Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMBINAAN EKS-WANITA TUNA SUSILA (WTS) PADA PUSAT PELAYANAN SOSIAL KARYA WANITA (PPSKW) MATTIRO DECENG KOTA MAKASSAR KARTINI. M1, JAELAN USMAN2, IHYANI MALIK3 1) Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makasssar 2) Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar 3) Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar ABSTRACT The aim of this research is to find out the management program and development of the former of prostitutes (WTS) of woman’s social service center (PPSKW) Mattiro Deceng in Makassar city. The research method was qualitative and this research was used case study. The data collection techniques were observation, interview, and documentation. The result of this research showed that the management program and development of the former of prostitutes (WTS) of woman’s social service center (PPSKW) Mattiro Deceng in Makassar city were running well. It could be seen from the planning, organizing, mobilization, supervision, and also job skills that was offered through the skills of cosmetology, culinary, and sewing. Keywords: management, development, former prostitutes (WTS) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui program pengelolaan dan pembinaan mantan Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar. Jenis penelitian adalah kualitatif dan penelitian ini menggunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara, dan pengambilan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengelolaan dan pembinaan mantan Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan serta keterampilan kerja yang ditawarkan melalui keterampilan tata rias, tata boga, dan menjahit. Kata kunci: pengelolaan, pembinaan, Wanita Tuna Susila (WTS) 49 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 fenomena yang terjadi dikalangan PENDAHULUAN Era globalisasi mengisyaratkan Volume 2 Nomor 1 saat akan ini adanya modern dewasa ini. Oleh karena itu, adaptasi atau penyesuaian persaingan yang semakin ketat untuk seseorang dapat mempertahankan kehidupan masyarakat yang baik, dimana seluruh sendi- hiperkompleks itu menjadi tidak sendi mudah. kehidupan masyarakat berkembang pesat, kompleks, dan dalam diri kehidupan modern Kesulitan yang mengadakan semakin maju. Namun di sisi lain, adaptasi menyebabkan kebingungan, kemajuan serta perkembangan kecemasan, dan berbagai konflik masyarakat yang telah yang tersebut tidak semua dicapai terjadi menimbulkan pola membawa tingkah laku menyimpang norma- dampak yang signifikan terhadap norma umum atau berbuat semau kehidupan sendoro, dengan kepentingan sendiri oleh sebagian besar masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Krisis melanda dan merugikan orang lain. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009 multidimensi negara dan yang bangsa tentang kesejahteraan menyatakan bahwa sosial kesejahteraan Indonesia dewasa ini tidak hanya sosial adalah kondisi terpenuhinya disebabkan oleh krisis ekonomi, kebutuhan material, spiritual, dan sosial, dan politik melainkan juga sosial warga negara agar dapat hidup krisis moral. Salah satu contohnya layak dan mampu mengembangkan ialah diri, sehingga dapat melaksanakan Korupsi, Nepotisme (KKN), pengangguran lapangan budaya Kolusi, banyaknya akibat kerja, asing. dan fungsi sosialnya. kurangnya Di antara sekian masalah serta pengaruh yang cukup serius yang dialami Pada akhirnya bangsa Indonesia sebagai pengaruh menimbulkan berbagai persoalan di dari masyarakat, berbagai merajalelanya Wanita Tuna Susila sebagai (WTS) atau sering disebut Pekerja macam munculnya masalah sosial globalisasi