HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT SISWA SMAN 1 TAMAN Rian Rudhie Prasetya SY S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Dr. Ali Maksum ABSTRAK Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan oleh guru dari pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga, salah satunya pembelajaran gerak lompat jangkit. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang luas sehingga diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam melakukan lompatan, sehingga guru tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan perlakuan guna tercapainya siswa didik yang berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman, serta mengetahui besarnya sumbangan kekuatan otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pendekatan kuantitatif (non-eksperimen). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 1 Taman, besar populasi 310 orang, untuk sampel peneliti menggunakan teknik random sampling. Dalam pengambilan data, peneliti melakukan tes dengan menggunakan alat Leg Dynamometer untuk mengetahui besar kekuatan otot tungkai kemudian tes selanjutnya adalah tes keterampilan lompat jangkit. Berdasarkan hasil penghitungan manual didapatkan bahwa hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman adalah r hitung (0,820) > rtabel (0,355) dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Sedangkan koefisien determinasi 67,24 hal tersebut berarti bahwa sumbangan variabel kekuatan otot tungkai dan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman adalah sebesar 67,24%, sedangkan sisanya 32,76% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari perhitungan analisa data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. Kata kunci : Kekuatan otot tungkai, hasil belajar lompat jangkit. ABSTRACT Physical education is one of the subject study that giving by the teacher from education in the elementary school until senior high school. Pass through the physical education student get socialization physical activity that conclude on skill physical exercise one of them is teaching triple jump. Because like that, need more a wise knowledge, so we can know about all of the factor that give an influence to the result study of student in doing jump, so the teacher don’t have any difficulties in the implementation to reached the great achievement of the student. This research have a purpose to know about the relationship between the strength of leg muscle with the study result of triple jump student of SMAN 1 Taman, and to know bigness contribution of leg muscle with the study result of triple jump student of SMAN 1 Taman. The kind of research that the researcher use is quantitative approach research, Population in observational it’s student class XII SMAN 1 Taman, outgrow population 310 person, for the sample of researcher using random sampling technique. In getting the data, researcher doing the test with using Leg Dynamometer as tools to know the strength of leg muscle after that, is a test for a skilled triple jump. According to the result of manual counting found that the relationship between the strength of leg muscle with the result study of triple jump student of SMAN 1 Taman is r count (0,820) > rtable (0,355) with using standard significant 5%. While the coefficient determination 67,24 this case have a meaning that the contribution of statistical variable of the strength of leg muscle with the result study of triple jump student of SMAN 1 Taman is 67,24% while the residue is 32,76% get influence from another statistical variable. From the counting data analyze get conclude that there is a relationship between the strength significant of leg muscle with the result study of triple jump students of SMAN 1 Taman. So the teacher can more easy in the giving treatment to reached a maximal achievement of the student. Key words :The strength of leg muscle, the result study of triple jump. