perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA USIA PASIEN DENGAN DERAJAT KEGANASAN TUMOR OVARIUM PRIMER DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2011-2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nurlailiyani G0009158 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul: Hubungan antara Usia Pasien dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012 Nurlailiyani, NIM: G0009158, Tahun: 2013 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Selasa, Tanggal 5 Februari 2013 Pembimbing Utama Nama : Heru P. Samadi, dr., Sp.OG (K) NIP : 19650831 199003 1 002 (…………………….) Pembimbing Pendamping Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes NIP : 19600418 199203 1 001 (…………………….) Penguji Utama Nama : H. Tri Budi W, dr., Sp.OG (K) NIP : 19510421 198011 1 002 (…………………….) Penguji Pendamping Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes NIP : 19470927 197610 2 001 (…………………….) Surakarta, Dekan FK UNS Ketua Tim Skripsi Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 5 Februari 2013 Nurlailiyani NIM. G0009158 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Nurlailiyani, G.0009158, 2013. Hubungan antara Usia Pasien dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Di Indonesia, Keganasan ovarium merupakan salah satu kasus ginekologi yang paling sering ditemukan pada perempuan dan menempati urutan ketiga setelah kanker serviks dan kanker payudara. Terdapat 21.990 kasus keganasan ovarium yang terdeteksi pada tahun 2011 dan sekitar 15.460 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Tingginya prevalensi kematian akibat keganasan ovarium di Indonesia dapat disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis sehingga ketika terdeteksi, penyakit ini telah mencapai stadium lanjut. Kondisi ini disebabkan kurangnya metode yang dapat diandalkan dan spesifik untuk deteksi dini kanker ovarium. Etiologi kanker ovarium belum sepenuhnya jelas. Faktor risiko terkuat yang diketahui adalah meningkatnya usia. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012. Metode Penelitian: Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien dengan diagnosis klinis tumor ovarium di RSUD Dr. Moewardi. Jumlah sampel adalah sebanyak 110 orang diambil dengan teknik consecutive sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medik pasien dan memberikan kuesioner kepada sampel (data primer). Setelah data diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil Penelitian: Dari 110 sampel penelitian terdapat 82 kasus keganasan ovarium dan 28 jinak. Sejumlah 48.8 % kasus keganasan terjadi pada wanita di atas 50 tahun dan 53.6 % tumor jinak ditemukan pada wanita usia 35-50 tahun. Pengujian statistik dilakukan terhadap variabel penelitian yaitu kelompok usia dan derajat keganasan tumor ovarium. Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2 ) sebesar 10.028 dengan signifikansi (p) sebesar 0.018. Nilai p < 0.1 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 90 % atau tingkat signifikansi 10 % korelasi kedua variabel signifikan. Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara kelompok usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer. Keganasan tumor ovarium mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya usia. Kata kunci: kelompok usia, derajat keganasan, tumor ovarium primer commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Nurlailiyani. G.0009158. 2013. The Correlation between Patient’s Age and the Degree of Malignancy Primary Ovarian Tumor in RSUD Dr. Moewardi for the Period 2011-2012. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: In Indonesia, Ovarian cancer has been one of the most frequent gynecologic malignancy found in women and come in third after cervix and breast cancer. There were 21.990 cases of ovarian cancer detected in 2011 and approximately 15.460 cases of which were fatal. The high prevalence of ovarian cancer deaths in Indonesia may be caused by delays in diagnosis so that when detected, the disease has reached an advanced stage. This condition was due to the lack of a reliable and specific method for the early detection of ovarian cancer. The etiology of ovarian cancer was not yet completely clear. The strongest known risk factor was increasing age. Objective: The objective of this research was to know the correlation between patient’s age and the degree of malignancy primary ovarian tumor in RSUD Dr. Moewardi for the period 2011-2012. Methods: The study design was analytic observational with cross sectional approach. The sample of this research was patient with a clinical diagnosis of primary ovarian tumor in RSUD Dr. Moewardi. The numbers of sample were 110 people and were taken by consecutive sampling technique. People who were chosen as the sample are given the questionnaire. They answered the question in the questionnaire. After the data collected, then the data was analyzed using chisquare test. Results: There were 110 objects as the sample of this research, contained 82 cases of ovarian malignancy and 28 cases benign. Around half (48.8 %) of ovarian cancer occurred in women over 50 years and 53.6 % of ovarian benign tumor occurred in women aged 35-50. Statistical tests using Chi Square test performed on the variables which were group of age and the degree of malignancy primary ovarian tumor. Test services utilization. Statistical test result value of the test statistic (X2 ) was 10.028 with significance (p) of 0.018. P–value < 0.1 means that the confidence level of 90 % or 10 % significance level significant correlation both variables. Conclusions: There was a correlation between patient’s age and the degree of malignancy primary ovarian tumor in RSUD Dr. Moewardi for the period 20112012. The incidence of ovarian malignancy increased along with the increased of age. Key words: group of age, degree of malignancy, primary ovarian tumor commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKATA Segala puji bagi Allah Subhanahuata’ala, atas rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara Usia Pasien dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Allaihi wasallam dan para sahabat. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai p ihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS Surakarta. 3. Heru Priyanto Samadi, dr., Sp. OG (K), selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan b imbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 4. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 5. H. Tri Budi W., dr., Sp. OG (K), selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan staf Bagian Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Dr. Moewardi, Bagian Biologi FK UNS Surakarta dan Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 8. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, Paman, Bibi dan Adikku tercinta Muhammad Sholihan, Indah Kurniawati yang menjadi motivator utama penulis dalam menyusun skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat yang tak tergantikan Rifa, Devi, Ardi, dan Regina yang selalu membantu penulis. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Surakarta, Februari 2013 Nurlailiyani commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 4 A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 4 B. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 34 C. Hipotesis ................................................................................................. 35 BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 36 A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 36 C. Subjek Penelitian ................................................................................... 36 D. Rancangan Penelitian ............................................................................ 39 E. Identiikasi Variabel Penelitian ............................................................. 39 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................. 40 G. Alat dan Bahan....................................................................................... 40 H. Analisis Data ………………………………………………………..41 commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 42 A. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner .................................... 42 B. Karakteristik Subjek Penelitian............................................................. 43 C. Hubungan antara Usia dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium . 47 BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 49 BAB VI PENUTUP.............................................................................................. 57 A. Simpulan................................................................................................. 57 B. Saran ....................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2. 1. Klasifikasi Histopatologi Tumor Ovarium menurut WHO............ 15 Tabel 2. 