PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI SE KABUPATEN TABALONG Triyani Amali SMA Negeri 1 Tanjung Jl. Kompleks Pertamina, Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan e-mail : [email protected] Abstract : the aim of this research is to know the significant influence between teacher managerial ability and teacher's performance, and also the significant Influence between teacher work satisfaction and teacher's performance in Country High School in Tabalong Regency. The method used in this research is correlational method, that were to detect how dependent one factor to another. 159 teacher proportionally used as samples with probability Sampling method From the result of this research, managerial ability have a significant influence to teacher's performance, teacher work satisfaction influence teacher's performance, and manajerial's ability and work satisfaction simultaneously influence teacher's performance. Keywords : managerial ability, work satisfaction, teacher‟s performance Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial guru terhadap kinerja guru dan pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong, Metode yang digunakan adalah penelitian korelasional yaitu untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan varian-varian pada satu atau lebih faktor lain. sampel yang diambil sebanyak 159 orang menggunakan teknik pengambilan sampel Probability Sampling dengan Pengambilan Sampel Proporsional. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap kinerja guru, dan (3) kemampuan manajerial dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Kata Kunci : Kemampuan manajerial, kepuasan kerja, kinerja guru rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Berbagai upaya peningkatan mutu telah banyak dilakukan baik ditingkat pusat maupun daerah, tetapi pendidikan di Negara kita masih belum seperti yang diharapkan. Peningkatan mutu pendidikan juga telah dilakukan pemerintah sejak lama, melalui proyek-proyek pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan; antara lain perbaikan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan system evaluasi, pelatihan guru-guru, penataran para Kepala Sekolah dan sebagainya. Namun demikian mutu pendidikan di Indonesia Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, lembaga sekolah telah menjadi tumpuan dan bagian terpenting dalam proses pendidikan. Masyarakat lebih banyak menggantungkan kepada lembaga sekolah tersebut untuk mendidik anak-anak mereka. Kenyataan ini menjadi tanggung jawab dan sekaligus tantangan bagi sekolah untuk dapat memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas kepada peserta didik. Namun dalam kenyataaannya salah satu permasalahan pndidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah 60 Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 61 hasilnya masih rendah. Rendahnya mutu pendidikan itu salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tercermin dari perolehan nilai maupun persentase kelulusan siswa yang mengikuti Ujian Nasiaonal (UN). Kondisi yang seperti ini tentunya menimbulkan pertanyaan bagi kita, apakah ada ketidakberesan atau kesalahan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga hasil prosses belajar mengajar tidak sesuai yang diharapkan. Sekolah sebagai organisasi terdepan dari lembaga pendidikan yang memiliki tugas dan tanggung jawab: (1) fungsi edukasi, yaitu melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien; (2) fungsi manajerial, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan persekolahan serta menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap pengaturan proses belajar-mengajar, organisasi kesiswaan, dan hubungan sekolah dengan masyarakat; (3) fungsi administrasi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap ketatausahaan, kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, dan bimbingan konseling; (4) fungsi supervisi, yaitu menyelenggaraan pembinaan dalam proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konsling, ketatausahaan, hubungan sekolah dan masyarakat, kesiswaan dan sarana prasarana sekolah, dan (5) fungsi evaluasi, yaitu memberikan penilaian, analisis, dan pelaporan terhadap kegiatan, proses, dan hasil penyelenggaran pendidikan di sekolah (Depdiknas, 2000). Peraturan pemerintahan No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 4 menyebutkan bahwa: Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat (PP No 19, 2005).Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tersebut dikemukakan bahwa seorang pendidik harus memiliki kualitifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran serta memiliki kemampuan professional untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Dalam peraturan tersebut di atas yang menjadi sasaran adalah para pendidik atau guru, sebab dalam proses pembelajaran yang memiliki peran dominan adalah guru. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh mutu kinerja guru yang masih rendah, sehingga sangatlah beralasan bila guru atau tenaga pendidik yang mempunyai kinerja baik tentunya akan sangat mempengaruhi proses belajar mengajar disekolah dan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar atau prestasi belajar siswa. Hal inilah yang mendasari pemikiran perlunya diungkapkannya bagaimana kinerja guru SMA Negeri Kabupaten Tabalong. Menurut M. As‟ad dalam Kaspul (2003) bahwa suatu pekerjaan selalu mempunyai langkah-langkah (prosedur) kerja, prosedur kerja itu selalu mengarah pada peningkatan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan kerja itu sendiri. Suatu pekerjaan dilakukan sesuai prosedurnya, maka akan sampai pada hasil kerja yang ingin dicapai. Menurut Deming dan Joseph Juran dalam Kaspul (2003) bahwa kegagalan mutu pendidikan