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Dimana dalam pembelajarannya pendidikan jasmani tidak hanya terfokus pada pembelajaran fisik saja, melainkan mencangkup tiga aspek yang berbeda untuk dipelajari. Ketiga aspek tersebut diantaranya adalah aspek psikomotor, aspek kognitif, dan aspek afektif. Aspek psikomotor berkenaan dengan pengembangan gerak serta keterampilanketerampilan motorik, untuk aspek kognitif mencangkup perolehan pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan aspek afektif meliputi peningkatan nilainilai sosial dan pengembangan emosional. Berkaitan dengan pembelajaran yang mengedepankan aspek motorik, maka diperlukan suatu persyaratan kondisi fisik yang baik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun memeliharanya. Setiap usaha peningkatan kondisi fisik harus mengembangkan komponen-komponen kondisi fisik, kondisi fisik itu sendiri menurut Wishewis (2011) terdiri atas beberapa komponen meliputi: 1) Strength (kekuatan), 2) Power (daya), 3) Speed (kecepatan), 4) Flexibility (kelentukan), 5) Agility (kelincahan), dan 6) Endurance (daya tahan). Atletik merupakan salah satu contoh materi pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan aspek motorik. Atletik sendiri mempunyai kedudukan sebagai “Mother of Sport”, dimana gerakan-gerakannya yang begitu kompleks sehingga hampir semua jenis olahraga mengadopsi gerakan dari atletik. Atletik sendiri memiliki beberapa cabang, diantaranya ada cabang lari, lempar, dan lompat. Salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik yang termasuk dalam kurikulum SMA maupun SMK adalah lompat jangkit. Lompat jangkit sendiri merupakan olahraga yang memerlukan ketepatan koordinasi tubuh yang kompleks, kekuatan, dan keseimbangan. Berbeda dengan lompat jauh, lompat jangkit memiliki tiga jenis tolakan yang diantaranya adalah tolakan pada waktu berjingkat, tolakan pada waktu melangkah, dan tolakan pada waktu melompat. Secara garis besar lompat jangkit adalah suatu gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang dilakukan dengan berjingkat, melangkah, dan melompat dalam usaha untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Melihat banyaknya koordinasi gerakan yang dilakukan dalam lompat jangkit, maka banyak faktor yang mempengaruhi guna menghasilkan gerakan yang benar dan hasil lompatan yang maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam lompat jangkit banyak jenisnya. Sama seperti lompat jauh yang membutuhkan kecepatan dan kelenturan, namun yang paling dibutuhkan adalah kekuatan otot. Karena didalam serangkaian gerakan lompat jangkit sendiri terdapat tiga jenis tolakan yang harus dilakukan secara berurutan. Sehingga kekuatan otot tungkai kemungkinan besar bisa mempengaruhi hasil belajar dalam lompat jangkit. Anak yang memiliki kekuatan otot tungkai yang besar mungkin lebih mudah berhasil dalam kegiatan belajar lompat jangkit, karena anak tersebut akan lebih mudah melakukan tolakan serta lompatan yang jauh dalam lompat jangkit. Hal ini sudah barang tentu berbeda dengan anak yang kurang memiliki kekuatan pada otot tungkainya. Berdasarkan paparan diatas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit. Karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Belajar Lompat Jangkit Siswa SMAN 1 Taman”. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada sarana dan prasarana yang mendukung karena pada SMAN 1 Taman tersebut memiliki lintasan dan bak lompat jangkit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang dijelaskan tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan suatu masalah sebagai beikut: 1. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman? 2. Apabila ada, berapa besar sumbangan kekuatan otot tungkai kepada hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman? b. E. Definisi, Asumsi, dan Keterbatasan 1. Definisi a. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. 2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. b. Mengetahui besarnya sumbangan kekuatan otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. c. