universitas siliwangi tahun 2017 - Simpemaus

advertisement
USULAN PROGRAM
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM GERAKAN MASYARAKAT SADAR ASI (AIR SUSU IBU)
DI KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA
OLEH :
Siti Novianti
Sri Maywati
NIDN 04-3105-8102
NIDN 04-0207-7701
UNIVERSITAS SILIWANGI
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
Pengesahan
Daftar Isi
Ringkasan
A. Analisis Situasi
B.Permasalahan Mitra
C.Solusi yang Ditawarkan
D.Target dan Luaran
E.Kelayakan Perguruan Tinggi
F.Biaya dan Jadwal
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Justifikasi Anggaran Biaya
2. Biodata Tim Peneliti
3. Surat Pernyataan Mitra
4. Peta Wilayah
.......................................................
.......................................................
..............................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
i
Hal
I
Ii
Iii
1
2
3
5
5
6
RINGKASAN
Perilaku menyusui di kalangan ibu yang memiliki balita di kecamatan Sukarame
Kabuaten Tasikmalaya masih terbatas. Data Puskesmas Sukarame menyebutkan
bahwa pencapaian cakupan ASI Eksklusif baru 58,36 % dari target nasional 90%.
Hal ini dikarenankan kurangnya informasi dan pendampingan dari petugas
kesehatan. Hasil survey awal dan wawancara pada Kader di Posyandu Edelweid
dan Posyandu Dahlia Kec. Sukarame menyatakan bahwa ibu balita masih banyak
yang belum memahami mengenai manajemen pemberian ASI. Target dan luaran
yang diharapkan adalah terbentuknya gerakan masyarakat sadar ASI,
terbentuknya pemahaman yang baik mengenai pentingnya ASI dan terlaksananya
pendampingan dan support grup bagi ibu menyusui. Solusi yang ditawarkan
adalah adanya pelatihan bagi 60 ibu balita di Posyandu Edelweis dan Posyandu
Dahlia di kecamatan Sukarame kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya mengenai
manajemen pemberian ASI, yang meliputi kegiatan grup empowerment,
workshop dengan materi anatomi payudara dan perlekatan menyusui, manfaat
menyusui dan risiko susu formula, persiapan menyusui pasca persalinan, teknik
memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah, menyapih, persiapan MP-ASI.
ii
Judul IbM :
IbM GERAKAN MASYARAKAT SADAR ASI
DI
KECAMATAN
SUKARAME
KABUPATEN
TASIKMALAYA
A. ANALISIS SITUASI
Pemerintah sepakat bahwa gizi 1000 hari kehidupan merupakan salah satu
upaya untuk meningkatan kesehatan bayi dan balita serta mengurangi angka
kematian, yang terdiri dari gizi yang diberikan selama 9 bulan ibu hamil serta 2
tahun pertama pertumbuhan anak.
Pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan juga
merupakan salah satu indikator kekurangan gizi di Indonesia. Kecenderungan ibu
di Indonesia lebih senang memberikan susu formula dibandingkan memberikan
ASI eksklusif karena alasan kesibukan sebagai wanita karier maupun kurangnya
pemahaman mengenai manfaat pemberian ASI. Data riskesdas menunjuukan
bahwa 60% wanita di Indonesia yang memberikan ASI pada enam bulan pertama,
dan jumlahnya semakin berkurang, hingga sekitar 40% saja yang masih menyusui
anaknya hingga dua tahun.
Menyusui merupakan kegiatan alamiah. Secara teori, sebanyak 95%
perempuan mampu menyusui anaknya secara normal. Hanya 5 % saja perempuan
yang mengalami kesuliatan dalam menyusui dan mengalami gangguan pada
payudaranya. Tetapi kurangnya pemahaman tentang proses fisiologis menyusui,
manfaat pemberian ASI, keunggulan ASI dibandingkan susu formula menjadikan
banyak dari para wanita yang kurang memiliki komitmen untuk memberikan ASI.
Hal ini salah satunya bisa disebabkan karena kurangnya pendampingan dari
petugas kesehatan maupun masih terbatasnya gerakan masyarakat peduli ASI.
Memberikan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan pemberian ASI pada
bayi hingga usia 2 tahun termasuk ke dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di tatanan rumah tangga. Tetapi berdasarkan data Puskesmas Sukarame,
pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga baru 34,21%. Hasil
pendataan juga menunjukkan bahwa cakupan ASI esksklusif baru 58,36% padahal
target pemerintah adalah 90%.
1
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kader kelurahan Setiawargi,
menyatakan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif terutama di Posyandu
Edelweiss dan Posyandu Dahlia masih terbatas meskipun sebagian besar ibu tidak
bekerja. Berdasarkan hasil survey, masih adanya rasa kurang percaya diri apabila
bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan susu formula. Masih ditemukan juga
kesulitan pemberian ASI pada ibu baru melahirkan karena kurangnya informasi
dan pendampingan. Hasil survey awal menunjukkan bahwa hampir semua ibu
balita di wilayah kecamatan Sukarame belum pernah mendapatkan pengetahuan
dan pelatihan khusus mengenai ASI.
Dengan pendekatan masyarakat khususnya ibu balita yang diberikan
pelatihan dan pemahaman mengenai manajemen pemberian ASI, diharapkan hal
tersebut bisa
menjadi suatu gerakan masyarakat yang efektif dalam upaya
mendorong kesadaran masyarakat di sekitarnya dalam dukungan pemberian ASI.
Kegiatan ini dinamakan sebagai Gerakan Masyarkat Sadar ASI dimana sejumlah
ibu balita diberikan pelatihan dan selanjutnya para ibu balita tersebut akan
membagi pengetahuan yang telah diperoleh kepada ibu-ibu lainnya serta
melakukan support grup dan pendampingan kepada ibu menyusui yang ada di
wilayah kecamatan Sukarame.
B. PERMASALAHAN MITRA
1) Terbatasnya perilaku menyusui dikalangan ibu yang memiliki balita
2) Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan ibu balita yang berhubungan
dengan manajemen pemberian ASI
3) Belum tersedianya gerakan masyarakat dan support grup pendukung ASI
C. SOLUSI YANG DITAWARKAN
1) Metode Pendekatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan
pada 60 ibu balita dari Posyandu Edelweis dan Posyandu Dahlia dengan
menggunakan metode ceramah, pendampingan, instruksional, tanya jawab,
diskusi dan praktik. Praktik yang dimaksud adalah antara lain praktik
2
perawatan payudara, cara memerah ASI, cara memberikan ASI perah, cara
menyimpan dan menghangatkan ASI perah.
2) Langkah Pemecahan Masalah
a.
Mengadakan pertemuan dengan kelompok masyarakat untuk penilaian
awal
pemahaman
mengenai
manajemen
pemberian
ASI
dan
permasalahan yang ditemukan
b.
Memberikan pemahaman (Pendidikan ) akan pentingnya pemberian
ASI, anatomi dan fisiologi payudara, risiko pemberian formula,
persiapan menyusui
c.