akibat komitmen manajemen yang salah. Sebab-sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan berupa: desain kurikulum yang jelek, gedung yang tidak terawat, system dan prosedur yang tidak sesuai, perencanaan kerja yang tidak jelas, dan kekurangan sumber informasi yang penting, serta pengembangan staf/guru yang kurang baik(belum efektif). Sedangkan secara khusus kegagalan mutu; karena tidak dipatuhinya prosedur dan aturan, kegagalan komunikasi atau musah salah paham, keterampilan dan sikap yang diperlukan sebagai syarat-syarat guru dan manajer sekolah yang memadai (profesionalitas yang belum memadai) kurangnya motivasi serta masalah perlengkapan. Kewajiban guru yang utama adalah mendidik(mengajar), agar tugas tersebut mampu mencapai tujuannya yakni tujuan pendidikan, guru harus memahami masalah manajemen. Dalam hubungannya dengan 62 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 manajemen pendidikan inilah guru berfungsi sebagai manajer. Menurut Dep. P & K dalam Suryosubroto (2004) tertulis tugas dan tanggung jawab guru sebagai manajer, sebagai berikut: (1) menyuun program pengajaran, (2) menyusun program kegiatan mengajar, (3) menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu, (4) melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid. Kemampuan manajerial guru sudah lama dikenal dalam pendidikan di Indonesia meski dalam konsep sederhana dan ini merupakan syarat mutlak yang dimiliki dan melekat pada setiap pemimpin dan guru. Kemampuan manajerial dapat diimplementasikan bila ditunjang oleh kemampuan guru memahami dan menghayati tentang manajemen itu sendiri. Jika tidak, maka akan kembali kepada model tradisional dalam mengelola pendidikan pada tingkat mikro jelas sangat bertentangan dengan konsep-konsep penyelenggaraan pendidikan modern sekarang ini. Permasalahan yang sering timbul, tidak semua guru akan mampu menjadi sorang manajer kelas yang baik/ handal, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan/kualifikasi guru, guru tidak memahami fungsi-fungsi manajemen, atau mengerti tentang ilmu manajemen tetapi males menerapkan karena terbiasa kerja seadanya dan guru sendiri tidak kreatif dan inovatif. Dengan kondisi seperti ini, proses belajar mengajara akan dikelola menurut seleranya dan menurut alur rutinitas/kebiasaan, sehingga menjadi tidak terkondisi untuk merealisasikan programprogram kerja. Seorang guru yang mempunyai kemampuan manajerial yang baik/ mantap dapat membuat/ menciptakan kondisi sekolah terpacu pada pencapaian program kerja yang terpadu dalam kegiatan yang dimualai perencanaan, pengorganisasiaan, penggerak, dan pengendalian. Selain masalah kemampuan manajerial guru dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kerja guru, guru harus dihadapkan dengan perasaan yang timbul dari dalam dirinya terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Ada rasa puas dan tidak puas terhadap pekerjaannya, hal ini bisa saja ditimbulkan dari kepuasan batin implimentasi kemampuannya sebagai pendidik. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa menimbulkan puas dan tidak puasnya seorang guru terhadap pekerjaannya, perlu dilakukan penelitian yang mendalam untuk mengungkapkannya. Upaya pendayagunaan sumber daya manusia yang ada disekolah atau semua para pegawai (guru, tata usaha, pustakawan, laboran serta lainnya) ditempuh melalui berbagai cara, baik berupa aturan tentang pembinaan pegawai negeri sipil, pengawaan melekat, supervisi pendidikan dan fungsional jabatan guru. Semua bentuk usaha ini bertujuan untuk mempersempit kesenjangan antara tuntutan lembaga pendidikan dengan pemenuhan dan sekaligus kesenjangan antara kebutuhan pegawai negeri sipil dengan kepuasannya, sehingga diharapkan dapat tercapai dengan baik tujuan dari lembaga pendidikan atau sekolah maupun tujuan dari para pekerja yang ada di lembaga tersebut. Dengan pemenuhan kebutuhan itu, individu merasa akan terpuaskan oleh pekerjaannya dan akhirnya akan menumbuhkan kinerja guru yang mantap atau tinggi. Kinerja guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan atau proses belajar mengajar di sekolah atau pada sebuah lembaga pendidikan dan oleh sebab itu perlu dijadikan variabel terikat terikat dan menjadi pokok persoalan yang akan diteliti, namun perlu dipertanyakan bagaimana hubungannya dengan kemampuan manajerial, kepuasan kerja sebagai variabel bebasnya. Oleh karena itu, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh antara kemampuan manajerial guru terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong? 2. Apakah ada pengaruh antara kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong? 3. Apakah ada pengaruh antara kemampuan manajerial guru dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 63 guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong? Studi Literatur Menurut Vroom dalam Mukhlis (1989: 6) memberikan pendapatnya terhadap kemampuan: the term ability ussualy denotes a potensial for performing some task which may or may not be utilized. It refers two what person ’can do’ not ti what ‘does do’. Artinya, istilah kemampuan biasanya berarti suatu potensi untuk melaksanakan berbagai tugas, yang mana mungkin bermanfaat atau tidak bermanfaat. Kemamouan menunjukan kepada apakah seseorang „dapat melakukan bukan pada „apa yang dilakukan‟. Pendapat ini merujuk pada potensi yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan berbagai pekerjaan/tugas. Guru sebagai manajer bukan hal baru, Dep. P & K dalam Suryosubroto (2004:170) tugas dan tanggung jawab guru sebagai manajer, sebagai berikut: menyusun program pengajaran, menyusun program kegiatan mengajar, menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu, melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid. Tugas pada