) seorang yang sakit melalui
batuk atau bersin yang terhirup atau
yang mencemari tangan atau bendabenda yang dipegang penderita.
Bagaimana mencegah agar tidak
tertular influenza A H1N1?
•Menjaga kondisi tubuh tetap
sehat diantaranya makan dengan gizi seimbang dan bila perlu
tambahkan vitamin/suplemen.
•Biasakan cuci tangan pakai sabun/
Media Utama
antiseptik setelah beraktivitas,
•Bila batuk atau bersin menutup
mulut dan hidung dengan saputangan/tisu.
•Apabila ada gejala influenza,
minum obat penurun panas,
gunakan masker dan tidak ke
kantor/sekolah atau tempat-tempat keramaian serta istirahat di
rumah selama 5 hari.
•Apabila dalam 2 hari flu tidak
membaik, segera ke dokter.
•Hindari kontak atau jaga jarak
dengan penderita flu
Apa gejala seseorang menderita flu A
H1N1?
Gejala flu A H1N1 yang dapat
sama dengan seperti flu biasa (influenza like-illnes), seperti demam (>
3800C), batuk, pilek, letih, lesu, sakit
tenggorokan mungkin disertai mual,
muntah dan diare, bila semakin berat
akan mengakibatkan sesak napas
yang menyebabkan terjadinya pneumonia sehingga mengakibatkan
kematian.
Seberapa besar kita harus waspada
terhadap penyebaran flu A H1N1?
Menurut WHO, penyakit ini sangat
sulit dibendung (unstopable). Penyakit ini penularannya sangat cepat,
tetapi angka kamatiannya (case fatality rate) rendah yaitu diseluruh dunia
hanya 0,4%. Karena itu, kita harus
tetap waspada, tetapi tidak perlu
panik. Pahami gejalanya, pelajari cara
penularannya dan ikuti cara pencegahannya agar kita terhindar dari
penularan influenza A H1N1.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
telah menyatakan bahwa flu A
H1N1 telah mencapai fase 6 dalam
kewaspadaan pandemi, apa
yang perlu Anda lakukan untuk
pencegah­an tertular flu A H1N1?
• Hindari kontak dengan orang
yang yang berasal atau baru
bepergian dari negara terjangkit.
• Apabila sangat diperlukan harus
bepergian ke negara terjangkit,
lakukan tindakan pencegah yang
diperlukan seperti cuci tangan
sesering mungkin, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
sekitar, hindari kontak dengan
orang yang sedang flu, dan
menggunakan masker .
• Bila menderita flu, segeralah
periksa ke klinik terdekat, dokter
praktek, Puskesmas, atau
Rumah Sakit. Sehingga semakin
cepat diperiksa kesehatannya
akan semakin cepat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Apakah di Indonesia sudah ada
yang terjangkit flu A H1N1 (strain
Meksiko)?
Pertama kali kasus influenza A
H1N1 masuk ke Indonesia berawal
dari luar negeri (kasus impor, karena
tertular di luar negeri). Akibat mobilitas manusia antar negara, kasus di Indonesia semakin banyak. Penularan
juga terjadi pada orang-orang yang
tidak punya riwayat dari luar negeri.
Sampai tanggal 22 Juli, terdapat 239
kasus yang berasal dari DKI Jakarta,
Banten, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Kalimatan
Timur, dan Kepulauan Riau.
Apakah sudah ada obat atau vakNo.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
21
Media Utama
Virus influenza mati
dalam suhu 75-100°
C.
Virus ini juga mati
setelah bersentuhan
dengan zat kimia
pembunuh kuman,
termasuk klorin, hidrogen peroksida,
detergen (sabun),
iodofor (antiseptic
berbasis iodin), dan
alkohol
sin yang ampuh untuk flu A H1N1?
Sampai saat ini belum ada vaksin
untuk mencegahannya. Obat antiviral yang masih efektif untuk pengobatan adalah Oseltamifir (Tamiflu),
dengan catatan segera mendapatkan pengobatan setelah merasa sakit
flu.
Di mana bisa memperoleh obat
oseltamivir ?
Oseltamivir atau tamiflu adalah
obat stok yang dikendalikan oleh
pemerintah dan tidak diperjualbelikan. Obat ini hanya tersedia di fasilitas kesehatan yang telah ditetapkan
seperti Puskesmas, RS Rujukan dan
Dinas Kesehatan maupun Depkes.
Mengapa influenza A H1N1 disebut flu babi?
Semula WHO menyatakan bahwa
kasus influenza yang pertama kali
berjangkit di Meksiko dan Amerika
Serikat disebut sebagai swine flu
atau flu babi. Tetapi setelah dapat
diidentifikasi virusnya yaitu influenza
A H1N1 yang merupakan gabungan
22
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
antara virus pada manusia dan virus
pada babi. Kendati sudah ditemukan
jenis virusnya, istilah flu babi lebih
populer.
Bagaimana penyakit itu masuk ke
Indonesia?
Walaupun pemerintah sudah
berupaya semaksimal mungkin
untuk mencegah agar tidak masuk
Indonesia, tetapi karena virus influenza A H1N1 sudah menular antar
manusia maka sangat sulit untuk
membendungnya. Bahkan Dirjen
WHO juga menyatakan bahwa influenza A H1N1 unstopable (tidak bisa
dibendung) menyebar ke seluruh
dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Apa upaya pemerintah dalam
menghadapi pandemi flu baru
H1N1?
Upaya kesiapsiagaan menghadapi
pandemi influenza, sudah dilakukan
Depkes sejak kasus tersebut muncul
pertama kali di Meksiko dan Amerika
Serikat. Depkes telah menetapkan
delapan langkah kewaspadaan
menghadapi pandemi influenza A
H1N1, yaitu :
1. Meningkatkan kewaspadaan di
seluruh jajaran kesehatan serta
mengirimkan Surat Edaran baru
dari Menkes dan Dirjen P2PL
yang menyatakan adanya kasus
influenza H1N1 baru di Bali dan
Jakarta.
2. Meningkatkan aktivitas semua
fasilitas kesehatan di RS, KKP,
Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya.
3. Meningkatkan kesiapan logistik
serta kemampuan SDM.
4. Meningkatkan komunikasi,
informasi dan edukasi kepada
masyarakat (Jumpa Pers, Iklan
Layanan Masyarakat, Talkshow
di Radio dan Televisi, Poster dan
Leaflet).
5. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa
(KLB) : Telp. (021) 4257125; Fax :
(021) 42877588 ; Email : [email protected]; Call Center:
(021) 30413700; Website Depkes
: www.depkes.go.id dan www.
penyakitmenular.info
6. Berkoordinasi dengan instansi terkait, otoritas kesehatan
negara-negara lain, mematuhi
International Health Regulations
(IHR).
7. Community surveilans yaitu
masyarakat yang merasa sakit
flu agak berat segera melapor
ke Puskesmas, sedangkan yang
berat segera ke rumah sakit.
8. Clinical surveilans yaitu Surveilans
Severe Acute Respiratory Infection
(SARI) ditingkatkan di Puskesmas
dan rumah sakit untuk mencari
kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan
tidak perlu perawatan di rumah
sakit.
Apa yang dapat membunuh virus
influenza A H1N1?
Virus influenza mati dalam
suhu 75-100°C. Virus ini juga mati
setelah bersentuhan dengan zat
kimia pembunuh kuman, termasuk
klorin, hidrogen peroksida, detergen
(sabun), iodofor (antiseptic berbasis
iodin), dan alkohol jika digunakan
dalam konsentrasi yang tepat untuk
waktu tertentu. Misalnya, jel atau tisu
basah mengandung alcohol dapat
digunakan untuk membersihkan
tangan. Gosok jel antiseptic pembersih tangan hingga kering.l
(Smd)
Media Utama
KRONOLOGI
PENYEBARAN
INFLUENZA A
H1N1
Terjadi Influenza
Like Illness (ILI) di
AS dan Meksiko. 7
April
confirmed swine
influenza A/H1N1
di AS dengan 9 suspek. Lebih dari
854 kasus pneumonia (59 meninggal), dan 28 kasus ILI (3 meninggal) di
Meksiko. Kejadian ini tidak terdeteksi
pada manusia atau babi.
24
25
April
(PHEIC), fase 3
WHO menetapkan
Influenza A H1N1
sebagai Public Health
Emergency International Concern
26
April
27
April
20 kasus ILI di AS,
terdeteksi sebagai
subtipe A baru/H1N1
yang tidak terdapat
pada manusia dan
babi. 18 kasus confirmed di Meksiko.
April
64 kasus di AS (0), 26
di Meksiko (7), 6 di
Kanada, 3 di Selandia
Baru, 2 di Inggris,
2 di Israel, dan 2 di
Spanyol.
29
WHO menetapkan
peningkatan status dari phase 4 ke
phase/level 5
28
WHO meningkatkan
status dari phase 3
ke fase/level 4
40 kasus confirmed
(tidak ada yang
meninggal) di AS, 26
April
kasus confirmed di
Meksiko (7 meninggal), 6 kasus confirmed di Kanada
27
(tidak ada korban), dan 1 di Spanyol
(tidak ada korban).
April
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
23
Media Utama
9 negara melaporkan
148 kasus. 91 di AS
(1), 26 di Meksiko
April
(7). Negara berikut
terjadi kasus dengan
tidak ada korban yaitu : 1 di Austria,
13 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel,
3 di Selandia Baru, 4 di Spanyol, dan
5 di Inggris.
29
11 negara melaporkan 257 kasus. 109
di AS (1), dan 97 di
April
Meksiko (7). Negara
berikut terjadi kasus
dengan tidak ada korban yaitu : 1 di
Austria, 19 di Kanada, 3 di Jerman,
2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di
Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris.
30
11 negara melaporkan 331 kasus. 109
di AS (1), dan 156 di
Mei
Meksiko (9). Negara
berikut terjadi kasus
dengan tidak ada korban yaitu : 1 di
Austria, 34 di Kanada, 3 di Jerman,
2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di
Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris.
1 Mei (update) : 13 negara melaporkan 367 kasus. 141 di AS (1), dan 156
di Meksiko (9). Negara berikut terjadi
kasus dengan tidak ada korban
yaitu : 1 di Austria, 34 di Kanada, 1 di
Hongkong – Cina, 1 di Denmark, 4
di Jerman, 2 di Israel, 1 di Belanda, 4
di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di
Swiss, dan 8 di Inggris.
1
15 negara melaporkan 615 kasus. 141
di AS (1), dan 397 di
Mei
Meksiko (16).
2 Mei (update) : 16
negara melaporkan
658 kasus. 160 di AS (1) dan 397 di
Meksiko (16).
2
24
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
17 negara melaporkan 787 kasus.
160 di AS (1) dan 506
Mei
di Meksiko (19). Tidak
ada risiko infeksi
setelah mengonsumsi daging babi
atau produk turunannya yang dimasak dengan baik.
3 Mei (update): 18 negara melaporkan 898 kasus. 226 di AS (1) dan
506 di Meksiko (19).
3
20 negara melaporkan 985 kasus.
226 di AS (1) dan 590
Mei
di Meksiko (25).
4 Mei (update) : 21
negara melaporkan 1085 kasus. 286
di AS (1) dan 590 di Meksiko (25).
4
5
Mei
6
Mei
7
Mei
8
Mei
9
Mei
21 negara melaporkan 1490 kasus. 403
di AS (1) dan 822 di
Meksiko (29).
6 Mei : 23 negara
melaporkan 1893 kasus. 642 di AS (2) dan
942 di Meksiko (29).
7 Mei : 24 negara
melaporkan 2371
kasus. 896 di AS (2)
dan 1112 di Meksiko
(42).
8 Mei : 25 negara
melaporkan 2500
kasus. 896 di AS (2)
dan 1204 di Meksiko
(44).
9 Mei : 29 negara melaporkan 3440 kasus.
1639 di AS (2), 1364 di
Meksiko (45), dan 242
di Kanada (1).
9 negara melaporkan
4379 kasus. 2254
di AS (2), 1626 di
Mei
Meksiko (45), 280
di Kanada (1) dan 8
kasus di Kosta Rika (1).
10
30 negara melaporkan 4694 kasus.
2532 di AS (3), 1626
Mei
di Meksiko (48), 284
di Kanada (1) dan 8
kasus di Kosta Rika (1).
11
30 negara melaporkan 5251 kasus.
2600 di AS (3), 2059
Mei
di Meksiko (56), 330
di Kanada (1) dan 8
kasus di Kosta Rika (1).
12
13
Mei
3 negara melaporkan
5728 kasus. 3009 di
AS (3), 2059 di Meksiko (56), 358 di Kanada (1) dan 8 kasus di
Kosta Rika (1).
33 negara melaporkan 6497 kasus.
3352 di AS (3), 2446
Mei
di Meksiko (60), 389
di Kanada (1) dan 8
kasus di Kosta Rika (1).
14
34 negara melaporkan 7520 kasus.
4298 di AS (3), 2446
Mei
di Meksiko (60), 449
di Kanada (1) dan 8
kasus di Kosta Rika (1).
15
6 negara melaporkan
8451 kasus. 4714
di AS (4), 2895 di
Mei
Meksiko (66), 496
di Kanada (1) dan 9
kasus di Kosta Rika (1).
16
Media Utama
39 negara melaporkan 8480 kasus.
4714 di AS (4), 2895
Mei
di Meksiko (66), 496
di Kanada (1) dan 9
kasus di Kosta Rika (1).
17
11
Juni
16
Juli
WHO mengumumkan influenza H1N1
sebagai fase 6 (pandemi)
135 negara melaporkan 94.512
positif influenza A
H1N1, dan 429 orang
diantaranya mening-
gal dunia.
Pengertian:
Influenza adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang disebabkan
oleh virus influenza dengan bermacam-macam tipe (A,B dan C).
Tipe yang paling banyak ditemukan
adalah tipe A dengan berbagai sub
tipe. Pandemi influenza peristiwa
yang jarang terjadi, namun pada
abad yang lalu telah terjadi 3 pandemi yaitu :
• Influenza spanyol (H1N1) tahun
1918 yang menyebabkan kematian sekitar 40-50 juta orang
• Influenza asia (H2N2) pada tahun
1957 yang menyebabkan kematian sekitar 2 - 4 juta orang
• Influenza hongkong (H3N2)
pada tahun 1968 yang menyebabkan kematian sekitar 1 juta
orang
Level Pandemi
Masa Pra Pandemi
Level 1 : virus menyebar di antara
hewan dan tidak menulari
manusia
Level 2 : virus beredar di antara
hewan dan mulai menulari
manusia
Masa Siaga Pandemi
Level 3 : virus hewan atau manusia-hewan menimbulkan
kasus sporadis, tapi tidak
mudah menyebar
Level 4 : Penularan virus dari manusia ke manusia, menyebabkan wabah pada masyarakat
Masa Pandemi
Level 5 : Flu menyebar dan menimbulkan wabah sedikitnya
di 2 negara di 1 regional
Level 6 : Wabah mendunia sedikitnya di 2 kawasan WHO l
(Smd)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
25
Sorot
Hari-Hari
Tanpa Tembakau
Setiap 31 Mei diperingati sebagai Hari TanpaTembakau Sedunia (HTTS). Pada tahun
2009 ini, HTTS diperingati dengan tema
”Tobacco Health Warnings” atau peringatan kesehatan pada bungkus rokok.
