BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Tinjauan Umum 2.1.1 Kawasan Industri Kawasan industri merupakan pembangunan terhadap suatu kawasan terpilih berdasarkan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program pembangunan secara terpadu dengan memperhatikan kondisi dan potensi serta pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah. (Permen No.72 Tahun 2013) Kwanda (2000) dalam Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur menjelaskan Kawasan industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. 2.1.2 Persyaratan Industri Persyaratan sebuah industri terpadu menurut Rehulina Apriyanti dalam Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah, bahwa terdapat 2 faktor yakni faktor internal dan eksternal untuk kriteria aspek teknis pengembangan sebuah kawasan industri, • Faktor Internal Faktor internal diartikan sebagai faktor yang menjadi pertimbangan kelayakan pengembangan industri dilihat dari sudut kegiatan industri saja. Dalam hal ini ada beberapa variabel yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan industri yang menjadi pertimbangan bagi kelayakan pengembangan KI, yaitu sebagai berikut: Besaran permintaan lahan (land demand) Kecenderungan jenis industri yang tumbuh Berbagai permasalahan lingkungan yang sudah dan mungkin timbul sebagai akibat dari pertumbuhan industri yang ada. Ketersediaan prasarana Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) 11 12 • Faktor Eksternal Beberapa faktor eksternal yang menjadi pertimbangan dalam penilaian kelayakan pengembangan kawasan industri adalah sebagai berikut : Kondisi Hinterland (kelayakan potensi SDA) Persaingan dengan daerah lainnya Lokasi strategis terhadap sistem ekonomi makro Stabilitas keamanan 2.1.3 Kawasan Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil Industri rumah tangga (home industry) dan industri kecil termasuk ke dalam sistem domestik atau tahap kerajinan rumah. Para pekerja bekerja di rumah masingmasing dengan alat yang dimiliki sendiri. Produksi didapat dari pengusaha dengan sistem upah yang diperoleh berdasarkan jumlah hasil produk yang dikerjakan. Sistem ini tidak merepotkan pemilik mengenai pembayaran tempat dan gaji. Berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh masing-masing industri (Siahaan, 1996) untuk industri rumah tangga menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang yang terdiri dari pemilik beserta anggota keluarganya, dengan penggunaan modal yang sangat terbatas. Sedangkan untuk industri kecil jumlah tenaga kerja yang dimiliki berjumlah 5-19 orang berasal dari hubungan kerabat/ saudara pemilik maupun dari lingkungan sekitar tempat industri, dengan penggunaan modal yang relatif kecil. 2.1.4 Persyaratan Infrastruktur Industri kecil Terdapat persyaratan mengenai infrastruktur industri kecil yang di kemukakan oleh Premysis Consulting pada tanggal 22 Februari 2010 dengan menggunakan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Sistem infrastruktur yang memenuhi peryaratan adalah : 1. Hindari penggunaan kayu untuk infrastruktur bangunan. Serat-serat kayu yang sering terkelupas dapat menjadi sumber bahaya fisik dalam pengolahan makanan. Struktur kayu yang berongga juga menyebabkan kayu sulit dibersihkan, penggunaan kayu yang belum difumigasi akan mendatangkan resiko seperti sumber hama yang merusak infrastruktur bangunan. 13 2. Permukaan dinding di area pengolahan dibuat rata untuk mencegah terakumulasinya debu, kotoran, serangga dan juga untuk memudahkan proses pembersihan dinding. 3. Hindarkan penggunaan asbes untuk penutup atap. Penggunaan asbes dapat menjadi sumber bahaya bagi produk dan kesehatan para pekerja. 4. Area pengolahan harus memiliki ventilasi yang cukup untuk memastikan sirkulasi udara di area pengolahan. 5. Pastikan bahwa bangunan infrastruktur dapat tertutup rapat dan tidak memiliki celah atau lubang yang terbuka untuk mencegah masuknya serangga dan debu ke area pengolahan. 