2. Tampilan Makroskopis Tumor Ovarium Jinak dan Ganas ............ 22 Tabel 2. 3. Stadium Kanker Ovarium Menurut (FIGO) 2000 .......................... 24 Tabel 4. 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ............. 33 Tabel 4. 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Keganasan Tumor Ovarium................................................................................. 35 Tabel 4. 3. Tabulasi Silang antara Derajat Keganasan Tumor Ovarium Berdasarkan Umur ............................................................................ 35 Tabel 4. 4. Hubungan antara Usia Pasien dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer................................................................................. 36 commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Jenis-jenis Tumor Ovarium menurut Sel Asal Tumor............... 19 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel Lampiran 6. Surat Bukti Telah Menyelesaikan Penelitian Lampiran 7. Tabel Chi-Square Lampiran 8. Analisis Data Statistik commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ovarium memiliki potensi besar untuk menjadi tumor neoplastik dan keganasan, di samping terjadi tumor yang timbul akibat fungsinya yang biasa disebut tumor non neoplastik. Mayoritas tumor ovarium bersifat jinak dan 2 % di antaranya memiliki risiko seumur hidup untuk berkembang menjadi kanker ovarium (Haffner dan Schust , 2008; Manubrata, 2001). Tumor ganas atau kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkendali, mampu menginvasi dan bermetastasi (Murray et al., 2003). Kanker ovarium merupakan kanker ke-6 terbanyak yang ditemukan pada perempuan di dunia. Kanker ini merupakan penyebab kematian utama keganasan ginekologi di Amerika Serikat. Pada tahun 2011 diperkirakan terdapat 21.990 kasus baru kanker ovarium dan 15.460 meninggal oleh penyakit tersebut (Siegel et al., 2011; Wey et al., 2009). Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2004 hingga 2007 menyebutkan kanker ovarium sebagai kanker sistem reproduksi perempuan tersering ketiga setelah payudara dan serviks (DKPDI, 2009). Angka kematian pada kanker ovarium jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis kanker sistem genitalia perempuan lainnya. Hal ini dikarenakan kanker ovarium tidak memiliki gejala awal khas yang menyulitkan deteksi hingga mencapai stadium lanjut. Sebanyak 70 % kanker ovarium didiagnosis commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 setelah mencapai stadium lanjut (III-IV) yaitu setelah kanker menyebar luas dan bermetastasis jauh sehingga menyebabkan buruknya prognosis penyakit. Kelangsungan hidup pasien terutama tergantung pada stadium penyakit pasien. Tingkat ketahanan hidup rata-rata 5 tahun pada pasien stadium I mencapai 93 % dan 70 % pada stadium II. Namun, angka tersebut turun hingga mencapai 37 % dan 25 % jika diagnosis ditegakkan pada stadium III dan IV (Yallapu et al., 2010; Busmar, 2008). Usia merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan risiko keganasan. Kejadian keganasan ovarium meningkat seiring dengan peningkatan usia. Keganasan ovarium meningkat pada usia setelah 45 tahun. Usia median saat terdiagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita ditemukan pada usia di atas 65 tahun (Andrijono, 2003; Busmar, 2008). Masa adneksa sering ditemukan selama usia reproduksi. Selama tahap kehidupan ini, masa tersebut biasanya disebabkan oleh kista ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan pasca infeksi tuba fallopi. Pada anak perempuan yg berusia di bawah 20 tahun dan wanita di atas usia 50 tahun, 10 % dari masa yang teraba bersifat ganas. Sekitar 85-90 % kanker ovarium terjadi pada wanita pasca menopause (Haffner dan Schust, 2008). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui insidensi tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. 2. Tujuan Khusus Mengetahui hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi ilmiah mengenai hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam penelitianpenelitian lanjutan mengenai tumor ovarium. 2. Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan sasaran usia dalam perencanaan tindakan edukasi atau penyuluhan pada pasien dengan risiko tinggi keganasan ovarium karena hingga saat ini belum ada prosedur tetap yang baku bagi upaya preventif maupun deteksi dini keganasan ovarium. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Histologi Ovarium Organ-organ internal sistem reproduksi perempuan terdiri dari dua ovarium, dua tuba fallopii atau saluran telur, uterus dan vagina. Pada perempuan dewasa, ovarium bertanggung jawab melepaskan gamet (sel telur atau oosit) dan memproduksi hormon-hormon steroid, androgen serta progesteron. Ovarium memiliki bentuk yang menyerupai buah kemiri, dengan ukuran bervariasi, tergantung usia. Pada usia reproduksi, ukuran ovarium kurang lebih panjang 3 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1 cm (Junquiera dan Carneiro, 2002; Prince dan Wilson, 2005). Secara Histologis ovarium terdiri dari bagian medulla dan korteks yang tidak berbatas jelas. Medulla merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan vaskuler yang luas pada jaringan ikat selu ler longgar yang merupakan perpanjangan dari mesovarium. Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa, yang disebut tunika albugenia. Tunika albugenia ini merupakan permukaan terluar korteks. Di atas tunika albugenia terdapat epitel pipih selapis atau kuboid, yakni epitel germinativum waldeyer. Jaringan korteks ovarium berada tepat di bawah tunika albugenia. Di dalamnya terdapat sejumlah besar folikel ovarium dalam tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Folikel dibagi dalam tiga fase commit to user 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel berkembang, dan folikel matang atau de Graaf. Sebuah folikel ovarium terdiri dari satu oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel folikel (Haffner dan Schust, 2008; Junquiera dan Carneiro, 2002) Folikel primordial terdiri dari sebuah oosit primer yang tertahan pada tahap profase yang dibungkus oleh selapis sel folikel pipih (pregranulosa). Folikel ini paling banyak ditemukan saat sebelum kelahiran. Pembentukan folikel primer mulai ditandai dengan perubahan dari lapisan sel pregranulosa menjadi sel granulosa yang berbentuk kuboid. Deferensiasi selanjutnya, akan terbentuk teka interna dan teka eksterna yang berasal dari stroma ovarium di sekeliling sel folikel. Teka interna kaya akan jaringan vaskuler dan berfungsi menghasilkan hormon sementara teka eksterna tetap berupa jaringan ikat (Haffner dan Schust,2008). Selama folikel berkembang terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang berisi cairan folikel. Folikel ini bernama folikel sekunder. Selanjutkan ruangan-ruangan tersebut akan menyatu menjadi sebuah ruang besar yang disebut antrum. Pada suatu bagian dari dinding folikel oosit diikat oleh cumulus ooforus yaitu sel-sel dari lapisan granulosa yang berkumpul dan membentuk bukit kecil sel-sel. Kumulus ooforus ini menonjol ke dalam antrum. Oosit dilapisi o leh granulose tipis yang disebut korona radiata. Oosit tidak akan tumbuh lagi. Folikel ini disebut folikel de Graaf atau matang (Fawcett, 2002). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 Folikel de Graaf akan pecah dan mengeluarkan ovum, proses ini dinamakan ovulasi. Ovum bersama dengan zona pelusida, beberapa cairan antrum dan sel-sel yang meliputinya lepas dari ovarium menuju tuba uterina. Sementara sel granulosa dan sel-sel teka interna menetap di dalam ovarium membentuk korpus luteum. Korpus luteum merupakan kelenjar endokrin sementara yang mengekskresikan esterogen dan progesteron (Fawcett, 2002). 2. Epidemiologi dan Insidensi Tumor Ovarium Dari seluruh tumor ovarium yang tidak d isebabkan oleh proses peradangan pada wanita usia produktif, 70 % di antaranya merupakan kista fungsional, 20 % adalah neoplasma dan 10 % yang lain merupakan endometriosis. Risiko keganasan sebesar 15 % pada wanita produktif dan meningkat menjadi 50 % setelah menopause (Neville et al., 2009). Tumor ganas ovarium menempati peringkat ketiga jenis keganasan yang paling banyak ditemukan pada sistem genitalia perempuan. Angka kematian akibat tumor ganas ovarium mencapai separuh dari keseluruhan kematian akibat keganasan ginekologi. Hal ini disebabkan tumor ganas ovarium tidak memiliki gejala yang khas sehingga sulit terdeteksi secara dini. Diperkirakan 70-80 % kanker ovarium terdiagnosis setelah adanya metastasis jauh sehingga prognosis penyakit menjadi buruk (Kumar et al., 2005; Sihombing dan Sirait, 2007;Tavassoli dan Devilee, 2003). Global Cancer Society pada tahun 2008 melaporkan 225.000 kasus baru kanker ovarium atau sekitar 3.7 % dari keseluruhan kanker pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 wanita. Angka kematian akibat kanker ovarium mencapai 140.000 (4.2 % dari total kematian akibat kanker pada wanita). Data dari Survey Epidemiology End Result Cancer Statistics antara tahun 2004 hingga 2008 menyebutkan insidensi 12.8 per 100.000 orang dengan perkiraan mortalitas sejumlah 8.4 per 100.000 (SEER, 2011; Jemal et al., 2011). Di Indonesia berdasarkan data Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Ahli Patologi Indonesia tahun 1998, kanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan dan menempati urutan ke 5 (4.9 %) setelah kanker serviks (17.2 %), kanker payudara (12.2 %), kanker kulit (5.9 %) dan kanker nasofaring (5.3). Adapun berdasarkan data WHO (2002), kanker ovarium merupakan kanker keempat terbanyak di Indonesia dengan angka kejadian kasus baru yang mencapai 15 per 100.000 dan merupakan penyebab kematian kelima pada wanita Indonesia berdasarkan data WHO tahun 2005 (Hardiman et al., 2007). 