Seperti apa pelaksanaannya?
P
erilaku atau kebiasaan merokok telah
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi, dan yang terutama adalah dampak yang sangat merugikan terhadap
kesehatan.
Pengendalian masalah tembakau/rokok merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen,
maupun pemerintah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari
lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya.
Untuk mengingatkan masyarakat terhadap bahaya
rokok yang jatuh pada tanggal 31 Mei, Departemen
Kesehatan RI bersama dengan instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat serta
Organisasi Profesi menyelenggarakan peringatan Hari
Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS).
Menurut dr. Yusharmen, D.ComH, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Ditjen P2PL Depkes,
peringatan HTTS bertujuan untuk meningkatnya
kepedulian masyarakat terhadap bahaya rokok, mening26
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
katnya gerakan masyarakat dalam mewujudkan derajat
kesehatan tanpa rokok, meningkatnya perilaku hidup
bersih dan sehat tanpa rokok, dan meningkatnya kemitraan berbagai pihak dalam mewujudkan masyarakat
tanpa rokok
Untuk itu, tema peringatan HTTS kali ini adalah ”Tobacco Health Warnings” atau peringatan kesehatan pada
bungkus rokok. Maksudnya, peringatan kesehatan berbentuk gambar pada bungkus rokok sebagai upaya yang
Sorot
foto
efektif untuk menurunkan konsumsi
rokok/tembakau. Makna yang ingin
disampaikan dalam tema ini adalah
perlunya partisipasi aktif berbagai
komponen bangsa dalam penanggulangan masalah bahaya rokok
melalui tanda peringatan kesehatan
dalam bentuk gambar untuk dapat
menghentikan konsumsi rokok, sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup dalam kehidupan bernegara.
Dijelaskan dr. Yusharmen, kendala yang dihadapi dalam menekan
konsumsi rokok adalah di satu sisi
kesehatan hak azasi manusia, di sisi
lain cukai rokok memberi kontribusi
bagi pendapatan Negara. Pemerintah juga menyadari bahwa dampak
negatif bagi kesehatan masyarakat
tidak sebanding dengan kontribusi
terhadap pendapatan negara.
Menurut data dari berbagai
negara termasuk Indonesia, biaya
kesehatan yang ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat sebesar
tiga kali lipat cukai yang didapatkan. Oleh karena itu, pemerintah
bersama-sama DPR dan aktivis
anti tembakau sedang menggarap
bersama RUU Pengendalian Dampak
Produk Tembakau terhadap kesehatan mulai dari produksi tembakau/rokok sampai dengan konsumsi maupun ekspor/impor. Secara
bertahap diharapkan pengendalian
tembakau/rokok ini akan optimal
untuk mencegah kehilangan peluang dalam memperbaiki kesehatan
bangsa Indonesia.
Kita melihat, kecenderungan jumlah perokok di Indonesia meningkat
dari tahun ke tahun. Data Susenas tahun 1995 prevalensi perokok dewasa
(>15 tahun) di Indonesia sebesar
27% (laki-laki 53,4% dan perempuan
1,7%). Pada tahun 2001 prevalensi
perokok meningkat menjadi 31,5%
(laki-laki 62,2%, perempuan 1,8%).
Susesnas tahun 2004 melaporkan
prevalensi perokok menjadi 34,5%
(laki-laki 34,5%, perempuan 65,2%).
Selanjutnya hasil survey riset kese­hat­
an dasar oleh Depkes melaporkan
prevalensi perokok dewasa (>15
tahun) sebesar 33,08% (laki-laki
65,28%, perempuan 5,06%).
Kalau melihat tren yang berkembang memang dapat diartikan
bahwa Pemerintah harus bekerja
ekstra keras untuk perlahan-lahan
melakukan kebijakan yang pro
kesehatan masyarakat. Sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak
melaksanakan ketentuan internasional. Yang terpenting, sudah saatnya
kita mulai “mencicil” melaksanakan
aturan-aturan internasional tentang
pengendalian dampak emrokok.
Setidaknya, dengan memberlakukan
peringatan dengan gambar di bungkus rokok. l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
27
Sorot
Dampak
dan
Bahaya
Rokok
D
ampak kesehatan
dari konsumsi
rokok telah
diketahui sejak
dahulu. Sebanyak
lebih dari 70.000
artikel ilmiah
membuktikan bahwa perokok dan
pajanan asap rokok berbahaya bagi
kesehatan manusia dan menunjukkan hubungan kausal antara penggunaan tembakau dengan terjadinya
berbagai penyakit kanker, penyakit
28
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
jantung, penyakit sistim saluran
pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak
mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4.000
bahan kimia toksik dan 43 bahan
penyebab kanker (karsinogenik).
Konsumsi rokok dan tembakau
merupakan salah satu faktor risiko
utama terjadinya berbagai penyakit
tidak menular seperti kardiovaskuler,
stroke, penyakit paru obstruktif
kronik, kanker paru, kanker mulut,
Bahaya merokok tidak
hanya berbahaya bagi
para perokok aktif,
melainkan juga bagi
perokok pasif. Sejauh
mana resiko yang
dapat dihindarkan?
dan kelainan kehamilan. Penyakitpenyakit tidak menular tersebut saat
ini merupakan penyebab kematian
utama di dunia, termasuk di Indonesia. Konsumsi tembakau/rokok
membunuh satu orang setiap detik.
Rokok membunuh separuh dari
masa hidup perokok, dan separuh
perokok mati pada usia 35 sampai
dengan 69 tahun. Data epidemi
tembakau di dunia menunjukkan
tembakau membunuh lebih dari lima
juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini
Sorot
berlanjut terus maka diproyeksikan
akan terjadi 10 juta kematian pada
tahun 2020, dengan 70% kematian
terjadi di negara sedang berkembang.
Rokok dan Efeknya
Efek rokok tidak hanya mempengaruhi tumbuh kembang janin dan
bayi, melainkan juga, menurut David
Poswillo & Eva Alberman, menurunnya kesuburan (Fertilitas), mening­
katnya hamil diluar kandungan,
pertumbuhan janin terlambat (Fisik
dan IQ), kejang kehamilan (eklampsia), imunitas bayi Terganggu dan
Kematian Perinatal Meningkat.
Sedangkan penyakit lain akibat rokok adalah Stroke Otak dan
Jantung; Paru: batuk menahun, TBC,
Kanker; Penyempitan Pembuluh
Darah, dengan komplikasinya.
Anak-anak yang terpapar pada
asap tembakau mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkhitis dan infeksi
saluran pernapasan dan telinga serta
asma. Kesehatan yang buruk di usia
dini mungkin akan menyebabkan
kesehatan yang buruk pula di saat
dewasa.
Cukai Hasil Tembakau
Dengan peningkatan cukai
rokok selain dapat meningkatkan
pendapatan pemerintah, juga
dapat digunakan kembali untuk
membiayai pelayanan kesehatan,
khususnya bagi masyarakat miskin.
Disamping itu semakin tinggi harga
rokok tentunya akan mencegah masyarakat terutama kelompok kurang
mampu untuk tidak membeli rokok.
Tembakau disamping memberi
pemasukan cukai yang cukup besar
bagi pemerintah, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan
dampak negatip bagi kesehatan
yang jauh lebih besar.
Hasil survei nasional menunjukkan
rata-rata pengeluaran rumah-tangga
keluarga miskin untuk rokok jauh
melebihi rata-rata pengeluaran untuk
bahan makanan seperti protein,
sayur-mayur, kesehatan maupun
biaya sekolah anak-anaknya. Pengeluaran pemerintah untuk mensubsidi
pelayan­an kesehatan masyarakat
miskin akibat rokok juga cukup besar.
Oleh sebab itu, dalam kondisi sulitnya ekonomi saat ini, seyogyanya
masyarakat dapat menyikapi dengan
lebih bijaksana membelanjakan
keuangan rumah tangganya untuk
hal-hal yang bermanfaat.
Dengan maraknya peredaran
rokok ilegal tentunya akan san-
Beban Nasional Karena Penyakit
Yang Disebabkan Tembakau di Indonesia 2005
(Badan Litbangkes)
Nama Penyakit
Neoplasma
1. Kanker mulut dan oropharynx
2. Kanker Lambung
3. Kanker Hati
4. Kanker Pancreas
5. Kanker Trachea, bronchus dan paru Jumlah
Kasus
Jumlah
Meninggal
16.200
14.190
9.970
3.800
30.180
37.872
49.000
59.191
5.790
45.583
733.00
65.140
957.610
48.980
666.120
11.040
5.210
4.510
1.270
6.940
744.04
70.350
962.120
50.250
673.060
249.080
192.250
26.815
136.707
263.830
1.462.470
5.560
298.350
269.390
1.760.820
274.130
529.320
34.995
3.847
319.490
62.000
617.890
552.130
937.380
614.130
399.800
3.846.373
1.502.900
5.411.904
YLL
DALYs
Loss
YLD
Penyakit Jantung dan
Pemb. Darah
1. Peny. Jantung Koroner
2. Stroke Penyakit Saluran
Pernapasan
1. PPOK
2. Bronchitis, Emphysema
TOTAL
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
29
Sorot
gat menambah beratnya dampak
kesehatan yang akan di hadapi oleh
masyarakat dan pemerintah.
Pertumbuhan industri rokok
memang menyerap tenaga kerja,
namun hasil produksi akan sangat
menimbulkan kerugian kesehatan
dan ekonomi. Berbagai penelitian
dibidang pertanian melaporkan terdapat banyak jenis tanaman pengganti tanaman tembakau yang lebih
menguntungkan. Upaya mengganti industri tembakau ke berbagai
industri lainnya tentunya akan lebih
menguntungkan secara ekonomi
dan kesehatan.
Dalam hal ini, posisi Indonesia
dalam Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) adalah
langkah konkrit untuk mendukung
FCTC adalah mendukung tereali­
sasinya UU tentang Pengendalian
Dampak Produk Tembakau Terhadap
Kesehatan, serta mendukung proses
”accession”. Langkah tersebut diser­
tai dengan melaksanakan proses
penyadaran yang terus menerus
terhadap bahaya rokok. Proses penyadaran ini penting karena dampak
bahaya rokok tidak dirasakan secara
langsung sehingga sering kali diabaikan.
Untuk menandatangani FCTC
masih diperlukan dukungan dari
30
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
lintas sektor di luar Depkes, sehingga
diperlukan upaya advokasi yang
intensif kepada sektor lain.
Fatwa MUI
Dengan adanya fatwa MUI tentang larangan merokok bagi anakanak dan ibu hamil, serta di tempat-tempat umum berarti sejalan
dengan upaya di bidang kesehatan,
khususnya dalam pengendalian masalah penyakit tidak menular. Namun
demikian, Pemerintah Indonesia
tetap harus mencapai solusi yang
terbaik dalam mengatasi bahaya
rokok.
Diantaranya yang
dilakukan:
• Rencana meratifikasi/aksesi FCTC
(Frame Work on Tobacco Control),
• Meneruskan proses RUU tentang
Pengendalian Dampak Produk
tembakau terhadap kesehatan,
yang tahun ini terjadwal di Baleg.
DPR.
• Secara umum mengadvokasi
pemerintah daerah untuk membuat Perda sebagai tindak lanjut
pelaksanaan PP no. 19/2003. Namun disadari bahwa PP tersebut
tidak bisa memberi sanksi yang
lebih jelas dan tegas terhadap
para perokok maupun produsen
rokok.
• Untuk itu secara khusus dalam
RUU tentang Pengendalian
Dampak Produk Tembakau terhadap kesehatan, dalam bab kewajiban pemerintah dan ketentuan
pidana, proteksi terhadap kaum
muda/anak sekolah diatur secara
khusus.
• Departemen Kesehatan secara
khusus melakukan promosi
melalui Pusat Promosi Kesehatan
untuk mengendalikan bahaya
merokok terhadap peningkatan
penyakit tidak menular baik
melalui media elektronik, cetak
dan lain-lain baik untuk masyara­
kat umum maupun generasi
muda pada khususnya.
• Mengusulkan untuk kemungkinan perubahan PP 19/2003,
sesuai dengan perkembangan
situasi terkini.
Perjalanan Indonesia mengendalikan rokok masih bakal lama.
Namun, dengan semangat keberpihakan pada kesehatan serta nasib
jutaan penduduk Indonesia, niscaya
rintangan akan menyingkir dengan
sendirinyal
Sorot
Dr. Merdias Al Matsir
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Tidak Pernah ada
Kata Aman
Untuk Rokok!
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
31
Sorot
D
ampak buruk
rokok terhadap
kesehatan telah
banyak memakan
korban. Ribuan
orang telah mene­
mui ajal akibat
rokok. Jutaan orang telah jatuh sakit
terkena berbagai penyakit kanker,
jantung koroner dan penyakit paru
lainnya. Maklum, ada 500 zat kimia
yang berbahaya dari 4.000 jenisnya
dalam asap rokok. Semua terhisap
secara langsung maupun tidak
langsung ( perokok pasif). Dampak buruk ini terus melonjak, akibat
semakin besar jumlah perokok muda
dari berbagai negara dunia. Bahkan
semakin muda umur mereka mulai
merokok. Berbagai upaya pencegahan dan promosi untuk mengurangi
jumlah perokok belum menuai hasil
yang memuaskan, bahkan cende­
rung mandek (stagnan). Mengapa
demikian? Berikut petikan wawacara
Mediakom tentang seluk beluk rokok
dan dampak buruknya terhadap kese­
hatan dengan dr. Merdias Al Matsir,
Sp.S (K) Ketua Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI)
Zat apa saja yang terkandung
dalam rokok?
Rokok adalah racun. Dalam rokok
ada dua unsur yaitu nikotin dan tar.
Para ahli menyatakan ada sekitar
4.000 jenis zat kimia dalam asap
rokok. Dari 4.000 ini ada 500 yang
berbahaya, diantaranya formalin, arsen, merkuri, karbon monoksida dan
banyak lagi yang bisa memberi efek
karsinogenik. Ada tiga penyakit utama yang disebabkan oleh kebiasaan
merokok dalam jangka panjang yaitu
jantung koroner, kanker mulai dari
kanker mulut , paru sampai ke ginjal
32
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
dan kelompok penyakit paru obstruktif. Ketiga penyakit ini menyebabkan kematian yang cukup tinggi.
Ada sekitar 427.948 kematian akibat
rokok setiap tahunnya. Artinya ada
1.172 orang meninggal perhari yang
diduga akibat dari rokok. Rokok juga
menyebabkan impotensi pada pria,
sementara pada wanita hamil, rokok
dapat mengganggu bayi seperti
BBLR ( berat bayi lahir rendah) dan
gangguan pertumbuhan. Inilah yang
menyebabkan rokok sebagai bahan
berbahaya di samping sifat adiktifnya (kecanduan).
Banyak orang sudah tahu dampak
buruk rokok, tetapi mengapa mereka tidak berhenti?
Itu karena adiktif. Perokok ada
yang disebut perokok aktif dan perokok pasif dimana ia terpapar asap rokok. Bisa di rumah tangga, di tempat
kerja dan di tempat umum. Kenapa
orang susah berhenti merokok?
