Pembentukan Karakter Siswa dan Profesionalisme Guru Melalui

advertisement
Journal of Islamic Education Management
ISSN: 2461-0674
21
Pembentukan Karakter Siswa dan Profesionalisme Guru
Melalui Budaya Literasi Sekolah
Baharuddin
Pendidikan Luar Sekolah, STKIP Muhammadiyah Enrekang. SulSel, 91712
[email protected]
Abstrak:Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mempertegas akan
pentingnya menghidupkan budaya literasi di sekolah. Artikel ini menggunakan
studi literatur untuk mengkaji permasalahan literasi secara mendalam. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa literasi dapat berfungsi sebagai modal dalam
meningkatkan kompetensi siswa dan guru serta membantu dalam pembentukan
karakter para siswa serta meningkatkan profesionalisme guru.
Kata kunci: Literasi, Karakter, Profesionalisme
Abstract: This article aims to reveal and reinforce the importance of cultural
literacy at school turn. This article uses literature study to assess the literacy
issues in depth. The study showed that reviving the school literacy culture can be
capital in improving the competence of students and teachers, assist in the
formation of student character, and improve the professionalism of teachers and
can deliver effective schools into schools.
Keywords: Literacy, Character, Professionalism
Reformasi dalam bidang pendidikan
Pendahuluan
Jatuhnya
Soeharto
dari
pada dasarnya merupakan reposisi dan
kekuasaan pada Mei 1998, berikut
bahkan rekonstruksi pendidikan secara
dengan krisis moneter, ekonomi dan
keseluruhan. Reformasi, reposisi dan
politik telah
mendorong reformasi
rekonstruksi pendidikan jelas harus
bukan hanya dalam bidang politik dan
melibatkan penilaian kembali secara
ekonomi tetapi juga dalam bidang
kritis pencapaian dan masalah-masalah
pendidikan. Bahkan tantangan berat
yang dihadapi pendidikan nasional
dan
dewasa
kompleksitas
dihadapi
masa
yang
ini.
Reformasi
pendidikan
pasca-
merupakan konsep perubahan ke arah
reformasi
peningkatan mutu pendidikan yang
pendidikan ini bersifat sangat urgen
lebih baik. Reformasi itu harus mulai
dan mendesak (Azyumardi. A, 2002).
diterapkan untuk merespon kondisi
Soekarno
Indonesia
masalah
menjadikan
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
22
pendidikan dewasa ini yang makin
literasi. Kenapa literasi? Karena inilah
terpuruk.
masalah krusial yang sampai hari ini
Reformasi ini dapat dimulai
belum mendapatkan perhatian serius
dari reformasi diri yang dilakukan oleh
dari semua elemen. Sebagai contoh
sekolah
banyak
yaknimelakukan
perbaikan
guru,
birokrat
pendidikan
proses pendidikan yang mencakup
bahkan para pejabat di kedinasan yang
perubahan psikologis, budaya, dan
membidangi pendidikan yang belum
sosial
paham
para
pengelolanya
(Mungin
tentang
literasi.
Padahal
Eddy Wibowo, 2002). Kepala sekolah
persoalan literasi ini adalah adalah
harus mereformasi diri menjadi kepala
sebuah titik tolak dalam pembentukan
sekolah yang kolaboratif, sehingga
sebuah peradaban manusia. Bahkan
menumbuhkan iklim sekolah yang
dalam Islam perintah pertama yang
demokratis.
harus
turun dalam kitan suci Al-Qur`an
menyiapkan peserta didik menjadi
adalah iqra yang artinya membaca,
manusia
seutuhnya
membaca
pekerti
luhur.Sekolah
Guru
juga
yang
berbudi
harus
dapat
apa
saja
yang
tersurat
ataupun yang tersirat.
mewujudkan proses pembelajaran yang
Guru,
dosen,
tenaga
efektif. Pembelajaran efektif ditandai
kependidikan, praktisi dan pemerhati
oleh sifatnya yang menekankan pada
pendidikan sangat penting mengetahui
pemberdayaan
aktif.
tentang iqra (baca: literasi) sebab
Pembelajaran bukan sekadar memorasi
menurut Qurais Shihab (2013), bahwa
bukan pula sekadar penekanan pada
iqra tidak hanya dimaknai membaca
penguasaan pengetahuan tentang apa
tetapi juga dapat diartikan sebagai
yang diajarkan, tetapi lebih pada
mengajar,
internalisasi tentang apa yang diajarkan
mengetahui ciri-ciri sesuatu, membaca
sehingga
berfungsi
fenomena alam, membaca fenomena
sebagai muatan nurani dan dihayati
sosial bahkan membaca diri sendiri dan
serta dipraktikkan oleh siswa (Mungin
kesemuanya ini merupakan bagian dari
Eddy Wibowo, 2002).
tugas dan tanggung jawab keseharianya
siswa
tertanam
dan
Salah satu budaya sekolah yang
perlu
direformasi
adalah
budaya
selaku
meneliti,
pendidik
kependidikan.
mendalami,
dan
Sungguh,
tenaga
perintah
Journal of Islamic Education Management
ISSN: 2461-0674
23
membaca merupakan sesuatu yang
literasi, yakni baca tulis, pertanyaan
paling berharga yang pernah dan dapat
selanjutnya, apakah kita setiap hari
diberikan
kepada
selalu
Membaca
dalam
umat
membaca,
selalu
menulis?
maknanya
Apakah yang kita baca dan tulis?
adalah syarat pertama dan utama
Berapa lama waktu yang dialokasikan
mengembangkan ilmu dan teknologi,
untuk kegiatan membaca dan menulis?
serta
Dan banyak lagi pertanyaan lain yang
menjadi
aneka
manusia.
syarat
utama
membangun peradaban sebab sejatinya
semua
peradaban
yang
dapat diajukan.
berhasil
Penting untuk dicatat beberapa
bertahan lama justru dimulai dari suatu
predikat
bacaan (kitab).
disematkan ke bangsa kita terkait
Begitu
sehingga
urgennya
harus
literasi
menjadi
ini
bahan
tidak
budaya
terhormat
literasi.Predikat
yang
berikut
notabene merupakan hasil penelitian
renungan bagi diri sendiri selaku
beberapa
pelaku
pendidikan
diantaranya Central Connecticut State
berada di level manakah tingkat literasi
Univesity, PISA dan UNESCO, yakni;
kita sebagai individu? Apakah pada
(a) menempati urutan 60 dari 61 negara
tahap
untuk
dalam konteks minat baca nasional
mendukung pekerjaan, literasi untuk
(tahun 2016), (b) indeks minat baca:
memecahkan persoalan, literasi untuk
0,001 (setiap 1.000 penduduk hanya
membangun kehidupan keluarga, atau
satu orang yang serius membaca), dan
literasi untuk menunjang kehidupan
(c) tingkat melek huruf orang dewasa:
bermasyarakat? Jika sebagai individu
65,5 persen (Kompas, 29 Agustus
kita masih berada di level baca tulis,
2016). Tidak mengherankan kenapa
tidak salah dan juga tidak berdosa.
indeks minat baca demikian karena
Namun bukan berarti kita tidak perlu
secara faktual di lapangan memang
melakukan
minat
atau
baca
pemerhati
tulis,
baca
literasi
tulis.