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru : a. b. c. Memudahkan seorang guru mengidentifikasi kemampuan dasar siswa melakukan lompat jangkit Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal dalam periode yang singkat, yang diukur dengan leg dynamometer. Lompat jangkit adalah suatu gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang dilakukan dengan berjingkat, melangkah, dan melompat dalam usaha untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Hasil belajar lompat jangkit adalah hasil belajar peserta didik dalam melaksanakan serangkaian gerakan lompat jangkit dan jarak lompatan dihitung dalam satuan meter. Asumsi a. Populasi dalam penelitian ini memiliki kekuatan otot tungkai yang berbeda. b. Sampel melakukan dan mengalami kegiatan belajar pendidikan jasmani yang relatif sama. proses 2. Bagi Siswa a. Mengetahui faktor yang mempengaruhi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. b. Setelah mengetahui solusi yang tepat, prestasi belajar akan dicapai. 3. Bagi Peneliti a. 2. Mengidentifikasi apakah kekuatan otot tungkai siswa merupakan faktor penentu hasil belajar siswa pada lompat jangkit. Sebagai evaluasi untuk pembelajaran berikutnya. Dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya. Mengetahui besarnya hubungan kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa. 3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini hanya memusatkan perhatian pada hasil penilaian psikomotor serta memperoleh gambaran tentang hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit. Selain itu sampel yang digunakan untuk penelitian hanya pada siswa kelas XII SMAN 1 Taman Kab. Sidoarjo. KAJIAN PUSTAKA A. Kekuatan Otot Tungkai. 1. Kekuatan Kekuatan merupakan bagian dari kondisi fisik yang sangat penting keberadaanya bagi peningkatan potensi setiap cabang olahraga. Hal yang melatar belakangi mengapa kekuatan begitu penting artinya bagi setiap pengembangan prestasi belajar siswa dalam berbagai cabang olahraga adalah karena hampir disetiap saat kekuatan diperlukan untuk melakukan aktifitas olahraga. Semakin sering seseorang menempa kekuatan yang ada pada dirinya semakin bertambah pula kekuatan orang tersebut. Yang dimaksud dengan kekuatan adalah suatu kemampuan manusia dalam menggunakan daya atau kekuatan dari tubuhnya yang eksplosif terhadap suatu obyek (mendorong, menekan, mengangkat dan menarik) (Taufik, 2008). Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat menunjang siswa dalam melakukan aktifitas gerak, sehingga dalam pembelajaran, siswa tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cidera, oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga. Apabila kondisi fisik siswa baik maka, menurut Whisewise (2011) : 1. Terjadi peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. 2. Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan komponen kondisi fisik lainnya. 3. Terdapat kualitas gerak yang lebih pada waktu latihan. 4. Terjadi pemulihan yang cepat dalam organorgan tubuh setelah latihan. 5. Terdapat respons yang cepat dari organ tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. 2. Kekuatan Otot Tungkai Faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan guna meningkatkan prestasi olahraga adalah kekuatan, oleh karena itu siswa dalam melakukan kegiatannya harus memiliki kekuatan yang baik. Berlari, berjalan dan melompat merupakan kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan oleh setiap orang. Tanpa memiliki kekuatan otot-otot kaki yang kuat terutama otot tungkai, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi seperti terjatuh dan cidera. Oleh karena itu salah satu prinsip yang paling penting kalau membentuk kekuatan adalah latihan membangun dan meningkatkan kekuatan siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Bagian - bagian otot tungkai menurut Plazter (1983: 246-250) antara lain : a. Kelompok Ekstensor 1) M. Tibialis Anterior: berasal dari suatu daerah luas permukan lateral tibia. 2) M. Extensor Digitorum Longus: berasal dari suatu daerah luas yaitu condylus lateralis tibae, capitulum dan crista anterior fibulae, fasciacruris daan membrana interossea. 