1 hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya nefropati

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DARAH DENGAN
TERJADINYA NEFROPATI DIABETIKUM
2 PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
3 DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG
SELATAN TAHUN 2013 - 2015
Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran.
OLEH:
ROHMAN SUNGKONO
NIM: 1113103000001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
4
ii
5
iii
6
7
8
9
iv
10 KATA PENGANTAR
11
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
PROFIL
LIPID
DARAH
DENGAN
TERJADINYA
NEFROPATI
DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN
2013 - 2015” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program
sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH selaku dosen pembimbing 1 yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
dan membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian
ini.
4. dr. Silvia Dewi, Sp.PD selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.
v
5. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan
serta memberi masukan untuk penelitian ini.
6. dr. Muniroh, SpPK selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi masukan
untuk penelitian ini.
7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013.
8. Kedua orangtua penulis, Mayor H. Suprapto dan Hj. Ida Agus Irianti, SE
yang selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi, serta
memberikan dukungan baik moral maupun material, serta kedua abang
penulis Didik Widiantoro, M.Psi.,Psikolog dan dr. Rachmad Susilo yang
selalu mendoakan dan menjadi motivasi terselesaikannya penelitian ini.
9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman-teman seperjuangan riset, Azmi Jabbar Nasution, Charifa Sama,
Ahmad Sisjufri M, Nur Hakimatul Faizah, dan Raudya Iwana Tuzzahra
yang sejak awal hingga selesai selalu membantu dalam melewati berbagai
hal dalam penelitian ini.
11. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
angkatan 2013 yang ikut memberi dukungan dalam penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi
banyak manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 19 Oktober 2016
Rohman Sungkono
vi
12 ABSTRAK
Rohman Sungkono. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Hubungan Profil Lipid Darah dengan terjadinya Nefropati Diabetik Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit tidak
menular dengan angka kejadian yang tinggi dan akan terus bertambah seiring
bertambahnya tahun. Pada penderita DM biasanya disertai dengan komplikasi
yang dapat memperburuk penyakitnya salah satunya nefropati diabetik. Diabetes
Melitus dengan komplikasi nefropati diabetik menjadi salah satu penyebab
terbanyak end stage renal disease di dunia. Abnormalitas profil lipid pada
penderita DM dapat menimbulkan terbentuknya aterosklerosis. Hal ini
mengakibatkan gangguan dari fungsi ginjal dimana terdapatnya albumin pada
urin atau disebut dengan albuminuria. Kondisi ini akan menyebabkan penderita
DM mengalami komplikasi nefropati diabetik. Metode: Penelitian ini adalah
penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data
diperoleh dari rekam medis pasien DM tipe 2 dengan komplikasi nefropati
diabetik yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan dari tahun
2013 – 2015 dengan teknik consecutive sampling. Uji statistik yang digunakan
adalah uji Chi Square dimana didapatkan hubungan yang bermakna jika nilai
p<0,05. Hasil: Dari 56 subyek penelitian didapatkan hasil uji statistik
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol LDL
dengan terjadinya nefropati diabetik (p=0,024), namun tidak didapatkan hubungan
yang bermakna antara kadar kolesterol total, tirgliserida, dan kolesterol HDL
dengan terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan:
Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar LDL dengan terjadinya nefropati
diabetik pada penderita DM tipe 2.
Kata Kunci: Diabetes Melitus tipe 2, profil lipid darah, Nefropati Diabetik.
vii
ABSTRACT
Rohman Sungkono. School Of Medicin, Medicine and Health Sciences Faculty.
The Association between Blood Lipid Profile and Diabetic Nephropathy In
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in General Hospital of South Tangerang
in 2013-2015.
Background: Diabetes Mellitus (DM) is one of the non-communicable diseases
with high incidence rates and keep increasing every year. The patients with DM
usually accompanied by complications that may aggravate the disease, one of the
complications is diabetic nephropathy. Diabetes Mellitus with complications
diabetic nephropathy become one of the most common cause of end stage renal
disease in the world. Abnormality of lipid profile in patients with DM can leads to
the formation of atherosclerosis. This can cause a disruption of kidney function in
which the presence of protein in the urine, or so-called proteinuria. This condition
will cause the patient of DM have diabetic nephropathy complications. Methods:
This study is an observational analytic research with cross sectional approach.
Data were obtained from medical records of patients with type 2 diabetes mellitus
with diabetic nephropathy complications were hospitalized in General Hospital of
South Tangerang from the year 2013-2015 with consecutive sampling technique.
The statistical test used is the test Chi Square where a significant association if
the value of p <0.05. Results: From 56 subjects of research, it can be concluded
that results shows there is significant correlation between LDL cholesterol levels
with the onset of nephropathy diabetic (p = 0.024), however there is
no
significant correlation between total cholesterol, tirgliserida, and HDL
cholesterol with diabetic nephropathy on patients with type 2 diabetes mellitus.
Conclusion: There was a significant correlation between the levels of LDL with
the occurrence of diabetic nephropathy in patients with type 2 diabetes mellitus.
Keywords: Diabetes mellitus type 2, blood lipid profiles, Diabetic Nephropathy.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING .............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................... ix
BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang masalah ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Hipotesis .............................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................... 4
1.5.1 Bagi Peneliti.................................................................................................. 4
1.5.2 Bagi Institusi ................................................................................................. 4
1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................................................... 4
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Diabetes Melitus .................................................................................................. 5
2.1.1 Definisi ......................................................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi................................................................................................. 5
2.1.3 Diagnosis ...................................................................................................... 5
2.1.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 7
2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus ....................................................................... 7
2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................................ 9
2.2 Nefropati Diabetik ............................................................................................. 16
2.2.1 Definisi ....................................................................................................... 16
ix
2.2.2 Epidemiologi............................................................................................... 17
2.2.3 Klasifikasi ................................................................................................... 17
2.2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 19
2.2.5 Skrining dan Diagnosis ............................................................................... 20
2.2.6 Tatalaksana ................................................................................................. 21
2.3 Lipid Darah ....................................................................................................... 21
2.3.1 Jenis Lipid ................................................................................................... 23
2.3.2 Lipoprotein dan Apolipoprotein ................................................................. 26
2.4 Hubungan profil lipid darah dengan terjadinya nefropati diabetik ................... 30
2.5 Kerangka Teori .................................................................................................. 35
2.6 Kerangka Konsep .............................................................................................. 36
2.7 Definisi Operasional .......................................................................................... 37
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 39
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 39
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 39
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 39
3.3.1 Populasi target ............................................................................................ 39
3.3.2 Populasi terjangkau ..................................................................................... 39
3.3.3 Sampel ........................................................................................................ 39
3.3.4 Besar Sampel .............................................................................................. 40
3.3.5 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 40
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................. 40
3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................................ 40
3.4.2 Kriteria Eksklusi ......................................................................................... 40
3.5 Cara kerja Penelitian ......................................................................................... 41
3.6 Alur Penelitian................................................................................................... 41
3.7 Analisis Data ..................................................................................................... 42
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 43
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian.............................................................................. 43
4.2 Analisis Deskriptif............................................................................................. 43
x
4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarakan Kadar Kolesterol total, trigliserida,
kolesterol HDL, dan kolesterol LDL ................................................................... 43
4.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 45
4.3.1 Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Terjadinya Nefropati Diabetik 45
4.3.2 Hubungan Kadar Trigliserida dengan Terjadinya Nefropati Diabetik ....... 45
4.3.3 Hubungan Kadar Kolesterol LDL dengan Terjadinya Nefropati Diabetik 46
4.3.4 Hubungan Kadar Kadar Kolesterol HDL dengan Terjadinya Nefropati
Diabetik ............................................................................................................... 47
4.4 Pembahasan ....................................................................................................... 47
4.4.1 Profil Lipid Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik ............................... 47
