III Rekomendasi Kebijakan 1. Pemetaan/mappingpotensi energi laut pada ngkat kabupaten/kota atau berdasarkan WPP(wilayah pengelolaan perikanan). Pemetaan potensi energi laut dilakukan dengan melihat aspek teknis, sosial dan ekonomi dari se ap lokasi sumber energi.Pada aspekteknis, pemetaanakanmenunjukkan data daninformasiterkaitpotensienergi yang dimiliki, potensidayalistrik yang dapatdihasilkan, dan kondisi laut yang ada di sekitarnya dengan memper mbangkan penguasaan aspek teknis oleh SDM. Pada aspek sosial dan ekonomi, pemetaan akan menggambarkan jumlah penduduk pesisir di sekitar lokasi sumber energi, jenis-jenis usaha perikanan yang ada, kelembagaan yang ada, kondisi ekonomi masyarakat pesisir, penghitungan ra o elektrifikasi energi yang layak jual dan informasi terkasit kondisi sosial ekonomi lainnya. 2. Perlu dilakukan pengembangan teknologi/alat (terutama skala kecil) sehingga bisa digunakan secara langsung oleh masyarakat sekaligus dilakukan analisis biaya dan keuntungan (B/C). Policy Brief KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. K.S. Tubun Petamburan VI Jakrta Pusat 10260 Telp. (021) 5365012 Fax 53650159 E-mail: [email protected] No.13/2013 IV Rekomendasi Kebijakan STRATEGI PEMANFAATAN POTENSI ENERGI BERBASIS SUMBERDAYA KELAUTAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI PADA USAHA-USAHA PERIKANAN Hasil pemetaan potensi dan teknologi energi laut (aspek fisik, teknis, sosial dan ekonomi) akan lebih memudahkan pengambil keputusan untuk menentukan prioritas kebijakan. Penentuan prioritas lokasi dan jenis energi yang akan diterapkan akan semakin terarah. Kebijakan energi yang diambil akan lebih tepat sasaran dan efisien Pemerintah daerah, pusat dan swasta dapat bersinergi dalam melaksanakan program. Pesan Utama Daftar Acuan D a h u r i , R . 2 0 1 2 a . M e n g a t a s i K r i s i s E n e r g i F o s i l D e n g a n E n e r g i Te r b a h a r u k a n . h p://dc438.4shared.com/doc/IXqX5xCW/preview.html. Diakses pada tanggal 5 Februari 2012. Dahuri, R. 2012b. Daya Dukung Lingkungan. Terbit pada Republika tanggal 15 Juni 2012. Derian, D. 2011. Pengembangan Energi Laut. Jaka a. Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi. 2010. Pemetaan Energi. Diunduh dari website h p://www.djlpe.esdm.go.id/modules.php?mod=13&sub=44 pada tanggal 21 Juni 2012. Erwandi. 2011. Pengembangan Regulasi, Standarisasi dan Ser fikasi Penetapan Teknologi Energi Laut, bahan presentasi dalam Workshop Arus Laut 2011. Mukhtasor. 2012. Pengembangan Energi Laut di Indonesia. Jakarat: Asosiasi Energi Laut Indonesia. Perusahaan Listrik Negara.2012. Sta s k PLN 2011. Jakarta: Sekretariat Perusahaan PT PLN (Persero). Suryawa , S. H., R. Muhartono, E. S. Luhur dan A. H. Purnomo. 2012. Kajian Kelayakan Pengembangan Energi berbasis Sumberdaya Kelautan dan Efisiensi Penggunaan Energi dalam Usaha-Usaha Perikanan. Laporan Hasil Peneli an Balai Besar Peneli an Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan ( dak dipublikasikan). Tim Penyusun Disusun oleh : Rizki Muhartono dan Siti Hajar Suryawati Evaluator : Viktor Nikijuluw Editor : Siti Hajar Suryawati, Mira dan Rizky Aprilian Wijaya Desain grafis : Ilham Ferbiansyah Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS Tubun Petamburan VI Slipi Jakarta 10260 ©2013 BBPSEKP http://www.bbrse.kkp.go.id/ 4 Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] Usaha-usaha perikanan membutuhan energi seper BBM dan listrik untuk menopang keberlanjutan usahanya, namun dihadapkan pada berbagai kendala seper pasokannya yang terbatas, dan juga pada aspek-aspek lain termasuk distribusi dan aksesibilitasnya. Sektor kelautan sebenarnya berpotensi untuk menghasilkan energi alterna f; hal ini melihat pada luas wilayah laut Indonesia yang ga kali lebih besar dari luas daratan, namun kegiatan pemanfaatan energi laut untuk pembangkit listriknya belum berkembang. Pemetaan potensi energi laut yang disandingkan dengan sentra-sentra usaha-usaha perikanan dapat mempercepat pengembangan implementasi energi berbasis sumberdaya