3) M. Extensor Hallucis Longus: berasal dari permukaan fibula dan membrana interossea. b. Kelompok Peronea 1) M. Peroneus Longus: berasal dari kapsula articulatio tibiofibulare, capitulum fibulae dan daerah proksimal fibula. 2) M. Peroneus Brefis: berasal dari permukaan lateral fibula. 3) M. Peroneus Quartus: kadang-kadang ada, ia berasal dari fibula dan melekat pada permukaan lateral calcaneus atau cuboideum. c. Otot tungkai posterior, lapisan superfisial 1) M. Soleus: berasal dari capitulum dan sepertiga atas permukaan dorsal fibula. 2) M. Gastrocnemius: berasal dari proksimal terhadap condylus medialis femoris dengan caput medial dan caput lateral, proksimal terhadap condylus lateralis femoris. 3) M. Plantaris: merupakan otot yang kecil dan lembut dengan tendoterminal yang panjang berasal dari daerah caput lateral m. gastrocnemius, proksimal terhadap condylus lateralis femoris dan dari kapsula sendi lutut. d. Otot tungkai posterior, lapisan profunda 1) M. Tibialis Posterior: berasal dari membrana interossea dan permukaan tibia yang berhubungan dan fibula. 2) M. Flexor Hallucis Longus: berasal dari dua pertiga permukaan posterior fibula, membrana interossea dan septum intermusculare crurus posterior. 3) M. Flexor digitorum longus: berasal dari permukaan posterior tibia dan tendonnya berjalan dalam selubung sinovial di bawah flexor retinaculum menuju ke telapak kaki. 4) M. Popliteus: berasal dari epicondylus lateralis femoris. B. Hasil Belajar Lompat Jangkit Sebelum menginjak pengertian tentang hasil belajar, akan lebih baik jika membahas terlebih dahulu tentang beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar, karena kedua hal tersebut bekaitan. 1. Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan kingkungannya (Usman & Setiawati, 1993: 4). Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan, yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik salam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal (Usman & Setiawati, 1993: 5). Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 2), belajar dapat didefinisikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan ingkah laku yang baru secara keeluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu (Djamarah, 2002: 141). Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan tersebut harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh aktor dalam diri individu dan di luar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya (Djamarah, 2002: 141). Sebagai perumpamaan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengeti menjadi mengerti, dan sebagainya. Hasil belajar yang di ambil dalam penelitian ini adalah mengenai aspek psikomotor (keterampilan) mengenai lompat jangkit. 3. Lompat Jangkit Lompat jangkit sering juga dikatakan dengan lompat jingkat atau lompat tiga (triple jump). Namun istilah atau nama yang resmi dipergunakan di Indonesia adalah yang tercantum di dalam buku Peraturan Perlombaan yang dikeluarkan oleh PASI adalah lompat jangkit (Hop – Step – Jump). Lompat jangkit adalah suatu lompatan yang terdiri dari sebuah jingkat (hop), sebuah langkah (step), dan sebuah lompat ( jump ) yang dilakukan secara berurutan dan terpadu. Sedangkan mengenai rangkaian urutan geraknya secara lengkap adalah dimulai dari awalan, kemudian jingkat, melangkah, dan diakhiri dengan melompat seperti pada lompat jauh. Seorang pelompat jangkit harus mempunyai : (1) kaki yang kuat, (2) pergelangan kaki yang kuat, (3) lutut yang kuat, (4) tungkai yang kuat agar dapat memikul badan yang berat. (Adisasmita, 1992: 73) Seperti lompat jauh, lompat jangkit membutuhkan kecepatan dan kelenturan, namun kedua nomor tersebut berbeda dimana lompat jangkit melibatkan tiga lompatan berurutan, yang semuanya saling berkaitan. Untuk mencapai jarak sejauh mungkin, atlet harus mengimbangi usaha pada ketiga lompatan. Bentuk unik lainnya dari lompat jangkit adalah tuntutan yang besar pada kemampuan memantul (yaitu, kemampuan