Melatih keterampilan dalam perawatan payudara, teknik memerah,
menyimpan dan membei ASI, penyiapan MP-ASI
d.
Melakukan pendampingan kepada ibu menyusui
3) Tahapan Rencana Kegiatan
Tabel 1. Tahapan Rencana Kegiatan
Kegiatan
Partisipasi Mitra
Luaran
Group Empowerment
Pengisian kuesioner seputar
pengetahuan
tentang
manajemen
laktasi
(pemberian
ASI).
Dilanjutkan dengan diskusi
kelompok (memakai metode
FGD) dengan tema apa itu
manajemen pemberian ASI
dan usaha apa yang selama
ini sudah pernah Mitra
lakukan?
 Mitra mengisi kuesioner
dan melalui diskusi
kelompok
(dibagi
menjadi 4 kelompok
dengan masing-masing
anggota kelompok 5
mitra)
dapat
saling
berbagi pengalaman dan
wawasan
mengenai
manajemen laktasi.
 Diakhir diskusi setiap
perwakilan
kelompok
mitra
diminta
mempresentasikan hasil
diskusi
 Mendapatkan
baseline
pengetahuan
dan
keterampilam mitra dalam
manajemen
pemberian
ASI
 Kesamaan
persepsi
mengenai
pentingnya
manajemen
pemberian
ASI
 Kesamaan
persepsi
mengenai hal + dan - yang
sudah dilakukan dalam
manajemen
pemberian
ASI
Kegiatan
Partisipasi Mitra
Luaran
Workshop I
Ceramah mengenai anatomi
payudara,
posisi
dan
perlekatan menyusui yang
efektif
Workshop 2
Ceramah mengenai manfaat
menyusui dan risiko formula
Mitra diminta mengulang
kembali anatomi payudara,
posisi dan mempraktekkan
perlekatan menyusui yang
efektif
Mitra diminta mengulang
kembali manfaat menyusui
bagi ibu dan balita serta
Mitra memiliki pengetahuan
dan keterampilan mengenai
perlekatan menyusui yang
efektif
3
Mitra memiliki pengetahuan
mengenai manfaat menyusui
dan risiko pemberian formula
Workshop 3
Ceramah
persiapan
menyusui pasca persalinan
dan
hari-hari
pertama
kelahiran bayi
Workshop 4
Ceramah dan demonstrasi
teknik
memerah,
menyimpan
dan
memberikan ASI perah
Participatif Coaching I
Tim pendamping melakukan
pendampingan ketika mitra
mempraktekkan
pendampingan kepada ibu
menyusui
Workshop 5
Fokus Grup Discussion
mengenai menyapih dengan
kasih
Workshop 6
Pentingnya MP-ASI dan
menyiapkan
MP-ASI
dengan mudah dan sehat
Participatif Coaching II
Tim pendamping melakukan
pendampingan ketika mitra
mempraktekkan
cara
menyiapkan MP-ASI yang
mudah dan sehat
Evaluasi
 Mitra
diberikan
kuesioner yang berisi
evaluasi
terhadap
pelaksanaan program
 Action plan untuk setiap
mitra berkaitan dengan
keterampilan baru
risiko pemberian formula
Mitra diminta menjelaskan
kembali perawatan payudara
pasca persalinan dan proses
menyusui
pada
awal
kelahiran bayi
Mitra diminta menjelaskan
kembali teknik memerah,
menyimpan
dan
memberikan ASI perah
Mitra
membawa
ibu
menyusui
dan
mempraktekkan
pengetahuannya mengenai
manajemen pemberian ASI
 Mitra
dapat
saling
berbagi pengalaman dan
wawasan
mengenai
berbagai metoda cara
menyapih
 Diakhir diskusi, mitra
diminta menyampaikan
kembali hasil diskusinya
Mitra dapat menjelaskan
kembali
tentang
cara
menyiapkan
MP-ASI
dengan mudah dan sehat
Mitra mengadakan kegiatan
penyuluhan mengenai MPASI yang mudah dan sehat
pada kegiatan posyandu
 Pelaksana
program
mendapatkan
masukan
mengenai persepsi mitra
terhadap program yang
sudah diikuti
 Setiap mitra mempunyai
rencana tugasnya sebagai
kader siagASI
Mitra memiliki pemahaman
dan keterampilan mengenai
perawatan payudara pasca
persalinan
dan
proses
menyusui pada awal kelahiran
bayi
Mitra memiliki pemahaman
dan keterampilan mengenai
teknik memerah, menyimpan
dan memberikan ASI perah
Mitra memiliki kemampuan
untuk
mentransfer
pengetahuan
dan
keterampilannya
dalam
manajemen pemberian ASI
kepada ibu menyusui di
wilayahnya
 Memiliki
pengetahuan
mengenai cara penyapihan
dengan kasih
 Memiliki persepsi yang
sama
tentang
cara
penyapihan dengan kasih
Mitra memiliki pengetahuan
dan keterampilan tentang cara
menyiapkan MP-ASI dengan
mudah dan sehat
Mitra memiliki kemampuan
untuk
mentransfer
pengetahuan
dan
keterampilannya
dalam
menyiapkan MP-ASI mudah
dan sehat
 Mitra diberikan kuesioner
yang
berisi
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
program
 Action plan untuk setiap
mitra berkaitan dengan
keterampilan baru yang
mereka miliki
D. TARGET DAN LUARAN
Jenis Luaran yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Terbentuknya Gerakan Masyarakat ASI
2. Terbentuknya pemahaman yang baik mengenai pentingnya ASI pada ibu balita
di Posyandu Edelweis dan Posyandu Dahlia (Dengan target sebanyak 60 ibu)
4
3. Terlaksananya pendampingan dan support grup bagi ibu menyusui
E.KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi
kesehatan masyarakat yang diantaranya mencakup bidang kajian gizi kesehatan
masyarakat, promosi kesehatan dan ilmu perilaku, epidemiologi, kesehatan
lingkungan/kesehatan kerja, administrasi kebijakan kesehatan, biostatistika dan
epidemiologi. Dengan demikian pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang
meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat
bernuasa kesehatan masyarakat. Topik Air Susu Ibu (ASI) dalam lingkup
Kesehatan Ibu dan Anak tentu saja menjadi bagian dari bidang kajian kesehatan
masyarakat.
Kegiatan
pengabdian masyarakat
yang sudah dilaksanakan
diantaranya pelatihan.
Tim Pelaksana terdiri dari 2 orang dosen muda yang sehari-hari mengabdi di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi.. Sebagai dosen muda, Tim
Pelaksana mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk dapat
menerapkan ilmu serta pengetahuan secara langsung kepada masyarakat.
Pendidikan terakhir tim pelaksana mempunyai kesamaan dalam rumpun ilmu
kesehatan masyarakat. Selain itu, dalam kesehariannya terlibat langsung dalam
pengajaran mata kuliah untuk kompetensi epidemiologi, kesehatan reproduksi,
dan manajemen kesehatan ibu dan anak.