ini ialah Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 50 Seks Komersial (PSK). Sehingga oleh individu dalam memperoleh fenomena ini banyak dikhawatirkan pengetahuan atau wawasan untuk oleh masyarakat, sebab itu Wanita mengembangkan Tuna Susila (WTS) tidak hanya keterampilan-keterampilan menjadi masalah keluarga, dilakukan dengan cara sadar dan generasi muda, masyarakat terorganisasi di tempat rehabilitasi. melainkan menjadi masalah nasional. Mereka yang di maksud adalah Sesuatu hal yang wajar manakalah sasaran pelayanan dan pembinaan dalam arti setiap manusia memiliki yang terdiri dari Eks-Wanita Tuna nafsu seksualitas sebagai anugerah Susila dari sang pencipta. Mucikari, Remaja Rawan Tindak Secara bagi dan (WTS), dan yang Wanita ODHA, seksualitas Tuna Susila, Wanita Trafficking, merupakan kebutuhan biologis setiap Wanita Korban Tindak Kekerasan individu, namun anugerah tersebut (KTK). nampaknya kodrati sikap-sikap terkadang dijadikan Secara struktural, lembaga suatu penyimpangan seksualitas dan tersebut dibawahi oleh Dinas Sosial komersialisasi Pemerintah dalam memenuhi Provinsi Sulawesi kebutuhan hidup. Pekerja seks Selatan dan berdiri sejak 1979/1980 komersial (PSK), Wanita Tuna yang pada waktu itu masih dibawahi dan oleh Departemen Sosial di pusat, Susila (WTS), pelacuran perzinaan dilarang keras baik agama namun maupun masyarakat. beberapa kali mengalami perubahan Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) lembaga yang merupakan melaksanakan sejak berdirinya telah nama sampai sekarang ini berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila Sosial (WTS), Mattiro Deceng Kota Makassar. yang berfungsi penanganan Penyandang sebagai Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pembinaan yang dilakukan merupakan proses yang digunakan Karya Wanita Masyarakat (PPSKW) yang banyak menggunakan berbagai istilah dalam menyebut Wanita Tuna Susila (WTS) ini seperti pelacur, Pekerja 51 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 Seks Komersial (PSK), lonte, kupu- dilakukan untuk mewujudkan tujuan kupu malam, bunga malam, sundel, organisasi wanita kegiatan jalanan, salome, wanita melalui rangkaian perencanaan, penghibur, hostes, keng-keng, serta pengorganisasian, pengarahan, dan cewek bersama atau kata lain milik pengendalian bersama. sumber daya organisasi lainnya. Keberadaan masalah Wanita Tuna Susila (WTS) ini telah orang-orang, (Hersey Makmur, ada sejak jaman dahulu kala hingga 2009: sekarang, namun belum ada yang manajemen adalah sebagai usaha mengetahui secara pasti kapan yang dilakukan dengan dan bersama munculnya Wanita Tuna Susila individu (WTS). 6) dalam serta menyatakan atau bahwa kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Konon masalah Wanita Tuna Manajemen sebagai seni Susila (WTS) lahir bersama dengan dalam menyelesaikan adanya norma hukum perkawinan. melalui orang Adapun kegiatan Wanita Tuna Susila merupakan sebuah proses yang khas, (WTS) yaitu penyerahan diri pada yang terdiri dari tindakan-tindakan: banyak laki-laki untuk pemuasan perencanaan seksual dan mendapatkan imbalan pengorganisasian jasa atau uang, bagi pelayanan penggerakan Wanita Tuna Susila (WTS) dalam pengawasan kehidupan sekarang ini merupakan dilakukan untuk menentukan serta fenomena yang tidak asing lagi bagi mencapai sasaran-sasaran yang telah kehidupan ditetapkan akan tetapi masyarakat Indonesia keberadaan tersebut lain. pekerjaan Manajemen (planning), (organizing), (actuating), (controlling), melalui pemanfaatan sumber-sumber daya manusia serta masih menimbulkan pro dan kontra sumber-sumber dalam masyarakat. Terry dalam Winardi 