4.4.2 Hubungan Kadar Lipid Darah Dengan Terjadinya Nefropati Diabetik...... 48
4.5 Keterbatasan Peneliti ......................................................................................... 50
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 51
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 51
5.2 SARAN ............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 53
LAMPIRAN ............................................................................................................... 57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………..………………………………65
xi
BAB 1
13 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Dewasa ini hidup di era globalisasi dengan pola makan yang tidak sehat dan tidak
teratur dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian non-communicable disease
salah satunya Diabetes Melitus (DM). Menurut American Diabetes Association pada
tahun 2011, DM adalah suatu kelompok dari penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah di atas nilai normal yang disebabkan oleh
terganggunya sekresi insulin, kerja insulin itu sendiri ataupun keduanya.1 Sedangkan
menurut International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa Indonesia
menduduki urutan ketujuh angka prevalensi diabetes dan diperkirakan pada tahun
2030 akan memiliki penderita diabetes melitus sebanyak 21,3 juta jiwa.2 Berdasarkan
data World Health Organization (WHO) tahun 2010, bahwa akan ada 220 juta orang
di dunia yang terkena diabetes di tahun 2004 dan memperkirakan bahwa angka
kematian akibat diabetes akan berlipat ganda antara tahun 2005 dan 2030.3
Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik
yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Proporsi DM di
Indonesia yang diteliti oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013 sebanyak
6,9% dari seluruh penduduk Indonesia. Tingginya proporsi DM yang sebagian besar
tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan
genetis dan paparan terhadap lingkungan. Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun
2013, dari 6,9% penderita DM yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis
sebelumnya dan 69,9% tidak terdiagnosis sebelumnya. Proporsi nasional DM pada
penduduk perkotaan di Indonesia adalah 6,8% sedangkan pada penduduk pendesaan
adalah 7% dengan proporsi tertinggi penderita DM terdapat di Sulawesi Tengah
1
2
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Sulawesi Selatan (3,4%). Sedangkan proporsi
diabetes melitus terendah di Lampung (0,8%) dan Bengkulu (1,0%).5
Pengidap Diabetes Melitus cenderung menderita komplikasi baik akut
maupun kronik. Salah satu komplikasi yang menjadi penyebab utama kematian pada
DM adalah penyakit ginjal. Riskesdas 2013 menyatakan persentase komplikasi
diabetes melitus di RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) tahun 2011
terbanyak adalah neuropati diabetik (54%) diikuti retinopati (33,4%), nefropati
diabetik (26,5%), dan ulkus kaki (8,7%). Penderita diabetes mempunyai
kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang
non-diabetik. Pada tahun 2006, 7 dari 10 kasus baru ESRD (End Stage Renal
Disease) di Amerika Serikat diakibatkan oleh nefropati diabetik dan hipertensi.
Keadaan ini juga mulai terjadi di Indonesia, dimana pada tahun 1983 prevalensi
nefropati diabetik hanya 8,3% dari semua gagal ginjal terminal dan kemudian
meningkat 2 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun yaitu 17%.5,6
Abnormalitas profil lipid sering dijumpai pada penderita diabetes melitus.
Wulandari (2012) melaporkan 155 kasus diabetes melitus dengan nefropati diabetik
yang ditelitinya, hiperkolesterolemia dijumpai pada 51% dan hipo-HDL sebanyak
56,8%. Sedangkan Widiastuti meneliti 70 subyek penelitian yang mengalami diabetes
melitus mendapatkan sebanyak 49 subyek dengan hiperkolesterolemia (70%),
hipertrigliseridemia pada 31 subyek (44,29%), dan kombinasi keduanya pada 28
subyek (40%). Hal ini menunjukkan pada pasien DM sebagian besar memiliki kadar
kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi. kondisi ini berperan dalam
pembentukan
aterosklerosis.
Buruknya
sirkulasi
ke
sebagian
besar
organ
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, serta merangsang reaksi peradangan pada
dinding pembuluh darah sehingga terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh
darah. Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh
darah dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai
darah ke ginjal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan proses filtrasi di glomerulus
3
dan penurunan fungsi ginjal. Gangguan proses filtrasi tersebut dapat memperberat
komplikasi penderita diabetes melitus yaitu nefropati diabetikum.7
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya
nefropati diabetik pada penderita diabetes melitus tipe 2. Dengan adanya penelitian
ini, diharapkan dapat memberi informasi mengenai nefropati diabetik sehingga dapat
melakukan
intervensi
sedini
mungkin
agar
progresitivitas
penyakit
dapat
dikendalikan, serta mengurangi angka mortalitas akibat komplikasi kronis DM
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya
nefropati diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe 2 ?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara profil lipid darah dengan terjadinya nefropati
diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe 2.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara profil lipid darah pada penderita DM tipe 2
dengan terjadinya nefropati diabetik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol total dengan terjadinya
nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
b. Mengetahui hubungan antara kadar trigliserdia dengan terjadinya
nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
4
c. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol LDL dengan terjadinya
nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
d. Mengetahui hubungan antara kadar kolesterol HDL dengan terjadinya
nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan dalam melakukan penelitian
terutama di bidang penyakit metabolik endokrin
2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
1.5.2
Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya.
1.5.3
Bagi Masyarakat
Menjadi salah satu informasi terkait tentang diabetes melitus dan
komplikasinya.
14 BAB 2
15 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1.
Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang disebabkan dari kesalahan pada sekresi insulin, kerja
insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia kronik akan berhubungan dengan kerusakan
organ yang berbeda dalam jangka panjang meliputi disfungsi dan kegagalan organ
tersebut terutama organ mata, ginjal, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah.1
2.1.2
Epidemiologi
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari
jumlah orang dewasanya. Di Amerika Serikat, penderita diabetes melitus meningkat
dari tahun 1995 yakni 30 juta warga hingga di tahun 2005 mencapai angka sekitar 65
juta orang. Sedangkan Indonesia kekerapana diabetes berkisar antara 1,4 dengan
1,6%, kecuali di dua tempat yaitu Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, 2,3% dan
di Manado 6%.4
Di Indonesia prevalensi diabetes melitus berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 terdapat 2,1%. Angka tersebut meningkat dari tahun 2013 sebanyak
1,1%.5
2.1.3
Diagnosis
DM dapat ditegakkan dari pemeriksaan kadar glukosa darah. Selain dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah dapat juga dengan berbagai keluhan yang dapat
ditemukan pada penderita diabetes melitus. Keluhan tersebut dapat menjadi
5
6
kecurigaan bahwa terdapat risiko terkena DM yaitu adanya keluhan klasik DM
sebagai berikut:8
-
Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak tahu penyebabnya.
-
Keluhan lain dapat berupa : gatal, mata kabur, lemah badan, kesemutan, dan
disfungsi ereksi pada pria.7
Berdasarkan dari pemeriksaan kadar glukosa darah dan gejala klinis yang
khas ataupun tidak khas pada pasien bisa dapat menegakkan diagnosis DM. Jika
keluhan khas pada pasien dan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl sudah dapat ditegakkan diagnosis DM. Untuk pasien tanpa keluhan khas DM
dan ditambahkan dengan pemeriksaan glukosa darah yang abnormal tidak dapat
menegakkan diagnosis DM. Untuk itu diperlukan pemeriksaan glukosa darah sekali
lagi dan ditemukan nilai yang abnormal yaitu : glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl,
kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥
200 mg/dl.4
.
Gambar 1. Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa terganggu.4
7
2.1.4
Klasifikasi
Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis DM.4
2.1.5
Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang akan memberikan
dampak yang sangat besar ke berbagai organ lainnya. Dampak yang diberikan
berupa komplikasi yang dapat akut ataupun komplikasi kronik.8
a. Komplikasi akut DM
Gangguan
keseimbangan
gula
darah
jangka
pendek
dapat
menimbulkan beberapa komplikasi yang diantaranya :
-
Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi karena penurunan kadar glukosa
dalam darah yang disebabkan peningkatan dari kadar insulin yang
kurang tepat
8
-
Ketoasidosis diabetik
Gangguan keseimbangan dari tingginya kadar gula dalam
darah dengan rendahnya kadar insulin menyebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan glukossa sebagai sumber energi dengan optimal.
Sebagai gantinya tubuh akan mengkompensasi dengan memecah
lemak sebagai sumber energi alternatif didalam tubuh guna memenuhi
kebutuhan energi dalam tubuh. Proses pemecehan dari lemak tersebut
menghasilkan badan-badan keton dalam darah yang disebut dengan
ketosis. Ketosis yang tinggi menyebabkan derajat keasamaan darah
menurun atau dapat disebut dengan asidosis. Dari kedua hal ini maka
tubuh mengalami ketoasidosis.8
-
Sindrom Hiperglikemik Hiperomolar Nonketokik (HHNK)
Perbedaan HHNK dan ketoasidosis diabetes adalah tidak
terjadinya ketosis dan asidosis pada HHNK. Pada keadaan ini tubuh
dengan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik
sehingga terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk itu tubuh
akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dengan cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke ruang
ekstrasel. Gambaran klinis sindrom HNNK terdiri dari gejala
hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, tanda tanda neurologis yang
bervariasi.8,9
b. Komplikasi kronis
Selain akut, diabetes melitus akan memberikan komplikasi kronik
terhadap pembuluh darah sistemik tubuh.
-
Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular ini ditandai dengan penebalan dari
membran basalis pembuluh darah kapiler. Gangguan dari fungsi
9
kapiler ini dapat menyebar serius ke dua arah tempat yaitu mata dan
ginjal. Kelainan patologis dari ginjal dikenal dengan istilah nefropati
diabetikum yang disebabkan penebalan pembuluh darah ginjal yang
berujung terjadinya kebocoran dari sistem ginjal yang tidak mampu
memfiltrasi protein sehingga adanya protein di dalam air kemih.
Sedangkan pada sistem mata ditandai dengan perubahan yang terjadi
pada pembuluh dara kecil di mata menyebabkan menurunnya fungsi
penglihatan pasien DM.8,9
2.1.6
Penatalaksanaan
Prinsip
penatalaksanaan
diabetes
melitus
sesuai
dengan
Konsesus
Pengelolahan DM di Indonesia tahun 2015 oleh PERKENI secara umum adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM, yang meliputi:4
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolahan : turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara holistik
dan komprehensif, yang meliputi :4
1. Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama :
a. Riwayat penyakit