pengertian diatas secara sederhana tergambar masih dalam kegiatan pada tahap perencanaan kegiatan manajemen, masih pada bagian awal pelaksanaan manajemen, meskipun guru sudah diterima secara formal sebagai manajer dalam kelasnya. Paling tidak ada empat komponen fungsi manajemen yang dapat diterapkan oleh guru yaitu fungsi merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengendalikan (planning, organizing, actuating, controlling = POAC) maka guru sudah menjadi seorang manajer yang baik meski tidak tergolong sebai top manajer disekolah atau lembaga pendidikan tempat dia bertugas. Dari uraian George Terry ini, menurut peneliti fungsi manajemen dari Terry ini sudah lebih dari cukup bagi seorang guru bisa dikatakan sebagai seorang manajer, khususnya dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam proses belajar mengajar disekolah. Kepuasan berasal dari kata “puas” yang berarti merasa senang (lega, terpenuhi hastrat hati). As‟ad dalam Kaspul (2003: 41) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Kreitner dan Kinicki “job satisfication is an affectife or emotional respon toward facets ane’s job” (1989: 52). Dalam hal ini kepuasan kerja diartikan sebagai reaksi sikap emosi seseorang terhadap suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Gorton dikatakan “satisfication and morele are attitudinal variabel reflect positive or negativefeeling about particular or person” (1976: 165). Didalam pengertiannya ini kepuasan kerja diartikan sebagai gambaran tentang variabel sikap positif/senang atau sikap negatif/tidak senang seorang pegawai terhadap pekerjaannya. Kepuasan (satisfication) pada umumnya berarti pemenuhan yang di peroleh dari pengalaman melakukan berbagai macam pekerjaan dan mendapatkan ganjaran. Istilah kepuasan digunakan untuk menganalisis hasil yang telah dialami seorang pegawai/guru. Jadi kepuasan adalah konsekuensinya dari imbalan dan hukuman yang dihubungan dengan presentasi yang lalu. Pegawai merasa puas atau tidak puas dengan perilaku, hasil karya dan hubungan imbalan yang sekarang ada. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kepuasan kerja, Gorton (1976) mendifinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan atau keadaan emosi yang positif yang mengakibatkan oleh adanya penghargaan terhadap pekerjaan seseorang. Istilah kepuasan dalam konteks pengajaran menunjuk pada tingkat pemenuhan kebutuhan pribadi dan professional seseorang dalam menjalankan perananya sebagai seorang guru, Gorton dalam Sulaiman, (1992: 53), dan kepuasan kerja menurut Philip Applewhite dalam Byars (1984) memiliki komponen pokok yaitu: (1) Sikap terhadap kerja kelompok, (2) kondisi kerja secara umum, (3) sikap terhadap teman-teman sekerja, (4) keuntungan-keuntungan materi, dan (5) sikap terhadap supervisi. Menurut M. As‟ad dalam Kabul (2003: 51) tentang faktor-faktor penyebab kepuasan kerja ada beberapa indikator untuk mengukur variabel kepuasan kerja yaitu: (1) kesesuaian 64 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 tugas, (2) kesempatan berprestasi, (3) kesempatan untuk maju, (4) pengakuan dan penghargaan, (5) kondisi kerja. Menurut Moeliono (1991: 503) mengemukakan bahwa “kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau presentasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja”. Sedangkan Wahyosumidjo (2002: 429) mengatakan bahwa “kinerja atau penampilan kerja adalah sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja”. M. As‟ad dalam Kabul (2003:17) bahwa seorang yang memiliki pekerjaan dapat melakukan proses kerja, proses krja selalu mempunyai langkah-langkah (prosedur) kerja, prosedur kerja itu senantiasa mengaruh pada pencapaian hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan kerjanya. Apabila suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya, maka akan sampai kepada hasil kerja yang di inginkan, yang merupakan tuntutan pekerjaan tersebut. Tolak ukur dari kinerja adalah tuntutan pekerjaan yang menggambarkan hasil yang ingin dicapai. Seberapa jauh seseorang mampu melakukan pekerjaan dan dibandingkan dengan hasil yang ingin dicapai dinamakan seseorang pada pekerjaan tersebut. Kinerja guru dalam tugas sehari-hari tercermin pada peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam menjalankan perannya dan fungsinya tersebut maka kinerja guru dapat terdapat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilandasi sikap moral dan professional guru. Dalam penelitian ini kinerja guru atau penampilan guru hanya dibatasi dalam hal: (1) menyusun program pengajaran, (2) melaksanakan/menyajikan pengajaran, dan (3) melaksanakan evaluasi belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah gambaran hasil kerja seorang guru yang berkaitan dengan tugas yang di embannya dan didasarkan pada tanggungjawab profesional yang dimiliki oleh guru tersebut. John (1998: 47) mengemukakan bahwa aspek-aspek penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan yaitu prestasi kerja, tanggung jawab, kesetiaan dan pengabdian, prakarsa, kejujuran, disiplin kerja, kerjasama, loyalitas dan kepemimpinan. Sedangkan aspek prestasi kerja dapat di rinci menjadi kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemampuan bekerja sendiri, pemahaman dan pengenalan pekerjaan serta kemampuan memecahkan persoalan. Hamzah B. Uno (2007: 93) menyebutkan bahwa pencapaian kinerja guru dapat di amati melalui 5(lima) dimensi antara lain: (1) kualitas kerja, (2) kecepatan dan ketepatan kerja, (3) inisiatif dalam kerja, (4) kemampuan kerja, (5) komunikasi. Menurut Suderadjat (2002) “Guru merupakan jantungnya lembaga pendidikan”, karena mutu pendidikan suatu sekolah sangat bergantung pada tingkat kinerja guru. Hubungan antara kemampuan manajerial dengan kinerja guru memiliki hubungan yang sangat erat. Kemampuan manajerial merupakan salah satu faktor yang berpengaruh tehadap kinerja guru. