pengaruh kemampuan manajerial dan kepuasan kerja guru

advertisement
PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN KEPUASAN KERJA GURU
TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI
SE KABUPATEN TABALONG
Triyani Amali
SMA Negeri 1 Tanjung
Jl. Kompleks Pertamina, Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan
e-mail : [email protected]
Abstract : the aim of this research is to know the significant influence between
teacher managerial ability and teacher's performance, and also the significant
Influence between teacher work satisfaction and teacher's performance in Country
High School in Tabalong Regency. The method used in this research is
correlational method, that were to detect how dependent one factor to another. 159
teacher proportionally used as samples with probability Sampling method
From the result of this research, managerial ability have a significant influence to
teacher's performance, teacher work satisfaction influence teacher's performance,
and manajerial's ability and work satisfaction simultaneously influence teacher's
performance.
Keywords : managerial ability, work satisfaction, teacher‟s performance
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang
signifikan antara kemampuan manajerial guru terhadap kinerja guru dan pengaruh
yang signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong, Metode yang digunakan adalah penelitian
korelasional yaitu untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan varian-varian pada satu atau lebih faktor lain. sampel yang
diambil sebanyak 159 orang menggunakan teknik pengambilan sampel
Probability Sampling dengan Pengambilan Sampel Proporsional. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa kemampuan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru, kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap kinerja guru,
dan (3) kemampuan manajerial dan kepuasan kerja secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Kata Kunci : Kemampuan manajerial, kepuasan kerja, kinerja guru
rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
Berbagai upaya peningkatan mutu telah
banyak dilakukan baik ditingkat pusat
maupun daerah, tetapi pendidikan di Negara
kita masih belum seperti yang diharapkan.
Peningkatan mutu pendidikan juga telah
dilakukan pemerintah sejak lama, melalui
proyek-proyek
pengembangan
dan
peningkatan mutu pendidikan; antara lain
perbaikan kurikulum, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, perbaikan system
evaluasi, pelatihan guru-guru, penataran para
Kepala Sekolah dan sebagainya. Namun
demikian mutu pendidikan di Indonesia
Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat modern
sekarang ini, lembaga sekolah telah menjadi
tumpuan dan bagian terpenting dalam proses
pendidikan. Masyarakat lebih banyak
menggantungkan kepada lembaga sekolah
tersebut untuk mendidik anak-anak mereka.
Kenyataan ini menjadi tanggung jawab dan
sekaligus tantangan bagi sekolah untuk dapat
memberikan pendidikan yang baik dan
berkualitas kepada peserta didik. Namun
dalam
kenyataaannya
salah
satu
permasalahan pndidikan yang sedang
dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah
60
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 61
hasilnya masih rendah. Rendahnya mutu
pendidikan itu salah satunya dapat dilihat
dari hasil belajar siswa yang tercermin dari
perolehan nilai maupun persentase kelulusan
siswa yang mengikuti Ujian Nasiaonal (UN).
Kondisi
yang seperti
ini
tentunya
menimbulkan pertanyaan bagi kita, apakah
ada ketidakberesan atau kesalahan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
sehingga hasil prosses belajar mengajar tidak
sesuai yang diharapkan.
Sekolah sebagai organisasi terdepan
dari lembaga pendidikan yang memiliki tugas
dan tanggung jawab: (1) fungsi edukasi, yaitu
melaksanakan proses belajar mengajar secara
efektif dan efisien; (2) fungsi manajerial,
yaitu merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan,
mengkoordinasikan,
mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan
persekolahan serta menentukan kebijakan
dan pengambilan keputusan terhadap
pengaturan
proses
belajar-mengajar,
organisasi kesiswaan, dan hubungan sekolah
dengan masyarakat; (3) fungsi administrasi,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan
terhadap ketatausahaan, kurikulum, sarana
dan prasarana sekolah, dan bimbingan
konseling; (4) fungsi supervisi, yaitu
menyelenggaraan pembinaan dalam proses
belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan
konsling, ketatausahaan, hubungan sekolah
dan masyarakat, kesiswaan dan sarana
prasarana sekolah, dan (5) fungsi evaluasi,
yaitu memberikan penilaian, analisis, dan
pelaporan terhadap kegiatan, proses, dan
hasil penyelenggaran pendidikan di sekolah
(Depdiknas, 2000).
Peraturan pemerintahan No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pada pasal 4 menyebutkan bahwa: Standar
Nasional Pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan Nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradapan bangsa
yang bermatabat (PP No 19, 2005).Dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tersebut dikemukakan bahwa seorang
pendidik harus memiliki kualitifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran serta memiliki kemampuan
professional untuk mewujudkan tujuan
pendidikan Nasional.
Dalam peraturan tersebut di atas yang
menjadi sasaran adalah para pendidik atau
guru, sebab dalam proses pembelajaran yang
memiliki peran dominan adalah guru. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia disebabkan
oleh mutu kinerja guru yang masih rendah,
sehingga sangatlah beralasan bila guru atau
tenaga pendidik yang mempunyai kinerja
baik tentunya akan sangat mempengaruhi
proses belajar mengajar disekolah dan yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil
belajar atau prestasi belajar siswa. Hal inilah
yang
mendasari
pemikiran
perlunya
diungkapkannya bagaimana kinerja guru
SMA Negeri Kabupaten Tabalong.
Menurut M. As‟ad dalam Kaspul
(2003) bahwa suatu pekerjaan selalu
mempunyai langkah-langkah (prosedur)
kerja, prosedur kerja itu selalu mengarah
pada peningkatan hasil pekerjaan yang sesuai
dengan tuntutan kerja itu sendiri. Suatu
pekerjaan dilakukan sesuai prosedurnya,
maka akan sampai pada hasil kerja yang
ingin dicapai.
Menurut Deming dan Joseph Juran
dalam Kaspul (2003) bahwa kegagalan mutu
pendidikan akibat komitmen manajemen
yang salah. Sebab-sebab umum kegagalan
mutu dalam pendidikan berupa: desain
kurikulum yang jelek, gedung yang tidak
terawat, system dan prosedur yang tidak
sesuai, perencanaan kerja yang tidak jelas,
dan kekurangan sumber informasi yang
penting, serta pengembangan staf/guru yang
kurang baik(belum efektif). Sedangkan
secara khusus kegagalan mutu; karena tidak
dipatuhinya prosedur dan aturan, kegagalan
komunikasi atau musah salah paham,
keterampilan dan sikap yang diperlukan
sebagai syarat-syarat guru dan manajer
sekolah yang memadai (profesionalitas yang
belum memadai) kurangnya motivasi serta
masalah perlengkapan.
