USULAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM GERAKAN MASYARAKAT SADAR ASI (AIR SUSU IBU) DI KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA OLEH : Siti Novianti Sri Maywati NIDN 04-3105-8102 NIDN 04-0207-7701 UNIVERSITAS SILIWANGI TAHUN 2017 DAFTAR ISI Pengesahan Daftar Isi Ringkasan A. Analisis Situasi B.Permasalahan Mitra C.Solusi yang Ditawarkan D.Target dan Luaran E.Kelayakan Perguruan Tinggi F.Biaya dan Jadwal Daftar Pustaka Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Biaya 2. Biodata Tim Peneliti 3. Surat Pernyataan Mitra 4. Peta Wilayah ....................................................... ....................................................... .............................................................. ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ i Hal I Ii Iii 1 2 3 5 5 6 RINGKASAN Perilaku menyusui di kalangan ibu yang memiliki balita di kecamatan Sukarame Kabuaten Tasikmalaya masih terbatas. Data Puskesmas Sukarame menyebutkan bahwa pencapaian cakupan ASI Eksklusif baru 58,36 % dari target nasional 90%. Hal ini dikarenankan kurangnya informasi dan pendampingan dari petugas kesehatan. Hasil survey awal dan wawancara pada Kader di Posyandu Edelweid dan Posyandu Dahlia Kec. Sukarame menyatakan bahwa ibu balita masih banyak yang belum memahami mengenai manajemen pemberian ASI. Target dan luaran yang diharapkan adalah terbentuknya gerakan masyarakat sadar ASI, terbentuknya pemahaman yang baik mengenai pentingnya ASI dan terlaksananya pendampingan dan support grup bagi ibu menyusui. Solusi yang ditawarkan adalah adanya pelatihan bagi 60 ibu balita di Posyandu Edelweis dan Posyandu Dahlia di kecamatan Sukarame kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya mengenai manajemen pemberian ASI, yang meliputi kegiatan grup empowerment, workshop dengan materi anatomi payudara dan perlekatan menyusui, manfaat menyusui dan risiko susu formula, persiapan menyusui pasca persalinan, teknik memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah, menyapih, persiapan MP-ASI. ii Judul IbM : IbM GERAKAN MASYARAKAT SADAR ASI DI KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA A. ANALISIS SITUASI Pemerintah sepakat bahwa gizi 1000 hari kehidupan merupakan salah satu upaya untuk meningkatan kesehatan bayi dan balita serta mengurangi angka kematian, yang terdiri dari gizi yang diberikan selama 9 bulan ibu hamil serta 2 tahun pertama pertumbuhan anak. Pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan juga merupakan salah satu indikator kekurangan gizi di Indonesia. Kecenderungan ibu di Indonesia lebih senang memberikan susu formula dibandingkan memberikan ASI eksklusif karena alasan kesibukan sebagai wanita karier maupun kurangnya pemahaman mengenai manfaat pemberian ASI. Data riskesdas menunjuukan bahwa 60% wanita di Indonesia yang memberikan ASI pada enam bulan pertama, dan jumlahnya semakin berkurang, hingga sekitar 40% saja yang masih menyusui anaknya hingga dua tahun. Menyusui merupakan kegiatan alamiah. Secara teori, sebanyak 95% perempuan mampu menyusui anaknya secara normal. Hanya 5 % saja perempuan yang mengalami kesuliatan dalam menyusui dan mengalami gangguan pada payudaranya. Tetapi kurangnya pemahaman tentang proses fisiologis menyusui, manfaat pemberian ASI, keunggulan ASI dibandingkan susu formula menjadikan banyak dari para wanita yang kurang memiliki komitmen untuk memberikan ASI. Hal ini salah satunya bisa disebabkan karena kurangnya pendampingan dari petugas kesehatan maupun masih terbatasnya gerakan masyarakat peduli ASI. Memberikan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan pemberian ASI pada bayi hingga usia 2 tahun termasuk ke dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga. Tetapi berdasarkan data Puskesmas Sukarame, pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga baru 34,21%. Hasil pendataan juga menunjukkan bahwa cakupan ASI esksklusif baru 58,36% padahal target pemerintah adalah 90%. 1 Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kader kelurahan Setiawargi, menyatakan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif terutama di Posyandu Edelweiss dan Posyandu Dahlia masih terbatas meskipun sebagian besar ibu tidak bekerja. Berdasarkan hasil survey, masih adanya rasa kurang percaya diri apabila bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan susu formula. Masih ditemukan juga kesulitan pemberian ASI pada ibu baru melahirkan karena kurangnya informasi dan pendampingan. Hasil survey awal menunjukkan bahwa hampir semua ibu balita di wilayah kecamatan Sukarame belum pernah mendapatkan pengetahuan dan pelatihan khusus mengenai ASI. Dengan pendekatan masyarakat khususnya ibu balita yang diberikan pelatihan dan pemahaman mengenai manajemen pemberian ASI, diharapkan hal tersebut bisa menjadi suatu gerakan masyarakat yang efektif dalam upaya mendorong kesadaran masyarakat di sekitarnya dalam dukungan pemberian ASI. Kegiatan ini dinamakan sebagai Gerakan Masyarkat Sadar ASI dimana sejumlah ibu balita diberikan pelatihan dan selanjutnya para ibu balita tersebut akan membagi pengetahuan yang telah diperoleh kepada ibu-ibu lainnya serta melakukan support grup dan pendampingan kepada ibu menyusui yang ada di wilayah kecamatan Sukarame. B. PERMASALAHAN MITRA 1) Terbatasnya perilaku menyusui dikalangan ibu yang memiliki balita 2) Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan ibu balita yang berhubungan dengan manajemen pemberian ASI 3) Belum tersedianya gerakan masyarakat dan support grup pendukung ASI C. SOLUSI YANG DITAWARKAN 1) Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan pada 60 ibu balita dari Posyandu Edelweis dan Posyandu Dahlia dengan menggunakan metode ceramah, pendampingan, instruksional, tanya jawab, diskusi dan praktik. Praktik yang dimaksud adalah antara lain praktik 2 perawatan payudara, cara memerah ASI, cara memberikan ASI perah, cara menyimpan dan menghangatkan ASI perah. 