3. Gejala Klinis Banyak tumor ovarium yang tidak menimbulkan gejala terutama tumor yang berukuran kecil. Gejala dan tanda yang timbul sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumortumor tersebut (Sutoto, 2007). a. Pertumbuhan Pembesaran dan posisi tumor ovarium dalam rongga perut dapat memberikan tekanan terhadap organ-organ di sekitarnya. Gangguan yang timbul akibat penekanan tumor dapat berupa gangguan miksi, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 obstipasi dan edema pada tungkai. Tumor yang lebih besar dapat menimbulkan rasa penuh di perut dan gejala tidak napsu makan (Sutoto, 2007). b. Aktivitas hormonal Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola menstruasi kecuali tumor yang memproduksi hormon. Tumor ganas sel granulosa yang memproduksi hormon dapat mengakibatkan terjadinya hipermenorea dan arhenoblastoma dapat menyebabkan amenorea (Sutoto, 2007). c. Komplikasi 1) Perdarahan Perdarahan ke dalam kista dapat terjadi berangsur-angsur sehingga menyebabkan perbesaran kista dengan gejala klinis yang minimal. Jika perdarahan terjadi dalam jumlah besar dan mendadak akan terjadi distensi cepat kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak (Sutoto, 2007). 2) Putaran tungkai Putaran tungkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakannya. Kehamilan juga dapat mempermudah terjadinya torsi karena uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Putaran tangkai dapat menyebabkan gangguan sirkulasi, vena yang tertekan menyebabkan terjadinya bendungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 darah dalam tumor yang jika berjalan terus dapat menyebabkan nekrosis. Rasa sakit dapat timbul jika terjadi tarikan peritoneum parietale o leh ligamentum infundibulopelvikum (Sutoto, 2007). 3) Infeksi Infeksi pada tumor dapat berasal dari pathogen infeksi di sekitarnya seperti apendisitis, diverticu litis, atau silpingitis akuta. Kista dermoid cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan (Sutoto, 2007). d. Sindroma meigs Empat puluh persen kasus fibroma ovarii ditemukan dengan sindroma meigs yaitu asites dan hidrotoraks. Keadaan ini dapat ditemukan pada beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga menghilang. Cairan di rongga toraks berasal dari cairan di rongga perut. Sindroma meigs harus dibedakan dengan asites dengan atau tanpa hidrotoraks yang ditemukan pada tumor ganas. Dalam hal yang terakhir ditemukan selsel tumor ganas dalam sedimen cairan (Sutoto, 2007). Pada keganasan ovarium, gejala awal sering kali tidak khas, oleh karena itu lebih dari 70 % perderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut (Busmar, 2008). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 4. Diagnosis Tindakan awal yang dilakukan untuk mendiagnosis tumor ovarium adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi meliputi pemeriksaan pelvik dan rectal. Pemeriksaan bimanual, perabaan uterus dan ovarium dilakukan untuk mengetahui bentuk, ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari masa tumor (Djuanda et al., 2001). Jika ditemukan tumor pada pemeriksaan maka setelah diteliti sifatsifatnya (besar, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak) langkah selanjutnya adalah menentukan jenisnya bersifat neoplastik atau non neoplastik (Sutoto, 2007). Tumor oleh karena radang umumnya menunjukkan gejala peradangan genital dan dalam pemeriksaan tidak dapat digerakkan akibat adanya perlekatan. Kista non neoplastik umumnya tidak membesar dan dapat menghilang dengan sendirinya. Adapun jika tumor itu bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah tumor itu jinak atau ganas. Diagnosis pasti keganasan ovarium memerlukan tindakan laparostomi eksploratif. Akan tetapi, pemeriksaan dan analisis yang tajam dapat membantu pembuatan diferensial diagnosis sebelum dilakukan operasi. (Berek, 2005; Sutoto, 2007). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 Metode-metode yang selanjutnya dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat antara lain, a. Laparoskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu. b. USG Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Kriteria morfologi tumor yang diperiksa melipurti volume tumor, struktur dinding dan septum tumor (Azis, 2006). Sistem kerja USG transvaginal color doppler berdasarkan kepada analisis gelombang suara doppler (Resistance Index atau RI, Pulsality Index atau PI, dan Velocity) pembuluh darah pada tumor. Keganasan dicurigai jika resistance index kurang dari 0,4 (Busmar, 2008; Helm dan William, 2008). c. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 d. Tumor Markers CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Pada orang dewasa CA 125 dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel saluran muller. Pemukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan pertumbuhan papiler. Kadar normal yang disepakati untuk CA 125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125 memiliki spesifisitas dan positive predicate value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain dan keadaan non neoplasma kadar CA 125 juga dapat meningkat (Menon dan Jacobs, 2005). 5. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keganasan Ovarium. Penyebab dari kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa penulis telah melaporkan adanya hubungan antara kejadian kanker ovarium dengan faktor lingkungan termasuk paparan dengan makanan,virus,dan bahan-bahan industri (Look, 2001). a. Usia Etiologi kanker ovarium belum diketahui secara jelas. Namun, telah diketahui bahwa meningkatnya usia merupakan faktor terkuat yang memperbesar risiko kanker ovarium. Tumor ganas ovarium dapat terjadi pada semua umur. Sebagian kanker ovarium menyerang wanita lanjut usia dan paruh baya, dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 tingkat kejadian tertinggi dilaporkan di Amerika Utara dan Eropa Utara, dan terendah di Jepang dan di negara berkembang (Greenlee et al., 2000). Survey Epidemiology End Result periode tahun 2004-2008 menyebutkan, nilai tengah usia pasien saat didiagnosis tumor ovarium adalah 63 tahun. Sekitar 1.2 % didiagnosis di bawah usia 20 tahun, terus meningkat sebanyak 3.5 % antara usia 20 dan 34 tahun, 7.3 % antara 35 dan 44 tahun, 19.1 % antara 45 dan 54 tahun, dan mencapai 23.1 % antar 55 dan 64 tahun. Insidensi menurun menjadi 19.7 % antara 65 dan 74 tahun, 18.2 % antara 75 dan 84 tahun dan hanya 8 % di atas usia 85 tahun (SEER, 2011). Peningkatan angka kejad ian kanker ovarium pada usia menopause dapat dikaitkan dengan penurunan oosit atau sel germinal, penurunan tingkat sirkulasi estrogen, atau peningkatan yang signifikan dalam produksi kelenjar pituitari terhadap hormon gonadotropic Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Ovulasi, faktor pertumbuhan, sitokin, dan agen lingkungan dapat berperan dalam inisiasi dan perkembangan kanker ovarium (Vanderhyden et al., 2003). b. Faktor Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Kontrasepsi oral adalah faktor pelindung terhadap kanker ovarium. Sebuah reanalisis dari 45 studi terpisah yang dilakukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 di 21 negara menunjukkan bahwa semakin lama seorang wanita telah menggunakan kontrasepsi oral, semakin besar pengurangan risikonya (Beral et al., 2007). Berbagai penelitian telah mempelajari pengaruh jumlah dan jenis kontrasepsi oral dalam mengurangi risiko kanker ovarium. Salah satu penelitian yang digunakan dalam analisis Harvard, Cancer and Study Hormone Steroid (CASH), menemukan bahwa penurunan risiko kanker ovarium adalah sama tanpa memandang jenis atau jumlah estrogen atau progestin dalam pil. Adapun sebuah analisis lebih baru dari studi CASH menunjukkan bahwa kontrasepsi oral dengan konsentrasi progestin yang tinggi mengurangi risiko kanker ovarium lebih dibanding olahan dengan kadar progestin rendah (Schilkraut et al., 2002). 