TINJAUAN TENTANG ETIKA, HAK DAN KEWAJIBAN KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN Hariyanti STIE-AUB Surakarta Abstraksi Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan stakeholder sangatlah penting, tidak kalah pentingnya adalah tehadap intern perusahaa n yaitu pemenuhan hak dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut harus sesuai norma etika bisnis perusahaan. Sehinggan tujuan dalam jangka panjang bias tercapai berkat dukungan seluruh pegawai yang ada. Keywrds: etika bisnis, hak dan kewajiban karyawan dan peusahaan PENDAHULUAN S ejak bisnis beroperasi di dunia kemis kinan dan kelaparan, efisiensi ekonomik menempatkan dirinya pada prioritas tertinggi. Fungsi bisnis adalah ekonomik, bukan sosial dan nilai ekonomik merupakan satu-satunya tolok ukur sebagai keberhasilan bisnis. Semua keputusan usaha menghendaki peningkatan laba semaksimal mungkin, sembari menyesuaikan diri dengan hukum dan kebiasaan masyarakat yang berlaku. Demikianlah misi ekonomi tradisional negara negara barat selama ini yang memusatkan diri pada peranan ekonomi dengan mencari laba sebesar-besarnya dan mengabaikan bidang sosial. Sejak tahun 1950 di negara Barat secara umum berpendapat, apa bila kehidupan bisnis berlangsung dalam jangka panjang maka ia harus memberi jawaban pada kebutuhan masyarakat dan memberikan masyarakat itu apa saja yang dibutuhkan. Usahawan menyajikan kepuasan tak ternilai demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat memberi izin usaha dan izin usaha ini dengan sendirinya digunakan atau dicabut setiap waktu seandainya bisnis itu gagal memenuhi harapan masyarakat. Himbauan adalah mencarikan suatu etika bisnis yang mulia dalam mencapai laba yang wajar. Bagaimana secara pribadi dan kolektif memanusiawikan bidang bisnis. Orang bekerja dengan cara memberikan pelayanan dan menerima upah sebagai imbalan. Karyawan menerima upah untuk menutupi kebutuhan. Bisnis menciptakan laba untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Bisnis swasta harus mengatasi semua biaya yang diperlukan . Usahawan diharuskan mempelajari hukum-hukum moral. Perilaku bisnis tidak lagi dianggap lepas dari dunia moralitas. Menda patkan laba disesuaikan dengan ketentuan norma peraturan permainan dan batas -batas dunia moralitas dengan melibatkan diri dalam alam persaingan bebas tanpa tipu muslihat atau kecurangan, memperoleh dukungan masyarakat produsen, konsumen, karyawan pedagang dan pemerintah. Dunia bisnis harus berpegang pada kesadaran sosial yang memi kirkan kemakmurn masyarakat dan bukan hanya kemakmuran pengusaha saja. Di awal dasawarsa ’90-an, makin ramai dibicarakan soal perlunya dilakukan pengaturan terhadap perilaku bisnis. Caranya, entah dengan mengundangkan lebih banyak UU dan peraturan pemerintah di satu pihak, ataupun dengan lebih mensosialisasikan etika bisnis. Pada yang pertama, dimaksudkan untuk mencegah praktek bisnis yang tidak dengan pembatasan-pembatasan dari luar. Sedang pada yang kedua dimaksudkan untuk menumbuhkan perilaku bisnis yang lebi h “ berbudaya “ dari dalam. Kebijaksanaan dere gulasi dalam hal ini, bisa membantu mencip takan iklim bagi pengembangan praktek bisnis yang lebih etis. Sebab, menurut pengalaman, berbagai UU dan peraturan yang dimaksudkan untuk mencegah timbulnya pelanggar an etika, dalam kenyataannya justru menimbulkan peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan karena timbulnya kekuasaan itu sendiri. Sungguhpun demikian, deregulsi ini juga tidak efektif jika tidak ditunjang oleh sistem dan struktur kepegawaian. Untuk ikut menanggulangi kecenderungan praktek bisnis yang tidak etis di atas, agaknya perlu diperkuat pihak ketiga diluar bisnis dan pemerintah yakni LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), LBH (lembaga Bantuan Hukum), YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Wahana lingkungan Hidup Indonesia yang mampu bersikap independen dengan landasan etika profesionalisme yang tingi. Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai disiplin ilmu. Perusahaan dalam hal ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai pengaruh baik dari luar maupun dalam perusahaan. Dari dalam perusahaan, adalah yang berhubugan dengan karyawan. Khususnya bagaimana pelaksa naan etika hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya. Pembahasan Pendekatan stakeholder merupakan sebuah pendekatan dalam etika bisnis, yaitu mengkaitkan berbagai kepentingan bisnis di satu pihak dan tuntutan etika di pihak lain. 1. Epistemologi Etika Bisnis Menurut Kamus Inggris Indonesia oleh Echols and Shadily (1992: 2.19), Moral = moral, akhlak, susila (su = baik, sila = dasar, susila = dasar -dasar kebaikan); Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika penggunaanny a sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian perusahaan yang memiliki etika bisnis pasti mana jernya dan segenap karyawan memiliki moral yang baik. Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Sxia1 Responsibility - Why Giants Fall, menyebutkan: Ethics is a philosophical term derived from the Greek word "ethos," meaning character or custom. This definition is germane to effective leadership in organizations in that it connotes an organization code conveying moral integrity and consistent values in service to the public. (Etika adalah suatu istilah filosofis yang berasal dari Kata Yunani " Etos," yang berarti karak ter atau kebiasaan. Definisi tersebut berhubungan erat dengan kepemimpinan yang efektif di dalam suatu organisasi. Hal itu dapat diartikan juga sebagai suatu kondisi organisasi yang menyampaikan integritas moral dan nilai-nilai konsisten dalam jabatan kepada orang banyak/ masyarakat. Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu: a. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang membedakan apa yang baik dan buruk berkaitan dengan hutang budi dan kewajiban, dapat juga diartikan sebagai satuan prinsip moral atau nilai-nilai. b. Perilaku etis, yaitu suatu yang dite rima sebagai moral baik dan kebe naran, dan lawan dari keburukan atau kesalahan dalam suatu perilaku tertentu. c. Kesusilaan adalah suatu sistem atau doktrin dari moral yang mengacu pada prinsip kebenaran dan kesa lahan dalam suatu perilaku. Steade et al. (1984:584) bahwa menunjuk sesuatu secara tepat yang merupakan perilaku bisnis secara etik bukanlah suatu tugas gampang. Dalam hal ini, beberapa penduduk menyamakan perilaku secara etik (ethical behaviol) dengan perilaku legal (legal behavior) yaitu, jika suatu tindakan adalah legal (syah), mereka harus dapat diterima. Kebanyakan penduduk, termasuk manajer, mengakui bahwa batas -batas legal pada bisnis harus dipatuhi. Namun, mereka melihat batas-batas legal ini sebagai suatu titik pemberangkatan untuk perilaku bisnis dan tindakan manajerial. Secara nyata, perilaku bisnis beretika merefleksikan hukum ditambah tindakan etika masyarakat, moral (kesusilaan), dan nilia-niiai seperti digambarkan pada Gambar 1. Pada gilirannya formulasi SOCIAL ACCEPTABLE OR “ETHICAL” BUSINESS BEHAVIOR LEGAL BEHARVIOR hukum mengikuti suatu tindak -tanduk etika masyarakat dan hasilnya secara perlahan muncul dua, yaitu adanya suatu hubungan "give-and take" antara apa yang "legal" dan apa yang "cara etik". BEHAVIOR GOVERNED BY SOCIETAL; VALUES MORALS ETHICS (WHICH ARE RESUMED ALSO TO BE LEGAL) Gambar 1 Elemen-Elemen Perilaku Bisnis Bereti ka [Sumber: Steade et al. (1984: 584)] Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan "kebaikan (rightness)" atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Disni ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak. dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai "baik (good) atau buruk (bad)". Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Akhirnya, keputusan bahwa manajer membuat tentang perta nyaan yang bekaitan dengan etika adalah keputusan secara individual, yang menim bulkan konsekuensi. Kepuasan ini mere fleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan masyarakat. Secara sederhana etika b isnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dija lankan. Etika bisnis sangat penting mengi - ngat dunia usaha tidak lepas dari elemen elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebu tuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dart lain-lain (Dalimunthe, dalam Komenaung (2005)). Etika dan moral (moralitas) sering digunakan secara bergantian dan diper tukarkan karena memiliki arti yang mirip. Ini mungkin karena kata Greek ethos dari mana "ethics" berasal dan kata latin mores dari mana "morals" diturunkan keduanya artinya kebiasaan (habit) atau