EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED

advertisement
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS
ASSISTED INDIVIDUALIZATION DITINJAU DARI
ADVERSITY QUOTIENT SISWA
Septiana Wijayanti1, Yuliana2
Pendidikan Matematika, Universitas Widya Dharma
Email: [email protected]
2)
Pendidikan Matematika, Universitas Widya Dharma
Email: [email protected]
1)
Abstract
This research aimed to find out: (1) which one gives better in mathematics learning
achievement, learning models of Teams Assisted Individualization or conventional,
(2) which one have better in mathematics learning achievement, students having
climbers, campers or quitters of Adversity Quotient, (3) in each learning model,
the level of Adversity Quotient which one have better mathematics learning
achievement, students having climbers, campers or quitters of Adversity Quotient,
(4) in each student’s level of Adversity Quotient which one gives better in
mathematics learning achievement, learning models of TAI or conventional. This
research was a quasi-experimental research with 2 x 3 factorial design. The
population of research was all students in XI IPA SMA Negeri 1 Pulokulon. The
samples were chosen by using cluster random sampling. The instruments that were
used to collect the data were the documentation of mathematics achievement,
questionnaire of Adversity Quotient and test of mathematics achievement. The
result of research showed as follows: (1) learning model TAI provided better
learning achievement than conventional, (2) the students having climbers,
campers, and quitters had equally mathematics learning achievement, (3) in each
learning model, the students having climbers, campers, and quitters had equally
mathematics learning achievement, (4) in each Adversity Quotient, learning model
TAI provided better learning achievement than conventional.
Keywords: teams assisted individualization, adversity quotient
belajar.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan
dimana
kualitasnya
pengetahuan
merupakan
individu
terhadap
dan
proses
mengembangkan
Suatu
proses
pembelajaran
dikatakan efektif apabila tujuan dari proses
pembelajaran
tersebut
belajar,
dapat
tercapai.
suatu
proses
agama,
ilmu
Dengan
moralnya,
yang
perkembangan individu dan perkembangan
membuatnya mampu mengklaim dirinya
masyarakat dapat dilihat.
sebagai manusia. Pendidikan itu sendiri
Pendidikan
berkewajiban
merupakan suatu proses interaksi antara
mempersiapkan
generasi
pendidik dan peserta didik. Salah satu
sanggup menghadapi tantangan zaman
upaya untuk menempuh pendidikan adalah
baru yang akan datang. Perkembangan
dengan cara menempuh suatu proses
masyarakat
beserta
baru
yang
kebudayaannya
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
246
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
semakin mengalami percepatan meliputi
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pulokulon.
seluruh aspek terutama pada bidang ilmu
Hal ini terlihat dari hasil ujian semester
pengetahuan dan teknologi (Tirtarahardja
genap tahun ajaran 2014-2015 yang jauh
dan Sulo, 2012: 130). Oleh karena itu,
dari kriteria nilai yang ditetapkan yaitu 75.
siswa harus aktif dalam pencarian dan
Prestasi belajar matematika yang masih
pengembangan
rendah
pengetahuan
sehingga
salah
satunya
fungsi
yang
pengusaan
kognitif yang tinggi serta kecakapan dan
mempunyai rata-rata nilai 42,86. Hal ini
sikap atau karakter yang baik. Kemampuan
dimungkinkan oleh beberapa faktor yaitu
kognitif, kecakapan, dan karakter yang
kurang pahammnya konsep atau pun
baik pada diri siswa dapat diperoleh salah
definisi
satunya
misskonsepsi. Kesulitan lainnya adalah
proses
pembelajaran
matematika.
dari
limit
pada
diharapkan siswa mempunyai kemampuan
melalui
materi
terlihat
limit
sehingga
terjadi
kurangnya kepekaan siswa terhadap variasi
Matematika merupakan ilmu dasar
soal.
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
Rendahnya prestasi belajar pada
teknologi. Untuk memahami informasi dan
materi limit fungsi juga dipengaruhi
teknologi yang semakin berkembang pesat,
kemampuan guru dalam menyampaikan
maka diperlukan penguasaan matematika
materi pelajaran. Pembelajaran dengan
yang baik. Menurut Daryanto (2012: 240)
menggunakan metode ceramah membuat
matematika perlu diberikan kepada semua
siswa
peserta didik mulai dari sekolah dasar
menggunakan model pembelajaran yang
untuk membekali mereka berpikir logis,
dilakukan akan dapat
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
semangat belajar siswa dan siswa akan
mampu bekerja sama. Dalam matematika,
lebih aktif dalam berpikir dan lebih mudah
pemahaman konsep merupakan faktor
memahami materi pembelajaran sehingga
yang sangat penting. Untuk memahami
prestasi belajar akan meningkat. Oleh
konsep-konsep matematika maka siswa
sebab itu, untuk meningkatkan prestasi
harus diposisikan sebagai individu yang
belajar siswa perlu suatu usaha dari guru
aktif
mengkonstruksikan
dalam menciptakan proses pembelajaran
pengetahuan melalui proses belajar yang
yang kondusif agar kemampuan yang
interaktif.
dimiliki siswa dapat berkembang dengan
dalam
Masalah
prestasi
belajar
yang
bosan.