Karena banyak orang mulai merokok sejak kanak-kanak dan remaja
sebagai akibat dari pergaulannya.
Yang mencengangkan, prevalensi
anak merokok di bawah 15 tahun
di Indonesia setiap tahunnya paling
cepat naiknya dibanding negaranegara lain.
Selain pengaruh lingkungan,
orang juga susah berhenti merokok
akibat promosi. Iklan rokok begitu
bebas. Kita punya larangan tapi tidak
jelas pelanggarnya ditindak atau
tidak. Bahkan ada industri rokok
dalam laporan tahunannya mengatakan bahwa di Indonesia hampir
mutlak bebasnya promosi rokok
itu. Baik dalam bentuknya maupun
tempatnya. Bisa kita lihat iklan rokok
dimana saja. Di media cetak dan
elektronik, juga media luar ruang.
Selain itu, dampak akibat rokok tidak
dirasakan langsung. Tidak seperti
kita minum cuka yang langsung
terasa asam.
Bagaimana rokok dapat menimbulkan adiksi?
Di dalam rokok itu ada zat yang
membuat otak kita membutuhkan
zat tersebut terus menerus dan
jumlahnya makin lama makin tinggi.
Sehingga kalau tidak dipenuhi akan
gelisah, seperti dalam narkoba dikenal dengan sakau.
Kenapa peringatan bahaya rokok
tidak banyak berpengaruh?
Mungkin kita harus mengubah
strategi, jangan dalam bentuk tulisan
tetapi dalam gambar karena gambar
lebih mudah dipahami dari pada
tulisan.
Banyak perokok dari kalangan
miskin. Kenapa?
Kelompok yang paling rawan
adalah kelompok anak-anak dan
remaja, kelompok orang berpenghasilan rendah dan kelompok
wanita. Data tahun 2005, untuk
belanja rokok dalam rumah tangga
berpenghasilan rendah sebesar
11,5%, dibandingkan dengan orang
berpenghasilan tinggi belanja rokok
sebesar 9,7%. Pada orang miskin
pengeluaran untuk rokok 5 kali
lebih besar daripada untuk membeli
makanan bergizi atau 3 kali lebih besar dari biaya pendidikan atau 4 kali
lebih besar dari pengeluaran untuk
kesehatan. Maka kelompok-kelompok ini harus dilindungi oleh negara.
Caranya?
Ada dua hal yaitu dari demand
side dan supply side. Ada aturanaturan untuk mengurangi kebutuhan dan suplai ini misalnya meng-
Sorot
hilangkan iklan secara total dari
semua media. Negara lain sudah
melakukan ini. Ini perlu untuk mengurangi motivasi remaja untuk mulai
merokok. Selain itu juga perlu dibuat
pembatasan anak-anak membeli rokok. Sekarang bisa dilihat, anak-anak
mudah membeli rokok ketengan.
Harusnya ada aturan siapapun tidak
boleh menjual rokok kepada anak di
bawah usia 18 tahun. Sekolah juga
harus punya program mencegah
rokok bersamaan dengan program
pencegahan narkoba. Ini dari sisi
demand. Dari sisi supply bisa dilakukan dengan tidak menempatkan
mesin penjual rokok di area umum.
Iklan rokok dibatasi. Selain itu, untuk
menghindari bahaya rokok, perbanyak kawasan-kawasan bebas asap
rokok sehingga kesempatan orang
untuk merokok makin dipersempit.
Kenapa perokok pasif lebih berbahaya?
Hasil penelitian membuktikan
bahwa asap rokok berbahaya.
Apa kiat untuk berhenti merokok?
Niat dulu. Dengan niat yang kuat
akan cepat berhenti. Sama seperti
narkoba. Jauhi semua barang yang
berhubungan dengan rokok seperti
iklan. Memang ada fase yang sulit
untuk berhenti dimana seseorang
akan menjadi gelisah. Tetapi ia
harus tahan kira-kira seminggu lah.
Atau bisa juga mengikuti program
berhenti merokok. Tapi yang utama
adalah niat. Biasanya orang kembali
"Sekarang bisa
dilihat, anak-anak
mudah membeli
rokok ketengan.
Harusnya ada
aturan siapapun
tidak boleh menjual rokok kepada
anak di bawah usia
18 tahun"
merokok karena pergaulan. Maka
perlu dukungan dari keluarga.
Pendapatan cukai rokok sesungguhnya lebih kecil dari bahaya akibat
rokok. 84% orang merokok di rumah.
Ada 45 juta orang yang terpapar rokok di rumah tangga (perokok pasif ).
Ada 43 juta anak di bawah 14 tahun
sebagai perokok pasif.
Tahun 2005 survei membuktikan
belanja akibat rokok sebesar Rp
127,7 triliyun. Ini sama dengan 7 kali
penerimaan cukai
Ada tidak hubungan antara merokok dengan ide kreativitas?
Semua itu ada kaitannya dengan
adiksi. Begitu seseorang berhenti
merokok, macet lah kreativitasnya.
Coba ganti dengan yang lain selain
rokok.
Berapa data jumlah perokok dari
tahun ke tahun?
Setiap tahun naik. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah
perokok kelima terbanyak di dunia
setelah China, Amerika, Rusia dan
Jepang. Tidak ada hubungan antara
banyaknya jumlah perokok dengan
iklim. Di Jepang daerahnya dingin
banyak perokoknya, Indonesia
sebagai daerah tropis juga banyak
perokoknya.
Himbauan kepada para perokok?
Kalau Anda bisa berhenti merokok, berhentilah sekarang juga.
Kalau tidah bisa berhenti janganlah
mencederai orang lain dengan asap
rokok Anda. Pemerintah sudah punya
aturannya bahwa seseorang tidak boleh merokok di tempat umum. Maka
orang yang tidak merokok harus
berani menegur perokok. Perlu juga
lapor ke petugas keamanan sebagai
bagian dari proses hukum.l(pra,gi)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
33
Peristiwa
Pemerintah Gelar
Simulasi Penanggulangan
Episenter Influenza Kedua
S
ampai saat ini penularan virus flu burung pada manusia
masih berasal dari unggas/
ayam. Hal itu dibuktikan dengan
pemeriksaan spesimen terhadap
semua kontak kasus sejak tahun
2005 sampai sekarang, menunjukkan negatif. Artinya, belum ada
penularan flu burung antar manusia. Padahal, selama masih ada virus
flu burung pada unggas, maka
selama itu virus flu burung menjadi
ancaman manusia.
Namun demikian, untuk mengantisipasi dan kesiapsiagaan
dalam mencegah meluasnya
penularan apabila terjadi episenter
pandemi Influenza dilaksanakan
Simulasi kedua Penanggulangan
Episenter Influenza di RW 01 Kelurahan Kassi-Kassi dan RW 02 Kelurahan Bontomakio, Kota Makassar
tanggal 25-27 April 2009. Simulasi
pertama tanggal 25-27 April 2008
di Desa Dangin Tukadaya, Kab. Jembrana, Bali.
Episenter Pandemi Influenza
adalah lokasi awal terdeteksinya
sinyal epidemiologi dan sinyal
virologi yang merupakan tanda
terjadinya penularan influenza
baru antar manusia yang memungkinkan terjadinya pandemi (penyebaran penyakit yang cepat dan
meluas ke seluruh dunia).
Pembukaan simulasi dilakukan
Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P.
MARS, Direktur Jenderal Pengenda34
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
lian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes mewakili Menteri
Kesehatan yang berhalangan hadir
karena ada tugas lain yang tidak
dapat diwakilkan di Kel. Kasi-Kasi
Kota Makassar tanggal 25 April
2009.
Menurut Prof. Tjandra Yoga,
tujuan simulasi adalah untuk
meningkatkan kapasitas, kemampuan teknis, dan koordinasi semua
sektor terkait termasuk masyarakat
dalam penanggulangan episenter
pandemi influenza.
Mengenai dipilihnya Kota
Makassar, Prof. Tjandra menya­ta­
kan di kota itu peran serta masyarakatnya cukup tinggi. Selain
itu, Kota Makassar infrastrukturnya
memadai sebagai penghubung
jaringan transportasi cepat, pertumbuhan perdagangan dan pembangunan ke seluruh Kawasan
Timur Indonesia khususnya dan
dunia pada umumnya. Diharapkan
simulasi di Kota Makassar ini dapat
dikembangkan untuk pembelajaran kesiapsiagaan menghadapi
pandemi influenza di Kawasan
Timur Indonesia.
Bertindak sebagai penanggung jawab simulasi adalah Prof.
Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL.
Sedangkan sebagai Kepala Pusat
Komando adalah dr. Iwan Muljono,
Direktur Pengendalian Penyakit
Menular Langsung.
Lokasi Simulasi berada di RW
01 Kassi-Kassi, Rw 02 Bontomakkio
Kec. Rappocini, Puskesmas KassiKassi, RS Gracetelina, RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Pelabuhan Laut
Soekarno Hatta dan Kantor Kese­
hatan Pelabuhan (KKP) di Bandara
Hasanuddin, Kantor Dinas Kesehat­
an Kota Makassar, Kantor Dinas
Peristiwa
•
•
•
Kesehatan Prov. Sulsel dan Kantor
Walikota Makassar.
Simulasi telah selesai melibatkan
kurang lebih 700 orang yang mewakili pemerintah dan non-pemerin­
tah, TNI dan POLRI. Dalam simulasi
tersebut diujicobakan delapan pilar
kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, yaitu :
• Pembentukan pos koordinasi
(Posko) sebagai pusat operasi
penanggulangan,
• Surveilans epidemiologi berupa
penyelidikan epidemiologi
terhadap kasus yang ditemukan
dan pelacakan kontak,
• Respons medik dan laboratorium berupa penatalaksanaan
kasus, isolasi dan penutupan
sementara/karantina rumah
sakit,
• Intervensi farmasi berupa
pemberian antiviral kepada
•
•
masyarakat di lokasi episenter,
Intervensi non farmasi berupa
karantina rumah dan karantina
wilayah, pembatasan kegiatan
sosial seperti sekolah dan tempat-tempat umum termasuk
pengawasan perimeter oleh TNI
dan Polri,
Komunikasi risiko kepada masyarakat dan media,
Tindakan karantina di pelabuhan laut dengan melakukan
skrining menggunakan thermal
scanner dan pemberian Health
Alert Card (HAC), observasi
terhadap kasus yang diduga,
karantina dan rujukan ke rumah
sakit rujukan terhadap penumpang yang mengalami gejala/
suspek,
Mobilisasi sumber daya baik
logistik medis, antiviral dan alat
pelindung diri (APD) serta kebutuhan pokok bagi penduduk
yang wilayahnya diisolasi.
Kesiapan Lembaga Usaha (Bussiness Continuity Plan).
Untuk mengendalikan Flu Burung, berbagai upaya telah dilakukan Departemen Kesehatan diantaranya menemukan dan mengobati
hingga sembuh pasien suspek maupun pasien positif bahkan sampai
pemakaman bagi korban yang
meninggal dunia dengan pembiayaan ditanggung pemerintah.
Selain itu, upaya lainnya dalam
mengendalikan penyakit Flu Burung adalah melengkapi fasilitas
100 RS Rujukan. Melengkapi dan
memfungsikan 2 laboratorium
rujukan nasional Flu Burung (Balitbangkes & Eijkman), 8 laboratorium
regional dan 34 laboratorium sub
regional. Peningkatan SDM dengan
melatih District Surveilance Officer (DSO), TGC (tim gerak cepat),
pelatih­an/sosialisasi FB pada
petugas kesehatan dasar, pelatihan
juru bicara FB, sosialisasi FB pada
industri, dll.
Pemerintah juga gencar melakukan penyuluhan FB kepada masyarakat lewat berbagai media.
Penyediaan obat oseltamivir, selain
untuk stockpiling di Depkes dan
provinsi, juga didistribusikan ke
Dinas Kesehatan, RS rujukan Flu
Burung, RSUD Kabupaten/Kota, RS
Swasta yang merawat kasus dan
Puskesmas seluruh Indonesia. Penyediaan alat pelindung diri (APD)
dan investigasi kit bagi petugas di
lapangan, serta pelaksanaan pilot
project pengendalian FB di Kota
dan Kab Tangerang. l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
35
Peristiwa
Babak Baru B4M
B
incang Bincang Bareng
Bumenkes (B4M), memasuki babak baru. Program
teve yang disiarkan di
MetroTV dan TV One
bersama ibu Menteri Kesehatan ini
kini disajikan dalam tiga seri. Pertama,
seri On The Spot (OTS), ditayangkan
setiap Kamis, jam 08.00 – 09.00 wib di
Metro TV. Kedua, seri Talk Show, setiap
sabtu pukul 08.30 – 09.00 wib tayang
di TV ONE, dan ketiga, seri Prime
Interview ditayangkan setiap Senin
pukul 20.30-21.00 wib di Metro TV.
Ketiganya tayang secara berurutan,
dikerjakan oleh rumah produksi Avicom, Cinggar dan Metro.TV.
Masing-masing tayangan ber-
beda konsepnya. On The Spot (OTS)
mengemas acara dengan mengetengahkan keberhasilan pembangunan
kesehatan daerah, institusi atau program tertentu. Kemasannya dengan
meramu berbagai kegiatan, komentar
masyarakat tentang program dan
pernyataan Menkes tentang program
tersebut sebagai penegasan.
Sedangkan, acara talk show
dikemas dalam bentuk wawancara
tentang topik tertentu. Talk show ini
selalu menempatkan Menkes sebagai
host dan menghadirkan nara sumber
ahli sesuai topik. Wawancara dipandu
Ferdy Hasan sebagai co-host. Untuk
meramaikan suasana, agar talk show
terasa segar, Eko DJ pelawak kondang
ikut nimbrung dengan ceplosannya
yang khas.
Khusus seri Prime Interview, tayang­
an di kemas mirip talk show. Bedanya,
terkesan ilmiah dan cerdas. Nara sumber dipilih orang–orang sukses dalam
program tertentu. Seperti Gubernur
Sumsel, Alex Nurdin, pernah menjadi
nara sumber dengan topik “pengobatan gratis untuk semua”. Untuk itu,
ditempatkan Desi Anwar sebagai
presenternya.
Ada 60 episode dari 3 seri tayangan B4M, setiap seri mempunyai
20 episode. Semua episode disajikan
secara ringan, ceria, juga menghibur
para pemirsa. Bahkan itu, di setiap
episode pula selalu ditutup dengan
irama musik, bersama para artis muda
yang energik, khususnya seri talk
show. Khusus untuk On The Spot dan
Talk Show sudah selesai produksi dan
tayangnya.