Kewajiban guru yang utama adalah
mendidik(mengajar), agar tugas tersebut
mampu mencapai tujuannya yakni tujuan
pendidikan, guru harus memahami masalah
manajemen. Dalam hubungannya dengan
62 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
manajemen pendidikan inilah guru berfungsi
sebagai manajer.
Menurut Dep. P & K dalam
Suryosubroto (2004) tertulis tugas dan
tanggung jawab guru sebagai manajer,
sebagai berikut: (1) menyuun program
pengajaran, (2) menyusun program kegiatan
mengajar, (3) menyusun model satuan
pelajaran dan pembagian waktu, (4)
melaksanakan tata usaha kelas, antara lain
pencatatan data murid.
Kemampuan manajerial guru sudah
lama dikenal dalam pendidikan di Indonesia
meski dalam konsep sederhana dan ini
merupakan syarat mutlak yang dimiliki dan
melekat pada setiap pemimpin dan guru.
Kemampuan
manajerial
dapat
diimplementasikan bila ditunjang oleh
kemampuan guru memahami dan menghayati
tentang manajemen itu sendiri. Jika tidak,
maka akan kembali kepada model tradisional
dalam mengelola pendidikan pada tingkat
mikro jelas sangat bertentangan dengan
konsep-konsep penyelenggaraan pendidikan
modern sekarang ini.
Permasalahan yang sering timbul, tidak
semua guru akan mampu menjadi sorang
manajer kelas yang baik/ handal, hal ini
disebabkan
karena
faktor
pendidikan/kualifikasi guru, guru tidak
memahami fungsi-fungsi manajemen, atau
mengerti tentang ilmu manajemen tetapi
males menerapkan karena terbiasa kerja
seadanya dan guru sendiri tidak kreatif dan
inovatif.
Dengan kondisi seperti ini, proses
belajar mengajara akan dikelola menurut
seleranya
dan
menurut
alur
rutinitas/kebiasaan, sehingga menjadi tidak
terkondisi untuk merealisasikan programprogram kerja. Seorang guru yang
mempunyai kemampuan manajerial yang
baik/ mantap dapat membuat/ menciptakan
kondisi sekolah terpacu pada pencapaian
program kerja yang terpadu dalam kegiatan
yang
dimualai
perencanaan,
pengorganisasiaan,
penggerak,
dan
pengendalian.
Selain masalah kemampuan manajerial
guru dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas kerja guru, guru harus dihadapkan
dengan perasaan yang timbul dari dalam
dirinya terhadap pekerjaan yang ditekuninya.
Ada rasa puas dan tidak puas terhadap
pekerjaannya, hal ini bisa saja ditimbulkan
dari
kepuasan
batin
implimentasi
kemampuannya
sebagai
pendidik.
Sebenarnya ada banyak hal yang bisa
menimbulkan puas dan tidak puasnya
seorang guru terhadap pekerjaannya, perlu
dilakukan penelitian yang mendalam untuk
mengungkapkannya.
Upaya pendayagunaan sumber daya
manusia yang ada disekolah atau semua para
pegawai (guru, tata usaha, pustakawan,
laboran serta lainnya) ditempuh melalui
berbagai cara, baik berupa aturan tentang
pembinaan pegawai negeri sipil, pengawaan
melekat, supervisi pendidikan dan fungsional
jabatan guru. Semua bentuk usaha ini
bertujuan untuk mempersempit kesenjangan
antara tuntutan lembaga pendidikan dengan
pemenuhan dan sekaligus kesenjangan antara
kebutuhan pegawai negeri sipil dengan
kepuasannya, sehingga diharapkan dapat
tercapai dengan baik tujuan dari lembaga
pendidikan atau sekolah maupun tujuan dari
para pekerja yang ada di lembaga tersebut.
Dengan pemenuhan kebutuhan itu, individu
merasa akan terpuaskan oleh pekerjaannya
dan akhirnya akan menumbuhkan kinerja
guru yang mantap atau tinggi.
Kinerja guru merupakan salah satu
kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan
atau proses belajar mengajar di sekolah atau
pada sebuah lembaga pendidikan dan oleh
sebab itu perlu dijadikan variabel terikat
terikat dan menjadi pokok persoalan yang
akan diteliti, namun perlu dipertanyakan
bagaimana hubungannya dengan kemampuan
manajerial, kepuasan kerja sebagai variabel
bebasnya. Oleh karena itu, dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antara kemampuan
manajerial guru terhadap kinerja guru
pada SMA Negeri di Kabupaten
Tabalong?
2. Apakah ada pengaruh antara kepuasan
kerja guru terhadap kinerja guru pada
SMA Negeri di Kabupaten Tabalong?
3. Apakah ada pengaruh antara kemampuan
manajerial guru dan kepuasan kerja guru
secara bersama-sama terhadap kinerja
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 63
guru pada SMA Negeri di Kabupaten
Tabalong?
Studi Literatur
Menurut Vroom dalam Mukhlis (1989:
6) memberikan pendapatnya terhadap
kemampuan: the term ability ussualy denotes
a potensial for performing some task which
may or may not be utilized. It refers two what
person ’can do’ not ti what ‘does do’.
Artinya, istilah kemampuan biasanya berarti
suatu potensi untuk melaksanakan berbagai
tugas, yang mana mungkin bermanfaat atau
tidak bermanfaat. Kemamouan menunjukan
kepada apakah seseorang „dapat melakukan
bukan pada „apa yang dilakukan‟. Pendapat
ini merujuk pada potensi yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan berbagai
pekerjaan/tugas.
Guru sebagai manajer bukan hal baru,
Dep. P & K dalam Suryosubroto (2004:170)
tugas dan tanggung jawab guru sebagai
manajer, sebagai berikut: menyusun program
pengajaran, menyusun program kegiatan
mengajar, menyusun model satuan pelajaran
dan pembagian waktu, melaksanakan tata
usaha kelas, antara lain pencatatan data
murid. Tugas pada pengertian diatas secara
sederhana tergambar masih dalam kegiatan
pada tahap perencanaan kegiatan manajemen,
masih pada bagian awal pelaksanaan
manajemen, meskipun guru sudah diterima
secara formal sebagai manajer dalam
kelasnya.
