BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Miller & Layton dalam Tjiptono, dkk (2008:3) pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional. Sedangkan (Venkatesh & Penaloza, 2006) mengatakan bahwa pemasaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk dan jasanya dan memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para pelanggan. Jadi dari pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu adalah suatu kegiatan atau aktivitas suatu perusahaan untuk menstimulasi, membangun, dan memunculkan permintaan (keputusan pembelian) atas produk dan jasa yang ditawarkan kepada para pelanggan. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Kotler & Keller (2007 : 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu adalah keseluruhan proses dari mulai menciptakan produk, mempromosikan, hingga menjual/menyerahkan nilai kepada konsumen kemudian mengelola hubungan terhadap pelanggan tersebut. 15 2.1.2 Konsep Pemasaran Tjiptono, dkk (2008 : 22) menyatakan, konsep pemasaran berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing. Konsep pemasaran bertumpu pada empat pilar utama: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi, dan profitabilitas. Tujuan akhir konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya. Dalam kasus organisasi bisnis, tujuan utamanya adalah laba; sedangkan untuk organisasi nirlaba dan organisasi publik, tujuannya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih. Konsep pemasaran merupakan pergeseran dari filosofi “buat dan jual” yang berpusat pada produk, bergeser ke filosofi “pahami dan tanggapi”. Konsep pemasaran bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk anda, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan anda. Kotler & Keller (2007 : 19). Konsep pemasaran ini memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli dan bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman dan pengkonsumsian produk tersebut. 16 2.1.3 Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Terdapat 4 macam bauran pemasaran (Marketing Mix) dalam pemasaran produk berupa barang yang disebut dengan 4P, yaitu: 1. Product / Produk Merupakan barang atau jasa yang dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Price / Harga Merupakan elemen yang terpenting dalam bauran pemasaran, karena harga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan laba dalam perusahaan. Definisi harga menurut Buchari (2005:169) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. 3. Place / Distribusi Merupakan saluran distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan produk perusahaan ke pasar (konsumen) agar pasar (konsumen) dapat lebih mudah menemukan produk perusahaan. Perusahaan akan berusaha untuk memperbanyak saluran distribusi produknya untuk dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan penjualannya. 4. Promotion / Promosi Merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan dan menyebarkan informasi mengenai produk ke pasar. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara periklanan, promosi penjualan, hubungan dengan publik, pemasaran langsung, dan wiraniaga (personal selling). 17 Buchari (2005:178) menjelaskan bahwa untuk menarik para konsumen, maka produsen atau para penjual dapat menggunakan kebijakan Harga Promosi dan Diskriminasi Harga. Harga promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: a) Menjual barang dibawah harga pasar (loss leader pricing), dengan tujuan untuk menarik para konsumen baru. b) Menetapkan harga khusus pada peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya pada hari ulang tahun perusahaan, dan pada hari-hari khusus lainnya. c) Memberikan potongan pada pembelian yang dilakukan secara kontan, atau pembelian dalam jumlah banyak. d) Menjual secara kredit, dengan perhitungan bunga rendah, bersaing dengan perusahaan lain yang juga mengadakan penjualan kredit. e) Atau bisa pula menjual kredit, dengan memberikan cicilan jangka panjang, sehingga pembayaran tiap bulan kecil. f) Memberikan berbagai macam bonus pada setiap pembelian. g) Memberikan harga yang berbeda, atau dengan istilah lain memberikan diskriminasi harga disebabkan karena: segmen konsumen, anak-anak, dewasa, orang tua, berbeda karena kemasan, lokasi pembeli, dan lain sebagainya. h) Harga juga berbeda karena citra terhadap suatu produk, semakin tinggi. Namun adakalanya konsumen tidak peka atau tidak peduli dengan perbedaan harga yang dilancarkan oleh produsen, biar mahal tapi dibeli juga. Hal ini terjadi karena berbagai alasan seperti: a) Barangnya unik, langka, bergengsi mempunyai nilai seni tertentu yang diminati oleh orang-orang tertentu pula. 18 b) Produk tersebut tidak ada penggantinya, seperti onderdil mobil merek tertentu, sangat diperlukan dan tidak ada barang substitusi. c) Konsumennya adalah orang-orang yang berpenghasilan tinggi. d) Harga beli barang tersebut. e) Penggunaan produk merupakan pelengkap barang sudah dibeli sebelumnya. f) Persediaan barang makin menipis dipasar, jadi terpaksa harus beli. Peranan harga bagi konsumen adalah sebagai satu-satunya faktor pertimbangan dalam membeli produk. Tjiptono, dkk (2008:471), sedangkan desain produk adalah bagian dari atribut produk yang dapat memperlihatkan model, bentuk, dan konsep dari produk yang juga dijadikan sebagai salah satu faktor pertimbangan konsumen dalam membeli produk. Perusahaan memiliki tiga pilihan strategi dalam strategi desain produk yang berkaitan dengan tingkat standardisasi produk, yaitu: produk standar, customized product (produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu), dan produk standar dengan modifikasi. Tjiptono (1997:116). Tujuan dari setiap strategi tersebut adalah: 1) Produk standar Untuk meningkatkan skala ekonomis perusahaan melalui produksi massa. 