2010: 4). Kurniawan, menyatakan dalam (2005: bahwa konteks yang lain (George R. 14) Wanita Tuna Susila (WTS) pengelolaan merupakan peristiwa penjualan diri organisasi dapat dengan jalan memperjual belikan dimaknai sebagai sebuah proses yang badan, kehormatan, dan kepribadian Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 kepada banyak orang untuk Volume 2 Nomor 1 52 masyarakat baik perorangan, memuaskan nafsu-nafsu seks dengan keluarga, imbalan Penyandang Masalah Kesejahteraan pembayaran Kartini Kartono, (2013: 216). Beberapa maupun Sosial faktor yang (PMKS) melaksanakan kelompok agar fungsi dapat sosialnya menyebabkan perempuan menjadi secara wajar, dan dapat menempuh Wanita (WTS), kehidupan sesuai dengan harkat dan rendahnya martabat kemanusiaannya Suparlan, Tuna diantaranya Susila adalah standar moral, kemiskinan, rendahnya pendapatan (2003: 13). keluarga, Menurut Masdr Helmi (1993: rendahnya pendidikan dan keinginan 22) pembinaan adalah segala hal untuk usaha, ikhtiar, dan kegiatan yang memperoleh status sosial Koentjoro, (2004: 53). Beberapa berhubungan dengan perencanaan faktor yang dan pengorganisasian serta menyebabkan perempuan menjadi pengendalian segala sesuatu secara Wanita Tuna Susila (WTS), antara teratur dan terarah. lain sebagai berikut: a) faktor Keterampilan ekonomi, b) faktor keluarga, c) sekumpulan sosiologis, d) faktor psikologis dan e) kemampuan yang harus dikuasai dan faktor pendidikan Soedjono, (1997). dimiliki oleh mereka yang akan Menurut Hurlock Elizabeth (2002: 21) psikologis persoalan-persoalan Wanita Tuna terjun dalam pengetahuan adalah berbagai dan bidang pekerjaan (Indah Nuraini, 2002: 24). Susila Tata rias merupakan cara atau (WTS) tersebut diuraikan secara usaha seseorang untuk mempercantik langsung berikut ini: a) akibat gaya diri khususnya pada bagian muka hidup modern, b) broken home dan atau wajah, menghias diri dalam c) kenangan masa kecil yang buruk. pergaulan. Pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan Tata boga adalah professional pengetahuan di bidang boga (seni dalam upaya mengembalikan dan mengolah masakan) yang mencakup meningkatkan ruang lingkup makanan, mulai dari kemampuan warga 53 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 persiapan pengolahan sampai dengan Penanganan Penyandang Masalah menghidangkan makanan itu sendiri Kesejahteraan Sosial (PMKS). yang bersifat tradisional maupun Internasional. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dan tipe Menjahit menyambung adalah pekerjaan kulit kasus. Sumber data yang digunakan binatang, pepagan, dan bahan-bahan dalam penelitian yakni data primer lain yang bisa dilewati jarum jahit dan data sekunder. dan kain, benang. bulu, penelitian adalah tipe penelitian studi Menjahit dapat Informan penelitian dilakukan dengan tangan memakai Kepala Unit jarum tangan atau dengan mesin Daerah (UPTD), jahit. (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik, pembina METODE PENELITIAN Waktu penelitian keterampilan Pelaksana yakni tata Teknis Pekerja rias, Sosial pembina keterampilan tata boga, pembina dilaksanakan selama 2 (dua) bulan. keterampilan Dari sampai Wanita Tuna Susila (WTS) pada Desember 2015. Lokasi penelitian Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita dilaksanakan pada Pusat Pelayanan (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Sosial Makassar. Dalam penelitian ini, bulan Oktober Karya Wanita (PPSKW) menjahit dan Eks- Mattiro Deceng Kota Makassar, Jl. pengumpulan data dilakukan melalui Dg. beberapa teknik yakni wawancara, Ramang Kelurahan KM Sudiang 16 No.95 Kecamatan observasi, dan dokumentasi. Biringkanaya