6. Perhatian khusus juga perlu diberikan terhadap design dan alur dari proses produksi. Area pengolahan sebaiknya dapat disusun secara berurutan dan teratur mulai dari penyimpanan bahan baku, persiapan bahan baku, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan produk jadi. 7. Design dari bangunan dan peralatan harus disusun sedemikian rupa untuk meminimalkan dead space. Adanya dead space ini akan menyulitkan proses pembersihan dan pada akhirnya akan menyebabkan akumulasi debu pada dead space tersebut. 8. Saluran pembuangan dan saluran air bersih harus dibuat sebagai dua saluran yang terpisah, dimana saluran air bersih sebaiknya berada di bagian atas saluran pembuangan. Saluran pembuangan juga harus dipastikan dapat mengalirkan limbah cair domestik dengan lancar. 9. Siapkan area hygene bagi karyawan maupun tamu yang akan memasuki area pengolahan, sehingga memastikan bahwa seluruh personal yang memasuki area pengolahan tidak membawa sumber-sumber kontaminasi ke dalam area pengolahan. 10. Adanya pembersihan dan perawatan secara berkala untuk seluruh area pengolahan. 14 2.1.5 Pengaruh Perkembangan Perindustrian dan Industri Kecil Terhadap Perekonomian Melalui makalah Perkembangan Industri di Era Globalisasi Ekonomi Dunia Terhadap Pendapatan Nasional Indonesia oleh Yuda Sa (2014) menjelaskan bahwa perindustrian mempunyai arti yang penting terhadap perkembangan perekonomian berdasarkan kebijakan ekonomi dalam GBHN 2000-2004, yaitu mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kompetensi dan unggulan tiap daerahnya dapat membangun keunggulan yang kompetitif dan komparatif berbasis SDA dan SDM. Kemudian disebutkan di dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) bahwa dalam meningkatkan daya saing secara global terdapat lima strategi utama yaitu, pengembangan ekspor, pengembangan industri, penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan kemampuan IPTEK. Kesimpulan berdasarkan pemaparan di atas bahwa perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan secara global. Hal ini kemudian dipertegas dalam Undang-Undang No 5 tahun 1984 tentang Perindustrian yang menyatakan industri memegang peranan penting dalam menentukan pembangunan nasional. Industri harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang untuk meningkatkan peran sumber daya yang ada secara optimal. Perkembangan industri membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat tercapai jika mendapat dukungan secara penuh terhadap perkembangannya. Yuda Sa (2014) terdapat empat pendekatan untuk mempercepat pembangunan industri, yaitu 1. Mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah yang memiliki potensi keunggulan yang komparatif di pusat-pusat pertumbuhan industri (growth center), dengan pengembangan klaster industri secara terpadu dengan sektor ekonomi lainnya. 2. Meningkatkan kemampuan masyarakat di lokasi industri tersebut dengan adanya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dan swasta untuk masyarakat sekitar agar dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan industri yang efektif dan efisien. 3. Meningkatkan investasi di sektor industri khususnya dalam peningkatan infrastruktur baik dari pemerintah maupun swasta. 15 4. Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri dan internasional melalui upaya pemanfaatan produknya. Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral (klaster) dan pendekatan regional yang didasarkan pada keunggulan dari daerah masing-masing. Dalam rangkuman penelitian skripsi dengan judul Perkembangan Industri Kerajinan Kulit dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan oleh Tea Limostin dan Djono, Isawati (FKIP, UNS) menjelaskan bahwa perkembangan industri kulit di Kelurahan Selosari membawa dampak yang baik bagi pengrajin dan non pengrajin terutama dalam segi ekonomi. Mayoritas para pengrajin yang ada disana berkembang menjadi pengrajin besar, secara bertahap modal serta pendapatan yang mereka miliki dan peroleh semakin meningkat. Dampak adanya industri ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar lokasi industri, seperti adanya perekrutan tenaga kerja untuk membantu proses produksi sehingga masalah mengenai ketenagakerjaan (pengangguran) di lingkungan sekitar secara tidak langsung dapat berkurang dan teratasi, penambahan unit usaha masyarakat serta adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat ke tingkat yang lebih baik. 2. 2. Tinjauan Khusus 2.2.1. Kawasan Penggilingan, Cakung Wilayah Jakarta Timur merupakan wilayah terluas yang masuk ke dalam provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan letaknya, Jakarta Timur merupakan gerbang bagi para pendatang dari luar. Wilayah ini memiliki dua tipologis yaitu sebagai kawasan distribusi dan kawasan industri. Salah satu dari kawasan industri kecil ini terletak di Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Wilayah Cakung yang terletak di pinggiran Kota Jakarta ini merupakan salah satu jantung utama dari perekonomian di Kota Jakarta, dikarenakan banyaknya pusat-pusat industri nasional maupun internasional, salah satunya di PIK Penggilingan. Cakung menjadi suatu pusat aktifitas bisnis karena letaknya yang strategis yaitu berdekatan dengan pusat Kota Bekasi dan Jakarta dan pada saat pemerintahan Belanda merupakan wilayah yang sangat penting untuk jalur perekonomian. Cakung 16 juga menjadi pusat dari kebudayaan karena memiliki bangunan serta situs peninggalan Belanda dulu. (pada artikel di jakartasehat.pedia.id) Salah satu pusat industri yang ada di wilayah Cakung adalah PIK Penggilingan. Kawasan industri yang berdiri di tanah seluas ±44 Ha ini merupakan sebuah tempat relokasi bagi para pelaku industri rumahan (home industry) yang berasal dari Kelurahan Palmerah dan Kawasan Pluit. Adanya penataan dengan memusatkan seluruh kegiatan industri pada satu lokasi ini agar tidak ada lagi kegiatan industri yang berada di lingkungan perumahan, dan diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan PIK Penggilingan. (pada artikel di disperindgi.jakarta.go.id) 2.2.2. Jenis Usaha di PIK Penggilingan Kampung Industri Kecil ini memiliki 5 (lima) kelompok pengusaha kecil dan menengah diantaranya adalah, Tabel 4. Data Kelompok Pengusaha Kecil Kawasan PIK tahun 2012 No Jenis Usaha Jumlah Pengusaha Jumlah Pekerja 1 Garmen 273 3619 2 Logam 96 927 3 Kulit 72 632 4 Aneka Komoditi 46 491 5 Meubel 8 37 Sumber : disperindgi.jakarta.go.id/ Produk-produk yang dihasilkan oleh kegiatan industri di kawasan ini antara lain adalah tas, sepatu/ alas kaki, pakaian jadi dan olah raga, aksesoris, peralatan rumah tangga, dsb. 2.2.3. Definisi Pemasaran dan Promosi Menurut Koller dan Amstrong, pemasaran adalah proses manajerial yang didalamnya, individu serta kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan nilai satu sama lain. Menurut J. Stanton, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik kepada 17 pembeli yang ada maupun yang potensial. Pemaparan mengenai definisi pemasaran dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses pertukaran produk barang atau jasa bahkan ide yang melibatkan dua pihak atau lebih. Pada prakteknya, pemasaran seringkali dipandang sebagai suatu upaya kreatif, promosi, periklanan, distribusi dan penjualan. Oleh karenanya, keberhasilan sebuah perusahaan seringkali dikaitkan dengan keberhasilan upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Agar upaya tersebut berjalan dengan efektif dan mencapai sasaran yang diharapkan maka diperlukannya perumusan strategi yang benar-benar cermat. Fungsi dari pusat pemasaran dan promosi yang dipaparkan oleh Hikma Zakia (2001) dalam thesisnya adalah sebagai wadah