Harapannya, dengan acara B4M ini
dapat menambah informasi, pengetahuan dan sarana komunikasi antara
Departemen Kesehatan dengan
masyarakat. Berikutnya, masyarakat
dapat memberi masukan, saran dan
kritik yang membangun untuk kebaik­
an bersama. l(pra)
Depkes Siap Melayani
Kesehatan Jemaah Haji Indonesia
D
epkes siap melayani kesehatan Jamaah Haji
Indonesia di Arab Saudi. Apalagi kini Pemerintah Indonesia telah memiliki gedung Balai
Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Azizah di
Mekah Arab Saudi. Gedung ini dilengkapi
sarana dan prasarana setara RS tipe C dengan 4 ambulans
yang siap selama 24 jam. Memiliki 3 lift umum dan 1 lift
pasien. Tersedia kamar bedah yang ditata secara modern, dengan pintu gawat darurat tersendiri. BPHI ini juga
36
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
dilengkapi ICU/ICCU yang mampu merawat 12 penderita
dengan perlengkapan yang memenuhi standar internasional. Memiliki 150 tempat tidur ( TT ) termasuk ruang pera­
watan VIP dan setiap kamarnya dilengkapi toilet. Secara
resmi BPHI telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dr. Farid Wadjdi
Husain, Sp.B(K), Senin, 13 Juli yang lalu.
Untuk mengoptimalkan pelayanan, Tim Fungsional
BPHI Depkes terus menyiapkan gedung seluas 6.257
Peristiwa
m2 ini sebagai pusat pelayanan
kesehatan jamaah haji Indonesia
saat musim haji tiba. Gedung BPHI
terdiri 9 lantai, terletak di kawasan
elit Kholidiah, 4 km dari Masjidil
Haram dan aksesnya mudah dicapai dengan segala jenis kendaraan.
Lantai 1 digunakan sebagai ruang radiologi, laboratorium, depo
farmasi, kamar operasi, instalasi
gas medik dan ruang administrasi.
Lantai 2 digunakan untuk pelayanan HCU, CEU (12 TT) dan ruang
perawatan intermediate (20 TT).
Lantai 3 digunakan untuk ruang perawatan intermediate
laki-laki dan ruang pasien jiwa/ psikiatri (30 TT). Lantai 4
digunakan sebagai ruang poliklinik. Lantai 5 digunakan
sebagai ruang perawatan wanita (63 TT). Lantai 6 digunakan untuk menyimpan peralatan medik, gudang obat
dan ruang rawat inap wanita (30 TT). Lantai 7 sebagai ruang staf medis dan gudang obat farmasi. Lantai 8 dipakai
sebagai ruang pertemuan dan ruang khusus. Lantai 9
digunakan sebagai dapur umum, ruang gizi klinis, dan
ruang cuci.
Saat ini, Departemen Kesehatan juga telah menyiapkan
306 tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI) non kloter yang akan
bertugas di daerah kerja (daker) di
Jeddah, Mekah dan Madinah. Jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan adalah dokter spesialis
(78 orang), dokter gigi ( 2 orang),
perawat (158 orang), ahli farmasi
(29 orang), sanitarian (21 orang),
analisis (3 orang), rekam medis (2
orang), penata rontgen (2 orang),
ahli gizi (3 orang), siskohat (3
orang), dan tenaga TUH (5 orang). Tiap-tiap wilayah ini
akan dilengkapi dengan ambulan.
Sejak terbitnya UU nomor 13 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan haji, maka pelayanan kesehatan ibadah
haji Indonesia menjadi tanggung jawab Departemen
Kesehatan, sebelumnya diselenggarakan oleh Departemen Agama. Pelayanan kesehatan jamaah haji ini dimulai
sejak jamaah masih di Tanah Air, Arab Saudi dan 14 hari
setelah pemulangan. l(pra, gi)
Penyakit Meningitis dan Ibadah Haji
M
eningitis, penyakit
yang banyak menarik perhatian, terutama umat Islam.
Apalagi bagi yang
akan menunaikan ibadah haji pada
tahun 2009 ini. Perhatian itu terkait
pada kewajiban mendapat imunisasi
sebelum berangkat ke Tanah Suci,
Mekah. Apalagi, vaksin meningitis
terindikasi masih mengandung unsur babi yang hukumnya haram bagi
umat islam.
Miningitis, sering disebut meningitis miningokokus. Sejenis penyakit
radang selaput otak atau sumsum
tulang belang yang terjadi secara
akut, yang disebabkan oleh bakteri
neisseria meningitides. Penyakit
ini sangat berbahaya, selain cepat
menular, dapat menyebabkan kematian. Apabila sembuh dapat meninggalkan kecacatan akibat kerusakan
di otak.
Untuk mengetahui penyakit meningitis, terdapat tanda dan gejala
panas tinggi yang mendadak, nyeri
kepala disertai kaku kuduk, mual,
muntah, kejang, timbulnya bercak
merah pada kulit dan kesadaran
menurun, kemudian tak sadarkan
diri. Panyakit ini menular melalui
kontak langsung. Seperti percikan
cairan hidung dan tenggorokan
pada saat batuk dan bersin dari penderita meningitis miningokokus. l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
37
Nasional
Sidang Tahunan WHA ke-62:
Virus Sharing Akan Menjadi
Aturan Baru WHO
Selangkah lagi perjuangan Indonesia tentang mekanisme virus sharing yang adil, transparan dan setara
akan direalisasikan. Kejelasan ini
terungkap dalam Sidang Tahunan
ke-62 (World Health Assembly =
WHA) di Jenewa Swiss tanggal 1822 Mei 2009. Apalagi kesepakatan
lainnya?
38
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
S
alah satunya disebutkan, resolusi
untuk melanjutkan pembahasan
Standard Material Transfer Agreement (SMTA) dalam Virus Sharing dan akses pada vaksin dan
manfaat lainnya, akan diselesaikan
selambat-lambatnya Januari 2010,
“ ujar Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K)
kepada para wartawan di Jakarta. Menurut Dr. dr.
Siti Fadilah Supari, resolusi WHA ke-62 tersebut
menyatakan bahwa kesepakatan-kesepakatan
yang dicapai pada Intergovernmental Meeting on
Pandemic Influenza Preparedness (IGM PIP) akan
menjadi bagian dari perjanjian pokok tentang
Nasional
mekanisme baru virus sharing, yang
menjadikan benefit sharing sebagai
bagian penting dan tidak terpisahkan.
Resolusi yang dipelopori Indonesia ini mendapat dukungan luas dari
negara-negara berkembang seperti
Argentina, Bangladesh, Bhutan, Brazil,
Cili, dan Kuba yang mewakili negara
anggota Gerakan Non-Blok, Ghana
yang mewakili wilayah Afrika, Guate-
mala, India, Iran, Maldives, Myanmar,
Nigeria, Sri Lanka, Timor-Leste dan
Venezuela. Selanjutnya, negaranegara anggota telah mempercayakan Direktur Jenderal WHO untuk
melakukan proses pembahasan
lanjutan yang transparan dan berimbang antara negara-negara maju
dan berkembang, ujar Menkes.
Resolusi juga mengakui bahwa
IGM PIP telah menyepakati sebagian
besar butir-butir pada Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus
Sharing dan Akses pada Vaksin dan
Manfaat lainnya, dan menyatakan
kembali pentingnya solusi jangka
panjang untuk kesiapan dan respon
terhadap pandemi influenza, tambah
Dr. Siti Fadilah.
Menurut anggota delegasi Indonesia dan diplomat senior Deplu Dr.
Makarim Wibisono tercapainya Re-
Butir-butir yang telah disepakati pada Joint statement
menutup IGM-PIP Desember 2008 lalu di Jenewa,
dapat disimpulkan sebagai 5 (lima) terobosan besar:
1. Disetujui penggunaan Standard Material Transfer
Agreement (SMTA) dalam sistem virus sharing yang
akan mengatur semua transfer virus maupun transfer bagian bagian virus yang berbentuk standar
dan universal dan mempunyai kekuatan hukum.
2. Prinsip prinsip SMTA secara umum disetujui
termasuk pengakuan atas perlunya mengintegrasikan sistem benefit sharing kedalam SMTA, hal
yang menjadi perjuangan gigih Indonesia dengan
dukungan negara berkembang lain, dalam kelompok negara negara SEARO/South East Asia Regional
Organization, Brazil dan AFRO (African Regional
Office), meskipun terdapat tentangan keras dari
Amerika Serikat.
Pernyataan IGM-PIP pada penutupan pertemuan
bulan Desember 2008 berbunyi “negara negara anggota setuju untuk berkomitmen berbagi virus H5N1
dan virus influenza lainnya yang berpotensi pandemi serta menganggap virus sharing adalah setara
benefit sharing, sebagai bagian penting dari langkah
kolektif demi kesehatan publik secara global”.
3. Prinsip benefit sharing diintegrasikan kedalam
SMTA
4. Komitmen negara maju untuk benefit sharing secara nyata termasuk dalam berbagi risk assesment
dan risk response.
5. Terwujudnya Virus Tracking System dan Advisory
Mechanisim untuk memonitoring dan evaluasi virus
dan penggunaannya.
Desakan penuntasan SMTA dan virus sharing pada
WHA ini juga datang dari para Menteri Kesehatan nega­
ra ASEAN+3 (China, Jepang dan Korea Selatan) dalam
pernyataan bersama mereka sebagai hasil Pertemuan
Khusus Menteri Kesehatan ASEAN + 3 tentang Influenza A(H1N1) di Bangkok, 8 May 2009, antara lain:
“Menekankan kebutuhan untuk menuntaskan InterGovernmental Meeting yang dimandatkan oleh WHA
60.28, tentang virus sharing H5N1 dan virus influenza
lain dengan potensi pandemi pada manusia serta bene­
fit sharing yang adil dan setara;
“Prihatin bahwa sebagian besar produksi vaksin
global berlokasi di Eropa dan Amerika Utara, dan tidak
cukup untuk merespon pandemi global; dan walaupun wilayah-wilayah dunia lain telah mulai memiliki
teknologi untuk memproduksi vaksin influenza, akses
pada vaksin pandemi yang efektif masih merupakan
permasalahan utama di wilayah ini.”
Para Menkes ASEAN + 3 berkomitmen untuk:
• Menuntaskan pembicaraan Inter-Governmental
Meeting tentang virus sharing H5N1 dan virus influenza lain yang berpotensi pandemi pada manusia
dan adanya benefit sharing yang adil dan setara;
• Mendesak Direktur Jenderal WHO untuk mendukung tujuan untuk memastikan akses yang adil dan
setara pada vaksin pandemi bagi semua negara
anggota WHO; dan memfasilitasi peningkatan
kemampuan produksi vaksin influenza di wilayah ini
dan di negara-negara berkembang lain.” l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
39
Nasional
Menkes bincang-bincang
dengan peserta sidang
Dialog informal Menkes
dengan delegasi Indonesia
solusi yang mengakui kesepakatankesepakatan dalam proses perundingan IGM-PIP selama dua tahun
terakhir ini mencerminkan solidaritas
negara-negara pendukung dan
tekad kuat serta desakan yang tidak
kenal lelah dari kepemimpinan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Sementara anggota delegasi lainnya yang juga menjabat Staf Khusus
Menkes Bidang Kesehatan Publik, Dr.
Widjaja Lukito, Ph.D., berpendapat
resolusi ini menandakan kemajuan
signifikan dalam perjuangan gigih
Indonesia menuju pada kesepakatan
dunia dibidang kesehatan khususnya
40
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
virus sharing dan benefit sharing yang
lebih adil, transparan dan setara.
Dalam Resolusi WHA ke 62 itu,
Direktur Jenderal WHO diminta
untuk bekerja sama dengan negaranegara anggota untuk mendorong
kemajuan pembahasan atas dasar
hal-hal yang telah disepakati dari
Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus Sharing dan Akses
pada Vaksin serta Manfaat lainnya.
Direktur Jendral WHO berkewajiban
memfasilitasi proses pembahasan
yang transparan untuk memfinalisasi
elemen-elemen penting termasuk
Standard Material Transfer Agreement
(SMTA) juga unsur-unsur di dalam annex SMTA, lalu melaporkan hasilnya
pada Sidang Executive Board WHO ke
126 pada bulan Januari 2010.
Menteri Kesehatan Indonesia,
Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K),
sebagai inisiator konsep mekanisme
baru virus sharing yang adil dan
transparan ini menyambut baik
resolusi sebagai pencapaian mulia
dalam dunia kesehatan dan pengobatan, dengan dicapainya langkah
maju untuk meraih tatanan kese­
hatan publik global yang lebih baik.
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP (K) juga ditunjuk menjadi Wakil
Ketua I Executive Board WHO hingga
sidang WHA Mei 2010.
Anggota Delegasi Indonesia ke
Sidang WHA ke-62 adalah Menkes RI
sebagai Ketua, dengan anggota Dr.
Makarim Wibisono, dr. Widjaja Lukito,
Ph.d, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama,
Sp.P, MARS, Dirjen P2PL, Prof. Dr.
Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan
Litbangkes Depkes dan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Komunikasi Publik.
Jika berlaku, Standard Material Transfer Agreement (SMTA) akan
mengubah mekanisme virus sharing
menjadi mekanisme yang berbasis
keadilan, transparansi dan kesetaraan. SMTA akan membuka akses dan
transparansi pada informasi tentang
virus influenza, yang akan membuka pintu bagi para ilmuwan di
negara maju dan berkembang untuk
melakukan riset dan membangun
kapasitas untuk memproduksi vaksin, antivirus dan diagnostik. SMTA
juga mengandung aturan-aturan
tentang benefit sharing ketika hasil
dari riset yang menggunakan sampel-sampel yang disalurkan dalam
sistem ini dikomersialkan. l
Nasional
Lima Puluh Tahun
Penanggulangan Malaria
Penanggulangan malaria di Indonesia dibagi atas
tiga beberapa periode: periode pembasmian malaria, periode pemberantasan malaria, dan periode
sekarang. Bagaimana hasilnya?
Periode 1959 – 1968
Mulai tahun 1959 dengan bantuan WHO dan USAID diselenggarakan program pembasmian/eradikasi malaria yang disebut KOPEM
(Komando Operasi Pembasmian
Malaria) yang bersifat vertikal. Pada
tahun 1959 juga dibentuk Dinas
Pembasmian Malaria dimana Institut
Malaria diintegrasikan ke dalamnya.
Bersamaan dengan itu Pusat Latihan
Malaria didirikan di Ciloto dan empat
pusat latihan lapangan di luar Jawa.
Pada tahun pertama, pembasmian hanya diselenggarakan di Jawa
Bali dan Lampung, oleh karena 65%
penduduk Indonesia berada di sana.
Komunikasi juga baik dan tenaga
terlatih tersedia. Daerah luar Jawa
– Bali lainnya antara tahun 1961
– 1964 baru mulai melaksanakan
pra-eradikasi.
Indonesia dibagi menjadi 66 zona,
setiap zona dengan jumlah penNo.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
41
Nasional
duduk sekitar 1,5 juta orang. Jawa,
Bali dan Lampung sendiri terdiri atas
42 zona.
Sampai tahun 1965 program
pembasmian malaria di Jawa
dan Bali memberikan hasil yang
memuaskan. Pada tahun 1963 penyemprotan racun DDT mulai dihentikan di 11 zona yang telah memenuhi
kriteria dan ditambah lagi dengan 24
zona pada tahun 1964.
Tahun 1966 program mengalami
kemunduran oleh karena beberapa
hal, yaitu :
• Pembiayaan mengalami penurunan baik yang berasal dari
pemerintah maupun bantuan
luar.