Masing-masing anggota tim mempunyai keterampilan dalam menyampaikan
materi dalam suatu kegiatan; baik yang berbentuk training, workshop ataupun
pendampingan langsung di lapangan. Metode yang digunakan dalam program
adalah metode yang biasa digunakan oleh anggota tim dalam proses modifikasi
dan perubahan tingkah laku peserta suatu program. Tim pelaksana terdiri dari
dosen muda yang sudah lama saling mengenal dan sering bekerjasama membuat
karya ilmiah dan program bersama; baik dalam konteks penelitian maupun
membuat program bagi masyarakat.. Secara praktis, tim pelaksana mempunyai
5
pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan penelitian maupun pengabdian
masyarakat.
F. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1) Jadwal Kegiatan
No
Kegiatan
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Persiapan
2
Penentuan Kader
3
Penyuluhan Materi
4
Pendampingan
5
Monev
6
Pelaporan
2) Anggaran Biaya
Ringkasan Anggaran Program IbM
No
1.
2.
3.
4.
Jenis pengeluaran
Honorarium (30 %)
Bahan Habis Pakai dan Peralatan
(49,33 %)
Perjalanan (10 %)
Publikasi, laporan, dll (10,66)
Jumlah usulan total
6
Rp
Rp
Jumlah Usulan
4.560.000,00
7.400.000,00
Rp
Rp
Rp
1.500.000,00
1.540.000,00
15.000.000,00
5
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman
penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui.
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2007.
Susenas. Distribusi pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan (online).
http://www.gizi.net/download/ASI-susenas2004-2007.pdf.
Baby Centre Medical Advisory Board. Expressing breastmilk (online).
http://www.babycentre.co.uk/
baby/breastfeeding/pumpingexpressing/expressingbreastmilk/?printFriendly=yes.
Baby Centre Medical Advisory Board. Expressing and the working mum (online).
http://www.babycentre.
co.uk/baby/breastfeeding/pumpingexpressing/expresSingmilkatwork/?printFriendly=yes.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/anatomi-payudara-danfisiologis.html#ixzz3YaMUlyVl
http://mamadananak1.blogspot.com/2013/04/panduan-mpasi-anak-menurutwho.html#sthash.6Zff2Kus.dpuf
aimi-asi.org
ayahbunda.com/parenting-menyusui
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim PPM dan Pembagian Tugas
NO
1.
2.
Nama/NIDN
Siti Novianti,
SKM., MKM
04-3105-8102
Sri Maywati,
S.KM, M.Kes
04-0207-7701
Instansi
Asal
Bidang Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/mgg)
Universitas
Siliwangi
Kesehatan
Masyarakat/Epide
miologi
8 jam/mgg
Universitas
Siliwangi
K3
8jam/mgg
Uraian Tugas
Pengumpulan data
Survey lapangan
Pemateri
Pengumpulan data
Survey lapangan
Pemateri
Lampiran 1.
Justifikasi Anggaran Ipteks Berbasis Masyarakat
IbM Gerakan Masyarakat Sadar ASI
1. Honor
Honor Tim Pelaksana
Ketua
Anggota
Asisten administrasi
Asisten lapangan
Honor /Jam (Rp)
Rp 12.500
Rp 10.000
Rp 5.000
Rp 5.000
3. Bahan Habis Pakai dan Peralatan
Material
Justifikasi Pemakaian
bahan dan peralatan
pelatihan
pelaksanaan pelatihan
ATK
kesekretariatan
Pulsa HP
koordinasi
pulsa paket data
menelusur pustaka
Falsh disk
alat penyimpan data
modem internet
menelusur pustaka
konsumsi
snak untuk pelatihan
Waktu
(Jam/Mgg) Minggu
5
4
4
4
Kuantitas
2
1
4
2
2
1
200
32
32
32
32
sub
Harga Satuan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
850.000
500.000
100.000
100.000
100.000
400.000
20.000
sub
4. Perjalanan
Material
perjalanan 2 orgx10
Justifikasi Pemakaian
pelaksanaan kegiatan
Kuantitas
20
5. Lain-Lain
Material
Laporan
Penggandaan Materi
Konsumsi
Justifikasi Pemakaian
Penyusunan dan pengandaan laporan
Materi penyuluhan
Konsumsi peserta hadir
Kuantitas
Total
4
100
100
jumlah
Rp 2.000.000
Rp 1.280.000
Rp 640.000
Rp 640.000
Rp 4.560.000
jumlah
Rp 1.700.000
Rp 500.000
Rp 400.000
Rp 200.000
Rp 200.000
Rp 400.000
Rp 4.000.000
Rp7.400.000
Harga Satuan
Rp
75.000
Biaya per Th
Rp 1.500.000
Harga Satuan
Rp 100.000
Rp
44.00
Rp
7.500
Sub
Biaya per Th
Rp 400.000
Rp 440.000
Rp 750.000
Rp 1.540.000
Rp15.000.000
Lampiran 3
BIODATA KETUA PENELITIAN
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Siti Novianti, SKM., MKM
2
Jenis Kelamin
Perempuan
3
Jabatan Fungsional
Lektor
4
NIK
411205238
5
NIDN
04-3105-8102
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Ciamis, 31 Mei 1981
7
Email
[email protected]
8
Nomor Hp
081 214 96 2552
9
Alamat Kantor
Jl. Siliwangi Nomor 24 Tasikmalaya 46115
11
Mata Kuliah yang Diampu
1. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
2. Surveilans
3. Dasar Epidemiologi
A. Riwayat Pendidikan
S1
Siliwangi
Nama
Perguruan Universitas
Tasikmalaya
Tinggi
Kesehatan
Bidang Ilmu
Masyarakat/Epidemiologi
Tahun Masuk-Lulus 2000-2004
Hubungan Pengetahuan dan
Judul
Sikap
dengan
Perilaku
Skripsi/Disertasi
Seksual Remaja di Pesantren
Darussalam Ciamis
drg. Henry Setiawan, M.Sc
Nama Pembimbing
Nur Lina, SKM., M.Kes
S2
Universitas
Padjadjaran
Bandung
Kesehatan
Masyarakat/Epidemiologi
2009-2013
Faktor Perilaku Kesehatan
yang Berhubungan dengan
Kejadian
Filariasis
di
Kabupaten Tasikmalaya
Prof.
