analisis pengendalian biaya operasional pada cv.cahaya bina

advertisement
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL PADA CV.CAHAYA BINA
LESTARI BANJARMASIN
Suzi Suzana
Sugiannor
Email. [email protected]
ABSTRAK
Pihak Manajemen harus melakukan proses penetapan budgeting terhadap
anggaran disetiap bulannya sehingga bisa ditargetkan setiap bulannya anggaran
yang dikeluarkan dengan batas toleransi maksimal 5%. Jadi penetapan laporan
anggaran harus disertakan dengan laporan Budjeting atau target budget biaya
operasional sehingga setiap unit kerja atau kepala kerja harus bisa menekan
membengkak nya anggaran yang keluar melebihi batas toleransi. .Manajemen
harus bertindak tegas terhadap penyimpangan– penyimpangan yang terjadi serta
mencegah hal tersebut terjadi melalui penerapan sistem kerja yang baik dan benar
serta bertanggung jawab.
Selain itu perusahaan dapat juga mengetahui dan membandingkan antara
realisasi dan anggaran nya. Dilihat pada analisa beberapa biaya yang mengalami
favorable dan unfavorable terdapat adanya perbedaan kenaikan dan penurunan
yang tidak terus menerus dari tahun 2011 s/d 2013.
Melakukan penghematan terhadap biaya - biaya yang di rasa perlu untuk
dikurangi seperti biaya ATK dan listrik dengan melakukan penghematan untuk ATK
dan penggunaan Telepon yang lebih efektif dalam berkomunikasi ,hemat energi
listrik dan penggunaan air agar lebih di jaga dan seperlunya.
Kata Kunci : Pengendalian Biaya Operasional
OPERATIONAL COST CONTROL ANALYSIS ON SUSTAINABLE DEVELOPMENT
CV.CAHAYA Banjarmasin
ABSTRACT
Parties Management must make the process of determination of budgeting to
budget each month so that it can be targeted monthly budget spent with maximum
tolerance limit of 5%. So fixing the budget report should be included with the report
Budjeting or target budget operating costs so that each unit of work or working head
should be pressing its budget swell out beyond the limit of tolerance. .
Manajemen Must act decisively against deviations that occur and prevent it
happening through the implementation of a system that is working properly and
responsibly. In addition, the company can also determine and compare between
realization and its budget. Seen on the analysis of some of the costs experienced
favorable and unfavorable are the differences that do not increase and decrease
continuously from 2011 s / d in 2013.
Make savings on the cost - the cost of which is in a sense need to be reduced
as the cost of supplies and electricity to make savings for the ATK and use the
phone to communicate more effectively, saving electrical energy and water use to be
more on guard and as needed.
Keywords: Control of Operating Costs
80
81
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Latar Belakang
Pada
masa
sekarang
ini
pemerintah
sedang
giat–giatnya
melaksanakan
pembangunan
di
segala bidang, yang menitik beratkan
pada bidang ekonomi, dimana sektor
jasa konstruksi listrik merupakan
faktor yang sangat menunjang dalam
terciptanya landasan yang kokoh
untuk
membina
kerangka
perekonomian Indonesia atas dasar
kekuatan sendiri menuju masyarakat
adil dan makmur sesuai tujuan cita–
cita bangsa Indonesia.
Demikian juga perhatian terhadap
pembangunan dan peningkatan jasa
konstruksi dan instalasi listrik patut
mendapat tempat yang seimbang
pada saat ini guna menunjang
kelancaran
proses
pemerataan
kepada pengguna daya listrik di
seluruh lapisan masyarakat.
Dalam setiap perusahaan pasti
memiliki system organisasi dan
mempunyai tujuan yang sama untuk
mencari keuntungan atau laba yang di
inginkan, tetapi secara prosedur
perusahaan
dengan
cara
menyediakan barang atau jasa yang
akan dibutuhkan oleh masyarakat
dalam
penggunaannya
tersebut
menjadikannya suatu kegiatan usaha.
Biaya operasional merupakan biaya
yang
dikeluarkan
untuk
biaya
operasional usaha suatu perusahaan.
Pengendalian biaya operasional
merupakan proses yang sangat
penting melalui manajer selaku
pimpinan yang bertanggung jawab
terhadap
aktivitas
yang
telah
direncanakan. Dalam dunia usaha
diperlukan suatu pengendalian untuk
mengatur
jalannya
perusahaan
sehingga
tercapai
tujuan
yang
diinginkan.
Pengendalian
biaya
operasional harus di dahului dengan
penentuan biaya yang seharusnya
dikeluarkan dalam proses usaha jasa
yang di lakukan. Jika biaya yang
seharusnya
telah
ditetapkan,
akuntansi biaya bertugas untuk
memantau apakah pengeluaran biaya
yang dianggarkan sesuai dengan
realisasinya.
Akuntansi
biaya
kemudian
melakukan
analisis
terhadap penyimpangan anggaran
dengan realisasinya dan menyajikan
informasi
mengenai
penyebab
terjadinya selisih tersebut. Dari
analisis
penyimpangan
dan
penyebabnya tersebut manajemen
akan
dapat
mempertimbangkan
tindakan koreksi, jika hal ini perlu
dilakukan. Dari analisis ini juga
manajemen puncak akan dapat
mengadakan penilaian prestasi para
manajer dibawahnya. Akuntansi biaya
untuk tujuan pengendalian biaya
operasional ini lebih ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pihak dalam
perusahaan.
CV. Cahaya Bina Lestari
Banjarmasin merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pengadaan
barang dan jasa konstruksi listrik.
Dimana sangatlah penting kualitas
barang dan jasa yang dihasilkan
sesuai dengan harapan pengguna.
Dengan
memperhatikan
laporan
keuangan. Di dalam pengendalian
biaya masih belum sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan
dalam setiap aktifitasnya. Hal ini dapat
dilihat bahwa setiap tahun terjadi
kenaikan terhadap biaya operasional
yang mengakibatkan bertambah nya
jumlah biaya tersebut karena harga
bahan baku & biaya transportasi
angkutan yang juga setiap tahun
mengalami kenaikan.
Rumusan masalah
Bagaimana pengendalian biaya
operasional
yang
seharusnya
dilakukan CV. Cahaya Bina Lestari
Banjarmasin agar menjadi efektif ?