2) Langkah Pemecahan Masalah a. Mengadakan pertemuan dengan kelompok masyarakat untuk penilaian awal pemahaman mengenai manajemen pemberian ASI dan permasalahan yang ditemukan b. Memberikan pemahaman (Pendidikan ) akan pentingnya pemberian ASI, anatomi dan fisiologi payudara, risiko pemberian formula, persiapan menyusui c. Melatih keterampilan dalam perawatan payudara, teknik memerah, menyimpan dan membei ASI, penyiapan MP-ASI d. Melakukan pendampingan kepada ibu menyusui 3) Tahapan Rencana Kegiatan Tabel 1. Tahapan Rencana Kegiatan Kegiatan Partisipasi Mitra Luaran Group Empowerment Pengisian kuesioner seputar pengetahuan tentang manajemen laktasi (pemberian ASI). Dilanjutkan dengan diskusi kelompok (memakai metode FGD) dengan tema apa itu manajemen pemberian ASI dan usaha apa yang selama ini sudah pernah Mitra lakukan? Mitra mengisi kuesioner dan melalui diskusi kelompok (dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing anggota kelompok 5 mitra) dapat saling berbagi pengalaman dan wawasan mengenai manajemen laktasi. Diakhir diskusi setiap perwakilan kelompok mitra diminta mempresentasikan hasil diskusi Mendapatkan baseline pengetahuan dan keterampilam mitra dalam manajemen pemberian ASI Kesamaan persepsi mengenai pentingnya manajemen pemberian ASI Kesamaan persepsi mengenai hal + dan - yang sudah dilakukan dalam manajemen pemberian ASI Kegiatan Partisipasi Mitra Luaran Workshop I Ceramah mengenai anatomi payudara, posisi dan perlekatan menyusui yang efektif Workshop 2 Ceramah mengenai manfaat menyusui dan risiko formula Mitra diminta mengulang kembali anatomi payudara, posisi dan mempraktekkan perlekatan menyusui yang efektif Mitra diminta mengulang kembali manfaat menyusui bagi ibu dan balita serta Mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai perlekatan menyusui yang efektif 3 Mitra memiliki pengetahuan mengenai manfaat menyusui dan risiko pemberian formula Workshop 3 Ceramah persiapan menyusui pasca persalinan dan hari-hari pertama kelahiran bayi Workshop 4 Ceramah dan demonstrasi teknik memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah Participatif Coaching I Tim pendamping melakukan pendampingan ketika mitra mempraktekkan pendampingan kepada ibu menyusui Workshop 5 Fokus Grup Discussion mengenai menyapih dengan kasih Workshop 6 Pentingnya MP-ASI dan menyiapkan MP-ASI dengan mudah dan sehat Participatif Coaching II Tim pendamping melakukan pendampingan ketika mitra mempraktekkan cara menyiapkan MP-ASI yang mudah dan sehat Evaluasi Mitra diberikan kuesioner yang berisi evaluasi terhadap pelaksanaan program Action plan untuk setiap mitra berkaitan dengan keterampilan baru risiko pemberian formula Mitra diminta menjelaskan kembali perawatan payudara pasca persalinan dan proses menyusui pada awal kelahiran bayi Mitra diminta menjelaskan kembali teknik memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah Mitra membawa ibu menyusui dan mempraktekkan pengetahuannya mengenai manajemen pemberian ASI Mitra dapat saling berbagi pengalaman dan wawasan mengenai berbagai metoda cara menyapih Diakhir diskusi, mitra diminta menyampaikan kembali hasil diskusinya Mitra dapat menjelaskan kembali tentang cara menyiapkan MP-ASI dengan mudah dan sehat Mitra mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai MPASI yang mudah dan sehat pada kegiatan posyandu Pelaksana program mendapatkan masukan mengenai persepsi mitra terhadap program yang sudah diikuti Setiap mitra mempunyai rencana tugasnya sebagai kader siagASI Mitra memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai perawatan payudara pasca persalinan dan proses menyusui pada awal kelahiran bayi Mitra memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai teknik memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah Mitra memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam manajemen pemberian ASI kepada ibu menyusui di wilayahnya Memiliki pengetahuan mengenai cara penyapihan dengan kasih Memiliki persepsi yang sama tentang cara penyapihan dengan kasih Mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang cara menyiapkan MP-ASI dengan mudah dan sehat Mitra memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam menyiapkan MP-ASI mudah dan sehat Mitra diberikan kuesioner yang berisi evaluasi terhadap pelaksanaan program Action plan untuk setiap mitra berkaitan dengan keterampilan baru yang mereka miliki D. TARGET DAN LUARAN Jenis Luaran yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1. Terbentuknya Gerakan Masyarakat ASI 2. Terbentuknya pemahaman yang baik mengenai pentingnya ASI pada ibu balita di Posyandu Edelweis dan Posyandu Dahlia (Dengan target sebanyak 60 ibu) 4 3. Terlaksananya pendampingan dan support grup bagi ibu menyusui E.KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi kesehatan masyarakat yang diantaranya mencakup bidang kajian gizi kesehatan masyarakat, promosi kesehatan dan ilmu perilaku, epidemiologi, kesehatan lingkungan/kesehatan kerja, administrasi kebijakan kesehatan, biostatistika dan epidemiologi. Dengan demikian pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat bernuasa kesehatan masyarakat. Topik Air Susu Ibu (ASI) dalam lingkup Kesehatan Ibu dan Anak tentu saja menjadi bagian dari bidang kajian kesehatan masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan diantaranya pelatihan. Tim Pelaksana terdiri dari 2 orang dosen muda yang sehari-hari mengabdi di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi.. Sebagai dosen muda, Tim Pelaksana mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk dapat menerapkan ilmu serta pengetahuan secara langsung kepada masyarakat. Pendidikan terakhir tim pelaksana mempunyai kesamaan dalam rumpun ilmu kesehatan masyarakat. Selain itu, dalam kesehariannya terlibat langsung dalam pengajaran mata kuliah untuk kompetensi epidemiologi, kesehatan reproduksi, dan manajemen kesehatan ibu dan anak. Masing-masing anggota tim mempunyai keterampilan dalam menyampaikan materi dalam suatu kegiatan; baik yang berbentuk training, workshop ataupun pendampingan langsung di lapangan. Metode yang digunakan dalam program adalah metode yang biasa digunakan oleh anggota tim dalam proses modifikasi dan perubahan tingkah laku peserta suatu program. Tim pelaksana terdiri dari dosen muda yang sudah lama saling mengenal dan sering bekerjasama membuat karya ilmiah dan program bersama; baik dalam konteks penelitian maupun membuat program bagi masyarakat.. Secara praktis, tim pelaksana mempunyai 5 pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat. F. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 1) Jadwal Kegiatan No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan 2 Penentuan Kader 3 Penyuluhan Materi 4 Pendampingan 5 Monev 6 Pelaporan 2) Anggaran Biaya Ringkasan Anggaran Program IbM No 1. 2. 3. 4. Jenis pengeluaran Honorarium (30 %) Bahan Habis Pakai dan Peralatan (49,33 %) Perjalanan (10 %) Publikasi, laporan, dll (10,66) Jumlah usulan total 6 Rp Rp Jumlah Usulan 4.560.000,00 7.400.000,00 Rp Rp Rp 1.500.000,00 1.540.000,00 15.000.000,00 5 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2007. Susenas. Distribusi pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan (online). http://www.gizi.net/download/ASI-susenas2004-2007.pdf. Baby Centre Medical Advisory Board. Expressing breastmilk (online). http://www.babycentre.co.uk/ baby/breastfeeding/pumpingexpressing/expressingbreastmilk/?printFriendly=yes. Baby Centre Medical Advisory Board. Expressing and the working mum (online). http://www.babycentre. co.uk/baby/breastfeeding/pumpingexpressing/expresSingmilkatwork/?printFriendly=yes. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/anatomi-payudara-danfisiologis.html#ixzz3YaMUlyVl http://mamadananak1.blogspot.com/2013/04/panduan-mpasi-anak-menurutwho.html#sthash.6Zff2Kus.dpuf aimi-asi.org ayahbunda.com/parenting-menyusui Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim PPM dan Pembagian Tugas NO 1. 2. Nama/NIDN Siti Novianti, SKM., MKM 04-3105-8102 Sri Maywati, S.KM, M.Kes 04-0207-7701 Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/mgg) Universitas Siliwangi Kesehatan Masyarakat/Epide miologi 8 jam/mgg Universitas Siliwangi K3 8jam/mgg Uraian Tugas Pengumpulan data Survey lapangan Pemateri Pengumpulan data Survey lapangan Pemateri Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Ipteks Berbasis Masyarakat IbM Gerakan Masyarakat Sadar ASI 1. Honor Honor Tim Pelaksana Ketua Anggota Asisten administrasi Asisten lapangan Honor /Jam (Rp) Rp 12.500 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 5.000 3. Bahan Habis Pakai dan Peralatan Material Justifikasi Pemakaian bahan dan peralatan pelatihan pelaksanaan pelatihan ATK kesekretariatan Pulsa HP koordinasi pulsa paket data menelusur pustaka Falsh disk alat penyimpan data modem internet menelusur pustaka konsumsi snak untuk pelatihan Waktu (Jam/Mgg) Minggu 5 4 4 4 Kuantitas 2 1 4 2 2 1 200 32 32 32 32 sub Harga Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 850.000 500.000 100.000 100.000 100.000 400.000 20.000 sub 4. Perjalanan Material perjalanan 2 orgx10 Justifikasi Pemakaian pelaksanaan kegiatan Kuantitas 20 5. Lain-Lain Material Laporan Penggandaan Materi Konsumsi Justifikasi Pemakaian Penyusunan dan pengandaan laporan Materi penyuluhan Konsumsi peserta hadir Kuantitas Total 4 100 100 jumlah Rp 2.000.000 Rp 1.280.000 Rp 640.000 Rp 640.000 Rp 4.560.000 jumlah Rp 1.700.000 Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 400.000 Rp 4.000.000 Rp7.400.000 Harga Satuan Rp 75.000 Biaya per Th Rp 1.500.000 Harga Satuan Rp 100.000 Rp 44.00 Rp 7.500 Sub Biaya per Th Rp 400.000 Rp 440.000 Rp 750.000 Rp 1.540.000 Rp15.000.000 Lampiran 3 BIODATA KETUA PENELITIAN A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Siti Novianti, SKM., MKM 2 Jenis Kelamin Perempuan 3 Jabatan Fungsional Lektor 4 NIK 411205238 5 NIDN 04-3105-8102 6 Tempat dan Tanggal Lahir Ciamis, 31 Mei 1981 7 Email [email protected] 8 Nomor Hp 081 214 96 2552 9 Alamat Kantor Jl. Siliwangi Nomor 24 Tasikmalaya 46115 11 Mata Kuliah yang Diampu 1. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi 2. Surveilans 3. Dasar Epidemiologi A. Riwayat Pendidikan S1 Siliwangi Nama Perguruan Universitas Tasikmalaya Tinggi Kesehatan Bidang Ilmu Masyarakat/Epidemiologi Tahun Masuk-Lulus 2000-2004 Hubungan Pengetahuan dan Judul Sikap dengan Perilaku Skripsi/Disertasi Seksual Remaja di Pesantren Darussalam Ciamis drg. Henry Setiawan, M.Sc Nama Pembimbing Nur Lina, SKM., M.Kes S2 Universitas Padjadjaran Bandung Kesehatan Masyarakat/Epidemiologi 2009-2013 Faktor Perilaku Kesehatan yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Tasikmalaya Prof. Syarif Suwondo, drg.,SKM Dr. Hadyana Sukandar, M.Sc B. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir Tahun Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Difteri di Kecamatan Taraju Kab. Tasikmalaya Perbedaan Karakteristik Wanita yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Follow Up Pemeriksaan Kanker Leher Rahim di Tasikmalaya Hubungan Pengetahuan dan Praktek Pencegahan Filariasis dengan Kejadian Filariasis di Desa Bantarkalong Kecamatan Cipatujah Kab. Tasikmalaya PHBS Tingkat Rumah Tangga di Kecamatan Ciawi Kab. Tasikmalaya Dampak Industri Mebel Sektor Informal Terhadap Kesehatan Balita Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam Kesehatan Reproduksi Persepsi dan Dukungan Istri dengan Partisipasi KB Pria Ketua Pendanaan Sumber Jml (juta Rp) UNSIL 2 Anggota UNSIL 2,5 Ketua Mandiri 3 Ketua LPPM UNSIL LPPM UNSIL LPPM 4,5 12 2015 Faktor Determinan Vasektomi Anggota 2015 Korelasi Kecemasan Maternal dan Ketua BBLR Analisis Kadar Asam Urat dan Risiko Anggota Menderita Hipertensi pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Simlitab mas Dikti Simlitab mas Dikti LPPM Simlitab mas Dikti 11,5 2008 2010 2011 2013 2013 2014 2014 2016 Judul Penelitian Ketua/ Anggota Tim Anggota Ketua Ketua 4,5 3 12 7,5 C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Tahun Judul Pengabdian Pendanaan Sumber Jml (juta Rp) 2012 Pembinaan dan sosialisasi cara kerja yang aman UNSIL dan sehat pekerja sektor informal mebel di Kel.Gobras Tasikmalaya 1,9 2013 Pelatihan Kader Jumantik pada Guru SMP di UNSIL Kota Tasikmalaya 5 2014 Revitalisasi Posyandu dalam Upaya UNSIL Meningkatkan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat 12 2015 Awareness Asam Urat di Kecamatan Tamansari 10 UNSIL D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No Karya Ilmiah Volume 1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal Kesehatan ISPA pada Anak Balita di Kec. Gununghalu Kab. Komunitas Indonesia Bandung Tahun 2006 ISSN 1693-9654 Vol 5 No.1 Maret 2009 2. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Pasien Rawat Jalan Usia 24-64 Tahun (Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Majalengka) 3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal Kesehatan Difteri di Kecamatan Taraju Kab. Tasikmalaya Komunitas Indonesia ISSN 1693-9654 Vol 6 No.1 Maret 2010 4. Perbedaan Karakteristik Wanita yang Mengikuti dan Jurnal Kesehatan Tidak Mengikuti Follow Up Pemeriksaan Kanker Komunitas Indonesia Leher Rahim di Tasikmalaya ISSN 1693-9654 Vol 6 No.2 September 2010 5. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Jurnal Kesehatan Pnemonia pada Anak Umur 1-5 tahun di Wilayah Komunitas Indonesia Kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya ISSN 1693-9654 Vol 7 No.1 Maret 2011 Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia ISSN 1693-9654 Vol 5 No.2 November 2009 BIODATA PENELITI Biodata Anggota Peneliti A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap (dengan gelar ) 2. Jenis Kelamin 3. Jabatan fungsional 4. NIP/NIK 5. NIDN 6. Tempat dan Tanggal Lahir 7. e-mail 8. Nomor Telepon /HP 9. Alamat Kantor 10. Nomor telepon/Faks 11. Lulusan yang telah dihasilkan 12. Mata Kuliah yang di ampu Sri Maywati, SKM.,M.Kes Perempuan Lektor 04-0207-7701 Bogor, 2 Juli 1977 [email protected] 081 323 851 978 Jl Siliwangi no 24 Tasikmalaya 0265-324445 S-1 = 40 orang 1. Higiene Lingkungan Kerja 2. Diklat K3 3. Teknik Survei Kesehatan B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan tinggi Bidang Ilmu S -1 Universitas Diponegoro S -2 Universitas Diponegoro Kesehatan Masyarakat Magister Promosi Kesehatan (kajian promosi K3) 2009 – 2011 Tahun MasukLulus Judul skripsi /tesis 1995 – 2000 Nama Pembimbing dr. Ari Suwondo, MPH dr. Baju Widjasena, Merg Hubungan lama pemaparan benzena terhadap kadar Hb darah pekerja SPBU di Semarang S -3 Hubungan Faktor Pemajanan Benzena Dan Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman Pada Home Industri Sandal Di Kota Tasikmalaya Dr. dr. Ari Suwondo, MPH dr. Daru Lestantyo, MSi C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber Jml(juta Rp) 1. 2016 2. 2016 3. 2015 4. 2015 5. 2014 6. 2014 7. 2013 8. 2011 Analisis Asupan Zat Gizi Makronutrien Dan Mikronutrien Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Wanita (ketua) Model Matematis Hubungan Berbagai Faktor Terhadap Keluhan Otot Dan Sendi Pengrajin Bordir (anggota) Ketahanan Pangan Keluarga Miskin yang memiliki balita Gizi Kurang di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan Peranan Edukasi Terhadap Praktek Angkat Angkut Yang Ergonomis Di Pt Asih Tunggal Tasikmalaya Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan (Food Security) Keluarga Yang Memiliki Balita Kekurangan Gizi Dengan Promosi Konsumsi Makanan Beragam Berbasis Sumber Daya Lokal Melalui Konseling Gizi Peranan Persepsi Dan Motivasi Keselamatan Kerja Dalam Mewujudkan Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Studi Pada Pekerja Bagian Produksi Pt „X‟ Bandung, Indonesia) Dampak aktivitas home industri meubel terhadap kesehatan balita di sekitar industri meubel sektor informal kel. Kahuripan Kec. Tawang Kota Tasikmalaya Hubungan lama paparan getaran dengan kejadian CTS pada pekerja bagian penjahitan tikar mendong kel. Purbaratu Kec. Cibeureum kota Tasikmalaya Internal UNSIL 12,5 Internal UNSIL 16,5 PDP- DIKTI 14 Internal UNSIL 7,5 PDP-DIKTI 13,5 Internal UNSIL 4,5 Internal UNSIL 3,5 Mandiri 1.5 D. Pengabdian pada Masyarakat No Tahun 1. 2. 2016 2015 3. 2014 4. 2013 5. 2012 Judul Pengabdian pada Masyarakat IbP Bina Santri Sehat Pelatihan pembuatan MP ASI dari bahan pangan lokal Revitalisasi posyandu dalam upaya meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat Penyuluhan pengelolaan sampah Penyuluhan PHBS Lokasi : kec. Bungursari Kota Tasikmalaya Pendampingan dan sosialisasi cara kerja yang aman dan sehat pekerja Pendanaan Sumber Jml(juta Rp) UNSIL 12 UNSIL 10 UNSIL 12 FIK 1,2 UNSIL 1.9 6. 2011 7. 