untuk melayani kegiatan informasi, promosi dan pemasaran hasil produk yang dihasilkan. Selain itu, pusat pemasaran industri ini juga berfungsi untuk mengembangkan daya kreatifitas para pengrajin industri untuk menghasilkan produk-produk baru yang memiliki daya jual yang lebih tinggi. Pusat pemasaran ini dapat dikatakan juga sebagai “showroom” atau ruang pameran yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengadakan pertunjukan atau memamerkan suatu barang dan jasa dengan tujuan mempromosikan dan memberikan informasi tentang produk tersebut, sehingga orang lain menjadi tertarik dan menggunakannya. Sarana bagi pengusaha untuk mempromosikan barang hasil produksi kepada konsumen. Sarana informasi akurat yang mudah diakses oleh konsumen mengenai suatu obyek yang sedang dipamerkan. Sarana untuk menambah fasilitas hiburan bagi masyarakat. 2.2.4. Pemasaran Industri Rina Pratiwi (2014) menjelaskan pemasaran industri berbeda dengan definisi pemasaran pada umumnya. Perbedaan pemasaran industri atau pemasaran industrial terletak pada penggunaan dan konsumen yang dituju, dimana pemasaran industri lebih mengarahkan produknya kepada perusahaan yang akan menjual kembali produk tersebut, perusahaan yang membeli produk tersebut untuk membantu proses produksi dan lembaga yang membantu kegiatan operasionalnya. Secara garis besar pemasaran industri merupakan kegiatan yang memfasilitasi terjadinya pertukaran produk dengan pelanggan dalam pasar produksi, mencakup semua perusahaan yang membeli barang dan jasa industri. 18 2.2.5. Daya Tarik dan Fasilitas Pemasaran Industri Hikma Zakia (2001) dalam thesis Arsitekturnya serta dari berbagai literatur atau contoh bangunan pemasaran dan promosi yang ada (JDC, Pusat Grosir) untuk menunjang kenyamanan beberapa pihak yang ada di pusat pemasaran terutama pengunjung yang akan datang maka fasilitas yang perlu disediakan antara lain: Fasilitas pusat informasi untuk para pengunjung dan pengrajin, tempat ibadah (Musholla), ATM Center, Food Court, ruang rapat, ruang asosiasi, kantor pengelola dan marketing, dsb. 2.2.6. Konsep Iconic Design Goffrey Broadbent (1973), Iconic Design merupakan desain yang menggunakan bentuk-bentuk secara historis telah dicoba dan diterima oleh masyarakat tradisional. Jenis dan konstruksi bangunan merupakan repetisi dan modifikasi dari bangunanbangunan yang mengandung unsur-unsur simbol, tradisi dan mitos kebudayaan tertentu. Dalam artikel dari astudioarchitect.com menjelaskan bahwa arsitektur seringkali dikatakan sebagai ikon dari sebuah kawasan yang dapat mengungkapkan keberadaan sebuah bangunan dan memberikan pengaruh pada kawasan tersebut. sehingga dapat dikatakan ikon merupakan simbol yang dapat memberikan identitas penting di dalam sebuah kawasan, kota dan negara. Ikon juga dapat dijadikan sebagai penanda untuk kunjungan ke sebuah tempat atau kota yang dapat diartikan bahwa “saya pernah mengunjungi tempat itu” Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa ikon memiliki makna tertentu sehubungan dengan interpretasi dari persepsi visual yang diterima pengamat. Berkaitan dengan semiotika dan simbol, ikon merupakan suatu makna yang harus diinterpretasikan, misalnya untuk memahami bahwa Monas merupakan ikon dari Kota Jakarta kita sebagai pengamat harus memahami proses untuk melihat Monas memiliki makna yang bisa diinterpretasikan bahwa bentuknya seperti itu dan hanya ada di Jakarta. 