Gejala yang dialami oleh pasien.

Pengobatan lain yang berpengaruh terhadap glukosa darah.

Faktor risiko : merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung
koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga.

Riwayta penyakit dan pengobatan.
10

Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status
ekonomi.
b. Pemeriksaan fisik

Pengukuran tinggi dan berat badan.

Pengkuruan tekanan darah, nadi, rongga mulut, kelenjar tiroid,
paru dan jantung.

Pemeriksaan kaki secara komprehensif.
c. Evaluasi laboratorium
 HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada pasien
yang mencapai sasaran terapi dan yang memiliki kendali
glikemik stabil. dan 4 kali dalam 1 tahun pada pasien dengan
perubahan terapi atau yang tidak mencapai sasaran terapi.
 Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
d. Penapisan komplikasi
Penapisan ini diperiksa pada pasien DM tipe 2 yang baru saja
terdiagnosis:

Profil lipid dan kreatinin serum.

Urinalisis dan albumin urin kuantitatif.

Elektrokardiogram.

Foto sinar-X dada

Funduskopi dilatasi dan pemeriksaan mata secara komprehensif
oleh dokter spesialis mata atau optometris.

Pemeriksaan kaki secara komprehensif setiap tahun untuk
mengenali faktor risiko prediksi ulkus dan amputasi: inspeksi,
denyut pembuluh darah kaki, tes monofilamen 10 g, dan Ankle
Brachial Index (ABI).
Adapun langka-langkah penatalaksaan khusus pada pasien DM tipe 2 yang
dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan intervensi farmakologis
11
dengan obat antihiperglikemia secara oral ataupun suntikan. Langkah-langkah
tersebut:4
1. Edukasi dan Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan pendidikan kesehatan memiliki peranan penting dalam
pengelolahan DM. Pendidikan kesehatan yang mencakup edukasi pola
hidup sehat dapat dibagi menjadi tiga bagian dalam pencegahan DM.
Pertama pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada
kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi. Kedua, pendidikan
kesehatan pencegahan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM.
sedangkan yang ketiga, pendidikan kesehatan pencegahan tersier diberikan
kepada pasien yang sudah mengidap DM yang penyulit menahun.4
2. Terapi Nutrisi Medis
Pasien DM perlu diberikanan penekanan bahwa pentingnya dalam
mengatur jadwal makan, jenis, jumlah makanan yang dikonsumsi, dan
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan protein 1015%.4
3. Latihan Olahraga
Olahraga sangat diperlukan bagi tubuh seseorang. Oleh karena itu dalam hal
pengendalian DM diperlukan perlakuan khusus terhadap latihan olahraga
yang akan dilakukan. Kegiatan olahraga sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total
150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
berturut-turut. Latihan olahraga yang dianjurkan berupa latihan olahraga
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
12
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien.4
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologi ini diberikan secara bersamaan dengan pengaturan pola
makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan (insulin):4
a. Obat antihiperglikemia aral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan:
1) Pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid.

Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu
cara kerja pankreas dalam mensekresikan insulin.4

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea,tetapi
memiliki
perbedaan
penekanan
pada
peningkatan sekresi insulin fase pertama. Obat ini dapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.4
2) Peningkat
sensitivitas
terhadap
insulin:
metformin
dan
tiazolidindion (TZD).

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa
hati
(glukoneogenesis)
dan
memperbaiki
pengambilan glukosa kembali dari perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DM
tipe 2.4

Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu
reseptor inti termasuk di sel otot, lemak, dan hati. Golongan
ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
13
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan
ambilan glukosa di perifer. Obat yang masuk dalam
golongan ini adalah Pioglitazone.4
3) Penghambat absorpsi glukosa
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa
dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan. Secara khusus golongan ini akan
menjadi penghambat glukosidase alfa.4
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim
DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam
konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk
meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon
bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent).4
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
Obat
golongan
penghambat
SGLT-2
merupakan
obat
antidiabetes oral jenis baru yang menghambat reabsorpsi glukosa di
tubuli distal ginjal dengan cara menghambat transporter glukosa
SGLT-2.
Obat
yang
termasuk
golongan
ini
antara
Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.4
lain:
14
Tabel 2.2 Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia.4
b. Obat antihiperglikemia suntik
1) Insulin
Tabel 2.3 Farmakokinetik insulin eksogen berdasarkan waktu kerja.33
15
2) Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat
bekerja sebagai perangsang pengelepasan insulin yang tidak
menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang
biasanya terjadi pada pengobatan insulin ataupun sulfonilurea.
Agonis GLP-1 bahkan mungkin menurunkan berat badan. Efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah
dan muntah.33
c. Terapi kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik
secara terpisah ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet
tunggal, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme
kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar
glukosa darah yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan
kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari kelompok yang
berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin.33
16
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang
banyak dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral
dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang),
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang
baik dengan dosis insulin yang cukup kecil.33
Gambar 2. Algoritma pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia.4
2.2 Nefropati Diabetik
2.2.1 Definisi
Nefropati diabetik (ND) merupakan sebagai sindrom klinis pada pasien
diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap yaitu > 300 mg/24 jam
17
atau >200 ig/menit. Pemeriksaan minimal dua kali dalam kurun waktu 3 sampai
bulan.8
2.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian pasien nefropati diabetikum pada penderita diabetes melitus
tipe 1 dan 2 adalah sebanding, tetapi pasien tipe 2 lebih banyak dibandingkan dengan
pasien tipe 1 maka insidens terhadap pasien tipe 2 lebih sering dibandingkan pasien
dengan tipe 1. Di Amerika, nefropati diabetikum ini menyumbang angka kematian
yang cukup tinggi diantara komplikasi diabetes melitus. Prevalensi nefropati diabetik
di Indonesia pada tahun 1983 hanya 8,3% dan pada tahun 1993 meningkat menjadi
dua kali lipat sebanyak 17%.6,8
2.2.3 Klasifikasi
Pada perjalanan penyakit nefropati diabetik terhadap sistem ginjal pada pasien
tipe 1 dan 2 oleh Mogensen dibagi menjadi 5 tahapan.8
Tabel 2.4 Tahapan nefropati diabetik oleh Mogensen.8
18
1. Tahap 1
Pada tahap ini Laju Filtrasi Glomerulus dan sekresi urin pasien meningkat.
Kondisi ginjal pada tahap ini adalah hipertrofi dan hiperfungsi.8
2. Tahap 2
Disebut juga dengan tahap Silent Stage atau tahap sepi. Pada tahap ini terjadi
setelah kisaran 5-10 tahun diagnosis DM ditegakkan namun secara klinis
belum tampak tanda tanda kelainan yang berarti pada ginjal tetapi seiring
dengan lamanya penyakit ini akan merubah beberepa struktur dari ginjal
pasien yaitu penebalan membran basalis yang tidak terlalu spesifik.8
3. Tahap 3
Pada tahap inilah tanda awal dari nefropati diabetik sudah tampak. Disebut
incipien diabetic nephropathy, dimana ditemukan mikroalbuminuria. Gejala
klinis yang diberikan yaitu LFG dapat meningkat ataupun normal dan tekanan
darah dapat meningkat. Tahap ini terjadi kisaran waktu 10-15 tahun sejak
diagnosis DM ditegakkan. Secara histologis tampak peningkatan ketebalan
membrana basalis dan mesangium fraksional dalam glomerulus.8
4. Tahap 4
Tahap ini memberikan gejala klinis berupa proteinuria yang nyata dengan
pemeriksaan biasa, LFG menurun sekitar 10 ml/menit/tahun, dan juga timbul
hipertensi pada sebagian pasien. Terjadi setelah 15-20 tahun sejak diagnosis
DM ditegakkan.8
5. Tahap 5
Pada tahap ini pasien sudah mengalami gagal ginjal terminal. Gejala klinis
pada tahap ini tamapk uremia dan LFG yang sangat menurun.8
19
2.2.4 Patofisiologi
Perjalanan dari proses terjadinya nefropati diabetik tidak dapat dijelaskan
secara pasti. Banyaknya faktor yang mempengaruhi dari fungsi dari ginjal seperti
pengaruh genetik, lingkungan, faktor metabolik dan hemodinamik yang berpengaruh
terhapa terjadinya proteinuria.10
Gambar 3. Interaksi komponen metabolik dan hemodinamik menghasilkan
komplikasi mikrovaskular pada diabetes, termasuk nefropati diabtetik.10
Berawal dari hiperglikemia dengan glukosa yang tinggi dapat bereaksi secara
non enzimatik dengan asam amino bebas dalam tubuh yang akan menghasilkan
AGE‟s (advance glycosialtion end-products). AGE‟s yang tinggi akan menimbulkan
kerusakan pada glomerulus ginjal. Terjadi juga akselerasi jalur poliol dan aktivasi
protein kinase C. 11,12
Jalur poliol (polyol pathway) terjadi peningkatan sorbitol dalam jaringan
akibat dari peningkatan reduksi glukosa oleh kativasi enzim aldose reduktase.
Sorbitol yang tinggi akan mengakibatkan kurangnya kadar inositol yang
menyebabkan gangguan dari sistem fungsi ginjal yaitu gangguan osmolaritas
membran basal ginjal. 11,12
20
Hipertensi yang timbul bersama memberatkan dari perjalanan penyakit ND ini
yang akan menambahkan kerusakan dari ginjal dengan mendorong terjadinya
sklerosis pada ginjal pasien diabetes. Penelitian pada hewan diabetes menunjukkan
adanya vasokontriksi arteriol sebagai akibat kelainan renin/angiotensin sistem.11,12
2.2.5 Skrining dan Diagnosis
Skirining untuk nefropatik diabetik pada penderita diabetes tipe 2 sejak 7
tahun diagnosis ditegakkan dengan mikroalbuminuria yang nyata. Sedangkan pada
pasien diabetes tipe 1 direkomendasikan setelah 5 tahun diagnosis diabetes
ditegakkan.13
American Diabetes Assosiation (ADA) guidelines merekomendasikan
langkah pertama dalam skiring dan diagnosis nefropati diabetik adalah untuk
mengukur albumin dalam sampel urin. Pengambilan sampel urin yang baik dilakukan
pada urin pertama pagi hari ataupun secara acak pengambilannya. ADA
menggunakan albuminuria cutoff values sebagai indikator menentukan stages dari
nefropati diabetik yang berguna untuk mendiagnosis pasien tersebut.13
Tabel 2.5 Stadium nefropati diabetik berdasarkan jumlah albumin untuk
diagnosis dan karakteristik bermakna klinis.13
Stadium
Mikroalbuminuria
Albuminuria
cutoff values
20-199 µg/menit
20-299 mg/24 jam
30-299 mg/g*
Karakteristik klinis
Pada malam hari terjadi penurunan tekanan
darah abnormal dan peningkatakan tekanan
darah
Peningkatan trgiliserida, kolesterol total dan
kolesterol LDL, dan asam lemak jenuh.
Peningkatan frekuensi komponen sindrom
metabolik.
Disfungsi endotel
Hubungan dengan retinopati diabetik,
amputasi, dan penyakit kardiovaskular.
Peningkatan kematian akibat kardiovaskular.
GFR stabil
21
Makroalbuminuria**
200 µg/menit
Hipertensi.
300 mg/24 jam
Peningkatan trigliserida, kolesterol total, dan
LDL kolesterol.
Iskemia miokard asimptomatik.
Penurunan GFR progessif
>300 mg mg/g*
*sampel urin. **Pengukuran proteinuria total ( 500 mg/24 jam atau
430 mg/l di sampel
urin) dapat mendefinisikan stadium nefropati diabetik.
2.2.6 Tatalaksana
Prinsip pemberian terapi pada pasien nefropati diabetik adalah mengecek dari
albuminuria, apakah masih normoalbuminuria, atau sudah terjadi mikroalbumnuria
bahkan makroalbuminuria. Tahap-tahap inilah menjadikan landasan pemberian
tatalaksana pada pasien ND dengan pendekatan utama adalah melalui:
1. Pengendalian gula darah ( olahraga, diet, obat anti diabetes)
2. Pengendalian tekanan darah (diet renda garam, obat antihipertensi)
3. Perbaikan fungsi ginjal ( diet rendah protein, pemberian, Angiotensin
Converting Enyme Inhibitor (ACE-I) dan/ atau Angiotensin Receptor
Blocker (ARB)
4. Pengendalian faktor-faktor ke-mordibitas lain (pengendalian kadar lemak,
mengurangi obesitas dll).8
2.3 Lipid Darah
Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen. Namun beberapa jenis
lipid dapat mengandung fosfor dan nitrogen. Lipid tidak terlarut dalam air tetapi lipid
dapat larut dalam pelarut organik. Sifat lipid yang tidak dapat larut dalam air,
sehingga untuk beredar dalam sirkulasi darah tubuh lipid ini memerlukan suatu
system transport guna membawa lipid itu tersebut. Lipid membentuk suatu kompleks
makromolekul bersama dengan protein khusus yang disebut dengan apolipoprotein.
Kompleks tersebut dapat dikatakan dengan lipoprotein. Terdapat lima kelas utama
lipoprotein sebagai pengangkut lipid yaitu kilomikron, very low density lipoprotein
(VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan
22
high density lipoprotein (HDL). Kilomikron, VLDL, dan LDL merupakan lipoprotein
yang kaya akan trigliserida.25
Lipid dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu lemak netral, lemak
majemuk, dan sterol. Lemak netral sebagian besar mengandung tiga asam lemak dan
dapat disebut dengan trigliserida. Lipid majemuk adalah fosfolipid dan glikolipid.
Sedangkan jenis sterol dapat dikatakan dengan kolesterol. 26
Profil lipid saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III)
pada tahun 2011 telah membuat suatu batasan profil seseorang secara umum.15
2.6 Profil lipid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dL).15
23
2.3.1
Jenis Lipid
Terdapat berbagai jenis lipid yang berada dalam tubuh kita, lipid tersbut dapat