• Meluasnya resistensi Anopheles
Aconitus terhadap racun DDT dan
atau Diledrin di Jawa Tengah dan
Jawa Timur
• Resistensi Plasmodium Falciparum
dan Plasmodium Malariae terhadap Pirimetamin dan Proguanil
serta meningkatnya toleransi
Plasmodium falciparum terhadap
Primakuin di Irian Jaya
Pada tahun 1968 KOPEM dihapuskan dan kegiatannya diintegrasikan
ke dalam Ditjen P4M (Pencegahan
Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular), sehingga tidak lagi
melaksanakan pembasmian melainkan pemberantasan.
Periode 1969 – 2000
Kebijakan Depkes adalah mengintegrasikan secara bertahap kegiatankegiatan pemberantasan malaria ke
dalam sistem pelayanan kesehatan.
Hingga tahun 1983 telah banyak
kegiatan yang dilaksanakan melalui
Puskesmas atau Pustu dengan upaya
rujukan seperti rumah sakit, Balai
Laboratorium Kesehatan dan lain-lain.
Beberapa kegiatan yang memer42
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Sampai saat ini
malaria merupakan
salah satu
penyakit
re-emerging
yang masih menjadi
ancaman di daerah
tropis dan
sub-tropis
yang sering
menimbulkan
KLB
lukan tindakan khusus antara lain
penyemprotan/fogging rumah/Indoor Residual Spraying (IRS), pengobatan massal dan penanggulangan
wabah masih dilaksanakan olek tim
khusus di bawah koordinasi kabupaten/provinsi atau pusat dengan
mengikut sertakan Puskesmas yang
bersangkutan sejak dari fase perencanaan.
Dengan terintegrasinya kegiatan
pemberantasan malaria ke dalam
sistem pelayanan kesehatan banyak tenaga kesehatan eks KOPEM
di Jawa dan Bali dialihkan status
kepegawaianya dari status pusat
menjadi status daerah, seperti
tenaga PMD (Pemberantasan Malaria
Desa), KPMD (Kepala PMD) para
Komandan Sektor, dan lain-lain.
Tahun 1973 ditemukan pertama
kali kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di Yogya-
karta pada seorang penderita import
dari Kalimantan Timur. Pada tahun
1975 – 1990 kegiatan pemberantasan malaria sumber dananya selain
dari pemerintah juga memperoleh
bantuan kembali dari USAID, Bank
Dunia, dan JICA.
Pada tahun ini juga dilaporkan
telah terjadi resistensi terhadap
Plasmodium falciparum terhadap
Klorokuin di seluruh provinsi di
Indonesia, selain itu juga dilaporkan
adanya kasus resistensi Plasmodium
terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin
(SP) di beberapa tempat di Indonesia.
Selanjutnya telah ditemukan
kasus resistensi Plasmodium vivax
terhadap Klorokuin yang untuk
pertama kalinya dilaporkan di Pulau
Nias, Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 1991.
Periode 2000 – sekarang
Sampai saat ini malaria merupa­
kan salah satu penyakit re-emerging
yang masih menjadi ancaman di
daerah tropis dan sub-tropis yang
sering menimbulkan KLB. Di Indonesia, penyakit ini mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian bayi,
anak balita dan ibu melahirkan. Kejadian Luar Biasa yang menimbulkan
kematian terjadi setiap tahunnya,
sehingga pemerintah memprioritaskan penanggulangan penyakit.
Sejak lima tahun terakhir, hampir
di seluruh wilayah tanah air angka
kesakitan malaria menunjukkan
trend yang menurun. Angka kesa­
kitan malaria yang diukur dengan
Annual Parasite Incidence (API) pada
tahun 2000 sebesar 0,81 ‰ cende­
rung menurun pada tahun 2001
menjadi 0,62 ‰, pada tahun 2002
sebesar 0,47 ‰, pada tahun 2003
sebesar 0,22 ‰, dan tahun 2004
menjadi 0,11 ‰.
Begitu juga angka kesakitan
Nasional
malaria yang diukur dengan Annual
Malaria Incidence (AMI) pada tahun
2000 sebesar 31,09 ‰ cenderung
menurun pada tahun 2001 menjadi
26,20 ‰, pada tahun 2002 sebesar
22,27 ‰, pada tahun 2003 sebesar
21,80 ‰, dan tahun 2004 menjadi
20,57 ‰. Dari data tersebut diatas
kecenderungan penurunan angka
kesakitan malaria selama 5 tahun
dapat diperkirakan sebesar kurang
lebih 50 %.
Sesuai kesepakatan negara anggota WHO, dalam meningkatkan
upaya pengendalian malaria, pada
tahun 1998 disepakati gerakan
pengendalian malaria yang intensif
dengan kemitraan global yakni Roll
Back Malaria Initiative (RBMI) yang di
Indonesia dikenal dengan Gerakan
Berantas Kembali Malaria (GEBRAK
MALARIA) yang telah dicanangkan
Menteri Kesehatan di Kupang pada
tanggal 8 April 2000.
Gebrak Malaria adalah gerakan
nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria
secara intensif melalui kemitraan
antara pemerintah, dunia usaha,
lembaga swadaya masyarakat dan
badan-badan internasional serta
penyandang dana.
Dalam periode tahun 2000 – 2004
di beberapa daerah telah membentuk tim Gebrak Malaria yang terdiri
dari beberapa mitra terkait. Untuk
impelementasi Gebrak Malaria
diberbagai daerah telah dibentuk
oganisasi seperti : Tim Gebrak Malaria di Propinsi NTB, Jawa Barat, Jawa
Tengah, yang diresmikan melalui SK
Gubernur atau Bupati. Khusus untuk
Maluku Utara diimplementasikan
dalam satu wadah yang dikenal
dengan Malaria Centre. Keberhasilan
tim Gebrak malaria ini bervariasi di
masing-masing wilayah. Beberapa
wilayah ada yang telah berhasil
meningkatkan pembiayaan melalui
APBD setempat misal di Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Maluku Utara,
Kabupaten Simeulue, Kabupaten
Kulonprogo, dan lain-lain.
Dalam merealisasikan Gebrak Malaria telah disusun Rencana Kegiatan
Pengendalian Penyakit Malaria dari
tahun 2000 – 2010, yang terdiri dari
Periode GEBRAK Malaria I tahun 2000
– 2005 dan Periode GEBRAK Malaria
II tahun 2006 - 2010.
Dengan terjadinya resistensi
terhadap Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di seluruh provinsi
di Indonesia, dan adanya resistensi
Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa
tempat di Indonesia, maka sejak
tahun 2004 pemerintah merekomendasikan obat pilihan pengganti
Klorokuin dan SP terhadap Plasmodi-
um yaitu dengan kombinasi Artemisinin (Artemisinin-based Combination
Therapy/ ACT).
Saat ini tersedia 3 teknologi pengendalian malaria yang memungkinkan untuk dilakukan eliminasi malaria, yaitu : minum obat penenang;
diagnosa cepat dengan RDT (Rapid
Diagnose Test); dan teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu
LliN( Long Lasting Insectized Net),
dan adanya dukungan serta komitmen yang tinggi dari pemda setempat.
Upaya pengendalian malaria
dilakukan berdasarkan Rencana
Kerja Program Pengendalian Malaria lima tahunan. Melalui rencana
5 tahun maka ditentukan visi, misi,
tujuan, strategi dan langkah-langkah
kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan.
Rencana strategis 2000 – 2005
yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian untuk digunakan sebagai
bahan untuk penyusunan Rencana
Kerja Program Pengendalian Malaria
2005 – 2009.
Pada tanggal 25 April 2008
diperingati Hari Malaria Sedunia
ke 1 dengan tema ” Ayo Berantas
Malaria”. Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam acara ini, antara lain
: pendistribusian media campaign,
obat malaria dan kelambu ke daerah
endemis; talkshow interaktif melalui
TV dan Ceramah Klinis. Acara puncak
dicanangkan oleh Presiden RI pada
tanggal 7 Mei 2008.
Kini 50 tahun sudah Indonesia
melakukan upaya untuk penanggulangan malaria. Pada Hari Malaria
Sedunia ke 2 ini, diperingati dengan
tema ” Menuju Indonesia Bebas
Malaria”. l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
43
Daerah
Pembangunan
Kesehatan Tana Toraja
Dengan luas 3.206 kilometer persegi dan jumlah penduduk sebanyak 446.661 jiwa –meningkat
2,9% setiap tahun- , kabupaten
Tana Toraja membutuhkan dukungan pembangunan kesehatan
yang terpadu guna terwujudnya
masyarakat yangs ehat, mandiri
dan produktif.
P
embangunan kesehatan Kabupaten
tana Toraja diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bermuara pada peningkatan pembangunan di sektor kesehatan. Visi pembangunan kesehatannya adalah : terwujudnya
daerah Tana Toraja sebagai daerah yang
bersih, indah dengan masyarakat sehat, mandiri dan
44
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
produktif.
Kabupaten Tana Toraja memiliki luas 3.206 km
persegi. Terdiri dari 40 kecamatan dan 310 lembang/kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak
446.661 jiwa, terdiri dari Perempuan : 216.266 jiwa dan
Laki-2: 230.395 jiwa. Jumlah penduduk setiap tahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu
2,9 %. Tingginya pertambahan penduduk setiap tahun
dimungkinkan karena arus mobilisasi tinggi serta
tingkat kelahiran juga semakin meningkat.
Adapun misi Pembangunan Kesehatannya ada
lima hal. Pertama, menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kedua, meningkatnya lingkungan
yang sehat. Ketiga, mendorong kemandirian lokal
dalam pembangunan kesehatan. Empat, mendorong
pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat termasuk pola hidup bersih dan sehat. Dan kelima, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau.
Situasi Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan di Tana Toraja dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu morbiditas, mortalitas dan status gizi.
Yang dimaksud morbiditas adalah tren atau kecend-
Daerah
erungan suatu penyakit serta upaya
untuk penanggulangannya.
Dengan melihat situasi morbiditas
diatas nampak bahwa selain penyakit menular juga didapatkan penyakit tidak menular seperti hipertensi,
penyakit pada sistem otot dan lainlain. Jadi sudah mulai terjadi pergeseran pola penyakit, yang dipengaruhi oleh gaya hidup, terutama dalam
pola makan.
Diantaranya penyakit menular
adalah ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ), TB, Paru, Diare, Kusta,
dan AFP (Acute Placcid Paralysis) atau
lumpuh layuh. Ada lagi penyakit menular yang bersumber dari binatang.
Diantaranya, penyakit Rabies yang
sampai sekarang masih menjadi permasalahan di Kabupaten Tana Toraja,
karena pada umumnya masyarakat
gemar memelihara hewan piaraan
terutama anjing. Pada umumnya
rabies yang terjadi karena gigitan
anjing, dibandingkan dengan hewan
piaraan lain.
Ada lagi penyakit malaria. Berdasarkan data profil kesehatan
Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2004
didapatkan 6.922 penderita malaria
klinis, 962 malaria (+). Penderita
malaria per 1000 penduduk di Kabupaten Tana Toraja selama tiga tahun
berturut-turut, yaitu tahun 20052007 mengalami kenaikan. Arus
mobilisasi yang tinggi di Tana Toraja
merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penularan penyakit
malaria.
Mortalitas
Mortalitas adalah angka kematian
pada bayi, balita, dan ibu-ibu yang
sedang hamil atau melahirkan. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi
kematian bayi, tetapi tidak mudah
untuk menentukan faktor yang paling dominan. Ketersediaan tenaga
Sepuluh penyakit terbanyak
di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 :
No.
Jenis Penyakit
Jumlah
1
Penyakit saluran pernapasan akut
44.780
5,76
2
Diare
11.301
1,45
3
Hipertensi primer essensial
5.917
0,76
4
Batuk
5.822
0,75
5
Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas
4.961
0,64
6
Dermatitis (eksema)
4.786
0,62
7
Kecelakaan dan rudapaksa
4.034
0,52
8
Influenza
3.914
0,50
9
Penyakit kulit alergi
3.777
0,49
Gastritis
3.679
0,47
92.971
11,97
10
Jumlah
%
Sumber data : SP2TP
medis yang terampil, kesediaan
masyarakat untuk mau mengubah
perilaku tradisional ke modern serta
faktor lain merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap kematian bayi.
Jumlah kasus kematian bayi pada
tahun 2005 sebanyak 181, tahun
2006 sebanyak 86 dan tahun 2007
sebanyak 105.Penyebab kematian
bayi adalah : BBLR = 10,42%, Asfiksia
= 7,29%, Sepsis = 2,08%, Neonatrum
= 1,04%, Pnemoni = 3,87%, Demam
Thypoid = 0,65%, Diare = 5,16%,DBD
= 0,65%, Kecelakaan = 0,65%, Lahir
mati = 5,81%, Lain-lain = 68,79%
Sedangkan kematian balita yaitu
kematian anak umur 0-4 tahun per
1000 anak. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kematian anak balita
seperti sosial ekonomi, lingkungan,
kecelakaan, penyakit, dan lain-lain.
Berdasarkan laporan LB2 dan Lap.
KIA tahun 2005 didapatkan 13 kasus
kematian balita, tahun 2006 ada 17
kasus kematian balita dan tahun
2006 terdapat 10 kasus kematian
balita.
Adapun angka Kematian Ibu (AKI)
dalam kondisi hamil, melahirkan dan
nifas, dilaporkan KIA ada 6 kasus kematian (3 kasus kematian ibu hamil
dan 3 kasus kematian ibu nifas)
di tahun 2006 dan di tahun 2007
terdapat 17 kasus kematian ibu. Penyebab kematian ibu di tahun 2007
yaitu perdarahan 5 orang, infeksi 1
orang, eklamsia 4 orang, lain-lain 6
orang.
Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak
Pelayanan antenatal merupakan
salah satu pelayanan kesehatan
dasar bagi ibu hamil sejak usia
kandungan 3 bulan sampai 9 bulan,
dimana minimal kunjungan sampai
melahirkan adalah 4 kali.
Cakupan Pelayanan Antenatal (K4)
tahun 2005 sebanyak 59,03%, tahun
2006 sebanyak 65,35% dan tahun
2007 sebanyak 67,42%.
Walaupun terjadi peningkatan
dari tahun 2005 sampai tahun 2007,
akan tetapi belum mencapai target
tahun 2007 sebesar 90%. Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga
cakupan K4 di Kabupaten Tana Toraja
masih rendah antara lain kinerja
bidan di desa, kesadaran ibu, serta
sarana yang mendukung, mengingat
kondisi geografis Tana Toraja banyak
daerah terpencil yang belum terjangkau kendaraan.
Komplikasi dan kematian ibu
maternal lebih banyak didominasi
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
45
Daerah
karena persalinan. Keterlambatan
pertolongan persalinan, persalinan
yang tidak ditangani oleh bidan
dan dokter, peranan keluarga, serta
perilaku si ibu yang dapat mempengaruhi besarnya angka kematian.
Persentase persalinan oleh tenaga
kesehatan tahun 2005 sebanyak
32%, tahun 2006 sebanyak 33% dan
tahun 2007 sebanyak 35%.
oleh faktor lingkungan, seperti diare,
DBD, malaria, ISPA, kecacingan, dan
lain-lain. Kondisi perumahan yang
kurang sehat serta tidak ditunjang
dengan sarana kesehatan lingkungan seperti jamban yang layak merupakan sumbangan terbesar untuk
berjangkitnya penyakit. Berikut ini
akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan sanitasi desa.