19 Gambar 5. Contoh Iconic Design Sumber : www.google.com, diakses tanggal 1 Agustus 2015 2.2.7. Ciri-ciri Arsitektur Ikonik Arsitektur ikonik didirikan dengan tujuan sebagai “tanda pengenal sesuatu” agar mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Arsitektur ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Letak atau lokasi yang strategis sehingga mudah dilihat atau dikenali oleh lingkungan sekitar. Pemilihan bentuk yang cenderung “menarik” sehingga mudah dijadikan “tanda” atau “ikon” dari lingkungan sekitar. Memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi dan berumur panjang. Memiliki nilai estetika yang menawan. Sedangkan menurut Rahardian (2013) dalam jurnal arsitektur mengenai kajian karakteristik arsitektur ikonik, ciri visual yang sebuah arsitektur ikonik berupa: Bentuk Wujud Dimensi Warna Posisi Orientasi Proporsi dan skala 2.2.8. Kajian Karakteristik Arsitektur Ikonik Berdasarkan pemaparan jurnal reka karsa arsitektur Itenas oleh Rahardian (2013) mengenai kajian karakteristik bangunan ikonik pada gedung Puspa IPTEK Kota Baru Parahyangan, terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai acuan bahwa 20 bangunan tersebut merupakan bangunan dengan arsitektur ikonik. Aspek-aspek tersebut antara lain; Sesuatu yang baru pada zamannya (the new idea) Bentuk yang atraktif (attractive form) Bentuk simetris pada bangunan (simetrical form) Elemen berulang pada fasade (continuos rhythm) Pencapaian bangunan yang menciptakan vista secara visual (visual framing) Proporsi dan skala bangunan yang sempurna (perfect scale and proportion) 2.2.9. Keterkaitan antara Arsitektur Ikonik dengan Pemasaran Arsitektur telah banyak digunakan sebagai sebuah ikon maupun simbol sebuah kawasan atau tempat seperti halnya Kuil Parthenon di Yunani dan Colosseum di Roma. Arsitektur ikonik dapat menjadi menjadi sebuah upaya dan strategi dalam meningkatkan visualitas maupun citra suatu kawasan, hal ini juga menjadi salah satu strategi dalam menghadapi kompetisi perekonomian yang dinamis secara global. Dalam artikel penelitian Universitas Sao Paulo oleh Gelse dan Leandro (2014) mengenai Iconic Building and City Marketing memaparkan bahwa adanya keterkaitan antara bangunan ikonik dengan pemasaran sebuah kawasan, wilayah maupun kota, yang dimaksudkan pemasaran disini adalah sarana untuk mempromosikan dan memperkenalkan suatu karakteristik dan citra sebuah kota dengan kesan bangunan yang monumental dan unik. Pemasaran sebuah kota menghadirkan sebuah “urban icons” menjadi sebuah elemen yang dapat memperlihatkan identitas lokal dengan keunikan budaya serta sejarah dari tempat tersebut. Berdasarkan pemaparan dari UKEssays mengenai The History of The Iconic Buidings and Marketing Cities, bahwa bangunan ikonik dapat menjadi suatu alat yang kuat dalam memperkenalkan sebuah kawasan maupun kota sebagai salah satu destinasi pariwisata. Citra sebuah bangunan ikonik dapat menjadi sebuah simbol maupun identitas baru suatu kota. Maka dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bangunan ikonik dapat efektif dan sukses dalam meningkatkan kesadaran publik akan tempat tersebut serta mendemonstrasikan arsitektur kontemporer ke dalam destinasi pariwisata. Untuk meningkatkan struktur ikonik dalam lingkungan perkotaan, hal ini harus didukung oleh produktivitas ekonomi terutama dalam pariwisata, petimbangan akan budaya, gaya hidup serta 21 nilai-nilai dari masyarakat setempat sehingga dapat mampu mencapai potensi yang diharapkan. Dari dua pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan arsitektur ikonik terhadap pemasaran khususnya untuk memasarkan dan memperkenalkan kepada masyarakat akan adanya lokasi atau tempat tersebut dengan mengupayakannya menjadi sebuah destinasi wisata. 2. 