Karena
baca
lembaga
internasional,
masyarakat
Indonesia
bagaimanapun juga, tidak mungkin kita
sangat rendah, hal itu bisa dilihat dari
kembali ke jaman prasejarah, dimana
kebiasaan orang-orang Indonesia yang
budaya baca tulis belum muncul. Jika
senang menonton
kita masih berada di level terendah
dibandingkan membaca yang lebih
yang visualisati
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
24
bersifat imajinatif. Kebiasaan ini pun
kondisi ekonomi
tidak luput dialami oleh siswa-siswa di
kurang mampu, jangankan terpikir
sekolah. Menurut data Badan Pusat
untuk membeli buku bacaan, untuk
Statisitik (BPS), jumlah waktu yang
memiliki biaya transportasi ke sekolah
dihabiskan anak-anak Indonesia untuk
pun terkadang menjadi hambatan bagi
menonton televisi mencapai 300 menit
mereka.
per hari. Bandingkan dengan anak-anak
Ketiga,
pengaruh
permainan
(game)
hari, di Amerika Serikat yang 100
variatif serta tayangan televisi yang
menit per hari, atau di Kanada 60 menit
semakin menarik, telah mengalihkan
per hari (republika.co.id, 2015).
perhatian anak dari buku. Tempat
canggih
dan
(2016)
hiburan yang makin banyak didirikan
rendahnya kemampuan membaca para
juga membuat anak-anak lebih banyak
siswakarena dipengaruhi oleh beberapa
meluangkan waktu ke tempat hiburan
faktor,
metode
daripada membaca buku. Keempat,
pembelajaran yang dijalankan guru.
kebiasaan membaca juga dipengaruhi
Umumnya siswa kelas rendah di
oleh
sekolah
membaca
yakni warisan orangtua. Seseorang
dengan cara menghafal. Menghafal
yang gemar membaca dibesarkan dari
menjadi salah satu penghambat tingkat
lingkungan
baca anak. Anak-anak kita tidak begitu
Lingkungan terdekatnya inilah yang
kesulitan mengenali huruf, tapi kalau
akan mempengaruhi seseorang untuk
diminta memaknai isi bacaan, mereka
mendekatkan diri pada bacaan, jadi
lemah.Kedua,masih minimnya sarana
seseorang tidak suka membaca karena
untuk
bacaan.
memang sejak kecil dibesarkan oleh
Andaipun harus membeli, harga buku
orangtua yang tidak pernah mendekat-
yang ada di pasaran relatif mahal. Hal
kan dirinya pada bacaan. Lain halnya
ini menyebabkan orang tua tidak
dengan negara maju seperti Jepang,
membelikan buku bacaan tambahan
budaya membaca adalah suatu kebiasa-
selain mengutamakan buku-buku yang
an yang telah menjadi kebutuhan bagi
diwajibkan
masyarakatnya. Ibarat sandang, pangan
yaitu:
dasar
Qusthalani
makin
yang
Australia yang hanya 150 menit per
Menurut
yang
masyarakat
Pertama,
diajarkan
memperoleh
oleh
bahan
sekolah.
Apalagi
faktor
determinisme
yang
cinta
genetik,
membaca.
Journal of Islamic Education Management
25
ISSN: 2461-0674
dan
papan,
membaca
merupakan
bagian dari kehidupan mereka.
Baswedan
(2014)
Pendidikan
dan
selaku
Menteri
Kebudayaan
yang
mempublikasikan data tentang minat
Metode Studi
Artikel
baca masyarakat Indonesia berdasarkan
ini
menggunakan
metode studi literatur (literature study),
yaitu suatu metode berupa pencarian
referensi teori yang relevan dengan
kasus atau permasalahan yang sedang
dikaji. Adapun referensinya dieroleh
melalui buku, jurnal, artikel, laporan
penelitian dan situs-situs di internet.
Sedangkan prosedurnya ada tiga tahap,
yakni; pengumpulan data, analisis, dan
kesimpulan.
(UNESCO) pada 2012, indeks minat
membaca masyarakat Indonesia baru
mencapai angka 0,001. Artinya, dari
setiap 1.000 orang Indonesia hanya ada
1 orang saja yang punya minat baca.
Hasil penelitian ini menjadi peringatan
(warning) betapa negara kita sangat
tertinggal jauh pada persoalan minat
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Sebagai
Laboratorium
Indonesia
85
persen
penduduk
Indonesia sudah melek huruf.
Literasi
Sebagaimana disampaikan diatas
bahwa berdasarkan hasil penelitian
Programme for International Student
Assessment (PISA)pada tahun 2015
yang meneliti tentang kemampuan
membaca siswa lintas negara yang
menyebutkan
membaca
Scientific and Cultural Organization
baca meskipun menurut Kementerian
Pembahasan
Sekolah
data dari United Nations Educational
bahwa
siswa
kemampuan
di
Indonesia
menduduki urutan ke-69 dari 76 negara
yang disurvei. Hasil itu lebih rendah
dari Vietnam yang menduduki urutan
ke-12 dari total negara yang disurvei
(harianjogja.com, 2015). Adapun Anis
Secara sederhana literasi dapat
dimaknai sebagai melek baca dan melek
tulis. Tidak buta huruf alias tahu huruf.