beredar bebas dalam tubuh kita ataupun terikat dengan suatu kompleks. Adapun
jenis-jenis lipid tersebut dimetabolisme dan diangkut sebagai berikut :
a. Kolesterol
Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang bersumber dari seluruh produk
binatang, contoh : daging, produk susu dan telur. Kolesterol ini sangat dibutuhkan
oleh tubuh manusia, banyak fungsi tubuh yang menggunakan kolesterol sebagai
bahan bakarnya seperti untuk untuk membentuk membran sel, memproduksi
hormon seks dan membentuk asam empedu. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kesehatan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu
tinggi akam terjadi pengendarapan pada dinding pembuluh darah yang akan
menyebabkan kelainan pada pembuluh darah.16
Kolesterol dalam tubuh kita akan selalu diserap tiap hari dari saluran
pencernaan, yang disebut dengan kolesterol eksogen sedangkan kolesterol
endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma akan dibentuk oleh hati.
Kolesterol akan disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa tahapan reaksi.
Secara garis besar koenzim A akan diubah menjadi isopentenil piroposfat dan
dimetalil piroposfat melalu beberapa tahapana yang dibantuk dengan beberapa
reaksi enzim. Kemudian isopentenil piroposfat dan dimetalil piroposfat akan
diubah menjadi kolesterol. 16,26
Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh kosentrasi kolesterol di
dalam tubuh. Apabila dalam tubuh seseorang terdapat kosentrasi kolesterol dalam
jumlah yang cukup, maka kolsterol akan menghambat sendiri reaksi
pembentukkannya (hambatan umpanbalik). Sebaliknya bila kadar kolesterol di
dalam tubuh kurang atau menurun, maka kecepatan pembentukkan kolesterol
akan meningkat. 16
24
Kolesterol yang bersifat tidak dapat larut dalam air, maka perlu suatu
„pengangkut‟ guna bisa masuk dalam sirkulasi darah disebut lipoprotein.
Lipoprotein dalam sirkulasi tidak hanyak mengangkut kolsterol
tetapi juga
mengangkut triglesirida, fosfolipid, dan protein dalam jumlah yang berbeda-beda
sehinggia setiap lipoprotein dalam tubuh memiliki densitas massa yang bervariasi.
Lipoprotein terbesar dan paling rendah densitasnya adalah kilomikron, kemudian
lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL),
lipoprotein densitas rendah ( low density lipoprotein, LDL), lipoprotein densitas
sedang (intermediate density lipoprotein, IDL), dan lipoprotein densitas tinggi
(high density lipoprotein). 25
VLDL merupakan lipoprotein yang terdidi dari trigliserid endogen yang
dibentuk oleh sel hati dari karbohidrat. VLDL bertugas membawa kolesterol
yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot dan disimpan sebagai cadangan bagi
tubuh. 16
LDL merupakan lipoprotein yang membawa 45% kolesterol dan bertugas
sebagai pengangkut kolesterol dalam plasma ke jaringan perifer untuk keperluan
pertukaran zat. Varian dari LDL bervariasi yang ditentukan oleh rasio kolesterol
dan trigliserid, dimana pada situasi ini trigliserid menurun pada partikel yang
lebih kecil (LDL-pk). LDL-pk bersifat aterogemik karena beberapa hal yaitu
secara umum partikel yang lebih kecil dan padat akan lebih mudah menerobos
endotel pembuluh darah dan melakukan penetrasi ke intima, sehingga LDL-pk
lebih mudah mengalami oksidasi dan glikasi yang memicu proses pembentukan
sel busa di intima. LDL ini akan beredar dipembuluh darah dan mudah menempel
pada pembuluh darah yang mengakiabtkan terbentuknya plak oleh karena itu
LDL sering disebut dengan “ kolesterol jahat”. 16,17
HDL sering disebut dengan “kolesterol baik” karena tugas dari lipoprotein ini
tergolong sangat menolong dalam proses pembentukan dan pembuangan
kolesterol. Dibentuk oleh sel hati dan usus, bertugas sebagai penyedot timbunan
25
yang terdapat pada jaringan tersebut, mengangkutnya ke hati dan membuangnya
ke dalam empedu.16
b. Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan
kalor yang penting untuk proses-proses dalam tubuh kita sebagai energi bahan
bakar. Kadar trigliserida ini adalah kadar lemak yang paling banyak di dalam
darah dibandingkan dengan kadar lemak lainnya. Kadar tersebut dipengaruhi oleh
kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan. Umumnya orang-orang gemuk
mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma. Trigliserida ini banyak
disimpan juga pada lipatan kulit. Makin gemuk seseorang, maka makin banyak
lipatan-lipatan yang terbentuk dari pengumpulan trigliserida. Tidak jarang
ditemukan juga orang yang obesitas dan memiliki lipatan-lipatan kulit
mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini membuktikan
jika simpanan trigliserida banyak terdapata di lipatan kulit tersebut sedangkan
nilai trigliserida dalam darah masih dalam batas normal dan sewaktu-sewaktu
dapat tinggi apabila tubuh ingin menggunakannya sebagai cadangan energi.18
Trigliserida ini dapat diangkut sebagai kilomikron dari usus yang akan
menuju ke hepar, kemudian mengalami metabolisme dalam hepar dan akan
diteruskan menjadi beberapa lipoprotein, dalam jumlah besar sebagai VLDL
diangkut dari hepar menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu tingginya
trigliserida akan cenderungnya dengan peningkatan kadar VLDL dan LDL,
sementara HDL justru rendah.18
c. Fosfolipid
Kompleks lipid ini berasal dari asam fosfotidal. Dalam plasma fosfolipid yang
utama adalah sfingomielin, fosfatidil kolin atau lesitin, fosfatidil etanolamin, dan
fosfatidil serin. Berbagai kosentarasi tersebut terdapat dalam berbagai kompleks
lipoprotein yang terbanyak terdapat dalam HDL sekitar 50% dan pada LDL
sekitar 20-25%. 26
26
d. Asam lemak tak teresterifikasi (NEFA = Non esterified fatty acid )
NEFA merupakan bagian kecil asam lemak plasma yang tak teresterifikasi
oleh gliserol sehingga sering disebut juga dengan asam lemak bebas (FFA = free
fatty acid ) . Dalam tubuh diangkut dalam kompleks albumin. 16
2.3.2
Lipoprotein dan Apolipoprotein
Lipoprotein merupakan suatu makrosomal berbentuk bola, bagian alamnya
terdiri dari trigliserida dan kolesterol ester, yang dikelilingi oleh bagian permukaan
yang bersifat plar yaitu fosfolipid, kolesterol bebas dan apolipoprotein.27
Selain mengangkut lipid, lipoprotein juga mengandung bahan yang penting
untuk energi, bahan baku membrane sel, bahan baku hormone steroid, sehingga perlu
disampaikan pada organ atau jaringan yang membutuhkannya. Karakteristik fisik
lipoprotein dengan lipoprotein yang lainnya berbeda. Perbedaan ini berdasarkan dari
densitas masing-masing lipoprotein sehingga lipoprotein dapat dibedakan menjadi :
a.
Kilomikron
Kilomikron merupakan partikel lipoprotein terbesar berdiameter antara
800 Ȧ sampai 1000 Ȧ mempunyai densitas <0,95 g/ml. Kilomikron
dapat diserap melalui usus kemudian masuk ke dalam saluran limfe.
Pada saat kilomikron sampai dalam sirkulasi darah, kilomikron akan
berinterksi dengan lipoprotein lipase pada permukaan endotel kapiler,
jaringan lemak dan otot. Akibat dari interkasi ini kilomikron akan
dipecah menjadi trigliserida yang akan disimpan pada tubuh dan
sisanya akan menjadi kilomikron remnant yang beredar dalam
sirkulasi darah. Kilomikron mengandung 2 % protein dan 98 % lemak
(84 % trigliserida, 7 % kolesterol, dan 7 % fosfolipid) dan
mengandung sejenis apolipoprotein B (B-48) yang diproduksi oleh sel
mukos intestinum.28
b.
VLDL (very low density lipoprotein)
VLDL merupakan alat angkut yang berasal dari hepar, memiliki
densitas 0,95-1,006 g/ml. VLDL mengandung 8 % protein dan 90 %
27
lemak ( 50 % trigliserida, 20 % kolesterol , 9 % fosfolipid).
Metabolisme VLDL hampir sama dengan kilomikron dengan bantuan
lipoprotein lipase akan memecah VLDL menjadi trigliserida yang
akan disimoan dan sisanya VLDL akan menjadi VLDL remnan akan
berinteraksi dengan HDL menjadi IDL dan LDL. Selanjutnya IDL dan
LDL akan diangkut ke hepar dan akan dikenali dengan reseptor
masing-masing pada permukaan hepar. Partikel di dalam VLDL
terutama adalah berisi Apo B-100 dan sedikit Apo C polipeptida dan
Apo E.28
c.
IDL (intermediate density lipoprotein)
IDL merupakan hasil dari metabolism VLDL dan hanya ditemukan
dalam kosentrasi yang sangat rendah pada individu. Memiliki densitas
1,006 – 1,019 g/ml.28
d.
LDL (low density lipoprotein)
LDL merupakan liporprotein yang dibentuk dari VLDL dan IDL.
Memiliki densitas 1,019 – 1,063 g/ml. LDL mengandung 21 % protein
dan 78 % lemak ( 11 % trigliserida, 45 % kolesterol, 22 % fosfolipid
dan 1 % lemak bebas).28
e.
HDL ( high density lipoprotein)
HDL merupakan lipoprotein yang terberat sedangkan memiliki
ukurannya yang kecil. HDL mengandung 50 % protein, 30 %
fosfolipid dan 20 % kolesterol. HDL terikat dengan Apo A-I,A-III, C
dan Apo E yang memilki densitas 1,063 – 1,21 g/ml. 28
Apolipoprotein merupakan gugus protein yang melekat pada lipoprotein.
Fungsi dari apolipoprotein berperan sebagai “ligand” untuk mengikat reseptor,
mengaktifkan enzim, menghambat enzim atau memindahkan kolesterol. Secara garis
besar
apolipoprotein
ini
membantu
lipoprotein
dalam
menentukan
arah
metabolismnya. Pembagian apolipoprotein dan lipoprotein berdasarkan densitasnya
terdapat pada table 2.7.
28
Tabel 2.7 Pembagian Lipoprotein dan Apolipoprotein. 29
a. Apolipoprotein A-I
Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein struktural yang utama
dan terbesar dari fraksi HDL. Apo A-I disintesis di hati dan usus dan
bertanggung jawab untuk memulai transport balik dari kolesterol dimana
apabila tubuh mengalami kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer
maka akan dibawa kembali ke hati dan diekresi. Hati dan usus
memproduksi nascent HDL. Kolesterol bebas yang berasal dari makrofag
dan jaringan perifer lainnya akan mengalami esterifikasi oleh enzim
lecithin-cholesterol acyltransferase (LCAT), menjadi bentuk matur dari
HDL. HDL kolesterol diambil secara selektif oleh sel hati melalui reseptor
scavenger kelas BI (SR-BI). Cara lain, HLD matur akan ditransfer oleh
cholesteryl ester transfer protein (CETP) dari HDL ke VLDL dan
kilomikron dan kemudian akan diteruskan ke hati. 30
29
Gambar 4. Transpor balik kolesterol. 30
b. Apolipoprotein B (ApoB)
Apolipoprotein B (apoB) merupakan apolipoprotein terbesar dalam
fraksi VLDL dan dapat seluruh apolipoprotein dalam LDL adalah apoB.
Berfungsi sebagai transport lipid dari hati dan usus ke jaringa perifer,