3. Studi Literatur Studi literatur yang diambil merupakan tinjauan terhadap tiga tempat pemasaran yang terdiri dari dua pusat pemasaran sentra industri yaitu International Batik Center, Pekalongan dan Sentra UKM Bangil, Pasuruan serta Galleria Centercity, Korea Selatan. Studi literatur ini akan dijadikan sebagai gambaran untuk perancangan sebuah pusat pemasaran dan promosi hasil industri nanti. International Batik Center, Pekalongan International Batik Center (IBC) terletak di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Sebuah sentra industri yang sudah menjadi kawasan industri terpadu ini selain memproduksi dan memasarkan hasil, kawasan ini juga menjadi salah satu objek wisata di Pekalongan. Bisnis usaha mikro yang banyak dijalankan oleh masyarakat Pekalongan tidak terlepas dari kerajinan dan industri batik. Nama Batik Pekalongan sendiri sudah cukup dikenal oleh kalangan masyarakat di Indonesia. Perindustrian batik yang menjadi sumber pendapatan utama dan penopang terbesar penghasilan seluruh warga serta pengusaha di Kota Pekalongan. Seiring berjalannya waktu, industri batik ini semakin berkembang dengan banyaknya pengusaha yang menjual serta memasarkan hasil produksi batik di beberapa kios yang ada dari hasil produksi batik yang mereka hasilkan. Tidak banyak para pengusaha terutama dari Kabupaten Pekalongan sendiri yang menempati kioskios untuk melakukan pemasaran yang telah disediakan oleh pemerintah kota yaitu Pusat Grosir Setono. 22 Gambar 6. Pemasaran Hasil Produksi di IBC, Pekalongan Sumber : www.google.com, diakses tanggal 8 Maret 2015 Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibuatlah suatu sentra industri batik yang memiliki beragam fasilitas penunjang demi meningkatkan roda perekonomian masyarakat dan pengusaha batik bahkan pendapatan daerah Kota Pekalongan, sentra industri ini juga terintegritas dengan pusat grosir yang telah ada. Fasilitas serta pelayanan yang diberikan memiliki standar yang dibilang cukup tinggi untuk sebuah sentra industri batik. Gambar 7. Denah Kawasan International Batik Center Pekalongan Sumber : http://www.parasantique.com/index.php?content=berita&id=93, diakses 8 Maret 2015 Sentra industri ini mengaplikasikan unsur dan ikon kebudayaan lokal yang ada di Kota Pekalongan untuk desain dan perancangan sebuah pusat pemasaran. Dapat dilihat dari desain bangunan dan gerbang utama dengan daya tarik visualitas yang menunjukan identitas kebudayaan lokal yang ada, yaitu batik dan tipologi bangunan 23 tradisional Jawa yang digunakan pada bangunan-bangunan yang memiliki fungsi khusus. Selain itu, adanya beragam fasilitas yang disediakan untuk pengunjung untuk mendukung segala aktifitas yang ada, seperti museum batik, kursus membatik, sarana ibadah, area wisata kuliner dan permainan anak serta ditunjang dengan area parkir yang luas. Gambar 8. Gerbang Utama dan Pendopo IBC, Pekalongan Sumber : http://www.internationalbatik.com, diakses 15 April 2015 Sentra UKM Bangil, Pusat Produk Industri Kecil Pasuruan Sentra UKM Bangil ini dapat dikatakan sebagai pusat dari segala sentra industri kecil khususnya dalam hal bordir dan lukisan di Kota Pasuruan, sentra UKM ini memberikan sebuah fasilitas penunjang bagi para pelaku industri untuk melakukan pemasaran. Fasilitas yang diberikan berupa satu gedung utama sebagai gerai untuk pemasaran segala produk industri yang diatur dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya serta ruko-ruko yang tersebar di beberapa cabang sentra industri yang lain. Di dalam kompleks industri ini juga memuat pengelompokkan UKM yang tersebar secara merata dalam sentra industri, seperti halnya UKM makanan yang ada di setiap sentra industri di dalam kompleks tersebut sehingga para pengunjung dan wisatawan yang datang ke sentra industri mendapatkan suatu kenyamanan saat akan berbelanja. Gambar 9. Gedung Pemasaran Sentra UKM Bangil, Pasuruan Sumber : http://disbudpar.pasuruankab.go.id/2014/10/sentra-ukm-bangil-pusat-produk-industri.html, diakses 8 Maret 2015 24 Pengunjung akan diarahkan ke gedung dimana semua barang hasil produksi dipamerkan, barang hasil produksi yang dipamerkan dalam gedung tersebut hanya sebatas kecil saja. Jika ada yang membelil dalam kuota yang cukup besar, maka akan diarahkan secara langsung ke produsennya. Secara tidak langsung sentra UKM ini memberikan dampak positif bagi para pelaku UKM, selain dapat meningkatkan pendapatan serta penghasilan baik pedagang