kelautan. I Latar Belakang D alam kerangka kebijakan industrialisasi perikanan, usaha budidaya dan pengolahan diharapkan dapat memainkan peran sentral dan mampu mendukung upaya pencapaian target volume produksi dan untuk maksimalisasi nilai tambah. Salah satu faktor pengungkit yang menentukan kinerja dari kedua jenis usaha perikanan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan energi. Berbagai bentuk energi yang digunakan dalam usaha-usaha budidaya dan pengolahan adalah energi bahan bakar minyak, listrik dan gas. Bahanbakar minyak (BBM) dan listrik sangat berperan menentukan keberhasilan atau kinerja usaha-usaha. Pada masa yang akan datang peran pen ng dari BBM dan listrik untuk menopang usaha-usaha budidaya dan pengolahan menghadapi tantangan besar, dak hanya terkait dengan pasokannya yang terbatas, melainkan juga pada aspek-aspek lain termasuk distribusi dan aksesibilitasnya. Terdapat berbagai peluang untuk mengatasi sebagian masalah tersebut, yaitu melalui pengembangan dan pemanfaatan berbagai jenis sumber energi alterna f, baik yang berbasis pada sumberdaya kelautan maupun sumberdaya lain yang rela f berada dalam jangkauan dari lokasi-lokasi usaha pengolahan dan budidaya perikanan. Terkait tantangan dan permasalahan yang ada, secara nasional telah tersedia pijakan hukum untuk penanganannya, yaitu dalam bentuk UU No. 30/2007 tentang Energi dan UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Namun, kedua undang-undang tersebut belum secara rinci menunjukkan arah bagi pengembangan keenergian di sektor kelautan dan perikanan. Hasil peneli an Balai Besar Peneli an Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) yang memperbandingkan sejumlah jenis sumber energi alterna f berdasarkan beberapa aspek relevan (potensi, ketersediaan, ngkat pengembangan, teknis, dan ekonomis) menunjukkan bahwa beberapa di antaranya perlu diprioritaskan dan dapat segera dimanfaatkan. Rekomendasi kebijakan ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan-tantangan pemenuhan kebutuhan energi untuk usaha pengolahan dan budidaya perikanan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 1 II Temuan Utama sebanyak jumlah penduduk miskin karena mereka kesulitan mengakses listrik dari PLN; 2) Provinsi yang terpilih sebagai lokasi energi listrik disesuaikan dengan peta sebaran potensi energi laut di Indonesia yang dira fikasi oleh ASELI dan Ocean Energy Indonesia; 3) Jenis energi laut yang diiden fikasi adalah energi pasang surut, gelombang dan OTEC karena potensinya berbatasan dengan daratan yang bersentuhan langsung dengan kabupatenkabupaten di provinsi terpilih. Sedangkan energi arus laut berpusat di selat-selat sehingga dak bersentuhan langsung dengan daratan; dan 4) Rasio elektrifikasi adalah prosentase penduduk (total) provinsi yang telah terlayani listrik, sedangkan data penduduk yang dimasukkan ke dalam tabel adalah penduduk di desa pesisir saja. Indonesia kaya akan sumber energi terbarukan dan dapat mengambil manfaat dari peningkatan pangsa bahan bakar terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik. Dalam PP No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional disebutkan bahwa energi terbaharukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah dak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik. Hal inilah yang menuntun kita untuk segera beralih ke energi terbaharukan. Indonesia sebagai negara tropis kepulauan terbesar di dunia, kaya dengan beragam jenis energi terbarukan (Dahuri, 2012a; 2012b) mulai dari hydropower, geothermal, energi matahari, energi angin, biogas, biomasa, energi kelautan (arus pasang-surut, gelombang, dan OTEC = Ocean Thermal Energy Conversion) sampai ke bioenergi (biodiesel dan bioethanol). Kesemua energi tersebut potensial untuk segera dikembangkan dalam rangka ketahanan energi, karena Indonesia secara nyata memiliki potensi energi tersebut. Besaran potensi energi laut dan tahapan pengembangannya yang dikompilasi dari berbagai sumber ditampilkan pada Tabel 1. Potensi energi laut