Ketepatan
guru
dalam
membangkitkan
baik.
kurang memuaskan terjadi pada siswa
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
247
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
Salah satu upaya yang dilakukan
oleh
guru
adalah
melaksanakan
berasal dari dalam diri siswa, antara lain
motivasi, konsentrasi siswa dalam belajar,
pembelajaran kooperatif, dimana siswa
pengolahan
bekerja dalam kelompok yang memiliki
perolehan hasil belajar, menggali hasil
kemampuan
satunya
belajar, kemampuan berprestasi dan cita-
dengan
cita. Sedangkan faktor eksternal adalah
pembelajaran
faktor yang berasal dari luar diri siswa,
melakukan
heterogen.
Salah
pembelajaran
menggunakan
kooperatif
model
tipe
Individualization
Team
Assisted
(TAI).
Model
pembelajaran,
memilih
memiliki
pembelajaran,
mudah
sederhana
diaplikasikan
dalam
sehingga
proses
pembelajaran. Menurut Slavin (2008: 190)
ajar,
menyimpan
antara lain guru, sarana dan prasarana
pembelajaran tersebut dirasa cocok karena
sintaks
bahan
ketepatan
pendekatan
guru
dalam
maupun
model
kebijakan
pemerintah,
lingkungan sosial dan keluarga (Slameto,
2010: 60).
dengan menggunakan model pembelajaran
Salah satu faktor internal yang
TAI maka para siswa akan termotivasi
sangat
untuk mempelajari materi yang diberikan
siswa adalah Adversity Quotient (AQ).
dengan cepat dan akurat, dan tidak akan
Menurut Stoltz (2003: 9) AQ merupakan
bisa berbuat curang atau menemukan jalan
kemampuan
pintas. Dalam pembelajaran sehari-hari,
mencapai kesuksesan. Dalam hal ini
penyampaikan materi limit fungsi masih
berkaitan dengan kemampuan untuk tetap
menggunakan
tenang
konvensional
pembelajarannya
model
pembelajaran
yang
berupa
metode
ceramah
dan
mempengaruhi
dan
menghadapi
yang
sabar,
prestasi
dibutuhkan
serta
kesulitan
belajar
untuk
kemampuan
dengan
kepala
dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang
tanya jawab, maka dalam penelitian ini
tahan
mengambil satu kelas kontrol yang dalam
menghadapi, bukan menghindari, tidak
pembelajarannya
model
menyerah pada rasa tidak berdaya atau
pembelajaran langsung dimana metode
putus asa. Santos (2012) AQ dapat
pembelajarannya
digunakan
menggunakan
adalah
ceramah
dan
tanya jawab.
Selain
menghadapi
sebagai
kesulitan
bagian
akan
dari
pengembangan program fakultas untuk
model
pembelajaran,
prestasi belajar siswa juga dipengaruhi
membuat guru pendidikan lebih tangguh
dan menjadi tenaga kerja yang kompeten
oleh faktor internal dan faktor eksternal
siswa. Faktor internal adalah faktor yang
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
248
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
AQ dapat memberi tahu seberapa
2. METODE PENELITIAN
jauh anda dapat bertahan menghadapi
Penelitian ini dilakukan di SMA
kesulitan dan kemampuan anda dapat
Negeri
mengatasinya. Setiap siswa mempunyai
merupakan penelitian kuasi eksperimen
sikap yang berbeda dalam menyelesaikan
dengan rancangan faktorial 2 x 3. Populasi
masalah-masalah matematika. Sebagian
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
siswa mungkin akan menyerah sebelum
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pulokulon
mencoba menyelesaikannya, tetapi ada
yang terdiri dari 120 siswa kemudian
beberapa siswa yang berhenti di tengah
ditentukan satu kelas eksperimen dan satu
jalan dan ada beberapa siswa yang
kelas
mungkin
besaran
berusaha
menyelesaikannya
untuk
agar
tetap
mendapatkan
penyelesaian dari masalah tersebut.
1
Pulokulon.
kontrol.