Namun pada konteks sekarang ini,
apakah
literasi
cukup
dimaknai
sesederhana itu sehingga perlu diubah
atau ditambah? Jawabannya bisa ya,
namun juga bisa tidak. Jawabannya
sangat tergantung pada setiap individu
masing-masing. Beda latar belakang
seseorang, mungkin memaknai literasi
dengan berbeda pula. Hal ini sejalan
dengan apa yang diungkapkan Harste
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
26
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
(2003) bahwa saat ini setiap orang
atas dasar perkembangan jaman dan
telah
teknologi yang kian pesat. Diantaranya
memunyai pemahaman
yang
beragam tentang literasi.
lembaga tersebut adalah American
National Institute for Literacy
Center for Teaching (Arifin, 2016)
(2006) mendefinisikan literasi sebagai
mengklasifikasikan
kemampuan individu untuk membaca,
menjadi lima jenis, yakni: (i) literasi
menulis, berbicara, menghitung dan
media, (ii) literasi komputer, (iii)
memecahkan masalah pada tingkat
literasi digital, (iv) literasi informasi,
keahlian
dan (v) literasi teknologi.
yang
diperlukan
dalam
jenis
literasi
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
Literasi Media; merujuk pada
Terasa sangat kompleks dan dinamis.
definisi Center for Media Literacy
Satu hal yang perlu digarisbawahi dari
(1992),
definisi di atas adalah “kemampuan
kemampuan
untuk
individu”. Pada level ini, seseorang
menganalisis,
mengevaluasi,
dituntut tidak hanya mampu membaca,
memroduksi komunikasi dalam bentuk
menulis, berbicara, dan menghitung
yang beragam. Poin penting dari jenis
saja, tetapi mampu berliterasi dalam
literasi media adalah bahwa seseorang
rangka memecahkan persoalan multi-
mampu berpikir secara kritis tentang
bidang, termasuk pekerjaan, keluarga
apa yang mereka dengar, lihat, dan
dan
baca
masyarakat.UNESCO
(2003)
literasi
dari
media
buku,
merupakan
mengakses,
koran,
dan
majalah,
bahkan merinci definisi dari literasi
televisi, radio, film, musik, iklan,
sebagai seperangkat keterampilan yang
internet, video game, dan teknologi
mandiri, literasi sebagai proses belajar,
baru yang muncul. Livingstone (2004)
dan literasi sebagai teks.
mendefinisikan literasi media sebagai
Pada akhirnya, konsekuensi logis
dari
pergeseran
makna
kemampuan untuk mengakses, meng-
tersebut
analisis, mengevaluasi, dan membuat
kemudian berimplikasi pada muncul-
pesan dalam berbagai konteks. Konteks
nya beragam jenis literasi. Beberapa
yang dimaksud meliputi konteks sosial
lembaga dan ahli telah mengklasi-
dan konteks kultural.
fikasikan jenis literasi hingga menjadi
Literasi media ini adalah jenis
lebih bervariasi. Klasifikasi ini lahir
literasi yang sudah umum kita temukan
Journal of Islamic Education Management
ISSN: 2461-0674
dalam
masyarakat
apalagi
27
dalam
digunakan di sekolah baik melalui
lingkungan sekolah. Sekolah dapat
komputer monitor, maupun laptop dan
mengembangkan literasi media ini
notebook dan sudah bisa diakses oleh
dengan
teks
guru maupun siswa. Oleh karenanya
papan
sekolah perlu menyediakan komputer
inforamasi, televisi, bahkan internet
atau laptop untuk dijadikan sebagai
yang disediakan oleh sekolah untuk
salah satu media pembelajaran dalam
memberikan pemahaman kepada siswa
rangka
akan pentingnya memanfaatkan media-
literasi para siswa bahkan guru dan
media
pegawai sekolah.
pemanfaatan
pelajaran,
majalah
tersebut
buku
sekolah,
dalam
menunjang
kemampuan literasinya.
Literasi
komputer
kemampuan
Literasi Digital;Gilster (dalam
Komputer;
dapat
meningkatkan
diartikan
literasi
Lankshear
dan
Knobel,
2006)
sebagai
menjabarkan literasi digital sebagai
kemampuan
seseorang
untuk
bentuk kemampuan untuk memahami
memanfaatkan
komputer
berikut
dan menggunakan informasi dalam
perangkat lunaknya (software) dalam
berbagai bentuk dan berasal berbagai
rangka
sumber. Literasi digital tidak hanya
menyelesaikan
tugas-tugas
praktis sehari-hari. William (2002)
sekedar
menyatakan bahwa literasi komputer
untuk mengoperasikan peralatan digital
sebagai literasi dengan teks digital. Hal
secara memadai. Lebih dari itu, literasi
ini
pada
digital mencakup beragam keterampil-
prinsipnya literasi jenis ini berkaitan
an kognitif yang dibutuhkan dalam
erat dengan penggunaan software dan
memanfaatkan
program yang ada di komputer. Pada
pekerjaan pada bidang digital. Contoh
praktiknya,
bentuk penerapan literasi digital adalah
tentu
komputer
dengan
beralasan,
sebenarnya
tidak
jenis
khususnya
karena
dapat
literasi
literasi
literasi
dipisahkan
yang
digital.
lain,
Secara
prinsip kedua jenis literasi tersebut
menggunakan
media
yang
sama.
Literasi komputer ini juga sudah umum
browsing
kemampuan
dan
internet,
secara
teknis
menyelesaikan
bekerja
dengan
database, chatting dengan menggunakan media sosial, dan lain sebagainya.
Literasi digital ini sudah sangat
massif
untuk
era
digital
seperti
sekarang ini dan dikonsumsi oleh
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
28
semua lapisan masyarakat termasuk
infrormasi merupakan bentuk keahlian
siswa-siswa di sekolah. Menyikapi hal
seseorang
ini pihak sekolah berpeluang untuk
memilah informasi secara efektif untuk
memanfaatkan era digital ini sebagai
membantu
media lain dalam membekali siswa-
dan pengambilan keputusan.
siswa akan cakrawala baru melalui
kecanggihan
teknologi
informasi
dalam
memperoleh
mengatasi
Dewasa
informasi
ini,
dapat
dan
permasalahan
praktek
literasi
dengan
mudah
berupa browsing di internet maupun
dijumpai. Contoh bentuk literasi adalah
melalui media sosial. Khusus untuk
penggunaan
media sosial,guru perlu memberikan
internet untuk memperkuat basis teori
perhatian khusus kepada siswa (sebagai
sebuah karya ilmiah. Dengan semakin
pengguna) sebab banyak informasi
mudahnya
negatif
semakin
(termasuk
bullying)
yang
bertebaran di media sosial.