82
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana
pengendalian biaya operasional dan
memberikan
solusi
terhadap
pengendalian biaya operasional yang
semestinya harus dilakukan oleh
pihak CV. Cahaya Bina Lestari
Banjarmasin agar menjadi lebih
efektif.
Pengertian Pengendalian Biaya
Operasional
Dalam
setiap
perusahaan,
pengendalian biaya ini sangatlah
penting dan harus diperhatikan oleh
suatu
perusahaan
dalam
pengendaliannya, yang mana hal ini
langsung
berhubungan
dengan
keuangan
perusahaan.
Hal
ini
berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan dimasa yang akan
datang. Oleh karena itu pihak
perusahaan
dengan
segala
kemampuan
berusaha
untuk
melakukan evaluasi terhadap biaya–
biaya
perusahaan
dalam
arti
mempergunakan biaya yang telah di
anggarkan secara efektif dan efisien
sehingga perusahaan dapat selalu
meningkatkan kinerja dan keuntungan
dalam setiap periode.
Menurut
pendapat
yang
dikemukakan oleh Lowrence (2007;8)
pengendalian adalah suatu proses
untuk memeriksa kembali, menilai dan
selalu memonitor laporan–laporan
apakah
pelaksanaannya
tidak
menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu adanya
langkah–langkah
komparasi
(perbandingan ) antara hasil yang di
capai
dengan
anggaran
yang
ditetapkan dalam perencanaan untuk
mengetahui dan menilai prestasi
sebelumnya
dan
meletakkan
tanggung
jawab
jika
ada
penyimpangan. Dengan demikian
pelaksanaan kegiatan perusahaan
dapat diharapkan adanya peningkatan
perolehan laba dalam pengiriman per
periode.
Hal ini dapat didefinisikan bahwa
pengendalian adalah keseluruhan dari
kegiatan–kegiatan
yang
membandingkaan atau mengukur apa
yang sedang dilakukan atau sudah
dilaksanakan dengan kriteria, norma,
standar atau perencanaan yang sudah
ditetapkan sebelumnya .
Sedangkan menurut Gordon
Welch (2005; 54) merumuskan
pengendalian dengan perbandingan
tahunan yang direncanakan terhadap
yang benar–benar terjadi serta
membandingkan anggaran. Hal yang
sama
juga
diartikan
oleh
Purnawatiningsih (2005; 393) bahwa
pengendalian
adalah
proses
pengecekan rencana dan penelusuran
penyimpangan dari arah yang telah
direncanakan suatu aktifitas yang
berkesinambungan.
Menurut
Halim
(2007;6)
pengendalian
adalah
suatu
pendekatan baru untuk anggaran dan
penelitian aktifitas yang dibutuhkan
perusahaan,
pengendalian
juga
membantu Manajemen untuk bisa
memonitor ke efektifan aktivitas
perencanaan, pengorganisasian dan
kepemimpinan
yang
dimiliki
perusahaan ini. Bagian penting dari
proses
pengendalian
adalah
pengambilan tindakan korektif yang
diperlukan.
Pengendalian
atau
pengawasan adalah proses untuk
menjamin
bahwa
tujuan–tujuan
organisasi dan manajemen tercapai.
Hal ini menunjukkan bukti adanya
hubungan yang sangat erat antara
perencanaan
dan
pengawasan.
Berarti
pengawasan
manajemen
adalah
usaha
sistematik
untuk
menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan–tujuan perencanaan
merancang system informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata
83
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Bagi perusahaan yang bertujuan
untuk mencari laba tentunya berusaha
untuk memaksimalkan laba dengan
menekan biaya yang akan dikeluarkan
secara seefisien mungkin. Sedangkan
perusahaan yang tujuan utamanya
bukan untuk mencari laba akan
berusaha memberikan pelayanan atau
jasa untuk memuaskan pelayanan
kepada pelanggan dengan sebaik–
baiknya.
Anggaran Biaya Operasional
Anggaran merupakan suatu alat
untuk perencanaan dan pengawasan
operasi keuntungan dalam suatu
organisasi laba dimana tingkat
formalitas suatu budget tergantung
besar kecilnya organisasi. Untuk
melaksanakan tugas diatas, tentu saja
diperlukan rencana yang matang.
Pentingnya Pengendalian Biaya
Operasional
Setiap tindakan atau kebijakan
sudah menjadi ketentuan dalam
perusahaan
dan
mempunyai
kepentingan
dan
tujuan
yang
diharapkan.
Pada analisa terakhir
bahwa pengendalian biaya ini penting
digunakan untuk memperoleh jumlah
produksi atau hasil yang maksimal
dengan kualitas yang diinginkan dari
pemakaian sejumlah fasilitas yang
menjadi
pendukung
kinerja
perusahaan.
Dengan
demikian
pentingnya pengendalian biaya untuk
memperoleh hasil yang sebaikbaiknya dengan mengorbankan biaya
sekecil–kecilnya dengan kondisi yang
ada
diperusahaan,
selain
itu
pengendalian juga bertujuan untuk
menjamin agar pelaksanaan sesuai
dengan yang direncanakan.
Pentingnya pengendalian biaya
memang dapat dipahami karena untuk
menjalankan
organisasi
dan
perusahaan memang diperlukan biaya
yang tidak sedikit jumlahnya, namun
berarti tidak bisa dikendalikan. Biaya–
biaya yang direalisasikan untuk
operasional
perusahaan
sesuai
dengan
perkembangan
volume
kegiatan perusahaan, sehingga dari
ketidaktepatan
inilah
biaya
operasional harus diimbangi dengan
langkah-langkah pengendalian yang
lengkap. Untuk menjamin upaya
pelaksanaan pengendalian sesuai
dengan perencanaan, maka ada tiga
aspek yang harus diperhatikan yaitu:
a. Standar yang menggambarkan
pelaksanaan yang dikehendaki.
Standar–standar yang seperti ini
biasanya bersifat nyata atau tidak
nyata, apabila setiap orang yang
bersangkutan memahami hasil
yang
diinginkan,
maka
pengendalian
akan
dapat
bermanfaat.
b. Perbandingan antara hasil dengan
standar
evaluasi
ini
harus
dilaporkan kepada orang–orang
yang
berkepentingan
dengan
pengendalian.
c. Tindakan
koreksi
laporan
pengendalian
tidak
ditentukan
apabila tindakan koreksi diambil
dan ditemukan bahwa kegiatan
yang dilakukan tidak menuju arah
tercapainya suatu hasil yang sesuai
dengan perencanaan
.