Syarif
Suwondo,
drg.,SKM
Dr. Hadyana Sukandar, M.Sc
B. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan
dengan Kejadian Difteri di Kecamatan
Taraju Kab. Tasikmalaya
Perbedaan Karakteristik Wanita yang
Mengikuti dan Tidak Mengikuti Follow
Up Pemeriksaan Kanker Leher Rahim
di Tasikmalaya
Hubungan Pengetahuan dan Praktek
Pencegahan Filariasis dengan Kejadian
Filariasis di Desa Bantarkalong
Kecamatan Cipatujah Kab. Tasikmalaya
PHBS Tingkat Rumah Tangga di
Kecamatan Ciawi Kab. Tasikmalaya
Dampak Industri Mebel Sektor Informal
Terhadap Kesehatan Balita
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan Partisipasi Pria dalam Kesehatan
Reproduksi
Persepsi dan Dukungan Istri dengan
Partisipasi KB Pria
Ketua
Pendanaan
Sumber
Jml
(juta
Rp)
UNSIL
2
Anggota
UNSIL
2,5
Ketua
Mandiri
3
Ketua
LPPM
UNSIL
LPPM
UNSIL
LPPM
4,5
12
2015
Faktor Determinan Vasektomi
Anggota
2015
Korelasi Kecemasan Maternal dan Ketua
BBLR
Analisis Kadar Asam Urat dan Risiko Anggota
Menderita Hipertensi pada Dosen dan
Tenaga Kependidikan
Simlitab
mas
Dikti
Simlitab
mas
Dikti
LPPM
Simlitab
mas
Dikti
11,5
2008
2010
2011
2013
2013
2014
2014
2016
Judul Penelitian
Ketua/
Anggota
Tim
Anggota
Ketua
Ketua
4,5
3
12
7,5
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Judul Pengabdian
Pendanaan
Sumber
Jml (juta
Rp)
2012
Pembinaan dan sosialisasi cara kerja yang aman UNSIL
dan sehat pekerja sektor informal mebel di
Kel.Gobras Tasikmalaya
1,9
2013
Pelatihan Kader Jumantik pada Guru SMP di UNSIL
Kota Tasikmalaya
5
2014
Revitalisasi
Posyandu
dalam
Upaya UNSIL
Meningkatkan Kemitraan dan Pemberdayaan
Masyarakat
12
2015
Awareness Asam Urat di Kecamatan Tamansari
10
UNSIL
D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No
Karya Ilmiah
Volume
1
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal
Kesehatan
ISPA pada Anak Balita di Kec. Gununghalu Kab. Komunitas Indonesia
Bandung Tahun 2006
ISSN 1693-9654 Vol 5
No.1 Maret 2009
2.
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada
Pasien Rawat Jalan Usia 24-64 Tahun (Studi Kasus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Majalengka)
3.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal
Kesehatan
Difteri di Kecamatan Taraju Kab. Tasikmalaya
Komunitas Indonesia
ISSN 1693-9654 Vol 6
No.1 Maret 2010
4.
Perbedaan Karakteristik Wanita yang Mengikuti dan Jurnal
Kesehatan
Tidak Mengikuti Follow Up Pemeriksaan Kanker Komunitas Indonesia
Leher Rahim di Tasikmalaya
ISSN 1693-9654 Vol 6
No.2 September 2010
5.
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal
Kesehatan
Pnemonia pada Anak Umur 1-5 tahun di Wilayah Komunitas Indonesia
Kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya
ISSN 1693-9654 Vol 7
No.1 Maret 2011
Jurnal
Kesehatan
Komunitas Indonesia
ISSN 1693-9654 Vol 5
No.2 November 2009
BIODATA PENELITI
Biodata Anggota Peneliti
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan
gelar )
2. Jenis Kelamin
3. Jabatan fungsional
4. NIP/NIK
5. NIDN
6. Tempat dan Tanggal Lahir
7. e-mail
8. Nomor Telepon /HP
9. Alamat Kantor
10. Nomor telepon/Faks
11. Lulusan yang telah
dihasilkan
12. Mata Kuliah yang di ampu
Sri Maywati, SKM.,M.Kes
Perempuan
Lektor
04-0207-7701
Bogor, 2 Juli 1977
[email protected]
081 323 851 978
Jl Siliwangi no 24 Tasikmalaya
0265-324445
S-1 = 40 orang
1. Higiene Lingkungan Kerja
2. Diklat K3
3. Teknik Survei Kesehatan
B. Riwayat Pendidikan
Nama
Perguruan
tinggi
Bidang Ilmu
S -1
Universitas Diponegoro
S -2
Universitas Diponegoro
Kesehatan Masyarakat
Magister Promosi Kesehatan
(kajian promosi K3)
2009 – 2011
Tahun MasukLulus
Judul skripsi
/tesis
1995 – 2000
Nama
Pembimbing
dr. Ari Suwondo, MPH
dr. Baju Widjasena, Merg
Hubungan lama
pemaparan benzena
terhadap kadar Hb darah
pekerja SPBU di
Semarang
S -3
Hubungan Faktor Pemajanan
Benzena Dan Faktor Individu
Terhadap Kadar Fenol Urin
Pekerja Bagian Pengeleman
Pada Home Industri Sandal Di
Kota Tasikmalaya
Dr. dr. Ari Suwondo, MPH
dr. Daru Lestantyo, MSi
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Jml(juta
Rp)
1.
2016
2.
2016
3.
2015
4.
2015
5.
2014
6.
2014
7.
2013
8.
2011
Analisis Asupan Zat Gizi Makronutrien
Dan Mikronutrien Terhadap Kelelahan
Pada Pekerja Wanita (ketua)
Model Matematis Hubungan Berbagai
Faktor Terhadap Keluhan Otot Dan
Sendi Pengrajin Bordir (anggota)
Ketahanan Pangan Keluarga Miskin
yang memiliki balita Gizi Kurang di
Wilayah Pedesaan dan Perkotaan
Peranan Edukasi Terhadap Praktek
Angkat Angkut Yang Ergonomis Di Pt
Asih Tunggal Tasikmalaya
Upaya Meningkatkan Ketahanan
Pangan (Food Security) Keluarga Yang
Memiliki Balita Kekurangan Gizi
Dengan Promosi Konsumsi Makanan
Beragam Berbasis Sumber Daya Lokal
Melalui Konseling Gizi
Peranan Persepsi Dan Motivasi
Keselamatan Kerja Dalam Mewujudkan
Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (Studi Pada Pekerja Bagian
Produksi Pt „X‟ Bandung, Indonesia)
Dampak aktivitas home industri meubel
terhadap kesehatan balita di sekitar
industri meubel sektor informal kel.
Kahuripan Kec. Tawang Kota
Tasikmalaya
Hubungan lama paparan getaran dengan
kejadian CTS pada pekerja bagian
penjahitan tikar mendong kel. Purbaratu
Kec. Cibeureum kota Tasikmalaya
Internal
UNSIL
12,5
Internal
UNSIL
16,5
PDP- DIKTI
14
Internal
UNSIL
7,5
PDP-DIKTI
13,5
Internal
UNSIL
4,5
Internal
UNSIL
3,5
Mandiri
1.5
D. Pengabdian pada Masyarakat
No
Tahun
1.
2.
2016
2015
3.
2014
4.
2013
5.