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran disekolah, keberadaannya disekolah sangat penting, tanpa kehadiran guru tidak akan terjadi kegiatan pembelajaran secara optimal, penyelesaian permasalahan materi pelajaran tidak tuntas, siswa akan mengalami kebingungan , oleh sebab itu guru mempunyai peran penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Semakin baik dan professional seorang guru maka semakin menjamin keberhasilan proses belajar mengajar dengan demikian kinerja guru semakin mantap dan tidak diragukan lagi kemampuannya. Salah satu penunjang untuk mengukur kinerja guru adalah kemampuan manajerialnya dalam mengelola proses belajar mengajar yang dimulai dengan kemampuan menyusun perencanaan dan strategi pembelajaran, mengorganisasikan bahan pembelajaran dan kesiswaan dalam kela, penggerak untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta pengendalian perbaikan berkelanjutan melalui evaluasi belajar siswa. Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 65 Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan sesuatu yang individual, masingmasing guru mempunyai tingkat kepuasan yang tidak sama sesuai dengan keinginan dan kebutuhan guru semakin tinggi kepuasan yang dirasakannya. Menurut Hoy dan Wiskel dalam Kaspul (2003: 42) faktor-faktor penyebab kepuasan kerja yaitu: prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, dan tanggung jawab. Sementara faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan antara lain: gaji, hubungan pribadi, teknik supervisi, kebijakan organisasi, kondisi kerja, kehidupan pribadi, status, dan keselamatan kerja. Guru yang puas terhadap pekerjaannya akan menimbulkan hasil dari pekerjaannya, karena kepuasan kerja merupakan refleksi sikap akibat dipenuhinya kebutuhankebutuhan yang menunjang pekerjaannya. Dengan dipenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja, seterusnya kepuasan kerja tersebut akan memotivasi seseorang untuk lebih giat dan lebih produktif. Bekerja lebih giat dan lebih produktif pencerminan dari kesuksesan kinerja seseorang. Kepuasan kerja merupakan cermin perasaan seseorang dalam bentuk senang dan tidak senang, puas dan tidak puas. Oleh karena itu wajarlah bila kepuasan kerja itu selalu dijadikan tuntutan setiap individu. Karena itu apabila seseorang merasakan kepuasan dalam bekerja, rasa puas ini akan menimbulkan motivasi kerja, bersemangat, bergairah serta akan dapat mencurahkan segenap kemampuannya untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Dengan demikian akan meningkatkan kinerja guru, sebab guru yang bekerja dengan rasa puas maka dapat menjaga kestabilan motivasi dan kinerja. Kemampuan manajerial guru yang sudah melekat pada diri setiap guru yang professional akan merasa puas terhadap pekerjaannya apabila segala kebutuhan penunjang kerja dipenuhi. Guru bekerja sebagai seorang manajer yang baik pada level atau bidangnya. Jadi jika kemampuan manajerial dan kepuasan kerja guru tinggi atau kedua variabel ini sama-sama tinggi/signifikan akan memnberikan dampak terhadap kinerja guru dan demikian pula sebaliknya, jika kedua variabel tersebut rendah/tidak signifikan maka cenderung kinerja guru juga rendah meskipun tidak sebagai variabel yang mutlak mempunyai pengaruh terhadap kinerja, karena berdasarkan beberapa penelitian lain bahwa kinerja guru juga dipengaruhi banyak hal. Kaspul (2003:43) Jadi, tidak terbatas pada kemampuan manajerial dan kepuasan kerja guru semata. Kemampuan Manajerial Guru (X1) Kinerja Guru (Y) Kepuasan Kerja Guru (X2) Gambar 1 : Model Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dalam hal ini dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: 1. Kemampuan manajerial guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. 2. Kepuasan kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. 3. kemampuan manajerial guru dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. Metode Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian korelasional yaitu penelitian yang sifatnya melukiskan hubungan yang terdapat dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan varian-varian pada satu atau lebih faktor lain (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA yang terdapat di wilayah Kabupaten Tabalong. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 265 orang Mengingat jumlah populasi yang cukup besar maka dalam penelitian ini 66 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 diambil sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi.Dengan menggunakan table Krejcie- Morgan dengan tingkat kesalahan 5% apabila populasi 265 orang maka sampel 159 orang. Dari 265 guru SMA, maka sampel yang diambil sebanyak 159 mengacu kepada populasi 270 orang. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Probability Sampling dengan Pengambilan Sampel Proporsional (Proportional Random Sampling), yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan proporsi atau jumlah dari setiap populasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Proporsi Sampel Penelitian N Nama Sekolah Jumlah Jumlah o. Guru Sampel 1. SMA Negeri 1 Tanjung 38 23 2. SMA Negeri 2 Tanjung 46 27 3. SMA Negeri 3 Tanjung 25 15 4. SMA Negeri 1 Tanta 13 8 5. SMA Negeri 1 Muara 23 14 Harus 6. SMA Negeri 1 Jaro 20 12 7. SMA Negeri 1 Kelua 30 18 8. SMA Negeri 1 Muara 32 19 Uya 9. SMA Negeri 1 Upau 21 13 10. SMA Negeri 1 Haruai 17 10 Jumlah 265 159 Agar dapat diperoleh kejelasan dan menghindari perbedaan persepsi antara penulis dan pembaca dalam menafsirkan permasalahan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengertian sebagai berikut: 1. Kemampuan manajerial guru Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan manajerial guru adalah suatu kemampuan guru dalam melaksanakan dan mengelola Kegiatan Belajar Mengajar. Adapun yang menjadi indikator untuk mengukur kemampuan manajerial guru meliputi: (1) kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran, (2) kemampuan mengorganisasi bahan pembelajaran siswa, (3) kemampuan menggerakkan, dan (4) kemampuan mengendalikan dan evaluasi. 