2) Customized Product (Produk Standar) Untuk bersaing dengan produsen produksi massa (produk standar) melalui fleksibilitas desain produk. 3) Produk Standar dengan Modifikasi Untuk mengkombinasikan manfaat dari 2 strategi di atas. 19 Hasil yang diharapkan dari strategi-strategi ini adalah peningkatan dalam pertumbuhan, pangsa pasar, dan laba. Strategi produk standar dengan modifikasi juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan hubungan yang erat dengan pasar dan memperoleh pengalaman dalam pengembangan standar produk yang baru. 2.1.4 Pengertian Prilaku Konsumen Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu; konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Sedangkan konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya. Mereka memberikan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, tanpa konsumen individu, produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan tidak mungkin bisa laku terjual. Konsumen individulah yang langsung mempengaruhi kemajuan dan kemunduran perusahaan. Agar perusahaan dapat merancang program pemasaran yang baik maka perusahaan harus mengetahui perilaku konsumen dalam mencari hingga menggunakan produk yang dibutuhkan konsumen. Schiffman & Kanuk dalam Sumarwan (2002:25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan Engel, 20 Blackwell dan Miniard mengartikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut Sumarwan (2002 : 26) perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi. Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen. 2.1.5 Model Prilaku Konsumen Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian. Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan tanggapan (stimulus respond model) yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. 21 Gambar 2.1 Model prilaku konsumen Rangsangan Pemasaran Rangsangan Lain Produk & Jasa Harga Distribusi Komunikator Ekonomi Teknologi Politik Budaya Ciri-ciri Konsumen Budaya Sosial Pribadi Psikologi Proses Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi Penilaian alternatif Keputusan pembelian Prilaku pascapembelian Sumber: Philip Kotler, 2005 Keputusan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode Pembayaran Model perilaku konsumen ini menjelaskan bahwa sebelum adanya proses keputusan pembelian terdapat beberapa rangsangan dan ciri-ciri konsumen. Rangsangan-rangsangan tersebut antara lain, rangsangan pemasaran (produk & jasa, harga, distribusi, komunikator/promosi) dan rangsangan lain (ekonomi, teknologi, politik, dan budaya). Rangsangan pemasaran dan rangsangan lain ini nantinya akan berperan sangat besar mempengaruhi ciri-ciri konsumen, yang berupa budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Kotler (2005:203). 2.1.6 Proses Pengambilan Keputusan Membeli: Model Lima-Tahap Para konsumen melewati lima tahap proses keputusan pembelian, yaitu antara lain; pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan prilaku pascapembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Model dalam Gambar 2.2 menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui seluruh urutan lima tahap ketika membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau membalik beberapa tahap. 22 Gambar 2.2 Proses pengambilan keputusan pembelian. Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pascapembelian Sumber: Kotler & Keller, 2007 Menurut Kotler & Keller (2007 : 235) proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima (5) tahap, yaitu: 1. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Yang menjadi perhatian pemasar adalah sumbersumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok: a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di took c. Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen 23 d. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk melalui pengumpulan informasi konsumen akan mempelajari merekmerek yang bersaing beserta fitur produk tersebut. 3. Evaluasi alternatif Merupakan proses membandingkan / penilaian terhadap merek-merek yang berbeda utnuk menentukan merek mana yang nantinya akan menjadi pilihan konsumen. Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif, yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Menurut Sumarwan (2002:303) kriteria evaluasi adalah atribut atau karakteristik dari produk atau jasa yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai alternatif pilihan. Kriteria evaluasi bisa bermacam-macam tergantung kepada produk atau jasa yang dievaluasi. Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2002:303) menyebutkan tiga atribut penting yang sering digunakan untuk evaluasi, yaitu harga, merek, dan negara asal. Harga adalah atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk. Merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Asal negara adalah asal dari pembuat produk tersebut. Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Bagi seorang 24 konsumen, maka mobil memiliki atribut warna, model, tahun pembuatan, jumlah cc, merek, manual atau otomatis, dan sebagainya. Seorang konsumen mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari produk. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut. 4. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namum, dua faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 2.3). Gambar 2.3 Keputusan Pembelian Sikap orang lain Evaluasi Alternatif Niat Pembelian Keputusan pembelian Faktor situasi yang tidak terantisipasi Sumber: Kotler & Keller, 2007 Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul 25 dan mengubah niat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat lima sub-keputusan pembelian: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk pascapembelian. Jika konsumen tersebut puas, konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan public seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut, pergi ke pengacara, atau mengadu ke kelompok-kelompok lain. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti membeli produk tersebut atau memperingatkan teman-teman. 2.1.7 Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Ujang Sumarwan (2002:292) menyebutkan tiga tipe pengambilan keputusan konsumen; yaitu: a. Pemecahan Masalah yang Diperluas Pemecahan masalah diperluas biasanya dilakukan pada pembelian barangbarang tahan lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah, pakaian mahal, peralatan elektronik. Dalam kondisi seperti ini, konsumen akan 26 melakukan pencarian informasi yang intensif serta melakukan evaluasi terhadap beberapa atau banyak alternatif. Proses tidak berhenti sampai pada tahap pembelian, konsumen juga akan melakukan evaluasi setelah membeli dan menggunakan produk tersebut. Singkatnya, pemecahan masalah yang diperluas adalah tipe pengambilan keputusan yang melalui lima langkah tahapan pengambilan keputusan konsumen. b. Pemecahan Masalah yang Terbatas Pada tipe keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut. Namun konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk bisa membedakan antara berbagai merek tersebut. Pada pemecahan masalah ini konsumen menyederhanakan proses pengambilan keputusan, tidak melalui tahapan seperti PMD (pemecahan masalah diperluas). c. Pemecahan Masalah Rutin Konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yang akan dibelinya, dan telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek. Konsumen seringkali hanya mereview apa yang telah diketahuinya. Konsumen hanya membeutuhkan informasi yang sedikit. Pada kebanyakan pembelian makanan seperti membeli mie instan, konsumen biasanya hanya melewati dua tahapan: pengenalan kebutuhan dan pembelian. Jika konsumen telah kehabisan persediaan, maka timbul kebutuhan mie instan dan selanjutnya melakukan pembelian. 27 2.2 Penelitian Sebelumnya Penelitian Putu Adi Antara (2005) dalam judul “Hubungan Harga, Kualitas, dan Desain Produk dengan Sikap Konsumen dalam Mengambil Keputusan Pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar”. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan harga, kualitas, dan desain produk dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar dan mengetahui atribut produk sepeda motor Kymco yang terdekat hubungannya dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik sample random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel harga, kualitas, dan desain produk terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar. Atribut yang paling erat hubungannya dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar adalah atribut produk desain produk setelah itu atribut produk kualitas dan yang terakhir adalah atribut produk harga. Dari penelitian sebelumnya terdapat perbedaan pada teknik analisis yang digunakan, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis chi-square, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas (harga, dan desain produk), serta variabel terikatnya adalah sikap konsumen mengenai keputusan pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Peter Belohlavek dalam jurnal asing The Unicist Research Institute dalam judul” The Unicist Ontology of Marketing Mix” menyebutkan bahwa sasaran marketing mix adalah menetapkan tindakan yang 28 serempak atau bersama-sama untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, maksudnya adalah marketing mix adalah faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen secara simultan. Jadi produk, harga, promosi dan distribusi dapat secara serempak mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu sikap konsumen mengenai keputusan pembelian. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian, jika dalam penelitian sebelumnya mengatakan bahwa variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara serempak mempengaruhi keputusan pembelian. Variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam penelitian ini adalah variabel harga, dan desain produk saja. Journal of Empirical Generalisations in Marketing Science© 2004 dengan judul penelitian “The Use of Price in the Purchase Decision” menjelaskan di dalam latar belakang terdapat beberapa penelitian yang menemukan bahwa harga (price) tetap merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian (GfK, Shopping Monitor 2000), dan harga menjadi kriteria yang utama bagi konsumen dalam pembelian (Agárdi and Bauer, 2000). Jadi dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel terikat (keputusan pembelian), sedangkan perbedaannya adalah variabel bebasnya, dalam penelitian sebelumnya yang dijadikan variabel bebas adalah harga (price) saja yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, namun dalam penelitian ini yang dijadikan variabel bebasnya adalah 29 harga, dan desain penelitian yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 2.3 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga bahwa harga dan desain produk Yamaha Mio Sporty secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT. Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali. 2. Diduga bahwa harga dan desain produk Yamaha Mio Sporty secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT. Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali. 3. Diduga bahwa harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam membeli sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada PT. Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali. 30