Penyusunan
Anggaran
Biaya
Operasional
Untuk
proses
pencatatan
dengan tujuan untuk perusahaan
seharusnya merupakan penjabaran
secara lebih terperinci antara masing–
masing tujuan hingga memudahkan
untuk menyusun program kerja yang
akan
dilaksanakan.
Penyusunan
anggaran harus berjalan pararel
dengan pemberian tugas, wewenang
dan tanggung jawab operasional
84
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
sebagaimana tercermin dalam struktur
organisasi.
Berkaitan dengan penyusunan
anggaran ini lowrence (2007;17)
menyatakan bahwa periode anggaran
merupakan faktor penting dalam
penyusunan rencana anggaran yang
lengkap dan dalam hal ini periode
anggaran dapat disusun atas dasar
sebagai berikut :
1. Anggaran jangka panjang
Anggaran
jangka
panjang
merupakan anggaran yang disusun
oleh perusahaan untuk jangka
waktu beberapa tahun misalnya
3(tiga) atau 5(lima) tahun, dalam
periode atau jangka panjang harus
disusun berdasarkan prospektif
(harapan) mungkin akan terjadi
beberapa tahun yang akan datang
tentang jumlah laba yang dicapai.
2. Anggaran Bulanan
Anggaran bulanan merupakan
anggaran yang disusun dengan
terperinci
untuk
kegiatan
perusahaan selama satu bulan ke
depan agar kegiatan perusahaan
yang akan dilaksanakan sesuai
dana yang dianggarkan oleh
perusahaan.
3. Anggaran Tahunan
Anggaran tahunan dibuat agar
dana anggaran bulanan tidak
terlalu menekan karena aktivitas
kegiatan perusahaan. Akan tetapi
dalam perusahaan perkebunan halhal yang tidak terjadi bisa saja
menjadi
masalah
dalam
perencanaan anggaran tahunan
ataupun bulanan, tapi hal ini ditutup
dengan biaya hasil produksi.
Dari semua faktor penting diatas
untuk lebih efektifnya penyusunan
anggaran
biaya,
maka
pihak
manajemen perlu mengetahui mana
biaya yang terkendali. Sebab dengan
diketahuinya kedua jenis biaya
tersebut, dan biaya yang ada dalam
perusahaan
dapat
diklasifikasi
menurut kedua penggolongan biaya
tersebut maka pihak manajemen akan
lebih
mudah
untuk
menyusun
anggaran.
Wilson (2006;35) berpendapat
bahwa
mendefinisikan
biaya
terkendali (Controllable cost) adalah
biaya yang secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang pemimpin
dalam jangka waktu yang tertentu
pula. Sedangkan biaya tak terkendali
(Uncontrollable Cost) adalah biaya
yang berdasarkan wewenang yang dia
miliki atau tidak dapat dipengaruhi
oleh pejabat dalam jangka waktu
tertentu. Untuk biaya terkendali
biasanya terdiri dari biaya tetap,
dimana biaya tersebut tidak dapat
dipengaruhi oleh volume kegiatan
atau aktifitas perusahaan sampai
pada tingkatnya tertentu, sedangkan
biaya tak terkendali biasanya terdiri
dari variabel– variabel, dimana jumlah
totalnya akan berubah sesuai dengan
perubahan
volume
kegiatan
perusahaan.
Teori Biaya Operasional dengan
Rumus
Biaya operasional dirumuskan
dengan atau antara perbandingan
tahunan yang direncanakan terhadap
yang benar-benar terjadi dan proses
untuk memeriksa atau verifikasi
kembali, menilai dan memonitor
laporan-laporan
apakah
pelaksanaannya tidak menyimpang
dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu adanya langkah–langkah
komparasi (Perbandingan) antara
hasil yang diraih dengan anggaran
yang ditetapkan dengan perencanaan
untuk mengetahui dan menilai prestasi
sebelumnya
dan
meletakkan
tanggung jawab jika ada.
85
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Laba
pajak
sebelum
Laba Bersih
=
Pendapatan - Biaya operasional
=
Laba kotor - pajak
Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran merupakan
salah
satu
komponen
laporan
keuangan yang menyajikan informasi
tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding untuk
suatu periode tertentu.
Tujuan
realisasi
anggaran
adalah menetapkan dasar – dasar
penyajian dalam rangka memenuhi
tujuan
akuntabilitas.
Pelaporan
realisasi
anggaran
adalah
memberikan
informasi
tentang
realisasi
dan
anggaran
entitas
pelaporan
secara
tersanding.
Penyandingan antara anggaran dan
realisasinya menunjukkan tingkat
ketercapaian target – target yang telah
di sepakati. Realisasi anggaran
menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam
suatu periode pelaporan yang terdiri
atas unsur pendapatan dan belanja.
Secara umum realisasi anggaran
disusun dan disajikan dengan basis
kas. Basis kas merupakan basis
akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi.
Saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
Metode Selisih Variance atau
analisih variance
Analisis Variance atau analisis
selisih dimaksudkan untuk tujuan
perencanaan
atau
pengendalian
manajerial dalam konteks program
Perencanaan dan Pengendalian Laba
(LPP) yang komprehensif.. Suatu
rencana kerja dan anggaran yang baik
akan dihitung berdasarkan standard
costing untuk unit kegiatan tersebut.
Hingga anggaran tersebut betul-betul
akan dapat dipakai sebagai alat
perencanaan
dan
pengendalian
pendapatan yang teliti.
Menurut Machfoedz Mahmudi
mengemukakan pengertian analisis
variansi atau analisis selisih adalah
sebagai berikut “Analisis selisih
(analisis varians) dilakukan dengan
membandingkan
antara
biaya
sesungguhnya dengan biaya yang
seharusnya atau biaya standar”.
Menurut Sofyan Syafri Harahap
(2009:234) dalam bukunya yang
berjudul “Analisis Kritis atas Laporan
Keuangan”
pengertian
analisis
variansi adalah sebagai berikut :
“Analisis variansi adalah analisis yang
dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya
penyimpangan
realisasi
dibandingkan dengan anggarannya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut
diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu
selisih
dapat
dianggap
menguntungkan
atau
tidak
menguntungkan. Dari analisis variansi
ini diselidiki penyebab terjadinya,
untuk kemudian dicari jalan keluar
untuk mengatasi terjadinya selisih
terutama selisih yang merugikan.