2010 sektor informal meubel Pembinaan pada pedagang kaki Lima di sekitar UNSIL mengenai BTM dan Higiene sanitasi Makanan Jajanan Pemateri pada penyuluhan “KADARZI” UNSIL 1,5 Mandiri 0,5 E. Publikasi Karya Ilmiah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Hubungan lama paparan getaran dengan kejadian CTS pada pekerja bagian penjahitan tikar mendong kel. Purbaratu Kec. Cibeureum kota Tasikmly Kajian Faktor individu Terhadap kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman sandal Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia ISSN 1693-9654 Volume/ Nomor/tahun Vol. 7 No. 1, Maret 2011 Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang ISSN : 1858-1196 http://journal.unnes.ac.id Studi komparasi Dampak Jurnal Kesehatan Penggunaan AC (Air Conditioning) Komunitas Indonesia pada Bus Terhadap Tingkat ISSN 1693-9654 Kelelahan Pengemudi Kontribusi penggunaan alat Jurnal Kesehatan perlindungan diri terhadap kejadian Komunitas Indonesia infeksi nematoda usus ISSN 1693-9654 Dampak aktivitas home industri Jurnal Kesehatan meubel terhadap kesehatan balita Komunitas Indonesia di sekitar industri meubel sektor ISSN 1693-9654 informal kel. Kahuripan Kec. Tawang Kota Tasikmalaya (Sri Maywati, siti Novianti) Dampak konseling gizi pada Jurnal Kesehatan peningkatan ketahanan pangan Komunitas Indonesia keluarga balita gizi kurang ISSN 1693-9654 vol 7 no 2 Januari 2012 Peranan Persepsi Keselamatan Kerja Dalam Mewujudkan Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Studi Pada Pekerja Bagian Produksi Pt „X‟ Bandung, Indonesia) Peranan Edukasi Terhadap Praktek Angkat Angkut Yang Ergonomis Di Pt Asih Tunggal Tasikmalaya Vol. 11, no 1 Maret 2015 Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia ISSN 1693-9654 Vol. 8, no 1 Maret 2012 Vol. 9, no 1 Maret 2013 Vol. 10, no 1 Maret 2014 Vol. 10, no 2 September 2014 Jurnal Kesehatan Komunitas Vol. 11, No 2 Indonesia ISSN 1693-9654 September 2015 F. Pemakalah seminar ilmiah (oral presentation) Tahun 2010 2011 2011 2012 2015 Judul Penerbit/ Jurnal Pengaruh Pemberian larutan elektrolit terhadap Prosiding Seminar Nasional Produktifitas pekerja pembuat Katel di Ciamis FKM UNSIL Tasikmalaya (seminar nasional kesehatan UNSIL) ISBN : 978-602-96943-0-7 19 Mei 2010 Hubungan Beberapa Faktor Pekerjaan Dengan Prosiding Seminar Nasional Kadar Merkuri (Hg) Dalam Darah Pekerja “ Peran Kesehatan Penambang Emas Di Dusun Karangpaningal Desa Masyarakat dalam Pencapaian MDG‟‟s di Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Indonesia” Tasikmalaya (seminar nasional kesehatan UNSIL) ISBN : 978-602-96943-1-4 12 April 2011 Prosiding Seminar Nasional Kesehatan (UNSOED) 23-24 sept 2011 ISBN : 978-602-98419-0-9 Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Universitas Widyatama Bandung “ 13-14 November 2012 Hubungan faktor pemajanan (masa kerja dan ventilasi) dengan kadar fenol urin pekerja bagian pengeleman pada industri sandal kota Tasikmalaya (seminar nasional kesehatan UNSOED) Teknik Angkat Beban Dan Keluhan Nyeri Pinggang (Low Back Pain) Pada Pekerja Bongkar Muat Gudang Bulog Sub Divisi Regional Ciamis/ Tasikmalaya (Seminar Nasional Ergonomi. Universitas Widyatama) Ketahanan pangan (food security) dan status gizi Oral prentation dan balita keluarga miskin di kabupaten tasikmalaya prosiding „the 2nd International seminar on (seminar internasioanl UNNES semarang) public health and education (ISPHE)‟ di UNNES, 23 april 2015 Lampiran GAMBARAN IPTEKS YANG DITRANSFER A. Materi 1 : Anatomi Payudara, Posisi dan Perlekatan Menyusui yang Efektif 1) Anatomi Payudara Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diprosuksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. anatomi payudara Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu : a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus) b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah. Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar. c. Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu 2) Fisiologis Laktasi skema reflek pada laktasi Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi. a. Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujungujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu. b. Reflek let down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. 3) Posisi dan Perlekatan Menyusui a. Beberapa Jenis Posisi Menyusui Posisi menggendong. Bayi dipeluk dengan kepala bayi pada lekuk siku tangan ibu. Bila ia menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan. Arahkan badan bayi sehingga kuping bayi satu garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas. Dengan kata lain, ia berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu. Tangan bayi yang lain (yang dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu, sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara. Posisi menggendong silang. Pada posisi ini, ibu tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan. Jadi bila ibu menyusui dengan payudara kanan, gunakan tangan kiri untuk memegangnya. Peluk bayi, sehingga kepala dada dan perutnya menghadap Anda. Selanjutnya, arahkan mulutnya ke puting susu Anda dengan ibu jari dan tangan Anda di belakang kepala dan bawah telinganya. Posisi ini bisa dipilih bila bayi kesulitan menempelkan mulutnya ke puting susu. Misalnya, jika payudara Anda besar sementara mulut bayi kecil. Posisi menyangga kepala. Ibu menyangga kepala bayi dengan telapak tangan. Sementara tubuh bayi "diselipkan" dibawah tangan Anda, seperti memegang bola atau tas tangan. Bila Anda akan menyusuinya pada payudara kanan, pegang bayi dengan tangan kanan Anda. Demikian sebaliknya. Letakkan bayi disamping (di bawah tangan Anda) dengan muka menghadap Anda. Biarkan kakinya menjulur ke belakang. Letakkan tangan Anda di atas bantal pada pangkuan Anda atau disamping Anda. Selanjutnya sangga bahu, leher dan kepala bayi dengan tangan. Arahkan mulut bayi ke puting susu, mulamula dagunya. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Posisi ini dapat dipilih jika Anda menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayiberbaring di atas perut ibu) Posisi tidur bersisian. Sambil berbaring di tempat tidur, letakkan beberapa bantal di bawah kepala dan bahu, serta diantara lutut Anda dengan minta bantuan pasangan. Hal ini agar punggung dan panggul Anda pada posisi yang lurus. Dengan muka bayi menghadap ibu (tidur berhadapan), bantu bayi menempelkan mulutnya ke puting susu Anda. Bila perlu, letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepalanya. Intinya, usahakan agar bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting Anda. Sebaliknya, Anda tidak perlu membungkukkan badan ke arahnya, sehingga tidak cepat lelah. Posisi ini dipilih bila ibu belum bisa duduk dengan baik dan nyaman, atau dalam masa penyembuhan setelah operasi caesar atau persalinan yang sulit. b.Ciri Perlekatan yang Benar Dagu menempel ke payudara ibu. Mulut terbuka lebar. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi. Bibir bayi terlipat keluar. Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI). Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan. Ibu tidak kesakitan. Bayi tenang. Apabila posisi dan perlekatan sudah benar, maka diharapkan produksi ASI tetap banyak. B. Materi 2 : Perawatan Payudara dan Persiapan Menyusui Pasca Melahirkan Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari. Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi 2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet 3) Untuk menonjolkan puting susu 4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus 5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan 6) Untuk memperbanyak produksi ASI 7) Untuk mengetahui adanya kelainan C. Materi 3 : Teknik Memerah, Menyimpan dan Memberikan ASI Perah 1) Teknik Memerah ASI Jumlah normal pemberian ASI pada bayi adalah 8-12 kali per hari. Artinya, ASI diberikan setiap 2-3 jam sekali, termasuk malam hari. Bahkan, bayi harus dibangunkan saat tidur jika 4 jam telah berlalu setelah pemberian ASI terakhir. Ibu pekerja di Indonesia rata-rata bekerja 6-9 jam sehari dan cuti melahirkan antara 2-3 bulan. Secara umum, data Susenas (2007) menunjukkan penurunan persentase pemberian ASI eksklusif terbesar pada bulan ke-3 setelah melahirkan. Data-data ini memberikan kesan bahwa beberapa ibu pekerja menghentikan ASI eksklusif saat mulai bekerja kembali. Jalan keluar untuk kedua masalah tersebut adalah metode ASI perah. Ibu pekerja dapat memerah ASI agar peptida penghambat tidak terkumpul sehingga ASI tetap banyak dihasilkan. ASI yang keluar dapat disimpan dan digunakan kemudian untuk bayi saat ibu kerja. Jika menginginkan ASI dalam jumlah banyak, ibu disarankan memerah ASI dengan tangan kosong. Cara ini paling murah karena tidak memerlukan alat pompa ASI meskipun sangat menguras waktu dan perlu latihan. Pertama, cuci tangan sebelum dimulai. tempatkan ibu jari ±4-5 cm dari puting susu sehingga membentuk huruf “C” di sekitar areola (daerah hitam di sekitar puting susu). Remas payudara secara memutar di sekitar areola, lalu dorong ASI keluar (Gambar 1B). Ketika mulai keluar, lepas tangan dan jangan memerah terlalu kuat karena dapat menyumbat jalan keluar ASI. Gunakan wadah yang steril untuk menampung ASI. Menghangatkan payudara dengan kain yang telah dibasahi dengan air hangat atau mandi air hangat dapat membantu meningkatkan suplai darah ke payudara sehingga lebih banyak ASI dihasilkan. Ibu pekerja dapat mempersiapkan lebih banyak ASI perah sebelum kembali bekerja untuk menghemat waktu di kemudian hari. Gambar 2. Cara memerah ASI dengan tangan kosong.[ Cara kedua memerah ASI adalah menggunakan alat pompa ASI. Alat pompa elektrik maupun manual dapat menghemat lebih banyak waktu tetapi ibu perlu merogoh uang hingga ratusan ribu rupiah.[ Rata-rata diperlukan 15-45 menit untuk memompa kedua payudara. Alat pompa yang baik meniru aksi mengisap oleh bayi, merangsang let-down reflex, dan tidak menimbulkan nyeri. Jika ibu bekerja penuh waktu dan kesulitan mencuri waktu saat jam kerja, alat pompa yang sesuai adalah jenis elektrik. Namun, jika memerah ASI hanya dilakukan kadang-kadang, alat pompa manual saja sudah cukup. Alat pompa elektrik dapat digunakan sekaligus di kedua payudara sehingga dapat menghemat waktu. Penggunaan alat pompa elektrik di satu payudara sambil bayi menyusu di payudara yang lain dapat memperbanyak ASI yang dapat diperah. Beberapa barang yang dapat dibawa oleh ibu pekerja untuk memerah ASI saat jam kerja adalah alat pompa ASI, wadah penampungan, boks pendingin, dan breast pads. Breast pads berfungsi menyerap kelebihan ASI yang seringkali terus menetes setelah diperah sehingga dapat membasahi pakaian kerja. Ibu disarankan memanfaatkan waktu luang untuk menumpuk lebih banyak cadangan ASI sehingga dapat memerah ASI lebih jarang di kemudian hari. 2) Cara Menyimpan ASI Perah Untuk menyimpan ASI secara aman, ibu harus memilih wadah yang steril, kedap, dan dilapisi bahan nilon. Bahan gelas lebih disukai untuk menyimpan ASI dalam waktu lama. Sebaiknya, tempat penyimpanan tidak terbuat dari plastik Bisphenol A (BPA) atau polietilen. Tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan tanggal ASI diperah. ASI dapat bertahan 4-8 jam di luar kulkas (≤ 25oC), 2-3 hari di dalam kulkas (0o3,9oC), 2 minggu di dalam freezer kulkas 1 pintu, dan 3-4 bulan pada suhu -18oC di dinding belakang freezer kulkas 2 pintu atau 6-12 bulan jika suhu dijaga pada -20oC. Jangan menyimpan kembali ASI yang pernah diminum. Namun, jika pernah dihangatkan dan belum diberikan pada bayi, ASI dapat disimpan kembali di kulkas dan bertahan hingga 24 jam ke depan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa ASI perah yang telah disimpan dengan benar masih layak untuk dikonsumsi bayi karena kontaminasi bakteri