Kota Makassar. Pertimbangan bahwa lembaga HASIL DAN PEMBAHASAN ini yang bertanggung jawab dalam Berdasarkan dengan tujuan program pengelolaan dan pembinaan penelitian ini yang tercantum pada Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada bab Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita mengetahui (PPSKW), yang berfungsi sebagai pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila sebelumnya, yaitu bagaimana untuk program (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 Karya Wanita (PPSKW) Mattiro (WTS) Deceng Kota Makassar. beberapa tahap yaitu terlebih dahulu Adapun yang menjadi direncanakan 54 menentukan sasaran, melalui melakukan indikator dari pengelolaan ini yaitu: pendekatan awal, yang merupakan perencanaan (planning), serangkaian kegiatan mendapatkan (organizing), pengakuan, dukungan, bantuan, dan pengorganisasian penggerakan (actuating), peran serta dalam pelaksanaan pengawasan (controlling). Berikut ini pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila penjelasan dari beberapa indikator (WTS). diatas: penyantunan atau tahap penerimaan Perencanaan (planning) Kemudian yang melakukan merupakan serangkaian adalah pemikiran tentang apa yang kegiatan administrasi maupun teknis, akan dimana jangka waktu yang telah di dikerjakan dengan menyesuaikan atau dengan kata lain tetapkan memadukan antara Sumber Daya terjaringnya Eks-Wanita Tuna Susila Manusia (SDM) maupun sumber (WTS) tersebut. daya bukan manusia yang memiliki yaitu terhitung sejak Pengorganisasian dan hasil yang kemungkinan akan (organising) juga merupakan dicapai dalam suatu aktivitas atau rangkaian pemikiran dan tindakan suatu pekerjaan yang ada pada untuk menentukan bidang tugas atau manajemen. pekerjaan dengan dukungan Kepala Unit Pelaksana Teknis peralatan atau fasilitas (sarana dan Daerah (UPTD) dan Pekerja Sosial prasarana) dan menunjuk seseorang (PEKSOS) atau selaku pembina beberapa orang untuk bimbingan fisik pada Pusat mengerjakan bidang tugas tersebut Pelayanan Sosial Karya Wanita serta menetapkan kewenangan yang (PPSKW) Mattiro Kota akan dilekatkan kepada seseorang Deceng Makassar: perencanaan (planning) atau sudah berjalan dengan baik. hal ini melaksanakan membuktikan bahwa dalam program manajemen. pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila sekelompok orang roda akan kegiatan 55 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 Kepala Unit Pelaksana Teknis dan tanggung jawabnya masing- daerah (UPTD) dan Pekerja Sosial masing sehingga proses pembinaan (PEKSOS) Eks-Wanita selaku pembina bimbingan fisik pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Susila (WTS) berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Kota Penggerakan (actuating) juga pengorganisasian merupakan salah satu fungsi organik (organizing) sudah jelas dan terarah. manajemen yang aktivitas utamanya Dengan alasan bahwa pembagian berorientasi menggerakan tugas atau tugas kepada para pembina atau manusia yang terikat dalam sebuah Pekerja Sosial (PEKSOS) merupakan organisasi, namun kita juga sadari tahap yang paling penting dalam bahwa tidak semua gerakan orang program dalam organisasi otomatis menjadi Makassar: Deceng Tuna pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial (PPSKW) Mattiro Karya fungsi manajemen. Wanita Deceng Kota Kepala Unit Pelaksana Teknis daerah (UPTD) pada Pusat Karya Wanita Makassar. Dimana pembagian tugas Pelayanan Sosial yang diberikan kepada pembina atau (PPSKW) Mattiro pekerja sosial (PEKSOS) meliputi Makassar: penggerakan (actuating) pembinaan sangat bimbingan fisik, Deceng Kota dibutuhkan agar kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dapat berjalan dengan baik sesuai bimbingan keterampilan kerja, dan dengan apa yang telah direncanakan. resosialisasi, serta bimbingan lanjut Sejauh ini koordinasi yang baik bagi Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) dilakukan dengan para pembina atau dengan harapan agar mereka mampu Pekerja berperan kehidupan semua pihak yang terkait, sehingga terbukti membuat proses rehabilitasi terhadap dengan adanya pembagian tugas atau para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) jadwal yang telah ditentukan, maka berjalan dengan baik pula. aktif bermasyarakat. pembina atau dalam Hal ini Pekerja Sosial (PEKSOS) dapat mengetahui tugas Sosial Hal pembina ini atau (PEKSOS) membuat Pekerja serta para Sosial Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 (PEKSOS) menyadari akan daerah telah Sosial pembina (PEKSOS) Pekerja selaku 56 Kepala Unit Pelaksana Teknis wewenang dan tanggung jawab yang ditetapkan. Volume 2 Nomor 1 (UPTD) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota bimbingan fisik: penggerakan Makassar: pengawasan (controlling) (actuating) dalam pengelolaan dalam program pengelolaan Eks- Eks-Wanita Wanita Tuna Susila (WTS) pada Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita Pelayanan Sosial (PPSKW) (PPSKW) Mattiro Makassar, dapat program pembinaan Karya Wanita Deceng Kota Kota Makassar, diawasi langsung oleh sesuai pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi direncanakan Selatan. Dimana pengawasan yang melalui koordinasi yang meliputi pada dasarnya diarahkan sepenuhnya komunikasi dan partisipasi dalam untuk segala hal yang menyangkut proses kemungkinan penyelewengan atau pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila penyimpangan atas tujuan yang akan (WTS). dicapai. dengan apa Deceng Mattiro berjalan yang Hal tersebut dapat menggerakkan para pembina atau Pekerja Sosial pihak-pihak (PEKSOS) yang serta terlibat di dalamnya bekerja dengan baik. Pengawasan merupakan Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik: pengawasan (controlling), dapat yang telah ditetapkan pada Pusat fungsi Pelayanan Sosial manajemen yang bertujuan untuk (PPSKW) Mattiro penegakan ketentuan yang Makassar untuk mencapai tujuan ditentukan dan satu Pekerja adanya membantu melaksanakan kebijakan (controlling) salah menghindari telah telah disepakati sebelumnya oleh semua unsur dalam manajemen serta menciptakan yang telah Karya Deceng direncanakan Wanita Kota secara efektif dan efisien. Pengawasan (controlling), efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sudah jelas dan hal ini dilakukan berbagai langsung oleh pihak Pemerintah kegiatan sasaran pengawasan. yang menjadi Provinsi Sulawesi Selatan karena 57 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 lembaga ini merupakan di bawah Kemudian naungan Provinsi untuk mengetahui kekurangan dan Sulawesi Selatan. Pusat Pelayanan mengukur sejauh mana keberhasilan Sosial (PPSKW) pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila Makassar (WTS) Pemerintah Karya Mattiro Wanita Deceng merupakan Kota lembaga bertanggung jawab yang tahap evaluasi melalui yaitu keterampilan tersebut. menangani Ada 3 (tiga) bentuk program Penyandang Masalah Kesejahteraan pembinaan Sosial (PMKS) dengan tujuan dapat ditawarkan pada Pusat Pelayanan mengubah sikap dan tingkah laku Sosial mereka serta mampu berperan aktif Mattiro dalam kehidupan bermasyarakat. yaitu tata rias, tata boga, dan Proses pembinaan Eks- keterampilan Karya Wanita Deceng yang (PPSKW) Kota Makassar, menjahit. Wanita Tuna Susila (WTS) pada Tata rias adalah