Paling tidak ada empat komponen
fungsi manajemen yang dapat diterapkan
oleh guru yaitu fungsi merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan
mengendalikan
(planning,
organizing,
actuating, controlling = POAC) maka guru
sudah menjadi seorang manajer yang baik
meski tidak tergolong sebai top manajer
disekolah atau lembaga pendidikan tempat
dia bertugas. Dari uraian George Terry ini,
menurut peneliti fungsi manajemen dari
Terry ini sudah lebih dari cukup bagi seorang
guru bisa dikatakan sebagai seorang manajer,
khususnya dalam melaksanakan tugasnya
yaitu dalam proses belajar mengajar
disekolah.
Kepuasan berasal dari kata “puas” yang
berarti merasa senang (lega, terpenuhi hastrat
hati). As‟ad dalam Kaspul (2003: 41)
menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya.
Menurut Kreitner dan Kinicki “job
satisfication is an affectife or emotional
respon toward facets ane’s job” (1989: 52).
Dalam hal ini kepuasan kerja diartikan
sebagai reaksi sikap emosi seseorang
terhadap suatu pekerjaan. Sedangkan
menurut Gorton dikatakan “satisfication and
morele are attitudinal variabel reflect
positive or negativefeeling about particular
or
person”
(1976:
165).
Didalam
pengertiannya ini kepuasan kerja diartikan
sebagai gambaran tentang variabel sikap
positif/senang atau sikap negatif/tidak senang
seorang pegawai terhadap pekerjaannya.
Kepuasan
(satisfication)
pada
umumnya berarti pemenuhan yang di peroleh
dari pengalaman melakukan berbagai macam
pekerjaan dan mendapatkan ganjaran. Istilah
kepuasan digunakan untuk menganalisis hasil
yang telah dialami seorang pegawai/guru.
Jadi kepuasan adalah konsekuensinya dari
imbalan dan hukuman yang dihubungan
dengan presentasi yang lalu. Pegawai merasa
puas atau tidak puas dengan perilaku, hasil
karya dan hubungan imbalan yang sekarang
ada.
Untuk menjelaskan apa yang dimaksud
dengan kepuasan kerja, Gorton (1976)
mendifinisikan kepuasan kerja sebagai suatu
perasaan atau keadaan emosi yang positif
yang
mengakibatkan
oleh
adanya
penghargaan terhadap pekerjaan seseorang.
Istilah kepuasan dalam konteks
pengajaran
menunjuk
pada
tingkat
pemenuhan
kebutuhan
pribadi
dan
professional seseorang dalam menjalankan
perananya sebagai seorang guru, Gorton
dalam Sulaiman, (1992: 53), dan kepuasan
kerja menurut Philip Applewhite dalam
Byars (1984) memiliki komponen pokok
yaitu: (1) Sikap terhadap kerja kelompok, (2)
kondisi kerja secara umum, (3) sikap
terhadap
teman-teman
sekerja,
(4)
keuntungan-keuntungan materi, dan (5) sikap
terhadap supervisi.
Menurut M. As‟ad dalam Kabul (2003:
51) tentang faktor-faktor penyebab kepuasan
kerja ada beberapa indikator untuk mengukur
variabel kepuasan kerja yaitu: (1) kesesuaian
64 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
tugas, (2) kesempatan berprestasi, (3)
kesempatan untuk maju, (4) pengakuan dan
penghargaan, (5) kondisi kerja.
Menurut Moeliono (1991: 503)
mengemukakan bahwa “kinerja dapat
diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau
presentasi
yang
diperlihatkan
atau
kemampuan
kerja”.
Sedangkan
Wahyosumidjo (2002: 429) mengatakan
bahwa “kinerja atau penampilan kerja adalah
sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif
yang terukur dalam rangka membantu
tercapainya tujuan kelompok dalam suatu
unit kerja”.
M. As‟ad dalam Kabul (2003:17)
bahwa seorang yang memiliki pekerjaan
dapat melakukan proses kerja, proses krja
selalu
mempunyai
langkah-langkah
(prosedur) kerja, prosedur kerja itu
senantiasa mengaruh pada pencapaian hasil
pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan
kerjanya.
Apabila
suatu
pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya,
maka akan sampai kepada hasil kerja yang di
inginkan, yang merupakan tuntutan pekerjaan
tersebut. Tolak ukur dari kinerja adalah
tuntutan pekerjaan yang menggambarkan
hasil yang ingin dicapai. Seberapa jauh
seseorang mampu melakukan pekerjaan dan
dibandingkan dengan hasil yang ingin
dicapai dinamakan seseorang pada pekerjaan
tersebut.
Kinerja guru dalam tugas sehari-hari
tercermin pada peran dan fungsinya dalam
proses pembelajaran di kelas. Dalam
menjalankan perannya dan fungsinya
tersebut maka kinerja guru dapat terdapat
pada kegiatan merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi proses belajar mengajar
yang dilandasi sikap moral dan professional
guru.
Dalam penelitian ini kinerja guru atau
penampilan guru hanya dibatasi dalam hal:
(1) menyusun program pengajaran, (2)
melaksanakan/menyajikan pengajaran, dan
(3) melaksanakan evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru adalah
gambaran hasil kerja seorang guru yang
berkaitan dengan tugas yang di embannya
dan
didasarkan
pada
tanggungjawab
profesional yang dimiliki oleh guru tersebut.
John (1998: 47) mengemukakan bahwa
aspek-aspek penilaian terhadap pelaksanaan
pekerjaan yaitu prestasi kerja, tanggung
jawab, kesetiaan dan pengabdian, prakarsa,
kejujuran, disiplin kerja, kerjasama, loyalitas
dan kepemimpinan. Sedangkan aspek
prestasi kerja dapat di rinci menjadi kualitas
pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemampuan
bekerja sendiri, pemahaman dan pengenalan
pekerjaan serta kemampuan memecahkan
persoalan.
Hamzah
B.
Uno
(2007:
93)
menyebutkan bahwa pencapaian kinerja guru
dapat di amati melalui 5(lima) dimensi antara
lain: (1) kualitas kerja, (2) kecepatan dan
ketepatan kerja, (3) inisiatif dalam kerja, (4)
kemampuan kerja, (5) komunikasi.
Menurut Suderadjat (2002) “Guru
merupakan jantungnya lembaga pendidikan”,
karena mutu pendidikan suatu sekolah sangat
bergantung pada tingkat kinerja guru.
Hubungan
antara
kemampuan
manajerial dengan kinerja guru memiliki
hubungan yang sangat erat. Kemampuan
manajerial merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh tehadap kinerja guru. Guru
sebagai
ujung
tombak
keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran disekolah,
keberadaannya disekolah sangat penting,
tanpa kehadiran guru tidak akan terjadi
kegiatan pembelajaran secara optimal,
penyelesaian permasalahan materi pelajaran
tidak tuntas, siswa akan mengalami
kebingungan , oleh sebab itu guru
mempunyai
peran
penting
dalam
keberhasilan
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Semakin baik dan professional
seorang guru maka semakin menjamin
keberhasilan proses belajar mengajar dengan
demikian kinerja guru semakin mantap dan
tidak diragukan lagi kemampuannya.