2012
Judul Pengabdian pada
Masyarakat
IbP Bina Santri Sehat
Pelatihan pembuatan MP ASI dari
bahan pangan lokal
Revitalisasi posyandu dalam
upaya meningkatkan kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat
Penyuluhan pengelolaan sampah
Penyuluhan PHBS
Lokasi : kec. Bungursari Kota
Tasikmalaya
Pendampingan dan sosialisasi cara
kerja yang aman dan sehat pekerja
Pendanaan
Sumber
Jml(juta Rp)
UNSIL
12
UNSIL
10
UNSIL
12
FIK
1,2
UNSIL
1.9
6.
2011
7.
2010
sektor informal meubel
Pembinaan pada pedagang kaki
Lima di sekitar UNSIL mengenai
BTM dan Higiene sanitasi
Makanan Jajanan
Pemateri pada penyuluhan
“KADARZI”
UNSIL
1,5
Mandiri
0,5
E. Publikasi Karya Ilmiah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Hubungan lama paparan getaran
dengan kejadian CTS pada pekerja
bagian penjahitan tikar mendong
kel. Purbaratu Kec. Cibeureum
kota Tasikmly
Kajian Faktor individu Terhadap
kadar Fenol Urin Pekerja Bagian
Pengeleman sandal
Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia
ISSN 1693-9654
Volume/
Nomor/tahun
Vol. 7 No. 1,
Maret 2011
Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas
Negeri Semarang
ISSN : 1858-1196
http://journal.unnes.ac.id
Studi komparasi Dampak
Jurnal Kesehatan
Penggunaan AC (Air Conditioning) Komunitas Indonesia
pada Bus Terhadap Tingkat
ISSN 1693-9654
Kelelahan Pengemudi
Kontribusi penggunaan alat
Jurnal Kesehatan
perlindungan diri terhadap kejadian Komunitas Indonesia
infeksi nematoda usus
ISSN 1693-9654
Dampak aktivitas home industri
Jurnal Kesehatan
meubel terhadap kesehatan balita
Komunitas Indonesia
di sekitar industri meubel sektor
ISSN 1693-9654
informal kel. Kahuripan Kec.
Tawang Kota Tasikmalaya (Sri
Maywati, siti Novianti)
Dampak konseling gizi pada
Jurnal Kesehatan
peningkatan ketahanan pangan
Komunitas Indonesia
keluarga balita gizi kurang
ISSN 1693-9654
vol 7 no 2 Januari
2012
Peranan Persepsi Keselamatan Kerja
Dalam
Mewujudkan Perilaku Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (Studi Pada
Pekerja Bagian Produksi Pt „X‟
Bandung, Indonesia)
Peranan Edukasi Terhadap Praktek
Angkat Angkut
Yang Ergonomis Di Pt Asih Tunggal
Tasikmalaya
Vol. 11, no 1
Maret 2015
Jurnal Kesehatan Komunitas
Indonesia ISSN 1693-9654
Vol. 8, no 1
Maret 2012
Vol. 9, no 1
Maret 2013
Vol. 10, no 1
Maret 2014
Vol. 10, no 2
September 2014
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol. 11, No 2
Indonesia ISSN 1693-9654
September 2015
F. Pemakalah seminar ilmiah (oral presentation)
Tahun
2010
2011
2011
2012
2015
Judul
Penerbit/ Jurnal
Pengaruh Pemberian larutan elektrolit terhadap Prosiding Seminar Nasional
Produktifitas pekerja pembuat Katel di Ciamis FKM UNSIL Tasikmalaya
(seminar nasional kesehatan UNSIL)
ISBN : 978-602-96943-0-7
19 Mei 2010
Hubungan Beberapa Faktor Pekerjaan Dengan Prosiding Seminar Nasional
Kadar Merkuri (Hg) Dalam Darah Pekerja “ Peran Kesehatan
Penambang Emas Di Dusun Karangpaningal Desa Masyarakat dalam
Pencapaian MDG‟‟s di
Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten
Indonesia”
Tasikmalaya (seminar nasional kesehatan UNSIL) ISBN : 978-602-96943-1-4
12 April 2011
Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan (UNSOED)
23-24 sept 2011
ISBN : 978-602-98419-0-9
Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi.
Universitas
Widyatama Bandung “
13-14 November 2012
Hubungan faktor pemajanan (masa kerja dan
ventilasi) dengan kadar fenol urin pekerja bagian
pengeleman pada industri sandal kota Tasikmalaya
(seminar nasional kesehatan UNSOED)
Teknik Angkat Beban Dan Keluhan Nyeri Pinggang
(Low Back Pain) Pada Pekerja Bongkar Muat
Gudang Bulog Sub Divisi Regional Ciamis/
Tasikmalaya (Seminar Nasional Ergonomi.
Universitas Widyatama)
Ketahanan pangan (food security) dan status gizi
Oral prentation dan
balita keluarga miskin di kabupaten tasikmalaya
prosiding „the 2nd
International seminar on
(seminar internasioanl UNNES semarang)
public health and education
(ISPHE)‟ di UNNES, 23
april 2015
Lampiran
GAMBARAN IPTEKS YANG DITRANSFER
A. Materi 1 : Anatomi Payudara, Posisi dan Perlekatan Menyusui yang Efektif
1) Anatomi Payudara
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diprosuksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI.
anatomi payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot
dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600
gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)
b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
c. Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bagian yang
menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
2) Fisiologis Laktasi
skema reflek pada laktasi
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya
belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua
atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga
prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh
hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan
reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujungujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan
rangsangan puting susu.
b. Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon
ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus
lactiferus masuk ke mulut bayi.
3) Posisi dan Perlekatan Menyusui
a. Beberapa Jenis Posisi Menyusui
 Posisi menggendong. Bayi dipeluk dengan kepala bayi pada lekuk siku tangan
ibu. Bila ia menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku
tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan. Arahkan
badan bayi sehingga kuping bayi satu garis lurus dengan tangan bayi yang ada
di atas. Dengan kata lain, ia berbaring menyamping dengan muka, perut dan
lutut menempel pada dada dan perut ibu. Tangan bayi yang lain (yang dibawah
tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu, sehingga mempermudah
mulut bayi mencapai payudara.
 Posisi menggendong silang. Pada posisi ini, ibu tidak menyangga
kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan. Jadi bila ibu
menyusui dengan payudara kanan, gunakan tangan kiri untuk memegangnya.
Peluk bayi, sehingga kepala dada dan perutnya menghadap Anda. Selanjutnya,
arahkan mulutnya ke puting susu Anda dengan ibu jari dan tangan Anda di
belakang kepala dan bawah telinganya. Posisi ini bisa dipilih bila bayi kesulitan
menempelkan mulutnya ke puting susu. Misalnya, jika payudara Anda besar
sementara mulut bayi kecil.
 Posisi menyangga kepala. Ibu menyangga kepala bayi dengan telapak tangan.
Sementara tubuh bayi "diselipkan" dibawah tangan Anda, seperti memegang
bola atau tas tangan. Bila Anda akan menyusuinya pada payudara kanan,
pegang bayi dengan
tangan
kanan
Anda.
Demikian
sebaliknya.
