PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PENDEKATAN

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
MELALUI PENDEKATAN SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Mahmuddin
Dosen PJKR FIK Universitas Negeri Medan
Abstrak
Physical education is a way to develop the child's motor perceptual abilities that affect the
development of child's creativity. The development of child's creativity would be formed if in the
learning process, student was given the freedom of expression and exploration. Teacher has an
important role in the development of student's creativity. Creative teacher will produce student
who is creative as well. SAVI approach (somatic, auditory, visual, intellectual) is a learning
method that involves the emotions, the whole body, allsenses, and all into andprivate breadth,
respecting other individual learning styles that student learns in different ways. SAVI approach
will give freedom to the student so that the learning is more effective in developing student’s
creativity.
Keywrods: Resarch creative child's SAVI approach (somatic, auditory, visual, intellectual)
PENDAHULUAN
Permasalahan seperti diuraikan di atas bisa berdampak pada munculnya masalah-masalah
lain, seperti siswa memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah dan keterampilan gerak yang
tidak memadai (Panggrazi Daeur, 1995), adanya ketidaktermotivasian peserta didik untuk
berpartipasi dalam aktivitas pendidikan jasmani di sekolah (Lavay, dkk., 1999). Tidak
mengherankan jika kemudian mencuat istilah krisis ketidak percayaan dalam pendidikan jasmani.
Berdasarkan fakta empirik, tampak adanya fenomena bahwa proses pembelajaran
pendidikan jasmani cenderung masih menggunakan model pembelajaran yang mengekang
kebebasan siswa. Padahal dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kebebasan untuk
memilih dan menentukan materi yang dipelajarinya, termasuk bagaimana cara mempelajarinya,
sehingga situasi kebebasan dapat tercipta, dan para siswa akan mendapatkan penghargaan atas
hasil usahanya, sehingga diharapkan dapat membentuk kreativitasnya.
Pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual, Intelektual) menganut pendidikan
menyeluruh, yaitu pembelajaran yang melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalam serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa
siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran ini, pengembangan kreativitas melalui berbagai bentuk aktivitas jasmani, yang pada
prinsipnya siswa diberi kebebasan untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri serta segala
potensi yang berbeda-beda pada siswa dapat berkembang. Potensi-potensi tersebut merupakan
elemen-elemen yang dimiliki oleh semua siswa sebagai suatu potensi kreatif.
1
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
Betapa pentingnya kreativitas dalam sistem pendidikan, hal ditekankan oleh para wakil
rakyat melalui Tap MPR RI No. 11/MPR/1983, sebagai berikut: “sistem pendidikan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang yang memerlukan jenis-jenis
keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu,
dan efisiensi kerja”. Ketetapan ini menunjukkan bahwa pentingnya pengembangan kreativitas bagi
pembangunan sehingga sisitem pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan.
Sistem pendidikan yang dimaksud adalah peningkatan mutu pendidikan termasuk pendidikan
jasmani.
Kreativitas merupakan kemampuan yang harus dikembangkan, dilatih dan dipelihara,
sebagaimana dinyatakan oleh Treffinger (1984), “sebagian besar dari kita sesungguhnya memiliki
elemen-elemen kreativitas, masalahnya apakah dikembangkan atau tidak. Karena sesungguhnya
kreativitas dapat dibentuk atau dilatih”. Sedangkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasamni, bermain, dan
berolahraga yang dirancang secara sistematis guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan
fisik, keterampilan motorik, keterampilan berpikir, emosional, sosial, dan moral. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan
aktif sepanjang hayat.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa sebenarnya terdapat beberapa hal yang sangat berkaitan
antara pendidikan jasmani dan kreativitas diantaranya adalah pendidikan jasmani menyediakan
media bagi pengembangan kreativitas seperti merangsang keterampilan berpikir, mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional.
