IKLAN Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Etalase Susunan REDAKSI Mediakom Penanggung Jawab: dr. Lily S. Sulistiowati, MM Pemimpin Umum: Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Pimpinan Redaksi: Drs. Sumardi Redaksi: Prawito, SKM, MM (koordinator) Dra. Hikmandari A., M. Ed. drg. Anitasari SM Busroni, S.IP Dra. Isti Ratnariningsih, MARS Mety Setiowati, SKM Aji Muhawarman, ST Reporter: Resty Kiantini, SKM, M. Kes. Sri Wahyuni, S. Sos Giri Inayah, S. Sos R. Yanti Ruchiati Fotografi: Wayang Mas Jendra, S.Sn Rifani Sastradipraja, S.Sos Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik Gedung Departemen Kesehatan RI Blok A, Ruang 107 Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 Telepon: 021-5201590; 021-52907416-7 Fax: 021- 5223002; 021-52960661 Email: [email protected] [email protected] Redaksi menerima naskah dari pembaca: dapat dikirim ke alamat email redaksi Ayo Hidup Sehat! Banyak perokok tahu bahaya rokok bagi kesehatan, tapi lebih banyak perokok tidak mau tahu kapan harus berhenti merokok. Beribu alasan dilontarkan, yang intinya perokok tetap ingin merokok dan enggan berhenti merokok. Pembaca, memang tidak mudah meng­ ubah kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan bertahun-tahun. Apalagi kebiasaan merokok. Dari banyak pengalaman, hanya mereka yang memiliki tekad besar dan kema­ uan kuat dari diri sendiri yang dapat membedr. Lily S. Sulistiowati, MM baskan diri dari kebiasaan merokok. Dr. Merdias Altmatsir mengatakan, resep berhenti merokok sebenarnya sederhana saja, cuma niat yang tulus dan kuat. Setelah itu kita harus siap memasuki dunia baru: hidup sehat. Lalu, biasakan bernapas panjang, olahraga setiap hari, mengambil waktu tidur lebih lama, banyak minum dan mandi, menjauhi kopi, alkohol, makanan berat dan berbumbu banyak, sekaligus menjauhkan diri dari perokok atau lingkungan yang mendorong kita ikut merokok. Percayalah, dengan memilih hidup lebih sehat, Anda akan menjadi lebih segar, bugar, dan bergairah menyongsong kehidupan. Gaya hidup sehat juga akan menjauhkan kita dari berbagai ancaman virus yang makin hari semakin menghantui lingkungan sosial kita. Seperti Influenza A H1N1, salah satu virus yang menghebohkan dunia, semua negara, termasuk organisasi kesehatan dunia WHO sibuk mencegahnya. Tapi apa daya, tingkat penyebaran lebih cepat dari strategi pencegahan. Akhirnya H1N1 dinyatakan oleh WHO menjadi pandemi. Kini influenza A H1N1 sudah merebak ke seluruh negara di dunia. Terus menyebar melintas batas daratan, gunung dan laut tak terkendali. Kedua topik itu kami angkat sebagai topik utama Mediakom edisi kali ini. Selain itu, kami juga mengabarkan berbagai kegiatan di lingkup departemen Kesehatan serta berbagai informasi menarik yang layak Anda ketahui. Dari hari ke hari kami akan terus memperbaiki majalah kita tercinta. Berba­ gai rubrik baru terus kami persegar dan perbarui. Semoga pembaca berkenan. Dan kami berharap apa yang kami lakukan ini dapat mendekatkan dengan pembaca. Berkomunikasi, tukar pikiran dan saling menyapa antara kita. Selamat membaca. l Redaksi No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom Daftar Isi 14 26 9 28 18 13 Cover Model memakai masker sebagai pencegahan penularan Influenza A H1N1 Foto Wayang Mas Jendra, S.Sn 3 Etalase 4 Daftar Isi 6 Surat Pembaca You Can Control Your Asthma Hindari Hipertensi, Kurangi Konsumsi Garam Lebih Jauh Meningitis Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Kangkung Sebagai Anti Racun Cara Membedakan Madu yang Asli dan Palsu Amankah Kosmetika Anda? 15 Media Utama Virus H1N1 7 Resensi 9 Info Sehat 25 23 MASYARAKAT HARUS TETAP WASPADA Waspada Influenza A Seputar Iinfluensa A H1N1 KRONOLOGI PENYEBARAN INFLUENZA A H1N1 26 Sorot Hari-Hari Tanpa Tembakau Dampak dan Bahaya Rokok Tidak Pernah ada Kata Aman Untuk Rokok! Daftar Isi 34 49 43 38 56 46 34 Peristiwa Pemerintah Gelar Simulasi Penanggulangan Episenter Influenza kedua Babak Baru B4M Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Penyakit Miningitis dan Ibadah Haji 38 Nasional Virus Sharing Akan Menjadi Aturan Baru WHO Lima Puluh Tahun Penanggulangan Malaria 44 Daerah Pembangunan Kesehatan Tana Toraja Tana Toraja, Tanah Kerajaan Surga 48 Potret Dr. Sardikin Giriputro SpP(K), MARS 56 Siapa Dia Daniel Tule Nunuk Iswandari 58 Lentera Namaku Flu Jasamu, Kader Posyandu No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom Surat Pembaca Info H1N1 Redaksi yang baik, Ada beberapa pertanyaan yang saya butuhkan berkaitan dengan adanya H1N1, adalah sebagai berikut: 1. Kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam menangani pasien yang diduga terkena flu babi (H1N1) 2. Apakah mereka segera dikarantina? berapa lama? 3. Bagaimana test itu dilaksanakan dan berapa lama? 4. Apakah bisa dikonfimasikan jumlah dan lokasi karantina di Jakarta dan Bali. 5. Apa yang harus dihadapi oleh pengunjung dari luar negeri jika mereka harus dikarantina? Mohon informasinya. Terima kasih Ades, Bali. Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Jawab : 1) Pasien flu berat dirawat dan diobservasi di rumah sakit rujukan influenza A H1N1. Spesimen diperiksa di laboratorium di rumah sakit/laboratorium regional dan dikonfirmasi di laboratorium Badan Litbangkes Depkes Jakarta, kalau hasilnya konfirm atau positif, maka pasien tetap dirawat di ruang isolasi selama 7 hari dan setelah sembuh pasien dibolehkan pulang. 2) Mereka yang menderita flu berat dirawat di ruang isolasi dan diobservasi seperti pertanyaan nomor 3) Test spesimen dapat dilakukan di rumah sakit rujukan influenza A H1N1, tetapi harus dikonfirmasi di laboratorium rujukan di Badan Litbangkes Depkes Jakarta. Sebenarnya waktu untuk memeriksa spesimen hanya sekitar dua jam, Namun karena yang diperik- sa banyak maka harus antri. Ini yang menyebabkan seolah-olah pemeriksaan laboratorium itu lama. 4) Jumlah dan lokasi RS Rujukan Influenza A H1N1 di seluruh Indonesia sebanyak 100 rumah sakit. RS rujukan influenza A H1N1 di Bali RSUP Sanglah, RSU Tabanan dan RSU Sanjiwani Gianyar, sedangkan di Jakarta adalah RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, RS Persahabatan dan RS Gatot Subroto. 5) Standar pelayanan pengobatan influenza A H1N1 baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing adalah sama. Mereka yang dinyatakan positif diisolasi selama 7 hari, setelah sembuh dibolehkan pulang.l Resensi yang dilakukan melalui penunjukan langsung. Buku ini membahas dua aspek penting yaitu perencanaan obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan salah satu fungsi yang menentukan Pengarang dalam proses pengadaan obat dan Direktorat Jenderal Bina perbekalan kesehatan, dalam menetapKefarmasian dan Alat Kesehatan kan jenis, jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan Impresum kebutuhan pelayanan kesehatan dasar;. Jakarta, Departemen Kesehatan Selain itu, menyangkut pengadaan RI.,2008 obat dan perbekalan kesehatan yang Tebal bertujuan agar tersedianya obat dan 63 halaman. perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan serta terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan. Buku disusun oleh Departemen Kesehatan (Direktorat Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang merupakan penyempurnaan dari pedoman sebelumnya. obat dan perbekalan kesehatan adalah: (1) Kriteria obat dan perbekalan kesehatan, (2) Persyaratan pemasok; (3) Penyempurnaan dilakukan sehubungan dengan diterPenentuan waktu pengadaan dan waktu datangnya obat; bitkannya Peraturan Presiden No.95 tahun 2007 tentang perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden No.80 tahun (4) Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan; dan (5) Pemantauan status pesanan. l 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan obat Judul Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Buku Pedoman Praktik Laboratorium Yang Benar di terbitkan Departemen Kesehatan pertama pada tahun 2004, dengan berkembangnya ilmu penge­ ta­huan dan teknologi maka Pedoman Praktik Laboratorium Yang benar ada perbaikan. Buku ini merupakan revisi dari buku yang terbit sebelumnya. Buku ini terdiri dari 10 bab yang menguraikan dari awal organisasi dan manajemen, ruangan dan fasilitas pe­nunjang, peralatan laboratorium, bahan laboratorium, specimen, Metode pemeriksaan, mutu laboratorium, kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sampai ke pencatatan dan pelaporannya di lengkapi dengan contoh-contoh formulir. Dengan terbitnya buku ini di harapkan dapat dipakai sebagai pedoman agar pelayanan laboratorium semakin meningkat dan lebih baik. l Judul Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang Benar (Good Laboratory Practice) Pengarang Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Impresum Jakarta, Departemen Kesehatan RI., 2008 Tebal 164 halaman. No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom Resensi Judul Standar pelayanan minimal rumah sakit Pengarang Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Impresum Jakarta, Departemen Kesehatan RI., 2008 Tebal 120 halaman. Standart Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM bersifat sederhana, konkrit mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta mempun- yai batas waktu pencapaian. Buku Standar pelayanan minimal rumah sakit (SPM-RS),ini di susun oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Bekerjasama dengan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) dan lintas sektor dan lintas program terkait. Isi buku ini diawali dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Buku ini dengan jelas menguraikan Jenis-jenis pelayanan rumah sakit, SPM setiap jenis pelayanan, indicator dan standart pelayanan. SPM-SR sebagai pedoman bagi rumah sakit Pemerintah dan Swasta agar ada kesamaan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Diharapkan SPM-RS ini dapat digunakan oleh perangkat daerah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional serta dapat dijadikan bahan akuntabilitas kinerja rumah sakit. l Buku ini disumendiagnosa Judul : Keputusan Menteri Kesehatan sun oleh Direkmelainkan organ Republik Indonesia Nomor 008/Menkes/ torat Jenderal Bina atau sistem dan SK/1/2009 Tentang Standar Pelayanan Pelayanan Medik. memberikan penKedokteran Nuklir di Sarana Pelayanan Terdiri dari Pendagobatan. Kesehatan huluan, yang berisi Standar strukPengarang : Direktorat Bina Pelayanan Penunjang tentang definisi tur organisasi Medik Departemen Kesehatan pelayanan kedokdan administrasi Impresum : Jakarta, Departemen Kesehatan RI.,2009 teran nuklir, ruang adalah sistem yang Tebal : 49 halaman lingkup pelayanan mengatur jalur kedokteran nuklir, komando dan jalur serta karakteristik kamera gamma pada pelayanan koordinasi yang menetapkan tanggung jawab penye­ kedokteran nuklir. lenggaraan dan pelaksanaan pelayanan,pendidikan dan Visinya adalah mencapai pelayanan kedokteran nuklir penelitian. Dalam kegiatan administrasi tergambar 3 jalur yang prima dan misi yang mempertimbangkan ruang sistem, yaitu alur pelayanan pasien, alur pencatatan dan lingkup dari peran dan fungsi pelayanan kedokteran pelaporan serta alur keuangan. nuklir, kebutuhan masyarakat dan kemampuan atau Standar fasilitas dan peralatan kedokteran nuklir harus potensi yang dimiliki. memperhatikan prinsip kehatian –hatian dan kenyamanFalsafah Pelayanan Kedokteran Nuklir pada dasarnya an dan memenuhi persyaratan dan disesauaikan dengan adalah tindakan medik yang mengutamakan keselamatan, jenis klasifikasi yaitu Klasifikasi pelayanan Kedokteran efektif, tertib dan manusiawi berdasarkan ilmu kedokteran Nuklir adalah sebagai berikut pelayanan nuklir pratama, yang menggunakan radionuklir atau radioformana yang pelayan­an kedokteran nuklir madya dan pelayanan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dan terkedokteran nuklir utama.Ruangan pelayanan kedokteran latih serta mengutamakan keselamatan.Tujuan pelayan­an nuklir harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan kedokteran nuklir adalah memberikan pelayanan untuk BAPETEN. l(parna) Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Info Sehat You Can Control Your Asthma gan faktor keturunan, ini diakibatkan gen penyebab asma. Jadi, jika ayah atau ibu kena asma, makin tinggi risiko anak terkena asma. Bahkan, meski ayah atau ibu tidak punya asma, tapi kalau kakek atau neneknya menderita asma, anak pun bisa terkena. M enurut WHO, sebanyak 100 - 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terdapat 4% prevalensi Asma. Dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta berarti terdapat sekitar 10 juta penderita asma di Indonesia, dimana sebagian besarnya adalah anak-anak. Untuk mengingatkan pentingnya upaya pengendalian asma, setiap tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Asma Sedunia. “You Can Control Your Asthma” ditetapkan sebagai tema kampanye global. Dengan slogan ini diharapkan penderita asma tetap dapat hidup normal dengan kualitas hidup yang maksimal apabila mampu mengelola asma dan mengontrol kesehat- annya secara teratur. Asma adalah suatu penyakit saluran napas yang ditandai dengan penyempitan jalan napas. Gejalanya bisa timbul dan hilang dengan sendirinya. Karena terjadi penyempitan jalan napas, maka gejalanya adalah sesak napas pada saat muncul serangan. Mengapa penderita asma mengeluarkan bunyi ngik-ngik? Proses bernapas itu ada dua, mengeluarkan napas dan inspirasi. Sesak napas terjadi saat mengeluarkan napas, bukan saat menarik napas. Karena terjadi penyempitan saluran napas, maka pada saat mengeluarkan napas, seringkali mengeluarkan bunyi ngik-ngik atau disebut pula mengik. Apakah asma penyakit keturunan? Penyakit ini erat kaitannya den- Kapan penyakit asma muncul? Asma bisa muncul kapan saja, tak selalu malam atau pagi hari seperti yang selama ini banyak diyakini. Yang harus diperhatikan adalah gejala penyakit lain yang mirip gejala asma seperti bronkhitis atau sinusitis. Jadi, munculnya serangan asma seringkali tak ada hubungannya dengan siang atau malam hari. Kalau penyebabnya alergen yang ada di rumah, biasanya serangan muncul malam menjelang dinihari. Pasalnya, penderita pada malam hari lebih banyak terpapar alergen. Apa saja pemicu asma? Selain dipicu oleh alergen (debu rumah, spora jamur, asap, bulu binatang, dan sebagainya), asma juga bisa aktivitas tubuh atau kelelahan, dan bahkan karena emosi dan stres. Benarkah stigma bahwa asma tidak dapat disembuhkan? Asma pada anak sebetulnya bisa disembuhkan dengan pengobatan yang rasional, yaitu memakai obatobat yang kerjanya disesuaikan dengan gejala dan sasarannya. Kalau pun tak bisa disembuhkan, No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom Info Sehat asma bisa dikelola, sehingga anak tetap mempunyai kualitas hidup yang baik, bisa berprestasi dan anak tetap sehat bersama asmanya. Bagaimana cara pencegahan asma? Menjaga kebugaran dengan olahraga yang cukup adalah kunci utama. Dengan begitu, penderita asma khususnya anak-anak, bisa tetap berprestasi. Bagaimana memilih obat asma yang tepat? Pengobatan asma terkadang me- makan waktu lama. Jadi, sebaiknya pakailah obat yang memiliki sedikit efek samping. Berarti, jenis, dosis dan cara pemakaian yang tepat harus benar-benar diperhatikan termasuk waktu pemberian obat. Benarkah mitos antibiotik dapat mencetuskan asma? Dulu antibiotik disebut mencetuskan asma tapi akhir-akhir ini dibantah, justu karena asma diberi antibiotik (misal pada kasus influenza di Indonesia) seolah-olah menimbulkan asma, memicu asma. Bagaimana mengetahui alergen penyebab alergi? Untuk mengetahui alergen penyebab alergi dapat dilakukan tes alergi. Tes alergi ini dilakukan oleh dokter,dengan tujuan untuk mengetahui apakah penderita sensitif terhadap alergen tertentu. Jika hasilnya positif, perlu ditanyakan kepada orangnya apakah benar sensitif terhadap alergen tersebut. Tes alergi ini tidak menyakitkan dan biayanya sekitar Rp 350.000,-l (gi dari berbagai sumber) Hindari Hipertensi, Kurangi Konsumsi Garam Gemar makanan asin? Hati-hati, bahaya hipertensi menghadang Anda. Garam sangat akrab dengan kita. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu garam telah difungsikan sebagai bahan penyedap masakan dan pengawet makanan. 10 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 N amun tahukah Anda? Meski enak di lidah, garam bisa mengganggu kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara berlebih. Tepatnya, garam dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi alias hipertensi. Itu sebabnya, bukan cuma orang gedongan yang bisa kena darah tinggi, jika masih banyak rakyat kecil yang menu hariannya ikan asin. Mengapa garam berbahaya? Dalam garam dapur terkandung unsur sodium dan natrium chlor (NaCl). Sodium, penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, serta baik untuk kesehatan syaraf dan otot. Natrium penting dalam proses pertukaran zat makanan lama dengan yang baru. Kelancaran proses pertukaran sisa makanan di dalam tubuh, tergantung pada kadar natrium di dalam sel. Tubuh sebenarnya hanya memerlukan sekitar 5 gr atau 1 sendok teh garam per hari. Namun umumnya dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi garam kita dapat mencapai 15 gram, bahkan lebih. Bagaimana dengan ikan asin? Menu asin terbentuk lebih karena budaya orang urban manakala rasa enak garam dapur ditemukan. Budaya gemar garam tanpa disadari telah merongrong ginjal untuk bekerja lebih keras membuang kelebihan natrium (sodium) dari garam yang ditelan setiap hari. Kendati masyarakat paham bahwa konsumsi garam berlebihan akan membahayakan kesehatan, namun konsumsi garam masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi. Angka Info Sehat adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain yang perlu dikonsumsi secara alami. Penyakit hipertensi digolongkan sebagai the silent disease karena umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. prevalensi hipertensi di negara ini berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 mencapai 30% dari populasi. Dari jumlah itu, 60% pende­ rita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. resah. Meski tanpa garam, dijamin masakan Anda tak kalah sedap. Caranya, cobalah berani memakai bumbu masak yang beraroma tajam (banyak memakai rempah-rempah), pedas, juga cita rasa yang menyegarkan dengan tambahan jeruk nipis. Bagaimana mengurangi garam? Jadi, jika ingin sehat, kurangi konsumsi garam. Memang tidak mudah melakukannya, karena makanan akan terasa hambar dan badan jadi lemas. Padahal, tanpa mengonsumsi garam dapur pun, tubuh seseorang tak akan kekurangan sodium dan natrium. Sebab, garam alami bisa didapatkan dari bahan makanan lain seperti sayur-sayuran dan hasil laut. Makananmakanan segar seperti ikan, daging, telur, sayur, bahkan buah-buahan mengandung garam. Tetapi, jumlahnya tidak berlebihan dan cukup untuk memelihara kesehatan. Tentang rasa sebenarnya tak perlu Bagaimana mengontrol konsumsi garam? Konsumsi garam menjadi sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain). Apalagi jika indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk menerima makanan yang agak tawar. Untuk mengimbangi efek buruk garam, penting bagi kita mengkonsumi kalium (potasium) yang cara kerjanya adalah kebalikan dari natrium. Sumber kalium yang baik Apa itu Hipertensi? “Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/ diastoliknya melebihi 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah normalnya 120/80 mmHg, jelas Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. Tjandra Yoga Aditama saat membuka seminar dalam rangka peringatan Hari Hipertensi Sedunia (11/6). Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, perdarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. Hipertensi sesungguhnya dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Di samping itu, penting mengendalikan stres yang bisa memicu kenaikan tekanan darah. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama adalah diet rendah garam. Kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. Ketiga, diet tinggi serat. Keempat, diet rendah energi (bagi yang kegemukan). Nah, mulai sekarang cobalah hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan garam pada tubuh. l (gi dari berbagai sumber) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 11 Info Sehat Lebih Jauh Meningitis M eningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak / sumsum tulang belakang yang terjadi secara akut. Penyakit ini cepat menular, dapat menyebabkan kematian dan bila sembuh dapat meninggalkan gejala sisa akibat kerusakan di otak. Apa nama lain penyakit Meningitis ? Penyakit ini dikenal juga dengan nama Meningococcal infection; atau Carebrospinal fever; atau Meningococcemia Apa gejala atau tanda-tanda klinis penyakit Meningitis • Demam (panas tinggi) yang mendadak, • Nyeri kepala, • Mual, muntah, • Kaku kuduk, • Ketahanan yang melemah, • Kemerahan dikulit yang berupa “petechiae” atau “vesicular” dan pada stadium lanjut kesadaran menurun sampai koma Apa penyebab penyakit Meningitis ? Penyebab penyakit meningitis adalah bakteri Neisseriae meningitidis (N.meningitidis) disebut juga Meningokokus Neisseriae adalah sekelompok kokus gram negatif. Ciri khas organisma ini adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Berapa lama masasa inkubasinya ? Masa inkubasi bervariasi antara 2 - 10 hari, umumnya 3 - 4 hari Ada berapa jenis Meningitis ? Meningokokus ini dapat dikiasifika- 12 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 sikan dalam beberapa group yaitu A, B, C, D, I, H, K, L, X, Y, Z, W-135 dan 29 E. Group A sering sebagai penyebab wabah, sedangkan dalam keadaan endemis umumnya group B dan C. Kuman ini dapat dimatikan cepat dengan pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah dan desinfektan, tetapi tahan pada pembekuan (udara dingin). Apakah orang terpapar bakteri meningitis pasti sakit ? Orang yang terpapar bakteri N. meningtidis dapat berkembang menjadi dua kemungkinan yaitu : • Orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sakit, walaupun kumannyabersarang didalam nasofaring, orang tersebut sebagai ‘carrier’. • Orang yang terinfeksi menjadi penderita Meningitis meningokokus. Kuman N. mengitidis akan masuk kedalam tubuh kemudian menyebar lewat aliran darah yang dapat meng­ akibatkan lesi metastatik pada berbagai tempat di badan misalnya kulit, meningen, persendian, mata dan paru-paru. Siapa tuan rumah (Reservoir) bakteri meningitis ? Manusia adalah satu-satunya tuan rumah (reservoir) alami bagi Neisseriae meningitidis patogen. Kelainan Pasca Meningitis Penderita Meningitis meningokokus yang sudah diobati dapat ditemukan gejala sisa (squale), berupa hydrocefalus, tuli, buta dan para paresis. Bagaimana penularannya ? Penularan pada umumnya melalui kontak Iangsung (erat) dengan kasus atau “Carrier” nya. Pada jarak lebih dan 100 cm diduga dapat menghindari penularan meningokokus. Penularan penyakit masih dapat berlangsung terus hingga 24 jam setelah pengobatan. Bagaimana pencegahannya ? • Vaksinasi Meningitis yang mengan­dung grup A,C,W – 135 dan Y • Menghindari kontak langsung dan terpapar dengan droplet infeksi • Menghindari kepadatan/keramaian Bagaimana perjalanan penyakit ?. Kuman N. meningitidis masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran nafas bagian atas. Kondisi ini akan mempermudah masuknya bakteri kedalam tubuh yang kemudian akan berkembang biak di selaput nasofaring. Apa yang dimaksud kontak ? Adalah orang-orang yang dekat dengan penderita baik satu kamar, satu lantai, satu pondokan atau satu pesawat dengan penderita. l (Smd, Dirjen P2PL) Info Sehat Kangkung Sebagai Anti Racun K Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan B anyaknya lemak di pinggang adalah salah satu peringatan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat lagi. Menurut sebuah kampanye antiobesitas di Inggris, mengukur lingkar pinggang dengan meteran adalah tolok ukur kesehatan yang lebih akurat daripada menimbang berat badan. Dengan mengukur lingkar pinggang, resiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung dapat diprediksi lebih akurat. Mereka yang mempunyai resiko paling tinggi untuk terkena penyakit yang bersangkutan dengan obesitas adalah pria yang mempunyai lingkar pinggang lebih dari 101 cm (40 inci) dan wanita dengan lingkar pinggang lebih dari 89 cm (35 inci). Sebuat riset yang dilakukan di Universitas Birmingham, Inggris menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang bukanlah bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah dan kolesterol dalam darah. Penyakit seperti jantung dan diabetes kini tak lagi menghantui mereka yang nampak berisi dari luar, namun juga orang-orang yang kelihatan langsing. Maka jangan pernah lengah. l angkung berasal dari India, lalu menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, China Selatan, Australia, dan Afrika. Di Indonesia, kangkung bisa ditemukan di hampir seluruh daerah. Selain untuk enak untuk dimakan, kangkung ternyata juga berkhasiat sebagai anti racun dan bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan. Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina, memasukkan kangkung ke dalam kelompok tanaman penyembuh ajaib. Kangkung dianggap sebagai pengusir racun dari tubuh. Di negara itu, tanaman ini dipakai untuk menyembuhkan sembelit dan obat bagi mereka yang sedang melakukan diet. Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit wasir. Kangkung ternyata juga memiliki manfaat sangat tinggi. Itu karena mengandung vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. l Cara Membedakan Madu yang Asli dan Palsu M adu banyak dikonsumsi orang untuk mencegah penyakit. Biasanya dikonsumsi 1 hingga 2 kali sehari sebanyak satu sendok makan. Namun bagaimana cara mengetahui madu yang asli dan yang palsu? 1. Mencampurnya dengan kuning telur. Campurkan dua sendok makan madu dengan kuning telur, lalu kocok. Jika kuning telur tampak mengkristal seperti matang, maka madu Anda asli. 2. Kocok madu dalam botol. Madu yang asli jika dikocok akan berbusa. Busa dan udara yang terbentuk akan naik dan menekan tutup botol sehingga ketika tutup botol dibuka akan terdengar suara letupan kecil. 3. Teteskan madu pada kertas koran. Jika madu yang Anda miliki adalah madu yang asli, tidak mudah diserap kertas, karena kadar air yang terkandung di dalam madu asli lebih rendah dibandingkan madu palsu. 4. Madu asli memiliki rasa lebih asam. Madu yang palsu memiliki rasa lebih manis karena ditambahkan gula, sehingga akan dikerubungi oleh semut jika dibiarkan dalam keadaan terbuka. l (gi dr berbagai sumber) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 13 Info Sehat Amankah Kosmetika Anda? K ulit wajah Anda gatal-gatal, memerah, dan ada titik-titik hitam setelah menggunakan kosmetika baru? Atau rambut anda pecah-pecah, kering, kusam dan berketombe? Hati-hati, bisa jadi bukan cantik dan rambut indah yang diperoleh melainkan tampilan yang tak enak dipandang karena ternyata dalam kosmetika anda mengandung bahan berbahaya. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib kembali mengumunkan 70 jenis kosmetika yang mengandung bahan berbahaya dan bahan yang dilarang. Bahan berbahaya ini terdapat dalam kosmetika rias wajah dan rias mata (18 merek), kosmetika pewarna rambut (7 merek), kosmetika perawatan kulit (44 merek) dan kosmetika sediaan mandi (1 merek). Dari sejumlah produk tersebut terdapat merek produk kosmetika ternama yaitu Ponds Detox Complete Beauty Care Make Up Kit, dan Olay 4 in 1 Complete Make Up. Ponds mengandung zat Merah K.3 dan K.10, sedangkan Olay mengandung zat Merah K.10. Husniah mengatakan, dua produk ternama yang mengandung zat berbahaya Ponds dan Olay tak terdaftar di BPOM. “Keduanya itu bukan produk asli karena perusahaan Ponds dan Olay tidak mengeluarkan varian itu, tapi sebagai public warning kami sebut sesuai merek yang tercantum di kemasan,” ujarnya. Kosmetika berbahaya ini sempat beredar di pasaran termasuk di pasar tradisional, pasar modern, dan salonsalon kecantikan. Harganya pun bervariasi mulai dari yang murah sampai ratusan ribu rupiah. Husniah mengatakan, kandung­ 14 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 an zat warna Merah K.3 dan K.10 sangat berbahaya untuk kulit. ”Bisa menyebabkan kanker kulit karena merupakan zat warna sintetis yang biasanya digunakan untuk pewarna kertas,” ujarnya. Temuan adanya Merkuri, Hidrokinon, Asam Retinoat, Zat Warna Merah K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) dalam kosmetika, berdasarkan uji sampling di laboratorium BPOM sejak September 2008 hingga Mei 2009. Atas temuannya, BPOM meminta aparat berwenang segera menarik peredaran sejumlah produk berbahaya itu. “Karena efek penggunaannya sangat membahayakan kesehatan”, tegas Husniah. Merkuri/ Air Raksa termasuk logam berat berbahaya yang dalam jumlah sedikitpun dapat bersifat racun. Dampak penggunaannya dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada susunan saraf otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Bila tidak, dapat menyebabkan iritasi kulit yaitu kulit menjadi merah dan rasa terbakar serta bercak-bercak hitam. Asam Retinoat/ Tretinoin/ Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar dan cacat pada janin. Bahan kimia ini tidak hanya berbahaya bagi ibu hamil, tetapi juga bagi wanita usia produktif yang merencanakan kehamilan. Bahan pewarna Merah K.3 (Cl 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) merupakan zat sintetis yang biasa digunakan sebagai pewarna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan kanker. Masyarakat diimbau agar tidak membeli kosmetika yang mengan­ dung bahan berbahaya karena membahayakan. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Peng­ aduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail [email protected] dan [email protected] atau melihat di website Badan POM, www. pom.go.id. l Media Utama Ancaman Virus H1N1 No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 15 Media Utama Virus H1N1 MASYARAKAT HARUS TETAP WASPADA Meskipun angka kematian influenza A H1N1 di dunia sangat rendah yakni 0,4%, namun penularannya sangat cepat. Karena itu masyarakat dihimbau tetap waspada dan senantiasa menjaga kesehatan dan membiasakan pola hidup bersih dan sehat. 16 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 S alah satu kebiasaan pola hidup bersih dan sehat, diantaranya mencuci tangan dengan sabun, ketika batuk dan bersin tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan/tisu. Apabila ada gejala flu minum obat penurun panas, menggunakan masker serta tidak ke kantor/sekolah atau tempat-tempat keramaian Media Utama dan istirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak membaik segera ke dokter. Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan usai memimpin Rapat Koordinasi Tim Kesiapsiagaan Penanggulangan Influenza A H1N1 di Depkes Jakarta. Menurut Menkes, kematian yang terjadi pada pasien positif influenza A H1N1 pada umum­ nya tidak disebabkan oleh virus A H1N1, tetapi karena penyakit lain yang menyertainya seperti orang dalam kondisi lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia), ibu hamil serta Balita dengan gizi kurang. Kendati demikian, untuk mencegah penyebaran influenza A H1N1 yang lebih luas di Indonesia upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu : penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyi­ apan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR). Masyarakat yang memerlukan informasi tentang perkembangan kasus influenza A H1N1 dapat mengakses melalui website Depkes : www. depkes.go.id. Upaya lainnya berupa community surveilans, yaitu masyarakat yang merasa sakit flu ringan segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang flu berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu diadakan surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan "Cadangan obat oseltamivir untuk mencegah perkembangan virus flu burung yang juga dapat digunakan untuk influenza A H1N1 sangat cukup." Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) tidak perlu perawatan di rumah sakit, tambah Menkes. Berkaitan dengan meningkatnya jumlah pasien suspek di Jakarta, Menkes mengharapkan rumah sakit swasta yang merawat pasien suspek influenza H1N1 tidak memindahkan pasien atau merujuk ke RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso atau RS Persahabatan. Perawatan pasien influenza A H1N1 di Jakarta akan dilakukan di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, sedangkan RS Persahabatan khusus untuk merawat pasien flu burung (H5N1), ujar Menkes. Sampai tanggal 22 Juli 2009, secara kumulatif kasus influenza A H1N1 positif di Indonesia berjumlah 293 orang terdiri dari 77 laki-laki dan 65 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli ( 22 kasus) dan tanggal 14 Juli (26 kasus), 15 Juli ( 30 kasus), 16 Juli ( 15 kasus), 20 Juli ( 15 kasus), 22 Juli (67 kasus). Sebaran penyakit influenza A H1N1 sudah mencapai 13 provinsi yaitu : DKI Jakarta (132 kasus), Banten ( 34 kasus), Jawa Barat (17 kasus), Bali (22 kasus), Jawa Timur (5 kasus), DI Yogyakarta ( 4 kasus), Sumatera Utara (9 kasus), Lampung (2 kasus), Kalimantan Timur (2 kasus), Sulawesi Utara (3 kasus), Jawa Tengah (3 kasus), Sumatera Selatan (1 kasus), Kepulauan Riau (1 kasus) dan tidak ada data (4 kasus). Sedangkan berdasarkan kewarganegaraan, sebanyak 203 orang Warga Negara Indonesia dan 36 orang warga negara asing. Berdasarkan kelompok umur, yang paling banyak adalah kelompok umur 20-60 tahun sebanyak 64 kasus, disusul umur 0-19 tahun 59 kasus, lebih 60 tahun 1 orang dan tidak ada data 115 kasus. Respon Pemerintah Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengambil langkah cepat merespon pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menaikkan status penyebaran penyakit influenza A H1N1 atau yang lebih populer disebut flu babi dari fase 5 ke fase 6. Peningkatan status dari fase 5 (adanya sinyal kuat pandemi) ke fase 6 (pandemi/wabah) menunjukkan betapa seriusnya masalah tersebut. Penyakit ini sangat menular melalui kontak langsung dari manusia ke No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 17 Media Utama manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah disentuh oleh penderita. Sampai 11 Juni 2009 kasus ini telah dilaporkan oleh 74 negara dengan jumlah penderita 28.774 orang. Dari jumlah itu 144 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian setengah persen. Hal itu disampaikan Menkes kepada para wartawan di ruang VIP Bandara Juanda Surabaya tanggal 12 Juni 2009 usai melakukan kunjungan kerja dua hari ke Jember dan Probolinggo, Jawa Timur. Melalui surat edaran No. 422/Menkes/VI/2009 tanggal 12 Juni 2009, Menkes minta Gubernur mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di lingkungan Pemerintah provinsi, Kabupaten/kota, UPT Pusat di daerah, TNI dan Polri maupun bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat guna menjalin kemitraan dan kebersama­ an dalam menghadapi pandemi influenza A H1N1. Selain itu, mela- kukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggunakan media komunikasi yang ada guna meningkatkan penge­ tahuan dan kesadaran masyarakat sehingga masyarakat waspada, tidak panik dan mengerti cara-cara mencegah dan tindakan yang seharusnya dilakukan bila sakit dan dicurigai menderita influenza H1N1. Sebelumnya, pada hari yang sama Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama juga mengadakan pertemuan dengan para Kepala Dinas Kesehatan Prov, Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia di Surabaya untuk mensosialisasikan peningkatan status Influenza A H1N1 dari fase sinyal kuat pandemi ke fase pandemi. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes menegaskan cadangan obat oseltamivir untuk mencegah per­ kembangan virus flu burung yang juga dapat digunakan untuk influenza A H1N1 sangat cukup. Waspada Influenza A J angan anggap enteng influenza A H1N1. Penyakit influenza atau flu disebabkan oleh virus influenza. Penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obatnya. Obat yang ada adalah untuk mengobati gejala/symptomnya. Virus influenza banyak jenis/spesiesnya, ada influenza A, B dan C. 18 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, ujar Menkes sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan enam langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza H1N1, yaitu pengamatan penyakit di terminal kedatangan internasional dengan memasang thermal scanner dan pemberian kartu Health Alert Card, meningkatkan surveilans penyakit serupa influenza (ILI) dan pneumonia di 100 sentinel, menyiapkan oseltamivir, dan menyiapkan 100 rumah sakit rujukan, menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan sampel dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas, ujar Menkes. Menurut Menkes, upaya-upaya tersebut dilakukan agar masyarakat lebih meningkat kewaspadaannya terhadap penyakit Influenza A H1N1 dengan status pandemi. Penyakit ini menular antar manusia, walaupun angka kematiannya rendah. l(Smd) Media Utama Sedangkan influenza A juga banyak spesies atau jenisnya, seperti influenza A H1N1 yang menyebabkan wabah flu Spanyol tahun 1918, influenza H2N2 yang menyebabkan flu Asia tahun 1957, influenza A H3N2 yang menyebabkan flu Hongkong tahun 1968, influenza A H5N1 atau flu burung yang merebak sejak tahun 2005 hingga sekarang dan influenza A H1N1 yang semula disebut swine flu atau flu babi yang muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat awal April 2009 dan dinyatakan pandemi oleh WHO sejak tanggal 11 Juni 2009 hingga sekarang. Pasien influenza dibagi dalam tiga kategori, yakni suspect, probable, konfirmasi. 1. Suspek Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut ( demam dengan suhu tubuh 38 derajat Celcius atau lebih ), mulai dari yang ringan ( Influenza Like Illnes/ILI) sampai pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini : • Dalam tujuh hari sebelum sakit kontak dengan kasus konfirmasi flu A H1N1 yang baru. • Dalam tujuh hari sebelum sakit berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi flu A H1N1 2. Probable Seseorang dengan gejala di atas, disertai hasil pemeriksaaan laboratorium positif terhadap flu A H1N1, tapi sub tipenya tidak dapat diketahui dengan menggunakan reagen influenza musiman. Atau seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi dengan kasus probable atau konfirmasi. 3. Konfirmasi Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium influenza A H1N1 dengan pemeriksaan satu atau lebih tes di bawah ini : • Real Time Reverse TranscriptasePolymerase Chain Reaction ( RT PCR ) • Kultur virus • Peningkatan empat kali antibody spesifik influenza A H1N1 dengan netralisasi tes Penularan Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya sangat rendah yakni 0,4%. Kematian yang terjadi pada pasien positif influenza A H1N1 pada umumnya bukan disebabkan karena virus A H1N1 tetapi penyakit lain yang menyertainya seperti orang dalam kondisi lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia) serta Balita dengan gizi kurang. Pencegahan • Selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dengan membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik. • Melaksanakan etika batuk dan bersih yang benar yaitu menutup mulut dan hidung dengan sapu tangan atau tisu. • Minum obat penurun panas bila sakit dengan gejala influenza, dan kenakan masker serta istirahat (tidak ke kantor atau ke sekolah) di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari sakit flu tidak membaik segera ke dokter. • Waspadalah bila orang di sekitar kita menderita gejala flu seperti batuk, pilek dan demam, apalagi jika orang itu baru kembali dari luar negeri. • Selalu menjaga kesehatan dengan makanan bergizi, bisa juga dengan tambahan suplemen dan istirahat yang cukup serta berolahraga secara teratur. Pengobatan Saat ini influenza A H1N1 sudah melanda dunia (dinyatakan pandemi oleh WHO sejak 11 Juni 2009 hingga sekarang). Di Indonesia juga sudah banyak ditemukan kasus positif. Karena itu, jangan menunggu sakit flu tambah berat. Kalau merasa flu segera minum obat penurun panas. Bila dua hari flu juga tidak membaik segera periksa ke dokter. Apabila ada gejala flu berat, dokter akan merujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit, mereka yang diduga (suspek) influenza A H1N1 berat dirawat di ruang isolasi, dan diberikan obat oseltamivir/tamiflu. Spesimennya diperiksa di laboratorium rumah sakit/laboratorium regional dan dikonfirmasi di Laboratorium rujukan di Laboratorium Badan Litbangkes Depkes Jakarta. Kalau hasilnya positif, maka pasien dirawat di ruang isolasi selama 7 hari. Setelah kondisinya sehat boleh pulang. l (Smd dari berbagai sumber) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 19 Media Utama Seputar Influenza A H1N1 Apa yang dimaksud dengan influenza A H1N1? Influenza A H1N1 merupakan influenza (flu) yang semula disebut flu babi disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1 baru strain Meksiko. Virus ini berbeda dengan virus influenza musiman yang ada selama ini (seasonal influenza), atau virus influenza A H1N1 yang pernah menjadi wabah di Spanyol tahun 1918. 20 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Apa perbedaan influenza A H1N1 dengan flu biasa atau flu burung? Influenza A H1N1 ditemukan pertama kali 12 April 2009 di Meksiko. Penyakit ini penyebarannya sangat cepat walaupun angka kematiannya di seluruh dunia rendah (0,4%). Pada 25 April 2009 WHO menetapkan Influenza A H1N1 sebagai PHEIC (Public Health Emergency Internacional Concerns) fase 3. Tanggal 27 April dinaikkan menjadi fase 4 dan tanggal 29 April dinaikkan lagi menjadi fase 5 dan pada tanggal 11 Juni ditingkatkan lagi menjasi fase 6. Menurut catatan WHO sampai 6 Juli, influenza A H1N1 telah menyebar ke 135 negara menyebabkan 94.512 orang positif influenza A H1N1, dan 429 kasus orang diantaranya meninggal dunia. Virus ini sudah ada di Indonesia, sampai dengan 20 Juli 2009 di Indonesia sudah ditemukan 293 kasus positif Influenza A H1N1 terdiri dari 36 Warga Negara Asing dan 203 warga Negara Indonesia Sedangkan flu biasa atau musiman adalah flu yang disebabkan oleh virus flu A sub tipe H1N1 (strain Spanyol), H2N2 dan H3N2. Virus ini endemik di beberapa Negara. Di negara dengan 4 musim, flu ini angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan influenza A H1Ni yaitu (5% -15%). Adapun flu burung disebabkan virus influenza A H5N1. Virus ini terdapat pada unggas (utamanya ayam dan bebek) tetapi dapat menular ke manusia. Virus ini menular ke manusia melalui air liur, lendir dan kotoran unggas yang sakit. Dapat juga menular melalui udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Virus influenza A H5N1 lebih virulen/ganas dibandingkan dengan flu lainnya. Angka kematiannya lebih dari 80%. Saat ini di Indonesia penularan flu burung H5N1 masih dari unggas ke manusia (fase 3). Bagaimana seseorang dapat tertular influenza A H1N1? Virus dapat menular dari manusia ke manusia semudah seperti flu musiman biasa yang dapat ditularkan lewat paparan percikan ludah (droplet) seorang yang sakit melalui batuk atau bersin yang terhirup atau yang mencemari tangan atau bendabenda yang dipegang penderita. Bagaimana mencegah agar tidak tertular influenza A H1N1? •Menjaga kondisi tubuh tetap sehat diantaranya makan dengan gizi seimbang dan bila perlu tambahkan vitamin/suplemen. •Biasakan cuci tangan pakai sabun/ Media Utama antiseptik setelah beraktivitas, •Bila batuk atau bersin menutup mulut dan hidung dengan saputangan/tisu. •Apabila ada gejala influenza, minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor/sekolah atau tempat-tempat keramaian serta istirahat di rumah selama 5 hari. •Apabila dalam 2 hari flu tidak membaik, segera ke dokter. •Hindari kontak atau jaga jarak dengan penderita flu Apa gejala seseorang menderita flu A H1N1? Gejala flu A H1N1 yang dapat sama dengan seperti flu biasa (influenza like-illnes), seperti demam (> 3800C), batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan mungkin disertai mual, muntah dan diare, bila semakin berat akan mengakibatkan sesak napas yang menyebabkan terjadinya pneumonia sehingga mengakibatkan kematian. Seberapa besar kita harus waspada terhadap penyebaran flu A H1N1? Menurut WHO, penyakit ini sangat sulit dibendung (unstopable). Penyakit ini penularannya sangat cepat, tetapi angka kamatiannya (case fatality rate) rendah yaitu diseluruh dunia hanya 0,4%. Karena itu, kita harus tetap waspada, tetapi tidak perlu panik. Pahami gejalanya, pelajari cara penularannya dan ikuti cara pencegahannya agar kita terhindar dari penularan influenza A H1N1. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa flu A H1N1 telah mencapai fase 6 dalam kewaspadaan pandemi, apa yang perlu Anda lakukan untuk pencegah­an tertular flu A H1N1? • Hindari kontak dengan orang yang yang berasal atau baru bepergian dari negara terjangkit. • Apabila sangat diperlukan harus bepergian ke negara terjangkit, lakukan tindakan pencegah yang diperlukan seperti cuci tangan sesering mungkin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, hindari kontak dengan orang yang sedang flu, dan menggunakan masker . • Bila menderita flu, segeralah periksa ke klinik terdekat, dokter praktek, Puskesmas, atau Rumah Sakit. Sehingga semakin cepat diperiksa kesehatannya akan semakin cepat mendapatkan pelayanan kesehatan. Apakah di Indonesia sudah ada yang terjangkit flu A H1N1 (strain Meksiko)? Pertama kali kasus influenza A H1N1 masuk ke Indonesia berawal dari luar negeri (kasus impor, karena tertular di luar negeri). Akibat mobilitas manusia antar negara, kasus di Indonesia semakin banyak. Penularan juga terjadi pada orang-orang yang tidak punya riwayat dari luar negeri. Sampai tanggal 22 Juli, terdapat 239 kasus yang berasal dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimatan Timur, dan Kepulauan Riau. Apakah sudah ada obat atau vakNo.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 21 Media Utama Virus influenza mati dalam suhu 75-100° C. Virus ini juga mati setelah bersentuhan dengan zat kimia pembunuh kuman, termasuk klorin, hidrogen peroksida, detergen (sabun), iodofor (antiseptic berbasis iodin), dan alkohol sin yang ampuh untuk flu A H1N1? Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegahannya. Obat antiviral yang masih efektif untuk pengobatan adalah Oseltamifir (Tamiflu), dengan catatan segera mendapatkan pengobatan setelah merasa sakit flu. Di mana bisa memperoleh obat oseltamivir ? Oseltamivir atau tamiflu adalah obat stok yang dikendalikan oleh pemerintah dan tidak diperjualbelikan. Obat ini hanya tersedia di fasilitas kesehatan yang telah ditetapkan seperti Puskesmas, RS Rujukan dan Dinas Kesehatan maupun Depkes. Mengapa influenza A H1N1 disebut flu babi? Semula WHO menyatakan bahwa kasus influenza yang pertama kali berjangkit di Meksiko dan Amerika Serikat disebut sebagai swine flu atau flu babi. Tetapi setelah dapat diidentifikasi virusnya yaitu influenza A H1N1 yang merupakan gabungan 22 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 antara virus pada manusia dan virus pada babi. Kendati sudah ditemukan jenis virusnya, istilah flu babi lebih populer. Bagaimana penyakit itu masuk ke Indonesia? Walaupun pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah agar tidak masuk Indonesia, tetapi karena virus influenza A H1N1 sudah menular antar manusia maka sangat sulit untuk membendungnya. Bahkan Dirjen WHO juga menyatakan bahwa influenza A H1N1 unstopable (tidak bisa dibendung) menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Apa upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi flu baru H1N1? Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan delapan langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza A H1N1, yaitu : 1. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta. 2. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya. 3. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM. 4. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan Leaflet). 5. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. (021) 4257125; Fax : (021) 42877588 ; Email : [email protected]; Call Center: (021) 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www. penyakitmenular.info 6. Berkoordinasi dengan instansi terkait, otoritas kesehatan negara-negara lain, mematuhi International Health Regulations (IHR). 7. Community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. 8. Clinical surveilans yaitu Surveilans Severe Acute Respiratory Infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit. Apa yang dapat membunuh virus influenza A H1N1? Virus influenza mati dalam suhu 75-100°C. Virus ini juga mati setelah bersentuhan dengan zat kimia pembunuh kuman, termasuk klorin, hidrogen peroksida, detergen (sabun), iodofor (antiseptic berbasis iodin), dan alkohol jika digunakan dalam konsentrasi yang tepat untuk waktu tertentu. Misalnya, jel atau tisu basah mengandung alcohol dapat digunakan untuk membersihkan tangan. Gosok jel antiseptic pembersih tangan hingga kering.l (Smd) Media Utama KRONOLOGI PENYEBARAN INFLUENZA A H1N1 Terjadi Influenza Like Illness (ILI) di AS dan Meksiko. 7 April confirmed swine influenza A/H1N1 di AS dengan 9 suspek. Lebih dari 854 kasus pneumonia (59 meninggal), dan 28 kasus ILI (3 meninggal) di Meksiko. Kejadian ini tidak terdeteksi pada manusia atau babi. 24 25 April (PHEIC), fase 3 WHO menetapkan Influenza A H1N1 sebagai Public Health Emergency International Concern 26 April 27 April 20 kasus ILI di AS, terdeteksi sebagai subtipe A baru/H1N1 yang tidak terdapat pada manusia dan babi. 18 kasus confirmed di Meksiko. April 64 kasus di AS (0), 26 di Meksiko (7), 6 di Kanada, 3 di Selandia Baru, 2 di Inggris, 2 di Israel, dan 2 di Spanyol. 29 WHO menetapkan peningkatan status dari phase 4 ke phase/level 5 28 WHO meningkatkan status dari phase 3 ke fase/level 4 40 kasus confirmed (tidak ada yang meninggal) di AS, 26 April kasus confirmed di Meksiko (7 meninggal), 6 kasus confirmed di Kanada 27 (tidak ada korban), dan 1 di Spanyol (tidak ada korban). April No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 23 Media Utama 9 negara melaporkan 148 kasus. 91 di AS (1), 26 di Meksiko April (7). Negara berikut terjadi kasus dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 13 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 4 di Spanyol, dan 5 di Inggris. 29 11 negara melaporkan 257 kasus. 109 di AS (1), dan 97 di April Meksiko (7). Negara berikut terjadi kasus dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 19 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris. 30 11 negara melaporkan 331 kasus. 109 di AS (1), dan 156 di Mei Meksiko (9). Negara berikut terjadi kasus dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 34 di Kanada, 3 di Jerman, 2 di Israel, 3 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris. 1 Mei (update) : 13 negara melaporkan 367 kasus. 141 di AS (1), dan 156 di Meksiko (9). Negara berikut terjadi kasus dengan tidak ada korban yaitu : 1 di Austria, 34 di Kanada, 1 di Hongkong – Cina, 1 di Denmark, 4 di Jerman, 2 di Israel, 1 di Belanda, 4 di Selandia Baru, 13 di Spanyol, 1 di Swiss, dan 8 di Inggris. 1 15 negara melaporkan 615 kasus. 141 di AS (1), dan 397 di Mei Meksiko (16). 2 Mei (update) : 16 negara melaporkan 658 kasus. 160 di AS (1) dan 397 di Meksiko (16). 2 24 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 17 negara melaporkan 787 kasus. 160 di AS (1) dan 506 Mei di Meksiko (19). Tidak ada risiko infeksi setelah mengonsumsi daging babi atau produk turunannya yang dimasak dengan baik. 3 Mei (update): 18 negara melaporkan 898 kasus. 226 di AS (1) dan 506 di Meksiko (19). 3 20 negara melaporkan 985 kasus. 226 di AS (1) dan 590 Mei di Meksiko (25). 4 Mei (update) : 21 negara melaporkan 1085 kasus. 286 di AS (1) dan 590 di Meksiko (25). 4 5 Mei 6 Mei 7 Mei 8 Mei 9 Mei 21 negara melaporkan 1490 kasus. 403 di AS (1) dan 822 di Meksiko (29). 6 Mei : 23 negara melaporkan 1893 kasus. 642 di AS (2) dan 942 di Meksiko (29). 7 Mei : 24 negara melaporkan 2371 kasus. 896 di AS (2) dan 1112 di Meksiko (42). 8 Mei : 25 negara melaporkan 2500 kasus. 896 di AS (2) dan 1204 di Meksiko (44). 9 Mei : 29 negara melaporkan 3440 kasus. 1639 di AS (2), 1364 di Meksiko (45), dan 242 di Kanada (1). 9 negara melaporkan 4379 kasus. 2254 di AS (2), 1626 di Mei Meksiko (45), 280 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 10 30 negara melaporkan 4694 kasus. 2532 di AS (3), 1626 Mei di Meksiko (48), 284 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 11 30 negara melaporkan 5251 kasus. 2600 di AS (3), 2059 Mei di Meksiko (56), 330 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 12 13 Mei 3 negara melaporkan 5728 kasus. 3009 di AS (3), 2059 di Meksiko (56), 358 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 33 negara melaporkan 6497 kasus. 3352 di AS (3), 2446 Mei di Meksiko (60), 389 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 14 34 negara melaporkan 7520 kasus. 4298 di AS (3), 2446 Mei di Meksiko (60), 449 di Kanada (1) dan 8 kasus di Kosta Rika (1). 15 6 negara melaporkan 8451 kasus. 4714 di AS (4), 2895 di Mei Meksiko (66), 496 di Kanada (1) dan 9 kasus di Kosta Rika (1). 16 Media Utama 39 negara melaporkan 8480 kasus. 4714 di AS (4), 2895 Mei di Meksiko (66), 496 di Kanada (1) dan 9 kasus di Kosta Rika (1). 