Literasi
referensi
akses
mudah
ilmiah
dari
internet,
pula
maka
memperoleh
referensi secara online. Namun ketika
Informasi;
menurut
seseorang
memerlukan
sebuah
American Library Association (2000)
informasi yang bersumber dari internet,
mengartikan literasi informasi sebagai
perlu dipastikan bahwa informasi yang
kemampuan untuk mengetahui kapan
diinginkan
seseorang
informasi,
Karena saat ini, informasi yang beredar
menempatkan,
di dunia maya tidak selalu benar,
menggunakan
bahkan seringkali bohong (hoax).
membutuhkan
mengidentifikasi,
mengevaluasi,
dan
secara efektif informasi tersebut untuk
Literasi
memecahkan masalah yang dihadapi.
bermanfaat
Terminologi
memperkaya
literasi
informasi
tersebut
adalah
informasi
ini
valid.
sangat
bagi para guru untuk
wawasan
maupun
sebenarnya sudah diperkenalkan sejak
referensi dalam melaksanakan tugas
lama.
mengajarnya. Model-model pembela-
Istilah
ini
pertama
kali
diperkenalkan oleh Paul G. Zurkowski
jaran
pada pertengahan tahun 1974 (Pattah,
diunggah di internet yang dipublis
2014). Sejalan dengan definisi di atas,
melalui jurnal ilmiah. Namun guru
Versoza
2014)
perlu kehati-hatian dan selektif untuk
literasi
melakukan verifikasi informasi yang
(dalam
mengemukakan
Pattah,
bahwa
yang
termutakhir
banyak
Journal of Islamic Education Management
29
ISSN: 2461-0674
ada dengan berbagai cara, diantaranya
adalah:
(i)
memastikan
identitas
Sekolah
pendidikan
sebagai
formal,
membutuhkan
penulis secara jelas, (ii) memastikan
peran
bahwa laman yang dirujuk adalah
kepentingan, yaitu kepala sekolah,
laman yang kredibel dan terpercaya,
guru, tenaga pendidik, dan pustakawan
(iii)
untuk mempengaruhi dan memfasilitasi
melihat
pengutipan
jumlah
yang
sitasi
merujuk
atau
laman
aktif
lembaga
para
pengembangan
pemangku
komponen
literasi
tersebut, dan dengan cara lainnya
peserta didik. Selain itu, diperlukan
(Adip Arifin, 2016).
juga pendekatan cara belajar-mengajar
Literasi
teknologi
Teknologi;
dapat
kemampuan
teknologi
untuk
dimaknai
untuk
secara
literasi
yang keberpihakannya jelas tertuju
sebagai
kepada komponen-komponen literasi
menggunakan
bertanggungjawab
berkomunikasi,
memecahkan
ini.
Sebagai langkah awal,
disimpulkan
bahwa
kepentingan
kan,
lingkungan literasi ini.
informasi
untuk
dan
membuat
Lebih
pengetahuan
spesifik
dan
Lynch (1998)
mengemukakan bahwa komponen dari
literasi teknologi adalah pemahaman
tentang bagaimana prinsip teknologi
bekerja. Pemahaman tersebut diharapkan dapat membantu seseorang dalam
memanfaatkan produk teknologi masa
kini untuk mempermudah pekerjaan.
Karena
pada
diciptakan
prinsipnya
untuk
terciptanya
Strategi Membangun Budaya
Literasi Sekolah
Agar sekolah mampu menjadi
keterampilan sepanjang hayat di abad
21.
untuk
meningkatkan
pembelajaran pada semua bidang guna
memperoleh
diperlukan
perubahan paradigma semua pemangku
masalah, mengakses, mengintegrasimengevaluasi,
dapat
teknologi
mempermudah
pekerjaan manusia, bukan sebaliknya.
garis
depan
dalam
pengembangan
budaya literat, Beers, dkk. (2009)
dalam buku A Principal’s Guide to
Literacy
Instruction
menyampaikan
beberapa strategi untuk menciptakan
budaya literasi yang positif di sekolah.
Mengkondisikan
lingkungan
fisik
ramah literasi
Lingkungan
fisik
adalah
hal
pertama yang dilihat dan dirasakan
warga
sekolah.
Oleh
karena
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
itu,
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
30
lingkungan fisik perlu terlihat ramah
semua aspek. Prestasi yang dihargai
dan
pembelajaran.
bukan hanya akademik, tetapi juga
mendukung
sikap dan upaya peserta didik. Dengan
kondusif
untuk
Sekolah
yang
pengembangan
budaya
literasi
demikian,
setiap
peserta
didik
sebaiknya memajang karya peserta
mempunyai
kesempatan
untuk
didik dipajang di seluruh area sekolah,
memperoleh
penghargaan
sekolah.
termasuk
kepala
Selain itu, literasi diharapkan dapat
sekolah dan guru. Selain itu, karya-
mewarnai semua perayaan penting di
karya peserta didik diganti secara rutin
sepanjang tahun pelajaran. Ini bias
untuk memberikan kesempatan kepada
direalisasikan dalam bentuk festival
semua peserta didik. Selain itu, peserta
buku,
didik dapat mengakses buku dan bahan
karnaval
bacaan lain di Sudut Baca di semua
sebagainya.
koridor,
kantor
kelas, kantor, dan area lain di sekolah.
Ruang
pimpinan
dengan
lomba
poster,
tokoh
Pimpinan
mendongeng,
buku
cerita,
sekolah
dan
selayaknya
pajangan
berperan aktif dalam menggerakkan
karya peserta didik akan memberikan
literasi, antara lain dengan membangun
kesan positif tentang komitmen sekolah
budaya
terhadap
tenaga
pengembangan
budaya
kolaboratif
antarguru
kependidikan.
dan
Dengan
literasi.
demikian, setiap orang dapat terlibat
Mengupayakan lingkungan sosial dan
sesuai
afektif sebagai model komunikasi dan
Peran orang tua sebagai relawan
interaksi yang literat
gerakan
Lingkungan sosial dan afektif
kepakaran
literasi
masing-masing.
akan
semakin
memperkuat komitmen sekolah dalam
dibangun melalui model komunikasi
pengembangan budaya literasi.
dan
Mengupayakan
interaksi
seluruh
komponen
sekolah. Hal itu dapat dikembangkan
dengan pengakuan atas capaian peserta
didik
sepanjang
penghargaan
tahun.