2. Kepuasan kerja guru Kepuasan kerja adalah gambaran tentang sikap dan peranan positif atau negative atau perasaan senang atau tidak senang yang dimiliki seorang pegawai/karyawan. Kepuasan kerja individu merupakan sesuatu yang individual, masing-masing karyawan (guru) mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini indicator untuk mengukurvariabel kepuasan kerja yaitu: (1) kesesuaian tugas, (2) kesempatan untuk berprestasi, (3) kesempatan untuk maju, (4) pengakuan dan penghargaan. 3. Kinerja guru Kinerja guru adalah gambaran hasil kerja seorang guru yang berkaitan dengan tugas yang diembannya dan didasarkan pada tanggungjawab professional yang dimiliki oleh guru tersebut. Kinerja guru adalah unjuk kerja guru, untuk kerja yang dikaitkan dengan tugas yang diemban yang merupakan tanggungjawab profesionalnya. Indicator yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja guru yaitu: (1) kualitas kerja, (2) kecepatan atau ketepatan kerja, (3) inisiatif dalam kerja, (4) kemampuan dalam kerja, (5) kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Distribusi frekuensi dari data yg telah dikumpulkan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dan lamanya bekerja. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Valid Lak-laki 67 42,1 42,1 Perempuan 92 57,9 57,9 Total 159 100,0 100,0 Cumulative Percent 42,1 100,0 Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 67 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Kurang dari 5 tahun 5 sampai 10 tahun Lebih dari 10 tahun Total Dari 159 responden, sebanyak 42,1% atau 67 orang adalah laki-laki dan 57,9% atau 92 orang adalah perempuan. Hasil ini mennjukkan bahwa jumlah guru laki-laki dan perempuan di Tabalong tidak jauh berbeda. Distribusi frekuensi berdasarkan lamanya bekerja dapat dilihat pada tabel 3. Hasil uji validitas untuk variabel Kemampuan Manajerial (X1) dapat dilihat pada tabel 4, sedangkan hasil uji reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 5. Semua instrumen variabel Kemampuan Manajerial (X1) dinyatakan valid karena nilai sig < α 0,05, maka semua instrumen Kemampuan Manajerial (X1) akan diikutkan dalam uji reliabilitas dan analisis data selanjutnya. Tabel 4. Uji Validitas Variabel Kemampuan Manajerial (X1) Instrumen Sig. r hitung X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 X1.16 X1.17 0,717 0,722 0,581 0,589 0,561 0,798 0,822 0,737 0,796 0,797 0,765 0,810 0,671 0,734 0,756 0,799 0,838 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Tabel 5. Uji Validitas Variabel Kemampuan Manajerial (X1) Cronbach‟s N of N of rtabel Alpha Items Respondens 0.764 18 159 0.210 Dari 159 responden, sebanyak 32,7% atau 52 orang adalah responden dari lama 52 81 26 159 32,7 50,9 16,4 100,0 Valid Percent 32,7 50,9 16,4 100,0 Cumulative Percent 32,7 83,6 100,0 bekerja kurang dari 5 tahun, 50,9% atau 81 orang adalah responden dari lama bekerja 5 sampai 10 tahun, 16,4% atau 26 orang adalah responden dari lama bekerja lebih dari 10 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata guru di Kabupaten Tabalong sudah mengabdi lebih dari 5 tahun. Hasil uji reliabilitas instrumen Kemampuan Manajerial (X1) menunjukkan nilai alpha sebesar 0,764, maka instrumen Kemampuan Manajerial (X1) dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi. Hasil uji validitas untuk variabel Kepuasan Kerja (X2) dapat dilihat pada tabel 6, sedangkan hasil uji reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 6. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja (X2) Instrumen Sig. r hitung X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15 0,785 0,862 0,834 0,313 0,839 0,862 0,746 0,668 0,867 0,881 0,586 0,821 0,270 0,840 0,782 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Semua instrumen variabel Kepuasan Kerja (X2) dinyatakan valid karena nilai sig < α 0,05, maka semua instrumen Kepuasan Kerja (X2) akan diikutkan dalam uji reliabilitas dan analisis data selanjutnya. Hasil uji reliabilitas instrumen Kepuasan Kerja (X2) menunjukkan nilai alpha sebesar 0,765, maka instrumen Kepuasan Kerja (X2) dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi. Selanjutnya, hasil uji validitas untuk variabel Kinerja Guru (Y2) 68 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 dapat dilihat pada tabel 8, sedangkan hasil uji reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 7. Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja (X2) Cronbach‟s N of N of rtabel Alpha Items Respondens 0.765 16 159 0.210 Semua instrumen variabel Kinerja Guru (Y) dinyatakan valid karena nilai sig < α 0,05, maka semua instrumen Kinerja Guru (Y) akan diikutkan dalam uji reliabilitas dan analisis data selanjutnya. Hasil uji reliabilitas instrumen Kinerja Guru (Y) menunjukkan nilai alpha sebesar 0,756, sedangkan batas minimum nilai alpha instrumen yang reliabel adalah 0,6, oleh karena itu instrumen Kinerja Guru (Y) dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi. Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut dapat diandalkan, yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya, yaitu analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis diketahui hasil uji regresi berganda pada Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja Guru terhadap Kinerja Guru dapat dilihat pada tabel 10, 11, dan 12. Dari nilai Adjusted R Square .menunjukkan nilai sebesar 0,335 atau jika ditulis dalam bentuk presetasi sama dengan 33,5%. Artinya variabel Y (Kinerja Guru) dipengaruhi sebesar 33,5% oleh Kemampuan Manajerial (X1) dan Kepuasan Kerja (X2), sedangkan sisanya sebesar 66,5% dipengaruhi oleh varibel lain diluar itu. Tabel 8. Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) Instrumen rhitung Sig. Y.1 0,649 0,000 Y.2 0,744 0,000 Y.3 0,738 0,000 Y.4 0,701 0,000 Y.5 0,812 0,000 Y.6 0,691 0,000 Y.7 0,723 0,000 Y.8 0,789 0,000 Y.9 0,783 0,000 Y.10 0,597 0,000 Y.11 0,777 0,000 Y.12 0,736 0,000 T.13 0,371 0,000 Y.14 0,776 0,000 Y.15 0,511 0,000 Y.16 0,563 0,000 Y.17 0,684 0,000 Y.18 0,228 0,000 Y.19 0,786 0,000 Y.20 0,589 0,000 Y.21 0,724 0,000 Y.22 0,705 0,000 Y.23 0,738 0,000 Y.24 0,738 0,000 Y.25 0,759 0,000 Y.26 0,678 0,000 Y.27 0,855 0,000 Y.28 0,675 0,000 Y.29 0,654 0,000 Y.30 0,738 0,000 Tabel 10. Analisis Regresi Uji Simultan Model Sum of Squares 1 Regression 11226,785 Residual 21420,988 Total 32647,774 Tabel 9. Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) Cronbach‟s N of N of rtabel Alpha Items Respondens 0.756 31 159 0.210 Df Tabel 11. Koefisien Determinasi Model R R Adjusted R Square Square 1 ,586a ,344 ,335 2 156 158 Mean Square 5613,393 137,314 Std. Error of the Estimate 11,71811 F Sig. 40,880 .000a Durbin-Watson 1,697 Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 69 Tabel 12. Analisis Regresi Uji Parsial Model 1 (Constant) KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPUASAN KERJA Unstandardized Coefficients B Std. Error 46,155 8,344 ,725 ,123 ,395 Standardized Coefficients Beta ,110 Adapun model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = 46,155 + 0,725 X1 + 0,395 X2 + e 1. Pada saat X1 = 0 (Kemampuan Manajerial 0), maka Kinerja Guru adalah sebesar 46,155. 2. Setiap kenaikan Kemampuan Manajerial (X1) sebesar satu satuan, maka Kinerja Guru akan meningkat sebesar 0,725. 3. Setiap kenaikan Kepuasan Kerja (X2) sebesar satu satuan, maka Kinerja Guru akan meningkat sebesar 0,395. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan, maka dapat diuji kebenaran dari hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut: 1. Uji t terhadap variabel Kemampuan Manajerial (X1) didapatkan thitung sebesar 5,896 dengan signifikan t sebesar 0,000. Karena thitung > ttabel (5,896>1,960) atau signifikan t < 5% (0,000<0,05), maka secara parsial variabel Kemampuan Manajerial (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja Guru (Y). H0 ditolak. 2. Uji t terhadap variabel Kepuasan Kerja (X2) didapatkan thitung sebesar 3,576 dengan signifikan t sebesar 0,000. Karena thitung > ttabel (3,576>1,960) atau signifikan t < 5% (0,000<0,05), maka secara parsial variabel Kepuasan Kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja Guru (Y). H0 ditolak. 3. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 40,880 (signifikan F = 0,000). Jadi Fhitung > Ftabel (40,880>3,000) atau Sig F < 5% (0,000<0,005). Artinya secara bersama-sama variabel Kemampuan Manajerial (X1) dan Kepuasan Kerja (X2) berpengaruh t Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF ,425 5,531 5,896 ,000 ,000 ,808 1,238 ,258 3,576 ,000 ,808 1,238 signifikan terhadap variabel Kinerja Guru (Y). Kemampuan manajerial berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA se Kabupaten Tabalong dengan angka t-hitung sebesar 5,896 dan nilai Sig. 0.000 < 0.005. Beberapa temuan dalam penelitian ini bahwa guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong secara umum memiliki kemampuan manajerial yang tinggi. Kemampuan manajerial dikemukakan oleh Gibson (1990) menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan, kemampuan berhubungan erat dengan fisik dan mental yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan, kemampuan berhubungan erat dengan fisik dan mental yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaannya.Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang akan mempunyai kemampuan manajerial yang berbeda-beda dalam setiap bidangnya atau kemampuan tersebut adalah kualitas hakiki yang melekat pada diri seseorang. Karakteristik yang dimiliki oleh individu, antara individu yang satu dengan individu tertentu saja memiliki tingkat kemampuan yang berbeda yang ditunjukan oleh suatu pekerjaan yang dihasilkan. Tinggi rendahnya kinerja dalam suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang pemimpin dan keryawannya dalam menjalankan fungsi manajerialnya dan tujuan organisasinya. Dalam penelitian ini ditemukan buktibukti adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial guru terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. Hal ini sejalan dengan temuan Herzberg bahwa ada sejumlah faoktor yang mempengaruhi gairah kerja manusia. Hal ini dipertegas oleh Winardi (2000) bahwa 70 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 kemampuan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan dapat menimbulkan dorongan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Kemudian menggambarkan bahwa kemampuan manajerial merupakan faktor kualitas seseorang dalam melakukan aktivitas manajemen untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Hal ini memberikan indikasi bahwa kemampuan manajerial memiliki pengaruh yang meingsyaratkan bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial seseorang maka ada kecendrungan kinerja positif, demikian pula sebaliknya kemampuan manajerial yang rendah ada kecendrungan kinerja seseorang negatif. Dalam teori yang telah disampaikan bahwa guru adalah ujung tombak dari keberhasilan organisasi sekolah, sehingga seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan proses manajemen. Semakin baik dan professional seorang guru maka semakin menjamin keberhasilan proses belajar mengajar dengan demikian