PENGEMBANGAN PERSEPTUAL MOTORIK SEBAGAI DASAR KREATIVITAS
ANAK
Perseptual motorik merupakan istilah yang digunakan untuk mengaitkan antara fungsi
kognitif dan keterampilan gerak (Thomas, Lee, 1988: 62). Sementara itu Barrow dan McGee
(1976: 134) menyatakan bahwa perseptual motorik menunjukkan kepada kemampuan individu
untuk menerima, menginterpretasikan dan memberikan reaksi dengan tepat kepada sejumlah
rangsangan yang datang kepadanya, tidak hanya dari luar dirinya tetapi juga dari dalam. Pendapat
tersebut mengisyaratkan bahwa konsep perseptual motorik menunjuk kepada pengambilan
informasi yang didapat untuk menghasilkan perilaku motorik.
Menurut Cohen (Clifton, 1971: 33) perseptual motorik dibentuk oleh dua sistem yaitu (1)
sistem persepsi dan (2) sistem indera. Kedua sistem ini tidak dapat dipisahkan, karena seseorang
tidak mungkin melakukan aktivitas tanpa persepsi atau sebaliknya, karenanya kedua sistem
tersebut merupakan satu kesatuan sistem perseptual motorik. Berdasarkan uraian di atas dapat
dikatakan bahwa kemampuan perseptual motorik berpengaruh terhadap perkembangan intelektual,
sosial dan emosional. Perseptual motorik mendorong seseorang untuk mengeksplorasi
pengetahuan dari lingkungannya, mampu mengendalikan tubuhnya terhadap objek luar dan
memiliki kualitas gerak yang baik. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan seperti yang diuraikan
pada bagian terdahulu bahwa fungsi kreatif ini sebenarnya telah mulai berkembang sejak anak
berusia 4 tahun, yang ditandai dengan berkembangnya struktur otak bagian bawah hingga 80%
serta berkembangnya kecerdasan yang lebih tinggi. Pada fase ini fungsi motorik mulai berkembang
2
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
melalui bermain, menirukan dan pembacaan cerita. Sedangkan kecerdasan yang lebih tinggi akam
berkembang apabila anak dirawat benar dan dengam memperhatikan kesehatan emosionalnya.
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI BENTUK-BENTUK AKTIVITAS
JASMANI
Pada prinsipnya kreativitas dapat terbentuk jika tidak ada pengekangan terhadap
kebebasan. Melalui penerapan bentuk-bentuk kativitas jasmani, yang didalamnya memberi
kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi dan mengekspresikan dirinya melalui kegiatan-kegiatan
yang ada dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat mengembangkan kreativitas, sebab
kreativitas dapat terbentuk jika tidak ada pengekangan terhadap kebebasan. Sangat disadari oleh
kalangan pendidik utamanya pendidikan jasmani masalah pengembangan kreativitas hendaknya
dilakukan sedini mungkin mengingat kreativitas merupakan fondasi dalam rangka membentuk
manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Selain itu Suyanto (1995) merngatakan bahwa
“kreativitas bukanlah semata-mata bawaan dari kelahiran. Sebaliknya kreativitas memang bisa
dilatihkan pada seseorang”.
Dalam kaitannya dengan pengembangan kreativitas, banyak sekali jenis dan bentuk
gerakan yang perlu dipelajari, dibina, dan disesuaikan dengan kebutuhan diri, perkembangan
gerak, dan bahkan norma sosialnya. Dengan pengertian lain anak dituntut dan diarahkan belajar
gerak yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dirinya, termasuk kebutuhan
perkembangan kreativitasnya yang diyakini sebagai salah satu aspek yang memiliki kontribusi
terhadap keberhasilan anak.
PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Menurut hasil forum Crnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et al., 2001), di abad
informasi sekarang ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam
pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah memiliki pemahaman yang baik tentang
kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis
data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, mempercepat kreativitas sejati siswa,
dan memiliki kemampuan kerjasama dengan orang lain.
Guru harus memperhatikan banyak hal berkenaan dengan siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani seperti aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, dan karakteristik
psikologi anak sehingga pedekatan pembelajaran, materi pelajaran, metode pembelajaran, sarana
dan prasarana yang digunakan serta alat evaluasi sesuai dengan kebutuhan anak. Peran guru
diharapkan dapat belajar sepanjang hayat seirama dengan pengetahuan yang mereka perlukan
untuk mendukung pekerjaannya serta menghadapi tantangan dan kemajuan sains dan teknologi.