Kesehatan Lingkungan
Pemanfaatan Sarana
Pelayanan Kesehatan
Banyak penyakit yang disebabkan
Kecenderungan peningkatan kunjungan ke Puskesmas memberikan
gambaran bahwa kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan sudah mulai meningkat.
Persentase kunjungan Puskesmas
(Rawat inap dan jalan ) per 100.000
penduduk Tahun 2005 sebanyak
4,76%, tahun 2006 sebanyak 5,02%
dan tahun 2007 sebanyak 7,76%.
Di Kab. Tana Toraja terdapat 1
unit RS Umum, 2 unit RS Swasta, 28
unit Puskesmas, 73 unit Puskesmas
Pembantu, 99 unit Polindes, 27 unit
Tana Toraja,
Tanah Kerajaan Surga
T
ana Toraja, tempat nan indah dan
mempesona. Laksana tanah kerajaan
surga, begitu wisatawan menyebutnya.
Pemandangan alam yang menajubkan,
batu granit yang memukau setiap mata
memandang, birunya pegunungan yang
jauh disana dan hamparan lembah yang
luas. Di lembah penuh rumput hijau inilah masyarakat
menggembalakan dombanya. Lengkap sudah ciptaan
yang Maha Kuasa memanjakan mata siapa saja yang
melihatnya. Seraya mengatakan Maha Suci Tuhan yang
telah menciptakan. Masihkah kita mengingkari nikmatnya? Kekayaan alam yang melimpah dan panorama
yang indah. Semua itu terhampar di Tana Toraja.
Tana Toraja, wilayah indah yang terletak 350 km
sebelah utara kota Makassar. Sebuah tempat yang
terkenal dengan kekayaan budaya, diantaranya berupa
rumah adat yang bernama Tongkonan. Rumah yang
atapnya terbuat dari daun nipah atau kelapa. Hebatnya, bentuk bangunan ini mampu bertahan hingga 50
tahun. Tongkonan juga memiliki strata sesuai derajat
kebangsawanan masyarakat, seperti strata emas, perunggu besi dan kuningan.
Selain alamnya yang indah, Tana Toraja penuh
dengan tempat wisata budaya. Diantaranya, upacara
46
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Daerah
Pengamatan pemyakit berbasis lingkungan melalui
media konseling klinik sanitasi Tahun 2007
Puskesmas Keliling, 1 unit Gudang
Farmasi, 12 unit Apotek, 68 unit praktek dokter swasta, 440 unit Posyandu,
2 unit RS Bersalin dan 1 unit Balai
Pengobatan. Adapun tenaga kesehatan yang ada terdiri dari : 9 orang
dokter spesialis, 54 dokter umum, 16
dokter gigi, 8 apoteker, 11 bidan D3,
144 bidan, D3 Perawat 313 orang.
Sumber daya biaya merupakan
salah satu dari sumber daya yang
penting dalam pembangunan kesehatan, karena tanpa biaya kegiatan
tidak dapat berjalan sebagaimana
No.
Jenis Penyakit
1
Diare
2
Kecacingan
3
ISPA
4
TB Paru
5
Gatal-gatal
Total
Melalui Media Lingkungan
Air
Makanan
Menuju Tana Toraja
Ada dua pilihan perjalanan menuju Tana Toraja. Pertama, perjalanan udara. Perjalanan ini dimulai dari lapang­
an terbang Hasanuddin, Makasar menuju Tana Toraja.
Penerbangan ini hanya hanya sekali dalam seminggu dan
memakai pesawat kecil berpenumpang delapan orang.
Namun, waktu yang dibutuhkan hanya 45 menit dari ban-
Tanah
86
20
20
115
115
6
6
67
153
mestinya. Alokasi pembiayaan untuk
sektor kesehatan tahun 2004 di Kabupaten Tana Toraja sebesar 5,79%
dari total APBD dan mengalami ke-
pemakaman yang disebut Rambu Taka. Di Tana Toraja
mayat tidak dikubur, tapi diletakkan di Tongkonan beberapa waktu. Biasanya jangka waktu yang dibutuhkan
lebih dari 10 tahun, sampai keluarga memiliki cukup
uang untuk melaksanakan upacara yang pantas bagi
mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke tempat
peristirahatan terakhir di dalam goa atau dinding
gunung. Jika ingin menyaksikan upacara pemakaman
atau sering disebut musim festival pemakaman dapat
menentukan waktu wisata di Tana Toraja pada akhir
Juni dan paling lambat bulan September.
Udara
86
Jumlah
Penderita
67
121
20
294
naikan di tahun 2005 sebesar 8,48%
dari total APBD. Tahun 2006 sebesar
8,89%, dan tahun 2007 sebesar
8,06%. l
dara Hasanuddin, Makassar. Kedua, perjalanan darat. Naik
bus dari terminal Panaikan Makasar menuju Rantepao
Tana Toraja. Lama perjalanan kurang lebih 8 jam.
Wisatawan yang ingin tinggal di tengah kota, memiliki
banyak pilihan hotel. Tapi, jika memiliki jiwa petualang,
dapat tidur di desa bersama masyarakat sekitar. Disamping itu, ada wisata menjelajahi pasar tradisional. Disini
anda akan menemukan biji kopi khas Toraja ( Robusta
dan Arabica) dan buah-buahan khas lainya seperti Tamarella atau Terong Belanda. Jangan lupa mengunjungi
Batu Tomonga, artinya batu yang mengarah ke awan.
Disini anda dapat melihat batuan vulkanik yang bermunculan pada hamparan sawah, serta batu raksasa yang
menjadi Goa. Benar-benar nampak pemandangan indah
dan menjadikan Tana Toraja terlihat hijau dan subur. Ada
pula Palawa, tempat kawasan festival penguburan. Terdapat tempat makan berjajar di sepanjang jalan, termasuk toko cindera mata berupa pakaian, tas, dompet dan
kerajinan tangan lainnya. l(pra)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
47
Potret
Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P(K), MARS
Direktur Utama RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso
“Kita Harus
Saling Melindungi,
Menjaga,
dan Mengatasi
Masalah
Bersama-sama”
R
umah Sakit Penyakit Infeksi
(RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta
baru saja merayakan ulang
tahun. Masih dalam suasana
ulang tahun, RSPI Sulianti
Saroso kembali mendapat
sorotan berkaitan dengan
mewabahnya virus H1N1 di tanah air. Sebagai
salah satu rumah sakit rujukan nasional penyakit infeksi, tentu harus dalam siaga penuh
jika ada pasien-pasien yang datang. Beberapa
waktu lalu, RSPI ini juga pernah menghadapi
kesibukan luar biasa ketika wabah Flu Burung
sedang merajalela.
Bagaimana kesiapan RSPI Sulianti Saroso
menghadapi ”serangan” virus A H1N1 yang
mewabah di tanah air? Berikut petikan wawan­
cara Mediakom dengan Dr. Sardikin Giriputro SpP(K), MARS, Direktur RSPI Sulianti
Saroso yang kini sedang mengembangkan
48
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Potret
Institut Penyakit Infeksi. Sehingga
menciptakan iklim penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan
di lingkup rumah sakit.
Apa sebenarnya yang melatarbelakangi berdirinya RSPI?
Rumah Sakit ini khusus rumah
sakit pusat rujukan nasional penyakit
infeksi Indonesia. Awalnya disebut RS
Karantina, karena khusus menangani
penyakit karantina. Lalu dikembangkan menjadi RS penyakit infeksi yang
tidak hanya penyakit karantina saja.
Semua penyakit infeksi ditangani di
Diare kalau ada KLB, ISPA, HIV. Setahun kami bisa merawat 600 pasien
HIV. Di antara mereka, khususnya
pasien HIV banyak yang meninggal
karena infeksi oportunistik. Sistem
kekebalannya menurun sehingga
banyak penyakit infeksi masuk. Alhamdulillah beberapa tahun terakhir
angka kematiannya menurun karena
sudah diberikan obat anti virusnya
(ARV). Yang menyebabkan kematian
sebenarnya penyakit oportunistik ini.
Virus HIV-nya mematikan sel-sel kekebalan tubuh. Jika diberikan ARV tadi,
kekebalan tubuhnya meningkat lagi.
ICU, kami juga ada yang bertekanan
negatif. Satu orang satu kamar. Unggulan kami juga pada pencegahan
infeksi (infection control). Bukan yang
terbaik, tapi kami terapkan secara
maksimal dan juga kami lakukan
pelatihan kepada RS lain tentang
pencegahan infeksi.
Ada kendala dalam melayani
pasien ?
Banyak kendalanya, karena
penyakit yang dihadapi dikuatirkan
terjadi penularan antar manusia. Itu
sangat cepat dan mudah menular.
Terkadang media lebih dulu tahu sebelumnya dari pihak rumah sakit, bahkan sebelum pasien datang. Dampaknya, kami tidak dapat
sembarangan memberikan informasi, buat pasien dan masyarakat.
Harus hati-hati, karena wartawan pintar mencari celah dan informasi jadi bocor.
sini. Kebetulan saat terjadi SARS dulu,
sebelumnya ada sampar, pes, ebola,
semua disiapkan di RS ini. Alhamdulillah, kemudian tidak jadi. Kami
mendapati beberapa pasien SARS
di sini. Setelah SARS, ada flu burung.
Jadi memang RS ini disiapkan untuk
menangani kasus infeksi. Apalagi
menjadi RS menangani penyakit
yang dikhawatirkankan dunia internasional, penyakit yang menjadi
emergency/kegawatdaruratan public
health dan menjadi perhatian dunia
internasional. Termasuk pandemi
tadi. Dalam prakteknya kami tidak
bisa menolak pasien yang masuk.
Kami tidak tahu infeksi atau bukan,
jadi kami rawat dulu. Sebagian besar
memang penyakit infeksi, tetapi
kami tidak bisa menolak, jika bukan
penyakit infeksi, tidak bisa kami usir.
Infeksi seperti apa?
Apa program unggulan RSPI?
Program yang dilakukan belakang­
an ini yaitu penanganan kasus-kasus penyakit yang menular secara
air-borne, seperti flu burung, SARS
dan flu babi. Penyakit ini ditularkan
melalui udara, pengendalian paling repot, karena pencegahannya
paling sulit. Kalau HIV, kami masih
bisa memonitor. Sedangkan melalui
udara cepat sekali penularannya.
Berbeda sekali dengan yang kontak
langsung. Kami punya ruang isolasi
khusus untuk yang ditularkan melalui air-borne tadi. Ruang isolasi itu
khusus untuk satu orang, satu orang
satu kamar, dengan kamar mandi di
dalam. Tekanannya dibuat negatif
supaya kuman tidak menyebar ke
luar ruangan. Kami tarik udara dari
dalam kamar, dilewatkan melalui filter. Disaring dulu, setelah itu dilepas
keluar. Jadi lingkungan aman. Untuk
Kewaspadaan dan pencegahan ini
harus betul-betul dilakukan dan
ini tidak mudah. Pertama, mungkin
logistiknya perlu banyak seperti
sarung tangan, masker, dll. Katakanlah kami merawat 5 pasien. Itu bisa
beberapa petugas yang merawat.
Belum lagi petugas yang tidak langsung melayani. Itu semua memakai
alat pelindung. Setiap kali bertemu
dengan pasien lain harus ganti. Bisa
dibayangkan banyaknya kebutuhan
alat pelindung diri. Kedua, jika terjadi
pandemi, ruangan tidak cukup.
Namun kami sudah menyiapkan 4
tenda lapangan yang sudah dilengkapi AC dan alat medis. Jadi kalau
terjadi outbreak, kami membuka
tenda di tempat parkir. Tenda itu
dapat menampung 96 tempat tidur.
Bagaimana dengan APD-nya?
Itu kesulitan yang belum bisa
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
49
Potret
dibayangkan. Begitu juga dengan
peralatan medisnya. Kendala lainnya
adalah biaya operasional. Kami perlu
melatih petugas. Kami selalu refreshing. Jadi pelatihan pengendalian
infeksi itu terus kami ulang-ulang
karena keselamatan itu tergantung
dari ketaatan penggunaan alat. Padahal, pelatihan itu butuh biaya. Kalau
ada kasus, ruangan kami kosongkan,
tidak bisa merawat pasien lain. Itu
juga termasuk kendala. Berarti BOR
RS (jumlah penggunaan rawat inap)
akan turun.
Kami memiliki satu ruangan yang
isinya 12 tempat tidur. Kalau ada satu
pasien infeksi, tempat tidur yang lain
harus dikosongkan. BOR kami tidak
naik-naik. Trend-nya memang naik,
tapi lambat, begitu ada kasus turun
lagi. Dampaknya juga berimbas pada
insentif karyawan. Kami harus meng­
alokasikan dana yang cukup besar.
Seperti kalau ada kasus, kita harus menyiapkan lagi semuanya dari tempat
parkir sampai ruang trease ( penyaringan pasien), sampai ruang desinfektannya harus kami lengkapi lagi.
Solusi apa yang diambil untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut?
Misalnya membutuhkan dana
pelatihan, biasanya RSPI kerjasama
dengan pihak ketiga. Pihak ketiga
membantu melaksanakan pelatihan,
mereka punya dukungan dana.
Banyak perusahaan dan mitra yang
membantu. Mereka tidak berbisnis
sekali, tapi mereka mempunyai kesempatan untuk berpromosi.
Bila ada kasus KLB tentu sangat
merepotkan sekali, setiap ada pasien
masuk, maka hebohnya luar biasa.
Mulai dari keluarganya, Dinas Kesehatan setempat perlu dikontak, pimpinan terkait, dengan laboratorium
50
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
rujukannya harus komunikasi terus.
Para wartawan juga harus mendapat
informasi yang cepat. Terkadang
media lebih dulu tahu sebelumnya dari pihak rumah sakit, bahkan
sebelum pasien datang. Dampaknya,
kami tidak dapat sembarangan
memberikan informasi, buat pasien
dan masyarakat. Harus hati-hati,
karena wartawan pintar mencari
celah dan informasi jadi bocor. Perlu
komunikasi yang baik, karena berbeda komunikasi dengan wartawan,
demikian juga dengan masyarakat.
Mereka mempunyai ketertarikan
yang berbeda. Wartawan biasanya
maunya berita yang heboh, maunya
pasien yang gawat.
Untuk menghadapi wartawan, tidak mudah. Saya juga pernah dilatih
Bu Lily, Ka.Puskom Publik bagaimana
menghadapi wawancara. Biasanya
mentok-mentoknya diarahkan ke
Puskom. Tapi seperti kemarin, kami
menutup dan mengatakan ”Tidak
ada kasus”, tapi mereka/wartawan
tidak percaya dan telepon terus.
Bagaimana kerjasama dengan
unit-unit lain?
Kami selalu bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan, Unit di Depkes dan
mempunyai posko dengan Litbang,
termasuk dengan kepolisian. Kami
Potret
sudah memiliki Protap apabila
terjadi pandemi/KLB, mulai dari awal
sampai akhir, dari A sampai Z yang
selalu kita up date. Kami selalu review
terus, termasuk nomor teleponnya.