apoB terdiri dari apo B-48 dan apo B-100. Apo B-48 disintesis oleh usus
kecil dan penting untuk penyerapan lipid di dalam usus. ApoB-48 ini ada
dalam kilomikron dan kilomikron remnant. Sedangkan apo B-100
disintesis oleh hati dan ditemukan dalam IDL dan LDL.30
Metabolisme dari apoB ini terdapat dua jalur yaitu transport lipid
eksogen dan endogen. Pada proses eksogen, kolesterol dan fatty acid yang
masuk kedalam tubuh lewat asupan makanan dan diserap melalui usus
akan diubah dahulu menjadi kolesterol dan trigliserida. Kedua zat ini akan
dikemas dalam bentuk kilomikron yang mengandung apoB. Kemudian TG
yang berada dalam kilomikron akan dipecah dengan bantuan lipoprotein
lipase di permukaan endotel kapiler. Pemecahan ini akan menghasilkan
asam lemak bebas dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan
masuk ke dalam jaringa perifer dan disimpan sebagai trigliserida.
Kilomikron remnant akan dimetabolisme di hati yang akan menghasilkan
30
kolesterol bebas. Sebagian besar kolesterol di ubah menjadi asam empedu
dan dikeluarkan ke dalam usus yang akan membantu dalam penyerapan
lemak dalam usus. Sebagian lagi akan dikeluarkan melalui saluran
empedu tanpa metabolisme.30
Jalur endogen berasal dari makanan karbohidrat yang berlebih
sehingga menimbulkan tingginya pembentukan TG di hati. TG akan
dibawa melalui aliran darah dalam bentuk VLDL, yang mengandung apo
B-100 dan apo CI,CII,CIII dan E. Apo CII akan merangsang kerja LPL
sehingga menghidrolisis VLDL menjadi IDL, kemudian menjadi LDL
yang akan kaya kolesterol.30
Gambar 5. Tranport lipid eksogen dan endogen.30
2.4
Hubungan profil lipid darah dengan terjadinya nefropati diabetik
Abnormalitas lipid darah dalam tubuh dapat ditandai dengan
terjadinya dislipidemia. Kelainan dari fraksi lipid tersebut meliputi kenaikan
kadar kolesterol total, kadar trigliserida dan kadar kolesterol LDL serta
penurunan kadar kolesterol HDL. 22
31
Pada kondisi diabetes melitus tipe 1, tubuh mengalami kerusakan sel
beta pankreas. Defisiensi insulin akan menghambat kerja dari lipoprotein
lipase sehingga tidak adanya proses katabolisme VLDL dan kilomikron yang
menimbulkan trigliserida dan kolesterol naik dan LDL berubah struktur
menjadi lebih padat dan kecil. Sedangkan pada kondisi diabetes melitus tipe 2
dicirikan dengan resistensi insulin perifer yang bermanifestasi meningkatnya
kilomikron, VLDL, trigliserida, LDL, dan menurunnya kolesterol HDL.
Makin resistensi insulin, makin meningkatnya sintesis trigliserida dan VLDL.
22,31
Pada keadaan resistensi insulin terjadi peningkatan dari apo C-III yang
menghambat dari aktivitas lipoprotein lipase. Sehingga tidak terjadinya
katabolisme dari TG yang berada dalam kilomikron. Tubuh merespon dengan
katabolisme TG dalam simpanan tubuh menjadi asam lemak bebas. Asam
lemak bebas ini menuju dan ditangkap oleh hati. Di hati akan disintesis
menjadi pembentukan VLDL. Kemudian VLDL ini dapat merangsang
pemecahan TG di dalam VLDL itu sendiri menjadi VLDL remnant. Sebagian
VLDL remnant akan kembali disintesis oleh hati dan sebagiannya lagi akan
dikonversi menjadi LDL. Pada kondisi ini tubuh juga merubha struktur LDL
menjadi small dense LDL. Pada kondisi diabetes melitus terdapat dua
abnormalitas metabolisme trigliserida sehingga terjadinya hipertrgiliseridemia
yaitu over produksi dari VLDL dan tidak efektifnya kerja dari lipoprotein
lipase (Gambar 6A). 22,31
Selain dari hipertrgiliseridemia, tubuh juga mengalami kondisi
hiperkolesterolemia
karena
over
produksi
dari
VLDL
yang
dapat
meningkatkan kadar produksi IDL dan LDL, dan berkurangnya aktivitas
reseptor LDL. Berkurangnya aktivitas reseptor LDL ini dikarenakan efek dari
resistensi insulin. Hal ini menyebabkan penurunan dari klirens LDL dan
VLDL remnant yang menimbulkan meningkatnya kadar LDL dalam tubuh
(Gambar 6B).22.31
32
Gambar 6. Mekanisme lipoprotein kaya trigliserdemia dan hiperkolesterolemia
pada penderita diabetes melitus.31
Terjadinya nefropati diabetik pada penderita diabetes melitus berawal
dari kondisi abnormalitas lipid darah atau dislipidemia yang akan
menimbulkan ateroskelrosis pada pembuluh darah. Aterosklerosis dimulai
dengan disfungsi endotel pembuluh darah yang disebabkan berbagai faktor
yang diantaranya karena kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes
melitus dan salah satu faktor penyebabnya adalah kolesterol LDL (khususnya
small dense LDL). Small dense LDL ini bersifat paling aterogenik dan lebih
mudah menembus dinding endotel pembuluh darah dibantingkan dengan
lipoprotein lainnya. Pada kondisi disfungsi endotel pembuluh darah terjadinya
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.22,29
Hal tersebut mengakibatkan disfungsi endotel dan mengakibatkan
influks dan akumulasi lipoprotein plasma dalam intima salah satunya LDL.
Kolesterol LDL dalam intima mengalami oksidasi yang mengakibatkan
disfungsi endotel dan rangsangan endotel guna mengeluarkan molekul penarik
monosit (monocyte-chemotatic protein I/ MCP-I), intercellular adhesion
molecule-I (ICAM-I), vascular cell adhesion molecule-I ( VCAM-I),
macrophag-colony stimulating factor (M-CSF), colony stimulating factor
33
(CSF), tissue factor dan plasminogen activator inhibitor (TPI-I) yang
mengakibatkan adhesi monosit pada endotel dan migrasi monosit kedalam
endotel. M-CSF juga merangsang deferensisasi monosit menjadi makrofag.
Reseptor scavenger dari makrofag akan menangkap oksidasi dari kolesterol
LDL sehingga terjadinya akumulasi dari oksidasi LDL dalam makrofag yang
berubah menjadi sel busa. Pada kondisi tersebut akan merangsang faktorfaktor pertumbuhan (platelet-derivat growth factor/PDGF), interleukin-I,
tumor necrosis factor λ (TNFλ). IL-I dan TNFλ akan merangsang proliferasi
dari otot polos untuk bermigrasi dan berproliferasi dalam intima.22,29
Sel busa akibat dari akumulasi oksidasi LDL akan membentuk lipid
ekstraseluler dimana timbunan ini berupa kompleks agregat dari kolesterol
ester, kolesterol, trigliserida dan fosfolipid. Sel otot polos, jaringan ikat dan
lipid ekstraseluler akan membentuk plak aterosklerosis. Sehingga proses
selanjutnya akan terjadi ruptur plak aterosklerosis pada area timbunan
makrofag yang tinggi pada tubuh. Hasil rupture tersebut dengan trombus yang
berperan penting dalam progresi plak. 22,29
Terjadinya aterosklerosis dapat menyebabkan buruknya sirkulasi ke
sebagian besar organ yang menyebabkan hipoksia dan cedera pada jaringan.
Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh
darah
dan
penuruanan
kecepatan
aliran
darah
yang
menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke ginjal dimana fungsi ginjal adalah memfiltrasi
darah setiap harinya. Hal ini dapat menganggu dari fungsi ginjal dengan salah
satu manifestasinya gangguan memfiltrasi albumin sehingga terdapat albumin
di dalam urin dan dapat didiagnosis sebagai nefropati diabetik. 22,29
34
2.5
Kerangka Teori
Diabetes
Melitus
Resistensi
insulin
hiperglikemia
Intake makanan
merokok
Konsumsi
alkohol
-
Kolesterol total
Trigliserida
Kolesterol LDL
Kolesterol HDL
Obat yang
dipengaruhi lipid
Abnormalitas
lipid darah atau
dislipidemia
aterosklerosis
Inflamasi
Olahraga
Stres
oksidasi
Nefropati
Diabetik
Bagan 2.1 Kerangka teori
35
2.6
Kerangka Konsep
Diabetes
melitus
Profil lipid
darah
Kolesterol
LDL
Kolesterol
HDL
Kolesterol
total
Nefropati
Diabetik
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Trigliserida
36
2.7
No
1
Variabel
Definisi Operasional
Definisi
Alat ukur
Kolesterol
Kolesterol total
Rekam medik
Berdasarkan hasil
total
adalah jumlah total
dan
pemeriksaan
zat lemak yang
pemeriksaan
laboratorium darah
berada dalam tubuh
laboratorium
dengan nilai ukur :
kita yang diubah
darah
Normal : < 240 mg/dL
Trigliserida Trigliserida adalah
Skala
Ordinal
Tinggi : ≥ 240 mg/dL
menjadi kolesterol.
2
Cara pengukuran
Rekam medik
Berdasarkan hasil
bentuk simpanan
dan
pemeriksaan
zat lemak dalam
pemeriksaan
laboratorium darah
tubuh dan
laboratorium
dengan nilai ukur :
digunakan juga
darah
Normal : < 200 mg/dL
Ordinal
Tinggi : ≥ 200 mg/dL
sebagai cadangan
energi.
3
Kolesterol
Kolesterol LDL
Rekam medik
Berdasarkan hasil
LDL
(low density
dan
pemeriksaan
lipoprotein) adalah
pemeriksaan
laboratorium darah
pengangkut
laboratorium
dengan nilai ukur :
kolesterol dalam
darah
Normal : < 160 mg/dL
Ordinal
Tinggi : ≥ 160 mg/dL
darah yang memilki
kadar kolesterol
yang tinggi di
dalamnya.
4
Kolesterol
Kolesterol HDL
Rekam medik
Berdasarkan hasil
HDL
(high density
dan
pemeriksaan
lipoprotein) adalah
pemeriksaan
laboratorium darah
Ordinal
37
pengangkut
laboratorium
dengan nilai ukur :
kolesterol dalam
darah
Normal : ≥ 40 mg/dL
darah yang memilki
Rendah : < 40 mg/dL
kadar kolesterol
yang rendah di
dalamnya.
5
6
Nefropati
Nefropati diabetik
Rekam medik
Berdasarkan hasil
Diabetik
adalah komplikasi
dan
pemeriksaan
mikrovaskular dari
pemeriksaan
laboratorium berupa
diabetes melitus
laboratorium
pemeriksaan urilanisa
baik tipe 1 maupun
berupa
urin terdapat
tipe 2.
urinalisa urin
proteinuria.
Diabates
Diabetes melitus
Rekam medik
Melitus
adalah penyakit
Data dalam rekam
medik yang diperoleh
dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisis,
hasil laboratorium
yang menunjukan
peningkatan gula
darah sewaktu dengan
nilai ukur:
kadar gds >200 mg/dl
atau kadar gdp >126
mg/dl
gangguan
metabolik yang
terjadi akibat
pankreas tidak
memproduksi
cukup insulin atau
tubuh tidak dapat
menggunakan
insulin yang
diproduksi secara
efektif
Ordinal
Ordinal
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara profil lipid darah dengan
terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus
2016. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi target
Pasien yang didiagnosis penderita nefropati diabetik.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien yang didiagnosis penderita nefropati diabetik di RSU Tangerang
Selatan tahun 2013-2015.
3.3.3 Sampel
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
39
40
3.3.4 Besar Sampel
(
(
) (
)(
)(
)
)
54
keterangan:
n = jumlah sampel
Zα = nilai Z pada derajat kemaknaan
P = perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti
Q = 1-P
d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan
3.3.5 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Penderita yang telah didiagnosis proteinuria pada pemeriksaan urinalisis