maupun masyarakat sekitar sentra industri, kepedulian akan fasilitas penunjang yang mereka butuhkan lebih diutamakan, terutama dalam hal pemasaran dengan menyediakan 1 tempat khusus seperti yang telah dibahas sebelumnya. Galleria Centercity, Cheonan, Korea Selatan Galleria Centercity merupakan sebuah respon dari situasi arus pemasaran yang ada di Asia, dimana pertokoan besar dapat beroperasi menjadi sebuah tempat pertemuan sosial dan semi budaya dimana kualitas ruang publik di dalam bangunan tersebut diberlakukan sebagai desain aspek integral. Galleria Centercity dibangun dengan didasari pada pengamatan tren saat ini dalam perilaku terhadap ruang komersial besar. Khususnya di Asia Tenggara, tokotoko sebagian besar memiliki fungsi sosial, seperti orang bertemu, berkumpul, makan serta adanya window shopping. Dalam kasus ini, Galleria Centercity menawarkan pengalaman bagi para pengunjungnya yaitu memberikan pengalaman sosial-budaya di dalam fungsi komersial, dimana sebuah pusat perbelanjaan (departement store) tidak lagi hanya sebagai ruang komersil tetapi juga menjadi sebuah galeri dan museum. Gambar 10. Galleria Centercity Sumber : http://www.newarchitecture.biz/2011/04/galleria-centercity-unstudio.html diakses 1 Agustus 2015 25 Galleria Centercity menjadi sebuah departement store yang telah disiapkan untuk program budaya seperti pameran dan fashion show. Seluruh pemograman ruang Chonan Galleria dirancang dengan tujuan khusus yang saling terintegrasi antara ruang di dalam gedung dengan ruang di luar gedung dengan strategi desain global, seperti halnya sejumlah ruang budaya dan masyarakat (ruang seni dan pusat budaya serta ruang VIP) terintegrasi dengan ruang di bawah tanah yang memuat foodcourt dan supermarket. Gambar 11. Hubungan antara ruang luar dan dalam Sumber : http://www.newarchitecture.biz/2011/04/galleria-centercity-unstudio.html diakses 1 Agustus 2015 Untuk pengolahan fasade Galleria Centercity memiliki desain yang cukup unik yaitu menciptakan efek moire dan memproyeksikan animasi serta pola cahaya pada kulit bangunan pada siang dan malam hari dari dua lapisan foil. Penciptaan sebuah efek moire ini menjadi salah satu daya tarik dari bangunan ini, kulit bangunan menciptakan ilusi dengan menampilkan sebuah animasi yang terus menerus berubah yang juga memanfaatkan cahaya serta struktur dari fasade itu sendiri. Animasi yang ditampilkan meliputi isu-isu yang berkaitan dengan departement store, fashion¸ peristiwa, seni dan kehidupan publik. 26 Gambar 12. Pengolahan Fasade Bangunan Sumber : http://www.newarchitecture.biz/2011/04/galleria-centercity-unstudio.html diakses 1 Agustus 2015 Gambar 13. Penampilan Fasade Bangunan pada Siang dan Malam Hari Sumber : http://www.newarchitecture.biz/2011/04/galleria-centercity-unstudio.html diakses 1 Agustus 2015 27 Tabel 5. Hasil Studi Literatur Galleria Centercity, Korea Selatan Moderen Pengolahan fasade bangunan dengan menggunakan efek moire dan animasi bergerak yang dapat dinikmati pada siang maupun malam hari Gallery/ museum serta pusat perbelanjaan (departement store) Variabel IBC, Pekalongan Sentra UKM, Pasuruan Gaya Bangunan Tradisional Moderen Karakteristik Bangunan Menggunakan tipologi arsitektur Jawa Tengah (rumah joglo) sebagai center point nya - Fungsi Pusat pemasaran industri Batik Pekalongan Sarana pemasaran dan promosi hasil industri Fasilitas Museum, area edukasi dan workshop (kursus membatik), permainan anakanak dan area wisata keluarga Menyediakan area untuk pemasaran produk-produk hasil industri Museum dan gallery, area pameran dan fashion show, supermarket, foodcourt Produk yang ditawarkan Batik Pekalongan dan olahan kerajinan Bordir, semua jenis pakaian dan lukisan Semua jenis produk yang ada di pusat perbelanjaan Sumber : Olahan Penulis (2015) 28 2. 4. Kerangka Berpikir Gambar 14. Kerangka Berpikir Sumber : Olahan Penulis (2015)