Letakkan bayi disamping (di bawah tangan Anda) dengan muka menghadap
Anda. Biarkan kakinya menjulur ke belakang. Letakkan tangan Anda di atas
bantal pada pangkuan Anda atau disamping Anda. Selanjutnya sangga bahu,
leher dan kepala bayi dengan tangan. Arahkan mulut bayi ke puting susu, mulamula dagunya. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Posisi ini dapat
dipilih jika Anda menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayiberbaring di
atas perut ibu)
 Posisi tidur bersisian. Sambil berbaring di tempat tidur, letakkan beberapa
bantal di bawah kepala dan bahu, serta diantara lutut Anda dengan minta
bantuan pasangan. Hal ini agar punggung dan panggul Anda pada posisi yang
lurus.
Dengan
muka bayi menghadap
ibu
(tidur
berhadapan),
bantu bayi menempelkan mulutnya ke puting susu Anda. Bila perlu, letakkan
bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepalanya. Intinya, usahakan
agar bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting Anda.
Sebaliknya, Anda tidak perlu membungkukkan badan ke arahnya, sehingga
tidak cepat lelah. Posisi ini dipilih bila ibu belum bisa duduk dengan baik dan
nyaman, atau dalam masa penyembuhan setelah operasi caesar atau persalinan
yang sulit.
b.Ciri Perlekatan yang Benar









Dagu menempel ke payudara ibu.
Mulut terbuka lebar.
Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut
bayi.
Bibir bayi terlipat keluar.
Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI).
Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan.
Ibu tidak kesakitan.
Bayi tenang.
Apabila posisi dan perlekatan sudah benar, maka diharapkan produksi ASI
tetap banyak.
B. Materi 2 : Perawatan Payudara dan Persiapan Menyusui Pasca Melahirkan
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1
– 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari. Perawatan Payudara
pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3) Untuk menonjolkan puting susu
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan
C. Materi 3 : Teknik Memerah, Menyimpan dan Memberikan ASI Perah
1) Teknik Memerah ASI
Jumlah normal pemberian ASI pada bayi adalah 8-12 kali per hari. Artinya,
ASI diberikan setiap 2-3 jam sekali, termasuk malam hari. Bahkan, bayi harus
dibangunkan saat tidur jika 4 jam telah berlalu setelah pemberian ASI terakhir. Ibu
pekerja di Indonesia rata-rata bekerja 6-9 jam sehari dan cuti melahirkan antara 2-3
bulan. Secara umum, data Susenas (2007) menunjukkan penurunan persentase
pemberian ASI eksklusif terbesar pada bulan ke-3 setelah melahirkan. Data-data ini
memberikan kesan bahwa beberapa ibu pekerja menghentikan ASI eksklusif saat
mulai bekerja kembali. Jalan keluar untuk kedua masalah tersebut adalah metode ASI
perah. Ibu pekerja dapat memerah ASI agar peptida penghambat tidak terkumpul
sehingga ASI tetap banyak dihasilkan. ASI yang keluar dapat disimpan dan digunakan
kemudian untuk bayi saat ibu kerja.
Jika menginginkan ASI dalam jumlah banyak, ibu disarankan memerah ASI
dengan tangan kosong. Cara ini paling murah karena tidak memerlukan alat pompa
ASI meskipun sangat menguras waktu dan perlu latihan. Pertama, cuci tangan
sebelum dimulai. tempatkan ibu jari ±4-5 cm dari puting susu sehingga membentuk
huruf “C” di sekitar areola (daerah hitam di sekitar puting susu). Remas payudara
secara memutar di sekitar areola, lalu dorong ASI keluar (Gambar 1B). Ketika mulai
keluar, lepas tangan dan jangan memerah terlalu kuat karena dapat menyumbat jalan
keluar ASI. Gunakan wadah yang steril untuk menampung ASI. Menghangatkan
payudara dengan kain yang telah dibasahi dengan air hangat atau mandi air hangat
dapat membantu meningkatkan suplai darah ke payudara sehingga lebih banyak ASI
dihasilkan. Ibu pekerja dapat mempersiapkan lebih banyak ASI perah sebelum
kembali bekerja untuk menghemat waktu di kemudian hari.
Gambar 2. Cara memerah ASI dengan tangan kosong.[
Cara kedua memerah ASI adalah menggunakan alat pompa ASI. Alat pompa
elektrik maupun manual dapat menghemat lebih banyak waktu tetapi ibu perlu
merogoh uang hingga ratusan ribu rupiah.[ Rata-rata diperlukan 15-45 menit untuk
memompa kedua payudara. Alat pompa yang baik meniru aksi mengisap oleh bayi,
merangsang let-down reflex, dan tidak menimbulkan nyeri.
Jika ibu bekerja penuh waktu dan kesulitan mencuri waktu saat jam kerja, alat
pompa yang sesuai adalah jenis elektrik. Namun, jika memerah ASI hanya dilakukan
kadang-kadang, alat pompa manual saja sudah cukup. Alat pompa elektrik dapat
digunakan sekaligus di kedua payudara sehingga dapat menghemat waktu. Penggunaan
alat pompa elektrik di satu payudara sambil bayi menyusu di payudara yang lain dapat
memperbanyak ASI yang dapat diperah.
Beberapa barang yang dapat dibawa oleh ibu pekerja untuk memerah ASI saat
jam kerja adalah alat pompa ASI, wadah penampungan, boks pendingin, dan breast
pads. Breast pads berfungsi menyerap kelebihan ASI yang seringkali terus menetes
setelah diperah sehingga dapat membasahi pakaian kerja. Ibu disarankan memanfaatkan
waktu luang untuk menumpuk lebih banyak cadangan ASI sehingga dapat memerah
ASI lebih jarang di kemudian hari.
2) Cara Menyimpan ASI Perah
Untuk menyimpan ASI secara aman, ibu harus memilih wadah yang steril, kedap,
dan dilapisi bahan nilon. Bahan gelas lebih disukai untuk menyimpan ASI dalam waktu
lama. Sebaiknya, tempat penyimpanan tidak terbuat dari plastik Bisphenol A (BPA)
atau polietilen. Tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan tanggal
ASI diperah.
ASI dapat bertahan 4-8 jam di luar kulkas (≤ 25oC), 2-3 hari di dalam kulkas (0o3,9oC), 2 minggu di dalam freezer kulkas 1 pintu, dan 3-4 bulan pada suhu -18oC di
dinding belakang freezer kulkas 2 pintu atau 6-12 bulan jika suhu dijaga pada -20oC.
Jangan menyimpan kembali ASI yang pernah diminum. Namun, jika pernah
dihangatkan dan belum diberikan pada bayi, ASI dapat disimpan kembali di kulkas dan
bertahan hingga 24 jam ke depan.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ASI perah yang telah disimpan dengan
benar masih layak untuk dikonsumsi bayi karena kontaminasi bakteri yang membuat
susu menjadi lebih asam tidak terbukti terjadi pada penelitian ini.ASI harus disimpan
per ±60-120 cc dalam satu tempat penyimpanan, antara lain dengan menuangkan ASI
perah ke cetakan es yang telah steril. ASI yang telah beku dapat memiliki warna yang
berbeda tetapi tidak berarti ASI telah rusak. Warna yang terkesan membiru, kuning,
atau coklat masih normal untuk ASI yang beku. ASI juga dapat terpisah menjadi
beberapa lapisan, yaitu lapisan krim yang terlihat lebih muda dan lapisan putih yang
terlihat lebih kental seperti susu.