Salah satu penunjang untuk mengukur
kinerja
guru
adalah
kemampuan
manajerialnya dalam mengelola proses
belajar mengajar yang dimulai dengan
kemampuan menyusun perencanaan dan
strategi pembelajaran, mengorganisasikan
bahan pembelajaran dan kesiswaan dalam
kela, penggerak untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, serta pengendalian
perbaikan berkelanjutan melalui evaluasi
belajar siswa.
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 65
Pada
dasarnya
kepuasan
kerja
merupakan sesuatu yang individual, masingmasing guru mempunyai tingkat kepuasan
yang tidak sama sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan guru semakin tinggi kepuasan
yang dirasakannya.
Menurut Hoy dan Wiskel dalam Kaspul
(2003: 42) faktor-faktor penyebab kepuasan
kerja yaitu: prestasi, pengakuan, pekerjaan
itu sendiri, dan tanggung jawab. Sementara
faktor-faktor
yang
menimbulkan
ketidakpuasan antara lain: gaji, hubungan
pribadi,
teknik
supervisi,
kebijakan
organisasi, kondisi kerja, kehidupan pribadi,
status, dan keselamatan kerja.
Guru yang puas terhadap pekerjaannya
akan menimbulkan hasil dari pekerjaannya,
karena kepuasan kerja merupakan refleksi
sikap akibat dipenuhinya kebutuhankebutuhan yang menunjang pekerjaannya.
Dengan
dipenuhi
kebutuhan-kebutuhan
tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja,
seterusnya kepuasan kerja tersebut akan
memotivasi seseorang untuk lebih giat dan
lebih produktif. Bekerja lebih giat dan lebih
produktif pencerminan dari kesuksesan
kinerja
seseorang.
Kepuasan
kerja
merupakan cermin perasaan seseorang dalam
bentuk senang dan tidak senang, puas dan
tidak puas. Oleh karena itu wajarlah bila
kepuasan kerja itu selalu dijadikan tuntutan
setiap individu. Karena itu apabila seseorang
merasakan kepuasan dalam bekerja, rasa
puas ini akan menimbulkan motivasi kerja,
bersemangat, bergairah serta akan dapat
mencurahkan segenap kemampuannya untuk
mendapatkan hasil kerja yang maksimal.
Dengan demikian akan meningkatkan kinerja
guru, sebab guru yang bekerja dengan rasa
puas maka dapat menjaga kestabilan motivasi
dan kinerja.
Kemampuan manajerial guru yang
sudah melekat pada diri setiap guru yang
professional akan merasa puas terhadap
pekerjaannya apabila segala kebutuhan
penunjang kerja dipenuhi. Guru bekerja
sebagai seorang manajer yang baik pada
level atau bidangnya.
Jadi jika kemampuan manajerial dan
kepuasan kerja guru tinggi atau kedua
variabel ini sama-sama tinggi/signifikan akan
memnberikan dampak terhadap kinerja guru
dan demikian pula sebaliknya, jika kedua
variabel tersebut rendah/tidak signifikan
maka cenderung kinerja guru juga rendah
meskipun tidak sebagai variabel yang mutlak
mempunyai pengaruh terhadap kinerja,
karena berdasarkan beberapa penelitian lain
bahwa kinerja guru juga dipengaruhi banyak
hal. Kaspul (2003:43) Jadi, tidak terbatas
pada kemampuan manajerial dan kepuasan
kerja guru semata.
Kemampuan
Manajerial Guru
(X1)
Kinerja
Guru
(Y)
Kepuasan Kerja
Guru
(X2)
Gambar 1 : Model Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di
atas, maka dalam hal ini dapat disimpulkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Kemampuan manajerial guru berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong.
2. Kepuasan kerja guru berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong.
3. kemampuan manajerial guru dan kepuasan
kerja
guru
secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong.
Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian
korelasional yaitu penelitian yang sifatnya
melukiskan hubungan yang terdapat dua
variabel atau lebih. Tujuan penelitian
korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh
mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan varian-varian pada satu
atau lebih faktor lain (Sugiyono, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru SMA yang terdapat di wilayah
Kabupaten Tabalong. Sehingga jumlah
populasi dalam penelitian ini berjumlah 265
orang Mengingat jumlah populasi yang
cukup besar maka dalam penelitian ini
66 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
diambil sejumlah sampel yang dapat
mewakili populasi.Dengan menggunakan
table Krejcie- Morgan dengan tingkat
kesalahan 5% apabila populasi 265 orang
maka sampel 159 orang. Dari 265 guru SMA,
maka sampel yang diambil sebanyak 159
mengacu kepada populasi 270 orang. Adapun
cara pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik pengambilan sampel
Probability Sampling dengan Pengambilan
Sampel Proporsional (Proportional Random
Sampling), yaitu pengambilan sampel dengan
memperhatikan proporsi atau jumlah dari
setiap populasi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Proporsi Sampel Penelitian
N
Nama Sekolah
Jumlah Jumlah
o.
Guru Sampel
1. SMA Negeri 1 Tanjung
38
23
2. SMA Negeri 2 Tanjung
46
27
3. SMA Negeri 3 Tanjung
25
15
4. SMA Negeri 1 Tanta
13
8
5. SMA Negeri 1 Muara
23
14
Harus
6. SMA Negeri 1 Jaro
20
12
7. SMA Negeri 1 Kelua
30
18
8. SMA Negeri 1 Muara
32
19
Uya
9. SMA Negeri 1 Upau
21
13
10. SMA Negeri 1 Haruai
17
10
Jumlah
265
159
Agar dapat diperoleh kejelasan dan
menghindari perbedaan persepsi antara
penulis dan pembaca dalam menafsirkan
permasalahan penelitian ini, maka perlu
dijelaskan beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini dengan pengertian
sebagai berikut:
1. Kemampuan manajerial guru
Dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan kemampuan manajerial guru
adalah suatu kemampuan guru dalam
melaksanakan dan mengelola Kegiatan
Belajar Mengajar. Adapun yang menjadi
indikator untuk mengukur kemampuan
manajerial guru meliputi: (1) kemampuan
menyusun perencanaan pembelajaran, (2)
kemampuan
mengorganisasi
bahan
pembelajaran siswa, (3) kemampuan
menggerakkan, dan (4) kemampuan
mengendalikan dan evaluasi.