custom (adat). Namun moral (morals) berbeda dari etika (ethics), yang mana di dalam moralitas terkandung suatu elemen-elemen normatif yang tidak dapat dielakkan/dihindari (inevitable normative elements). Dengan demikian, moral berhubungan dengan pembicaraan tidak hanya apa yang dikerjakan, tapi juga apa masyarakat seharusnya dikerjakan dan dipercaya. Elemen-elemen normatif ini, atau "keharusan (oughtness)", konflik dengan aspek-aspek perubahan etika bisnis. Nilai-nilai (values) adalah standar kultural dari perilaku yang diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar tujuan. Dengan demikian, pelaku bisnis menggunakan nilai-nilai dalam pembuatan keputusan secara etik apakah mereka menyadarinya atau tidak. Semakin lama, manajer bisnis ditantang meningkatkan sensitivitas mereka terhadap permasalahan etika. Mereka menekankan pada evaluasi secara kritis prioritas nilai-nilai mereka untuk melihat bagaimana ini pantas dengan realitas dan harapan organisasi dan masyarakat. 2. Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh ?. Didalam bisnis tidak jaran g berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya per buatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin mening kat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma -norma yang ada pada masyarakat. Tata hubu ngan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etikaetika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilih at bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang 'bersifat interaktif Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menun tut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selan jutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal ini menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk -produk hasil hutan yang mendapat protes ke ras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga. Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspe ktif, baik lingkup makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perspektif Makro. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif, yaitu: (a) Hak memiliki dari mengelola properti swasta; (b) Kebebasan memilih dalam perda gangan barang dan jasa; dan (c) Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa Ji ka salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan meng hambat pertumbuhan sistem secara makro. Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro : 1) Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berku rangnya kebebasan memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan. 2) Coercive act. Mengurangi kom petisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak berhu bungan dengan pihak lain dalam bisnis. 3) Deceptive information 4) Pecurian dan penggelapan 5) Unfair discrimination. b. Perspektif Bisnis Mikro. Dalam lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhu bungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada lingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubu ngan bisnis dapat terjaga dengan baik. Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan dasar kajian dalam penga mbilan keputusan. Etika bisnis cende rung berfokus pada etika terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam pengambilan ke pu tusan, yaitu: (1) Prinsip konse -kuensi (Principle of Consequentiality) adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan kepu tusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut; (2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist), adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain; (b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran, dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu, luan g. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social; (2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggung jawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain; dan (3} Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang pe nebus kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misahlya kehilangan nyawa manusia. Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk mela kukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus dise pakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu. pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masya rakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menja lankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kala ngan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan. yang tidak merugikan siapapun dalam pere konomian. Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) mengan jurkan untuk memperhatikan bebe rapa hal sebagai berikut: 1) Pengendalian Diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keun tungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggu naannya juga harus memper hatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik". 2) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masya - rakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk:,: menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup ke untungan yang mampu mengen dalikan diri mereka berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tang gungjawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di seki tarnya, terutama dalam hal pendi dikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. 3) Mempertahankan Jati Diri Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha mencip takan etika bisnis. Namun demi kian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan, budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi. 4) Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga 5) 6) 7) 8) dengan perkembangannya peru sahaan besar mampu membe rikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. Menerapkan Konsep "Pembangunan Berkelanjutan" Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan ling kungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencermarkan nama bangsa dan negara. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk mene rima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan"kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan "kolusi" serta memberikan "komisi" kepada piha k yang terkait Menumbuhkan Sikap Saling Per - caya antar Golongan Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkem bang dan berkiprah dalam du nia bisnis. 9) Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsis ten dengan etika tersebut. Mengapa ? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk mela kukan "kecurangan" demi kepen tingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu. 10) Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki ter hadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha mencip takan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. 11) Menuangkan ke dalam Hukum Positif Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhad ap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diha rapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkem bangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jarang itu akan dapat diatasi. Pendekatan stakeholder merupakan sebuah pendekatan dalam etika bisnis, yaitu mengkaitkan berbagai kepentingan bisnis di satu pihak dan tuntutan etika di pihak lain. Dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha semakin menyadari bahwa pengakuan, penghargaan dan jaminan atas hak-hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini karena jaminan atas hak-hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas dan produktivitas dan kinerja setiap pekerja. Suka tidak suka, hal ini berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penghargaan atau sebaliknya pelanggaran atas hak -hak pekerja akan membuat karyawan betah atau tidak betah, berdisiplin atau tidak, punya komitmen atau tidak produktif atau tidak, loyal atau tidak. Dalam pembahasan ini disoroti etika bisnis tentang bagaimana dapat diketahui apa yang baik secara moral ditinjau dari dua persepektif : 1. Kewajiban : kewajiban karyawan terhadap perusahaan dan sebaliknya 2. Hak : hak-hak karyawan terhadap peru sahaan dan sebaliknya KEWAJIBAN KARYAWAN TERHADAP PERU SAHAAN Ada 3 kewajiban karyawan yang penting : a. Kewajiban Ketaatan Karyawan harus taat kepada atasannya di perusahaan khususnya dalam kaitannya - - b. c. dengan pekerjaan diperusahaa n. Tetapi walau begitu : karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak ber moral. Misalnya : penipuan, membunuh musuh dll. Karyawan tidak wajib mematuhi perintah yang tidak wajar yaitu perintah yang tidak diberikan demi kepentingan perusahaan. Contoh : menyuruh bawahan merenovasi rumah atasan Karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang tidak sesuai job discription Kewajiban Konfidensialitas Yaitu kewajiban untuk menyimpan infor masi yang bersifat rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Contoh : dokter, psiko log, pengacara, pendeta, ulama, akuntan Kewajiban kerahasiaan tidak saja berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja. Yang termasuk rahasia perusahaan contohnya teknik memroduksi suatu produk, contoh : coca cola yang tidak berhasil disini, program komputer, kenangan perusahaan, hasil penelitian dll. Kewajiban Loyalitas Kewajiban loyalitas merupakan konse kuensi dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan. Karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan tujuan tujuan tersebut,ia harus menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan peru sahaan. Karyawan tersebut berarti mela kukan kewajiban loyalitas. Faktor pengganggu loyalitas adalah konflik kepentingan pribadi dan perusahaan Contoh : perbuatan yang tidak etis berhubungan dengan kewajiban loyalitas adalah seorang pekerja perusahaan kecap dirumah (sore hari) membuat kecap sendiri dengan formula perusahaan dan dijual dengan harga lebih murah KEWAJIBAN PERUSAHAAN TERHADAP KARYAWAN Ada beberapa kewajiban perusahaan antara lain. a. Perusahaan tidak boleh mempraktekkan diskriminasi Diskiminasi terjadi dimana – mana seperti AS, Indonesia dan lain – lain. Diskriminasi baru terhapus betul bila suatu negara semua warganya mempunyai hak yang sama dan diperlakukan dengan cara yang sama puila. Diskriminasi timbul biasanya disertai dengan alasan yang tidak relevan b. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, bebas dari resiko terjadinya kecelakaan yang mengaki batkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Hampir semua negara modern mem punyai peraturan hukum guna melindungi keselamatan dan kesehatan kaum pekerja. Dalam hal ini peraturan hukum disemua negara belum tentu sama dan belum tentu memuaskan. Terlepas dari aturan hukum para ajikan tidak bebas dari kewajiban tetapi terikat dengan alasan alasan etika. Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan keada kepen tingan ekonomis. Resiko memang tidak selalu bisa dihindari, tetapi harus dibatasi sampai seminimal mungkin, walaupun upaya itu bisa mengakibatkan biaya produksi bertambah. Selain itu si pekerja harus menerima resiko itu dengan b ebas, setelah lebih dahulu ia diberikan ekstra untuk mengimbangi resiko, baik dalam gaji langsung maupun asuransi khusus. c. Kewajiban memberi gaji yang adil Ada banyak motif mengapa seseorang memilih bekerja antara lain: untuk mengembangkan diri memberi sumbangsih yang berguna kepada masyarakat untuk memperoleh imbalan Upaya yang adil adalah sesuai prestasi hal ini ditinjau dari majikan. Tetapi bila ditinjau dari pekerja upah yang adil adalah yang sesuai kebutuhan ekerja dan keluarganya. Besarnya upah / gaji dapat dipengaruhi oleh beberapa hal : prestasi, kebutuhan, mekanisme pasar, tinggi rendahnya pendidikan dan lain – lain. Pemerataan pendapatan merupakan tuntutan etis yang berkaitan dengan prinsip “bagian yang sama” Adil tidaknya gaji menjadi kompleks lagi , jika kita akui bahwa imbalan kerja lebih luas dari pada take home pay saja. Fasilitas khusus seperti rumah, kenda raan, beras dan lain – lain, dipandang juga sebagai sebagiaan dari imbalan kerja, asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pensiun dan sebagainya. Menurut Thomas Garrett dan Richard Klonoski berpendapat supaya upah adil yang perlu dipertimbangkan: 1. Peratuaran hukum, misalnya ada UMR, bila erusahaan memberi upah di bawah UMR berarti tidak etis. 2. Upah yang lazim dalam sektor industri untuk daerah tertentu. 3. Kemampuan perusahaan. 4. Sifat khusus pekerjaan tertentu. 5. Perbandingan dengan upah / gaji lain dari perusahaan. 