Adapun jenis – jenis Analisis
Variance sebagai berikut:
Menurut Mulyono (1999:72)
dalam Nopy Suprapti ada 2 metode
yang
biasa
digunakan
dalam
melakukan analisa laporan keuangan
1. Single Varince Methode
Dalam metode ini analisa variansi
langsung diperbandingkan antara
apa yang dianggarkan dengan
realisasi yang dicapai oleh masingmasing mata anggaran yang
bersangkutan. Kemudian selisih
yang ada dapat berupa favorable
variance dan sebaliknya akan
berupa
unfavorable
variance
apabila sifatnya negatif. Jika
pendapatan yang dicapai lebih
besar dari anggaran yang telah
ditetapkan maka penyimpangan
86
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
tersebut bersifat favorable. Hal ini
ada beberapa kemungkinan yang
perlu di analisa mungkin karena
anggarannya
yang
ditetapkan
terlalu kecil dan lain-lain.
Dalam metode ini analisa variansi
langsung
memperbandingkan
antara apa-apa yang dianggarkan
dengan realisasi yang dicapai oleh
masing-masing mata anggaran
yang bersangkutan.
Selisih yang ada dapat berupa :
bagi perusahaan
negatif (-)
bagi perusahaan
Misalnya :
a) Pendapatan yang dicapai >
bersifat favorable
b) Biaya yang dicapai
>
bersifat unfavorable
Rumus Perhitungan Single
Variance Analisis yaitu :
Penyimpangan = Realisasi - Anggaran
Penyimpangan
Penyimpangan (%) =
X 100%
Anggaran
2. Two Variance Method
Pada two variance method ini,
misalnya dala jumlah biaya yang
dikeluarkan telah terlampaui dari
yang semula dianggarkan, tetapi
karena
volume
usaha
yang
dicapai/lebih
besar
yang
dianggarkan maka dalam metode
pertama kesimpulan tetap bersifat
negative, tetapi pada metode
kedua
akan
memberikan
kesimpulan yang positif.
Adapun Manfaat dari analisis
variance sebagai berikut :
Menurut Mulyono (1999:73)
dalam Nopy Suprapti Manfaat dari
analisis variansi adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana
penggunaan anggaran.
2. Untuk mengetahui sejauh mana
realisasi
yang
dicapai
dibandingkan dengan target.
3.
Untuk
penyimpanganpenyimpangan
yang
besar
jumlahnya (significance) akan
segera dapat diambil tindakantindakan
koreksi
yang
diperlukan.
Analisis
variance
sering
digunakan untuk evaluasi kinerja yaitu
efektifitas( tingkat seberapa besar
tujuan yang diinginkan tercapai) dan
efisiensi (jumlah input yang digunakan
untuk mencapai level output yang
diinginkan). Dengan input yang
terbatas, dapat menghasilkan output
yang maksimal.
Variance adalah selisih antara
nilai yang terjadi ( aktual ) dengan nilai
yang di anggarkan ( budget ).Variance
sangat membantu manajer dalam
membuat keputusan perencanaan dan
pengendalian khususnya di dalam
perusahaan jasa. Pentingnya analisis
anggaran
dalam
pelaksanaan
kegiatan
perusahaan
dimana
anggaran itu sendiri merupakan ujung
tombak perolehan laba. Penelitian
mengenai
tingkat
keuntungan
perusahaan kontruksi melalui selisih
RAB
pernah
dilakukan
oleh
Abdiansyah
et.al
(2012)
yang
menunjukkan
terjadi
selisih
menguntungkan (favorable variance)
antara anggaran dengan realisasi
biaya proyek disebabkan perusahaan
melakukan pembelian bahan material
dibawah yang telah di anggarkan
serta terjadi potongan pembelian dan
perusahaan
juga
melakukan
pengendalian persediaan kuantitas
bahan baku/material secara efektif
dan efisien serta melakukan efisiensi
dalam mengeluarkan biaya overhead
proyek,
khususnya
dalam
87
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Tabel .1
Anggaran Bulanan Pekerjaan Jaringan
Instalasi Listrik
memperkirakan pemakaian alat-alat
kerja.
Teknis Analisis Data
Teknis analisa data digunakan
dalam penelitian ini adalah secara
deskriftif, yaitu penyusunan dan
penulisan dikemukakan sebagai mana
adanya sehingga tidak bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku dan
dianalisa secara komprektif. Yaitu
membandingkan data anggaran dari
tahun 2011 hingga tahun 2013 datadata tersebut dapat dianalisa dengan
menggunakan konsep teoritis ilmu
akuntansi.
Ket erangan
Biaya Angkut (pengangkut an mat erial ke sit e)
Biaya Sewa Gudang Sement ara
CV. Cahaya Bina Lestari
Banjarmasin berdiri pada tanggal 06
April
2010
terdaftar
sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang
usaha
pembangunan
(General
Contractor) dan Perdagangan umum.
Dimana usaha yang dijalankan lebih
kepada menjalankan usaha jasa
pekerjaan perencanaan, pelaksanaan,
pemasangan dan pengawasan untuk
membangun jaringan serta instalasi
listrik termasuk mechanical dan
electrical wilayah Kalimantan selatan
dan tengah
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini penulis
mendapatkan
anggaran–anggaran
bulanan pekerjaan sebagai kontraktor
listrik. Besar biaya operasional pada
umumnya
selalu
mengalami
perubahan sesuai tingkat aktivitasnya
atau kegiatan perusahaan tersebut.
Perubahan ini seringkali tidak sesuai
dengan
anggaran
yang
telah
ditetapkan oleh Manajer perusahaan.
Besarnya
pengeluaran
biaya
operasional ini semakin membuat
penekanan pada anggaran biaya.