2) Terapi Pengganti Hormon Berbagai peninjauan sistematis yang menggunakan desain kasus-kontrol dan kohort telah diterbitkan dan dipercobakan secara acak untuk mempelajari efek estrogen maupun kombinasi estrogen-progestin sebagai terapi penggantian hormon terhadap risiko kanker ovarium. Telah dilaporkan bahwa penggunaan lima tahun estrogen sebagai terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker ovarium sebesar 22 %. Peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan penggunaan kombinasi esterogenprogesteron, yakni 10 % (Pearce et al., 2009). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Berdasarkan studi terhadap wanita pengguna terapi pengganti hormon di Inggris, risiko kanker ovarium meningkat setara dengan durasi penggunaan dan mencapai angka yang signifikan setelah penggunaan tujuh tahun atau lebih (Beral et al., 2007). Studi epidemiologi pada Juni 2011 memperkirakan sekitar 50 kasus kanker ovarium di Inggris pada tahun 2010 terkait dengan terapi pengganti hormon, setara dengan sekitar 1 % dari seluruh kasus keganasan ovarium di negara tersebut (Parkin, 2011). c. Kehamilan Penelitian yang diterbitkan di British Journal of Cancer 1, menyebutkan bahwa kehamilan dan memiliki lebih dari satu anak mampu menurunkan risiko kanker ovarium. Perempuan yang pernah hamil memiliki 29 persen risiko lebih rendah mengalami kanker ovarium dibandingkan dengan perempuan yang belum pernah hamil. Kejadian kanker ovarium pada wanita yang belum pernah hamil adalah 34 per 100.000 per tahun, risiko ini turun menjadi sekitar 24 per 100.000 per tahun pada wanita yang pernah mengalami kehamilan (Konstantinos, 2011). d. Pemakaian Talk Penggunaan bedak talk secara berkala pada daerah genitalia meningkatkan risiko kanker ovarium. Pada tahun 2003, analisis pada 16 individu menunjukkan peningkatan risiko kanker ovarium sebesar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 33 % pada penggunaan bedak talk di daerah genitalia (Huncharek et al., 2003) Penggunaa bedak talk baik di daerah perineum maupun non perineum, menunjukkan risiko jangka panjang (lebih dari 20 tahun) dengan penggunaan berkala setiap hari dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan bedak talk (Wu et al., 2009). Sebelum pertengahan 1970-an, diketahui adanya kontaminasi serat asbes pada bedak talk dan pada tahun 1975 telah dirumuskan pedoman untuk mencegah kontaminasi ini. Penelitian sebelum tahun 1975, menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker ovarium pada penggunaan bedak talk. Akan tetapi penelitian yang dilakukan setelah tahun 1975 tidak menunjukkan hal ini (Wu et al., 2009). e. Riwayat Keluarga Risiko kanker ovarium meningkat pada wanita dengan riwayat keluarga penderita kanker ovarium. Wanita yang memiliki saudara derajat 1 (ibu atau saudara kandung) dengan diagnosis kanker ovarium memiliki risiko meningkat tiga sampai empat kali lipat terkena penyakit ini dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga, meskipun hanya sekitar 10 % kasus kanker ovarium terjadi pada wanita dengan riwayat keluarga (Granstrom et al., 2008). Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada 2/3 familial atau 5 % secara keseluruhan yaitu gen commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13 (Kumar et al., 2005). Perkiraan risiko kenker ovarium pada populasi umum adalah sebesar 1.4 % (14 dari 1000). Angka ini meningkat menjadi 15 sampai 40 persen (150 - 400 dari 1000) pada wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCa2 (Bethesda, 2009; Granstrom et al., 2008). 6. Teori Tumorogenesis a. Hipotesis incessant ovulation Hipotesis incessant ovulation dikemukakan pertama kali oleh Fathalla pada tahun 1971, menerangkan bahwa trauma berulang selama ovulasi meningkatkan paparan epitel permukaan ovarium terhadap abnormalitas genetik dan faktor risiko lain. Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan langsung frekuensi metaplasia dan konversi neoplasma pada daerah invaginasi fragmen epitel permukaan ovarium dan badan inklusi. Hal ini memungkinkan karena pajanan berlebihan terhadap hormon atau lingkungan stromal kaya faktor pertumbuhan, maka epithelial permukaan ovarium yang terjebak di korteks ovarium dapat dianggap sebagai proses neoplastik tempat berkembangnya kanker epitelial ovarium. Namun, mekanisme perkembangan epitel permukaan atau kista menjadi keganasan belum diketahui secara pasti. Hipotesis ini dapat menjelaskan penurunan kejadian kanker ovarium pada wanita yang hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh karena selama hamil, menyusui, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 dan menggunakan pil kontrasepsi tidak terjadi ovulasi (Choi et al., 2007; Schilder et al., 2001). b. Hipotesis Inflamasi Hipotesis ini diajukan berdasarkan faktor risiko penyakit inflamasi pelvic dan efek proteksi dari ligasi tuba maupun histerektomi. Teori ini menduga karsinogen dapat berkontak dengan ovarium setelah melewati saluran genital (Gennadi dan Olga, 2005). c. Hipotesis Karsinonogenesis Hormonal Salah satu teori karsinogenik hormonal adalah hipotesis androgen-progesteron, androgen yang kadarnya meningkat pada wanita menopause dan obesitas, menstimulasi tumorogenesis sementara progesteron memproteksinya. Hipotesis lainnya adalah hipotesis gonadotropin. Kadar LH dan FSH yang tinggi berhubungan dengan surge selama proses ovulasi dan hilangnya negative feedback pada masa menopause dan kegagalan prematur ovarium berperan dalam karsinogenesis ovarium epithelial (Choi et al., 2007). 7. Klasifikasi Tumor Ovarium Tumor ovarium dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik. Tumor-tumor neoplastik belum memiliki klasifikasi yang dapat diterima semua pihak. Hal ini terjadi karena klasifikasi berdasarkan histopatologi dan embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubungan dengan masih kurangnya pengetahuan mengenai beberapa tumor dan pula commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 berhubungan dengan kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama memiliki asal yang berbeda (Sutoto, 2007). Pendekatan yang dipergunakan WHO untuk mengklasifikasikan tumor ovarium didasarkan pada asal sel dan jaringannya. Berbagai tumor ovarium baik jinak maupun ganas dapat berasal dari setiap jenis sel yang terdapat di ovarium, meliputi: a. Epitel permukaan yang berasal dari epitel celomic atau epitel endometrium ektopik. Epitel celomic akan berkembang menjadi epitel mullerian selama masa embrionik. Dari ep itel ini terbentuklah tuba falopii (sel kolumnar serosa yang bersilia), lapisan endometrium (sel kolumnar tanpa silia), atau kelenjar endoserviks (sel musinosum tanpa silia). b. Germ cells, yang bermigrasi ke ovarium dari yolk salk dan memiliki sifat totipotensial. c. Stroma ovarium, termasuk sex cord. Tumor ovarium juga dapat bersifat sekunder yang merupakan metastatik dari keganasan organ tubuh lainnya (Kumar et al., 2005; Wells et al., 2003). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 Tabel 2.1. Klasifikasi Histopatologi Tumor Ovarium menurut WHO (Tavassoli dan Devilee, 2005). Surface epithelial-stromal tumours Serous tumors Malignant Serous tumours Adenocarcinoma Surface papillary adenocarcinoma Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma) Borderline tumour Papillary cystic tumour Surface papillary tumour Adenofibroma, cystadenofibroma Benigna Cystadenoma Papillary cystadenoma Surface papilloma Adenofibroma and cystadenofibroma Mucinous tumours Malignant Adenocarcinoma Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma) Borderline tumour Intestinal type Endocervical-like commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 Benign Cystadenoma Adenofibroma and cystadenofibroma Mucinous cystic tumour with mural nodules Mucinous cystic tumour with pseudomyxoma peritonei Endometrioid tumours including variants with squamous differentiation Malignant Adenocarcinoma, not otherwise specified Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma) Malignant mullerian mixed tumour (carcinosarcoma) Adenosarcoma Endometrioid stromal sarcoma (low grade) Undifferentiated ovarium sarcoma Borderline tumour Cystic tumour Adenofibroma and cystadenofibroma Benign Cystadenoma Adenofibroma and cystadenofibroma Clear cell tumours commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Malignant Adenocarcinoma Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma) Borderline tumour Cystic tumour Adenofibroma and cystadenofibroma Benign Cystadenoma Adenofibroma and cystadenofibroma Transitional cell tumours Malignant Malignant Brenner tumour Transitional cell carcinoma (non-Brenner type) Borderline Borderline Brenner tumour Proliferating varian Benign Brenner tumor Squamous cell tumours Squamous cell carcinoma Epidermoid cyst Mixed epithelial tumours Benign Tumor of law ma lignant potential Borderline Malignant Undifferentiated and unclassified tumours commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 Sex Cord-Stromal Tumors Granulosa-stromal cell tumors Granulosa cell tomors Tumors in thecoma- Thecoma fibroma group Fibroma-fibrosarcoma Sclerosing stromal tumor Sertoli-stromal cell tumours Sertoli-Leydig