seni Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita menggunakan (PPSKW) Kota kosmetika untuk mewujudkan wajah Makassar, harus melalui beberapa peranan dengan memberikan dan tahap yaitu: tahap identifikasi, hal ini dandanan atau perubahan pada para dilakukan mengidentifikasi pemain di atas panggung atau pentas para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) dengan suasana yang sesuai dan yang akan mengikuti pembinaan wajar. Sebagai penggambaran watak melalui Mattiro untuk tataboga, Deceng bahan-bahan keterampilan tatarias, di atas pentas selain acting yang maupun menjahit. dilakukan oleh pemain diperlukan Selanjutnya, tahap pelaksanaan yang adanya dilakukan dalam proses pembinaan menyusun hiasan terhadap suatu Eks-Wanita objek yang akan dipertunjukan. Tuna Susila (WTS) menakup semua aspek dari kegiatan dimana pelaksanaan fungsi yang dijalankan dengan manajemen yang merupakan harus sudah melalui diatur. tata rias sebagai usaha Tata rias juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang seni mempercantik diri dengan cara menyamarkan bagian-bagian wajah yang kurang sempurna dengan Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 warna-warna redup (shade) dan Volume 2 Nomor 1 pengalamannya dibidang menonjolkan bagian-bagian wajah khususnya rias wajah. yang sempurna dengan warna-warna Dalam terang (tint). Pembina keterampilan Eks-Wanita tata rias: pembinaan keterampilan tersebut, tata macam rias merupakan salah satu proses Tuna rias pembinaan Susila terdapat 58 pula (WTS) berbagai kendala-kendala atau program yang ditawarkan dengan hambatan yang dialami oleh para melihat pembina pembina dari sekian atau banyaknya Pekerja Sosial atau (PEKSOS) Pekerja maupun Sosial Eks-Wanita (PEKSOS) hanya beberapa yang Tuna Susila (WTS) itu sendiri. diberi kewewenang untuk melakukan Pembina pembinaan tersebut, dengan tujuan kendala-kendala yang dihadapi para agar supaya Eks-Wanita Tuna Susila Eks-Wanita (WTS) menjadikan masih kurang antusias mengikuti sebagai pembinaan hal ini terbukti karena dapat keterampilan keahlian tersebut yang dimiliki untuk mereka keterampilan Tuna tata Susila memiliki rias: (WTS) karakter dan mendapat lapangan pekerjaan dan motivasi yang beragam. Maka dari membuka lapangan pekerjaan agar itu perlu diadakan berbagai macam dapat memenuhi kegiatan untuk menunjang aktivitas sendiri tanpa kebutuhannya kembali menjadi para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). Wanita Tuna Susila (WTS). Eks-Wanita Tuna Susila Susila (WTS) yang mengikuti keterampilan (WTS) yang mengikuti keterampilan tata rias: pembinaan keterampilan tata rias: para Eks-Wanita Tuna tata rias ini masih kurang berjalan Susila (WTS) diberi kebebasan untuk dengan baik, melihat antusias dari memilih program pembinaan yang para santunan atau Eks-Wanita Tuna akan diikutinya. Hal ini dapat di lihat Susila dari Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) ditingkatkan yang memilih program pembinaan berbagai melalui keterampilan tata rias dengan rutinitas yang ada. Agar para Eks- alasan Wanita Tuna Susila (WTS) yang dapat Tuna Eks-Wanita menambah (WTS) sehingga atau macam perlu menambah kegiatan atau 59 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 mengikuti pembinaan rias yang bersifat tradisional maupun merasa nyaman dan betah mengikuti Internasional. Pembina keterampilan proses tata tersebut. tata Volume 2 Nomor 1 Dengan adanya boga: program pembinaan pembinaan keterampilan tata rias ini keterampilan yang ditawarkan bukan maka para pembina atau Eks-Wanita hanya tata rias melainkan juga Tuna keterampilan tata boga dan pembina susila (WTS) itu sendiri