2. Kepuasan kerja guru
Kepuasan kerja adalah gambaran tentang
sikap dan peranan positif atau negative
atau perasaan senang atau tidak senang
yang dimiliki seorang pegawai/karyawan.
Kepuasan kerja individu merupakan
sesuatu yang individual, masing-masing
karyawan (guru) mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan system nilai yang dianutnya.
Dalam
hal
ini
indicator
untuk
mengukurvariabel kepuasan kerja yaitu:
(1) kesesuaian tugas, (2) kesempatan
untuk berprestasi, (3) kesempatan untuk
maju, (4) pengakuan dan penghargaan.
3. Kinerja guru
Kinerja guru adalah gambaran hasil kerja
seorang guru yang berkaitan dengan tugas
yang diembannya dan didasarkan pada
tanggungjawab professional yang dimiliki
oleh guru tersebut. Kinerja guru adalah
unjuk kerja guru, untuk kerja yang
dikaitkan dengan tugas yang diemban
yang
merupakan
tanggungjawab
profesionalnya. Indicator yang digunakan
untuk mengukur variabel kinerja guru
yaitu: (1) kualitas kerja, (2) kecepatan
atau ketepatan kerja, (3) inisiatif dalam
kerja, (4) kemampuan dalam kerja, (5)
kemampuan
mengkomunikasikan
pekerjaan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Distribusi frekuensi dari data yg telah
dikumpulkan
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin dan lamanya
bekerja. Distribusi frekuensi berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency
Percent
Valid
Percent
Valid
Lak-laki
67
42,1
42,1
Perempuan
92
57,9
57,9
Total
159
100,0
100,0
Cumulative
Percent
42,1
100,0
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 67
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency
Percent
Valid
Kurang dari 5 tahun
5 sampai 10 tahun
Lebih dari 10 tahun
Total
Dari 159 responden, sebanyak 42,1%
atau 67 orang adalah laki-laki dan 57,9%
atau 92 orang adalah perempuan. Hasil ini
mennjukkan bahwa jumlah guru laki-laki dan
perempuan di Tabalong tidak jauh berbeda.
Distribusi frekuensi berdasarkan lamanya
bekerja dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil uji validitas untuk variabel
Kemampuan Manajerial (X1) dapat dilihat
pada tabel 4, sedangkan hasil uji
reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Semua instrumen variabel Kemampuan
Manajerial (X1) dinyatakan valid karena nilai
sig < α 0,05, maka semua instrumen
Kemampuan Manajerial (X1) akan diikutkan
dalam uji reliabilitas dan analisis data
selanjutnya.
Tabel 4. Uji Validitas Variabel Kemampuan
Manajerial (X1)
Instrumen
Sig.
r
hitung
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
X1.9
X1.10
X1.11
X1.12
X1.13
X1.14
X1.15
X1.16
X1.17
0,717
0,722
0,581
0,589
0,561
0,798
0,822
0,737
0,796
0,797
0,765
0,810
0,671
0,734
0,756
0,799
0,838
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Tabel 5. Uji Validitas Variabel Kemampuan
Manajerial (X1)
Cronbach‟s N of
N of
rtabel
Alpha
Items Respondens
0.764
18
159
0.210
Dari 159 responden, sebanyak 32,7%
atau 52 orang adalah responden dari lama
52
81
26
159
32,7
50,9
16,4
100,0
Valid
Percent
32,7
50,9
16,4
100,0
Cumulative
Percent
32,7
83,6
100,0
bekerja kurang dari 5 tahun, 50,9% atau 81
orang adalah responden dari lama bekerja 5
sampai 10 tahun, 16,4% atau 26 orang adalah
responden dari lama bekerja lebih dari 10
tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata
guru di Kabupaten Tabalong sudah mengabdi
lebih dari 5 tahun.
Hasil
uji
reliabilitas
instrumen
Kemampuan Manajerial (X1) menunjukkan
nilai alpha sebesar 0,764, maka instrumen
Kemampuan Manajerial (X1) dinyatakan
reliabel dengan kriteria tinggi. Hasil uji
validitas untuk variabel Kepuasan Kerja (X2)
dapat dilihat pada tabel 6, sedangkan hasil uji
reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 6. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja
(X2)
Instrumen
Sig.
r
hitung
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
X2.11
X2.12
X2.13
X2.14
X2.15
0,785
0,862
0,834
0,313
0,839
0,862
0,746
0,668
0,867
0,881
0,586
0,821
0,270
0,840
0,782
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Semua instrumen variabel Kepuasan
Kerja (X2) dinyatakan valid karena nilai sig
< α 0,05, maka semua instrumen Kepuasan
Kerja (X2) akan diikutkan dalam uji
reliabilitas dan analisis data selanjutnya.
Hasil
uji
reliabilitas
instrumen
Kepuasan Kerja (X2) menunjukkan nilai
alpha sebesar 0,765, maka instrumen
Kepuasan Kerja (X2) dinyatakan reliabel
dengan kriteria tinggi. Selanjutnya, hasil uji
validitas untuk variabel Kinerja Guru (Y2)
68 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
dapat dilihat pada tabel 8, sedangkan hasil uji
reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 7. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja
(X2)
Cronbach‟s
N of
N of
rtabel
Alpha
Items Respondens
0.765
16
159
0.210
Semua instrumen variabel Kinerja
Guru (Y) dinyatakan valid karena nilai sig <
α 0,05, maka semua instrumen Kinerja Guru
(Y) akan diikutkan dalam uji reliabilitas dan
analisis data selanjutnya.
Hasil uji reliabilitas instrumen Kinerja
Guru (Y) menunjukkan nilai alpha sebesar
0,756, sedangkan batas minimum nilai alpha
instrumen yang reliabel adalah 0,6, oleh
karena itu instrumen Kinerja Guru (Y)
dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi.
Instrumen yang reliabel berarti instrumen
tersebut dapat diandalkan,
yang berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya, yaitu analisis regresi
berganda.
Berdasarkan hasil analisis diketahui
hasil uji regresi berganda pada Kemampuan
Manajerial dan Kepuasan Kerja Guru
terhadap Kinerja Guru dapat dilihat pada
tabel 10, 11, dan 12.
Dari nilai Adjusted R Square
.menunjukkan nilai sebesar 0,335 atau jika
ditulis dalam bentuk presetasi sama dengan
33,5%. Artinya variabel Y (Kinerja Guru)
dipengaruhi sebesar 33,5% oleh Kemampuan
Manajerial (X1) dan Kepuasan Kerja (X2),
sedangkan
sisanya
sebesar
66,5%
dipengaruhi oleh varibel lain diluar itu.