cell tumour group (androblastomas) Sertoli cell tumour Stromal-Leydig cell tumour Sex cord-stromal tumours of mixed or unclassified cell types Sex cord tumour with annular tubules Gynandroblastoma Sex cord-stromal tumour unclassified Steroid (lipid) cell tumour Leydig cell tumour group Steroid cell tumour, not otherwise specified Germ Cell Tumors Primitive germ cell tumours Dysgerminoma commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Yolk sac tumour Embryonal carcinoma Polyembryoma Non-gestational choriocarcinoma Mixed germ cell tumour Biphasic or triphasic teratoma Immatur Mature (adult) Solid Cystic (dermoid cyst) Monodermal teratoma and somatic-type tumours associated with dermoid cysts Thyroid tumour group Carcinoid group Neuroectodermal tumour group Carcinoma group Melanocytic group Sarcoma group Sebaceous tumour group Pituitary-tipe tumour group Retinal anlage tumour group Germ cell-sex cord-stromal tumour Gonadoblastoma commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 Mixed germ cell-sex cord-stromal tumour Tumour of The Rete Ovarii Miscellaneous tumours Tumour-like conditions Lymphoid and haematopoetic tumours Secondary tumours Gambar 2.1. Jenis - Jenis Tumor Ovarium Menurut Sel Asal Tumor. Sumber: Crum CP. The Female Genital Tract. In: Kumar V, Abbas AK, Fauston N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 8. Derajat Keganasan Tumor Ovarium a. Tumor jinak Tumor jinak merupakan sebuah peristiwa lokal. Sel-sel neoplasma yang berproliferasi cenderung sangat kohesif, sehingga ketika masa sel tumbuh terjadi perluasan masa secara sentrifugal dengan batas yang nyata. Karena sel-sel yang berprolifersi tidak saling meninggalkan, tepi neoplasma cenderung bergerak keluar dengan bebas sambil mendesak jaringan didekatnya. Oleh karena itu neoplasma jinak mempunyai kapsul jaringan ikat padat yang memisahkan neoplasma dari jaringan di sekitarnya. Oleh karena itu, tumor jinak tidak menyebar ke tempat yang jauh. Laju pertumbuhan tumor jinak sering agak lamban, dan beberapa tampaknya tidak berubah dan tetap pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun (Kumar, 2005). b. Tumor ganas Tumor ganas umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh progresif jika tidak diangkat. Sel tumor ganas tidak bersifat kohesif, akibatnya sifat persebarannya ganas dan sering sekali sangat tidak teratur. Tumor ganas cenderung tidak berkapsul dan tidak seperti sel jinak, biasanya tidak mudah dipisahkan dari sekitarnya. Tumor ganas bersifat menyebar ke daerah sekitar dan bukan mendesak ke samping. Sel-sel tumor ganas yang berproliferasi mampu melepaskan diri dari tumor induk (tumor primer) dan memasuki commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain dan membentuk tumor sekunder. Satu fokus tumor primer dapat menimbulkan banyak fragmen embolik yang selanjutnya dapat membentuk nodul sekunder di tempat yang sangat jauh dari fokus primer (Kumar, 2005). Masa di dalam rongga pelvis merupakan tanda yang penting dari kaker ovarium. Terutama jika masa tersebut padat, berbentuk irregular dan terfiksir di dinding panggul. Bila di bagian atas abdomen juga ditemukan masa disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan. (Berek, 2005; Stephen dan Canistra, 2004). Perhatian khusus harus diberikan apabila ditemukan kista ovarium berdiameter lebih dari 5 cm pada wanita yang telah berusia d i atas 40 tahun karena pada 95 % kasus keganasan terjadi dengan diameter tumor lebih dari 5 cm. Namun, jika yang ditemukan masa kistik soliter berukuran antara 5–7 cm pada wanita usia produtif, kemungkinan merupakan suatu kista fungsional yang dapat mengalami regresi spontan dalam 4–6 minggu kemudian (Sahil, 2007; Stephen dan Canistra, 2004). Bilateralitas pada kista jinak hanya ditemukan pada 5 % kasus, sedangkan pada keganasan kista bilateral ditemukan pada 25 % kasus. Oleh karena itu, pemeriksaan lanjut pada kista bilateral harus dilakukan untuk menyingkirkan keganasan termasuk pada penderita yang berusia muda (Busmar, 2008). Pada wanita pasca menopause, ovarium akan atropi sehingga pada pemeriksaan panggul tidak teraba. Jadi, jika pada usia ini teraba masa di commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 pelvis, maka masa tersebut patut dicurigai sebagai keganasan. Keadaan ini dahulu dikenal dengan post menopausal palpable syndrome. Penelitian selanjutnya pada kelompok tersebut menunjukkan bahwa hanya 3 % dari masa yang teraba di pelvis dengan ukuran di bawah 5 cm, yang merupakan keganasan (Berek, 2005). Pada penderita pasca menopause dengan kista unilateral berukuran 810 cm, kadar CA 125 normal, pengamatan dalam waktu tertentu dapat dilakukan asalkan masa tersebut tidak dicurigai ganas dengan ciri-ciri masa besar, dominan padat, irregular dan lengket dengan sekitarnya. Jika tanda-tanda ganas ditemukan, maka laparostomi harus segera dilakukan (Busmar, 2008). Tabel 2.2. Tampilan Makroskopis Tumor Ovarium Jinak dan Ganas (Busmar, 2008) Tumor Jinak Tumor Ganas* Unilateral Bilateral Kapsul utuh Kapsul pecah Ada perlekatan dengan organ di Bebas dari perlekatan sekitarnya Pertumbuhan abnormal di Permukaan licin permukaan tumor Tidak ada asites Asites hemoragik Peritoneum licin Ada metastasis di peritoneum commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Ada bagian-bagian yang nekrotik Seluruh permukaan tumor viable dan berdarah Padat atau kistik dengan bagianTumor kistik bagian padat Terdapat pertumbuhan papiler Permukaan dalam kista licin intra kista Bentuk tumor seragam Bentuk tumor bermacam-macam *Tanda-tanda ini tidak patognomonik untuk keganasan c. Borderine Tumor ovarium borderline disebut juga tumor of low malignant potential, berbeda dengan tumor ovarium invasif baik secara klinis maupun histologi. Tumor ovarium borderline ini ditemukan pada 15 % kasus dari seluruh tumor ovarium epithelial (Lu dan Bell, 2004)). Pada tahun 1929, Taylor mengajukan kategori tumor ovarium borderline. Pembagian ini kemudian diterima oleh FIGO pada tahun 1961, dan dipublikasi oleh WHO tahun 1973. Secara histopatologi kelompok tumor ini adalah perbatasan antara tumor jinak dan ganas, sehingga juga dikenal sebagai intermediate proliferative neoplasma atau tumor of borderline malignancy (Nuranna, 1991). Karakteristik tumor ovarium borderline adalah proliferasi sel epitel yang tidak normal tetapi tidak disertai invasi ke dalam stroma. Meskipun tidak menginvasi area stroma, tetapi tumor ini memiliki kemampuan metastasis ke organ lain yang jauh dan genitalia interna. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 Gambaran morfologi tumor ovarium borderline terdiri atas stratifikasi sel epitel, peningkatan aktivitas mitosis, inti abnormal dan sitologi atipik. (Busmar, 2008; Nuranna, 1991). Sedangkan kriteria WHO tahun 1973 tentang tumor ovarium borderline ini adalah: 1) Dipenuhinya kriteria-kriteria morfologi di atas 2) Tidak ada invasi ke dalam stroma. Hart dan Norris (1973) mengemukakan bahwa untuk tumor ovarium musinosum, diklasifikasikan dalam kelompok borderline jika terdapat 3 lapis epitel atau kurang, sedangkan 4 lapis atau lebih digolongkan dalam karsinoma. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 9. Stadium Tumor Ganas Ovarium Stadium tumor ganas ovarium diklasifikasikan menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000. Stadium ditentukan setelah pembedahan laparatomy surgical staging (Laufer, 2005). Tabel 2.3. Stadium Kanker Ovarium menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000 (Laufer, 2005; Kumar et al., 2005). Stadium Keterangan I Tumor terbatas pada ovarium IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum IC Tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu faktor dari kapsul tumor yang pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan sel tumor commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 ganas pada cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum IIB Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum IIC Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan ditemukan sel tumor di cairan asites atau bilasan rongga peritoneum III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional IIIA Metastasis mikroskopis di luar pelvis IIIB Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang kurang atau sama dengan 2 sentimeter IIIC Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 besarnya lesi metastasis yang lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional IV Metastasis jauh ( di luar rongga peritoneum ) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 B. Kerangka Pemikiran Bertambahnya usia Pre menarche < 20 thn. Masa reproduksi awal 20-34 thn. Pre menopause 35-50 thn. Menopause > 50 thn. Faktor eksternal Paparan karsinogen, inflamas i kronis FSH dan LH Folikel primordial Jaringan sekitar folikel terdesak Esterogen pada sirkulasi Umpan balik negatif Folikel de Graf Sel-sel permukaan ovarium menjad i tipis Ovulasi