Dalam
sampel
Penelitian
penelitian
penelitian
ini
ini,
ditetapkan
dengan cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode
Penelitian ini mempunyai tujuan
dokumentasi, metode tes, dan metode
untuk mengetahui: (1) manakah yang
angket. Intrumen penelitian terdiri atas
menghasilkan prestasi belajar lebih baik
angket AQ siswa dan tes prestasi belajar
antara
matematika dalam bentuk uraian.
siswa
pembelajaran
yang
dikenai
model
TAI
atau
model
Data kemampuan awal maupun
pembelajaran langsung, (2) manakah yang
data prestasi belajar
mempunyai prestasi belajar lebih baik,
prasyarat
antara siswa dengan AQ tipe climbers,
populasi menggunakan metode Lilliefors
campers, atau quitters, (3) pada masing-
dan uji homogenitas variansi populasi
masing model pembelajaran, manakah
menggunakan metode Bartlett. Sebelum
yang mempunyai prestasi belajar lebih
melakukan
baik pada siswa dengan AQ tipe climbers,
keseimbangan terhadap kemampuan awal
campers, atau quitters, (4) pada masing-
matematika menggunakan anava satu jalan
masing
dengan sel tak sama.
tipe
AQ,
manakah
yang
dilakukan
meliputi
uji
eksperimen,
uji
normalitas
dilakukan
uji
menghasilkan prestasi belajar lebih baik,
Data prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran
dianalisis menggunakan analisis variansi
TAI atau model pembelajaran langsung.
dua jalan dengan
sel tak sama. Uji
hipotesis menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama. (Budiyono,
2009: 170). Dari hasil uji normalitas dan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
249
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
uji homogenitas data kemampuan awal
Berdasarkan Tabel 1, hipotesis H0A
dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
ditolak berarti pada masing-masing model
masing-masing
pembelajaran
kelompok
berdistribusi
menghasilkan
prestasi
normal dan berasal dari populasi yang
belajar yang berbeda. Karena model
homogen.
pembelajaran
yang
penelitian hanya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan
Berdasarkan hasil uji prasyarat
bahwa semua sampel berasal dari populasi
berdistribusi
normal
dan
mempunyai
variansi yang sama (homogen). Kemudian
dilakukan
uji
keseimbangan
untuk
dua
dapat
variabel,
dilihat
dari
dalam
maka
rerata
marginalnya.
yang terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas variansi diperoleh simpulan
digunakan
Berikut disajikan rangkuman hasil
perhitungan rerata marginal data pada
Tabel 2.
Tabel 2.
Rerata Data Antar Sel dan Rerata
Marginal
mengetahui kemampuan awal masingmasing sampel, diperoleh simpulan bahwa
sampel eksperimen dan kontrol berasal
dari
populasi
yang
kemampuan
awal
Selanjutnya
dilakukan
mempunyai
matematika
uji
sama.
hipotesis
Dilihat dari rerata marginal pada
menggunakan anava dua jalan dengan sel
tabel
tak sama. Dengan taraf signifikansi 0,05,
matematika
berikut
menghasilkan prestasi yang lebih baik
disajikan
rangkuman
hasil
2,
maka
dalam
model
pembelajaran
pembelajaran
TAI
perhitungan analisis variansi dua jalan
dibandingkan
dengan sel tak sama.
langsung. Dalam hal ini dikarenakan
Tabel 1.
Rangkuman Analisis Variansi Dua
Jalan dengan Sel Tak Sama
model
model
pembelajaran
TAI
pembelajaran
mempunyai
beberapa kelebihan antara lain. Para siswa
akan termotivasi untuk mempelajari materi
yang diberikan dengan cepat dan akurat,
dan tidak akan bisa berbuat curang,
tersedianya
banyak
cara
pengecekan
penguasaan supaya para siswa jarang
menghabiskan waktu mempelajari kembali
materi yang sudah mereka kuasai atau
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
250
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
menghadapi
kesulitan
serius
yang
membutuhkan bantuan guru, programnya
matematika siswa pada tipe campers sama
dengan tipe quitters.
mudah dipelajari baik oleh guru maupun
Tidak sesuainya hipotesis kedua
siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak
dengan hasil penelitian dikarenakan ada
membutuhkan guru tambahan atau tim
faktor lain yang bukan merupakan variabel
guru. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
penelitian. Faktor tersebut antara lain siswa
yang dilakukan oleh Tarim dan Akdeniz
belum
(2007) yang menyimpulkan bahwa model
langkah dalam model pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif TAI lebih efektif
tipe AQ yang dimiliki siswa. Hal ini
dibandingkan dengan model pembelajaran
dikarenakan siswa terbiasa mendapatkan
konvensional.
pembelajaran dengan cara mendengarkan
bisa
mengoptimalkan
langkah-
Merujuk pada Tabel 1, Hipotesis
guru dalam menyampaikan materi, melihat
H 0 B diterima, berarti siswa dengan AQ
contoh-contoh soal yang diberikan oleh
tipe
quitters
guru, serta menggunakan rumus yang
menghasilkan prestasi belajar yang sama
diberikan tanpa mengetahui bagaimana
pada
cara
climbers,
campers,
pembelajaran
dan
matematika.