tersebar di seluruh perairan Indonesia, baik di wilayah barat mapun mur Indonesia. Wilayah perairan Indonesia yang potensial dikembangkan energi arus laut di antaranya Selat Alas, Selat Sape, Selat Linta, Selat Molo (P. Flores – P. Komodo), Selat Flores, Selat Boleng, Selat Lamakera, Selat Pantar, dan Selat Alor (Erwandi, 2011). Untuk potensi energi gelombang, wilayah perairan yang potensial adalah perairan sebelah barat pantai Sumatera, sebelah selatan pantai Jawa, Bali, NTB, NTT, sebelah selatan Maluku dan Papua. Dengan memperhitungkan jumlah penduduk di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil diperoleh informasi potensi energi dan pengguna potensial sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Perhitungan potensi pengguna tersebut berdasarkan asumsi bahwa: 1) Kebutuhan energi listrik per provinsi diasumsikan Pada Gambar 1 dapat dilihat sebaran peta potensi energi laut di Indonesia. Berdasarkan gambar, dak semua propinsi memiliki potensi energi laut dan hanya propinsi tertentu saja yang memiliki. Sebagai contoh di Pulau Jawa dak memiliki potensi energi laut, sedangkan Propinsi Kepulauan Riau memiliki potensi energi laut yaitu pasang surut dan gelombang. Propinsi NTT dan Papua memiliki ke ga potensi energi energi laut yaitu pasang surut, gelombang dan OTEC. Sebagai contoh, berdasarkan hasil perhitungan (Suryawa et al., 2012), jika sebuah pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut diasumsikan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 70 kW. Maka hasil energi ini dapat digunakan untuk mensuplay kebutuhan listrik di pelabuhan perikanan disekitar sumber energi tersebut dengan prioritas pelabuhan yang belum teraliri listrik. Sebagai contoh jika pelabuhan tersebut mendapatkan pasokan energi dari mesin genset berbahan solar sebanyak 180 kV atau sebesar 144 kW, maka energi listrik dari arus laut dapat memasok setengah dari kebutuhan tersebut. Tabel 2. Lokasi-Lokasi Potensial Energi Laut di Indonesia berdasarkan Jumlah Penduduk, Rasio Elektrifikasi dan Potensi Permintaan Listriknya. No. Lokasi Potensi Energi Jenis Energi Laut 1) 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16. 17. Sumber Kepulauan Riau Sumatera Utara Sumatera Barat Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Maluku Maluku Utara Papua : 2 3 Jumlah 2) penduduk Jumlah penduduk 2) miskin 366.616 802.662 636.225 166,701 479.610 507.957 964,592 917,385 1.304.803 400,237 89.175 242,310 488,961 258,188 361,345 408.901 597,210 60.679 148.496 41.378 38,190 175.063 108.161 160,295 319,241 750.908 30,921 13.519 125,664 94,115 88,813 237,663 175.887 162,523 Rasio Potensi elektrifikasi Permintaan 3) 4) (%) Listrik (MW) 55,84 69,68 69,37 51,46 48,82 45,83 74,98 32,51 24,55 55,50 38,09 49,79 66,87 48,30 54,51 49,44 32,35 103 1.162 877 105 141 149 1,9 137 275 53 25 144 102 61 47 260 1) ASELI 2011dalam Muktasor (2012) : 1 Pasang surut, 2 Gelombang, 3 OTEC BPS Hasil Sensus 2002 dan SMERU PLN, 2012 4) Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2010 2) 3) Tabel 1. Potensi Pasokan Energi Laut di Indonesia dan Tahapan Pengembangannya. Rincian Gelombang a Jenis Energi Laut Pasang Surut Arus Laut Potensi Indonesia 1200 MW Kapasitas Pembangkit Lokasi 0,5- 2 MW 10-200 MW Pesisir dan Pulau a kecil a -1,5 mW 20112012rancangan a 0,5-1 MW 2013-2015 Pembangkit disel tergan kan Wilayah Timur Kebutuhan Listrik Tahapan 4800 MW a a 6000 MW a b 10-200 MW a a > 10 mW 2011-2014 Studi Kelayakan a (FS) 2015 Pengembangan di a Merauke Bali-NTT 220.000 MW a >1.500 TWh a,c c a OTEC 1-20 MW 2011-2012 Rancangan 1-10 a MW 2013-2025 Pembangkit di Bali a & NTT 5-100 MW a a Pesisir dan Pulau a Kecil a > 5 MW 2011-2012 a FS -5 MW - 2013-2014Pilot Project di Manado dengan bantuan a Jepang 2015 - 2020 Daerah wisata, wilayah batas a Negara - 2020-2050, Ekspor a Produk Sampingan Gambar 1. Peta Potensi Energi Laut di Indonesia dimodifikasi dari berbagai sumber Sumber:a Mukhtasor (2012), bErwandi (2011), dan c Derian (2011) 2 Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 3