urin dan dilakukan pemeriksaan lipid darah dalam kurun waktu yang sama
atau kurang lebih dalam kurung satu minggu.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Data hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan tidak lengkap.
b. Penderita menjalani terapi hemodialisis.
c. Penderita yang telah didiagnosis infeksi saluran kemih
41
3.5 Cara kerja Penelitian
1. Melakukan persiapan penelitian (menentukan pembimbing, menentukan
judul, proposal, dll) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2. Melakukan survey berupa tempat penelitian, alur penelitian di tempat
penelitian.
3. Mengurus perizinan penelitian di tempat yang akan di teliti
4. Mengambil data rekam medis yang sesuai
5. Melakukan pengolahan data
6. Pelaporan hasil dari pengolahan data
3.6 Alur Penelitian
Populasi Terjangkau: Pasien
yang didiagnosis diabetes
melitus tipe 2 di RSU Kota
Tangerang Selatan tahun
2013- 2015.
consecutive sampling dengan
memperhatikan kriteria inklusi dan
ekslusi
Sampel
Profil lipid darah
Kolesterol
total
Trigliserida
proteinuria
Kolesterol
LDL
Kolesterol
HDL
Analisis data
dan uji
statistik.
Bagan 3.1 Alur Penelitian
positif
Negatif
Tidak
diikutsertakan
menjadi sampel
penelitian
42
3.7 Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalis dengan metode statistik uji fisher
menggunakan aplikasi SPSS 22: yaitu membandingkan profil lipid darah dengan
terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Sampel Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel dari RSU Kota Tangerang Selatan. Sampel
diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis penderita nefropati diabetik maupun
yang non nefropati
diabetik
yang memiliki data pemeriksaan kolesterol
total,kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida pada tahun 2013 s.d 2015.
Dalam kurun waktu tersebut didapatkan total 123 dokumen rekam medis dengan
jumlah pasien yang non nefropati diabetik atau tidak didiagnosis nefropati diabetik
adalah sejumlah 10 sampel sedangkan pasien dengan diagnosis nefropati diabetik
adalah sejumlah 113 sampel. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 56 dan sampel yang diekslusi karena data hasil pemeriksaan yang
dibutuhkan tidak lengkap meliputi kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,
dan kolesterol HDL adalah sejumlah 67 sampel.
4.1.1
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi sampel menurut jenis kelamin
Jenis kelamin
Frekuensi
%
Laki-laki
16
28,6
Perempuan
40
71,4
jumlah
56
100
Pada table diatas menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian ini
berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 71,4% sampel adalah perempuan sedangkan
28,6% sampel adalah laki-laki.
43
44
4.2
Analisis Deskriptif
4.2.1
Distribusi Sampel Berdasarakan Kadar Kolesterol total, trigliserida,
kolesterol HDL, dan kolesterol LDL.
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan kadar kolesterol total,
trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada pasien DM tipe 2
dengan nefropati diabetik di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 –
2015
Variabel
Jumlah (n)
Persentase (%)
Normokolesterolemia
45
80,4
Hiperkolesterolemia
11
19,6
Normotrigliseridemia
39
69,6
Hipertrigliseridemia
17
30,4
Normo-LDL
43
76,8
Hiper-LDL
13
23,2
Normo-HDL
22
39,3
Hipo-HDL
34
60,7
Kolesterol total
Trigliserida
Kolesterol LDL
Kolesterol HDL
Pada tabel diatas dapat dilihat pada pasien DM tipe 2 dengan nefropati diabetik
di RSU Kota Tangerang Selatan yang mengalami peningkatan pada kadar kolesterol
total sebanyak 11 pasien (19,6 %), peningkatan kadar trigliserida sebanyak 17 pasien
45
(30,4%), peningkatan kadar kolesterol LDL sebanyak 13 pasien (23,2%), dan yang
mengalami penuruan kadar kolesterol HDL sebanyak 34 pasien (60,7%).
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1
Hubungan Kadar Kolesterol Total Dengan Terjadinya Nefropati
Diabetik
Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dengan terjadinya nefropati diabetik
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Hubungan kadar kolesterol total dengan terjadinya nefropati diabetik
Variabel
Nefropati diabetik
Total
Non Nefropati
Nefropati
Diabetik
Diabetik
P
n
%
n
%
n
%
Normokolesterolemia
6
13,3
39
86,7
45
100
Hiperkolesterelemia
3
27,3
8
72,7
11
100
0,385
Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar
kolesterol total dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini
berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 0,385.
4.3.2
Hubungan Kadar Trigliserida Dengan Terjadinya Nefropati Diabetik
Hubungan antara Kadar Trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
46
Tabel 4.4 Hubungan kadar trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik
Variabel
Nefropati diabetik
Total
Non Nefropati
Nefropati
Diabetik
Diabetik
P
n
%
n
%
n
%
Normotrigliseridemia
6
15,4
33
84,6
45
100
Hipertrigliseridemia
3
17,6
14
82,4
11
100
1,000
Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar
trigliserida dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini
berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 1,000.
4.3.3
Hubungan Kadar Kolesterol LDL dengan Terjadinya Nefropati Diabetik
Hubungan antara Kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut
Tabel 4.5 Hubungan kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik
Variabel
Normo-
Nefropati diabetik
Total
Non Nefropati
Nefropati
Diabetik
Diabetik
P
N
%
n
%
n
%
4
9,3
39
90,7
43
100
LDL
Hiper-LDL
0,024
5
38,5
8
61,5
13
100
47
Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar
kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini
berdasarkan nilai P < 0,05 yaitu p = 0,024.
4.3.4
Hubungan Kadar Kadar Kolesterol HDL dengan Terjadinya Nefropati
Diabetik
Hubungan antara kadar kolesterol LDL dengan terjadinya nefropati diabetik
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hubungan kadar kolesterol HDL dengan terjadinya nefropati diabetik
Variabel
Normo-
Nefropati diabetik
Total
Non Nefropati
Nefropati
Diabetik
Diabetik
P
N
%
n
%
n
%
3
13,6
19
86,4
22
100
HDL
Hipo-HDL
1,000
6
17,6
28
82,4
34
100
Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar
kolesterol HDL dengan terjadinya nefropati diabetik pada pasien NIDDM. Hal ini
berdasarkan nilai P > 0,05 yaitu p = 1,000
4.4
Pembahasan
4.4.1
Profil lipid darah pada penderita Nefropati Diabetik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan pada
kadar kolesterol HDL pasien nefropati diabetik sebanyak 60,7%, sedangkan
80,4% penderita memiliki kadar kolesterol total dalam batas normal dan
69,6% memiliki kadar trigliserida normal dan sebanyak 43 subjek penelitian
ini ditemukan memiliki kadar kolesterol LDL normal (76,8%).
48
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari yang menyatakan
bahwa pada penderita nefropati diabetik ditemukan adanya abnormalitas lipid
yaitu penurunan kadar kolesterol HDL. Raka Widiana juga melaporkan bahwa
pada penderita NIDDM dengan mikroalbuminuria ditemukannya penurunan
kadar kolesterol HDL yang bila dibandingkan pada penderita NIDDM dengan
normoalbuminuria terdapat perbedaan bermakna.7,21
4.4.2
Hubungan kadar lipid darah dengan terjadinya Nefropati Diabetik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL terbukti
memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya penyakit nefropati
diabetik (p = 0,024). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Yamamoto et al
yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan small dense LDL pada
penderita nefropati diabetik. Hal ini selaras dengan teori bahwa pada
penderita DM tipe 2 sering ditemukan adanya peningkatan trigliserida,
penurunan dari kolesterol HDL, peningkatan small dense LDL serta
peningkatan Apo B yang akan menimbulkan aterosklerosis. Kondisi tersebut
akan mempercepat dari pemburukan dari fungsi ginjal yang akan
menimbulkan salah satunya protein dalam urin yang dapat didiagnosis dengan
nefropati diabetik.23
Hasil penelitian ini ternyata tidak mendapatkan hubungan yang
bermakna antara kadar kolesterol total (p = 0,385), kadar trigliserida (p =
1,000), dan kadar kolesterol HDL (p = 1,000) dengan terjadinya penyakit
nefropati diabetik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Soni bahwa salah
satu variabel yang berpengaruh terhadap progresivitas nefropati diabetik
menjadi gagal ginjal terminal adalah kadar kolesterol total
200 mg/dL( p =
0,005).20
Perbedaan dengan penelitian terdahulu mungkin disebabkan karena
metode yang digunakan berbeda. Penelitian terdahulu menggunakan metode
case control, sedangkan penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
49
Pada penderita DM, kosentrasi kadar kolesterol-HDL berfungsi
sebagai pembersih plak yang biasanya sangat rendah kadarnya di dalam darah
berbeda dengan kosentrasi kolesterol LDL yang meningkat di dalam darah.
Abnormalitas dari profil lipid tersebut berpengaruh terhadap terbentuknya
aterosklerosis yang akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Pada kondisi
hiperglikemi akan menyebabkan peningkatan kosentrasi kadar sorbitol pada
dinding arteri yang mengakibatkan proliferasi otot polos subendotelial
sehingga terbentuk plak fibrous. Plak tersebut akan mudah terbentuk menjadi
fibrin karena adanya kerusakan dari faal endotel dan sel darah merah.22,24
Selain
hiperglikemi pada penderita DM juga mengalami kondisi
resistensi insulin dimana akan meningkatkan kadar Apo C-III pada sirkulasi
darah yang akan menghambat kerja dari lipoprotein lipase (LPL) . LPL ini
bertugas sebagai enzim pemecah dari kolesterol darah. Kondisi tersebut
menimbulkan respon pada tubuh berupa peningkatan jalur lipolisis pada
penyimpanan kolesterol dalam tubuh sehingga tingginya kadar asam lemak
bebas yang akan diteruskan ke hati. Di dalam hati asam lemak bebas ini akan
membentuk VLDL sebagai pengangkut kolesterol tersebut di dalam sirkulasi
darah dan juga meningkatan kolesterol VLDL yang bermanifestasi
hipertrigliseridemia.22
Penurunan aktivitas dari LPL akan menimbulkan akumulasi dari
lipoprotein kaya trigliserida. Kolesterol VLDL dapat merangsang enzim
lipase hepatik untuk menghidrolisis lipoprotein kaya trigliserida untuk
menjadi IDL dan LDL. Pada kondisi tersebut juga terjadi perubahan susunan
LDL menjadi LDL kecil padat (small dense LDL). Small dense LDL lebih