Kemampuan guru merupakan komponen penting dalam pembelajaran sebagai fasilitator
dan motivator bagi anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Showers
dalam Griffin, Mitchell dan Oslin (1997: 228) mengidentifikasi empat keterampilan dan sikap
yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu (1) kemampuan mentransfer, (2) ketekunan, (3) dapat
memenuhi tuntutan kognitif dalam pembelajaran, dan (4) mempunyai fleksibilitas terhadap
inovasi.
Kemampuan mentransfer merupakan kemampuan menyampaikan sesuatu yang telah
diketahui dari satu situasi ke situasi lain. Hal ini penting karena membuat perubahan dari satu
situasi ke situasi lain bukanlah hal yang mudah. Guru ataupun pembina yang memiliki kemampuan
mentransfer suatu metode ke metode yang lain dengan menggunakan pendekatan yang berbeda3
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
beda akan dapat dengan mudah beradaptasi terhadap berbagai model pembelajaran, termasuk
pengembangan kreativitas.
PENDEKATANPEMBELAJARAN SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
Prinsip dasar pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL),
maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi
3. Kerjasama membantu proses pembelajaran
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik
6. Menyerap informasi secara langsung dan otomatis
Istilah SAVI ini sendiri yaitu somatik, auditori, visual, dan intelektual. Maka
karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1. Somatik
Somatik adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba,
kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran
berlangsung).
2. Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari,
telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari.
Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita
menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran hendaknya mengajak siswa
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan
suara. Mengajak siswa berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan
informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman
belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri siswa sendiri. Belajar melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan
menanggapi
3. Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang
menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan
seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Belajar haruslah
menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemostrasikan, membaca,
menggunakan media dan alat peraga
4. Intelektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,
mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
4
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
PENUTUP
Pendidikan jasmani dan pengembangan kreativitas memiliki kaitan, diantaranya adalah
pendidikan jasmani menyediakan media bagi pengembangan kreativitas seperti merangsang
keterampilan berpikir, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Pendidikan jasmani
merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga.
Hal ini merupakan sarana pengembangan kemampuan perseptual motorik anak, yang berpengaruh
terhadap pengembangan kreativitas anak, karena perseptual motorik mendorong seseorang untuk
mengeksplorasi pengetahuan dari lingkungannya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
kemampuan perseptual motorik mempengaruhi fungsi kognitif, sosial dan emosional anak.
Pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual, Intelektual) menganut pendidikan
menyeluruh, yaitu pembelajaran yang melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalam serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa
siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran ini, pengembangan kreativitas melalui berbagai bentuk aktivitas jasmani, yang pada
prinsipnya siswa diberi kebebasan untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri serta segala
potensi yang berbeda-beda pada siswa dapat berkembang. Potensi-potensi tersebut merupakan
elemen-elemen yang dimiliki oleh semua siswa sebagai suatu potensi kreatif
5
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017
Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga
STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan, Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 2006.
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 3, Tentang Pendidikan Nasional.
Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa Mizan Pustaka
Roebyarto. (2009). Pendekatan SAVI. Tersedia: http://roebyarto.multiply.com/
journal/item/21. [26 Oktober 2009].
Mosston, Musca, Asworth, Sara. (1994). Teaching Physical Education; Fourth Edition. New
York: Macmillan Publishing Company.
DePorter, Bobbi. (2005). Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor,
Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. (2005). The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang
Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.
Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan PotensiKreatif
dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Sugiyanto. (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13.
Gallahue, D.L. & Ozmun, J.C. (1998). Understanding Motor Development, FourthEdition. Sin
gapore : Mc Graw-Hill International Book Company.
Mosston, Muska, (edisi Kedua), (1981). Teaching Physical Education.Ohio : Clarks E.Merrill P
ublishing Company.
Ruindungan Max. G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah
Umum. Disertasi Doktor PPs IKIP Bandung.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Utami Munandar. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Utami Munandar. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
6
Download