untuk melompat, mendarat, dan melompat lagi). Ini berarti pelompat jangkit tidak hanya haruslah seorang sprinter yang baik tapi juga memiliki kekuatan otot dan kelenturan untuk memantul pada tiga lompatan berurutan. (Gerry, 1997: 161) Berdasarkan uraian diatas, maka teknik untuk lompat jangkit dapat dijadikan atas : a. Awalan atau ancang-ancang ( Approach – run ) b. Tolakan ( Take-off ) 1) Jungkat ( Hop ) 2) Melangkah ( Step ) 3) Melompat ( Jump ) c. Irama lompatan (Rhythm of the jump) d. Sikap atau gerak badan di udara (Action in the air) e. Sikap mendarat ( Landing ). (Syarifuddin, 1992: 129) Berdasarkan uraian diatas, maka teknik untuk lompat jangkit dapat dijadikan atas : f. Awalan atau ancang-ancang (Approach – run ) g. Tolakan ( Take-off ) 1) Jungkat ( Hop ) 2) Melangkah ( Step ) 3) Melompat ( Jump ) h. Irama lompatan (Rhythm of the jump ) i. Sikap atau gerak badan di udara (Action in the air ) j. Sikap mendarat ( Landing ). (Syarifuddin, 1992: 129) Supaya lebih jelas lagi secara terperinci, berikut akan dijelaskan satu-persatu mengenai teknik dalam lompat jangkit. a) Awalan atau ancang-ancang (Approachrun ) Cara melakukan awalan dalam lompat jangkit sama seperti pada lompat jauh, baik mengenai kecepatan maupun jaraknya. b) Tolakan ( Take-off ) Seperti telah dikemukakan diatas bahwa tolakan pada lompat jangkit terbagi atas tiga bagian, yaitu : 1) Tolakan pada waktu berjingkat Pada langkah yang terakhir dari lari awalan, si pelompat melakukan tolakan dengan salah satu kaki pada papan tolakan ke atas ke depan dan mendarat pada kaki yang sama. Artinya jika pelompat melakukan tolakan dengan kaki kanan, maka mendaratnya dengan kaki kanan lagi. Bentuk gerakan inilah yang dinamakan jingkat (hop) atau berjingkat, sedangkan kaki kiri tergantung atau terangkat ke atas ke belakang yang siap untuk dilangkahkan. 2) Tolakan pada waktu melangkah Pada saat kaki tolak mendarat di tanah (misalnya kaki kanan), kaki kiri segera diayunkan dari belakang ke depan keatas (dilangkahkan) bersamaan dengan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. 3) Tolakan pada waktu melompat Pada waktu kaki kiri mendarat, kaki kanan tergantung lemas agak ke belakang dengan lutut agak dibengkokkan yang siap untuk diayunkan lagi ke atas ke depan. Pada saat kaki kiri mendarat, segera kaki kanan diayunkan dari belakang ke atas ke depan hampir bersamaan dengan kaki kiri ditolakan lagi sekuat-kuatnya ke atas untuk membawa titik berat badan ke atas ke depan sejauh-jauhnya. c) Irama Lompatan (Rhythm of the jump) Yang dimaksud dengan irama lompatan disini adalah pada waktu melakukan bentuk gerakan berjingkat, melangkah, dan melompat iramanya harus tetap. Misalnya “Tep-tep-tep” atau “Kanankanan-kiri-melompat”. d) Sikap atau Gerakan Badan di Udara (Action in the air) Sikap atau gerakan badan pada saat melayang di udara sama seperti pada lompat jauh. Yang diantaranya adalah jongkok, menggantung, dan berjalan di udara. Yang terpenting diperhatikan adalah si pelompat harus berusaha untuk dapat membawa titik berat badannya selama mungkin di udara, agar dapat mencapai jarak lompatan yang sejauhjauhnya. e) Sikap Mendarat (Landing) Pada waktu mau mendarat kedua kaki diangkat atau dibawa ke depan lurus, badan dibungkukkan ke depan, dan kedua tangan dari atas dibawa ke depan. Kemudian mendarat pada kedua kaki mengeper dengan membengkokkan kedua lutut, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan. Berdasarkan uraian mengenai teknik untuk lompat jangkit tersebut di atas, maka pelaksanaan secara keseluruhannya dapat disimpulkan sebagai berikut : Melakukan awalan atau ancang-ancang, lari secepat-cepatnya sampai pada balok atau papan tumpuan (tolakan). Tepat pada papan tumuan (tolakan), menolak sekuat-kuatnya dengan salah satu kaki (misalnya kaki kanan), menolak sekuat-kuatnya dengan salah satu kaki (misalnya kaki kanan) mendarat dengan kaki kanan lagi, kaki kiri terangkat atau tergantung lemas dengan lutut agak dibengkokkan (hop). Pada saat kaki kanan mendarat di tanah, bersamaan