6. Perundingan upah / gaji yang lain. Senioritas sering juga digunakan untuk membedakan besar kecilnya gaji. Tapi hal ini bertentangan de ngan prinsip “bagian yang sama”, karena hal ini lebih dihubungkan dengan kesetiaan. Tapi untuk jaman sekarang gaji berdasarkan senioritas tidak relevan lagi. Jaman modern sekarang lebih memperhatikan prestasi dan hak. Sekarang yang cocok adalah prinsip “ Pembayaran sama untuk pekerjaan yang sama”. d. Perusahaan tidak boleh menghentikan karyawan dengan semena – mena Dalam lingkungan perusahaan, pemberitahuan karyawan sering tidak bisa dihindarkan. Kejadian itu termasuk masalah yang paling sensitif, karena nas ib hidup karyawan beserta keluarganya dipertaruhkan secara langsung. Disamping itu harga diri si pekerja bisa terluka juga. Cara menangani masalah ini bisa menun jukan mutu etis para majikan. Ada beberapa kriteria pemberhentian karyawan biasa dilakukan: o majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat o majikan harus berpegangan pada prosedur yang semestinya. o Majikan harus membatasi akibat negati bagi karyawan samapai seminimal mungkin. Sedangkan bila ditinjau dari hak – hak pekerja dapat dirinci sebagai berikut : Hak atas pekerjaan. Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Karena kerja melekat pada tubuh manusia, yang tida bias dilepasakan dari tubuh manusia.. Hak atas upah yang adil; Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut seseorang sejak ia mengikat diri unuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu peru sahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah yang adil. Hak untuk berserikat dan berkumpul Hak berserikat dan berkumpul merupakan salah satu syarat penting untuk bisa menjamin hak atas upah yang adil. Karyawan harus dijamin haknya untuk membentuk serikat peerja dengan tujuan bersatu memperjuangkan hak dan kepen tingan semua anggota mereka. . Hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan.. Lingkungan kerja modern yang penuh dengan resiko tinggi mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan, keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja. Karena itu sudah selayaknya pekerja diasuransikan melalui asuransi kecelakaan dan kesehata n. Hak untuk diproses hukum secara sah. . Hak ini berlaku etika seseorang pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelang garan atau kesalahan terentu. Dalam hal ini pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk mempert anggungjawabkan tindaannya. Ia diberi kesempata untuk membuktikan apakah ia melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak. Hak untuk diperlakukan secara sama .. Semua pekerja dalam hal ini pada prinsipnya harus diperlakukan sama , secara fair, artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya, baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan , pelatihan,atau pendidikan lebih lanjut. Tetapi Kenyataannta tetap saja ada perbedaan disana sini, misalnya gaji dan peluang, harus didasarkan pada criteria dan pertim bangan yang rasional, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, misalnya atas dasar kemampuan, penga laman, prestasi, kondite, dan sema camnya. Diskriminasi yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah perlakuan yang tidak adil Hak atas rahasia pribadi. Kendati perusahaan punya hak untuk mengetahui riwayat hidup dan data pribadi setiap karyawan, teapi karyawa n punya hak untuk dirahasiakan data pribadinya. Bahkan perusahaan harus menerima bahwaada hal-hal tertentu yang tida boleh dietahui oleh perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh karyawan. Hak atas kebebasan suara hati. Hak ini menuntut agar setiap pek erja harus dihargai kesadaran moralnya. Ia harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik. Konkritnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik : melakukan korupsi, mengg elapkan uang perusahaan, menurunkan standar atau ramuan produk tertentu demi memper lancar keuntungan menutup -nutupi kecurangan yang dilakukan perusahaan atau atasan. Penghargaan dan jaminan terhadap hak pekerjaan merupakan salah satu pene rapan dari prinsip keadilan dalam bisnis. Dalam hal ini keadilan menuntut agar semua pekerjaan diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. Baik sebagai pekerja maupun sebagai manusia, mereka tidak boleh diru gikan, dan perlu diperlukan secara sama tanpa diskriminasi yang tidak rasional. Karena pelaksanaan dan penegakaan keadilan, sangan menentukan praktek bisnis yang baik dan etis, hal ini berarti bahwa pengakuan, penghargaan dan jaminan atas hak pekerja sangat ikut menentukan baik dan etisnya praktek bisnis. WHISTLE BLOWING Whistle Blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dila pori itu bisa saja atasan yang lebih ti nggi atau masyarakat