Anggaran rat a-
Anggaran rat a-
rat a perbulan di
rat a perbulan
t ahun 2011
t ahun 2012
di t ahun 2013
(Rp)
(Rp)
4,750,000
5,500,000
(Rp)
6,000,000
1,850,000
2,000,000
2,500,000
72,000,000
71,000,000
75,000,000
11,000,000
12,600,000
13,000,000
15,000,000
15,000,000
3,250,000
3,780,000
4,500,000
950,000
1,250,000
1,458,000
Biaya Pengakt if an Jaringan
3,750,000
5,000,000
584,000
Biaya Gajih Karyawan kant or
8,000,000
10,000,000
12,000,000
Biaya t elpon,Air,dan list rik
1,150,000
1,300,000
1,250,000
Biaya alat t ulis dan administ rasi
1,250,000
1,000,000
950,000
biaya Transport asi
1,850,000
2,000,000
1,500,000
124,800,000
130,430,000
133,742,000
Biaya pembelian bahan
Biaya Tenaga Kerja langsung
Biaya pembuat an SLO
Biaya pembelian bensin
Biaya Papan Proyek
Jumlah Biaya operasional
Gambaran Obyek Penelitian
Anggaran rat arat a perbulan di
15,000,000
Sumber : CV.Cahaya Bina Lestari
CV.Cahaya Bina Lestari dalam
penyusunan
anggaran
biaya
operasional
tampak
mempunyai
standar yang sangat khusus dijadikan
sebagai pedoman dalam penyusunan
anggarannya. Perusahaan ini dalam
penyusunan biaya operasional untuk
masa yang akan datang hanya
mempertimbangkan realisasi biaya
yang telah terjadi pada bulan serta
tahun yang lalu, hal ini menyebabkan
proyeksi laba yang ada dalam
anggaran biaya yang telah ditetapkan
berjumlah Rp.124.800.000,- untuk
rata-rata perbulan ditahun 2011,
Rp.130.430.000,untuk
rata-rata
perbulan
ditahun
2012
dan
Rp.133.742.000
untuk
rata-rata
perbulan ditahun 2013, dimana biaya
ini terkadang tidak seimbang seperti
mengalami kenaikan dan penurunan
dibandingkan dengan realisasi biaya
operasional
yang
sesungguhnya
terjadi.
Untuk menjamin tercapainya
penggunaan biaya operasional lebih
efisien dan dalam menjalankan
pengendalian
biaya
operasional
dengan baik maka haruslah ada suatu
rencana tentang penggunaan biaya
operasional tersebut, yaitu disusunnya
88
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
suatu anggaran. Untuk menyusun
anggaran pihak manajemen harus
mengetahui
kemungkinan
perkembangan biaya pada masa yang
akan datang, karena itu sangat
berpengaruh terhadap manajemen
perusahaan
dalam
menentukan
anggaran.
Upaya
untuk
mendukung
peningkatan
dan
perkembangan
kegiatan usaha perusahaan memang
tidak sedikit biaya yang harus
dikeluarkan dalam usaha tersebut .
Akan tetapi besarnya biaya yang akan
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
usaha perusahaan masih dapat
ditekan yaitu dengan cara melakukan
pengendalian terhadap penggunaan
biaya tersebut. Pengendalian biaya
yang dilakukan terhadap biaya yang
dikeluarkan
dalam
hal
ini
berhubungan dengan operasional
perusahaan tidak dapat dilakukan
hanya oleh pihak tertentu saja, tetapi
hal ini melibatkan seluruh pihak atau
bagian
yang
terdapat
dalam
manajemen perusahaan tersebut.
Keterlibatan seluruh pihak manajemen
perusahaan ini memang sangat
dibutuhkan
dalam
pengendalian
terhadap biaya operasional, karena
biaya
operasional
ini
bersifat
kompleks dan harus dilaksanakan
secara terpadu..
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengendalian biaya operasional
yang telah dilakukan oleh CV. Cahaya
Bina Lestari Banjarmasin saat ini
masih belum maksimal, belum terukur
dan belum di analisa dengan benar,
yaitu dengan banyaknya pengeluaran
yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan mudah tanpa kontrol dan
pertanggung jawaban yang benar.
Penggunaan biaya operasional yang
belum efisien yang mengakibatkan
penurunan keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
Pengendalian biaya
operasional yang telah dilakukan pada
saat ini belum sepenuhnya diterapkan
dalam penetapan anggaran yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini
dapat dilihat yaitu masih belum ada
pemisahan
antara
biaya
yang
terkendali dan biaya tidak terkendali.
Pemisahan
antara
biaya
yang
terkendali yang selama ini hanya pada
biaya telepon,air dan listrik, biaya gaji
karyawan kantror, biaya sewa gudang
sementara, & biaya ATK. Sedangkan
biaya tak terkendali seperti biaya
transportasi, biaya tenaga kerja
langsung, biaya pengaktifan jaringan,
biaya bahan bakar atau bensin, biaya
pembuatan SLO, biaya persedian
bahan, biaya papan proyek, & biaya
angkut material ke site selama ini
masih belum di lakukan analisa
dengan baik dan benar.
Keadaan Biaya operasional
yang terjadi di CV.Cahaya Bina
Lestari setiap
tahunnya
antara
anggaran
dengan
realisasinya
terdapat selisih atau perbedaan
dibeberapa biaya operasional yang
ditetapkan oleh perusahaan. Seperti
pada anggaran ditahun 2011 dengan
total
biaya
yang
dianggarkan
Rp.1.497.600.000,- pada realisasinya
menjadi Rp.1.520.950.000,- dimana
realisasi lebih besar dari pada
anggaran yang ditetapkan. Pada
anggaran tahun 2012 dengan total
biaya
yang
dianggarkan
Rp.1.563.160.000,- pada realisasinya
menjadi Rp.1.613.700.000,- dimana
realisasi
lebih
besar
daripada
anggaran yang ditetapkan. Pada
anggaran tahun 2013 dengan total
biaya
yang
dianggarkan
Rp.1.663.900.000 pada realisasinya
menjadi Rp.1.728.050.000,- dimana
realisasi juga lebih besar daripada
anggaran yang ditetapkan oleh
perusahaan.