dapat
Pemberian
dilakukan
saat
sekolah
sebagai
lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan
afektif
berkaitan
erat
dengan
lingkungan akademik. Ini dapat dilihat
upacara bendera setiap minggu untuk
dari perencanaan
dan
pelaksanaan
menghargai kemajuan peserta didik di
gerakan literasi di sekolah. Sekolah
Journal of Islamic Education Management
31
ISSN: 2461-0674
sebaiknya memberikan alokasi waktu
kasus amoral seperti pelecehan seksual,
yang
kekerasan
cukup
banyak
untuk
fisik
dan
pembelajaran literasi. Salah satunya
mengancaman
dengan
menjalankan
lainnya. Ironinya pelaku atas kekerasan
membaca
dalam
hati
kegiatan
dan
guru
dan
mental,
kasus-kasus
ini bukanlah orang luar tetapi para
membacakan buku dengan nyaring
tokoh yang mendapat mandat
selama 15 menit sebelum pelajaran
mendidik generasi yaitu para guru atau
berlangsung.
tenaga kependidikan atau bahkan para
Untuk
menunjang
kemampuan guru dan staf, mereka
perlu
diberikan
kesempatan
untuk
sesama pelajar.
untuk
Bentuk-bentuk
kekerasan
mengikuti program pelatihan tenaga
sebagaimana diutara diatas lebih umum
kependidikan
peningkatan
kita kenal dengan istilah bullying.
pemahaman tentang program literasi,
Bullying menurut para ahli adalah
pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.
kekerasan
untuk
yang
diterima
oleh
seseorang baik dalam bentuk fisik
Pendidikan Karakter dalam Bingkai
Literasi
terjadi
pendidikan
sesuatu
psikis.
Menurut
psikolog
Andrew Mellor Alexander sebagai-
Maraknya
yang
maupun
kasus
di
lembaga-lembaga
akhir-akhir
yang
kekerasan
sangat
ini
adalah
merisaukan.
Bagaimana tidak, lembaga pendidikan
yang seharusnya menjadi wadah untuk
melakukan proses pembelajaran dan
pengembangan diri berubah menjadi
tempat yang menyeramkan nan penuh
intimidasi. Adalah sebuah hal yang
sangat ironi disaat pemerintah berusaha
menggalakkan penerapan pendidikan
karakter di lingkungan sekolah justru
dijawab dengan penyebaran kasus-
mana dikutif Christie Setiawan (2015),
bullying
terjadi
adalah
ketika
pengalaman
seseorang
yang
merasa
teraniaya oleh tindakan orang lain dan
ia takut apabila perilaku buruk tersebut
akan terjadi lagi sedangkan korban
merasa
tidak
berdaya
untuk
mencegahnya. Bullying tidak lepas dari
adanya kesenjangan power/kekuatan
antara korban dan pelaku serta diikuti
pola repetisi (pengulangan perilaku).
Bullying
ini
sekolah
yang
tempat
yang
sungguh
memilukan,
seharusnya
nyaman,
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
menjadi
aman
dan
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
32
mengasyikkan
pendidikan
menjadi
untuk
justru
tempat
menakutkan
mendapatkan
berubah
yang
dan
kebencian.
Bahkan
penelusuran
melalui
wajah
serta bertanggung. Secara eksplisit
fungsi dan tujuan pendidikan nasional
mengerikan,
mengharapkan
menyimpan
pendidikan yang mampu menciptakan
berdasarkan
generasi yang berkualitas, berkarakter,
media
online
sebuah
kondisi
dan berbudi pekerti luhur.
(internet) pada periode bulan Oktober
Salah satu terobosan yang bisa
sampai November 2014 kasus bullying
menjadi
atau kekerasan anak/pelajar mencapai
permasalahan pendidikan kita terutama
230 berita (Anis Baswedan, 2014).
yang
Menjawab
persoalan
diatas,
solusi
terkait
atas
kompleksitas
dengan
fenomena
dekadensi moral para siswa adalah
memang dibutuhkan sebuah model
melalui
pendidikan yang mampu memberikan
Pendidikan
solusi dan jawaban atas patologi sosial
dipraktekkan dalam semua dimensi
dalam lingkungan pendidikan kita ini.
kehidupan termasuk dalam aktivitas
Merujuak kepada fungsi pendidikan
literasi
sebagaimana
dalam
literasi yang dikembangkan di sekolah,
Undang-Undang No.20 tahun 2003
Kepala Sekolah maupun guru dapat
tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjadikannya
pasal
Pendidikan
media untuk menumbuhkan karakter
Nasional berfungsi mengembangkan
yang positif kepada para siswa atau
kemampuan dan membentuk watak
peserta didik melalui jenis-jenis literasi
serta
yang
yang ada yakni, literasi media, literasi
bermartabat dalam rangka mencerdas-
informasi, literasi komputer, literasi
kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
digital
berkembangnya potensi peserta didik
Dibutuhkan
agar menjadi manusia yang beriman
kemampuan Kepala Sekolah dan guru
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
dalam
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
karakter ini melalui aktivitas literasi.
3
yang
tertuang
menyebutkan
peradaban
bangsa
pendidikan
karakter
sekolah.
maupun
karakter.
ini
Melalui
sebagai
kegiatan
salah
literasi
satu
teknologi.
sensitifitas
menerjemahkan
dapat
dan
pendidikan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Kegiatan literasi dengan aneka
menjadi warga negara yang demokratis
ragamnya sangat berpotensi menjadi
Journal of Islamic Education Management
ISSN: 2461-0674
33
Prinsip
dan
sarana untuk pembentukan karakter
prosesnya.
siswa sehinggaKepala Sekolah maupun
menulis mandiri. Prinsip ini mencakup
guru sangat diharapkan perannya untuk
memperhalus membaca pemahaman,
mengarahkan,
memperluas
membimbing,
mendampingi
para
untuk
melakukan aktivitas literasi secara
membaca sebagai aktivitas
belajar
positif dan menjunjunng tinggi nilai-
seumur hidup. Menulis mandiri juga
nilai kemanfaatan.
penting untuk pengembangan kecakapdalam
Mengembangkan Nilai-nilai karakter
Ada
tiga
kata,
memperkaya
sikap
Literasi
kosa
skematis,
menumbuhkan
Kegiatan
siswa
dan
membaca
an siswa dalam tata bahasa dan ejaan.