memiliki harapan yang beragam. Pembina keterampilan tata tersebut merupakan salah satu dari Pekerja Sosial (PEKSOS) yang rias dan Eks-Wanita Tuna Susila diberi kewenangan atau bertanggung (WTS) yang mengikuti keterampilan jawab tata rias: dalam proses pembinaan pembinaan keterampilan tata boga. keterampilan tata rias para pembina maupun para Eks-Wanita langsung Eks-Wanita memberikan Tuna Susila Tuna (WTS) yang mengikuti keterampilan Susila (WTS) mempunyai harapan tata boga: para Eks-Wanita Tuna yang sama yaitu mereka berharap Susila (WTS) diberi kebebasan untuk setelah melalui proses rehabilitasi memilih program pembinaan yang tersebut, Eks-Wanita Tuna Susila akan diikutinya. Mereka (WTS) dapat merubah kehidupannya program menjadi lebih baik dengan berbekal keterampilan tata boga dengan alasan keterampilan yang dimiliki mereka karena sudah terlatih melakukan hal akan tersebut sebelum mereka masuk di mendapatkan lapangan pekerjaan yang baru dan tidak akan memilih pembinaan melalui panti rehabilitasi ini. kembali menjadi Wanita Tuna Susila Berkaitan dengan hal tersebut (WTS) serta mampu berorientasi pembina keterampilan tata boga: dengan masyarakat. pembinaan keterampilan tata boga Tata boga adalah merupakan salah pengetahuan dibidang boga (seni pembinaan mengolah masakan) yang mencakup banyak diminati para Eks-Wanita ruang lingkup makanan, mulai dari Tuna Susila (WTS) hal ini sejalan persiapan pengolahan sampai dengan dengan menghidangkan makanan itu sendiri peneliti lakukan, melihat antusias hasil satu program keterampilan wawancara yang yang Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1 60 para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) dilakukan dengan tangan memakai dalam mengikuti proses pembinaan jarum tangan atau dengan mesin keterampilan tersebut. jahit. Eks-Wanita Tuna Susila Pembina keterampilan (WTS) yang mengikuti keterampilan menjahit: pembinaan keterampilan tata boga: pembinaan keterampilan yang tata boga berjalan dengan baik, hal keterampilan tata rias, keterampilan ini tata dibuktikan antusias Susila para dengan Eks-Wanita (WTS) proses melihat dalam pembinaan Tuna mengikuti keterampilan tersebut. ditawarkan boga, Pembina hanya melainkan keterampilan pembagian bukan menjahit. tugas atau juga Dimana kepada Pekerja para Sosial (PEKSOS) sudah jelas, dan mereka Pembina keterampilan tata diberi wewenang untuk melakukan boga atau Eks-Wanita Tuna Susila pembinaan tersebut, dengan tujuan (WTS): mempunyai harapan yang agar supaya Eks-Wanita Tuna Susila sama yaitu mereka berharap setelah (WTS) keluar dari panti rehabilitasi tersebut, keterampilan Eks-Wanita keahlian Tuna Susila (WTS) dapat menjadikan tersebut yang dimiliki sebagai untuk mampu mengaplikasikan ilmu yang mendapat lapangan pekerjaan dan telah didapatkan baik dilingkungan membuka lapangan pekerjaan untuk keluarga maupun masyarakat. Serta memenuhi dengan bekal keterampilan yang tanpa kembali menjadi Wanita Tuna dimiliki Susila (WTS). mereka mampu hidup mandiri dan tidak akan kembali kebutuhannya Eks-Wanita Tuna sendiri Susila kepekerjaannya yang lama yaitu (WTS) yang mengikuti keterampilan sebagai Wanita Tuna Susila (WTS). menjahit: Eks-Wanita Tuna Susila Menjahit menyambung adalah pekerjaan bulu, diberi kebebasan untuk kulit memilih program pembinaan yang binatang, pepagan, dan bahan-bahan akan diikutinya. Hal ini dapat di lihat lain yang bias dilewati jarum jahit dari Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) dan yang memilih program pembinaan benang. kain, (WTS) Menjahit dapat 61 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 melalui dengan keterampilan