3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Spesialite Obat didefinisikan

advertisement
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Spesialite
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,
mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan suatu
kondisi tertentu (Anonim, 2000). Selain itu obat dalam pengertian umum
adalah suatu substansi yang melalui efek kimianya membawa perubahan
dalam fungsi biologik (Katzung, 2002).
Dalam pemasarannya, obat juga dapat dikelompokkan menjadi 3
bagian berdasarkan nama mereknya, antara lain: obat paten, obat generik
bermerk atau bernama dagang , obat generik. Obat paten atau spesialite
adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi
hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name (Tjay dan Rahardja,
2007).
Obat paten merupakan obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar
atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli
dari pabrik yang memproduksinya. Obat generik adalah obat yang tercantum
dalam daftar obat essensial nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena
diproduksi sesuai dengan persyaratan cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
dan diuji ulang oleh pusat pemeriksa obat dan makanan dari Departemen
Kesehatan (Anief, 2002).
B. Natrium Diklofenak
Natrium diklofenak memiliki struktur C14H10C12NNaO2, berat
molekul 318,13. Sinonim natrium diklofenak yaitu asam benzane asetat
natrium [o-[(2,6-diklorofenil)amino], monosodium, [o-(dikloroanilino)fenil]
asetat. Pemeriannya berupa serbuk hablur hingga hampir putih, higroskopik,
melebur pada suhu 284. Kelarutannya mudah larut dalam metanol, larut
dalam etanol, agak sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter ( Depkes RI, 2009). Diklofenak merupakan derivat fenil asetat
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
4
dan termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping
yang lebih kecil dibandingkan dengan obat lainnya. Obat ini sering digunakan
untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok, lagi pula secara
parenteral sangat efektif untuk menanggulangi rasa nyeri hebat (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Gambar 1. Strukur natrium diklofenak (www.newdruginfo.com)
Absorpsi obat natrium diklofenak melalui saluran cerna berlangsung
cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami
efek metabolisme lintas pertama (first pass effect = FPE), walaupun waktu
paruhnya singkat yakni sekitar 1-3 jam, natrium diklofenak diakumulasi di
cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari
waktu paruh obat tersebut. Indikasi dari obat natrium diklofenak yaitu sebagai
pengobatan jangka pendek untuk kondisi-kondisi akut seperti nyeri inflamasi
setelah trauma (terkilir), nyeri inflamasi setelah operasi (operasi gigi dan
tulang). Kontra indikasi natrium diklofenak yaitu hipersensitif terhadap zat
aktif dan tukak lambung, dan memiliki efek samping pada saluran pencernaan
seperti mual, muntah, diare, kejang perut, dyspepsia, perut kembung,
anoreksia. Natrium diklofenak memiliki dosis takaran permulaan untuk
dewasa 100-150 mg sehari. Pada kasus-kasus yang sedang, juga untuk anakanak di atas usia 14 tahun 75-100 mg sehari pada umumnya sudah
mencukupi. Dosis seharian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali
(Anonim, 2000). Tablet harus diberikan dengan air, sebaiknya sebelum
makan, tidak dianjurkan untuk pemakaian anak-anak.
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
5
C. Analisis Cairan Biologis dalam Darah
Intensitas efek farmakologik atau efek toksik suatu obat seringkali
dikaitkan dengan konsentrasi obat dengan reseptor, yang biasanya terdapat
pada sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-sel jaringan diperfusi
oleh cairan jaringan atau plasma, maka pemeriksaan kadar obat dalam plasma
merupakan suatu metode yang sesuai untuk pemantauan pengobatan.
Secara klinik, perbedaan individual dalam farmakokinetika obat
sering terjadi. Pemantauan konsentrasi obat dalam darah atau plasma
meyakinkan bahwa dosis yang telah diperhitungkan benar-benar telah
melepaskan obat dalam plasma dalam kadar yang diperlukan untuk efek
terapetik. Untuk beberapa obat, kepekaan reseptor pada individu berbeda,
sehingga
pemantauan
kadar
obat
dalam
plasma
diperlukan
untuk
membedakan penderita yang menerima terlalu banyak obat dan penderita obat
yang sangat peka terhadap
obat. Lebih lanjut, fungsi-fungsi fisiologik
penderita dalam dapat dipengaruhi oleh penyakit, makanan, lingkungan, obat
yang diberikan bersamaan dalam terapi, dan faktor-faktor lain. Model
farmakokinetika dapat memberikan penafsiran yang lebih teliti tentang
hubungan kadar obat dalam plasma dan respon farmakologik. Tanpa data
farmakokinetika, kadar obat dalam plasma hampir tidak berguna untuk
penyesuaian dosis. Untuk menggunakan data ini secara tepat, penting untuk
diketahui kapan cuplikan darah diambil, berapa dosis yang diberikan, dan
bagaimana rute pemberiannya. Dengan demikian pemantauan konsentrasi
obat dalam plasma memungkinkan untuk penyesuaian dosis obat secara
individual dan juga untuk mengoptimasi terapi (Shargel dan Andrew, 1988).
D. Validasi Metode Analisis (Harmita, 2004)
1.
Uji presisi (keseksamaan)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampelsampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan diukur
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
6
sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (relative standard
deviation, RSD) atau (koefisien variasi, KV). Kriteria presisi dikatakan
baik jika hasil simpangan baku relatife sebesar 2% atau kurang.
2.