Jadi sewaktu kejadian, bisa langsung
dihubungi.
Seperti kasus H1N1, datang orang
Inggris, Australia, Korea, dan China.
Mereka ada yang tidak dapat berbahasa Inggris. Nah itu menjadi masalah juga. Akhirnya mencari orang
yang dapat berkomunikasi dengan
mereka. Tapi biasanya diberikan
Apa filosofi rumah sakit dalam
melayani pasien?
Karyawan biasanya kami kumpulkan dan prinsipnya kebersamaan.
Semua karyawan baik langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
pelayanan, kami harus bersama-sama
mengatasi persoalan. Misalnya ada
kasus swine flu, ada dokter bedah
atau bagian lain yang mau terlibat,
bisa bantu-bantu juga. Apapun, kami
harus saling melindungi, menjaga,
mengatasi masalah bersama-sama.
Disini kami buat zona-zona:
pertanyaan bahasa Inggris saja, dan
petugasnya saja yang mengisi. Bagi
yang tidak bisa berbahasa Inggris,
biasanya menunggu keluarganya
atau kerabatnya.
merah, kuning dan hijau. Zona merah
itu adalah tempat yang rawan tertular, seperti ruang rawat, laboratorium, trease. Ruang trease itu adalah
tempat menyaring pasien, pasien
datang langsung ditempatkan ke ruang trease, karena kalau tidak begitu
bisa kemana-mana. Trease khusus
untuk pasien suspek, tidak sembarang orang masuk. Zona hijau adalah
daerah yang aman. Lalu zona kuning
adalah daerah waspada. Apabila di
daerah kuning, cukup master saja
dengan sarung tangan, kalau daerah
merah harus lengkap. Tapi di daerah
hijau, masíh aman, meski tidak tahu
sampai mana tingkat keamanannya.
Mengenai kesiapan tenaga bagaimana ?
Kalau tenaga, saat ini masih memadai. Namun, bila kasusnya banyak,
pasti akan kekurangan. Belum lagi
ada tenaga yang sakit, tapi kami
sudah mengatasi dengan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Bila
RS kekurangan tenaga, akan di-supply dari Dinkes DKI. Bisa dari sekolah
perawat, Akper dan rumah sakit lain.
Banyak hal juga yang harus diperhatikan seperti untuk anak-anak,
mahasiswa, perawat dari akademi
perawat, termasuk anak-anak PKL.
Semua, kami buat protapnya, bahkan sampai ke tempat parkir.
Dedikasi dari tim disini cukup
tinggi, walaupun berisiko dan tidak
ada insentif yang khusus, tapi tetap
bersemangat. Tadinya mereka minta
asuransi, ya tidak mungkin asuransi,
dan minta makanannya yang sehat
4 sehat 5 sempurna. Belum bisa juga
memenuhi. Tetap dengan pendeka-
tan, agar pekerjaan selesai.
Dalam tiga tahun terakhir ini, penyakit infeksi apa saja yang paling
banyak?
Yang paling banyak dan rutin
itu HIV, TB, Ispa. Dan yang sewaktu-
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
51
Potret
waktu Outbreak yaitu diare. Disini
kita juga menjalankan program TB
DOTS , HIV pemberian ARV. Rumah
sakit ini bukan dibawah Yanmed, tapi
dibawah P2PL.
Terkait dengan pelayanan
Jamkesmas bagaimana?
Jamkesmas, di DKI Jakarta tidak
terlalu banyak, karena Pemda DKI
punya kebijakan sendiri. Kalau warga
DKI pakai SKTM. Untuk Jamkesmas
kita melayani dari luar DKI, temasuk
Bekasi, Tangerang, Bogor. Untuk
pelayanan pasien KLB, rumah sakit
klaim ke Pelayanan Medik Depkes.
Melayani Askes dan perusahaan. Tarif
rumah sakit ini masih rendah, mung-
kin paling murah juga di Jakarta
dibanding rumah sakit lain. Waktu
klaim KLB saja, bagian verifikasi “loh
kok murah sekali”. Karena tarif kami,
mulai berlaku sejak tahun 2001, jadi
sudah 9 tahun belum pernah naik.
Karena kami dulu PNDB ya, kalau
PNDB itu harus tandatangan Presiden. Tarifnya itu sudah berkali-kali,
Meretas Menuju Puncak
Bangunan bercat hijau muda itu tampak teduh dan
asri. Puluhan pohon besar mengelilinginya di kawasan
jl Sunter Permai Raya, Jakarta Utara. Pohon-pohonan
52
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
besar itu bahkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah
bangunan yang kini dikenal sebagai rumah sakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso.
Potret
sampai ke Setneg, sampai ke Menteri
Keuangan, tapi mental lagi. Oleh
karena itu, insentif untuk karyawan
masih kecil.
Sekarang kami sudah BLU dan
mudah-mudahan kesejahteraannya
dapat meningkat. Karyawan juga
mengharapkan kesejahteraan itu,
sehingga dapat bekerja dengan baik.
Sebab, kalau tidak ada perhatian untuk karyawan, mereka bisa lari nanti.
Di DKI Jakarta ini, insentif mereka
ini lebih tinggi. Ada tunjangan kesejahteraan, besarnya sama dengan
gaji. Di Puskesmas mendapat tunjangan 1 juta atau 1,5 juta. Banyak
karyawan yang minta mengajukan
pindah ke DKI, karena mau insen-
RSPI Sulianti Saroso sudah ada sejak puluhan tahun
lalu. Awalnya adalah Station Karantina berada di Pulau
Onrust Kuiper, Kepulauan Seribu, yakni lembaga yang
merupakan hibah pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia. Namun, dalam perjalanan waktu, sekitar
tahun 1958, Station Karantina dipindahkan ke Tanjung
Priuk, Jakarta Utara berganti nama menjadi Rumah
Sakit Karantina. Di tempat baru inilah Rumah Sakit
Karantina terus mengalami perubahan struktur organisasi, peran, fungsi dan pola pengelolaan keuangan. Dan
bersamaan dengan itu, nama Rumah Sakit Karantina
berubah menjadi nama Rumah Sakit Infeksi Prof.Dr. Sulianti Saroso. Sebuah nama tokoh besar, master bidang
public health pada zamannya, Sulianti Saroso. Ia pernah
menjabat sebagai Kepala Badan Litbangkes Depkes
tahun 1975 dan menjabat Staf Ahli Menteri Kesehatan
tahun 1979.
Kini, Rumah Sakit Prof.Dr. Sulianti Saroso telah menjadi rumah sakit Badan Layanan Umum ( BLU). Rumah
sakit yang menerapkan pengelolaan keuangannya
berubah dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)
menjadi BLU penuh. Bahkan sejak tahun 2008, statusnya
telah meningkat menjadi RS Kelas B pendidikan dengan
eselon IIA.
Oleh karena itu, wajar jika dr. Sardikin Giriputro, Sp.P,
MARS sebagai pimpinan ke 12 RS Sulianti Saroso, merasa
bersyukur, telah menjadi penerus sejarah perjalanan
rumah sakit ke 15 yang jatuh pada 21 April 2009 yang
lalu. Pada saat itu, ia menegaskan tentang komitmennya
menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit penyakit infeksi.
Pelayanan Medis
Di usianya yang cukup matang, RS Sulianti Saroso
telah menggepakkan sayabnya, merambah berbagai
pelayanan kesehatan. Mulai pelayanan Gawat Darurat,
rawat jalan, rawat inap, perawatan instensif dan bedah
sentral. Melalui sarana yang ada sekarang ini, rumah sakit
tif yang lebih tinggi. Ya kami beri
pengertian. Ada juga beberapa yang
sudah mengabdi 20 tahun. Tapi kalau
masih muda-muda baru 2-3 tahun,
minta pindah “ya nanti dulu, mengabdi dulu disini”.
Sekarang, kami sedang mengembangkan Institut Penyakit Infeksi
Nasional.Di Indonesia mempunyai
telah melangkah maju, mejadi pelayan rumah sakit yang
berkualitas. Tatalaksana yang rasional, secara diagnostik
maupun terapetik, menyeluruh, terapadu dan berkesinambungan, khsusnya terhadap penyakit infeksi.
Untuk mendukung layanan tersebut, telah tersedia 16
poliklinik spesialis, diantaranya; poliklinik spesialis anak,
poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis kebidanan,
poli spesialis gigi dan mulut, dll.
Sedangkan penunjang medis, disediakan 8 layanan
penunjang medis, diantara pelayanan Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi Medik, Gizi, Farmasi dll. Untuk
menggerakkan organisasi, Direktur Utama dibantu oleh
Direktuk Medik dan keperawatan, Direktur Pengkajian
Penyakit Infeksi dan Penyakit menular, serta Direktur
Keuangan dan Administrasi Umum.
Kini, rumah sakit ini sudah menempatkan diri menjadi rumah sakit rujukan nasional dalam pelaksanaan
penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya. Terutama
penyakit infeksi yang disebarkan melalui udara. Seperti
Sars, flu burung(H5N1) dan flu babi (H1N1).
Selain menyelenggarakan kegiatan preventif dan
promotif pada kelompok masyarakat resiko tinggi -termasuk pengendalian nosokomial-- rumah sakit juga
melakukan penelitian untuk mengembangkan tatalaksana penyakit menular dan infeksi lainnya. Tidak ketinggalan melaksanakan pendidikan, pelatihan kepada tenaga
kesehatan, institusi kesehatan maupun masyarakat.
Guna mendorong pelaksanaan tugas, rumah sakit
menanamkan nilai-nilai kepada seluruh karyawannya.
Nilai tersebut yaitu; profesionalisme, tanggung jawab, ramah, disiplin dan keterbukan. Keseluruhan nilai tersebut
diharapkan mampu memberi motivasi dalam bekerja,
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu rumah sakit
menyepakati motto “maju bersama menuju pelayanan
prima”.Tetap semangat, maju terus pantang mundur.
Meretas jalan menuju puncak kesehatan yang setinggitingginya. l(pra)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
53
Potret
banyak penyakit infeksi, yang endemis banyak. Kemudian penyakit yang
new-emerging, kita antisipasi, yang
emerging juga perlu kita antisipasi.
Semua itu memerlukan semacam
lembaga / institut yang melakukan
pengkajian penyakit-penyakit infeksi,
penelitian, dan memberi masukan.
Bagaimana struktur Institut tersebut ?
Nanti ada perubahan kelembagaan. Rumah sakit tetap ada,
tapi ada institutnya. Dan tugasnya
berbeda dengan rumah sakit. Rumah
sakit lebih ke pelayanan, institut
nanti fokus pada pengkajian, penelitian, pelatihan dan training.
Bagaimana dengan SDM nya ?
Nanti kami kembangkan karena
tidak bisa dengan SDM yang ada
sekarang, karena mindsetnya masih
pelayanan. Kami akan merekrut dari
luar yang orangnya suka dengan
kegiatan ilmiah, penelitian, scientist
54
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
"Semua karyawan
baik langsung
maupun tidak
langsung terlibat
dalam pelayanan,
kami harus
bersama-sama
mengatasi
persoalan. "
dan research worker. Tugas mereka
meneliti terus dan laboratoriumnya
harus memadai. Dan hasil penelitian
di laboratorium, harus dapat diterap­
kan di rumah sakit.
Mengobati tipus, misalnya, harus
ada penelitian, seperti apa kuman
tipusnya. Sehingga dapat diketahui
obat apa yang paling sesuai. Hasilnya, nanti diuji di laboratorium.
Mungkin hasilnya. Oh ini tidak akurat
lagi. Sudah resisten. Kemudian, ditemukan obat yang bagus mana?
Pelayanan itu sebagai bagian dari
penunjang penelitian. Sekarang ini
banyak kasus penyakit infeksi yang
bagus dan perlu diteliti, terus dibiarkan tidak diteliti kan sayang. Tidak
perlu merawat inap banyak pasien
sampai ratusan, tapi sedikit dapat
dimanfaatkan untuk penelitan.
Kapan dimulai?
Prosesnya sedang jalan, kami
sudah mengembangkan laboratoriumnya. Tahun 2012 diperkirakan
sudah kelihatan bentuknya. Yang
penting, status kelembagaan itu
harus diberikan karena berkaitan
dengan kewenangan di Menpan.
Lembaga seperti apa, itu yang
sedang kami Polanya rumah sakit,
tapi ada lembaganya. Contohnya; di
RS Harapan Kita, mereka mempunyai
Potret
Fasilitas dan layanan
RSPI Sulianti Saroso
kerjasama, seperti flu burung dan
HIV/AIDS.
Tahun 2012 mungkin status kelembagaan sudah harus jelas. Tahun
2014 sudah bisa berfungsi sendiri. Ini
harapan kami, tapi tergantung pimpinan juga. Kita tidak tunggu sampai
lembaganya selesai, tapi, kami sudah
memulai aktifitasnya. Misalnya dokter di rumah sakit sudah kami ajak
untuk penelitian dan diberikan dana.
Sebagian atau 10 % dari anggaran
kita untuk penelitian.
Dari segi struktur rumah sakit
sendiri sudah ada direktorat baru
sejak 2008, yaitu SK Menkes 274.
Dalam struktur rumah sakit itu ada
Direktorat Pengkajian Klinis. Saat ini
Direktorat Pengkajian ini sedang
mengembangkan sistem dan prosedur penelitian di intern rumah sakit
ini. Prosedurnya, mengajukan proposal. Proposalnya seperti apa yang
cocok? Nanti akan ditelaah oleh tim
review. Kami juga sedang membuat
tim etik. Sarana dan prasarana juga
berangsur-angsur kami benahi.
Indonesia, gudangnya penyakit
infeksi. Oleh sebab itu keberadaan
institut penyakit infeksi menjadi
penting. Mudah-mudahan upaya
pembentukan Institut Penyakit Infeksi
Internasional segera terwujud. l
Pusat Kardiologi. Ada juga di Manila
Institut Penyakit Tropis. Rumah sakit
bagian dari Institut. Rumah sakit
tetap melayani pasien. Pasiennya
menjadi objek penelitian, melalui
pemeriksaan darahnya.
Bagaimana konsep pembiayaan
untuk penelitian ke depan ?
Harus ada pembiayaan, sebenarnya dana riset itu banyak. Kalau
kami memiliki tim peneliti yang bagus, membuat proposal yang bagus,
dana penelitian itu banyak. Seperti
dari Internasional, misal; Australia.
Kami bahkan pernah ditawari untuk
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
55
Siapa Dia
Daniel Tule:
Bahagia Menjadi
Kader Posyandu
M
eskipun terbilang
langka, Daniel, kader laki-laki posyandu, mengaku ikhlas
mengabdi kepada
masyarakat untuk kemajuan negeri.
Berbekal keikhlasan, ia mendatangi
rumah, demi rumah di desa Badale,
mengajak masyarakat menimbang
anaknya ke posyandu di desanya. Tak
terasa, tahun 2009 telah memasuki
13 tahun pengabdiannya sebagai
kader posyandu. Mulai berkarir dari
bujangan, sampai berkeluarga. Ia
pun tak merasa bosan, ingin terus
mengabdi dan merasa bahagia.