89
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Meningkatnya biaya operasional
yang dikeluarkan dalam membiayai
kegiatan suatu proyek atau kontrak
kerja
mengakibatkan
tidak
maksimalnya
keuntungan
yang
diperoleh atau tidak sesuai yang
diharapkan perusahaan. Untuk lebih
jelasnya
peningkatan
biaya
operasional dibandingkan dengan
laba tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2
CV. Cahaya Bina Lestari Banjarmasin
Perbandingan Pendapatan dan Biaya Operasional
No
Tahun
Laba Bersih setelah pajak
Biaya Operasional
1
2011
Rp
68,630,736
Rp 1,520,950,000
2
2012
Rp
119,503,872
Rp 1,613,700,000
2013
Rp
51,986,327
Rp 1,728,050,000
3
Sumber : CV Cahaya Bina Lestari Banjarmasin
Pengendalian biaya operasional
yang seharusnya dilakukan oleh CV.
Cahaya Bina Lestari Banjarmasin dari
kegiatan perusahaan harus terdapat
dalam program target kerja secara
konsisten
dan
terukur,
yang
merupakan
dasar
penetapan
anggaran biaya oleh perusahaan.
Berdasarkan target anggaran inilah
pihak manajemen berusaha untuk
mengendalikan supaya realisasinya
efektif dan lebih efisien atau biaya
tersebut
diusahakan
sehemat
mungkin agar tidak terjadi selisih
antara anggaran dan penggunaannya.
Karena apabila operasional yang
direalisasikan selalu lebih besar dari
anggaran, maka akan merugikan
jumlah perolehan keuntungan (laba)
perusahaan.
Sebenarnya
untuk
menjalankan usaha diperlukan biaya
yang tidak kecil jumlahnya, tetapi
apabila pihak manajemen mampu
melaksanakan pengendalian yang
tepat maka biaya tersebut bisa
dihemat
sehingga
perolehan
keuntungan
atau
laba
dapat
ditingkatkan.
Klasifikasi biaya operasional
CV.Cahaya Bina Lestari untuk biaya
terkendali dan tidak terkendali dalam
tujuan pengendalian biaya sebagai
bahan informasi yang di tujukan
kepada manajemen dikelompokkan ke
dalam :
a. Biaya tetap pada biaya operasional
CV. Cahaya Bina Lestari yaitu
biaya pembuatan SLO, biaya gajih
karyawan kantor, biaya telpon,listrik
dan air, biaya alat tulis dan
administrasi dan biaya sewa
gudang sementara
b. Biaya Overhead pada biaya
operasional CV. Cahaya Bina
Lestari yaitu biaya angkut (
pengangkutan material ke Site ),
biaya pembelian bahan & biaya
tenaga kerja langsung.
c. Biaya
Variabel
pada
biaya
operasional CV. Cahaya Bina
Lestari yaitu biaya pembelian
bensin, biaya papan proyek, biaya
pengaktifan jaringan & biaya
transportasi.
Bila dilihat dalam pelaksanaan
pengendalian biaya operasional yang
terjadi pada CV. Cahaya Bina Lestari
belum terdapat keterpaduan antara
bagian yang ada dalam perusahaan
karena dari bagian-bagian tersebut
masih terlihat ada yang belum dapat
melaksanakan pengendalian biaya
operasionalnya dengan baik. Belum
terpadu antara bagian-bagian dalam
mengendalikan biaya operasional
pada perusahaan ini terlihat dari
anggaran dan realisasinya biaya yang
terjadi dalam perusahaan.
Dalam menjalankan kegiatan
usahanya,
perusahaan
harus
mempunyai program atau target kerja
yang merupakan dasar penetapan
anggaran biaya oleh perusahaan.
Berdasarkan target kerja melalui
anggaran inilah pihak manajemen
berusaha
untuk
mengendalikan
90
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
penggunaan
biaya
supaya
realisasinya
lebih
efisien
atau
menggunakan
biaya
tersebut
diusahakan sehemat mungkin agar
tidak terjadi selisih antara anggaran
dan penggunaannya. Karena apabila
biaya operasional yang di realisasikan
selalu lebih besar dari anggaran,
maka akan mengurangi jumlah
peroleh
keuntungan
(laba)
perusahaan. Kendatipun sebenarnya
untuk menjalankan volume usaha
diperlukan biaya yang tidak kecil
jumlahnya, tetapi apabila pihak
manajemen mampu melaksanakan
pengendalian yang tepat maka biaya
tersebut bisa dihemat sehingga
perolehan keuntungan atau laba akan
ditingkatkan .
Berikut
klasifikasi
atau
pembagian biaya operasional CV.
Cahaya Bina Lestari dan laporan
perbandingan antara anggaran dan
realisasi yang sudah dikeluarkan oleh
perusahaan ditahun 2011 s/d 2013
dapat dilihat pada tabel 3 berikut
dibawah ini:
91
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Dari tabel diatas terdapat
perbandingan antara anggaran dan
realisasi biaya operasional. Hal ini
terlihat jumlah selisih antara anggaran
dan realisasinya. Dimana terdapat
kenaikan disetiap tahunnya antara
tahun 2011 s/d 2013 sebagai berikut :
akibat ban yang amblas dan
akibat jalan yang belum dilakukan
pengerasan .
2.
Biaya Pembelian Bahan
Anggaran
sebesar
Rp
864.000.000 dengan realisasi
sebesar Rp 875.000.000 dengan
selisih Rp 11.000.000 dari
anggarannya. Hal ini disebabkan
oleh naiknya beberapa harga
material
dibeberapa
vendor
penyuplai setiap proyek yang di
kerjakan. Kenaikan ini disebabkan
oleh kenaikan harga bahan baku
yang dibeli oleh perusahaan
mereka
tersebut.
Sehingga
berdampak pada kenaikan setiap
bahan material jadi yang di pakai
oleh CV. Cahaya Bina Lestari
3.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran
sebesar
Rp.
132.000.000,- dengan realisasi
Rp 136.000.000 dengan selisih
Rp. 4.000.000,- hal ini disebakan
karena adanya beberapa tenaga
kerja yang pada saat itu diminta
untuk kerja lembur karena
terdapat beberapa proyek yang
diminta untuk selesai lebih cepat.
Kondisi pekerja yang terbatas
dengan banyaknya proyek atau
tender yang harus dikerjakan lagi
membuat biaya Tenaga Kerja
Langsung menjadi naik dari
anggaran yang ditetapkan dengan
realisasinya karena adanya biaya
gaji lembur .
4.
Biaya Pembelian Bahan Bakar
Minyak
Anggaran
sebesar
Rp.