kinerja guru semakin mantap dan tidak diragukan lagi kemampuannya. Salah satu penunjang untuk mengukur kinerja guru adalah kemampuan manajerialnya dalam mengelola proses belajar mengajar yang dimulai dari kemampuan menyusun perencanaan dan strategi pembelajaran, mengorganisasikan bahan pembelajaran dan kesiswaan dalam kelas. Penggerakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta pengendalian perbaikan berkelanjutan melalui evaluasi belajar siswa. Ada pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru di SMA se Kabupaten Tabalong dengan angka t-hitung sebesar 3.576 dan nilai Sig. 0.000 < 0.005. Beberapa temuan dalam penelitian ini bahwa guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong secara umum memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Dari hasil kuisioner menunjukan bahwa pada indicator kesempatan berprestasi merupakan indicator yang paling tinggi skala sikapnya terutama dalam hal dukungan untuk berprestasi. Sedangkan kesempatan untuk maju berada pada urutan kedua dimana kepuasan kerja guru pada item adanya kesempatan untuk maju lebih tinggi dari item dukungan untuk memajukan sekolah. Kepuasan kerja guru lebih tinggi dari item dukungan untuk memajukan sekolah. Kepuasan kerja guru dalam pengakuan dan penghargaan berada pada urutan paling bawah. Terutama pada item penghargaan masyarakat yang dianggap masih belum optimal bagi guru. Dalam penelitian ini ditemukan buktibukti adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. Hal ini sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja juga merupakan implementasi dari teori keseimbangan yang mengatakan bahwa seseorang akan menunjukkan prestasi yang optimal bila ia mendapatkan manfaat (benefit) dan terdapat adanya rangsangan dalam pekerjaanya secara adil dan masuk akal. Kinerja yang optimal akan dapat dicapai jika terdapat rasa keadilan yang dirasakan pegawai dimana selain dalam bekerja harus mendapatkan manfaatnya kemudian seseorang pegawai harus mendapat motivasi sebagai rangsangan, keadilan dalam bekerja dan masuk akal, dalam artian bahwa diantara sesame pegawai haruslah terdapat keadilan mendapat tugas dan insentif yang diperoleh (Sinambela, 2005) Kepuasan ini terjadi apabila kebutuhankebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan yang dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Guru yang puas terhadap pekerjaannya akan menimbulkan hasil dari pekerjaannya, karena kepuasan kerja merupakan refleksi sikap akibat dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang menunjang pekerjaanya. Dengan dipenuhinya kebutuhan tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja, seterusnya kepuasan kerja itu akan memotivasi seseorang untuk lebih giat dan lebih produktif. Bekerja lebih giat dan produktif Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 71 merupakan pencerminan dari kesuksesan kinerja seseorang. Kepuasan kerja merupan cermin perasaan seseorang dalam bentuk senang dan tidak senang, puas dan tidak puas. Ada pengaruh kemampuan manajerial dan kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru di SMA se Kabupaten Tabalong dengan angka F-hitung sebesar 40.880 dan nilai Sig. 0.000 < 0.005. Dalam penelitian ini ditemukan bukti-bukti terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial guru dan kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong. Hal ini sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa kinerja adalah senantiasa berpengaruh dengan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab melalui hasil kerja seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas individunya. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan , usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Maluyu S.P Hasibuan (2001) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Hal ini juga tidak bertentangan dengan pendapat Mitchel yang dikutip Sinambela (2005) bahwa kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi dan kemampuan. Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya tetapi mempunyai kemampuan yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi terdapat pekerjaan sehingga menimbulkan kualitas kerja yang baik dan menumbuhkan kepuasan terhadap pekerjaan, sebaliknya apabila seseorang mempunyai kemampuan dan kepuaan kerja yang rendah maka kinerja yang dihasilkan rendah pula. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: (1) kemampuan mereka, (2) Motivasi, (3) Dukungan yang diterima, (4) Keberdaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan (5) Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkan pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Hal tersebut menjelaskan bahwa kualitas hakiki dari seseorang dengan orang lain adalah tidak sama, termasuk dalam memampukan seseorang dalam melaksanakan manajemen. Sedangkan kepuasan kerja lebih kepada timbale balik dari suatu upaya yang diberikan dengan rangsangan yang bersifat timbale balik dari suatu pekerjaan. Kemampuan manajerial dan kepuasan kerja bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja atau kinerja guru. Karena masih sangat banyak faktorfaktor lain juga sangat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja. Suatu lembaga dalam penyenggaraannya memerlukan berbagai fungsi manajemen, jadi dirasa sangat wajar jika dalam penelitian ini ditemukan nilai koefisien konstribusi sebesar 33,5% untuk kinerja dari kemampuan manajerial dan kepuasan kerja, yang artinya peran kedua variabel tersebut dalam mementukan kinerja cukup rendah, dengan kata lain masih ada 66,5% nilai kinerja ditentukan oleh faktor-faktor lain selain kemampuan manajerial dan kepuasan kerja. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial guru terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong dengan angka t-hitung sebesar 5,896 dan nilai Sig. 0,000 < dari 0,005. Selain itu, terdapat juga pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Tabalong dengan angka t-hitung sebesar 3,576 dan nilai Sig. 0,000 < dari 0,005. Dari hasil pengujian lain, terdapat pengaruh kemampuan manajerial guru dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SMA Negeri diKabupaten Tabalong dengan angka F- 72 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 1, Maret 2015, hal 60 - 73 hitung sebesar 40,880 dan nilai Sig. 0,000 < dari 0,005. Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tabalong agar kemampuan manajerial yang dimiliki oleh guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong yang pada umumnya tinggi harus terus di pertahankan dan dikembangkan. Karena orang yang tinggi kemampuan manajerialnya akan memberikan hasil kinerja yang baik secara personal maupun didalam organisasi dan masyarakat. Tetapi pada kemampuan manajerial guru dalam mengendalikan dan evaluasi dimana dari hasil pernyataan yang diberikan oleh guru berada pada urutan paling bawah, sehingga hal ini harus menjadi perhatian untuk dapat menjadi prioritas dalam mengembangkan kemampuan manajerial guru. Kepuasan kerja yang dimiliki oleh guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong yang pada umumnya tinggi perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena guru yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi. Karena kinerja yang optimal akan dapat dicapai jika terdapat rasa keadilan yang dirasakan pegawai dimana selain dalam bekerja harus mendapatkan manfaatnya kemudian seorang pegawai harus mendapat motivasi sebagai rangsangan, keadilan dalam bekerja dan masuk akal, dalam artian bahwa diantara sesame pegawai haruslah terdapat keadilan mendapat tugas dan insentif yang diperoleh. Kepuasan kerja guru dalam pengakuan dan penghargaan berada pada urutan paling bawah. Sehingga hal ini juga harus menjadi perhatian untuk dapat dibuat prioritas dalam mengatasi kepuasan kerja guru. Kinerja suatu instansi yang baik akan dipengaruhi oleh kinerja pegawai, oleh sebab itu apabila kinerja instansi ingin diperbaiki tentunya kinerja pegawai perlu diperhatikan. Untuk dapat mengetahui kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Tabalong perlu dibuat standar pencapaiannya melalui pernyataan tentang berbagai kondisi yang diharapkan dalam pekerjaan. Bagi peneliti selanjutnya dibidang ini disarankan untuk melakukan penelitian yang serupa pada objek yang berbeda dengan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Selain itu disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan pendekatan kualitatif atau dengan kajian teoritis yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsemi, (1990), Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Keguruan. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto Suharsemi, (1998), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto Suharsemi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Amirullah dan hanafi, Rinyah, (2002), Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bedeian and Buford. (1988), Management In Extention, 2 no Edition, Alabama Cooperative Extention Service, Aubum University: Alabama. Byars, L. and Rue, L. W. 1991. Human Resources Management. Boston: Hanewood Furqon. (1999). Statistik Penerapan Dalam Pendidikan, Bandung: Alphabeta. Gorton, (1976), School Administration, Debuquelowa: Wn. C. Brown Company Publisser. Hamzah B. Uno, (2007). Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara. Hoy, W. K. and Miskel, C. G. 2001. Educational Administration: Theory, Research, and Practice. New York: Random House by Lane Akers Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. John, S. 1988. Penilaian Pelaksanaan dan Pengembangan Karyawan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Kaspul, (2003), Pelaksanaan Pembinaan Kepala Sekolah (Supervisi) Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Guru Hubungannya dengan Peningkatan Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota Banjarmasin. Bandung: (Tesis), Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung. Amali, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Kepuasan Kerja…. 73 Kreitner & Kinicki, (1989), Organization Behavior. Bort Arizona State University (Home Wood II Boston). Koontz, Harold, Cyril O‟Donnel Heinz Weinrich, (1984), Management, eight edition, McGraw-Hiil Internasional Book Company, Auckland. Maslow, (1987), Motivation and Personality, third edition, Harper & Row Publesheress, Inc. New York Combridge. Mukhlis, (1998) Analisis Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepada Sekolah Terhadap Kebersilan Program SLTP Negeri di Kabupaten Semarang, Yogyakarta: (Tesis), Program Magister Manajemen, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sukaryono, (1993), Korelasi Antar Kepuasan Kerja Dengan Motivasi Kerja Juru Penerang: Kasus Pada Departemen Penerangan Kabupaten Kediri, IKIP Malang: Proyek P2T. Sergiovanni, (1969), Organization and Human Behavior, New York: Mc Craw-Hill Book Company Sumatri, (1995), Motivasi Berprestasi Para Dosen tetap di Perguruan Tinggi Swasta se Kota Administratif Jember (Tesis tidak dipublikasikan), Malang :PPS IKIP Malang. Suryo Subroto, B. (2004) Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta. Sulaiman, (1992) Hubungan Antara Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Baanjarmasin (Tesis), Malang: IKIP Malang. Sugiyono. 2003, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabita. Sugiyono.2006, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabita. Sudjana, 2002, Metode Statistik, Bandung: Transito.. Wahyu Sumidjo, (2002), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Radja Grafindo.