Aktivitas
membaca
dan
menulis
prinsip bimbingan
mandiri menunjang proses perluasan
dalam rangka membantu peserta didik
pengalaman autentik sebagai konsep
untuk menjadi literat, yaitu motivasi,
dalam
pembelajaran
menyeluruh.
membaca-menulis
terpadu, dan membaca dan menulis
mandiri
(Cooper
Suhendi,
2016).
[1993]
Prinsip
belajar
Integrasi
literasi
secara
pendidikan
karaker
dalam
dalamaktivitas literasi di sekolah dapat
motivasi.
dikembangkan dengan cara sebagai
Prinsip ini bisa dibangun dengan
berikut:
lingkungan kelas literat (lingkungan
diperoleh
yang kaya akan media kebahasaan),
mengandung
sikap positif guru, dan partisifasi orang
(kisah para nabi, ibadah dan amal
tua. Prinsip pembelajaran membaca-
sholeh, dan sebagainya). 2) Jujur:
menulis terpadu. Prinsip ini dilandasi
mampu mengulas atau menerangkan
oleh
kembali bacaan dengan benar.
lima
membaca
alasan
dan
penting,
menulis
yaitu:
1) Sikap religius: dapat
dari
bacaan
nilai-nilai
yang
keagamaan
3)
sama-sama
Toleransi: mampu menghormati dan
merupakan proses membangun makna,
menghargai pembaca di sekelilingnya,
sama-sama,
meliputi
pengetahuan
membaca dengan suara lirih, atau
sama,
meningkatkan
membaca dalam hati. 4) Disiplin dan
perkembangan
tanggung-jawab: rajin membaca dan
komunikasi, menggiring pada hasil
mengembalikan buku tepat waktu. 5)
proses
prestasi,
yang
membantu
yang bukan dihasilkan oleh salah satu
Kerja keras dan rasa ingin tahu:
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
34
senantiasa mencari tahu fakta-fakta
kan nilai-nilai karakter yang menjadi
baru dengan berbagai sumber bacaan.
harapan bangsa Indonesia.
6) Kreatif dan mandiri: kreatif dalam
Menghidupkan budaya literasi di
memecahkan persoalan yang muncul
lingkungan sekolah berarti kita telah
dengan banyak membaca pengalaman
membuka
dan
secara
generasi menjadi generasi unggul dan
Demokratis, semangat
berkarakter, pantang menyerah, dan
kebangsaan, cinta tanah air, cinta
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
damai:
dengan
sebab hasil bacaan akan memberikan
membaca cerita kepahlawanan, bela
provokasi positif untuk ingin tahu lebih
negara,
banyak dan lebih banyak lagi.
kisah
seorang
mandiri. 7)
dapat
tokoh
diperoleh
cerita
orang-orang
sukses
membangun bangsa, dan lain-lain. 8)
Menghargai
prestasi:
senantiasa
merawat dan membaca buku karya
seseorang
yang
bermanfaat.
Bersahabat/komunikatif,
9)
gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial: sikap ini diperoleh dari isi
materi/konten cerita yang berhubungan
kemanusiaan,
bersahabat
alam,
dalam
dan
saling
tempat
literasi
(perpustakaan, taman bacaan, dan lainlain).
10)
Rajin
menulis:
pintu
untuk
mendidik
Peningkatan Profesionalisme Guru
Melalui Literasi
Indeks pembangunan manusia
(IPM) atau Human Development Index
(HDI)
United
Indonesia
Nations
menurut
laporan
Deelopment
Programme (UNDP) pada Maret 2013
berada pada urutan 121 dari 185 negara
(Suwandi, 2015). Data ini mencakupi
aspek tenaga kerja, kesehatan, dan
pendidikan. Indonesia telah mengalami
dapat
peningkatan peringkat dibandingkan
dituangkan dengan cara memberikan
tahun sebelumnya (peringkat 124 dari
komentar, rangkuman, catatan kecil,
187 negara pada tahun 2012). Posisi
resume inti dari isi bacaan dengan
tersebut menempatkan Indonesia pada
maksud hasil dari membaca tersebut
kelompok menengah. Skor nilai HDI
tetap melekat dalam waktu yang lama
Indonesia sebesar 0,684, atau masih di
daan menjadi kebiasaan yang otomatis.
bawah rerata dunia sebesar 0,702.
dan masih banyak lagi manfaat dari
Peringkat dan nilai HDI Indonesia
kegiatan literasi dalam mengembang-
Journal of Islamic Education Management
35
ISSN: 2461-0674
masih di bawah rerata dunia dan di
meningkatkan
bawah
keunggulan
empat
negara
di
wilayah
ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia,
yang
dan Thailand).
menggaransi
daya
saing
Indonesia.
berkualitaslah
dan
Pendidikan
yang
mampu
keberhasilan
upaya
Kemampuan anak Indonesia usia
tersebut. Dimana pendidikan yang
15 tahun di bidang matematika, sains,
berkualitas hanya akan lahir jika guru
dan membaca dibandingkan dengan
sebagai ujung tombak juga mempunyai
anak-anak lain di dunia juga masih
kualitas
rendah.
perkembangan
Hasil
International
Programme
Student
for
yang
tinggi.
Dewasa
ini
ilmu
pengetahuan,
Assessment
teknologi, dan seni serta tuntutan
(PISA) 2012, Indonesia berada di
perubahan kehidupan lokal, nasional,
peringkat ke-64 dari 65 negara yang
dan
berpartisipasi dalam tes. Penilaian itu
terhadap kualitas pendidikan tidak bisa
dipublikasikan oleh the Organization
ditawar-tawar
for
pendidikan secara terencana, terarah,
Economic
Development
Cooperation
(OECD).
and
Indonesia
global,
dan
akuntabilitas
lagi.
publik
Pembaharuan
berkesinambungan
hanya sedikit lebih baik dari Peru yang
dilakukan.
berada di peringkat terbawah. Rerata
memiliki kesiapan dalam memberikan
skor matematika anak- anak Indonesia
respon yang positif terhadap berbagai
375, rerata skor membaca 396, dan
tuntutan
rerata skor untuk sains 382. Padahal,
(Suwandi, 2015), terlebih pada tahun
rerata skor OECD secara berurutan
2015
adalah 494, 496, dan 501 (Suwandi,
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015).