dengan menolakkan kaki kanan (yang baru mendarat) lagi ke atas ke depan, kaki kiri diayunkan dari belakang ke depan-ke atas-kedepan untuk dilangkahkan (step). Mendarat dengan kaki kiri lagi, kaki kanan tergantung dengan lutut agak dibengkokkan. Kemudian pada saat kaki kiri mendarat di tanah, bersamaan pula dengan menolakkan kaki kiri yang baru mendarat itu sekuatkuatnya ke atas ke depan, kaki kanan diayunkan ari belakang ke depan-ke ataske depan, hingga seluruh tubuh melayangt di udara (jump). Pada waktu seluruh tubuh melayang di udara, usahakan supaya dapat dpertahankan selama mungkin. Pada waktu mendarat, segera kedua kaki di angkat atau di bawa ke atas ke depan lurus. Kemudian mendarat pada kedua kai dengan mengeper. Yaitu dera badan dibungkukkan, ke dua lutut ditekuk, dan ke dua tangan dibawa ke depan. (Syarifuddin, 1992: 131) C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka yang telah dirumuskan maka akan diujikan suatu hipotesis yaitu adanya hubungan antara kekuatan otot tungkai pada siswa dengan hasil belajar dalam melakukan lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel dimana dibutuhkan adanya perhitungan-perhitungan terhadap data yang diperoleh. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimen dimana peneliti sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlakuan atau melakukan manipulasi terhadap variabel yang mungkin berperan dalam munculnya suatu gejala, karena gejala yang diamati telah terjadi. Dengan kata lain, penelitian ini tidak memberikan perlakuan, hanya meneliti sesuatu yang telah ada pada subyek. 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengunakan jenis penelitian korelasional, yaitu “suatu penelitian yang menghubungkan satu atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut” (Maksum. 2008 : 17). Dengan menggunakan analisis statistik Korelasi Product Moment yaitu “digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yang datanya berjenis interval atau rasio” (Maksum. 2007 : 35). 2. Desain Penelitian Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan desain korelasional, model hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut : X Y Keterangan : X : kekuatan otot tungkai Y : hasil belajar lompat jangkit B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 1 Taman yang bejumlah 310 siswa yang terdiri dari 9 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang berjumlah 310 siswa, maka didapati jumlah sampel sebanyak 31 siswa. Hal ini dilakukan atas pertimbangan dari Suharsimi (2006: 134) yang menyebutkan bahwa jika subyek penelitian lebih dari 100 orang maka pengambilan sampel bisa diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Random sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi individu yang menjadi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Maksum, 2007: 32). memegang tongkat pegangan pada alat Leg Dynamometer. C. Variabel Penelitian Adapun variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas: Kekuatan otot tungkai 2. Variabel terikat: Hasil belajar lompat jangkit d. Pelaksanaan: Dengan aba-aba “Ya” maka subyekmenarik tongkat pegangan secara maksimal dengan sendi lutut perlahan-lahan, kemudian hasilnya dapat dilihat pada jarum yang menunjukkan angka pada alat tersebut yang dinyatakan dalam satuan kilogram. Setiap siswa diberi dua kali kesempatan dan diambil salah satu skor yang terbaik. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Tes kekuatan otot tungkai yang menggunakan alat Leg Dynamometer. 2. Tes lompat jangkit dengan teknik dasar yang benar sesuai dalam pembelajaran pendidikan jasmani. E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan tes dan pengukuran untuk setiap variabel yang akan diberikan kepada subyek penelitian. Tes yang dimaksud adalah tes untuk memperoleh data tentang kekuatan otot tungkai dan hasil belajar lompat jangkit, sehingga menghasilkan data yang berupa angka-angka dari tes tersebut. Selanjutnya akan dilakukan proses analisis data berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes tersebut. Adapun tahap-tahap pengumpulan sebagai berikut: 1. Sebelum tes dilaksanakan, subyek penelitian diberikan penjelasan untuk memperlancar pelaksanaan tes dan menjaga agar tidak terjadi kesalahan. 