luas. Yang menjadi persoalan pelik sering masalah ini disamakan dengan membuka rahasia perusahaan, padahal tidak sama. Rahasia perusahaan adalah sesuatu yang konfidentialdan memang harus diraha siakan, dan pada umumnya tidak menyangkut efek yang merugikan apapun bagi piha lain. Whistle Blowing umumnya menyangkut kecu rangan tertentu yang merugikan baik peru sahaan sendiri maupun pihak lain, dan yang kalau dibongkar memang akan mempunyai dampak yang merugikan perusahaan, paling kurang merusak nama baik perusahaan tersebut. Melaporkan kesalahan perusahaan (Whistle blowing) Whistle blowing dibedakan : a. internal : melaporkan kesalahan perusa haan sendiri kepada atasan b. external : melaporkan kesalahan perusa haan sendiri ke luar perusahaan Whistle Blowing Internal: terjadi ketika seorang karyawan atau beberapa karyawan tahu mengenai ecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian melaporkan yang dilakukan orang tersebut kepada pimpinan yang lebih tinggi. Whistle Blowing Eksternal: menyangkut dimana seorang pekerja mengetahui kecu rangan yang dilakukan perusahaan lalu mem bocorkannya pada masyarakat. Apakah whistle blowing boleh dilakukan ? Ada syarat yang harus dipenuhi bahwa whistle blowing dapat dilakukan : a. kesalahan perusahaan harus besar dalam arti dapat merugikan pihak ketiga, terjadi pellanggaran HAM, bila bertentangan dengan dengan tujuan yang besar b. pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar c. pelaporan harus semata – mata dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain. d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu sebelum kesalahan perusahaan dibawa keluar e. Harus ada kemungkinan real bahwa laoran kesalahan akan mencatat sukses. KESIMPULAN Semua manusia tidak akan bisa lepas dari masalah etika, bila disadari secara jujur. Apalagi sebuah perusahaan yang tidah berdiri sendiri, yang mempekerjakan banyak tenaga kerja, bila tidak hati – hati dalam mengelola dapat merugikan semua pihak, tidak hanya perusahaan tapi juga pekerjaan masyarakat. Pada jaman sekarang masalah etika bisnis sangatlah penting untuk diperhatikan karena menyangkut perilaku jujur dan ber moral karena ada kaitanya dengan manusia. Dalam setiap langkah bisnis, apabila pekerja dan pengusaha selalu memperhatikan hak dan kewajiban masing – masing yang tidak menyimpang dari kepentingan bersama dalam arti tidak melanggar etika maka semua akan dapat survive terus. Adapun kewajiban pekerjaan ter hadap perusahaan merupakan hak sedangkan kewajiban perusahaan terhadap karyawan antara lain tidak diskriminasi, upah adil, menjamin kesehatan dan keselematan, tidak memberhentikan karyawan dengan semene – mena dan lain – lain. Kewajiban ini bagi karyawan meru pakan hak karyawan dan hak tersebut bila tidak dipenuhi termasuk perbuatan yang kurang etis. Sekali lagi bahwa dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha menyadari bahwa pengakuan, penghargaa dan jaminan atas hak – hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena jaminan atas hak – hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas dan kinerja setiap pekerja. DAFTAR PUSTAKA Adrianus Meliala ; Praktik Bisnis Curang ; PT Penebar Swadaya, 1993. Endro Sampurno, Muhammad, (2007), Lingkar Studi CSR : Si Seksi CSR : 95% Retorik, 5% Aksi Nyata, Jakarta Firman Syah, Analisis Pernaan Etika Bisnis Terhadap Corporate Sosial Reapon sibility (CSR) Pada PT. Free port Indonesia, Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2010 K. Bertens ; Pengantar Etika Binis ; Aksara Persada Indonesia, 1992. O. P. Simorangkir ; Etika Bisnis; Aksara Persada Indonesia, 1992. Roida, Herlina Yoka, Re levansi Program Corporate Sosial Responsibility Bagi Wacana Publik; Menjadi baik pada saat sudah menjadi buruk. Jurnal The 2nd National Conference UKWMS, Faculty of Economic Widya MAndala Catholic Universitas Surabaya Indonesia Sims, R, Ethics and Corporat e Social Responsibility, Why Giants Fall, CT. Greenwood Press, 2003 Susiloadi, Priyanto, (2008) Implementasi Corporate Sosial Responsibility, Untuk Mendukung Pembangunan Berke lanjutan, Jurnal Jurusan Administrasi Negara FISIP UNS Surakarta, ISSN 1907-0489, Volume 4 No. 2 Oktober 2008, Halaman 123-130 Sonny Keraf ; Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya ; Penerbit Kanisius Yogyakarta, 1998.