Terjadi Berulang Iritas i Kronis Peningkatan signifikan FSH dan LH Merangsang pertumbuhan sel – sel ovarium Lingkungan peradangan Sel menghasilkan faktor transkripsi : NFkB, STAT 3, HIF ROS untuk melawan infeksi Induksi sitokin : IL 1, IL 6. Kemokin : CCl 2, CxCl 8, COX 2, VEGS Aktivasi TAM, MDSC, Sel mast, PMN, eosinofil Dalam jangka panjang memedias i kerusakan DNA Faktor Internal Kerentanan gen untuk bermutasi atau mutasi in-aktif pada alel TSG Proses Neoplastik Ovarium Resisten terhadap apoptosis Keganasan belum berkembang karena masih ada TSG yang tersedia dari alel lainnya Aktivasi protoonkogen menjadi onkogen. Onkogen yang telah teridentifikasi pada keganasan ovarium : HER - 2 / neu, Kras, ERBB 2 Hilangnya alel yang berfungs i Mutasi TSG. Paling panyak pada p53. Pada pasien dengan riwayat genetic panyak ditemukan pada TSG : BRCA 1 dan BRCA 2 Keterangan : hubungan yang diteliti hubungan yang tidak diteliti commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 C. Hipotesis Terdapat hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi. Kejadian keganasan ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya usia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penenilitian Penelitian epidemiologi ini bersifat analitik observasional menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder berupa rekam medik hasil pemeriksaan histopatologi dengan pendekatan cross sectional (Arief, 2008). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bangsal Rawat Inap, Poli Obsgin dan Bagian Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2012 hingga Januari 2013. C. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis klinik tumor ovarium primer berdasarkan pemeriksaan histopatologi di Departemen Patologi Anatomi RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang wajib dimiliki setiap subjek dari suatu populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2003). commit to user 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan hasil pemeriksaan histopatologi positif tumor ovarium yang masih menjalani perawatan, kontrol maupun yang telah keluar dengan 27 data rekam medik yang mencantumkan usia di RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. b. Kriteria Ekslusi Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam, 2003). 1) Hasil pemeriksaan histopatologi bukan merupakan tumor ovarium. 2) Kasus tumor ovarium metastasis. 2. Sampel Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. a. Besar sampel Besar sampel untuk beda proporsi dua populasi (Z1- )2 x {p1(1-p1) + p2(1-p2)} / d2 Keterangan : n = besar sampel Z21- = statistik Z (Z= 1.645 commit to user = 0.1) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 d = delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi p1 dan p2 = perkiraan proporsi pada populasi 1 dan populasi 2 n1 = (Z1- )2 x {p1(1-p1) + p2(1-p2)} / d2 = 1.6452 x {0.01(0.99) + 0.04(0.96)} / 0.12 = 13.07 n2 = (Z1- )2 x {p1(1-p1) + p2(1-p2)} / d2 = 1.6452 x {0.04(0.96) + 0.26(0.74)} / 0.12 = 62.45 n3 = (Z1- )2 x {p1(1-p1) + p2(1-p2)} / d2 = 1.6452 x {0.26(0.74) + 0.69(0.31)} / 0.12 = 109.95 Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebesar 110. b. Teknik sampling Teknik sampling menggunakan metode consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan inklusi dan bebas dari kriteria eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 D. Rancangan Penelitian Mengumpulkan data primer pasien tumor ovarium dengan kuisioner dalam rentang waktu 2 bulan dan data sekunder dari arsip Departemen PA RSUD Dr. Moewardi Surakarta Klasifikasi responden berdasarkan usia Usia < 20 Tahun G Usia 20-34 Tahun J G Usia 35-50 Tahun J G J Uji statistik Chi Square Keterangan : G : tumor ganas J : tumor jinak E. Identivikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Kelompok usia pasien. Skala : ordinal (kategorikal) 2. Variabel terikat : Derajat keganasan tumor ovarium primer . Skala : ordinal (kategorikal) commit to user Usia > 50 Tahun G J perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 F. Devinisi Operasional Variabel Penelitian 1. Usia Usia dari data primer maupun yang tertera pada data sekunder yang didapatkan dari keterangan klinik yang diisi oleh ahli klinik yang mengirim data pasien, yang kemudian dikelompokkan menjadi usia di bawah 20 tahun, 20-34 tahun, 35-50 tahun dan lebih dari 50 tahun. 2. Derajat keganasan tumor ovarium primer . Derajat keganasan tumor ovarium berdasarkan pemeriksaan histopatologi oleh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi Sub Divisi Onkologi dari Departemen Patologi Anatomi RSUD Dr. Moewardi, dengan klasifikasi jinak dan ganas. G. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelilian ini adalah kuesioner/lembar pengumpul data (terlampir). Sebelum kuesioner digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu yaitu dengan pengujian validitas dan reabilitas. 1. Uji Validitas Valid itas penelitian adalah derajat kebenaran simpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dipengaruhi dan dinilai berdasarkan metode penelitian yang digunakan, keterwakilan sampel penelitian, dan sifat populasi asal sampel (Last, 2001). Valid itas terdiri dari empat jenis yaitu validitas permukaan, validitas kriteria, validitas isi dan validitas konstruk. Pada kuesioner Hubungan Usia dengan Derajat Keganasan, semua pertanyaan adalah pertanyaan yang bersifat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 menanyakan fakta, bukan konsep seperti pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi dsb. Oleh karena itu, hanya ada 2 unsur validitas yang perlu diuji: a. Valid itas permukaan untuk menentukan apakah pertanyaanpertanyaan di dalam kuesioner relevan dengan tujuan penelitian. b. Valid itas isi untuk menentukan bahwa pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji item pertanyaan yang telah dilakukan uji validitasnya (Ghozali, 2006). Bahan diambil dari rekam medik penderita tumor ovarium primer di Bagian Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2011-2012. H. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel yaitu usia dan derajat keganasan tumor ovarium primer adalah uji Chi Square. Data diolah dengan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows (Santoso, 2005) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kuesioner yang digunakan dalam penelitian hubungan usia dengan derajat keganasan tumor ovarium primer tersusun oleh pertanyaan yang bersifat menanyakan fakta. Unsur validitas yang diuji meliputi validitas permukaan dan validitas isi untuk menilai relevensi dan kesesuaian pertanyaan dengan tujuan penelitian. Valid itas permukaan (face validity) merujuk kepada derajat kesesuaian antara penampilan luar alat ukur dan atribut-atribut variabel yang ingin diukur. Contoh, jika alat ukur merupakan kuesioner, maka item-item pertanyaan dalam kuesioner harus dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar Valid itas isi (content validity) merujuk kepada derajat kesesuaian hasil pengukuran variabel yang diteliti oleh sebuah alat ukur dengan isi (content) dari variabel tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh peneliti (Murti, 2011). Kuesioner dinyatakan valid apabila telah mendapat persetujuan dari seorang pakar yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini pembimbing skripsi. Kuesioner pada penelitian ini ditujukan untuk mendapat data primer yang merupakan prasyarat penelitian skripsi di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNS. Pertanyaan dalam kuesiner dirancang untuk mengetahui commit to user 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 karakteristik sampel selama dilakukannya penelitian. Terbatasnya jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian menyebabkan hasil kuesioner tidak dapat ditampilkan untuk menggambarkan distribusi frekuensi responden 32 berdasarkan faktor risiko tumor ovarium primer, maupun untuk dianalisis secara statistik. Selanjutnya hasil wawancara dari kuesioner hanya akan dicantumkan dalam pembahasan sebagai pemerkaya diskusi. Kuesioner yang telah mendapat persetujuan disebar kepada 20 wanita di luar sampel. Setiap responden mengisi kuesioner sebanyak 2 kali (test and retest), hasilnya semua pertanyaan terjawab sama pada kali pertama dan kedua, yang menunjukkan kuesioner tersebut reliable. B. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer tahun 2011-2012 telah dilaksanakan dalam kurun waktu antara tanggal 17 November 2012 sampai 14 Januari 2013 di Rumah Sakit Dr Moewardi. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis klin is tumor ovarium primer antara tahun 2011 hingga 2012. Sampel yang diteliti adalah 110 pasien dengan hasil pemeriksaan histopatologi positif tumor ovarium primer yang masih menjalani perawatan, kontrol maupun yang telah keluar dengan data rekam medik yang mencantumkan usia. Sampel diperoleh dengan metode consecutive sampling yaitu setiap subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan inklusi dan bebas dari kriteria eksklusi dimasukkan dalam penelitian. Setiap sampel yang diperoleh selama masa penelian melalui tahap wawancara menggunakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 kuesioner yang membahas faktor-faktor risiko tumor ovarium. Data tersebut selanjutkan akan ditampilkan secara deskriptif dalam pembahasan untuk menampilkan kriteria sampel selama masa penelitian. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%) <20 3 2.7 20-34 16 14.5 35-50 46 41.8 >50 45 40.9 Total 110 100.0 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (41.8 %) berusia antara 35-50 tahun. Kemudian sebanyak 45 orang (40.9 %) berusia antara lebih dari 50 tahun. Selebihnya yaitu sebanyak 16 orang (14.5 %) berusia kurang dari 20-34 tahun dan hanya 3 orang (2.7 %) yang berusia kurang dari 20 tahun. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Derajat Keganasan Frekuensi Persentase (%) Jinak 28 25.5 Ganas 82 74.5 Total 110 100.0 Tabel 4.2. memperlihatkan distribusi frekuensi responden menurut derajat keganasan tumor ovarium yaitu sebanyak 28 orang (25.5 %) terdiagnosis tumor ovarium jinak. Selebihnya yaitu sebanyak 82 orang (74.5 %) terdiagnosis keganasan ovarium. Derajat keganasan tumor ovarium berdasarkan umur disajikan dalam Tabel 4.3. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 Tabel 4.3. Tabulasi Silang antara Derajat Keganasan Tumor Ovarium Berdasarkan Umur Derajat Umur (tahun) Total Kegnasan Frekuensi <20 20-34 35-50 >50 2 6 15 5 28 7.1 21.4 53.6 17.9 100.0 1 10 31 40 82 1.2 12.2 37.8 48.8 100.0 3 16 46 45 110 2.7 14.5 41.8 40.9 100.0 Jinak Persentase (%) Frekuensi Ganas Persentase (%) Frekuensi Total Persentase (%) Tabel 4.3. menyajikan data yang menunjukkan jumlah responden dengan derajat keganasan tergolong jinak yang tertinggi berusia 35-50 tahun adalah 15 orang (53.6 %) dan yang berusia 20-34 tahun sebanyak 6 orang (21.4 %). Sedangkan yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 5 orang (17.9 %) dan responden berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 2 orang (7.1 %). Responden yang terdiagnosis keganasan ovarium mayoritas berusia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 40 orang (48.8 %), yang berusia 35-50 tahun sebanyak 31 orang (37.8 %) dan yang 20-34 tahun sebanyak 10 orang (12.2 %). Sedangkan yang terenda berusia di bawah 20 tahun hanya sebanyak 3 orang (2.7 %). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 C. Hubungan Usia dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer Data penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji Chi Square menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kedua variabel penelitian yaitu usia dan derajat keganasan tumor ovarium primer. Tabel 4.4. Hubungan antara Usia Pasien dengan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer Asymp. Sig. Value Df (2-sided) Pearson Chi-Square 10.028a 3 0.018 Likelihood Ratio 10.330 3 0.016 Linear-by-Linear Association 9.023 1 0.003 N of Valid Cases 110 Tabel 4.4. memaparkan hasil analisis Chi Square hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer. Chi Square (X2) hitung terlihat pada output SPSS pada baris Pearson Chi Square yaitu 10.028. Nilai X 2 hitung sebesar 10.028 diperoleh dengan menetapkan taraf kepercayaan 90 %, dan derajat kebebasan (df) = 3. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 Analisis mengenai hubungan antara usia dengan derajat keganasan tumor ovarium primer dilakukan berdasarkan perbandingan Chi Square hitung dengan Chi Square tabel. Oleh karena nilai X 2 hitung (10.028) lebih besar dari nilai X 2 pada tabel Chi Square (terlampir) yaitu 6.25 maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H 1) diterima. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (p) di dalam kolom Asymp sig. Nilai probabilitas sebesar 0.018 masih lebih rendah dibandingkan taraf si .1. Hal ini berarti bahwa dengan tingkat signifikansi 10 % hubungan kedua variabel signifikan. Melalui dua dasar pengambilan keputusan di atas dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 BAB V PEMBAHASAN Perhitungan statistik menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows, mendapatkan hasil X2 (Chi Square) hitung sejumlah 10.028 yang lebih besar dari X2 pada tabel Chi Square (terlampir) yaitu 6.25. Nilai p sebesar 0.18 juga lebih yang ditetapkan yaitu 0.1. Dengan demikian dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer. Kasus keganasan ovarium pada sampel penelitian berjumlah 82 pasien atau setara dengan 74.5 % dari keseluruhan sampel. Jumlah terkecil terjadi pada kelompok usia di bawah 20 tahun yaitu sebesar 1.2 % meningkat menjadi 12.2 % pada kelompok usia 20-34 tahun, mencapai 37.8 % pada usia 35-50 tahun dan jumlah terbesar diperoleh pada kelompok usia di atas 50 tahun sebesar 48.8 %. Data tersebut sesuai dengan beberapa kepustakaan yang menyebutkan kejadian keganasan ovarium meningkat seiring dengan peningkatan usia. Keganasan ovarium meningkat pada usia setelah 45 tahun. Usia median saat terdiagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita ditemukan pada usia di atas 65 tahun (Andrijono, 2004; Busmar, 2008). Survey Epidemiology End Result periode tahun 2004-2008 menyebutkan, nilai tengah usia pasien saat didiagnosis keganasan ovarium adalah 63 tahun. Sekitar 1.2 % didiagnosis di bawah usia 20 tahun, terus meningkat sebanyak 3.5 commit to user 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 % antara usia 20 dan 34 tahun, 7.3 % antara 35 dan 44 tahun, 19.1 % antara 45 dan 54 tahun serta mencapai 23.1 % antara 55 dan 64 tahun. Insidensi menurun menjadi 19.7 % antara 65 dan 74 tahun, 18.2 % antara 75 dan 84 tahun dan hanya 8 % di atas usia 85 tahun (SEER, 2011). Etiologi keganasan ovarium tidak sepenuhnya diketahui. Namun, faktor risiko terkuat yang telah diketahui adalah bertambahnya usia. Beberapa hipotesis berkembang untuk menjelaskan mengapa peningkatan usia berperan terhadap peningkatan kejadian keganasan ovarium, di antaranya hipotesis incessant ovulation. Dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan trauma epitel permukaan ovarium dengan berulangnya ovulasi. Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan langsung frekuensi metaplasia dan konversi neoplasma pada daerah invaginasi fragmen epitel permukaan ovarium dan badan inklusi. Hal ini memungkinkan karena pajanan berlebihan oleh hormon atau lingkungan stromal kaya faktor pertumbuhan, maka epithelial permukaan ovarium yang terjabak di korteks ovarium dapat dianggap sebagai proses neoplastik tempat berkembangnya kanker epitelial ovarium. Namun, mekanisme perkembangan epitel permukaan atau kista menjadi keganasan belum diketahui secara pasti. Hipotesis ini dapat menjelaskan penurunan kejadian kanker ovarium pada wanita yang hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh karena selama hamil, menyusui, dan menggunakan pil kontrasepsi tidak terjadi ovu lasi (Choi et al., 2007; Schilder et al., 2001). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 Gejala awal yang tidak spesifik merupakan faktor utama yang menyebabkan kasus keganasan ovarium baru terdiagnosis pada stadium lanjut dan usia yang lebih tua (Busmar, 2008). Jumlah kasus tumor ovarium jinak yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 28 sampel (25.5 %). Range usia dengan kasus terbesar adalah 35-50 tahun yaitu sejumlah 15 orang (53.6 %) dan yang berusia 20-34 tahun sebanyak 6 orang (21.4 %). Sedangkan yang berusia leb ih dari 50 tahun sebanyak 5 orang (17.9 %) dan responden berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 2 rang (7.1 %). Hasil penelitian di atas sejalan dengan kepustakaan yang menyebutkan kasus tumor jinak ovarium paling sering terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun dan jarang sekali pada usia pra pubertas (Sutoto, 2007). Tumor jinak ovarium dapat berupa tumor kistik (kista) maupun tumor padat. Tipe terbanyak dari kista ovarium adalah kista fungsional, Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada masa reproduksi. Dan kista ovarium jarang terjadi setelah masa menopause (Marrinan, 2007). Tumor padat ovarium dapat berupa fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma, tumor brenner dan tumor sisa adrenal. Fibroma ovarii merupakan 5 % dari semua neoplasma ovarium dan sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause atau sesudahnya (Sutoto, 2007). Penelitian mengenai hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi mengambil sampel dengan diagnosis klinis tumor ovarium primer antara tahun 2011 sampai 2012. Total sampel yang berjumlah 110 berasal dari data sekunder berupa rekam medik pasien commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 dan data primer dari hasil wawancara. Dari keseluruhan sampel, total data primer yang diperoleh melalui wawancara berjumlah 15 responden yang berasal dari pasien rawat inap maupun pasien kontrol di poli