atau ASEAN Economic Community
Setelah diketahui posisi HDI dan
prestasi
kita
sudah
masyarakat
masuk
pada
(AEC). MEA menghadapkan kita pada
tantangan kompetisi yang lebih besar.
dibandingkan dengan prestasi literasi
Untuk itulah, kualitas praktik dan hasil
siswa dari negara-negara lain dan
pendidikan perlu secara terus-menerus
faktor-faktor yang mempengaruhinya,
ditingkatkan.
dirumuskan
siswa
kebutuhan
diharapkan
Indonesia
perlu
literasi
Pendidikan
perlu
kebijakan
dan
Kurangnya budaya membaca dan
strategi implementasi yang tepat untuk
menulis bukan saja terjadi pada diri
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
36
siswa, tapijuga pada diri mahasiswa
berani melakukan inovasi-inovasi baru
dan bahkan dosen di perguruan tinggi.
atau mengimplementasikan program
Fakta menunjukkan bahwa jumlah
yang belum pernah dilakukan orang
terbitan buku di Indonesia tergolong
lain.Dan untuk bisa melakukan itu,
rendah, tidak sampai 18.000 judul buku
membaca adalah salah satu pintunya
pertahun. Jumlah ini lebih rendah
untuk membuka cakrawala dunia. Pada
dibandingkan Jepang yang mencapai
dasarnnya melalui aktivitas literasi,
40.000 judul buku pertahun, India
banyak manfaat yang bisa didapatkan
60.000, dan China sekitar 140.000
oleh guru jika guru menghidupkan
judul buku per tahun (Suwandi, 2015).
budaya literasi (membaca, menulis)
Jumlah produksi bukuIndonesia hampir
antara lain sebagai berikut:
sama dengan Vietnam dan Malaysia.
Pertama,
menulis
menjadi
Namun,
jika dibandingkan dengan
bagian dari pengembangan keprofesian
jumlah
penduduk
berkelanjutan,
masing-masing
untuk
pengusulan
negara tersebut, produksi Indonesia
kenaikan pangkat bagi jabatan guru.
tergolong rendah. Salah satu pintu
Kedua, hasil karya tulis bagi profesi
masuk
mampu
guru dapat diikutsertakan pada lomba
membawa perubahan akan permasalah-
keberhasilan guru dalam pembelajaran
an diatas adalah dengan menghidupkan
atau lomba yang diperuntukkan bagi
budaya literasi baik di lingkungan
guru. Ketiga, mengungkapkan ide,
sekolah maupun di luar sekolah. Bagi
gagasan
seorang guru, membaca, menulis, dan
aktifitas menulis akan memperbaiki
meneliti haruslah terinternalisasi dalam
metode,
keseharian sebab hal tersebut sudah
pembelajaran.
menjadi kebutuhan primer di era
merupakan media untuk menemukan
globalisasi dewasa ini.
dan
yang
diharapkan
Guru hendaknya tidak terjebak
dan
pemikiran
strategi
Keempat,
memberikan
memecahkan
dan
model
menulis
solusi
masalah
melalui
dalam
pendidikan.
dalam tugas-tugas rutin belaka. Sebagai
Kelima, menulis bermanfaat untuk
pendidik yang kreatif, guru perlu
pengembangan materi atau bahan ajar
membuktikan diri mampu berpikir dan
dalam mata pelajaran yang diampunya.
bertindak “out of the box” dengan
Keenam, tulisan yang dibuat oleh guru
Journal of Islamic Education Management
37
ISSN: 2461-0674
akan menjadi investasi bagi dirinya
akademik,
kepribadian,
untuk kepentingan akhirat.
pedagogis.
Doni A Koesoema
Ketujuh,
menulis
akan
(Wijaya
Kusumah,
sosial
2014)
dan
A
menulis
mengikat pengetahuan yang dimiliki
bahwa pedagogi pendidikan karakter
oleh
Dengan
harus komunikatif, reflektif, dan kritis.
menulis,guru dapat membuka kembali
Melalui kegiatan menulis, guru akan
pemahamannya mengenai sesuatu yang
mampu mengkomunikasikan dari apa
ditulis dan mengembangkannya dengan
yang ada dalam alam pikirannya,
lebih
menulis
sekaligus melakukan refleksi diri dari
berarti telah membudayakan kebiasaan
apa yang telah dilakukannya. Selain
yang positif untuk para siswanya,
itu,
sehingga jika muncul budaya menulis
menjadi kritis dari kebijakan-kebijakan
disekolah,
akan
pendidikan yang terkadang kurang
meningkatkan kualitas pembelajaran
bersahabat dengan pahlawan insan
dikelas dengan adanya modul,lembar
cendekia ini. Dengan demikian adalah
kerja siswa, buku pembelajaran yang di
sangat penting untuk menghidupkan
tulis oleh guru tersebut. Kesembilan,
budaya literasi baik di sekolah, di
menjadi inspirator dan motivator bagi
lingkungan
orang lain. Guru yang rajin menulis
lingkungan masyarakat untuk generasi
dan tulisannya kreatif, inovatif dan
Indonesia
bermanfaat yang di sebarluaskan di
Untuk
berbagai media (dunia nyata /surat
baca, ada baiknya kita hayati pesan dari
kabar/buku,
dunia
Imam Al-Ghazali yang berbuyi “Kalau
maya/blog) lambat laun akan menjadi
kita bukan anak Raja dan bukan anak
pribadi yang dikenal dan dijadikan
dari ulama besar maka menulislah”.
penulis
itu
mudah.
sendiri.
Kedelapan,
maka
media
niscaya
atau
menulis
juga
membuat
kerja
yang
terus
guru
maupun
lebih
di
berkualitas.
menggelorakan
minat
motivator/inspirator oleh semua orang.