Ada
untuk
kemungkinan hal ini disebabkan pada
permasalahan
pokok bahasan yang dipelajari, sehingga
pemahaman
dalam
dimilikinya.
penerapan
model-model
menyelesaikan
berdasarkan
dan
ide
pengetahuan
suatu
dari
yang
Berdasarkan Tabel 1 Hipotesis
pembelajaran yang berbeda pun akan
cenderung sama. Hal ini tidak sesuai
H 0 AB
dengan penelitian Cornista and Macasaet
interaksi antara model pembelajaran dan
(2012) tentang hubungan antara AQ dan
tipe AQ siswa tipe climbers, campers, dan
motivasi
quitters
berprestasi
menunjukkan
responden dengan tingkat AQ
diterima, berarti tidak terdapat
terhadap
prestasi
belajar
tinggi
matematika siswa. Selanjutnya, karena uji
memiliki tingkat motivasi untuk prestasi
hipotesis H0B dan H0AB diterima maka
yang tinggi juga. Penelitian lain yang
tidak perlu dilakukan uji komparasi rerata
terkait adalah penelitian Siti Nureini
antar kolom dan uji komparasi rerata antar
(2011), yang menunjukkan bahwa prestasi
sel pada masing-masing kategori model
belajar
pembelajaran dan tipe AQ.
matematika
siswa
pada
tipe
climbers lebih baik daripada prestasi
belajar siswa pada tipe campers dan
quitters,
sedangkan
prestasi
belajar
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
251
Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 246-252
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, pada siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Pulokulon pada materi limit
fungsi disimpulkan sebagai berikut.
Prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran TAI lebih
baik daripada prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran
langsung. Siswa dengan AQ tipe climbers,
campers, dan quitters mempunyai prestasi
belajar yang sama pada pembelajaran
matematika. Pada masing-masing model
pembelajaran, siswa dengan AQ tipe
climbers,
campers,
dan
quitters
mempunyai prestasi belajar yang sama
pada pembelajaran matematika. Pada
masing-masing tipe AQ, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran TAI lebih baik daripada
prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembalajaran langsung.
Dari simpulan yang dihasilkan,
guru hendaknya termotivasi untuk
menerapkan model TAI agar proses
pembelajaran mampu mengoptimalkan
pemahaman siswa terhadap suatu konsep
matematika.
Guru
hendaknya
memperhatikan faktor yang berasal dari
dalam diri siswanya meskipun dalam
penelitian ini AQ siswa memberikan
pengaruh yang sama terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
5. DAFTAR PUSTAKA
Cornista, G. A. L dan Macasaet, C. J. A.
( 2012). Adversity Quotient And
Achievement
Motivation
Of
Selected Third Year And Fourth
Year Psychology Students Of De
La Salle Lipa A.Y. 2012-2013.
Tesis. De La Salle Lipa: The
Faculty of the College of
Education, Arts, and Sciences.
Daryanto. (2012). Model Pembelajaran
Inovatif. Yogyakarta: Gava Media
Santos, M.C.J. (2012). Assessing The
Effectiveness Of The Adapted
Adversity Quotient Program In
Spesial Education School. Journal
Of Arts, Science & Commerce. Vol.
3 Issue 4(2), pp: 13-23
Siti
Nureini. (2011). Eksperimentasi
Pembelajaran Matematika dengan
Model Pembelajaran Think Talk
Write (TTW) dan Numbered Head
Together (NHT) ditinjau dari
Adversity Quotient Siswa Kelas
VII SMP di Surakarta. Tesis.
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin,
R. E. (2008). Cooperative
Learning.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya
Stoltz, P. G. (2003). Adversity Quotient:
Mengubah Hambatan Menjadi
Peluang. Jakarta: PT Grasindo.
Tirtarahardja, dan Sulo, S. L. (2012).
Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Asdi Mahasatya.
Budiyono. (2009). Statistika Untuk
Penelitian. Surakarta: UNS Press
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
252
Download