Tabel 8. Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Instrumen rhitung
Sig.
Y.1
0,649
0,000
Y.2
0,744
0,000
Y.3
0,738
0,000
Y.4
0,701
0,000
Y.5
0,812
0,000
Y.6
0,691
0,000
Y.7
0,723
0,000
Y.8
0,789
0,000
Y.9
0,783
0,000
Y.10
0,597
0,000
Y.11
0,777
0,000
Y.12
0,736
0,000
T.13
0,371
0,000
Y.14
0,776
0,000
Y.15
0,511
0,000
Y.16
0,563
0,000
Y.17
0,684
0,000
Y.18
0,228
0,000
Y.19
0,786
0,000
Y.20
0,589
0,000
Y.21
0,724
0,000
Y.22
0,705
0,000
Y.23
0,738
0,000
Y.24
0,738
0,000
Y.25
0,759
0,000
Y.26
0,678
0,000
Y.27
0,855
0,000
Y.28
0,675
0,000
Y.29
0,654
0,000
Y.30
0,738
0,000
Tabel 10. Analisis Regresi Uji Simultan
Model
Sum of
Squares
1
Regression
11226,785
Residual
21420,988
Total
32647,774
Tabel 9. Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Cronbach‟s N of
N of
rtabel
Alpha
Items Respondens
0.756
31
159
0.210
Df
Tabel 11. Koefisien Determinasi
Model
R
R
Adjusted R
Square
Square
1
,586a
,344
,335
2
156
158
Mean
Square
5613,393
137,314
Std. Error of the
Estimate
11,71811
F
Sig.
40,880
.000a
Durbin-Watson
1,697
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 69
Tabel 12. Analisis Regresi Uji Parsial
Model
1
(Constant)
KEMAMPUAN
MANAJERIAL
KEPUASAN
KERJA
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
46,155
8,344
,725
,123
,395
Standardized
Coefficients
Beta
,110
Adapun model persamaan regresi linier
berganda yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Y = 46,155 + 0,725 X1 + 0,395 X2 + e
1. Pada saat X1 = 0 (Kemampuan Manajerial
0), maka Kinerja Guru adalah sebesar
46,155.
2. Setiap kenaikan Kemampuan Manajerial
(X1) sebesar satu satuan, maka Kinerja
Guru akan meningkat sebesar 0,725.
3. Setiap kenaikan Kepuasan Kerja (X2)
sebesar satu satuan, maka Kinerja Guru
akan meningkat sebesar 0,395.
Dari serangkaian analisis yang telah
dilakukan, maka dapat diuji kebenaran dari
hipotesis yang telah dibuat. Pengujian
hipotesis dilakukan sebagai berikut:
1. Uji t terhadap variabel Kemampuan
Manajerial (X1) didapatkan thitung sebesar
5,896 dengan signifikan t sebesar 0,000.
Karena thitung > ttabel (5,896>1,960) atau
signifikan
t < 5% (0,000<0,05), maka
secara parsial variabel Kemampuan
Manajerial (X1) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kinerja Guru (Y). H0
ditolak.
2. Uji t terhadap variabel Kepuasan Kerja
(X2) didapatkan thitung sebesar 3,576
dengan signifikan t sebesar 0,000. Karena
thitung > ttabel (3,576>1,960) atau signifikan
t < 5% (0,000<0,05), maka secara parsial
variabel Kepuasan Kerja (X2) berpengaruh
signifikan terhadap variabel Kinerja Guru
(Y). H0 ditolak.
3. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
Fhitung sebesar 40,880 (signifikan F =
0,000). Jadi Fhitung > Ftabel (40,880>3,000)
atau Sig F < 5% (0,000<0,005). Artinya
secara
bersama-sama
variabel
Kemampuan Manajerial
(X1) dan
Kepuasan Kerja (X2) berpengaruh
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,425
5,531
5,896
,000
,000
,808
1,238
,258
3,576
,000
,808
1,238
signifikan terhadap variabel Kinerja Guru
(Y).
Kemampuan manajerial berpengaruh
terhadap kinerja guru di SMA se Kabupaten
Tabalong dengan angka t-hitung sebesar
5,896 dan nilai Sig. 0.000 < 0.005. Beberapa
temuan dalam penelitian ini bahwa guru
SMA Negeri di Kabupaten Tabalong secara
umum memiliki kemampuan manajerial yang
tinggi.
Kemampuan manajerial dikemukakan
oleh Gibson (1990) menunjukkan potensi
seseorang untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan, kemampuan berhubungan erat
dengan fisik dan mental yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan pekerjaan,
kemampuan berhubungan erat dengan fisik
dan mental yang dimiliki seseorang untuk
melaksanakan pekerjaannya.Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap orang akan
mempunyai kemampuan manajerial yang
berbeda-beda dalam setiap bidangnya atau
kemampuan tersebut adalah kualitas hakiki
yang melekat pada diri seseorang.
Karakteristik yang dimiliki oleh individu,
antara individu yang satu dengan individu
tertentu saja memiliki tingkat kemampuan
yang berbeda yang ditunjukan oleh suatu
pekerjaan yang dihasilkan. Tinggi rendahnya
kinerja dalam suatu organisasi akan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
pemimpin
dan
keryawannya
dalam
menjalankan fungsi manajerialnya dan tujuan
organisasinya.
Dalam penelitian ini ditemukan buktibukti adanya pengaruh yang signifikan antara
kemampuan manajerial guru terhadap kinerja
guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong.
Hal ini sejalan dengan temuan Herzberg
bahwa ada sejumlah faoktor yang
mempengaruhi gairah kerja manusia. Hal ini
dipertegas oleh Winardi (2000) bahwa
70 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
kemampuan seseorang dalam melaksanakan
pekerjaan dapat menimbulkan dorongan
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan.
Kemudian
menggambarkan
bahwa
kemampuan manajerial merupakan faktor
kualitas seseorang dalam melakukan aktivitas
manajemen untuk menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan kepadanya. Hal ini
memberikan indikasi bahwa kemampuan
manajerial
memiliki
pengaruh
yang
meingsyaratkan bahwa semakin tinggi
kemampuan manajerial seseorang maka ada
kecendrungan kinerja positif, demikian pula
sebaliknya kemampuan manajerial yang
rendah ada kecendrungan kinerja seseorang
negatif.