Prosedur nyimpanan ASIP bisa dilihat bagan di bawah ini (AIMI):
3) Cara Memberikan ASI Perah
Penggunaan dot terbukti berkaitan dengan berbagai masalah menyusui, seperti
bingung puting, penggunaan cangkir dan sendok telah menjadi alternatif utama untuk
memberikan ASI kepada bayi. Penggunaannya juga sudah mulai direkomendasikan
oleh berbagai asosiasi menyusui di dunia saat ini. Sebelum simpanan ASI perah
diberikan pada bayi, ASI perah dipindahkan darifreezer ke kompartemen kulkas yang
kurang dingin yang akan mencairkan ASI dalam 24 jam. Sedangkan jika diletakkan
di luar kulkas, ASI yang beku dapat mencair hanya dalam 4 jam. Saat digunakan,
ASI dapat direndam secara bertahap dengan air yang lebih hangat. Jangan
memanaskan ASI karena dapat merusak beberapa nutrisi dan jangan pula
mendinginkan kembali ASI yang sudah mencair.
Cara memberikan ASI perah dengan menggunakan cangkir adalah sebagai
berikut. Pertama, bungkus bayi dengan selimut agar tidak menumpahkan cangkir
ASI. Bayi diposisikan setengah duduk dan disangga dengan memegang belakang
lehernya. Cangkir hanya diisi sebanyak ±30 cc. Letakkan pinggiran atau “moncong”
sendok cangkir ke sisi dalam bibir atas sehingga lidah bayi dapat menjilat ASI di
dalamnya. Jangan tuangkan ASI ke dalam mulut bayi. Ibu cukup memiringkan
cangkir sedikit agar bayi dapat mengisapnya. Berikan jeda waktu untuk menelan ASI
yang diisap dan batasi maksimal 30 agar bayi tidak kelelahan. Sendawakan bayi
setiap selesai memberikan ASI. Aktifitas otot pengunyah pada bayi yang
menggunakan cangkir ini mirip dengan bayi yang menyusu langsung sehingga bayi
tidak akan bingung puting yang menyebabkan bayi tidak mau menyusu lagi. Hal
inilah yang membuat penggunaan cangkir saat ini lebih direkomendasikan daripada
botol dot.
D. Materi 4 : Menyapih dengan Kasih
Setelah memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, bayi masih memerlukan
ASI untuk tumbuh kembangnya. Tapi bukan berarti ASI harus diberikan terus-menerus
sampai anak tumbuh besar. Penyapihan bukanlah suatu hal yang negatif, karena
penyapihan tidak berarti melepaskan kedekatan emosional antara ibu dan anaknya. Tapi
berusaha untuk menuju hubungan yang lebih tinggi lagi dan tetap mempertahankan
kedekatan yang sudah ada antara ibu dan anaknya. Anak yang disapih sebelum waktunya
akan memasuki tahap perkembangan berikutnya dengan cemas dan perasaan tidak siap.
Waktu penyapihan setiap anak tidak sama, tergantung dari bagaimana kesiapan anak
tersebut.
Seperti dikutip dari The Baby Book karangan William dan Martha Sears,
penyapihan yang tepat saat kebutuhan anak untuk mengisap sudah berkurang atau
semakin menghilang biasanya antara usia 9 bulan hingga 1,5 tahun. Namun para dokter
dan ahli gizi menyarankan untuk melakukannya saat anak sudah berusia di atas 1 tahun.
Karena pada saat itu sebagian besar bayi sudah bisa mengatasi alergi berbagai makanan
dan dapat tumbuh dengan makanan penggantinya.
Lakukan sepenuh cinta dengan langkah-langkah ini:
1. Kurangi frekuensi menyusui secara bertahap dimulai pada siang hari. Sebab pada saat
inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan dia pada sesuatu yang baru, seperti rasa,
bentuk dan tekstur pada makanan pendamping ASI (MP-ASI).
2. Tambah pemberian MP-ASI sebanyak 3-4 kali sehari untuk mengurangi pemberian
ASI pada siang hari.
3. Tetapkan tempat menyusui hanya pada satu tempat, misalnya di kamar. Gunanya agar
si kecil tidak meminta susu di sembarang tempat sekaligus mengajaknya untuk belajar
mengenal aturan.
4. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang selama proses menyapih, misalnya mendekap,
mengusap atau mencium agar anak tahu bahwa Anda tetap menyayangi dia meski
Anda sudah tidak menyusuinya lagi.
5. Bulatkan tekad. Artinya Anda benar-benar siap untuk melepaskan aktivitas ini. Bila
Anda ragu-ragu, Anda akan kesulitan sendiri. Keraguan Anda terbaca oleh anak.
Alhasil, anak pun tidak rela disapih.
6. Sapih anak saat ia dalam keadaan sehat, karena dalam keadaan sakit ia akan semakin
butuh kelekatan dengan Anda.
7. Libatkan suami sebagai orang yang mampu menghibur dan mengalihkan perhatian
anak ketika rewel minta ASI.
8. Berikan penjelasan pada anak mengapa ia harus disapih. Misalnya, “Ayo, kamu sudah
besar, sudah tidak perlu lagi menyusu bunda. Makan kue saja yuk. Atau minum susu
di cangkir?” Lakukan dengan sabar, lembut dan cinta Anda. Jangan pernah bosan
untuk memberikan alasan padanya.
9. Ganti aktivitas menyusu dengan membaca buku atau mendongeng sebelum tidur.
Pernyataan WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 2001, “Tidak ada
keharusan anak disapih pada usia 2 tahun. Benar bila ibu menyusui bayi secara eksklusif
di enam bulan pertama kehidupannya. Kemudian ASI dapat dilanjutkan secara
bersamaan dengan MP-ASI hingga anak berusia 2 tahun. Tapi tidak ada keharusan kapan
harus menyapih.” Penelitian Dewey KG, Pediatric Clinics of North American, tahun
2001, ASI masih boleh diberikan pada anak usia 2 tahun karena masih mengandung:
43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C (Ayahbunda dan
DetikHealth.com)
E. Materi 5 : MP-ASI
Berdasarkan WHO dan IDAI, bayi baru boleh diberikan MPASI itu pada 6 bulan
pertama kehidupan seorang anak karena :
1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan
belum sempurna. Pemberian MPASI terlalu dini sama saja dengan membuka pintu
gerbang masuknya berbagai jenis kuman.
2. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan
siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin,
lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6
bulan.
3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang dari
6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan.
Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di
kemudian hari.