ginekologi. Pembahasan berikut ini menggambaran karakteristik kelima belas responden kuesioner penelitian berdasarkan riwayat menstruasi, jumlah paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan terapi pengganti hormonal, riwayat penyakit keluarga dan penggunaan talk di area genitalia eksterna. Dalam menjawab pertanyaan mengenai usia menarche, responden kuesioner hanya mengandalkan ingatan mereka sementara range yang terbentuk antara usia responden pada saat wawancara dengan usia menarche cukup lebar. Selama penelitian berlangsung sebagian besar responden tidak ingat secara pasti usia menarche-nya yang dapat menimbulkan bias informasi. Oleh karena itu, data usia menarche tidak dicantumkan dalam pembahasan ini. Selanjutnya, karena usia menarche berhubungan dengan umur komulatif menstruasi, maka data penelitian mengenai usia menopause yang ditujukan dengan alasan yang sama juga tidak akan disertakan dalam pembahasan ini. Penelitian sejenis mengenai faktor risiko keganasan ovarium oleh Krisjentha (2010) diperoleh hasil p (0. .1) dengan simpulan tidak ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian keganasan ovarium. Penelitian yang diterbitkan di British Journal of Cancer menyatakan bahwa risiko keganasan ovarium tidak berhubungan dengan usia menarche atau status menopause meskipun usia saat menopause positif secara bermakna terkait dengan risiko. Durasi kumulatif siklus menstruasi juga dikaitkan dengan risiko yang lebih commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 tinggi Kenaikan satu tahun di umur menstruasi berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi 2 %. Namun, asosiasi dari usia saat menopause dan umur menstruasi dengan risiko keganasan ovarium adalah lemah (Konstantinos et al., 2011). Kejadian keganasan ovarium ditemukan pada 13 dari 15 responden kuesioner, 7 kasus di antaranya terjadi pada masa post menopause dan 4 yang lain pada masa pre menopause. Adapun 2 responden lainnya mengalami menopause setelah mendapatkan tindakan operatif. Sedangkan tumor ovarium jinak keseluruhannya yaitu 2 responden kuesioner berada pada status pre menopause. Menopause menjadi salah satu point yang ditanyakan dalam kuesioner karena sebanyak 45 % keganasan ovarium terjadi pada pasien post menopause. Angka yang jauh meningkat dari jumlah 13 % pada periode pre menopause (Colditz, 2004). Beberapa hipotesis mencoba menerangkan penyebab meningkatnya keganasan ovarium setelah menopause. Di antaranya hipotesis karsinogenesis hormonal, peningkatan kadar androgen pada wanita menopause menstimulsi tumorogenesis. Di sisi lain, rendahnya esterogen pada sirkulasi darah menyebabkan menurunkan umpan balik negatif terhadap Folikel Stimulating Faktor (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Kadar FSH dan LH yang tinggi diduga merangsang pertumbuhan neoplasmik sel-sel ovarium (Choi et al.,2007). Namun, hipotesis tersebut bertentangan dengan penelitian lebih lanjut British Journal of Cancer yang menyatakan bahwa risiko keganasan ovarium tidak berhubungan dengan status menopause (Konstantinos et al., 2011). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 Keganasan ovarium terjadi pada 6 responden kuesioner dengan jumlah paritas lebih dari 1 dan 7 lainnya terjadi pada wanita primipara dan nullipara dengan perincian 4 wanita nullipara dan 3 wanita primipara. Sementara dua kasus tumor ovarium jinak seluruhnya dialami wanita multipara. Wanita yang pernah hamil memiliki risiko terkena keganasan ovarium sekitar 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan wanita nullipara. Risiko menjadi lebih rendah lagi pada wanita multipara (Green, 2006) Penelitian dengan judul Oral Contraceptive Use and Reproductive Factors and Risk of Ovarian Cancer menyebutkan bahwa kehamilan dan memiliki lebih dari satu anak mampu menurunkan risiko keganasan ovarium. Perempuan dengan riwayat satu kali kehamilan aterm memiliki 29 persen risiko lebih rendah mengalami keganasan ovarium. Risiko menjadi semakin rendah yaitu 23 % pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm (Konstantinos et al., 2011). Berdasarkan riwayat penggunaan kontrasepsi oral, jumlah terbesar keganasan ovarium yaitu sebanyak 9 responden kuesioner adalah pasien tanpa riwayat mengkonsumsi kontrasepsi oral dan jumlah terkecil pada pasien yang telah mengkonsumsi kontrasepsi oral selama 5 tahun. Kasus tumor ovarium jinak seluruhnya sebanyak 2 responden kuesioner tidak memiliki riwayat konsumsi kontrasepsi oral. Penelitian dari Center for Disease Control (CDC) menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral akan mengurangi risiko mengalami keganasan ovarium sebesar 40 % pada wanita 20 hingga 54 tahun, dengan risiko relatif 0.6. Penelitian lain melaporkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1 tahun commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 menurunkan risiko sampai 11 persen, sedangkan pemakaian selama 5 tahun menurunkan risiko sampai 50 persen. Hormon yang berperan dalam penurunan risiko ini adalah progesteron. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan risiko terjadinya keganasan ovarium, sedangkan pemberian kombinasi progesteron dan esterogen atau progesteron saja akan menurunkan risiko terjadinya keganasan ovarium (Busmar, 2008). Pike dan Spicer (2006) melakukan penelitian epidemiologi berdasarkan populasi dan melaporkan penurunan risiko keganasan ovarium sebesar 7.5 % pertahun pada pengguna kontrasepsi oral dan penurunan risiko sebanyak 32 % untuk setiap 5 tahun pemakaian. Collaborative Group on Epidemiological Studies of Ovarian Cancer (2008) merupakan suatu reanalisis terhadap 45 studi epidemiologi di 21 negara dunia. Data terdiri dari 87.303 wanita tanpa keganasan ovarian sebagai kontrol dan 23.257 wanita dengan keganasan ovarium. Hasilnya, 31 persen (7308) wanita dengan keganasan ovarium 37 persen kontrol (32717) adalah wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral dengan rata-rata penggunaan 5 tahun. Risiko relatif berkurang mencapai 22 persen selama 5 tahun penggunaan. Semakin lama durasi penggunaan kontrasepsi oral, semakin rendah risiko terkena keganasan ovarium. Keseluruhan responden kuesioner dalam penelitian ini tidak mendapat terapi pengganti hormon dan tidak didapatkan kasus tumor ovarium jinak dengan riwayat keluarga menderita tumor ovarium. Hanya satu orang responden commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 kuesioner dengan kasus keganasanlah yang memiliki seorang saudara kandung dengan penyakit serupa. Wanita yang memiliki saudara derajat 1 (ibu atau saudara kandung) dengan diagnosis kanker ovarium memiliki risiko meningkat tiga sampai empat kali lipat terkena penyakit ini dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga, meskipun hanya sekitar 10 % kasus kanker ovarium terjadi pada wanita dengan riwayat keluarga (Granstrom et al., 2008). Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada 2/3 familial atau 5 % secara keseluruhan , yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13 (Kumar et al., 2005). Keseluruhan responden pada penelitian ini tidak memiliki riwayat pernah menggunakan bedak talk di area genital. Penggunaan bedak talk secara berkala pada daerah genitalia meningkatkan risiko kanker ovarium. Pada tahun 2003, analisis pada 16 individu menunjukkan peningkatan risiko kanker ovarium sebesar 33 % pada penggunaan bedak talk di daerah genitalia (Huncharek et al., 2003) Penggunaa bedak talk baik di daerah perineum maupun non perineum, menunjukkan risiko jangka panjang (lebih dari 20 tahun) dengan penggunaan berkala setiap hari dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan bedak talk (Wu et al., 2009). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien dengan diagnosis tumor ovarium primer di RSUD Dr. Moewardi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium, yaitu kejadian keganasan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. B. Saran Berkenaan dengan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai risiko terjadinya keganasan ovarium seiring bertambahnya usia khususnya kepada pasien dengan diagnosis tumor ovarium jinak maupun pasien dengan faktor risiko terkait keganasan ovarium. 2. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara usia dengan derajat keganasan tumor ovarium primer sebaiknya dilakukan tidak hanya terbatas di RSUD Dr. Moeward i saja tetap i juga b isa dilakukan sampai ruang lingkup yang lebih luas. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang tidak hanya menganalisis hubungan antara usia dengan derajat keganasan tumor ovarium primer. Analisis dapat dikembangkan terhadap commit to user 57 faktor-faktor lain yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 berpengaruh secara epidemiologi terhadap kejadian keganasan ovarium yairu umur komulatif menstruasi, jumlah paritas, riwayat keluarga, konsumsi kontrasepsi oral, penggunaa talk di area genital dan lain - lain. commit to user