Dalam teori yang telah disampaikan
bahwa guru adalah ujung tombak dari
keberhasilan organisasi sekolah, sehingga
seorang guru harus mempunyai kemampuan
dalam melaksanakan proses manajemen.
Semakin baik dan professional seorang guru
maka semakin menjamin keberhasilan proses
belajar mengajar dengan demikian kinerja
guru semakin mantap dan tidak diragukan
lagi kemampuannya. Salah satu penunjang
untuk mengukur kinerja guru adalah
kemampuan manajerialnya dalam mengelola
proses belajar mengajar yang dimulai dari
kemampuan menyusun perencanaan dan
strategi pembelajaran, mengorganisasikan
bahan pembelajaran dan kesiswaan dalam
kelas. Penggerakan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, serta pengendalian
perbaikan berkelanjutan melalui evaluasi
belajar siswa.
Ada pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja guru di SMA se Kabupaten Tabalong
dengan angka t-hitung sebesar 3.576 dan
nilai Sig. 0.000 < 0.005. Beberapa temuan
dalam penelitian ini bahwa guru SMA Negeri
di Kabupaten Tabalong secara umum
memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
Dari hasil kuisioner menunjukan bahwa
pada indicator kesempatan berprestasi
merupakan indicator yang paling tinggi skala
sikapnya terutama dalam hal dukungan untuk
berprestasi. Sedangkan kesempatan untuk
maju berada pada urutan kedua dimana
kepuasan kerja guru pada item adanya
kesempatan untuk maju lebih tinggi dari item
dukungan untuk memajukan sekolah.
Kepuasan kerja guru lebih tinggi dari item
dukungan untuk memajukan sekolah.
Kepuasan kerja guru dalam pengakuan dan
penghargaan berada pada urutan paling
bawah. Terutama pada item penghargaan
masyarakat yang dianggap masih belum
optimal bagi guru.
Dalam penelitian ini ditemukan buktibukti adanya pengaruh yang signifikan antara
kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. Hal ini
sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa
kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak
dalam sikap positif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi
dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja juga
merupakan
implementasi
dari
teori
keseimbangan yang mengatakan bahwa
seseorang akan menunjukkan prestasi yang
optimal bila ia mendapatkan manfaat
(benefit) dan terdapat adanya rangsangan
dalam pekerjaanya secara adil dan masuk
akal. Kinerja yang optimal akan dapat
dicapai jika terdapat rasa keadilan yang
dirasakan pegawai dimana selain dalam
bekerja harus mendapatkan manfaatnya
kemudian seseorang pegawai harus mendapat
motivasi sebagai rangsangan, keadilan dalam
bekerja dan masuk akal, dalam artian bahwa
diantara sesame pegawai haruslah terdapat
keadilan mendapat tugas dan insentif yang
diperoleh (Sinambela, 2005)
Kepuasan ini terjadi apabila kebutuhankebutuhan individu sudah terpenuhi dan
terkait dengan derajat kesukaan dan
ketidaksukaan yang dikaitkan dengan
Pegawai; merupakan sikap umum yang
dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya
dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini
akan mereka terima setelah melakukan
sebuah pengorbanan. Guru yang puas
terhadap pekerjaannya akan menimbulkan
hasil dari pekerjaannya, karena kepuasan
kerja merupakan refleksi sikap akibat
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang
menunjang
pekerjaanya.
Dengan
dipenuhinya kebutuhan tersebut akan
menimbulkan kepuasan kerja, seterusnya
kepuasan kerja itu akan memotivasi
seseorang untuk lebih giat dan lebih
produktif. Bekerja lebih giat dan produktif
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 71
merupakan pencerminan dari kesuksesan
kinerja seseorang. Kepuasan kerja merupan
cermin perasaan seseorang dalam bentuk
senang dan tidak senang, puas dan tidak
puas.
Ada pengaruh kemampuan manajerial
dan kepuasan kerja guru terhadap kinerja
guru di SMA se Kabupaten Tabalong dengan
angka F-hitung sebesar 40.880 dan nilai Sig.
0.000 < 0.005. Dalam penelitian ini
ditemukan bukti-bukti terdapat pengaruh
yang
signifikan
antara
kemampuan
manajerial guru dan kepuasan kerja guru
terhadap kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Tabalong.
Hal ini sejalan dengan teori yang
menjelaskan bahwa kinerja adalah senantiasa
berpengaruh dengan pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab melalui hasil kerja seseorang
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
individunya. Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan , usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya. Maluyu S.P Hasibuan (2001)
mengemukakan kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas
kecakapan,
pengalaman
dan
kesungguhan serta waktu.
Hal ini juga tidak bertentangan dengan
pendapat Mitchel yang dikutip Sinambela
(2005) bahwa kinerja adalah hasil interaksi
antara motivasi dan kemampuan. Dengan
demikian orang yang tinggi motivasinya
tetapi mempunyai kemampuan yang rendah
akan menghasilkan kinerja yang rendah.
Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi
terdapat pekerjaan sehingga menimbulkan
kualitas kerja yang baik dan menumbuhkan
kepuasan terhadap pekerjaan, sebaliknya
apabila seseorang mempunyai kemampuan
dan kepuaan kerja yang rendah maka kinerja
yang dihasilkan rendah pula.
Menurut Robert L. Mathis dan John H.
Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja,
yaitu: (1) kemampuan mereka, (2) Motivasi,
(3) Dukungan yang diterima, (4) Keberdaan
pekerjaan yang mereka lakukan, dan (5)
Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis
menarik
kesimpulan
bahwa
kinerja
merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu
hasil kerja (output) individu maupun
kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses
belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Hal tersebut menjelaskan bahwa
kualitas hakiki dari seseorang dengan orang
lain adalah tidak sama, termasuk dalam
memampukan
seseorang
dalam
melaksanakan
manajemen.
Sedangkan
kepuasan kerja lebih kepada timbale balik
dari suatu upaya yang diberikan dengan
rangsangan yang bersifat timbale balik dari
suatu pekerjaan.
Kemampuan manajerial dan kepuasan
kerja bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi tingkat kinerja atau kinerja
guru. Karena masih sangat banyak faktorfaktor lain juga sangat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kinerja.
Suatu lembaga dalam penyenggaraannya
memerlukan berbagai fungsi manajemen, jadi
dirasa sangat wajar jika dalam penelitian ini
ditemukan nilai koefisien konstribusi sebesar
33,5% untuk kinerja dari kemampuan
manajerial dan kepuasan kerja, yang artinya
peran kedua variabel tersebut dalam
mementukan kinerja cukup rendah, dengan
kata lain masih ada 66,5% nilai kinerja
ditentukan oleh faktor-faktor lain selain
kemampuan manajerial dan kepuasan kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang
signifikan
antara
kemampuan
manajerial guru terhadap kinerja guru pada
SMA Negeri di Kabupaten Tabalong dengan
angka t-hitung sebesar 5,896 dan nilai Sig.