17 11 Juni 16 Juli WHO mengumumkan influenza H1N1 sebagai fase 6 (pandemi) 135 negara melaporkan 94.512 positif influenza A H1N1, dan 429 orang diantaranya mening- gal dunia. Pengertian: Influenza adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza dengan bermacam-macam tipe (A,B dan C). Tipe yang paling banyak ditemukan adalah tipe A dengan berbagai sub tipe. Pandemi influenza peristiwa yang jarang terjadi, namun pada abad yang lalu telah terjadi 3 pandemi yaitu : • Influenza spanyol (H1N1) tahun 1918 yang menyebabkan kematian sekitar 40-50 juta orang • Influenza asia (H2N2) pada tahun 1957 yang menyebabkan kematian sekitar 2 - 4 juta orang • Influenza hongkong (H3N2) pada tahun 1968 yang menyebabkan kematian sekitar 1 juta orang Level Pandemi Masa Pra Pandemi Level 1 : virus menyebar di antara hewan dan tidak menulari manusia Level 2 : virus beredar di antara hewan dan mulai menulari manusia Masa Siaga Pandemi Level 3 : virus hewan atau manusia-hewan menimbulkan kasus sporadis, tapi tidak mudah menyebar Level 4 : Penularan virus dari manusia ke manusia, menyebabkan wabah pada masyarakat Masa Pandemi Level 5 : Flu menyebar dan menimbulkan wabah sedikitnya di 2 negara di 1 regional Level 6 : Wabah mendunia sedikitnya di 2 kawasan WHO l (Smd) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 25 Sorot Hari-Hari Tanpa Tembakau Setiap 31 Mei diperingati sebagai Hari TanpaTembakau Sedunia (HTTS). Pada tahun 2009 ini, HTTS diperingati dengan tema ”Tobacco Health Warnings” atau peringatan kesehatan pada bungkus rokok. Seperti apa pelaksanaannya? P erilaku atau kebiasaan merokok telah menimbulkan dampak sosial dan ekonomi, dan yang terutama adalah dampak yang sangat merugikan terhadap kesehatan. Pengendalian masalah tembakau/rokok merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya. Untuk mengingatkan masyarakat terhadap bahaya rokok yang jatuh pada tanggal 31 Mei, Departemen Kesehatan RI bersama dengan instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat serta Organisasi Profesi menyelenggarakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Menurut dr. Yusharmen, D.ComH, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Ditjen P2PL Depkes, peringatan HTTS bertujuan untuk meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya rokok, mening26 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 katnya gerakan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan tanpa rokok, meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat tanpa rokok, dan meningkatnya kemitraan berbagai pihak dalam mewujudkan masyarakat tanpa rokok Untuk itu, tema peringatan HTTS kali ini adalah ”Tobacco Health Warnings” atau peringatan kesehatan pada bungkus rokok. Maksudnya, peringatan kesehatan berbentuk gambar pada bungkus rokok sebagai upaya yang Sorot foto efektif untuk menurunkan konsumsi rokok/tembakau. Makna yang ingin disampaikan dalam tema ini adalah perlunya partisipasi aktif berbagai komponen bangsa dalam penanggulangan masalah bahaya rokok melalui tanda peringatan kesehatan dalam bentuk gambar untuk dapat menghentikan konsumsi rokok, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam kehidupan bernegara. Dijelaskan dr. Yusharmen, kendala yang dihadapi dalam menekan konsumsi rokok adalah di satu sisi kesehatan hak azasi manusia, di sisi lain cukai rokok memberi kontribusi bagi pendapatan Negara. Pemerintah juga menyadari bahwa dampak negatif bagi kesehatan masyarakat tidak sebanding dengan kontribusi terhadap pendapatan negara. Menurut data dari berbagai negara termasuk Indonesia, biaya kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat sebesar tiga kali lipat cukai yang didapatkan. Oleh karena itu, pemerintah bersama-sama DPR dan aktivis anti tembakau sedang menggarap bersama RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap kesehatan mulai dari produksi tembakau/rokok sampai dengan konsumsi maupun ekspor/impor. Secara bertahap diharapkan pengendalian tembakau/rokok ini akan optimal untuk mencegah kehilangan peluang dalam memperbaiki kesehatan bangsa Indonesia. Kita melihat, kecenderungan jumlah perokok di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Data Susenas tahun 1995 prevalensi perokok dewasa (>15 tahun) di Indonesia sebesar 27% (laki-laki 53,4% dan perempuan 1,7%). Pada tahun 2001 prevalensi perokok meningkat menjadi 31,5% (laki-laki 62,2%, perempuan 1,8%). Susesnas tahun 2004 melaporkan prevalensi perokok menjadi 34,5% (laki-laki 34,5%, perempuan 65,2%). Selanjutnya hasil survey riset kese­hat­ an dasar oleh Depkes melaporkan prevalensi perokok dewasa (>15 tahun) sebesar 33,08% (laki-laki 65,28%, perempuan 5,06%). Kalau melihat tren yang berkembang memang dapat diartikan bahwa Pemerintah harus bekerja ekstra keras untuk perlahan-lahan melakukan kebijakan yang pro kesehatan masyarakat. Sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan ketentuan internasional. Yang terpenting, sudah saatnya kita mulai “mencicil” melaksanakan aturan-aturan internasional tentang pengendalian dampak emrokok. Setidaknya, dengan memberlakukan peringatan dengan gambar di bungkus rokok. l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 27 Sorot Dampak dan Bahaya Rokok D ampak kesehatan dari konsumsi rokok telah diketahui sejak dahulu. Sebanyak lebih dari 70.000 artikel ilmiah membuktikan bahwa perokok dan pajanan asap rokok berbahaya bagi kesehatan manusia dan menunjukkan hubungan kausal antara penggunaan tembakau dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit 28 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 jantung, penyakit sistim saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, Bahaya merokok tidak hanya berbahaya bagi para perokok aktif, melainkan juga bagi perokok pasif. Sejauh mana resiko yang dapat dihindarkan? dan kelainan kehamilan. Penyakitpenyakit tidak menular tersebut saat ini merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indonesia. Konsumsi tembakau/rokok membunuh satu orang setiap detik. Rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok mati pada usia 35 sampai dengan 69 tahun. Data epidemi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini Sorot berlanjut terus maka diproyeksikan akan terjadi 10 juta kematian pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang. Rokok dan Efeknya Efek rokok tidak hanya mempengaruhi tumbuh kembang janin dan bayi, melainkan juga, menurut David Poswillo & Eva Alberman, menurunnya kesuburan (Fertilitas), mening­ katnya hamil diluar kandungan, pertumbuhan janin terlambat (Fisik dan IQ), kejang kehamilan (eklampsia), imunitas bayi Terganggu dan Kematian Perinatal Meningkat. Sedangkan penyakit lain akibat rokok adalah Stroke Otak dan Jantung; Paru: batuk menahun, TBC, Kanker; Penyempitan Pembuluh Darah, dengan komplikasinya. Anak-anak yang terpapar pada asap tembakau mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkhitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma. Kesehatan yang buruk di usia dini mungkin akan menyebabkan kesehatan yang buruk pula di saat dewasa. Cukai Hasil Tembakau Dengan peningkatan cukai rokok selain dapat meningkatkan pendapatan pemerintah, juga dapat digunakan kembali untuk membiayai pelayanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat miskin. Disamping itu semakin tinggi harga rokok tentunya akan mencegah masyarakat terutama kelompok kurang mampu untuk tidak membeli rokok. Tembakau disamping memberi pemasukan cukai yang cukup besar bagi pemerintah, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan dampak negatip bagi kesehatan yang jauh lebih besar. Hasil survei nasional menunjukkan rata-rata pengeluaran rumah-tangga keluarga miskin untuk rokok jauh melebihi rata-rata pengeluaran untuk bahan makanan seperti protein, sayur-mayur, kesehatan maupun biaya sekolah anak-anaknya. Pengeluaran pemerintah untuk mensubsidi pelayan­an kesehatan masyarakat miskin akibat rokok juga cukup besar. Oleh sebab itu, dalam kondisi sulitnya ekonomi saat ini, seyogyanya masyarakat dapat menyikapi dengan lebih bijaksana membelanjakan keuangan rumah tangganya untuk hal-hal yang bermanfaat. Dengan maraknya peredaran rokok ilegal tentunya akan san- Beban Nasional Karena Penyakit Yang Disebabkan Tembakau di Indonesia 2005 (Badan Litbangkes) Nama Penyakit Neoplasma 1. Kanker mulut dan oropharynx 2. Kanker Lambung 3. Kanker Hati 4. Kanker Pancreas 5. Kanker Trachea, bronchus dan paru Jumlah Kasus Jumlah Meninggal 16.200 14.190 9.970 3.800 30.180 37.872 49.000 59.191 5.790 45.583 733.00 65.140 957.610 48.980 666.120 11.040 5.210 4.510 1.270 6.940 744.04 70.350 962.120 50.250 673.060 249.080 192.250 26.815 136.707 263.830 1.462.470 5.560 298.350 269.390 1.760.820 274.130 529.320 34.995 3.847 319.490 62.000 617.890 552.130 937.380 614.130 399.800 3.846.373 1.502.900 5.411.904 YLL DALYs Loss YLD Penyakit Jantung dan Pemb. Darah 1. Peny. Jantung Koroner 2. Stroke Penyakit Saluran Pernapasan 1. PPOK 2. Bronchitis, Emphysema TOTAL No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 29 Sorot gat menambah beratnya dampak kesehatan yang akan di hadapi oleh masyarakat dan pemerintah. Pertumbuhan industri rokok memang menyerap tenaga kerja, namun hasil produksi akan sangat menimbulkan kerugian kesehatan dan ekonomi. Berbagai penelitian dibidang pertanian melaporkan terdapat banyak jenis tanaman pengganti tanaman tembakau yang lebih menguntungkan. Upaya mengganti industri tembakau ke berbagai industri lainnya tentunya akan lebih menguntungkan secara ekonomi dan kesehatan. Dalam hal ini, posisi Indonesia dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) adalah langkah konkrit untuk mendukung FCTC adalah mendukung tereali­ sasinya UU tentang Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan, serta mendukung proses ”accession”. Langkah tersebut diser­ tai dengan melaksanakan proses penyadaran yang terus menerus terhadap bahaya rokok. Proses penyadaran ini penting karena dampak bahaya rokok tidak dirasakan secara langsung sehingga sering kali diabaikan. Untuk menandatangani FCTC masih diperlukan dukungan dari 30 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 lintas sektor di luar Depkes, sehingga diperlukan upaya advokasi yang intensif kepada sektor lain. Fatwa MUI Dengan adanya fatwa MUI tentang larangan merokok bagi anakanak dan ibu hamil, serta di tempat-tempat umum berarti sejalan dengan upaya di bidang kesehatan, khususnya dalam pengendalian masalah penyakit tidak menular. Namun demikian, Pemerintah Indonesia tetap harus mencapai solusi yang terbaik dalam mengatasi bahaya rokok. Diantaranya yang dilakukan: • Rencana meratifikasi/aksesi FCTC (Frame Work on Tobacco Control), • Meneruskan proses RUU tentang Pengendalian Dampak Produk tembakau terhadap kesehatan, yang tahun ini terjadwal di Baleg. DPR. • Secara umum mengadvokasi pemerintah daerah untuk membuat Perda sebagai tindak lanjut pelaksanaan PP no. 19/2003. Namun disadari bahwa PP tersebut tidak bisa memberi sanksi yang lebih jelas dan tegas terhadap para perokok maupun produsen rokok. • Untuk itu secara khusus dalam RUU tentang Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap kesehatan, dalam bab kewajiban pemerintah dan ketentuan pidana, proteksi terhadap kaum muda/anak sekolah diatur secara khusus. • Departemen Kesehatan secara khusus melakukan promosi melalui Pusat Promosi Kesehatan untuk mengendalikan bahaya merokok terhadap peningkatan penyakit tidak menular baik melalui media elektronik, cetak dan lain-lain baik untuk masyara­ kat umum maupun generasi muda pada khususnya. • Mengusulkan untuk kemungkinan perubahan PP 19/2003, sesuai dengan perkembangan situasi terkini. Perjalanan Indonesia mengendalikan rokok masih bakal lama. Namun, dengan semangat keberpihakan pada kesehatan serta nasib jutaan penduduk Indonesia, niscaya rintangan akan menyingkir dengan sendirinyal Sorot Dr. Merdias Al Matsir Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Tidak Pernah ada Kata Aman Untuk Rokok! No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 31 Sorot D ampak buruk rokok terhadap kesehatan telah banyak memakan korban. Ribuan orang telah mene­ mui ajal akibat rokok. Jutaan orang telah jatuh sakit terkena berbagai penyakit kanker, jantung koroner dan penyakit paru lainnya. Maklum, ada 500 zat kimia yang berbahaya dari 4.000 jenisnya dalam asap rokok. Semua terhisap secara langsung maupun tidak langsung ( perokok pasif). Dampak buruk ini terus melonjak, akibat semakin besar jumlah perokok muda dari berbagai negara dunia. Bahkan semakin muda umur mereka mulai merokok. Berbagai upaya pencegahan dan promosi untuk mengurangi jumlah perokok belum menuai hasil yang memuaskan, bahkan cende­ rung mandek (stagnan). Mengapa demikian? Berikut petikan wawacara Mediakom tentang seluk beluk rokok dan dampak buruknya terhadap kese­ hatan dengan dr. Merdias Al Matsir, Sp.S (K) Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Zat apa saja yang terkandung dalam rokok? Rokok adalah racun. Dalam rokok ada dua unsur yaitu nikotin dan tar. Para ahli menyatakan ada sekitar 4.000 jenis zat kimia dalam asap rokok. Dari 4.000 ini ada 500 yang berbahaya, diantaranya formalin, arsen, merkuri, karbon monoksida dan banyak lagi yang bisa memberi efek karsinogenik. Ada tiga penyakit utama yang disebabkan oleh kebiasaan merokok dalam jangka panjang yaitu jantung koroner, kanker mulai dari kanker mulut , paru sampai ke ginjal 32 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 dan kelompok penyakit paru obstruktif. Ketiga penyakit ini menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Ada sekitar 427.948 kematian akibat rokok setiap tahunnya. Artinya ada 1.172 orang meninggal perhari yang diduga akibat dari rokok. Rokok juga menyebabkan impotensi pada pria, sementara pada wanita hamil, rokok dapat mengganggu bayi seperti BBLR ( berat bayi lahir rendah) dan gangguan pertumbuhan. Inilah yang menyebabkan rokok sebagai bahan berbahaya di samping sifat adiktifnya (kecanduan). Banyak orang sudah tahu dampak buruk rokok, tetapi mengapa mereka tidak berhenti? Itu karena adiktif. Perokok ada yang disebut perokok aktif dan perokok pasif dimana ia terpapar asap rokok. Bisa di rumah tangga, di tempat kerja dan di tempat umum. Kenapa orang susah berhenti merokok? Karena banyak orang mulai merokok sejak kanak-kanak dan remaja sebagai akibat dari pergaulannya. Yang mencengangkan, prevalensi anak merokok di bawah 15 tahun di Indonesia setiap tahunnya paling cepat naiknya dibanding negaranegara lain. Selain pengaruh lingkungan, orang juga susah berhenti merokok akibat promosi. Iklan rokok begitu bebas. Kita punya larangan tapi tidak jelas pelanggarnya ditindak atau tidak. Bahkan ada industri rokok dalam laporan tahunannya mengatakan bahwa di Indonesia hampir mutlak bebasnya promosi rokok itu. Baik dalam bentuknya maupun tempatnya. Bisa kita lihat iklan rokok dimana saja. Di media cetak dan elektronik, juga media luar ruang. Selain itu, dampak akibat rokok tidak dirasakan langsung. Tidak seperti kita minum cuka yang langsung terasa asam. Bagaimana rokok dapat menimbulkan adiksi? Di dalam rokok itu ada zat yang membuat otak kita membutuhkan zat tersebut terus menerus dan jumlahnya makin lama makin tinggi. Sehingga kalau tidak dipenuhi akan gelisah, seperti dalam narkoba dikenal dengan sakau. Kenapa peringatan bahaya rokok tidak banyak berpengaruh? Mungkin kita harus mengubah strategi, jangan dalam bentuk tulisan tetapi dalam gambar karena gambar lebih mudah dipahami dari pada tulisan. Banyak perokok dari kalangan miskin. Kenapa? Kelompok yang paling rawan adalah kelompok anak-anak dan remaja, kelompok orang berpenghasilan rendah dan kelompok wanita. Data tahun 2005, untuk belanja rokok dalam rumah tangga berpenghasilan rendah sebesar 11,5%, dibandingkan dengan orang berpenghasilan tinggi belanja rokok sebesar 9,7%. Pada orang miskin pengeluaran untuk rokok 5 kali lebih besar daripada untuk membeli makanan bergizi atau 3 kali lebih besar dari biaya pendidikan atau 4 kali lebih besar dari pengeluaran untuk kesehatan. Maka kelompok-kelompok ini harus dilindungi oleh negara. Caranya? Ada dua hal yaitu dari demand side dan supply side. Ada aturanaturan untuk mengurangi kebutuhan dan suplai ini misalnya meng- Sorot hilangkan iklan secara total dari semua media. Negara lain sudah melakukan ini. Ini perlu untuk mengurangi motivasi remaja untuk mulai merokok. Selain itu juga perlu dibuat pembatasan anak-anak membeli rokok. Sekarang bisa dilihat, anak-anak mudah membeli rokok ketengan. Harusnya ada aturan siapapun tidak boleh menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun. Sekolah juga harus punya program mencegah rokok bersamaan dengan program pencegahan narkoba. Ini dari sisi demand. Dari sisi supply bisa dilakukan dengan tidak menempatkan mesin penjual rokok di area umum. Iklan rokok dibatasi. Selain itu, untuk menghindari bahaya rokok, perbanyak kawasan-kawasan bebas asap rokok sehingga kesempatan orang untuk merokok makin dipersempit. Kenapa perokok pasif lebih berbahaya? Hasil penelitian membuktikan bahwa asap rokok berbahaya. Apa kiat untuk berhenti merokok? Niat dulu. Dengan niat yang kuat akan cepat berhenti. Sama seperti narkoba. Jauhi semua barang yang berhubungan dengan rokok seperti iklan. Memang ada fase yang sulit untuk berhenti dimana seseorang akan menjadi gelisah. Tetapi ia harus tahan kira-kira seminggu lah. Atau bisa juga mengikuti program berhenti merokok. Tapi yang utama adalah niat. Biasanya orang kembali "Sekarang bisa dilihat, anak-anak mudah membeli rokok ketengan. Harusnya ada aturan siapapun tidak boleh menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun" merokok karena pergaulan. Maka perlu dukungan dari keluarga. Pendapatan cukai rokok sesungguhnya lebih kecil dari bahaya akibat rokok. 84% orang merokok di rumah. Ada 45 juta orang yang terpapar rokok di rumah tangga (perokok pasif ). Ada 43 juta anak di bawah 14 tahun sebagai perokok pasif. Tahun 2005 survei membuktikan belanja akibat rokok sebesar Rp 127,7 triliyun. Ini sama dengan 7 kali penerimaan cukai Ada tidak hubungan antara merokok dengan ide kreativitas? Semua itu ada kaitannya dengan adiksi. Begitu seseorang berhenti merokok, macet lah kreativitasnya. Coba ganti dengan yang lain selain rokok. Berapa data jumlah perokok dari tahun ke tahun? Setiap tahun naik. Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok kelima terbanyak di dunia setelah China, Amerika, Rusia dan Jepang. Tidak ada hubungan antara banyaknya jumlah perokok dengan iklim. Di Jepang daerahnya dingin banyak perokoknya, Indonesia sebagai daerah tropis juga banyak perokoknya. Himbauan kepada para perokok? Kalau Anda bisa berhenti merokok, berhentilah sekarang juga. Kalau tidah bisa berhenti janganlah mencederai orang lain dengan asap rokok Anda. Pemerintah sudah punya aturannya bahwa seseorang tidak boleh merokok di tempat umum. Maka orang yang tidak merokok harus berani menegur perokok. Perlu juga lapor ke petugas keamanan sebagai bagian dari proses hukum.l(pra,gi) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 33 Peristiwa Pemerintah Gelar Simulasi Penanggulangan Episenter Influenza Kedua S ampai saat ini penularan virus flu burung pada manusia masih berasal dari unggas/ ayam. Hal itu dibuktikan dengan pemeriksaan spesimen terhadap semua kontak kasus sejak tahun 2005 sampai sekarang, menunjukkan negatif. Artinya, belum ada penularan flu burung antar manusia. Padahal, selama masih ada virus flu burung pada unggas, maka selama itu virus flu burung menjadi ancaman manusia. Namun demikian, untuk mengantisipasi dan kesiapsiagaan dalam mencegah meluasnya penularan apabila terjadi episenter pandemi Influenza dilaksanakan Simulasi kedua Penanggulangan Episenter Influenza di RW 01 Kelurahan Kassi-Kassi dan RW 02 Kelurahan Bontomakio, Kota Makassar tanggal 25-27 April 2009. Simulasi pertama tanggal 25-27 April 2008 di Desa Dangin Tukadaya, Kab. Jembrana, Bali. Episenter Pandemi Influenza adalah lokasi awal terdeteksinya sinyal epidemiologi dan sinyal virologi yang merupakan tanda terjadinya penularan influenza baru antar manusia yang memungkinkan terjadinya pandemi (penyebaran penyakit yang cepat dan meluas ke seluruh dunia). Pembukaan simulasi dilakukan Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P. MARS, Direktur Jenderal Pengenda34 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 lian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes mewakili Menteri Kesehatan yang berhalangan hadir karena ada tugas lain yang tidak dapat diwakilkan di Kel. Kasi-Kasi Kota Makassar tanggal 25 April 2009. Menurut Prof. Tjandra Yoga, tujuan simulasi adalah untuk meningkatkan kapasitas, kemampuan teknis, dan koordinasi semua sektor terkait termasuk masyarakat dalam penanggulangan episenter pandemi influenza. Mengenai dipilihnya Kota Makassar, Prof. Tjandra menya­ta­ kan di kota itu peran serta masyarakatnya cukup tinggi. Selain itu, Kota Makassar infrastrukturnya memadai sebagai penghubung jaringan transportasi cepat, pertumbuhan perdagangan dan pembangunan ke seluruh Kawasan Timur Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Diharapkan simulasi di Kota Makassar ini dapat dikembangkan untuk pembelajaran kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza di Kawasan Timur Indonesia. Bertindak sebagai penanggung jawab simulasi adalah Prof. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL. Sedangkan sebagai Kepala Pusat Komando adalah dr. Iwan Muljono, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung. Lokasi Simulasi berada di RW 01 Kassi-Kassi, Rw 02 Bontomakkio Kec. Rappocini, Puskesmas KassiKassi, RS Gracetelina, RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Pelabuhan Laut Soekarno Hatta dan Kantor Kese­ hatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Hasanuddin, Kantor Dinas Kesehat­ an Kota Makassar, Kantor Dinas Peristiwa • • • Kesehatan Prov. Sulsel dan Kantor Walikota Makassar. Simulasi telah selesai melibatkan kurang lebih 700 orang yang mewakili pemerintah dan non-pemerin­ tah, TNI dan POLRI. Dalam simulasi tersebut diujicobakan delapan pilar kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, yaitu : • Pembentukan pos koordinasi (Posko) sebagai pusat operasi penanggulangan, • Surveilans epidemiologi berupa penyelidikan epidemiologi terhadap kasus yang ditemukan dan pelacakan kontak, • Respons medik dan laboratorium berupa penatalaksanaan kasus, isolasi dan penutupan sementara/karantina rumah sakit, • Intervensi farmasi berupa pemberian antiviral kepada • • masyarakat di lokasi episenter, Intervensi non farmasi berupa karantina rumah dan karantina wilayah, pembatasan kegiatan sosial seperti sekolah dan tempat-tempat umum termasuk pengawasan perimeter oleh TNI dan Polri, Komunikasi risiko kepada masyarakat dan media, Tindakan karantina di pelabuhan laut dengan melakukan skrining menggunakan thermal scanner dan pemberian Health Alert Card (HAC), observasi terhadap kasus yang diduga, karantina dan rujukan ke rumah sakit rujukan terhadap penumpang yang mengalami gejala/ suspek, Mobilisasi sumber daya baik logistik medis, antiviral dan alat pelindung diri (APD) serta kebutuhan pokok bagi penduduk yang wilayahnya diisolasi. Kesiapan Lembaga Usaha (Bussiness Continuity Plan). Untuk mengendalikan Flu Burung, berbagai upaya telah dilakukan Departemen Kesehatan diantaranya menemukan dan mengobati hingga sembuh pasien suspek maupun pasien positif bahkan sampai pemakaman bagi korban yang meninggal dunia dengan pembiayaan ditanggung pemerintah. Selain itu, upaya lainnya dalam mengendalikan penyakit Flu Burung adalah melengkapi fasilitas 100 RS Rujukan. Melengkapi dan memfungsikan 2 laboratorium rujukan nasional Flu Burung (Balitbangkes & Eijkman), 8 laboratorium regional dan 34 laboratorium sub regional. Peningkatan SDM dengan melatih District Surveilance Officer (DSO), TGC (tim gerak cepat), pelatih­an/sosialisasi FB pada petugas kesehatan dasar, pelatihan juru bicara FB, sosialisasi FB pada industri, dll. Pemerintah juga gencar melakukan penyuluhan FB kepada masyarakat lewat berbagai media. Penyediaan obat oseltamivir, selain untuk stockpiling di Depkes dan provinsi, juga didistribusikan ke Dinas Kesehatan, RS rujukan Flu Burung, RSUD Kabupaten/Kota, RS Swasta yang merawat kasus dan Puskesmas seluruh Indonesia. Penyediaan alat pelindung diri (APD) dan investigasi kit bagi petugas di lapangan, serta pelaksanaan pilot project pengendalian FB di Kota dan Kab Tangerang. l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 35 Peristiwa Babak Baru B4M B incang Bincang Bareng Bumenkes (B4M), memasuki babak baru. Program teve yang disiarkan di MetroTV dan TV One bersama ibu Menteri Kesehatan ini kini disajikan dalam tiga seri. Pertama, seri On The Spot (OTS), ditayangkan setiap Kamis, jam 08.00 – 09.00 wib di Metro TV. Kedua, seri Talk Show, setiap sabtu pukul 08.30 – 09.00 wib tayang di TV ONE, dan ketiga, seri Prime Interview ditayangkan setiap Senin pukul 20.30-21.00 wib di Metro TV. Ketiganya tayang secara berurutan, dikerjakan oleh rumah produksi Avicom, Cinggar dan Metro.TV. Masing-masing tayangan ber- beda konsepnya. On The Spot (OTS) mengemas acara dengan mengetengahkan keberhasilan pembangunan kesehatan daerah, institusi atau program tertentu. Kemasannya dengan meramu berbagai kegiatan, komentar masyarakat tentang program dan pernyataan Menkes tentang program tersebut sebagai penegasan. Sedangkan, acara talk show dikemas dalam bentuk wawancara tentang topik tertentu. Talk show ini selalu menempatkan Menkes sebagai host dan menghadirkan nara sumber ahli sesuai topik. Wawancara dipandu Ferdy Hasan sebagai co-host. Untuk meramaikan suasana, agar talk show terasa segar, Eko DJ pelawak kondang ikut nimbrung dengan ceplosannya yang khas. Khusus seri Prime Interview, tayang­ an di kemas mirip talk show. Bedanya, terkesan ilmiah dan cerdas. Nara sumber dipilih orang–orang sukses dalam program tertentu. Seperti Gubernur Sumsel, Alex Nurdin, pernah menjadi nara sumber dengan topik “pengobatan gratis untuk semua”. Untuk itu, ditempatkan Desi Anwar sebagai presenternya. Ada 60 episode dari 3 seri tayangan B4M, setiap seri mempunyai 20 episode. Semua episode disajikan secara ringan, ceria, juga menghibur para pemirsa. Bahkan itu, di setiap episode pula selalu ditutup dengan irama musik, bersama para artis muda yang energik, khususnya seri talk show. Khusus untuk On The Spot dan Talk Show sudah selesai produksi dan tayangnya. Harapannya, dengan acara B4M ini dapat menambah informasi, pengetahuan dan sarana komunikasi antara Departemen Kesehatan dengan masyarakat. Berikutnya, masyarakat dapat memberi masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kebaik­ an bersama. l(pra) Depkes Siap Melayani Kesehatan Jemaah Haji Indonesia D epkes siap melayani kesehatan Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi. Apalagi kini Pemerintah Indonesia telah memiliki gedung Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Azizah di Mekah Arab Saudi. Gedung ini dilengkapi sarana dan prasarana setara RS tipe C dengan 4 ambulans yang siap selama 24 jam. Memiliki 3 lift umum dan 1 lift pasien. Tersedia kamar bedah yang ditata secara modern, dengan pintu gawat darurat tersendiri. BPHI ini juga 36 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 dilengkapi ICU/ICCU yang mampu merawat 12 penderita dengan perlengkapan yang memenuhi standar internasional. Memiliki 150 tempat tidur ( TT ) termasuk ruang pera­ watan VIP dan setiap kamarnya dilengkapi toilet. Secara resmi BPHI telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dr. Farid Wadjdi Husain, Sp.B(K), Senin, 13 Juli yang lalu. Untuk mengoptimalkan pelayanan, Tim Fungsional BPHI Depkes terus menyiapkan gedung seluas 6.257 Peristiwa m2 ini sebagai pusat pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia saat musim haji tiba. Gedung BPHI terdiri 9 lantai, terletak di kawasan elit Kholidiah, 4 km dari Masjidil Haram dan aksesnya mudah dicapai dengan segala jenis kendaraan. Lantai 1 digunakan sebagai ruang radiologi, laboratorium, depo farmasi, kamar operasi, instalasi gas medik dan ruang administrasi. Lantai 2 digunakan untuk pelayanan HCU, CEU (12 TT) dan ruang perawatan intermediate (20 TT). Lantai 3 digunakan untuk ruang perawatan intermediate laki-laki dan ruang pasien jiwa/ psikiatri (30 TT). Lantai 4 digunakan sebagai ruang poliklinik. Lantai 5 digunakan sebagai ruang perawatan wanita (63 TT). Lantai 6 digunakan untuk menyimpan peralatan medik, gudang obat dan ruang rawat inap wanita (30 TT). Lantai 7 sebagai ruang staf medis dan gudang obat farmasi. Lantai 8 dipakai sebagai ruang pertemuan dan ruang khusus. Lantai 9 digunakan sebagai dapur umum, ruang gizi klinis, dan ruang cuci. Saat ini, Departemen Kesehatan juga telah menyiapkan 306 tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI) non kloter yang akan bertugas di daerah kerja (daker) di Jeddah, Mekah dan Madinah. Jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan adalah dokter spesialis (78 orang), dokter gigi ( 2 orang), perawat (158 orang), ahli farmasi (29 orang), sanitarian (21 orang), analisis (3 orang), rekam medis (2 orang), penata rontgen (2 orang), ahli gizi (3 orang), siskohat (3 orang), dan tenaga TUH (5 orang). Tiap-tiap wilayah ini akan dilengkapi dengan ambulan. Sejak terbitnya UU nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan haji, maka pelayanan kesehatan ibadah haji Indonesia menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan, sebelumnya diselenggarakan oleh Departemen Agama. Pelayanan kesehatan jamaah haji ini dimulai sejak jamaah masih di Tanah Air, Arab Saudi dan 14 hari setelah pemulangan. l(pra, gi) Penyakit Meningitis dan Ibadah Haji M eningitis, penyakit yang banyak menarik perhatian, terutama umat Islam. Apalagi bagi yang akan menunaikan ibadah haji pada tahun 2009 ini. Perhatian itu terkait pada kewajiban mendapat imunisasi sebelum berangkat ke Tanah Suci, Mekah. Apalagi, vaksin meningitis terindikasi masih mengandung unsur babi yang hukumnya haram bagi umat islam. Miningitis, sering disebut meningitis miningokokus. Sejenis penyakit radang selaput otak atau sumsum tulang belang yang terjadi secara akut, yang disebabkan oleh bakteri neisseria meningitides. Penyakit ini sangat berbahaya, selain cepat menular, dapat menyebabkan kematian. Apabila sembuh dapat meninggalkan kecacatan akibat kerusakan di otak. Untuk mengetahui penyakit meningitis, terdapat tanda dan gejala panas tinggi yang mendadak, nyeri kepala disertai kaku kuduk, mual, muntah, kejang, timbulnya bercak merah pada kulit dan kesadaran menurun, kemudian tak sadarkan diri. Panyakit ini menular melalui kontak langsung. Seperti percikan cairan hidung dan tenggorokan pada saat batuk dan bersin dari penderita meningitis miningokokus. l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 37 Nasional Sidang Tahunan WHA ke-62: Virus Sharing Akan Menjadi Aturan Baru WHO Selangkah lagi perjuangan Indonesia tentang mekanisme virus sharing yang adil, transparan dan setara akan direalisasikan. Kejelasan ini terungkap dalam Sidang Tahunan ke-62 (World Health Assembly = WHA) di Jenewa Swiss tanggal 1822 Mei 2009. Apalagi kesepakatan lainnya? 38 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 S alah satunya disebutkan, resolusi untuk melanjutkan pembahasan Standard Material Transfer Agreement (SMTA) dalam Virus Sharing dan akses pada vaksin dan manfaat lainnya, akan diselesaikan selambat-lambatnya Januari 2010, “ ujar Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan di Jakarta. Menurut Dr. dr. Siti Fadilah Supari, resolusi WHA ke-62 tersebut menyatakan bahwa kesepakatan-kesepakatan yang dicapai pada Intergovernmental Meeting on Pandemic Influenza Preparedness (IGM PIP) akan menjadi bagian dari perjanjian pokok tentang Nasional mekanisme baru virus sharing, yang menjadikan benefit sharing sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan. Resolusi yang dipelopori Indonesia ini mendapat dukungan luas dari negara-negara berkembang seperti Argentina, Bangladesh, Bhutan, Brazil, Cili, dan Kuba yang mewakili negara anggota Gerakan Non-Blok, Ghana yang mewakili wilayah Afrika, Guate- mala, India, Iran, Maldives, Myanmar, Nigeria, Sri Lanka, Timor-Leste dan Venezuela. Selanjutnya, negaranegara anggota telah mempercayakan Direktur Jenderal WHO untuk melakukan proses pembahasan lanjutan yang transparan dan berimbang antara negara-negara maju dan berkembang, ujar Menkes. Resolusi juga mengakui bahwa IGM PIP telah menyepakati sebagian besar butir-butir pada Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat lainnya, dan menyatakan kembali pentingnya solusi jangka panjang untuk kesiapan dan respon terhadap pandemi influenza, tambah Dr. Siti Fadilah. Menurut anggota delegasi Indonesia dan diplomat senior Deplu Dr. Makarim Wibisono tercapainya Re- Butir-butir yang telah disepakati pada Joint statement menutup IGM-PIP Desember 2008 lalu di Jenewa, dapat disimpulkan sebagai 5 (lima) terobosan besar: 1. Disetujui penggunaan Standard Material Transfer Agreement (SMTA) dalam sistem virus sharing yang akan mengatur semua transfer virus maupun transfer bagian bagian virus yang berbentuk standar dan universal dan mempunyai kekuatan hukum. 2. Prinsip prinsip SMTA secara umum disetujui termasuk pengakuan atas perlunya mengintegrasikan sistem benefit sharing kedalam SMTA, hal yang menjadi perjuangan gigih Indonesia dengan dukungan negara berkembang lain, dalam kelompok negara negara SEARO/South East Asia Regional Organization, Brazil dan AFRO (African Regional Office), meskipun terdapat tentangan keras dari Amerika Serikat. Pernyataan IGM-PIP pada penutupan pertemuan bulan Desember 2008 berbunyi “negara negara anggota setuju untuk berkomitmen berbagi virus H5N1 dan virus influenza lainnya yang berpotensi pandemi serta menganggap virus sharing adalah setara benefit sharing, sebagai bagian penting dari langkah kolektif demi kesehatan publik secara global”. 3. Prinsip benefit sharing diintegrasikan kedalam SMTA 4. Komitmen negara maju untuk benefit sharing secara nyata termasuk dalam berbagi risk assesment dan risk response. 5. Terwujudnya Virus Tracking System dan Advisory Mechanisim untuk memonitoring dan evaluasi virus dan penggunaannya. Desakan penuntasan SMTA dan virus sharing pada WHA ini juga datang dari para Menteri Kesehatan nega­ ra ASEAN+3 (China, Jepang dan Korea Selatan) dalam pernyataan bersama mereka sebagai hasil Pertemuan Khusus Menteri Kesehatan ASEAN + 3 tentang Influenza A(H1N1) di Bangkok, 8 May 2009, antara lain: “Menekankan kebutuhan untuk menuntaskan InterGovernmental Meeting yang dimandatkan oleh WHA 60.28, tentang virus sharing H5N1 dan virus influenza lain dengan potensi pandemi pada manusia serta bene­ fit sharing yang adil dan setara; “Prihatin bahwa sebagian besar produksi vaksin global berlokasi di Eropa dan Amerika Utara, dan tidak cukup untuk merespon pandemi global; dan walaupun wilayah-wilayah dunia lain telah mulai memiliki teknologi untuk memproduksi vaksin influenza, akses pada vaksin pandemi yang efektif masih merupakan permasalahan utama di wilayah ini.” Para Menkes ASEAN + 3 berkomitmen untuk: • Menuntaskan pembicaraan Inter-Governmental Meeting tentang virus sharing H5N1 dan virus influenza lain yang berpotensi pandemi pada manusia dan adanya benefit sharing yang adil dan setara; • Mendesak Direktur Jenderal WHO untuk mendukung tujuan untuk memastikan akses yang adil dan setara pada vaksin pandemi bagi semua negara anggota WHO; dan memfasilitasi peningkatan kemampuan produksi vaksin influenza di wilayah ini dan di negara-negara berkembang lain.” l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 39 Nasional Menkes bincang-bincang dengan peserta sidang Dialog informal Menkes dengan delegasi Indonesia solusi yang mengakui kesepakatankesepakatan dalam proses perundingan IGM-PIP selama dua tahun terakhir ini mencerminkan solidaritas negara-negara pendukung dan tekad kuat serta desakan yang tidak kenal lelah dari kepemimpinan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Sementara anggota delegasi lainnya yang juga menjabat Staf Khusus Menkes Bidang Kesehatan Publik, Dr. Widjaja Lukito, Ph.D., berpendapat resolusi ini menandakan kemajuan signifikan dalam perjuangan gigih Indonesia menuju pada kesepakatan dunia dibidang kesehatan khususnya 40 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 virus sharing dan benefit sharing yang lebih adil, transparan dan setara. Dalam Resolusi WHA ke 62 itu, Direktur Jenderal WHO diminta untuk bekerja sama dengan negaranegara anggota untuk mendorong kemajuan pembahasan atas dasar hal-hal yang telah disepakati dari Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus Sharing dan Akses pada Vaksin serta Manfaat lainnya. Direktur Jendral WHO berkewajiban memfasilitasi proses pembahasan yang transparan untuk memfinalisasi elemen-elemen penting termasuk Standard Material Transfer Agreement (SMTA) juga unsur-unsur di dalam annex SMTA, lalu melaporkan hasilnya pada Sidang Executive Board WHO ke 126 pada bulan Januari 2010. Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K), sebagai inisiator konsep mekanisme baru virus sharing yang adil dan transparan ini menyambut baik resolusi sebagai pencapaian mulia dalam dunia kesehatan dan pengobatan, dengan dicapainya langkah maju untuk meraih tatanan kese­ hatan publik global yang lebih baik. Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) juga ditunjuk menjadi Wakil Ketua I Executive Board WHO hingga sidang WHA Mei 2010. Anggota Delegasi Indonesia ke Sidang WHA ke-62 adalah Menkes RI sebagai Ketua, dengan anggota Dr. Makarim Wibisono, dr. Widjaja Lukito, Ph.d, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS, Dirjen P2PL, Prof. Dr. Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan Litbangkes Depkes dan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Komunikasi Publik. Jika berlaku, Standard Material Transfer Agreement (SMTA) akan mengubah mekanisme virus sharing menjadi mekanisme yang berbasis keadilan, transparansi dan kesetaraan. SMTA akan membuka akses dan transparansi pada informasi tentang virus influenza, yang akan membuka pintu bagi para ilmuwan di negara maju dan berkembang untuk melakukan riset dan membangun kapasitas untuk memproduksi vaksin, antivirus dan diagnostik. SMTA juga mengandung aturan-aturan tentang benefit sharing ketika hasil dari riset yang menggunakan sampel-sampel yang disalurkan dalam sistem ini dikomersialkan. l Nasional Lima Puluh Tahun Penanggulangan Malaria Penanggulangan malaria di Indonesia dibagi atas tiga beberapa periode: periode pembasmian malaria, periode pemberantasan malaria, dan periode sekarang. Bagaimana hasilnya? Periode 1959 – 1968 Mulai tahun 1959 dengan bantuan WHO dan USAID diselenggarakan program pembasmian/eradikasi malaria yang disebut KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria) yang bersifat vertikal. Pada tahun 1959 juga dibentuk Dinas Pembasmian Malaria dimana Institut Malaria diintegrasikan ke dalamnya. Bersamaan dengan itu Pusat Latihan Malaria didirikan di Ciloto dan empat pusat latihan lapangan di luar Jawa. Pada tahun pertama, pembasmian hanya diselenggarakan di Jawa Bali dan Lampung, oleh karena 65% penduduk Indonesia berada di sana. Komunikasi juga baik dan tenaga terlatih tersedia. Daerah luar Jawa – Bali lainnya antara tahun 1961 – 1964 baru mulai melaksanakan pra-eradikasi. Indonesia dibagi menjadi 66 zona, setiap zona dengan jumlah penNo.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 41 Nasional duduk sekitar 1,5 juta orang. Jawa, Bali dan Lampung sendiri terdiri atas 42 zona. Sampai tahun 1965 program pembasmian malaria di Jawa dan Bali memberikan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1963 penyemprotan racun DDT mulai dihentikan di 11 zona yang telah memenuhi kriteria dan ditambah lagi dengan 24 zona pada tahun 1964. Tahun 1966 program mengalami kemunduran oleh karena beberapa hal, yaitu : • Pembiayaan mengalami penurunan baik yang berasal dari pemerintah maupun bantuan luar. • Meluasnya resistensi Anopheles Aconitus terhadap racun DDT dan atau Diledrin di Jawa Tengah dan Jawa Timur • Resistensi Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Malariae terhadap Pirimetamin dan Proguanil serta meningkatnya toleransi Plasmodium falciparum terhadap Primakuin di Irian Jaya Pada tahun 1968 KOPEM dihapuskan dan kegiatannya diintegrasikan ke dalam Ditjen P4M (Pencegahan Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular), sehingga tidak lagi melaksanakan pembasmian melainkan pemberantasan. Periode 1969 – 2000 Kebijakan Depkes adalah mengintegrasikan secara bertahap kegiatankegiatan pemberantasan malaria ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Hingga tahun 1983 telah banyak kegiatan yang dilaksanakan melalui Puskesmas atau Pustu dengan upaya rujukan seperti rumah sakit, Balai Laboratorium Kesehatan dan lain-lain. Beberapa kegiatan yang memer42 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Sampai saat ini malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman di daerah tropis dan sub-tropis yang sering menimbulkan KLB lukan tindakan khusus antara lain penyemprotan/fogging rumah/Indoor Residual Spraying (IRS), pengobatan massal dan penanggulangan wabah masih dilaksanakan olek tim khusus di bawah koordinasi kabupaten/provinsi atau pusat dengan mengikut sertakan Puskesmas yang bersangkutan sejak dari fase perencanaan. Dengan terintegrasinya kegiatan pemberantasan malaria ke dalam sistem pelayanan kesehatan banyak tenaga kesehatan eks KOPEM di Jawa dan Bali dialihkan status kepegawaianya dari status pusat menjadi status daerah, seperti tenaga PMD (Pemberantasan Malaria Desa), KPMD (Kepala PMD) para Komandan Sektor, dan lain-lain. Tahun 1973 ditemukan pertama kali kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di Yogya- karta pada seorang penderita import dari Kalimantan Timur. Pada tahun 1975 – 1990 kegiatan pemberantasan malaria sumber dananya selain dari pemerintah juga memperoleh bantuan kembali dari USAID, Bank Dunia, dan JICA. Pada tahun ini juga dilaporkan telah terjadi resistensi terhadap Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di seluruh provinsi di Indonesia, selain itu juga dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia. Selanjutnya telah ditemukan kasus resistensi Plasmodium vivax terhadap Klorokuin yang untuk pertama kalinya dilaporkan di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1991. Periode 2000 – sekarang Sampai saat ini malaria merupa­ kan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman di daerah tropis dan sub-tropis yang sering menimbulkan KLB. Di Indonesia, penyakit ini mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan. Kejadian Luar Biasa yang menimbulkan kematian terjadi setiap tahunnya, sehingga pemerintah memprioritaskan penanggulangan penyakit. Sejak lima tahun terakhir, hampir di seluruh wilayah tanah air angka kesakitan malaria menunjukkan trend yang menurun. Angka kesa­ kitan malaria yang diukur dengan Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2000 sebesar 0,81 ‰ cende­ rung menurun pada tahun 2001 menjadi 0,62 ‰, pada tahun 2002 sebesar 0,47 ‰, pada tahun 2003 sebesar 0,22 ‰, dan tahun 2004 menjadi 0,11 ‰. Begitu juga angka kesakitan Nasional malaria yang diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2000 sebesar 31,09 ‰ cenderung menurun pada tahun 2001 menjadi 26,20 ‰, pada tahun 2002 sebesar 22,27 ‰, pada tahun 2003 sebesar 21,80 ‰, dan tahun 2004 menjadi 20,57 ‰. Dari data tersebut diatas kecenderungan penurunan angka kesakitan malaria selama 5 tahun dapat diperkirakan sebesar kurang lebih 50 %. Sesuai kesepakatan negara anggota WHO, dalam meningkatkan upaya pengendalian malaria, pada tahun 1998 disepakati gerakan pengendalian malaria yang intensif dengan kemitraan global yakni Roll Back Malaria Initiative (RBMI) yang di Indonesia dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria (GEBRAK MALARIA) yang telah dicanangkan Menteri Kesehatan di Kupang pada tanggal 8 April 2000. Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana. Dalam periode tahun 2000 – 2004 di beberapa daerah telah membentuk tim Gebrak Malaria yang terdiri dari beberapa mitra terkait. Untuk impelementasi Gebrak Malaria diberbagai daerah telah dibentuk oganisasi seperti : Tim Gebrak Malaria di Propinsi NTB, Jawa Barat, Jawa Tengah, yang diresmikan melalui SK Gubernur atau Bupati. Khusus untuk Maluku Utara diimplementasikan dalam satu wadah yang dikenal dengan Malaria Centre. Keberhasilan tim Gebrak malaria ini bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa wilayah ada yang telah berhasil meningkatkan pembiayaan melalui APBD setempat misal di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Kulonprogo, dan lain-lain. Dalam merealisasikan Gebrak Malaria telah disusun Rencana Kegiatan Pengendalian Penyakit Malaria dari tahun 2000 – 2010, yang terdiri dari Periode GEBRAK Malaria I tahun 2000 – 2005 dan Periode GEBRAK Malaria II tahun 2006 - 2010. Dengan terjadinya resistensi terhadap Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin di seluruh provinsi di Indonesia, dan adanya resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia, maka sejak tahun 2004 pemerintah merekomendasikan obat pilihan pengganti Klorokuin dan SP terhadap Plasmodi- um yaitu dengan kombinasi Artemisinin (Artemisinin-based Combination Therapy/ ACT). Saat ini tersedia 3 teknologi pengendalian malaria yang memungkinkan untuk dilakukan eliminasi malaria, yaitu : minum obat penenang; diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test); dan teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LliN( Long Lasting Insectized Net), dan adanya dukungan serta komitmen yang tinggi dari pemda setempat. Upaya pengendalian malaria dilakukan berdasarkan Rencana Kerja Program Pengendalian Malaria lima tahunan. Melalui rencana 5 tahun maka ditentukan visi, misi, tujuan, strategi dan langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Rencana strategis 2000 – 2005 yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian untuk digunakan sebagai bahan untuk penyusunan Rencana Kerja Program Pengendalian Malaria 2005 – 2009. Pada tanggal 25 April 2008 diperingati Hari Malaria Sedunia ke 1 dengan tema ” Ayo Berantas Malaria”. Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam acara ini, antara lain : pendistribusian media campaign, obat malaria dan kelambu ke daerah endemis; talkshow interaktif melalui TV dan Ceramah Klinis. Acara puncak dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 7 Mei 2008. Kini 50 tahun sudah Indonesia melakukan upaya untuk penanggulangan malaria. Pada Hari Malaria Sedunia ke 2 ini, diperingati dengan tema ” Menuju Indonesia Bebas Malaria”. l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 43 Daerah Pembangunan Kesehatan Tana Toraja Dengan luas 3.206 kilometer persegi dan jumlah penduduk sebanyak 446.661 jiwa –meningkat 2,9% setiap tahun- , kabupaten Tana Toraja membutuhkan dukungan pembangunan kesehatan yang terpadu guna terwujudnya masyarakat yangs ehat, mandiri dan produktif. P embangunan kesehatan Kabupaten tana Toraja diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan pembangunan di sektor kesehatan. Visi pembangunan kesehatannya adalah : terwujudnya daerah Tana Toraja sebagai daerah yang bersih, indah dengan masyarakat sehat, mandiri dan 44 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 produktif. Kabupaten Tana Toraja memiliki luas 3.206 km persegi. Terdiri dari 40 kecamatan dan 310 lembang/kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 446.661 jiwa, terdiri dari Perempuan : 216.266 jiwa dan Laki-2: 230.395 jiwa. Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 2,9 %. Tingginya pertambahan penduduk setiap tahun dimungkinkan karena arus mobilisasi tinggi serta tingkat kelahiran juga semakin meningkat. Adapun misi Pembangunan Kesehatannya ada lima hal. Pertama, menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kedua, meningkatnya lingkungan yang sehat. Ketiga, mendorong kemandirian lokal dalam pembangunan kesehatan. Empat, mendorong pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat termasuk pola hidup bersih dan sehat. Dan kelima, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Situasi Derajat Kesehatan Derajat kesehatan di Tana Toraja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu morbiditas, mortalitas dan status gizi. Yang dimaksud morbiditas adalah tren atau kecend- Daerah erungan suatu penyakit serta upaya untuk penanggulangannya. Dengan melihat situasi morbiditas diatas nampak bahwa selain penyakit menular juga didapatkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit pada sistem otot dan lainlain. Jadi sudah mulai terjadi pergeseran pola penyakit, yang dipengaruhi oleh gaya hidup, terutama dalam pola makan. Diantaranya penyakit menular adalah ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ), TB, Paru, Diare, Kusta, dan AFP (Acute Placcid Paralysis) atau lumpuh layuh. Ada lagi penyakit menular yang bersumber dari binatang. Diantaranya, penyakit Rabies yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan di Kabupaten Tana Toraja, karena pada umumnya masyarakat gemar memelihara hewan piaraan terutama anjing. Pada umumnya rabies yang terjadi karena gigitan anjing, dibandingkan dengan hewan piaraan lain. Ada lagi penyakit malaria. Berdasarkan data profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 didapatkan 6.922 penderita malaria klinis, 962 malaria (+). Penderita malaria per 1000 penduduk di Kabupaten Tana Toraja selama tiga tahun berturut-turut, yaitu tahun 20052007 mengalami kenaikan. Arus mobilisasi yang tinggi di Tana Toraja merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penularan penyakit malaria. Mortalitas Mortalitas adalah angka kematian pada bayi, balita, dan ibu-ibu yang sedang hamil atau melahirkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi, tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan. Ketersediaan tenaga Sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 : No. Jenis Penyakit Jumlah 1 Penyakit saluran pernapasan akut 44.780 5,76 2 Diare 11.301 1,45 3 Hipertensi primer essensial 5.917 0,76 4 Batuk 5.822 0,75 5 Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas 4.961 0,64 6 Dermatitis (eksema) 4.786 0,62 7 Kecelakaan dan rudapaksa 4.034 0,52 8 Influenza 3.914 0,50 9 Penyakit kulit alergi 3.777 0,49 Gastritis 3.679 0,47 92.971 11,97 10 Jumlah % Sumber data : SP2TP medis yang terampil, kesediaan masyarakat untuk mau mengubah perilaku tradisional ke modern serta faktor lain merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kematian bayi. Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2005 sebanyak 181, tahun 2006 sebanyak 86 dan tahun 2007 sebanyak 105.Penyebab kematian bayi adalah : BBLR = 10,42%, Asfiksia = 7,29%, Sepsis = 2,08%, Neonatrum = 1,04%, Pnemoni = 3,87%, Demam Thypoid = 0,65%, Diare = 5,16%,DBD = 0,65%, Kecelakaan = 0,65%, Lahir mati = 5,81%, Lain-lain = 68,79% Sedangkan kematian balita yaitu kematian anak umur 0-4 tahun per 1000 anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kematian anak balita seperti sosial ekonomi, lingkungan, kecelakaan, penyakit, dan lain-lain. Berdasarkan laporan LB2 dan Lap. KIA tahun 2005 didapatkan 13 kasus kematian balita, tahun 2006 ada 17 kasus kematian balita dan tahun 2006 terdapat 10 kasus kematian balita. Adapun angka Kematian Ibu (AKI) dalam kondisi hamil, melahirkan dan nifas, dilaporkan KIA ada 6 kasus kematian (3 kasus kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas) di tahun 2006 dan di tahun 2007 terdapat 17 kasus kematian ibu. Penyebab kematian ibu di tahun 2007 yaitu perdarahan 5 orang, infeksi 1 orang, eklamsia 4 orang, lain-lain 6 orang. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan antenatal merupakan salah satu pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil sejak usia kandungan 3 bulan sampai 9 bulan, dimana minimal kunjungan sampai melahirkan adalah 4 kali. Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) tahun 2005 sebanyak 59,03%, tahun 2006 sebanyak 65,35% dan tahun 2007 sebanyak 67,42%. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun 2007, akan tetapi belum mencapai target tahun 2007 sebesar 90%. Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga cakupan K4 di Kabupaten Tana Toraja masih rendah antara lain kinerja bidan di desa, kesadaran ibu, serta sarana yang mendukung, mengingat kondisi geografis Tana Toraja banyak daerah terpencil yang belum terjangkau kendaraan. Komplikasi dan kematian ibu maternal lebih banyak didominasi No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 45 Daerah karena persalinan. Keterlambatan pertolongan persalinan, persalinan yang tidak ditangani oleh bidan dan dokter, peranan keluarga, serta perilaku si ibu yang dapat mempengaruhi besarnya angka kematian. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2005 sebanyak 32%, tahun 2006 sebanyak 33% dan tahun 2007 sebanyak 35%. oleh faktor lingkungan, seperti diare, DBD, malaria, ISPA, kecacingan, dan lain-lain. Kondisi perumahan yang kurang sehat serta tidak ditunjang dengan sarana kesehatan lingkungan seperti jamban yang layak merupakan sumbangan terbesar untuk berjangkitnya penyakit. Berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan sanitasi desa. Kesehatan Lingkungan Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Banyak penyakit yang disebabkan Kecenderungan peningkatan kunjungan ke Puskesmas memberikan gambaran bahwa kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan sudah mulai meningkat. Persentase kunjungan Puskesmas (Rawat inap dan jalan ) per 100.000 penduduk Tahun 2005 sebanyak 4,76%, tahun 2006 sebanyak 5,02% dan tahun 2007 sebanyak 7,76%. Di Kab. Tana Toraja terdapat 1 unit RS Umum, 2 unit RS Swasta, 28 unit Puskesmas, 73 unit Puskesmas Pembantu, 99 unit Polindes, 27 unit Tana Toraja, Tanah Kerajaan Surga T ana Toraja, tempat nan indah dan mempesona. Laksana tanah kerajaan surga, begitu wisatawan menyebutnya. Pemandangan alam yang menajubkan, batu granit yang memukau setiap mata memandang, birunya pegunungan yang jauh disana dan hamparan lembah yang luas. Di lembah penuh rumput hijau inilah masyarakat menggembalakan dombanya. Lengkap sudah ciptaan yang Maha Kuasa memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Seraya mengatakan Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan. Masihkah kita mengingkari nikmatnya? Kekayaan alam yang melimpah dan panorama yang indah. Semua itu terhampar di Tana Toraja. Tana Toraja, wilayah indah yang terletak 350 km sebelah utara kota Makassar. Sebuah tempat yang terkenal dengan kekayaan budaya, diantaranya berupa rumah adat yang bernama Tongkonan. Rumah yang atapnya terbuat dari daun nipah atau kelapa. Hebatnya, bentuk bangunan ini mampu bertahan hingga 50 tahun. Tongkonan juga memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat, seperti strata emas, perunggu besi dan kuningan. Selain alamnya yang indah, Tana Toraja penuh dengan tempat wisata budaya. Diantaranya, upacara 46 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Daerah Pengamatan pemyakit berbasis lingkungan melalui media konseling klinik sanitasi Tahun 2007 Puskesmas Keliling, 1 unit Gudang Farmasi, 12 unit Apotek, 68 unit praktek dokter swasta, 440 unit Posyandu, 2 unit RS Bersalin dan 1 unit Balai Pengobatan. Adapun tenaga kesehatan yang ada terdiri dari : 9 orang dokter spesialis, 54 dokter umum, 16 dokter gigi, 8 apoteker, 11 bidan D3, 144 bidan, D3 Perawat 313 orang. Sumber daya biaya merupakan salah satu dari sumber daya yang penting dalam pembangunan kesehatan, karena tanpa biaya kegiatan tidak dapat berjalan sebagaimana No. Jenis Penyakit 1 Diare 2 Kecacingan 3 ISPA 4 TB Paru 5 Gatal-gatal Total Melalui Media Lingkungan Air Makanan Menuju Tana Toraja Ada dua pilihan perjalanan menuju Tana Toraja. Pertama, perjalanan udara. Perjalanan ini dimulai dari lapang­ an terbang Hasanuddin, Makasar menuju Tana Toraja. Penerbangan ini hanya hanya sekali dalam seminggu dan memakai pesawat kecil berpenumpang delapan orang. Namun, waktu yang dibutuhkan hanya 45 menit dari ban- Tanah 86 20 20 115 115 6 6 67 153 mestinya. Alokasi pembiayaan untuk sektor kesehatan tahun 2004 di Kabupaten Tana Toraja sebesar 5,79% dari total APBD dan mengalami ke- pemakaman yang disebut Rambu Taka. Di Tana Toraja mayat tidak dikubur, tapi diletakkan di Tongkonan beberapa waktu. Biasanya jangka waktu yang dibutuhkan lebih dari 10 tahun, sampai keluarga memiliki cukup uang untuk melaksanakan upacara yang pantas bagi mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di dalam goa atau dinding gunung. Jika ingin menyaksikan upacara pemakaman atau sering disebut musim festival pemakaman dapat menentukan waktu wisata di Tana Toraja pada akhir Juni dan paling lambat bulan September. Udara 86 Jumlah Penderita 67 121 20 294 naikan di tahun 2005 sebesar 8,48% dari total APBD. Tahun 2006 sebesar 8,89%, dan tahun 2007 sebesar 8,06%. l dara Hasanuddin, Makassar. Kedua, perjalanan darat. Naik bus dari terminal Panaikan Makasar menuju Rantepao Tana Toraja. Lama perjalanan kurang lebih 8 jam. Wisatawan yang ingin tinggal di tengah kota, memiliki banyak pilihan hotel. Tapi, jika memiliki jiwa petualang, dapat tidur di desa bersama masyarakat sekitar. Disamping itu, ada wisata menjelajahi pasar tradisional. Disini anda akan menemukan biji kopi khas Toraja ( Robusta dan Arabica) dan buah-buahan khas lainya seperti Tamarella atau Terong Belanda. Jangan lupa mengunjungi Batu Tomonga, artinya batu yang mengarah ke awan. Disini anda dapat melihat batuan vulkanik yang bermunculan pada hamparan sawah, serta batu raksasa yang menjadi Goa. Benar-benar nampak pemandangan indah dan menjadikan Tana Toraja terlihat hijau dan subur. Ada pula Palawa, tempat kawasan festival penguburan. Terdapat tempat makan berjajar di sepanjang jalan, termasuk toko cindera mata berupa pakaian, tas, dompet dan kerajinan tangan lainnya. l(pra) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 47 Potret Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P(K), MARS Direktur Utama RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso “Kita Harus Saling Melindungi, Menjaga, dan Mengatasi Masalah Bersama-sama” R umah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta baru saja merayakan ulang tahun. Masih dalam suasana ulang tahun, RSPI Sulianti Saroso kembali mendapat sorotan berkaitan dengan mewabahnya virus H1N1 di tanah air. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional penyakit infeksi, tentu harus dalam siaga penuh jika ada pasien-pasien yang datang. Beberapa waktu lalu, RSPI ini juga pernah menghadapi kesibukan luar biasa ketika wabah Flu Burung sedang merajalela. Bagaimana kesiapan RSPI Sulianti Saroso menghadapi ”serangan” virus A H1N1 yang mewabah di tanah air? Berikut petikan wawan­ cara Mediakom dengan Dr. Sardikin Giriputro SpP(K), MARS, Direktur RSPI Sulianti Saroso yang kini sedang mengembangkan 48 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 Potret Institut Penyakit Infeksi. Sehingga menciptakan iklim penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di lingkup rumah sakit. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi berdirinya RSPI? Rumah Sakit ini khusus rumah sakit pusat rujukan nasional penyakit infeksi Indonesia. Awalnya disebut RS Karantina, karena khusus menangani penyakit karantina. Lalu dikembangkan menjadi RS penyakit infeksi yang tidak hanya penyakit karantina saja. Semua penyakit infeksi ditangani di Diare kalau ada KLB, ISPA, HIV. Setahun kami bisa merawat 600 pasien HIV. Di antara mereka, khususnya pasien HIV banyak yang meninggal karena infeksi oportunistik. Sistem kekebalannya menurun sehingga banyak penyakit infeksi masuk. Alhamdulillah beberapa tahun terakhir angka kematiannya menurun karena sudah diberikan obat anti virusnya (ARV). Yang menyebabkan kematian sebenarnya penyakit oportunistik ini. Virus HIV-nya mematikan sel-sel kekebalan tubuh. Jika diberikan ARV tadi, kekebalan tubuhnya meningkat lagi. ICU, kami juga ada yang bertekanan negatif. Satu orang satu kamar. Unggulan kami juga pada pencegahan infeksi (infection control). Bukan yang terbaik, tapi kami terapkan secara maksimal dan juga kami lakukan pelatihan kepada RS lain tentang pencegahan infeksi. Ada kendala dalam melayani pasien ? Banyak kendalanya, karena penyakit yang dihadapi dikuatirkan terjadi penularan antar manusia. Itu sangat cepat dan mudah menular. Terkadang media lebih dulu tahu sebelumnya dari pihak rumah sakit, bahkan sebelum pasien datang. Dampaknya, kami tidak dapat sembarangan memberikan informasi, buat pasien dan masyarakat. Harus hati-hati, karena wartawan pintar mencari celah dan informasi jadi bocor. sini. Kebetulan saat terjadi SARS dulu, sebelumnya ada sampar, pes, ebola, semua disiapkan di RS ini. Alhamdulillah, kemudian tidak jadi. Kami mendapati beberapa pasien SARS di sini. Setelah SARS, ada flu burung. Jadi memang RS ini disiapkan untuk menangani kasus infeksi. Apalagi menjadi RS menangani penyakit yang dikhawatirkankan dunia internasional, penyakit yang menjadi emergency/kegawatdaruratan public health dan menjadi perhatian dunia internasional. Termasuk pandemi tadi. Dalam prakteknya kami tidak bisa menolak pasien yang masuk. Kami tidak tahu infeksi atau bukan, jadi kami rawat dulu. Sebagian besar memang penyakit infeksi, tetapi kami tidak bisa menolak, jika bukan penyakit infeksi, tidak bisa kami usir. Infeksi seperti apa? Apa program unggulan RSPI? Program yang dilakukan belakang­ an ini yaitu penanganan kasus-kasus penyakit yang menular secara air-borne, seperti flu burung, SARS dan flu babi. Penyakit ini ditularkan melalui udara, pengendalian paling repot, karena pencegahannya paling sulit. Kalau HIV, kami masih bisa memonitor. Sedangkan melalui udara cepat sekali penularannya. Berbeda sekali dengan yang kontak langsung. Kami punya ruang isolasi khusus untuk yang ditularkan melalui air-borne tadi. Ruang isolasi itu khusus untuk satu orang, satu orang satu kamar, dengan kamar mandi di dalam. Tekanannya dibuat negatif supaya kuman tidak menyebar ke luar ruangan. Kami tarik udara dari dalam kamar, dilewatkan melalui filter. Disaring dulu, setelah itu dilepas keluar. Jadi lingkungan aman. Untuk Kewaspadaan dan pencegahan ini harus betul-betul dilakukan dan ini tidak mudah. Pertama, mungkin logistiknya perlu banyak seperti sarung tangan, masker, dll. Katakanlah kami merawat 5 pasien. Itu bisa beberapa petugas yang merawat. Belum lagi petugas yang tidak langsung melayani. Itu semua memakai alat pelindung. Setiap kali bertemu dengan pasien lain harus ganti. Bisa dibayangkan banyaknya kebutuhan alat pelindung diri. Kedua, jika terjadi pandemi, ruangan tidak cukup. Namun kami sudah menyiapkan 4 tenda lapangan yang sudah dilengkapi AC dan alat medis. Jadi kalau terjadi outbreak, kami membuka tenda di tempat parkir. Tenda itu dapat menampung 96 tempat tidur. Bagaimana dengan APD-nya? Itu kesulitan yang belum bisa No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 49 Potret dibayangkan. Begitu juga dengan peralatan medisnya. Kendala lainnya adalah biaya operasional. Kami perlu melatih petugas. Kami selalu refreshing. Jadi pelatihan pengendalian infeksi itu terus kami ulang-ulang karena keselamatan itu tergantung dari ketaatan penggunaan alat. Padahal, pelatihan itu butuh biaya. Kalau ada kasus, ruangan kami kosongkan, tidak bisa merawat pasien lain. Itu juga termasuk kendala. Berarti BOR RS (jumlah penggunaan rawat inap) akan turun. Kami memiliki satu ruangan yang isinya 12 tempat tidur. Kalau ada satu pasien infeksi, tempat tidur yang lain harus dikosongkan. BOR kami tidak naik-naik. Trend-nya memang naik, tapi lambat, begitu ada kasus turun lagi. Dampaknya juga berimbas pada insentif karyawan. Kami harus meng­ alokasikan dana yang cukup besar. Seperti kalau ada kasus, kita harus menyiapkan lagi semuanya dari tempat parkir sampai ruang trease ( penyaringan pasien), sampai ruang desinfektannya harus kami lengkapi lagi. Solusi apa yang diambil untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? Misalnya membutuhkan dana pelatihan, biasanya RSPI kerjasama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga membantu melaksanakan pelatihan, mereka punya dukungan dana. Banyak perusahaan dan mitra yang membantu. Mereka tidak berbisnis sekali, tapi mereka mempunyai kesempatan untuk berpromosi. Bila ada kasus KLB tentu sangat merepotkan sekali, setiap ada pasien masuk, maka hebohnya luar biasa. Mulai dari keluarganya, Dinas Kesehatan setempat perlu dikontak, pimpinan terkait, dengan laboratorium 50 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 rujukannya harus komunikasi terus. Para wartawan juga harus mendapat informasi yang cepat. Terkadang media lebih dulu tahu sebelumnya dari pihak rumah sakit, bahkan sebelum pasien datang. Dampaknya, kami tidak dapat sembarangan memberikan informasi, buat pasien dan masyarakat. Harus hati-hati, karena wartawan pintar mencari celah dan informasi jadi bocor. Perlu komunikasi yang baik, karena berbeda komunikasi dengan wartawan, demikian juga dengan masyarakat. Mereka mempunyai ketertarikan yang berbeda. Wartawan biasanya maunya berita yang heboh, maunya pasien yang gawat. Untuk menghadapi wartawan, tidak mudah. Saya juga pernah dilatih Bu Lily, Ka.Puskom Publik bagaimana menghadapi wawancara. Biasanya mentok-mentoknya diarahkan ke Puskom. Tapi seperti kemarin, kami menutup dan mengatakan ”Tidak ada kasus”, tapi mereka/wartawan tidak percaya dan telepon terus. Bagaimana kerjasama dengan unit-unit lain? Kami selalu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Unit di Depkes dan mempunyai posko dengan Litbang, termasuk dengan kepolisian. Kami Potret sudah memiliki Protap apabila terjadi pandemi/KLB, mulai dari awal sampai akhir, dari A sampai Z yang selalu kita up date. Kami selalu review terus, termasuk nomor teleponnya. Jadi sewaktu kejadian, bisa langsung dihubungi. Seperti kasus H1N1, datang orang Inggris, Australia, Korea, dan China. Mereka ada yang tidak dapat berbahasa Inggris. Nah itu menjadi masalah juga. Akhirnya mencari orang yang dapat berkomunikasi dengan mereka. Tapi biasanya diberikan Apa filosofi rumah sakit dalam melayani pasien? Karyawan biasanya kami kumpulkan dan prinsipnya kebersamaan. Semua karyawan baik langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pelayanan, kami harus bersama-sama mengatasi persoalan. Misalnya ada kasus swine flu, ada dokter bedah atau bagian lain yang mau terlibat, bisa bantu-bantu juga. Apapun, kami harus saling melindungi, menjaga, mengatasi masalah bersama-sama. Disini kami buat zona-zona: pertanyaan bahasa Inggris saja, dan petugasnya saja yang mengisi. Bagi yang tidak bisa berbahasa Inggris, biasanya menunggu keluarganya atau kerabatnya. merah, kuning dan hijau. Zona merah itu adalah tempat yang rawan tertular, seperti ruang rawat, laboratorium, trease. Ruang trease itu adalah tempat menyaring pasien, pasien datang langsung ditempatkan ke ruang trease, karena kalau tidak begitu bisa kemana-mana. Trease khusus untuk pasien suspek, tidak sembarang orang masuk. Zona hijau adalah daerah yang aman. Lalu zona kuning adalah daerah waspada. Apabila di daerah kuning, cukup master saja dengan sarung tangan, kalau daerah merah harus lengkap. Tapi di daerah hijau, masíh aman, meski tidak tahu sampai mana tingkat keamanannya. Mengenai kesiapan tenaga bagaimana ? Kalau tenaga, saat ini masih memadai. Namun, bila kasusnya banyak, pasti akan kekurangan. Belum lagi ada tenaga yang sakit, tapi kami sudah mengatasi dengan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Bila RS kekurangan tenaga, akan di-supply dari Dinkes DKI. Bisa dari sekolah perawat, Akper dan rumah sakit lain. Banyak hal juga yang harus diperhatikan seperti untuk anak-anak, mahasiswa, perawat dari akademi perawat, termasuk anak-anak PKL. Semua, kami buat protapnya, bahkan sampai ke tempat parkir. Dedikasi dari tim disini cukup tinggi, walaupun berisiko dan tidak ada insentif yang khusus, tapi tetap bersemangat. Tadinya mereka minta asuransi, ya tidak mungkin asuransi, dan minta makanannya yang sehat 4 sehat 5 sempurna. Belum bisa juga memenuhi. Tetap dengan pendeka- tan, agar pekerjaan selesai. Dalam tiga tahun terakhir ini, penyakit infeksi apa saja yang paling banyak? Yang paling banyak dan rutin itu HIV, TB, Ispa. Dan yang sewaktu- No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 51 Potret waktu Outbreak yaitu diare. Disini kita juga menjalankan program TB DOTS , HIV pemberian ARV. Rumah sakit ini bukan dibawah Yanmed, tapi dibawah P2PL. Terkait dengan pelayanan Jamkesmas bagaimana? Jamkesmas, di DKI Jakarta tidak terlalu banyak, karena Pemda DKI punya kebijakan sendiri. Kalau warga DKI pakai SKTM. Untuk Jamkesmas kita melayani dari luar DKI, temasuk Bekasi, Tangerang, Bogor. Untuk pelayanan pasien KLB, rumah sakit klaim ke Pelayanan Medik Depkes. Melayani Askes dan perusahaan. Tarif rumah sakit ini masih rendah, mung- kin paling murah juga di Jakarta dibanding rumah sakit lain. Waktu klaim KLB saja, bagian verifikasi “loh kok murah sekali”. Karena tarif kami, mulai berlaku sejak tahun 2001, jadi sudah 9 tahun belum pernah naik. Karena kami dulu PNDB ya, kalau PNDB itu harus tandatangan Presiden. Tarifnya itu sudah berkali-kali, Meretas Menuju Puncak Bangunan bercat hijau muda itu tampak teduh dan asri. Puluhan pohon besar mengelilinginya di kawasan jl Sunter Permai Raya, Jakarta Utara. Pohon-pohonan 52 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 besar itu bahkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangunan yang kini dikenal sebagai rumah sakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. Potret sampai ke Setneg, sampai ke Menteri Keuangan, tapi mental lagi. Oleh karena itu, insentif untuk karyawan masih kecil. Sekarang kami sudah BLU dan mudah-mudahan kesejahteraannya dapat meningkat. Karyawan juga mengharapkan kesejahteraan itu, sehingga dapat bekerja dengan baik. Sebab, kalau tidak ada perhatian untuk karyawan, mereka bisa lari nanti. Di DKI Jakarta ini, insentif mereka ini lebih tinggi. Ada tunjangan kesejahteraan, besarnya sama dengan gaji. Di Puskesmas mendapat tunjangan 1 juta atau 1,5 juta. Banyak karyawan yang minta mengajukan pindah ke DKI, karena mau insen- RSPI Sulianti Saroso sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Awalnya adalah Station Karantina berada di Pulau Onrust Kuiper, Kepulauan Seribu, yakni lembaga yang merupakan hibah pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia. Namun, dalam perjalanan waktu, sekitar tahun 1958, Station Karantina dipindahkan ke Tanjung Priuk, Jakarta Utara berganti nama menjadi Rumah Sakit Karantina. Di tempat baru inilah Rumah Sakit Karantina terus mengalami perubahan struktur organisasi, peran, fungsi dan pola pengelolaan keuangan. Dan bersamaan dengan itu, nama Rumah Sakit Karantina berubah menjadi nama Rumah Sakit Infeksi Prof.Dr. Sulianti Saroso. Sebuah nama tokoh besar, master bidang public health pada zamannya, Sulianti Saroso. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Badan Litbangkes Depkes tahun 1975 dan menjabat Staf Ahli Menteri Kesehatan tahun 1979. Kini, Rumah Sakit Prof.Dr. Sulianti Saroso telah menjadi rumah sakit Badan Layanan Umum ( BLU). Rumah sakit yang menerapkan pengelolaan keuangannya berubah dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) menjadi BLU penuh. Bahkan sejak tahun 2008, statusnya telah meningkat menjadi RS Kelas B pendidikan dengan eselon IIA. Oleh karena itu, wajar jika dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS sebagai pimpinan ke 12 RS Sulianti Saroso, merasa bersyukur, telah menjadi penerus sejarah perjalanan rumah sakit ke 15 yang jatuh pada 21 April 2009 yang lalu. Pada saat itu, ia menegaskan tentang komitmennya menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit penyakit infeksi. Pelayanan Medis Di usianya yang cukup matang, RS Sulianti Saroso telah menggepakkan sayabnya, merambah berbagai pelayanan kesehatan. Mulai pelayanan Gawat Darurat, rawat jalan, rawat inap, perawatan instensif dan bedah sentral. Melalui sarana yang ada sekarang ini, rumah sakit tif yang lebih tinggi. Ya kami beri pengertian. Ada juga beberapa yang sudah mengabdi 20 tahun. Tapi kalau masih muda-muda baru 2-3 tahun, minta pindah “ya nanti dulu, mengabdi dulu disini”. Sekarang, kami sedang mengembangkan Institut Penyakit Infeksi Nasional.Di Indonesia mempunyai telah melangkah maju, mejadi pelayan rumah sakit yang berkualitas. Tatalaksana yang rasional, secara diagnostik maupun terapetik, menyeluruh, terapadu dan berkesinambungan, khsusnya terhadap penyakit infeksi. Untuk mendukung layanan tersebut, telah tersedia 16 poliklinik spesialis, diantaranya; poliklinik spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis kebidanan, poli spesialis gigi dan mulut, dll. Sedangkan penunjang medis, disediakan 8 layanan penunjang medis, diantara pelayanan Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi Medik, Gizi, Farmasi dll. Untuk menggerakkan organisasi, Direktur Utama dibantu oleh Direktuk Medik dan keperawatan, Direktur Pengkajian Penyakit Infeksi dan Penyakit menular, serta Direktur Keuangan dan Administrasi Umum. Kini, rumah sakit ini sudah menempatkan diri menjadi rumah sakit rujukan nasional dalam pelaksanaan penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya. Terutama penyakit infeksi yang disebarkan melalui udara. Seperti Sars, flu burung(H5N1) dan flu babi (H1N1). Selain menyelenggarakan kegiatan preventif dan promotif pada kelompok masyarakat resiko tinggi -termasuk pengendalian nosokomial-- rumah sakit juga melakukan penelitian untuk mengembangkan tatalaksana penyakit menular dan infeksi lainnya. Tidak ketinggalan melaksanakan pendidikan, pelatihan kepada tenaga kesehatan, institusi kesehatan maupun masyarakat. Guna mendorong pelaksanaan tugas, rumah sakit menanamkan nilai-nilai kepada seluruh karyawannya. Nilai tersebut yaitu; profesionalisme, tanggung jawab, ramah, disiplin dan keterbukan. Keseluruhan nilai tersebut diharapkan mampu memberi motivasi dalam bekerja, mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu rumah sakit menyepakati motto “maju bersama menuju pelayanan prima”.Tetap semangat, maju terus pantang mundur. Meretas jalan menuju puncak kesehatan yang setinggitingginya. l(pra) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 53 Potret banyak penyakit infeksi, yang endemis banyak. Kemudian penyakit yang new-emerging, kita antisipasi, yang emerging juga perlu kita antisipasi. Semua itu memerlukan semacam lembaga / institut yang melakukan pengkajian penyakit-penyakit infeksi, penelitian, dan memberi masukan. Bagaimana struktur Institut tersebut ? Nanti ada perubahan kelembagaan. Rumah sakit tetap ada, tapi ada institutnya. Dan tugasnya berbeda dengan rumah sakit. Rumah sakit lebih ke pelayanan, institut nanti fokus pada pengkajian, penelitian, pelatihan dan training. Bagaimana dengan SDM nya ? Nanti kami kembangkan karena tidak bisa dengan SDM yang ada sekarang, karena mindsetnya masih pelayanan. Kami akan merekrut dari luar yang orangnya suka dengan kegiatan ilmiah, penelitian, scientist 54 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 "Semua karyawan baik langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pelayanan, kami harus bersama-sama mengatasi persoalan. " dan research worker. Tugas mereka meneliti terus dan laboratoriumnya harus memadai. Dan hasil penelitian di laboratorium, harus dapat diterap­ kan di rumah sakit. Mengobati tipus, misalnya, harus ada penelitian, seperti apa kuman tipusnya. Sehingga dapat diketahui obat apa yang paling sesuai. Hasilnya, nanti diuji di laboratorium. Mungkin hasilnya. Oh ini tidak akurat lagi. Sudah resisten. Kemudian, ditemukan obat yang bagus mana? Pelayanan itu sebagai bagian dari penunjang penelitian. Sekarang ini banyak kasus penyakit infeksi yang bagus dan perlu diteliti, terus dibiarkan tidak diteliti kan sayang. Tidak perlu merawat inap banyak pasien sampai ratusan, tapi sedikit dapat dimanfaatkan untuk penelitan. Kapan dimulai? Prosesnya sedang jalan, kami sudah mengembangkan laboratoriumnya. Tahun 2012 diperkirakan sudah kelihatan bentuknya. Yang penting, status kelembagaan itu harus diberikan karena berkaitan dengan kewenangan di Menpan. Lembaga seperti apa, itu yang sedang kami Polanya rumah sakit, tapi ada lembaganya. Contohnya; di RS Harapan Kita, mereka mempunyai Potret Fasilitas dan layanan RSPI Sulianti Saroso kerjasama, seperti flu burung dan HIV/AIDS. Tahun 2012 mungkin status kelembagaan sudah harus jelas. Tahun 2014 sudah bisa berfungsi sendiri. Ini harapan kami, tapi tergantung pimpinan juga. Kita tidak tunggu sampai lembaganya selesai, tapi, kami sudah memulai aktifitasnya. Misalnya dokter di rumah sakit sudah kami ajak untuk penelitian dan diberikan dana. Sebagian atau 10 % dari anggaran kita untuk penelitian. Dari segi struktur rumah sakit sendiri sudah ada direktorat baru sejak 2008, yaitu SK Menkes 274. Dalam struktur rumah sakit itu ada Direktorat Pengkajian Klinis. Saat ini Direktorat Pengkajian ini sedang mengembangkan sistem dan prosedur penelitian di intern rumah sakit ini. Prosedurnya, mengajukan proposal. Proposalnya seperti apa yang cocok? Nanti akan ditelaah oleh tim review. Kami juga sedang membuat tim etik. Sarana dan prasarana juga berangsur-angsur kami benahi. Indonesia, gudangnya penyakit infeksi. Oleh sebab itu keberadaan institut penyakit infeksi menjadi penting. Mudah-mudahan upaya pembentukan Institut Penyakit Infeksi Internasional segera terwujud. l Pusat Kardiologi. Ada juga di Manila Institut Penyakit Tropis. Rumah sakit bagian dari Institut. Rumah sakit tetap melayani pasien. Pasiennya menjadi objek penelitian, melalui pemeriksaan darahnya. Bagaimana konsep pembiayaan untuk penelitian ke depan ? Harus ada pembiayaan, sebenarnya dana riset itu banyak. Kalau kami memiliki tim peneliti yang bagus, membuat proposal yang bagus, dana penelitian itu banyak. Seperti dari Internasional, misal; Australia. Kami bahkan pernah ditawari untuk No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 55 Siapa Dia Daniel Tule: Bahagia Menjadi Kader Posyandu M eskipun terbilang langka, Daniel, kader laki-laki posyandu, mengaku ikhlas mengabdi kepada masyarakat untuk kemajuan negeri. Berbekal keikhlasan, ia mendatangi rumah, demi rumah di desa Badale, mengajak masyarakat menimbang anaknya ke posyandu di desanya. Tak terasa, tahun 2009 telah memasuki 13 tahun pengabdiannya sebagai kader posyandu. Mulai berkarir dari bujangan, sampai berkeluarga. Ia pun tak merasa bosan, ingin terus mengabdi dan merasa bahagia. Deniel Tule, begitu nama lengkapnya. Sedikit lelaki yang mau mengab­di menjadi kader Posyandu. Umumnya, kader posyandu itu perempu- 56 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 an. Tapi, langkanya tenaga pria tak membuatnya malu ataupun rendah diri. Ia tetap bersahaja menjalani profesinya sebagai kader posyandu. Daniel menetapkan tanggal 15 setiap bulannya mengadakan pertemuan di posyandu. Kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan terkait ibu hamil, nifas dan praktek memasak makanan bergizi. Lelaki yang mengawali karirnya tahun 1996 di posyandu ini, mempunyai motivasi membantu masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak balita agar kehidupannya lebih baik. Anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan kuat, khususnya masyarakat Desa Badale, Kecamatan Dobalaen, Kabupaten Rotendau, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berkat kegigihanya, kini jumlah kader posyandunya berjumlah 7 orang, semua perempuan, salah satunya diantaranya isterinya sendiri. Dalam melaksanakan programnya, Daniel bekerjasama dengan petugas kesehatan, tim penggerak PKK, Dasa Wisma, Tokoh Agama, Adat dan pemerintah lingkungan, termasuk pengurus RT dan RW. Sebagai suami, ayah dan sekaligus sebagai kader posyandu, banyak suka duka silih berganti menyertai hidupnya. Daniel merasa bahagia, jika banyak ibu-ibu dan bayinya yang mendatangi posyandu. Rasa duka dan murung segera merasuk dalam hatinya jika setiap tanggal 15 seba­ gai hari kegiatan posyandu, sedikit anggota masyarakat yang hadir. Daniel tidak tinggal diam. Ia biasanya langsung menyusuri kebun, sawah dan pekarangan rumah menemui setiap anggota posyandu yang berhalangan hadir. Wajah muram berubah menjadi ceria, ketika berjumpa dengan anggotanya. Mereka pun langsung meminta maaf atas ketidak hadirannya. Sebab ada diantara mere­ ka yang anaknya sakit, istrinya sakit, bahkan ada yang beberapa anggota keluarga sakit berbarengan. Daniel pun terus mengingatkan pentingnya terlibat dengan kegiatan posyandu. Kalau ibu tidak sempat hadir, bapaknya menggantikan. Jika bapaknya masih juga tidak sempat kakak, tante dan seterusnya yang menggantikan. Untuk meningkatkan kualitas kerja posyandu, Daniel mengefektifkan kerja kader. Caranya, setelah tanggal 15 pagi masih ada ibu-ibu yang tidak hadir, maka sore harinya Daniel bersama anggota mendatangi rumah tersebut, sekaligus memberi penyuluhan. Disamping itu, setiap tahun kader mendapat kesempatan dua kali pelatihan oleh pemerintah. ”Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan soliditas kader posyandu, ” demikian kata Daniel menutup perbincangan. l( pra) Siapa Dia Nunuk Iswandari: Kerja Sosial Karena Panggilan Hati K einginan penggagas posyandu Melati Aspari, Magelang Tengahang, Nunuk Iswandari, untuk meningkatkan kesehat­ an balita, mengurangi kematian ibu tampaknya dapat terkabulkan. Melalui posyandu, ia menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan diri, keluarga dan masyarakatnya. Hasilnya, posyandu binaannya menjadi juara terbaik di tingkat nasional. Sejak tahun 1994, Nunuk menghimpun kader posyandu lainnya untuk membantu hingga 12 orang. Perekrutan jumlah kader yang melebihi standar ini, menurutnya, bertujuan untuk stabilitas program. Sebab, sebagian besar kadernya tersebut berasal dari para istri TNI yang tingkat mobilitasnya tinggi. Setiap saat siap berpindah tugas mengikuti suami. Sehingga ketika ada yang pindah tugas, masih ada kader cadangan yang melanjutkan programnya. Nunuk menceritakan, dari 12 kader satu menjadi ketua, satu menjadi sekretaris, dan sisa kader berikutnya menguasai seluruh meja, dari meja pertama sampai meja ke lima. Nunuk menyebut posyandunya perpaduan antara TNI dan Sipil. Sebab, kader maupun masyarakatnya berasal dari TNI dan Sipil. Sekalipun mendapat fasilitas tempat dari TNI, tapi pelaksanaan kegiatan posyan­ du tidak selalu ditempat tersebut. Mereka sering berpindah mendekati pasar. Ibu-ibu sambil ke pasar menim­ bangkan anaknya ke posyandu. Khusus Februari dan Agustus merupakan pemberian vitamin A, ketika mengadakan kegiatannya dekat pasar, dapat menjaring balita lain diluar wilayahnya yang ikut berdagang atau belanja ibunya ke pasar. Seperti posyandu lainnya, jika ada yang tidak hadir, Nunuk pun melakukan kegi­ atannya door to door. Terkait dukungan masyarakat, Nunuk mengatakan baik sekali. Selain mendapat dukungan dana sehat dari masyarakat, juga dukungan dari para donator yang dikumpulkan dari warga oleh masing-masing RT. Sumbangan itu tidak berupa uang, tetapi berbagai bahan yang dibutuhan posyandu. Seperti buah buahan, bubur menado, dan bahan lainnya. Sehingga tak pernah kesulitan membuat PMT-nya. Menurut Nunuk, pelaksanaan posyandu dan KB ditetapkan hari Kamis ke tiga, pada pagi hari, tapi pada musim penghujan dilaksanakan sore hari. Khusus Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD), pelaksanaannya setiap Sabtu sore. Kerja sosial ini bagi Nunuk merupakan panggilan hati, semua dikerjakan dengan baik, semata-mata pengabdian saja. Saya merasa bahagia, ketika keberadaannya bermanfaat untuk banyak orang. l(pra) No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 57 Lentera Namaku Flu Oleh: Prawito T ernyata nama itu penting. Bukan sekadar identitas atau sebutan. Memilah, memilih dan menetapkan kosa kata yang tepat, ternyata bukan secepat membalikkan telapak tangan. Apalagi kosa kata itu harus mewakili semua kepentingan dari berbagai pihak. Untuk kasus flu babi, tampaknya tersembunyi kepentingan bisnis, pariwisata, harga diri dari sebuah perusahaan multi nasional atau bangsa. Flu, kosa kata lawas yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia. Artinya , sebagian besar orang paham makna flu secara utuh, sesuai dengan pengalaman sakit yang pernah dialami. Menurut para ahli kesehatan, flu hanya­ lah penyakit ringan yang sudah menjadi pakaian harian manusia, khususnya di Indonesia. Bahkan banyak orang tidak merasa sakit terkena flu, sehingga penderita terbiasa bekerja ke kantor, pabrik dan bertani diladang. Kini, flu, penyakit yang disebabkan oleh virus H1N1 ini telah menjadi isu hangat. Banyak orang panik, sibuk mencari penjelasan. Mulai dari jenis virusnya, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Puskom Publik Depkes, termasuk salah satu unit yang kebanjiran pertanyaan tersebut. Mulai dari perseorangan sampai lembaga. Sehingga Puskom Publik telah berulang kali mengeluarkan rilis, jumpa pers dan talk show untuk memberi penjelasan kepada publik. Kebingungan terbesar pada upaya mengenali dan pencegahan, tapi banyak juga yang bingung dengan penamaan penyakitnya. Padahal virusnya itu-itu juga, H1N1. Mengapa demikian? Karena banyak versi dan nama yang beredar terkait virus ini. Virus H1N1, merupakan virus flu biasa. Selama ini orang lebih mengenal flu burung H5N1, dibanding virus flu biasa H1N1. Padahal, tahun 1918 virus ini telah melanda Spanyol, kemudian disebut virus Spanyol. Tahun 2009, menyerang babi, kemudian disebut virus babi atau 58 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009 flu babi. Virus ini juga banyak menyerang rakyat Meksiko, kemudian ada yang menamakan flu Meksiko. Nama terakhir ini sempat memancing kontroversi. Selain nama tersebut, ada juga penamaan lain seperti: Swine flu dan Strain Meksiko dan entah kosa kata apalagi yang akan muncul dikemudian hari. WHO, Organisasi Kesehatan Dunia berinisiatif menggunakan kosa kata Influenza A H1N1. Tapi masih banyak negara belum mengadopsi kosa kata itu sepenuhnya. Kemudian muncul edisi terbaru Flu Baru H1N1. Betapa sulitnya menyepakati kosa kata untuk sebuah nama virus H1N1. Flu babi, kosa kata yang sudah banyak beredar melalui media massa. Bahkan telah menjelma menjadi kosa kata ajaib yang mampu menarik pembaca dan pemirsa. Masyarakat Indonesia sudah semakin akrab dengan istilah itu. Sebab mudah mengingatnya karena dapat bervisualisasi dengan binatang yang banyak dilihat di Indonesia. Persis sama mudahnya dengan mengingat flu burung. Tapi entah alasan apa, Israel dan Amerika tidak setuju dengan penggunaan istilah flu babi ini. Nama, seharusnya mempunyai makna. Sehingga ketika menyebut nama tersebut dapat mengingatkan akan tempat, peristiwa atau sang penemunya. Disamping itu, nama harus mudah dihafal, tak merendahkan atau menyinggung pihak lain. Semua pihak dapat menerima penamaan tersebut. Dari pada berdebat berkepanjang­ an, menguras dana dan menyita banyak waktu hanya untuk sebuah nama. Padahal ada tanggung jawab yang lebih besar lagi, yaitu pencegahan dan penanggulangannya, demi menyelamatkan manusia dimuka bumi. Ada baiknya sebut saja “Flu”. Kemudian kosa kata berikutnya terserah yang pembaca kenal. Antara lain; Babi, Meksiko, Baru H1N1, atau A H1N1 yang penting esensinya sama. l Lentera Jasamu, Kader Posyandu W ajahnya polos, tutur katanya sederhana, dan apa adanya tanpa basa-basi. Bahkan ketika berbicara dengan ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono sekalipun, wanita separuh baya itu tidak terlihat grogi sama sekali. Malahan, Oktavina Alfrida, nama kader posyandu yang telah mengabdi selama 15 tahun di posyandu Pelangi, Desa Wono Rejo, Kelurahan Kerom, Papua itu, menunjukkan keakrabannya dengan memanggil ibu Ani dengan sebutan ‘Mama’. Dihadapan ‘Mama’ Ani pula, selain menceritakan pengalamannya, Oktavina sempat melontarkan kelakarnya, “Mama, saya di ruang AC ini kedinginan. Maklum, di Papua cuma ada AC alam, panas. Agar saya terbiasa dengan dinginnya AC, saya harus sesering mungkin diundang ke Jakarta,” katanya yang disambut dengan derai tawa tamu undangan yang hadir pada siang hari itu. Itulah suasana Temu Kader Nasional Posyandu yang berlangsung akhir Mei 2009 di hotel Mercure Ancol, Jakarta yang dirancang Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Ribuan kader Posyandu dari seluruh pelosok Tanah Air ini berkumpul memantapkan diri, menjadi lebih baik, berkualitas, dan bertambah ikhlas dalam menjalankan tugas. Dan memang tanpa keikhlasan sulit bagi kader untuk bertahan dalam pengabdian. Sebab kader tak bergaji, tapi ia harus terus mengabdi. Kader pada umumnya bukan orang yang berlebih secara ekonomi. Bahkan banyak yang berkekurangan. Tapi, semangat kepedulian menghunjam dalam dada mereka. Lain lagi dengan Lilis, kader Posyandu Melati, Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, Provinsi Jawa Barat. Bersuamikan buruh pabrik, bergaji UMR (upah minimum regional), sederhana dan bersahaja. Rumahnya berdinding triplek lusuh, beratap asbes, jalannya sempit di kawasan kumuh padat penduduk pinggiran Bekasi. Tapi, ia sangat peduli kepada sesama, walau dirinya dalam kekurangan. Bukan hanya aktif di Posyandu, tapi ia rajin membesuk tetangga yang sakit, menguruskan SKTM (surat keterangan tidak mampu) dan mengantarkan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit sudah men- jadi kebiasaan. Termasuk menanggung biaya transportasi naik becak ataupun angkotnya. Kejadian seperti ini terus berulang. Bahkan Lilis telah melakukannya sejak remaja. Kini, diusianya yang telah menginjak 45 tahun, kebiasaan mulia ini tak pernah berhenti. Menembus birokrasi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan RSUD Kota Bekasi bukan perkara mudah. Siklusnya panjang, berbelit, pelayanan tak ramah, berkasnya rijit, antrian panjang, panas dan menyebalkan. Tapi tugas mulia ini Lilis kerjakan dengan ikhlas dan senang hati. Ia tak berharap apa-apa kepada yang ditolong, kecuali kepuasan batin setelah membantunya. Oktavina, Lilis dan ribuan kader Posyandu lainnya adalah sosok-sosok wanita luar biasa. Walaupun mereka secara ekonomi, pendidikan, sosial dan jaringan lemah, namun semangat dan kepeduliannya jauh melampaui kapasitasnya. Mereka wanita perkasa yang hatinya sangat mulia. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang tidak berdaya, menjadi obor penyemangat yang tidak padam karena keterbatasan. Adakah diantara kita mengingat jasa mereka? Mereka ini seperti guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Kalau guru menjaga gawang di bidang pendidikan, kader Posyandu menjaga gawang di bidang kesehatan. Keduanya sama-sama mengabdi untuk anak-anak generasi masa depan bangsa Indonesia. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang mengantarkan anak bangsa hidup lebih sehat dan sejahtera, meskipun hanya sedikit orang yang menaruh perhatian kepadanya. Sebagai bangsa besar, selayaknya kita tahu berterimakasih. Sebagai masyarakat yang beradab, selayaknya kita menghargai dan memberikan apresiasi kepada para kader Posyandu yang kita cintai. Sekelumit cerita kader Posyandu di atas, diharapkan menginsipirasi jutaan masyarakat Indonesia untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Kini, 267 ribu Posyandu dan 1.2 juta kader Posyandu yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air siap untuk berkarya, membangun bangsa yang sehat dan sejahtera. Jasamu kader Posyandu, tidak akan terlupakan sepanjang waktu. Bangga, salut dan hormat untukmu kader Posyandu. l No.XVIII/JUNI/2009 Mediakom 59 60 Mediakom No.XVIII/JUNI/2009