alasan ingin Volume 2 Nomor 1 menjahit pembina keterampilan menjahit dan menambah Eks-Wanita Tuna Susila (WTS): pengalaman yang baru khususnya dalam dibidang penjahitan. keterampilan menjahit para pembina Dalam Eks-Wanita proses Susila maupun para pembinaan Eks-Wanita Tuna (WTS) Susila (WTS) mempunyai harapan berbagai yang sama yaitu mereka berharap atau setelah keluar dari panti rehabilitasi hambatan yang dialami oleh para tersebut, Eks-Wanita Tuna Susila pembina (WTS) tersebut, Tuna pembinaan proses terdapat macam pula kendala-kendala atau Pekerja Sosial mampu mengaplikasikan (PEKSOS): pembinaan keterampilan ilmu yang telah didapatkan dan belum berjalan dengan baik, melihat berharap mereka akan mengalami kendala-kendala yang di hadapi para perubahan sikap dan tingkah laku pembina dalam sehingga pembinaan melalui melakukan keterampilan menjahit, karena Eks-Wanita Tuna mudah lingkungan di terima keluarga di maupun masyarakat. Susila (WTS) masih kurang antusias mengikuti pembinaan hal ini terbukti karena mereka merasa KESIMPULAN sudah Berdasarkan penelitian yang mengetahui pembinaan keterampilan telah yang diberikan. mengenai program pengelolaan Eks- Eks-Wanita oleh penulis Susila Wanita Tuna Susila (WTS) pada (WTS) yang mengikuti keterampilan Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita menjahit: (PPSKW) merasa Tuna dilakukan kegiatan yang Mattiro Deceng Kota dilakukan kurang menarik dan hanya Makassar, sudah berjalan dengan sebagai rutinitas belaka sehingga baik, hal tersebut dapat dilihat dari cenderung perencanaan kurang bersemangat mengikuti pembinaan keterampilan pengorganisasian yang diberikan. penggerakan Adanya keterampilan pembinaan menjahit ini maka (planning), (organizing), (actuating), pengawasan (controlling). Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Sehingga dapat terwujud suatu keberasilan dalam membina para Penyandang Kesejahteraan Sosial Masalah (PMKS) khusunya Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). Program pembinaan Eks- Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Volume 2 Nomor 1 62 DAFTAR PUSTAKA Elizabeth, Hurlock. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Helmi, Masdar. 1993. Pembinaan Wanita Tuna Susila. Semarang: Toha Putra. Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Makassar, yang ditawarkan melalui keterampilan tata rias, tata boga, dan Koentjoro. 2004. Tutur dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta. menjahit sejauh ini berjalan dengan baik hanya saja masih terdapat beberapa dialami kendala-kendala pembina maupun yang Eks- Wanita Tuna Susila (WTS). Tetapi sejauh ini kendala Kurniawan, Soegito. 2005. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Makmur. 2009. Teori Manajemen Strategik dalam Pemerintahan dan Pembangunan. Jakarta: Refika Aditama. tersebut dapat diatasi, sehingga para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) merasa antusias dalam mengikuti pembinaan keterampilan yang diberikan dengan harapan mereka dapat mengalami perubahan sikap dan tingkahlaku agar setelah keluar dari tempat rehabilitasi tersebut, mereka akan mendapatkan lapangan kerja yang baru dan tidak akan Nuraini, Indah. 2002. Tatarias dan Busana Wayang Orang Gaya Surakarta. Yogyakarta: Arkola. Soedjono. 1997. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat. Bandung: PT. Karya Nusantara. Suparlan. 2003. Pendidikan melalui Rehabilitasi. Yogyakarta: Arkola. kembali ke pekerjannya yang lama yaitu sebagai Wanita Tuna Susila (WTS). Winardi. 2010. Asas-Asas Menejemen. Bandung: P.T. Alumni. Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2016 Volume 2 Nomor 1