Uji linearitas
Linieritas
merupakan
kemampuan
metode
analisis
yang
memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan
transportasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam sampel. Sebagai parameter adanya
hubungan linier
digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y= a + bx.
Hubungan linier yang dicapai jika nilai b = 0 dan r = -1 bergantung pada
arah garis. Sedangkan nilai a menunjukan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan.
3.
Uji kecermatan ( accuracy)
Kecermatan
merupakan
ukuran
yang
menunjukan
derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.
Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu
metode simulasi (spiked placebo recovery) atau metode penambahan
baku (standard addition method). Kriteria penerimaan akurasi untuk
suatu metode adalah antara 80 sampai 120%. Dalam metode simulasi
sejumlah analit bahan murni ditambahkan dalam campuran bahan
pembawa sediaan farmasi kemudian campuran tersebut dianalisis dan
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan. Dalam metode
penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang
diperiksa ditambahkan dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi.
Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya.
Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali
dinyatakan dalam rasio antara yang hasil yang diperoleh dengan hasil
yang sebenarnya. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan
cara membuat sampel plasebo kemudian ditambahkan analit dengan
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
7
konsentrasi tertentu kemudian dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi. Bila tidak dimungkinkan dapat digunakan metode adisi,
dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada
sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen
perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit
yang ditambahkan tadi dapat ditemukan. Kriteria kecermatan sangat
bergantung pada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada
keseksamaan metode (RSD).
4.
Batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel
yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan
dibandingkan dengan blangko. Batas kuantitasi merupakan parameter
pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas
deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi
linier dari kurva kalibrasi.
Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis
linier Y= a + bx, sedangkan simpangan baku blangko sama dengan
simpangan baku residual (sy/x).
Batas deteksi (Q) (LOD)
Karena k = 3 atau 10 simpangan baku (sb) = (sy/x), maka
Q=
3sy / x
sb
Batas kuantitasi (LOQ)
Q=
10sy / x
sb
Dimana Q = LOD atau LOQ
K
= 3 untuk batas deteksi dan 10 untuk batas kuantitasi
Sb
= simpangan baku respon analitik dari blangko.
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
8
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) (Gandjar dan Rohman, 2007)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau biasa disebut dengan
HPLC merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang
tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem
pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT
mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif,
baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen POM, 1995).
KCKT berkembang pada akhir tahun 1960-an dan pada awal tahun
1970-an. Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologi, analisis ketidakmurnian,
analisis senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil), penentuan molekulmolekul netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawasenyawa dalam jumlah sekelumit, dalam jumlah banyak, dan dalam skala
proses industri. KCKT dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
Gambar 2. Skema alat instrumen KCKT ( www.Lansida.htm)
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
9
Instrumen KCKT terdiri dari :
1.
Wadah Fase Gerak pada KCKT, wadah fase gerak harus bersih dan
inert. Wadah pelarut kosong ataupun laboratorium dapat digunakan
sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase
gerak antara 1 sampai 2 liter. Fase gerak sebelum digunakan harus
dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa
dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat
larutan fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan larutan,
buffer, dan reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi. Adanya
pengotor dapat mengganggu sistem kromatografi. Fase Gerak pada
KCKT atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur secara keseluruhan, berperan dalam daya elusi dan
resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut,
polaritas
fase
diam,
dan
sifat
komponen-komponen
sampel. Untuk KCKT fase normal (fase diam lebih polar dari fase gerak),
kemampuan
elusi
meningkat
dengan
meningkatnya
polaritas
pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari fase
gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas
pelarut. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan
dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau
campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal,
fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarutpelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum
dibanding dengan fase terbalik.
2.
Pompa
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui
kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan
(constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement).
Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: pompa
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
10
reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan
suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu
membutuhkan
peredam
pulsa
atau
peredam
elektronik
untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor
sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir
tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut,
tetapi reservoirnya terbatas (Putra Effendy, 2004).
3.
Penyuntikan sampel
Pada saat pengisian sampel, sampel digelontorkan melalui keluk sampel
dan kelebihannya dirilis ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup
diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan
menggelontorkan sampel ke kolom. Presisi penyuntikan ditentukan
dengan keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD 0,1%. Penyuntik ini
mudah digunakan untuk otomatisasi dan sering digunakan untuk
autosampler pada KCKT.
4.
Kolom
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu
analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang
sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 - 6 mm. Panjang kolom tergantung
pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang
yang
digunakan
adalah
50-100
cm.
Untuk
kemasan
poros
mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar
dan panjang kolom 25 -100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainle steel dan biasanya dioperasikan pada
temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi,
terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi
(Putra Effendy, 2004).
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
11
5.
Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel
di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi,
gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan
memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang
rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi
tidak selalu dapat diperoleh.
6.
Komputer, integrator, atau rekorder
Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh
detektor lalu memplotkannya sebagai kromatogram.
Jenis-jenis KCKT :
a.
Kromatografi adsorpsi (biasanya menggunakan fase normal dengan
fase diam silica gel dan alumnia).
b.
Kromatografi partisi fase diam yang paling banyak digunakan adalah
ODS atau C18 (Oktadesilsilan) dan pemisahannya adalah fase
terbalik. Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril
dengan air atau dengan bufer.
c.
Kromatografi penukar ion. Fase diam yang digunakan yaitu fase
diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak.
d.
Kromatografi ekslusi ukuran. Fase diam yang digunakan dapat
berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat
melewati porus atau berdifusi melalui fase diam.
Validasi Metode Dan Penetapan…, Herlinda Ayuningsih, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
Download