Menyadari
akan
manfaat
menghidupkan budaya literasi lambat
laun
akan
berpengaruh
pada
peningkatan profesionalisme guru yang
dibangun di atas fondasi kompetensi
Kesimpulan
Di tengah tantangan globalisasi
yang begitu kuat terasa saat ini, maka
menjadi sebuah keniscayaan untuk
menghidupkan budaya literasi terutama
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
38
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
di lingkungan sekolah. Sekolah sangat
untuk
perlu
kebutuhan,
untuk
mengkondisikan
diri
menjadikan
maka
literasi
sebagai
akan
menjadi
menjadi sekolah yang ramah literasi.
stimulus bagi guru untuk senantiasa
Perpustakaan
dimanfaatkan
meningkatkan kinerjanya oleh karena
secara maksimaldan membuka layanan
sudah kaya akan referensi dan merasa
yang berkualitas perlu diusahakan oleh
tertantang
Kepala Sekolah,
inovasi-inovasi
sekolah
juga memberikan
untuk
terus
demi
pembelajaran
melakukan
peningkatan
motivasi kepada para siswa dan juga
kualitas
di
kelas.
guru untuk senantiasa meningkatkan
Demikian juga sekolah sebagai wadah
minat bacanya dengan memanfaatkan
bagi siswa dan guru akan menjadi
fasilitas yang dimiliki sekolah.
sekolah yang hidup, penuh inspirasi,
Menghidupkan budaya literasi di
dan menyenangkan bagi semua warga
sekolah tidak hanya akan berefek
sekolah sehingga pada akhirnya akan
tunggal berupa kemampuan individu
menjadi sekolah yang efektif.
dalam baca tulis, dan pemanfaatan
teknologi informasi namun berefek
domino seperti turut mengantarkan
para
siswa
menjadi
siswa
yang
berkarakter, bermental petarung dengan
semangat rasa ingin tahu yang tinggi,
suka akan tantangan dan senantiasa
termotivasi untuk berkompetisi secara
sehat sebagai akibat dari bacaan yang
disajikan
kebiasaan
oleh
sekolah.
literasi
ini
Apabila
sudah
terinternalisasi dalam diri para siswa,
maka
kita
akan
optimis
untuk
menyambut generasi emas Indonesia
pada tahun 2045.
Selanjutnya pada guru, ketika
sudah tumbuh penyadaran pada diri
Daftar Rujukan
American Library Association. 2000.
Information Literacy Competency
Standards for Higher Educations.
Diakses
dari
www.ala.org,
tanggal 10 November 2016.
Arifin, Adip. 2016. Rekonseptualisasi
Literasi Sebagai
Praktik
Individu dan Sosial. Makalah
yang disampaikan dalam Seminar
Nasional “Pendidikan Literasi,
Karakter, dan Kearifan Lokal:
STKIP PGRI Ponorogo.
Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma
Baru
Pendidikan
Nasional:
Rekonstruksi dan Demokratisasi,
Jakarta:
PT Kompas Media
Nusantara.
Baswedan, Anis. 2014. Gawat Darurat
Pendidikan Indonesia. Makalah
disajikan dalam Silaturahmi
Journal of Islamic Education Management
ISSN: 2461-0674
Kementerian dengan Kepala
Dinas, Jakarta, 1 Desember.
39
Beers, dkk. 2009. A Principal’s Guide
to
Literacy
Instruction.
http://www.pediapendidikan.com.
Akses, 04 Desember 2016.
Lynch, C. 1998. Information Literacy
and Information Technology
Literacy: New Component in the
Curriculum for the Digital a
Culture.
Diakses
dari
http://www.cni.org, pada tanggal
15 November 2016.
Center for Media Literacy. 1992.
Media Literacy: A Definition and
More.
Diakses
dari
http://www.medialit.org,
pada
tanggal 15 November 2016.
Minat Baca Indonesia Ada di Urutan
ke-60 Dunia. Senin, 29 Agustus
2016.
Diakses
dari
http://edukasi.kompas.com, pada
tanggal 15 November 2016.
Harste, J. C. 2003. What Do We Mean
by Literacy. Voices from the
Middle, Vol. 10 No. 3, pp.8-12.
Diakses
dari
http://www.readwritethink.org,
pada tanggal 15 November 2016.
National Institute for Literacy. 2006.
Developing
Early
Literacy:
Report of the National Early
Literacy Panel. Diakses dari
https://www.nichd.nih.gov, pada
tanggal 15 November 2016.
http://www.republika.co.id/berita/koran
/opini-koran/15/02/27/nkf7k917minat-membaca
Pattah, S. H. 2014. Literasi Informasi:
Peningkatan
Kompetensi
Informasi
dalam
Proses
Pembelajaran.
Jurnal
Ilmu
Perpustakaan
&
Kearsipan
Khizanah Al-Hikmah, Vol. 2, No.
2, hal. 117-128. Diakses dari
http://journal.uin-alauddin.ac.id,
pada tanggal 15 November 2016.
Kusumah Wijaya. 2014. Pentingnya
Guru
Menulis.
http://wijayalabs.com. Akses, 04
Desember 2016
Lankshear, C. dan Knobel, M. 2006.
Digital Literacy and Digital
Literacies: Policy, Pedagogy and
Research Considerations for
Education. Digital Kompetanse,
vol. 1 hal. 12-24. Diakses dari
http://everydayliteracies.net, pada
tanggal 15 November 2016.
Livingstone, S. 2004. What is media
literacy? Intermedia, Vol. 32,
No.3. Hal. 18-20. Diakses dari
http://eprints.lse.ac.uk,
pada
tanggal 15 November 2016.
Qusthalani. 2016. Pentingnya Literasi
dalam
Pendidikan.
http://www.igiacehutara.org.
Akses, 04 Desember 2016.
Setiawan, Christie, 2015. Bullying
Pernah Merasakannya, (Online),
(http://psikologid.com), diakses
07 Oktober 2016.
Shihab, Quraish. 2013. Wawasan AlQuran: Tafsir Tematik Atas
Pelbagai
Persoalan
Umat,
Bandung: PT. Mizan Pustaka.
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
40
Juni 2017, Vol. 3 No. 1, pp 21-40
Suhendi. 2016. Pendidikan Karakter
Melalui
Literasi.
http://integral.sch.id. Akses, 04
Desember 2016.
UNESCO. 2003. Literacy, A UNESCO
Perspective.
Diakses
dari
http://unesdoc.unesco.org, pada
tanggal 15 November 2016.
Suwandi, Sarjiwi. 2015. Membangun
Budaya
Literasi
untuk
Mengembangkan
Profesionalisme Guru dan Dosen
Bahasa Indonesia.
Makalah
Seminar Nasional dan Launching
ADOBSI.
Wibowo, M.,E. 2002. Repan Guru
dalam Reformasi Sekolah. Suara
Merdeka: Karangan Khas, 12
Agustus
2002.
http://www.suaramerdeka.com.
Diakses, 02 Desember 2016.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
William, K. 2002. Literacy and
Computer Literacy. Michigan:
University
of
Michigan.
Download