0,000 < dari 0,005. Selain itu, terdapat juga
pengaruh yang signifikan antara kepuasan
kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong dengan angka
t-hitung sebesar 3,576 dan nilai Sig. 0,000 <
dari 0,005. Dari hasil pengujian lain, terdapat
pengaruh kemampuan manajerial guru dan
kepuasan kerja guru secara bersama-sama
terhadap kinerja guru pada SMA Negeri
diKabupaten Tabalong dengan angka F-
72 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73
hitung sebesar 40,880 dan nilai Sig. 0,000 <
dari 0,005.
Dari hasil penelitian ini, disarankan
kepada sekolah-sekolah yang ada di
Kabupaten Tabalong agar kemampuan
manajerial yang dimiliki oleh guru SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong yang pada
umumnya tinggi harus terus di pertahankan
dan dikembangkan. Karena orang yang tinggi
kemampuan manajerialnya akan memberikan
hasil kinerja yang baik secara personal
maupun didalam organisasi dan masyarakat.
Tetapi pada kemampuan manajerial guru
dalam mengendalikan dan evaluasi dimana
dari hasil pernyataan yang diberikan oleh
guru berada pada urutan paling bawah,
sehingga hal ini harus menjadi perhatian
untuk dapat menjadi prioritas dalam
mengembangkan kemampuan manajerial
guru.
Kepuasan kerja yang dimiliki oleh guru
SMA Negeri di Kabupaten Tabalong yang
pada umumnya tinggi perlu dipertahankan
dan ditingkatkan karena guru yang
mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
Karena kinerja yang optimal akan dapat
dicapai jika terdapat rasa keadilan yang
dirasakan pegawai dimana selain dalam
bekerja harus mendapatkan manfaatnya
kemudian seorang pegawai harus mendapat
motivasi sebagai rangsangan, keadilan dalam
bekerja dan masuk akal, dalam artian bahwa
diantara sesame pegawai haruslah terdapat
keadilan mendapat tugas dan insentif yang
diperoleh. Kepuasan kerja guru dalam
pengakuan dan penghargaan berada pada
urutan paling bawah. Sehingga hal ini juga
harus menjadi perhatian untuk dapat dibuat
prioritas dalam mengatasi kepuasan kerja
guru.
Kinerja suatu instansi yang baik akan
dipengaruhi oleh kinerja pegawai, oleh sebab
itu apabila kinerja instansi ingin diperbaiki
tentunya kinerja pegawai perlu diperhatikan.
Untuk dapat mengetahui kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Tabalong perlu dibuat
standar pencapaiannya melalui pernyataan
tentang berbagai kondisi yang diharapkan
dalam pekerjaan.
Bagi peneliti selanjutnya dibidang ini
disarankan untuk melakukan penelitian yang
serupa pada objek yang berbeda dengan
variabel lainnya yang dapat mempengaruhi
kinerja guru. Selain itu disarankan untuk
mengadakan penelitian lanjutan dengan
pendekatan kualitatif atau dengan kajian
teoritis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsemi, (1990), Organisasi dan
Administrasi Pendidikan Teknologi
Keguruan. Jakarta: Rajawali Pers.
Arikunto Suharsemi, (1998), Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto Suharsemi, (2006), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Amirullah dan hanafi, Rinyah, (2002),
Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Bedeian and Buford. (1988), Management In
Extention, 2 no Edition, Alabama
Cooperative Extention Service, Aubum
University: Alabama.
Byars, L. and Rue, L. W. 1991. Human
Resources
Management.
Boston:
Hanewood
Furqon. (1999). Statistik Penerapan Dalam
Pendidikan, Bandung: Alphabeta.
Gorton, (1976), School Administration,
Debuquelowa: Wn. C. Brown Company
Publisser.
Hamzah B. Uno, (2007). Teori Motivasi &
Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.
Hoy, W. K. and Miskel, C. G. 2001.
Educational Administration: Theory,
Research, and Practice. New York:
Random House by Lane Akers
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan
dan
Sosial
(Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press.
John, S. 1988. Penilaian Pelaksanaan dan
Pengembangan Karyawan. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Kaspul, (2003), Pelaksanaan Pembinaan
Kepala Sekolah (Supervisi) Kepuasan
Kerja dan Motivasi Kerja Guru
Hubungannya dengan Peningkatan
Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota
Banjarmasin.
Bandung:
(Tesis),
Program Pascasarjana Universitas
Islam Nusantara Bandung.
Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 73
Kreitner & Kinicki, (1989), Organization
Behavior.
Bort
Arizona
State
University (Home Wood II Boston).
Koontz, Harold, Cyril O‟Donnel Heinz
Weinrich, (1984), Management, eight
edition, McGraw-Hiil Internasional
Book Company, Auckland.
Maslow, (1987), Motivation and Personality,
third edition, Harper & Row
Publesheress,
Inc.
New
York
Combridge.
Mukhlis,
(1998)
Analisis
Pengaruh
Kemampuan
Manajerial
Kepada
Sekolah Terhadap Kebersilan Program
SLTP Negeri di Kabupaten Semarang,
Yogyakarta: (Tesis), Program Magister
Manajemen,
Universitas
Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Sukaryono, (1993), Korelasi Antar Kepuasan
Kerja Dengan Motivasi Kerja Juru
Penerang: Kasus Pada Departemen
Penerangan Kabupaten Kediri, IKIP
Malang: Proyek P2T.
Sergiovanni, (1969), Organization and
Human Behavior, New York: Mc
Craw-Hill Book Company
Sumatri, (1995), Motivasi Berprestasi Para
Dosen tetap di Perguruan Tinggi
Swasta se Kota Administratif Jember
(Tesis tidak dipublikasikan), Malang
:PPS IKIP Malang.
Suryo Subroto, B. (2004) Manajemen
Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sulaiman, (1992) Hubungan Antara Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Semangat Kerja Guru-guru Sekolah
Dasar
Negeri
di
Kotamadya
Baanjarmasin (Tesis), Malang: IKIP
Malang.
Sugiyono.
2003,
Metode
Penelitian
Administrasi, Bandung: Alfabita.
Sugiyono.2006,
Metode
Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabita.
Sudjana, 2002, Metode Statistik, Bandung:
Transito..
Wahyu Sumidjo, (2002), Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Jakarta, Radja
Grafindo.
Download