Deniel Tule, begitu nama lengkapnya. Sedikit lelaki
yang mau
mengab­di
menjadi
kader
Posyandu.
Umumnya,
kader posyandu itu
perempu-
56
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
an. Tapi, langkanya tenaga pria tak
membuatnya malu ataupun rendah
diri. Ia tetap bersahaja menjalani profesinya sebagai kader posyandu. Daniel menetapkan tanggal 15 setiap
bulannya mengadakan pertemuan
di posyandu. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan terkait ibu
hamil, nifas dan praktek memasak
makanan bergizi.
Lelaki yang mengawali karirnya
tahun 1996 di posyandu ini, mempunyai motivasi membantu masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak
balita agar kehidupannya lebih baik.
Anaknya tumbuh dan berkembang
secara sehat dan kuat, khususnya
masyarakat Desa Badale, Kecamatan
Dobalaen, Kabupaten Rotendau,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berkat kegigihanya, kini jumlah
kader posyandunya berjumlah 7
orang, semua perempuan, salah
satunya diantaranya isterinya sendiri.
Dalam melaksanakan programnya,
Daniel bekerjasama dengan petugas kesehatan, tim penggerak PKK,
Dasa Wisma, Tokoh Agama, Adat dan
pemerintah lingkungan, termasuk
pengurus RT dan RW.
Sebagai suami, ayah dan sekaligus
sebagai kader posyandu, banyak
suka duka silih berganti menyertai
hidupnya. Daniel merasa bahagia,
jika banyak ibu-ibu dan bayinya yang
mendatangi posyandu. Rasa duka
dan murung segera merasuk dalam
hatinya jika setiap tanggal 15 seba­
gai hari kegiatan posyandu, sedikit
anggota masyarakat yang hadir.
Daniel tidak tinggal diam. Ia biasanya langsung menyusuri kebun,
sawah dan pekarangan rumah menemui setiap anggota posyandu yang
berhalangan hadir. Wajah muram
berubah menjadi ceria, ketika berjumpa dengan anggotanya. Mereka pun
langsung meminta maaf atas ketidak
hadirannya. Sebab ada diantara mere­
ka yang anaknya sakit, istrinya sakit,
bahkan ada yang beberapa anggota
keluarga sakit berbarengan. Daniel
pun terus mengingatkan pentingnya
terlibat dengan kegiatan posyandu.
Kalau ibu tidak sempat hadir, bapaknya menggantikan. Jika bapaknya
masih juga tidak sempat kakak, tante
dan seterusnya yang menggantikan.
Untuk meningkatkan kualitas kerja posyandu, Daniel mengefektifkan
kerja kader. Caranya, setelah tanggal 15 pagi masih ada ibu-ibu yang
tidak hadir, maka sore harinya Daniel
bersama anggota mendatangi
rumah tersebut, sekaligus memberi
penyuluhan. Disamping itu, setiap
tahun kader mendapat kesempatan
dua kali pelatihan oleh pemerintah.
”Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan soliditas kader
posyandu, ” demikian kata Daniel
menutup perbincangan. l( pra)
Siapa Dia
Nunuk Iswandari:
Kerja Sosial
Karena Panggilan Hati
K
einginan penggagas
posyandu Melati Aspari,
Magelang Tengahang,
Nunuk Iswandari, untuk
meningkatkan kesehat­
an balita, mengurangi kematian
ibu tampaknya dapat terkabulkan.
Melalui posyandu, ia menggerakkan
masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan diri, keluarga dan masyarakatnya. Hasilnya, posyandu
binaannya menjadi juara terbaik di
tingkat nasional.
Sejak tahun 1994, Nunuk menghimpun kader posyandu lainnya
untuk membantu hingga 12 orang.
Perekrutan jumlah kader yang
melebihi standar ini, menurutnya,
bertujuan untuk stabilitas program.
Sebab, sebagian besar kadernya
tersebut berasal dari para istri TNI
yang tingkat mobilitasnya tinggi.
Setiap saat siap berpindah tugas
mengikuti suami. Sehingga ketika
ada yang pindah tugas, masih ada
kader cadangan yang melanjutkan
programnya. Nunuk menceritakan,
dari 12 kader satu menjadi ketua,
satu menjadi sekretaris, dan sisa
kader berikutnya menguasai seluruh
meja, dari meja pertama sampai
meja ke lima.
Nunuk menyebut posyandunya
perpaduan antara TNI dan Sipil. Sebab, kader maupun masyarakatnya
berasal dari TNI dan Sipil. Sekalipun
mendapat fasilitas tempat dari TNI,
tapi pelaksanaan kegiatan posyan­
du tidak selalu ditempat tersebut.
Mereka sering berpindah mendekati
pasar. Ibu-ibu sambil ke pasar menim­
bangkan anaknya ke posyandu. Khusus Februari dan Agustus merupakan
pemberian vitamin A, ketika mengadakan kegiatannya dekat pasar,
dapat menjaring balita lain diluar
wilayahnya yang ikut berdagang
atau belanja ibunya ke pasar. Seperti
posyandu lainnya, jika ada yang tidak
hadir, Nunuk pun melakukan kegi­
atannya door to door.
Terkait dukungan masyarakat,
Nunuk mengatakan baik sekali. Selain mendapat dukungan dana sehat
dari masyarakat, juga dukungan dari
para donator yang dikumpulkan dari
warga oleh masing-masing RT. Sumbangan itu tidak berupa uang, tetapi
berbagai bahan yang dibutuhan
posyandu. Seperti buah buahan,
bubur menado, dan bahan lainnya.
Sehingga tak pernah kesulitan
membuat PMT-nya.
Menurut Nunuk, pelaksanaan posyandu dan
KB ditetapkan
hari Kamis ke
tiga, pada
pagi hari, tapi pada musim penghujan dilaksanakan sore hari. Khusus
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD),
pelaksanaannya setiap Sabtu sore.
Kerja sosial ini bagi Nunuk merupakan panggilan hati, semua dikerjakan
dengan baik, semata-mata pengabdian saja. Saya merasa bahagia,
ketika keberadaannya bermanfaat
untuk banyak
orang. l(pra)
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
57
Lentera
Namaku Flu
Oleh: Prawito
T
ernyata nama itu penting. Bukan sekadar
identitas atau sebutan. Memilah, memilih
dan menetapkan kosa kata yang tepat,
ternyata bukan secepat membalikkan
telapak tangan. Apalagi kosa kata itu harus
mewakili semua kepentingan dari berbagai pihak. Untuk kasus flu babi, tampaknya tersembunyi kepentingan bisnis, pariwisata, harga diri
dari sebuah perusahaan multi nasional atau bangsa.
Flu, kosa kata lawas yang sudah terkenal di seluruh
belahan dunia. Artinya , sebagian besar orang paham
makna flu secara utuh, sesuai dengan
pengalaman sakit yang pernah dialami.
Menurut para ahli kesehatan, flu hanya­
lah penyakit ringan yang sudah menjadi pakaian harian manusia, khususnya
di Indonesia. Bahkan banyak orang
tidak merasa sakit terkena flu, sehingga
penderita terbiasa bekerja ke kantor,
pabrik dan bertani diladang.
Kini, flu, penyakit yang disebabkan
oleh virus H1N1 ini telah menjadi isu
hangat. Banyak orang panik, sibuk
mencari penjelasan. Mulai dari jenis
virusnya, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Puskom Publik Depkes, termasuk salah satu unit yang
kebanjiran pertanyaan tersebut. Mulai dari perseorangan
sampai lembaga. Sehingga Puskom Publik telah berulang
kali mengeluarkan rilis, jumpa pers dan talk show untuk
memberi penjelasan kepada publik. Kebingungan terbesar
pada upaya mengenali dan pencegahan, tapi banyak juga
yang bingung dengan penamaan penyakitnya. Padahal
virusnya itu-itu juga, H1N1. Mengapa demikian? Karena
banyak versi dan nama yang beredar terkait virus ini.
Virus H1N1, merupakan virus flu biasa. Selama ini
orang lebih mengenal flu burung H5N1, dibanding virus
flu biasa H1N1. Padahal, tahun 1918 virus ini telah melanda Spanyol, kemudian disebut virus Spanyol. Tahun
2009, menyerang babi, kemudian disebut virus babi atau
58
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
flu babi. Virus ini juga banyak menyerang rakyat Meksiko, kemudian ada yang menamakan flu Meksiko. Nama
terakhir ini sempat memancing kontroversi. Selain nama
tersebut, ada juga penamaan lain seperti: Swine flu dan
Strain Meksiko dan entah kosa kata apalagi yang akan
muncul dikemudian hari. WHO, Organisasi Kesehatan
Dunia berinisiatif menggunakan kosa kata Influenza A
H1N1. Tapi masih banyak negara belum mengadopsi kosa
kata itu sepenuhnya. Kemudian muncul edisi terbaru Flu
Baru H1N1. Betapa sulitnya menyepakati kosa kata untuk
sebuah nama virus H1N1.
Flu babi, kosa kata yang sudah banyak
beredar melalui media massa. Bahkan
telah menjelma menjadi kosa kata ajaib
yang mampu menarik pembaca dan
pemirsa. Masyarakat Indonesia sudah
semakin akrab dengan istilah itu. Sebab
mudah mengingatnya karena dapat bervisualisasi dengan binatang yang banyak
dilihat di Indonesia. Persis sama mudahnya dengan mengingat flu burung.
Tapi entah alasan apa, Israel dan Amerika
tidak setuju dengan penggunaan istilah
flu babi ini.
Nama, seharusnya mempunyai makna. Sehingga
ketika menyebut nama tersebut dapat mengingatkan
akan tempat, peristiwa atau sang penemunya. Disamping
itu, nama harus mudah dihafal, tak merendahkan atau
menyinggung pihak lain. Semua pihak dapat menerima
penamaan tersebut. Dari pada berdebat berkepanjang­
an, menguras dana dan menyita banyak waktu hanya
untuk sebuah nama. Padahal ada tanggung jawab yang
lebih besar lagi, yaitu pencegahan dan penanggulangannya, demi menyelamatkan manusia dimuka bumi. Ada
baiknya sebut saja “Flu”. Kemudian kosa kata berikutnya
terserah yang pembaca kenal. Antara lain; Babi, Meksiko,
Baru H1N1, atau A H1N1 yang penting esensinya sama. l
Lentera
Jasamu, Kader Posyandu
W
ajahnya polos, tutur katanya
sederhana, dan apa adanya
tanpa basa-basi. Bahkan ketika
berbicara dengan ibu Ani Susilo
Bambang Yudhoyono sekalipun,
wanita separuh baya itu tidak
terlihat grogi sama sekali. Malahan, Oktavina Alfrida, nama kader posyandu yang telah
mengabdi selama 15 tahun di posyandu Pelangi, Desa
Wono Rejo, Kelurahan Kerom, Papua itu, menunjukkan
keakrabannya dengan memanggil ibu Ani dengan
sebutan ‘Mama’. Dihadapan ‘Mama’ Ani pula, selain
menceritakan pengalamannya, Oktavina sempat melontarkan kelakarnya, “Mama, saya di ruang AC ini kedinginan. Maklum, di Papua cuma ada AC alam, panas. Agar
saya terbiasa dengan dinginnya AC, saya harus sesering
mungkin diundang ke Jakarta,” katanya yang disambut
dengan derai tawa tamu undangan yang hadir pada
siang hari itu.
Itulah suasana Temu Kader Nasional
Posyandu yang berlangsung akhir Mei
2009 di hotel Mercure Ancol, Jakarta
yang dirancang Departemen Kesehatan
beberapa waktu lalu. Ribuan kader
Posyandu dari seluruh pelosok Tanah
Air ini berkumpul memantapkan diri,
menjadi lebih baik, berkualitas, dan
bertambah ikhlas dalam menjalankan
tugas. Dan memang tanpa keikhlasan
sulit bagi kader untuk bertahan dalam
pengabdian. Sebab kader tak bergaji,
tapi ia harus terus mengabdi.
Kader pada umumnya bukan orang yang berlebih secara ekonomi. Bahkan banyak yang berkekurangan. Tapi,
semangat kepedulian menghunjam dalam dada mereka.
Lain lagi dengan Lilis, kader Posyandu Melati, Kelurahan
Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, Provinsi Jawa
Barat. Bersuamikan buruh pabrik, bergaji UMR (upah
minimum regional), sederhana dan bersahaja. Rumahnya
berdinding triplek lusuh, beratap asbes, jalannya sempit
di kawasan kumuh padat penduduk pinggiran Bekasi.
Tapi, ia sangat peduli kepada sesama, walau dirinya
dalam kekurangan. Bukan hanya aktif di Posyandu, tapi
ia rajin membesuk tetangga yang sakit, menguruskan
SKTM (surat keterangan tidak mampu) dan mengantarkan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit sudah men-
jadi kebiasaan. Termasuk menanggung biaya transportasi
naik becak ataupun angkotnya. Kejadian seperti ini terus
berulang. Bahkan Lilis telah melakukannya sejak remaja.
Kini, diusianya yang telah menginjak 45 tahun, kebiasaan
mulia ini tak pernah berhenti.
Menembus birokrasi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta
dan RSUD Kota Bekasi bukan perkara mudah. Siklusnya
panjang, berbelit, pelayanan tak ramah, berkasnya rijit,
antrian panjang, panas dan menyebalkan. Tapi tugas
mulia ini Lilis kerjakan dengan ikhlas dan senang hati.
Ia tak berharap apa-apa kepada yang ditolong, kecuali
kepuasan batin setelah membantunya.
Oktavina, Lilis dan ribuan kader Posyandu lainnya
adalah sosok-sosok wanita luar biasa. Walaupun mereka
secara ekonomi, pendidikan, sosial dan jaringan lemah,
namun semangat dan kepeduliannya jauh melampaui
kapasitasnya. Mereka wanita perkasa yang hatinya sangat mulia. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat
yang tidak berdaya, menjadi obor penyemangat yang tidak padam karena
keterbatasan.
Adakah diantara kita mengingat
jasa mereka? Mereka ini seperti guru,
pahlawan tanpa tanda jasa. Kalau guru
menjaga gawang di bidang pendidikan,
kader Posyandu menjaga gawang di
bidang kesehatan. Keduanya sama-sama
mengabdi untuk anak-anak generasi
masa depan bangsa Indonesia. Mereka
adalah pahlawan-pahlawan yang mengantarkan anak bangsa hidup lebih
sehat dan sejahtera, meskipun hanya sedikit orang yang
menaruh perhatian kepadanya.
Sebagai bangsa besar, selayaknya kita tahu berterimakasih. Sebagai masyarakat yang beradab, selayaknya
kita menghargai dan memberikan apresiasi kepada
para kader Posyandu yang kita cintai. Sekelumit cerita
kader Posyandu di atas, diharapkan menginsipirasi
jutaan masyarakat Indonesia untuk berbuat kebaikan
bagi sesama. Kini, 267 ribu Posyandu dan 1.2 juta kader
Posyandu yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air siap
untuk berkarya, membangun bangsa yang sehat dan
sejahtera. Jasamu kader Posyandu, tidak akan terlupakan
sepanjang waktu. Bangga, salut dan hormat untukmu
kader Posyandu. l
No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom
59
60
Mediakom No.XVIII/JUNI/2009
Download