berperan pada aterosklerosis oleh karena lebih mudah teroksidasi oleh radikal
bebas dan afinitasnya terhadap proteglikan dari dinding arteri lebih besar.
Kondisi disfungsi endotel pembuluh darah dapat mempermudah pengendapan
kolesterol LDL (terutama small dense LDL ) dalam pembuluh darah dan
mempercepat terbentuknya aterosklerosis. Timbulnya ateroskelrosis sangat
berkaitan dengan kualitas dari endotel pembuluh darah dimana terdapat
50
banyak faktor penentu selain kolesterol seperti asam urat, hipertensi, obesitas,
merokok dan stress. Faktor-faktor tersebut memiliki peran sendiri dalam
mempercepat pembentukan aterosklesoris.15,16,17,22,24
4.5
Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini memiliki keterbatasan dari segi hasil dan jumlah pasien
dalam pengumpulan data. Hal ini disebabkan karena kurangnya data dalam
jumlah satu tahun maka dari itu jarak pengambilan sampel diperpanjang
menjadi 2013 sampai dengan 2015 dan yang digunakan merupakan data
sekunder berupa data rekam medis pasien. Keterbatasan lain dalam penelitian
ini adalah desain penelitian yang masih cross sectional sehingga tidak dapat
menentukan secara pasti apakah terdapat hubungan yang pasti antara kadar
lipid darah terhadap terjadinya nefropati diabetik dan juga adanya intervensi
pengobatan dapat mempengaruhi kadar lipid darah darah penderita. Faktor
yang tidak terkontrol seperti tidak lengkapnya pemeriksaan laboratorium yang
mencakup kadar lipid darah pada penelitian ini dapat menyebabkan sangat
berkurangnya jumlah sampel pada penelitian ini. Selain itu dalam penelitian
ini tidak dapat membedakan penyebab timbulnya nefropati diabetik selain dari
DM tipe 2 seperti hipertensi dan infeksi saluran kemih.
BAB 5
16 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar kolesterol LDL yang normal
ditemukan kejadian nefropati diabetik yang tinggi pada penderita DM tipe
2 (p=0,024).
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total
dengan terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2
(p=0,385).
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL
dengan terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2
(p=1,000).
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar trigliserida dengan
terjadinya penyakit nefropati diabetik pada penderita DM tipe 2
(p=1,000).
5.2
SARAN
5.2.1
Untuk Penelitian Selanjutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kadar lipid darah
dengan terjadinya nefropati diabetik pada rumah sakit yang lebih besar
sehingga didapatkan jumlah sampel yang lebih banyak.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan data primer
sehingga didapatkan data yang lebih lengkap mencakup seluruh pasien
yang datang ke rumah sakit.
51
52
3. Perlu dilakukan penelitian dengan studi desain kohort atau kasus kontrol
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai hubungan kadar lipid
darah terhadap terjadinya nefropati diabetik serta memperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian seperti obat-obatan yang
dikonsumsi.
4. Perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan kultur urin pada penderita
nefropati diabetik.
5. Perlu dilakukan pemeriksan profil lipid darah mencakup kadar kolesterol
total, trigiliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL pada setiap pasien
DM tipe 2.
6. Perlu dilakukan pemeriksaan urinalisa urin pada setiap pasien DM tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Position Statement: Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2011; 34(Suppl
1):S62-S69.
2. Infodatin. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
3. Diabetes: The Problem and The Solution. World Health Organization;
2010.
4. PERKENI. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia . Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015.
5. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2013.
6. Arsono S. Diabetes Melitus sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal
Ginjal Terminal. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005.
7. Wulandari, Anggun Desi. Hubungan Dislipidemia Dengan Kadar
Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik.
Semarang: Universitas Diponerogo; 2012.
8. Sudoyo Aru W, Setyohadi B, Idrus A, Marcellus SK, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Pubslishing; 2009.
9. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th Edition. New York:
McGraw-Hill Companies; 2012.
10. Sumantri, Stevent. Sindrom Metabolik Dan Nefropati Diabetik Pada
Diabetik Melitus Tipe. Jakarta: FK-UI; 2010.
53
54
11. Cooper ME. Pathogenesis, Prevention And Treatment Of Diabetic
Nephropathy. Lancet. 1998; 352:213-219.
12. Ismail N, Becker B, Strzelczyk P, et al. Renal Disease And
Hypertension In Non–Insulin-Dependent Diabetes Mellitus. Kidney
Int. 1999; 55:1-28.
13. Gross, Jorge L, Mirela J. De Azevedo, Sandra P. Silveiro, et al.
Review Article: Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and
Treatment. Diabetes Care. 2005; 28(1).
14. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UI; 2012
15. Adam, J.M.F. Dislipidemia. Dalam: AW Sudoyo, B Setiyohadi, I alwi,
M Simadibrata K, S Setiadi (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III. Edisi 8. Jakarta : Interna Publishing; 2014.
16. Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology edition
12th. USA: Elsevier Saunders; 2014
17. Suhartono T. Dislipidemia pada Diabetes Melitus. Dalam: Darmono,
Suhartono T, Pemayun TG, Padmomartono FS, editors. Naskah
Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.
18. Gilman, A.G. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi,
diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi
X,877, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta; 2007.
19. Boedhi-Darmojo R. Bersama MONICA Melaksanakan Hidup Sehat.
Bunga Rampai Karangan Ilmiah Prof. Dr. R. Boedhi-Darmojo.
Semarang: FK Undip; 1994: 433-50.
20.Martono H PK, Rahayu RA, Joni B, Huda IS, Murti Y. Diabetes
melitus pada lanjut usia. In: Darmono ST, dkk editor. Naskah lengkap
diabetes melitus. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
2007.
55
21. Widiana IGR, Rully Roesli, Ketut Suwitra. Microalbuminuria in
nnon-insulin dependent diabetes mellitus : an Indonesian Experience.
Medical Journal Indonesia. 1998; 3(3).
22. Chen, Szu-chi, Chin-Hsiao Tseng. Dyslipidemia, Kidney Disease, and
Cardiovascular Disease in Diabetic Patients. The Review of Diabetic
Studies .2013; 10(2-3):88-100.
23. Yamato, et al. Significant Increase of Apoliprotein B48 Levels by a
Standard Test Meal in Type 2 Diabetic Patients with Nephropathy.
Journal of Atherosclerosis and Thrombosis. 2008; 15(4):199-205.
24. Avramoglu RK, Qiu W, Adeli K. Mechanisms of Metabolic
Dyslipidemia in Insulin Resistant States : Deregulation of Hepatic and
Intestinal Lipoprotein. Front Biosci. 2003; 464-476.
25. Jones, Ana. Biochemistry of Lipids, Lipoproteins and Membrans :
Lipoprotein structure Ed 4th. Elsevier Science B.V. 2002; 483-504.
26. Marks, Dawn B, Allan D. Marks, Collen M. Smith. Biokimia
Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC; 2000:
515-530.
27. Botham KM, Mayes PA. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid.
Dalam: Wulandari N, Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, Dany L,
Rachman LY,ed. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2006:225249.
28. Wijaya A. Lipid, Lipoprotein and their Metabolism. Dalam : Makalah
Lengkap Kursus Dasar Lipid. Laboratorium Biomedik. Malang: FK
UNIBRAW; 2002
29. Zannis
VI,
Kypreos
KE,
Dimitris
AC.
Lipoproteins
and
Atherogenesis. Dalam: Loscalzo J,ed. Molecular Mechanisms of
Atherosclerosis. USA: Taylor & Francis; 2005: 154-244.
30. Rader DJ, Hobbs HH. Disorders of Lipoprotein Metabolism. Dalam:
Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson
56
JL, ed. Harrison’s Endocrinology. New York, NY: McGraw-Hill;
2010: 323-346.
31. Foster, DW, Wilson JD. Textbook of endocrinology. Ed 8th . USA :
WB Sounders Guarter; 1992: 11-15.
32. Widiastuti, Estiani. Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Metoda Direk
dengan Formula Friedewald ( Pada Penderita Diabetes Melitus).
PPDS-I Bagian Patologi Klinik. Semarang: FK UNDIP; 2003
33. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis: Terapi
Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Jakarta; 2015.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis data
a. Diagram batang kadar kolesterol LDL pada penderita Nefropati Diabetik
b. Diagram batang kadar trigliserida pada penderita Nefropati Diabetik
57
58
(Lanjutan)
c. Diagram batang kadar kolesterol LDL pada penderita Nefropati Diabetik
d. Diagram batang kadar kolesterol HDL pada penderita Nefropati Diabetik
59
Lampiran 2. Data sampel penelitian
No.RM
97358
99018
95250
41218
39893
45009
99057
82299
81631
88717
96921
98196
76616
70109
93129
102438
43497
53981
39605
98015
62683
Nama
SR
MY
SC
ST
RM
RH
IC
ST
MS
NN
KR
NK
SU
IR
MT
SK
AM
RN
TM
WL
RL
jenis
kolesterol
kolesterol
kolesterol
kelamin
total
trigliserida HDL
LDL
perempuan
262
103
71
170
perempuan
158
166
16
109
perempuan
253
224
28
180
perempuan
219
174
19
165
perempuan
283
119
63
196
perempuan
236
155
34
171
perempuan
226
182
46
144
perempuan
186
180
34
116
perempuan
208
176
41
132
perempuan
159
243
11
99
perempuan
188
92
54
116
perempuan
225
155
50
144
perempuan
319
316
67
189
perempuan
119
121
35
57
perempuan
112
154
11
70
perempuan
156
123
15
116
perempuan
157
86
43
97
perempuan
273
163
37
203
perempuan
245
259
61
132
perempuan
216
129
65
125
perempuan
187
242
31
108
proteinuria
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
positif
60
Lampiran 3. Surat izin pengambilan data rekam medis dari /RSU Kota
Tangerang Selatan
61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
: Rohman Sungkono
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir
: Bangkinang, 01 Januari 1996
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Merbau RT 01 RW 02 Kec.Salo Timur, Kab.
Kampar, Bangkinang, Riau.
Nomor Telepon/Hp
: 082390380131
Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1) Tahun 2001-2007
: SDN 09 Langgini
2) Tahun 2007-2010
: SMP Uswatun Hasanah
3) Tahun 2010-2013
: MAN 2 Model Pekanbaru
4) Tahun 2013-Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Download