Baik Departemen Kesehatan RI maupun organisasi kesehatan dunia WHO samasama menggunakan patokan usia untuk menandakan kesiapan makan bayi, yaitu 6 bulan.
Pada usia ini, selain sudah memiliki sistem pencernaan yang cukup matang, kebutuhan
nutrisi bayi sudah tidak bisa lagi dipenuhi dari ASI saja -ASI hanya memenuhi 80%
kebutuhan nutrisi. Bayi usia 6 bulan secara fisik pun sudah menunjukkan minat dan
gerak-gerik untuk menerima makanan padat, yaitu:
1. Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik.
2. Mulai bisa melakukan gerakan mengunyah ke atas dan ke bawah.
3. Hobi memasukkan apapun ke dalam mulut.
4. Memiliki minat terhadap rasa-rasa baru.
Panduan MPASI menurut WHO yaitu: Age, Frequency, Amount, Texture,
Variety, Active/Responsive dan Hygiene.
1. AGE : MPASI diberikan pada usia 6 bulan. Kalo telat resikonya bayi tidak dapat
cukup nutrisi untuk pertumbuhan, tumbuh kembangnya lebih lambat, malnutrisi dan
defisiensi gizi seperti zat besi, dan lain - lain.
2. FREQUENCY : Frekuensi pemberian MPASI. Di awal mulai makan (umur 6
bln),1-2 kali/hari, 6 - 9 bulan berikan 2 – 3kali /har makan dan 2 kali selingan
makanan ringan. Umur 1 tahun ke atas, berikan 3-4 kali/hari makan dan 2 kali
selingan.
3. AMOUNT : Jumlah makanan tentu harus diperhatikan, bayi baru mulai makan diberi
sesuai selera bayi, lalu tingkatkan secara bertahap. MPASI Umur 6 bulan (awal)
mulai dengan 2-3 sdm setiap kali makan. Tingkatkan secara bertahap sampai
setengah mangkok ukuran 250ml untuk usia 6-9 bulan. MPASI Setelah umur 9-12
4.
5.
6.
7.
bulan, diharapkan sudah mulai makan setengah sampai tiga perempat mangkok
ukuran 250ml. MPASI Setelah umur 1 tahun, porsi rata-rata 1 mangkok ukuran
250ml.
TEXTURE : Tahapan tekstur ini jangan terlalu cepat, tapi jangan terlalu lambat
juga.
o 6 – 7 bulan : mulai dikenalkan makanan padat pertamanya, dimulai dari yang
teksturnya encer menyerupai ASI dengan rasa yang tidak jauh berbeda
dengan ASI. Saat ini dapat diberikan bubur susu, puree sayuran, puree buah.
Sebaiknya bayi dikenalkan terlebih dahulu dengan sayur yang rasanya tidak
seenak buah.
o 8 – 9 bulan : tekstur makanan bayi mulai semakin padat, pada usia ini dapat
dikenalkan bubur saring (sebaiknya hindari memblender makanan).
o 9 – 12 bulan : dapat dikenalkan nasi tim yang kadar airnya disesuaikan
dengan kemampuan bayi mengunyah dan berlanjut menjadi makin meyerupai
table food yang dinikmati oleh anggota keluarga yang lain.
VARIETY : Berikan makanan yang bervariasi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
setiap harinya. Daging, ayam, ikan atau telur harus diberikan setiap hari. Buahbuahan dan sayuran yang kaya akan vitamin A harus diberikan juga setiap hari.
Jangan lupa menambahkan lemak dalam makanan. Hindari pemberian gula dan
garam untuk anak dibawah 1 tahun. Pemberian gula akan mengajarkan anak suka
makanan yang manis sampai besar dan memiliki kecenderungan obesitas dan
diabetes, sedangkan penambahan garam sebaiknya dihindari karena dapat
meningkatkan kerja ginjal bayi. Rasa asin dan manis didapatkan dari rasa alami
makanan saja.
ACTIVE/RESPONSIVE : Beri makan bayi langsung dari tangan ibu, bayi yang
lebih besar harus diawasi saat makan sendiri, pelajari kapan anak lapar dan kenyang,
berikan makan secara perlahan dan sabar, jangan dipaksa, bila bayi menolak macammacam makanan, coba berikan kombinasi makanan, rasa, tekstur dan cara
pembuatan, hindari apapun yang dapat mengganggu konsentrasi bayi saat makan
seperti TV atau mainan, selalu diingat bahwa proses makan adalah proses belajar dan
mencurahkan cinta untuk itu ajaklah bicara sambil memberikan makan dan
pertahankan kontak mata.
HYGIENE : Jagalah kebersihan makanan saat membuat dan menyimpannya dengan
mencuci tangan pengasuh dan anak sebelum membuat makanan dan makan, simpan
makanan dengan aman dan makanlah secepatnya setelah dibuat, pakailah alat makan
yang bersih, hindari menggunakan botol yang ada sendok ujungnya karena
cenderung sulit dibersihkan.
Lampiran 4
Peta Lokasi Wilayah Kedua mitra
Lampiran 1.
Justifikasi Anggaran Ipteks Berbasis Masyarakat
IbM Gerakan Masyarakat Sadar ASI
1. Honor
Honor Tim Pelaksana
Ketua
Anggota
Asisten administrasi
Asisten lapangan
Honor /Jam (Rp)
Rp 12.500
Rp 10.000
Rp 5.000
Rp 5.000
3. Bahan Habis Pakai dan Peralatan
Material
Justifikasi Pemakaian
bahan dan peralatan
pelatihan
pelaksanaan pelatihan
ATK
kesekretariatan
Pulsa HP
koordinasi
pulsa paket data
menelusur pustaka
Falsh disk
alat penyimpan data
modem internet
menelusur pustaka
konsumsi
snak untuk pelatihan
Waktu
(Jam/Mgg) Minggu
5
4
4
4
Kuantitas
2
1
4
2
2
1
200
32
32
32
32
sub
Harga Satuan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
850.000
500.000
100.000
100.000
100.000
400.000
20.000
sub
4. Perjalanan
Material
perjalanan 2 orgx10
Justifikasi Pemakaian
pelaksanaan kegiatan
Kuantitas
20
5. Lain-Lain
Material
Laporan
Penggandaan Materi
Konsumsi
Justifikasi Pemakaian
Penyusunan dan pengandaan laporan
Materi penyuluhan
Konsumsi peserta hadir
Kuantitas
Total
4
100
100
jumlah
Rp 2.000.000
Rp 1.280.000
Rp 640.000
Rp 640.000
Rp 4.560.000
jumlah
Rp 1.700.000
Rp 500.000
Rp 400.000
Rp 200.000
Rp 200.000
Rp 400.000
Rp 4.000.000
Rp7.400.000
Harga Satuan
Rp
75.000
Biaya per Th
Rp 1.500.000
Harga Satuan
Rp 100.000
Rp
44.00
Rp
7.500
Sub
Biaya per Th
Rp 400.000
Rp 440.000
Rp 750.000
Rp 1.540.000
Rp15.000.000
Download