39.000.000,dengan realisasi
Rp. 45.000.000 dengan selisih
sebesar
Rp.
6.000.000
diakibatkan oleh medan atau
tujuan
yang
akan
dituju
merupakan daerah proyek yang
Tabel 4.
CV. Cahaya Bina Lestari
Rekapan selisih anggaran
periode tahun 2011 s/d 2013
Keterangan
Nilai selisih antara anggaran
dengan realisasi
Tahun 2011:
Rp
23,350,000
Tahun 2012:
Rp
50,540,000
Tahun 2013:
Rp
64,150,000
Jumlah
Rp
138,040,000
Dari selisih antara anggaran dan
realisasi
biaya
operasional
ini
menunjukkan adanya penyimpangan
biaya dalam kegiatan operasional
perusahaan, sehingga penggunaan
biaya ini perlu dilakukan pengendalian
yang lebih efektif.
Pada
Realisasi
Biaya
Operasional periode Januari s/d
Desember
Tahun
2011
dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Biaya Angkut (Pengangkutan
Material ke Site)
Anggaran sebesar Rp 57.000.000
yang
dianggarkan
dibanding
dengan
realisasinya
Rp
60.000.000 dengan selisih Rp.
3.000.000 dari anggarannya. Hal
ini disebabkan oleh medan atau
tujuan
yang
akan
dituju
merupakan daerah proyek yang
masih
digarap,
sehingga
infrastruktur berupa jalan yang
baik sulit ditemui. Sehingga
mengeluarkan tambahan ekstra
bahan bakar berupa bensin dan
solar dari tiap armada. Karena
sering mengalami kemogokan
80
93
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
masih
di
garap,
sehingga
infrastruktur berupa jalan yang
baik sulit ditemui. Sehingga
mengeluarkan tambahan ekstra
bahan bakar berupa bensin dan
solar dari tiap armada. Mobil
operasional
yang
sering
menggunakan bahan bakar untuk
melakukan survey mengalami hal
yang sama dengan armada
pengangkut.
5.
6.
Biaya telpon, Listrik dan Air
Anggaran
sebesar
Rp.
13.800.000,- untuk biaya TLA
dengan realisasi Rp.12.100.000,dengan selisih Rp.1.700.000,merupakan
hasil
kebijakan
bugjeting
oleh
pimpinan
perusahaan yang sangat baik.
Dimana melalui hasil control yang
baik sehingga anggaran bisa di
pangkas
pada
realisasinya.
Kebijakan
bugjeting
yang
dilakukan
adalah
pada
penggunaan
telepon
dengan
ditetapkannya
aturan
timer.
Sehingga
setiap
proses
komunikasi yang menggunakan
telepon digunakan lebih padat
dan singkat.
Biaya Alat Tulis dan Administrasi
Anggaran
sebesar
Rp.15.000.000 dengan realisasi
Rp.14.750.000 dengan selisih
Rp.250.000
dikarenakan
pembelian Alat tulis dibeli dengan
cukup banyak sehingga jauh lebih
murah
dibandingkan
dengan
pembelian satuan di setiap
minggunya. Hal ini dibantu
dengan
dibuatnya
stockcard
untuk
penggunaan
dan
pengambilan alat tulis dan
administrasi sehingga team back
office bisa melakukan monitoring
setiap bulan untuk kebutuhan alat
tulis dan administrasi.
7.
Biaya Transportasi
Anggaran
sebesar
Rp.
22.200.000,- dengan realisasi Rp.
23.500.000,dengan
selisih
Rp.1.300.000,.
Hal
ini
diakibatkan
oleh
kondisi
infrastruktur berupa jalan pada
tujuan proyek yang masih belum
rampung hingga menyebabkan
setiap proyek yang harus di
survey oleh team lapangan
mengalami hambatan. Hal ini
ditambah dengan kondisi cuaca
berupa hujan saat melakukan
survey , sehingga tidak jarang
baru setengah jalan survey
dibatalkan sehingga armada atau
mobil dinas melakukan perjalanan
yang bolak balik.
Pada
anggaran
dan
realisasi dari tahun 2011 – 2013
terjadi beberapa kenaikan dibiaya
operasional pada setiap tahun
tersebut dimana dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Biaya Angkut ( Pengangkutan
Material ke site )
Anggaran Biaya Angkut tahun
2011
Rp
57.000.000,dibandingkan dengan realisasinya
Rp 60.000.000,- untuk tahun 2012
realisasinya mengalami kenaikan
Rp 3.000.000 dari anggarannya
atau sekitar 5%
pada batas
toleransi yang di tetapkan oleh
perusahaan. Di tahun 2012
dengan realisasi Rp.67.000.000,hasilnya masih tetap mengalami
kenaikan dibandingkan dengan
anggarannya. Kenaikan ditahun
2012
sekitar
1,5%
dari
anggarannya.
Ditahun
2013
anggaran sekitar Rp.72.000.000,dengan realisasi Rp.71.000.000
hasilnya sedikit lebih efisien
dibandingkan
dengan
kedua
tahun sebelumnya.
94
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
2. Biaya Sewa Gudang Sementara
Anggaran Biaya sewa gudang Rp
22.200.000 dengan realisasi yang
juga sama Rp 22.200.000 ditahun
2011, sama halnya dengan tahun
2012 serta 2013 antara anggaran
dengan realisasi juga sama .
Namun dikedua tahun 2012
dengan
2013
mengalami
kenaikan dengan total kenaikan
Rp.7.800.000
dibandingkan
dengan harga sewa tahun 2011
oleh pihak pemilik atau pengelola
gudang
diarea
pergudangan
Sumber Baru 1 Liang Anggang
Banjarbaru.
3. Biaya Pembelian Bahan
Anggaran Biaya pembelian Bahan
tahun 2011 Rp 864.000.000
dibandingkan dengan realisasinya
Rp 875.000.000,- mengalami
kenaikan Rp.11.000.000,-. Untuk
tahun 2012 anggaran sebesar Rp.
850.000.000,- dengan realisasi
Rp.900.000.000
mengalami
kenaikan
sebesar
Rp.50.000.000,- dimana realisasi
lebih besar daripada anggaran
hasilnya sangat tidak efektif dan
efisien
bagi
perusahaan.
Sedangkan
ditahun
2013
hasilnya
juga
sangat
tidak
menguntungkan bagi perusahaan
dimana anggaran sebesar Rp.