yang membuat susu menjadi lebih asam tidak terbukti terjadi pada penelitian ini.ASI harus disimpan per ±60-120 cc dalam satu tempat penyimpanan, antara lain dengan menuangkan ASI perah ke cetakan es yang telah steril. ASI yang telah beku dapat memiliki warna yang berbeda tetapi tidak berarti ASI telah rusak. Warna yang terkesan membiru, kuning, atau coklat masih normal untuk ASI yang beku. ASI juga dapat terpisah menjadi beberapa lapisan, yaitu lapisan krim yang terlihat lebih muda dan lapisan putih yang terlihat lebih kental seperti susu. Prosedur nyimpanan ASIP bisa dilihat bagan di bawah ini (AIMI): 3) Cara Memberikan ASI Perah Penggunaan dot terbukti berkaitan dengan berbagai masalah menyusui, seperti bingung puting, penggunaan cangkir dan sendok telah menjadi alternatif utama untuk memberikan ASI kepada bayi. Penggunaannya juga sudah mulai direkomendasikan oleh berbagai asosiasi menyusui di dunia saat ini. Sebelum simpanan ASI perah diberikan pada bayi, ASI perah dipindahkan darifreezer ke kompartemen kulkas yang kurang dingin yang akan mencairkan ASI dalam 24 jam. Sedangkan jika diletakkan di luar kulkas, ASI yang beku dapat mencair hanya dalam 4 jam. Saat digunakan, ASI dapat direndam secara bertahap dengan air yang lebih hangat. Jangan memanaskan ASI karena dapat merusak beberapa nutrisi dan jangan pula mendinginkan kembali ASI yang sudah mencair. Cara memberikan ASI perah dengan menggunakan cangkir adalah sebagai berikut. Pertama, bungkus bayi dengan selimut agar tidak menumpahkan cangkir ASI. Bayi diposisikan setengah duduk dan disangga dengan memegang belakang lehernya. Cangkir hanya diisi sebanyak ±30 cc. Letakkan pinggiran atau “moncong” sendok cangkir ke sisi dalam bibir atas sehingga lidah bayi dapat menjilat ASI di dalamnya. Jangan tuangkan ASI ke dalam mulut bayi. Ibu cukup memiringkan cangkir sedikit agar bayi dapat mengisapnya. Berikan jeda waktu untuk menelan ASI yang diisap dan batasi maksimal 30 agar bayi tidak kelelahan. Sendawakan bayi setiap selesai memberikan ASI. Aktifitas otot pengunyah pada bayi yang menggunakan cangkir ini mirip dengan bayi yang menyusu langsung sehingga bayi tidak akan bingung puting yang menyebabkan bayi tidak mau menyusu lagi. Hal inilah yang membuat penggunaan cangkir saat ini lebih direkomendasikan daripada botol dot. D. Materi 4 : Menyapih dengan Kasih Setelah memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, bayi masih memerlukan ASI untuk tumbuh kembangnya. Tapi bukan berarti ASI harus diberikan terus-menerus sampai anak tumbuh besar. Penyapihan bukanlah suatu hal yang negatif, karena penyapihan tidak berarti melepaskan kedekatan emosional antara ibu dan anaknya. Tapi berusaha untuk menuju hubungan yang lebih tinggi lagi dan tetap mempertahankan kedekatan yang sudah ada antara ibu dan anaknya. Anak yang disapih sebelum waktunya akan memasuki tahap perkembangan berikutnya dengan cemas dan perasaan tidak siap. Waktu penyapihan setiap anak tidak sama, tergantung dari bagaimana kesiapan anak tersebut. Seperti dikutip dari The Baby Book karangan William dan Martha Sears, penyapihan yang tepat saat kebutuhan anak untuk mengisap sudah berkurang atau semakin menghilang biasanya antara usia 9 bulan hingga 1,5 tahun. Namun para dokter dan ahli gizi menyarankan untuk melakukannya saat anak sudah berusia di atas 1 tahun. Karena pada saat itu sebagian besar bayi sudah bisa mengatasi alergi berbagai makanan dan dapat tumbuh dengan makanan penggantinya. Lakukan sepenuh cinta dengan langkah-langkah ini: 1. Kurangi frekuensi menyusui secara bertahap dimulai pada siang hari. Sebab pada saat inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan dia pada sesuatu yang baru, seperti rasa, bentuk dan tekstur pada makanan pendamping ASI (MP-ASI). 2. Tambah pemberian MP-ASI sebanyak 3-4 kali sehari untuk mengurangi pemberian ASI pada siang hari. 3. Tetapkan tempat menyusui hanya pada satu tempat, misalnya di kamar. Gunanya agar si kecil tidak meminta susu di sembarang tempat sekaligus mengajaknya untuk belajar mengenal aturan. 4. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang selama proses menyapih, misalnya mendekap, mengusap atau mencium agar anak tahu bahwa Anda tetap menyayangi dia meski Anda sudah tidak menyusuinya lagi. 5. Bulatkan tekad. Artinya Anda benar-benar siap untuk melepaskan aktivitas ini. Bila Anda ragu-ragu, Anda akan kesulitan sendiri. Keraguan Anda terbaca oleh anak. Alhasil, anak pun tidak rela disapih. 6. Sapih anak saat ia dalam keadaan sehat, karena dalam keadaan sakit ia akan semakin butuh kelekatan dengan Anda. 7. Libatkan suami sebagai orang yang mampu menghibur dan mengalihkan perhatian anak ketika rewel minta ASI. 8. Berikan penjelasan pada anak mengapa ia harus disapih. Misalnya, “Ayo, kamu sudah besar, sudah tidak perlu lagi menyusu bunda. Makan kue saja yuk. Atau minum susu di cangkir?” Lakukan dengan sabar, lembut dan cinta Anda. Jangan pernah bosan untuk memberikan alasan padanya. 9. Ganti aktivitas menyusu dengan membaca buku atau mendongeng sebelum tidur. Pernyataan WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 2001, “Tidak ada keharusan anak disapih pada usia 2 tahun. Benar bila ibu menyusui bayi secara eksklusif di enam bulan pertama kehidupannya. Kemudian ASI dapat dilanjutkan secara bersamaan dengan MP-ASI hingga anak berusia 2 tahun. Tapi tidak ada keharusan kapan harus menyapih.” Penelitian Dewey KG, Pediatric Clinics of North American, tahun 2001, ASI masih boleh diberikan pada anak usia 2 tahun karena masih mengandung: 43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C (Ayahbunda dan DetikHealth.com) E. Materi 5 : MP-ASI Berdasarkan WHO dan IDAI, bayi baru boleh diberikan MPASI itu pada 6 bulan pertama kehidupan seorang anak karena : 1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI terlalu dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. 2. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan. 3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. 4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Baik Departemen Kesehatan RI maupun organisasi kesehatan dunia WHO samasama menggunakan patokan usia untuk menandakan kesiapan makan bayi, yaitu 6 bulan. Pada usia ini, selain sudah memiliki sistem pencernaan yang cukup matang, kebutuhan nutrisi bayi sudah tidak bisa lagi dipenuhi dari ASI saja -ASI hanya memenuhi 80% kebutuhan nutrisi. Bayi usia 6 bulan secara fisik pun sudah menunjukkan minat dan gerak-gerik untuk menerima makanan padat, yaitu: 1. Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik. 2. Mulai bisa melakukan gerakan mengunyah ke atas dan ke bawah. 3. Hobi memasukkan apapun ke dalam mulut. 4. Memiliki minat terhadap rasa-rasa baru. Panduan MPASI menurut WHO yaitu: Age, Frequency, Amount, Texture, Variety, Active/Responsive dan Hygiene. 1. AGE : MPASI diberikan pada usia 6 bulan. Kalo telat resikonya bayi tidak dapat cukup nutrisi untuk pertumbuhan, tumbuh kembangnya lebih lambat, malnutrisi dan defisiensi gizi seperti zat besi, dan lain - lain. 2. FREQUENCY : Frekuensi pemberian MPASI. Di awal mulai makan (umur 6 bln),1-2 kali/hari, 6 - 9 bulan berikan 2 – 3kali /har makan dan 2 kali selingan makanan ringan. Umur 1 tahun ke atas, berikan 3-4 kali/hari makan dan 2 kali selingan. 3. AMOUNT : Jumlah makanan tentu harus diperhatikan, bayi baru mulai makan diberi sesuai selera bayi, lalu tingkatkan secara bertahap. MPASI Umur 6 bulan (awal) mulai dengan 2-3 sdm setiap kali makan. Tingkatkan secara bertahap sampai setengah mangkok ukuran 250ml untuk usia 6-9 bulan. MPASI Setelah umur 9-12 4. 5. 6. 7. bulan, diharapkan sudah mulai makan setengah sampai tiga perempat mangkok ukuran 250ml. MPASI Setelah umur 1 tahun, porsi rata-rata 1 mangkok ukuran 250ml. TEXTURE : Tahapan tekstur ini jangan terlalu cepat, tapi jangan terlalu lambat juga. o 6 – 7 bulan : mulai dikenalkan makanan padat pertamanya, dimulai dari yang teksturnya encer menyerupai ASI dengan rasa yang tidak jauh berbeda dengan ASI. Saat ini dapat diberikan bubur susu, puree sayuran, puree buah. Sebaiknya bayi dikenalkan terlebih dahulu dengan sayur yang rasanya tidak seenak buah. o 8 – 9 bulan : tekstur makanan bayi mulai semakin padat, pada usia ini dapat dikenalkan bubur saring (sebaiknya hindari memblender makanan). o 9 – 12 bulan : dapat dikenalkan nasi tim yang kadar airnya disesuaikan dengan kemampuan bayi mengunyah dan berlanjut menjadi makin meyerupai table food yang dinikmati oleh anggota keluarga yang lain. VARIETY : Berikan makanan yang bervariasi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi setiap harinya. Daging, ayam, ikan atau telur harus diberikan setiap hari. Buahbuahan dan sayuran yang kaya akan vitamin A harus diberikan juga setiap hari. Jangan lupa menambahkan lemak dalam makanan. Hindari pemberian gula dan garam untuk anak dibawah 1 tahun. Pemberian gula akan mengajarkan anak suka makanan yang manis sampai besar dan memiliki kecenderungan obesitas dan diabetes, sedangkan penambahan garam sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan kerja ginjal bayi. Rasa asin dan manis didapatkan dari rasa alami makanan saja. ACTIVE/RESPONSIVE : Beri makan bayi langsung dari tangan ibu, bayi yang lebih besar harus diawasi saat makan sendiri, pelajari kapan anak lapar dan kenyang, berikan makan secara perlahan dan sabar, jangan dipaksa, bila bayi menolak macammacam makanan, coba berikan kombinasi makanan, rasa, tekstur dan cara pembuatan, hindari apapun yang dapat mengganggu konsentrasi bayi saat makan seperti TV atau mainan, selalu diingat bahwa proses makan adalah proses belajar dan mencurahkan cinta untuk itu ajaklah bicara sambil memberikan makan dan pertahankan kontak mata. HYGIENE : Jagalah kebersihan makanan saat membuat dan menyimpannya dengan mencuci tangan pengasuh dan anak sebelum membuat makanan dan makan, simpan makanan dengan aman dan makanlah secepatnya setelah dibuat, pakailah alat makan yang bersih, hindari menggunakan botol yang ada sendok ujungnya karena cenderung sulit dibersihkan. Lampiran 4 Peta Lokasi Wilayah Kedua mitra Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Ipteks Berbasis Masyarakat IbM Gerakan Masyarakat Sadar ASI 1. Honor Honor Tim Pelaksana Ketua Anggota Asisten administrasi Asisten lapangan Honor /Jam (Rp) Rp 12.500 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 5.000 3. Bahan Habis Pakai dan Peralatan Material Justifikasi Pemakaian bahan dan peralatan pelatihan pelaksanaan pelatihan ATK kesekretariatan Pulsa HP koordinasi pulsa paket data menelusur pustaka Falsh disk alat penyimpan data modem internet menelusur pustaka konsumsi snak untuk pelatihan Waktu (Jam/Mgg) Minggu 5 4 4 4 Kuantitas 2 1 4 2 2 1 200 32 32 32 32 sub Harga Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 850.000 500.000 100.000 100.000 100.000 400.000 20.000 sub 4. Perjalanan Material perjalanan 2 orgx10 Justifikasi Pemakaian pelaksanaan kegiatan Kuantitas 20 5. Lain-Lain Material Laporan Penggandaan Materi Konsumsi Justifikasi Pemakaian Penyusunan dan pengandaan laporan Materi penyuluhan Konsumsi peserta hadir Kuantitas Total 4 100 100 jumlah Rp 2.000.000 Rp 1.280.000 Rp 640.000 Rp 640.000 Rp 4.560.000 jumlah Rp 1.700.000 Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 400.000 Rp 4.000.000 Rp7.400.000 Harga Satuan Rp 75.000 Biaya per Th Rp 1.500.000 Harga Satuan Rp 100.000 Rp 44.00 Rp 7.500 Sub Biaya per Th Rp 400.000 Rp 440.000 Rp 750.000 Rp 1.540.000 Rp15.000.000