2. Sebelum tes dilaksanakan, subyek melakukan pemanasan secukupnya agar tidak terjadi cidera. 3. Peneliti memberikan penjelasan kepada guru yang membantu tentang cara melakukan atau mencatat hasil tes. 2.) Tes Lompat Jangkit Tujuan: Untuk mengetahui jarak lompatan dan hasil belajar. b. Alat: Bak lompat jangkit, meteran dan alat tulis c. Persiapan: Subyek berdiri pada ujung lintasan awalan. d. Pelaksanaan: Subyek melakukan lompat jangkit yaitu melakukan awalan dengan berlari kemudian melakukan jingkatan pada balok tumpuhan lalu melangkah dilanjutkan dengan melompat, kemudian mendarat. Jarak lompatan dikur dengan satuan meter. Setiap siswa diberi dua kali kesempatan dan diambil salah satu skor yang terbaik. F. Teknik Analisis Data Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pengambilan data, setelah data diperoleh maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus : 1. 1.) Tes Kekuatan Otot Tungkai a. Tujuan : Untuk mengetahui kekuatan otot tungkai. Mean atau rata-rata adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai-nilai dengan jumlah individu (Maksum, 2009: 16) ∑X b. Alat: Leg Dynamometer dan alat tulis c. Persiapan: Subyek berdiri pada tumpuan Leg Dynamometer dengan lutut ditekuk bersudut 0 kurang lebih 45 dan tubuh tegak, serta kedua tangan M= N Dimana, M = mean ∑X 2. = jumlah total nilai dalam distribusi N = jumlah individu Standar Deviasi adalah penyimpangan suatu nilai dari mean (Maksum, 2009: 27) 3. Korelasi Product Moment, digunakan unuk menganalisis hubungan antara dua variabel yang datanya berjenis data interval atau rasio (Maksum, 2009: 37) 4. Koefisien Determinasi a. Rata-rata hasil tes kekuatan otot tungkai. Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah diadakan perhitungan terhadap tingkat kekuatan otot tungkai dari 31 siswa subyek sampel didapat rata-rata hitung sebesar 47,03 dengan skor terendah 10, skor tertinggi 106, dan simpangan baku 23,748. b. Rata-rata hasil belajar lompat jangkit. Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah diadakan perhitungan terhadap hasil belajar lompat jangkit dari 31 siswa subyek sampel didapat rata-rata hitung sebesar 5,86 m dengan skor terendah 4,5 m dan skor tertinggi 8,9 m serta simpangan baku 1,205. K = r2 . 100% keterangan : K= kofisien determinasi r= koefisien korelasi (Maksum. 2009: 39) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kekuatan otot tungkai (X) dan variabel terikat adalah hasil belajar lompat jangkit (Y). Pengelolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan manual sedangkan pengelolaan data dengan program komputer “SPSS” dilakukan sebagai pembanding dari perhitungan yang dilakukan secara manual. Hal ini dimaksutkan agar perhitungan secara manual dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Hasil pengolahan data, baik secara manual maupun dengan komputer disajikan tersendiri pada lampiran dan uraian berikut ini menyajikan hasil pengolahan data. Tabel Hasil Uji Normalitas (SPSS) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kekuatan Otot Tungkai N Mean Normal Std. Parametersa,b Deviation Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 31 47.03 23.748 31 5.865 1.2057 .179 .179 -.063 .998 .272 .225 .225 -.129 1.255 .086 a. A. Deskripsi Data Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 31 siswa, maka data yang diolah adalah data yang berasal dari 31 siswa. Uji normalitas kekuatan otot tungkai Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah diadakan perhitungan terhadap kekuatan otot tungkai bahwa data tersebut normal, karena Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 (0,272 > 0,05). b. Tabel Deskripsi Data dan Variabel Variabel N Min Max Mean Std. Deviasi Kekuatan Otot Tungkai (X) 31 10 106 47.03 23.748 Hasil Lompatan (Y) 31 4.5 8.9 5.86 1.205 Hasil Lompatan Uji normalitas hasil belajar lompat jangkit Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah diadakan perhitungan terhadap hasil belajar lompat jangkit bahwa data tersebut normal, karena Asymp. Sig. (2tailed) > 0,05 (0,086 > 0,05) B. Analisa Korelasi D. Pengujian Hipotesis Tabel Korelasi (SPSS) Kekuatan Hasil Otot Tungkai Lompatan Pearson Correlatio n KekuatanOt otTungkai Sig. (2tailed) 1 N Pearson Correlatio n HasilLompa tan Sig. (2tailed) 31 .820** N .820** .000 31 1 .000 31 Dengan analisa korelasi ini dimaksudkan untuk melihat derajat hubungan asosiasi antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman sebesar 0.820 dan harga ini tergolong signifikan. Dengan N = 31 didapat harga r tabel = 0,355 dan r hitung = 0,820 karena r hitung > r tabel yaitu (0,820 > 0,355) sehingga hubungan X dan Y signifikan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit ada hubungan yang signifikan. C. Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi dapat dihitung besarnya sumbangan atau kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jangkit dengan menggunakan koefisien determinasi (KD) sebagai berikut : KD = r2 X 100% = (0,820)2 X 100% = 0,6724 X 100% = 67,24% Dari penghitungan di atas berarti bahwa sumbangan variabel kekuatan otot tungkai dan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman adalah sebesar 67,24%, sedangkan sisanya 32,76% dipengaruhi oleh variabel lain seperti kecepatan dan kelenturan. 31 Hasil penghitungan korelasi antara variabel dan koefisien determinasi di atas telah memberikan jawaban terhadap rumusan masalah yang diajikan dalam Bab I, yaitu (1) Apakah ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman, (2) Apabila ada, berapa besar sumbangan kekuatan otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman . Dengan demikian diperoleh hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan antara antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman” diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman. Dan sumbangan kekuatan otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jangkit pada siswa SMAN 1 Taman sebesar 67,24%. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa SMAN 1 Taman. 2. Besar sumbangan kekuatan otot terhadap hasil belajar lompat pada siswa SMAN 1 Taman 67,24%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain kecepatan dan kelenturan. tungkai jangkit sebesar 32,76% seperti B. Saran Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka diberikan beberapa saran yang diharapkan dapat memperbesar manfaat hasil penelitian ini. Adapun saran sebagai berikut : Diharapkan untuk guru dalam setiap melakukan pembelajaran pendidikan jasmani materi lompat jangkit agar memberikan perlakuan atau perhatian khusus terhadap kekuatan otot tungkai, untuk membantu siswa agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan memuaskan. DATAR PUSTAKA Adisasmita, Y. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Carr, Garry A. 1991. Atletik Untuk Sekolah. Terjemahan oleh Eri Desmarini. 1997. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Djamarah, S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. IAAF Level I. 1993. Tehnik-Tehnik Atletik dan Tahap-tahap Mengajarkan. Surabaya: IAAF Pendidikan Pelatihan dan Sistim Sertifikasi. Maksum, A. 2007. Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: FIK-UNESA. Maksum, A. 2009. Statistik dalam Olahraga. Surabaya: FIK-UNESA. Nursalim, Mochamad. Dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press. Platzer, Werner. Dkk. 1983. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Syarifuddin, A. 1992. Atletik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Tim. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa University Press. Usman, M. & Setiawati L. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wishewise, Yenk. 2011. Kondisi Fisik dan Peranannya dalam Olahraga Prestasi. (Online), (http://yenkwishewise.blogspot.com/201 1/04/kondisi-fisik-dan-peranannyadalam.html, diakses 28 Mei 2011).