900.000.000,- dengan realisasi
Rp.960.000.000;- dengan selisih
antara anggaran dengan realisasi
sebesar Rp.60.000.000,- hal ini
adalah karena naiknya harga
beberapa bahan atau material
listrik.
4. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung
ditahun
2011
Rp
132.000.000,- dan dibandingkan
dengan
realisasinya
Rp
136.000.000,- hasilnya tidak efektif
bagi
perusahaan
dan
perlu
perhatian khusus oleh perusahaan.
Untuk
tahun
2012
dengan
anggaran
Rp
151.200.000,realisasi Rp.150.200.000,- sedikit
lebih efisien . Namun dengan
melakukan beberapa perbaikan
ditingkat pengawasan dan mutu
kerja, pada tahun 2013 dengan
anggaran sekitar Rp.156.000.000,dengan realisasi Rp. 151.000.000
hasilnya cukup efektif dan efisien
bagi perusahaan.
5. Biaya Pembelian Bahan Bakar
Minyak
Anggaran Pembelian Bahan Bakar
Minyak
ditahun
2011
Rp.39.000.000,- dan dibandingkan
dengan
realisasinya
Rp.45.000.000,mengalami
kenaikan Rp. 6.000.000 atau
hampir 15% melewati batas
toleransi yang sangat tidak efektif
dan efisien bagi perusahaan. Untuk
anggaran ditahun 2012 senilai Rp
45.360.000,dengan
realisasi
Rp.47.500.000,- juga mengalami
kenaikan Rp 2.140.000 atau sekitar
4,7% sedikit lebih efisien dibanding
tahun sebelumnya 2011. Di tahun
2013
anggaran
sebesar
Rp.54.000.000,- dengan realisasi
Rp.60.000.000 dengan kenaikan
Rp. 6.000.000,- atau sekitar 11,1%.
Penyebab dari kenaikan biaya
bahan bakar minyak disebabkan
banyaknya
pengeluaran
BBM
akibat kenaikan harga BBM dan
langkanya pasokan BBM pada saat
itu ditambah kondisi infrastruktur
berupa jalan yang kurang lancar
diarea
proyek
sehingga
menyebabkan perjalanan yang
ditempuh dilapangan menjadi lebih
jauh untuk melewati jalan yang
lebih mulus atau terpaksa melewati
95
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
jalan yang kurang baik atau mulus.
Hal ini menjadi perhatian yang
sangat serius oleh perusahaan
sebelum
melakukan
aktifitas
pengiriman material.
6. Biaya Papan Proyek
Anggaran & realisasi Biaya Papan
Proyek tahun 2011 Rp 11.400.000,, tahun 2012 Rp 15.000.000 dan
tahun 2013 Rp.17.500.00 antara
anggaran dengan realisasi tidak
berubah
atau
sama.
Hanya
mengalami kenaikan antara tahun
2011 s/d 2013
yaitu sekitar
Rp.6.100.000,- karena memang
sesuai dengan kebijakan papan
proyek dari pihak PLN.
7. Biaya Pengaktifan Jaringan
Anggaran dan realisasi Biaya
Pengaktifan Jaringan tahun 2011
senilai Rp 45.000.000, tahun 2012
Rp 60.000.000,- dan tahun 2013
Rp.70.000.000,- antara anggaran
dengan realisasinya sama atau
tidak
ada
perubahan
hanya
mengalami kenaikan dari tahun
2011 s/d 2013 Rp.25.000.000,-.
8. Biaya Gajih Karyawan Kantor
Anggaran Biaya Gajih Karyawan
Kantor
tahun
2011
senilai
Rp.96.000.000,tahun 2012
Rp.120.000.000 dan tahun 2013
Rp.140.000.000,tetap
sama
antara anggaran dengan realisasi
karena pada tahun-tahun tersebut
tidak ada karyawan yang berhenti
atau
diberhentikan,
hanya
mengalami
kenaikan
tahunan
mengikuti dengan UMP.
9. Biaya Telepon, Air dan Listrik
Anggaran Biaya Telepon, Air dan
Listrik
ditahun
2011
senilai
Rp.13.800.000,dibandingkan
dengan
realisasinya
Rp.12.100.000,- dengan selisih
Rp.1.700.000 hasil yang sangat
efektif
dan
efisien
dalam
penggunaan biaya tersebut. Tahun
2012 Anggaran Rp.15.600.000,sedikit dipangkas dibandingkan
anggaran tahun 2012 dengan
realisasi Rp.13.500.000 dengan
selisih Rp.2.100.000,- hasilnya
lebih
efisien
dari
tahun
sebelumnya.
Di tahun
2013
anggaran Rp.15.000.000,- dengan
realisasi Rp.14.500.000,- dengan
selisih Rp.500.000,- lebih efisien
namun perlu diperhatikan dan di
review
ulang
lagi
dalam
penggunaan biaya tersebut dengan
tahun sebelumnya
10.Biaya Alat Tulis dan Administrasi
Anggaran Biaya Alat Tulis dan
Administrasi tahun 2011 senilai Rp.
15.000.000,- dibandingkan dengan
realisasi Rp. 14.750.000 selisih
sebesar Rp.250.000 sedikit efektif
dan efisien dalam penggunaan Alat
tulis kantor dan Administrasi. Untuk
tahun
2012
anggaran
Rp
12.000.000,- sedikit dipangkas dari
tahun sebelumnya dibandingkan
dengan
realisasi
anggaran
Rp.11.350.000,- dengan selisih
Rp.650.000. Dan ditahun 2013
anggaran Rp 11.400.000,- dengan
realisasi Rp 12.050.000 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 650.000,ditahun 2013 penggunaan alat tulis
dan administrasi sangat tidak
efektif dan efisien dikarena pada
pembuatan administrasi proses
kontrak sering dilakukan revisi atau
edit dokumen sehingga berdampak
pada borosnya penggunaan kertas
dari cetak hasil printer
.
11.Biaya Transportasi
Anggaran biaya transportasi tahun
2011 senilai Rp. 22.200.000,dibandingkan dengan realisasinya
Rp. 23.500.000,- dengan selisih
96
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Rp.1300.000,.Sama
halnya
dengan Biaya pembelian Bahan
bakar minyak, hasilnya sangat tidak
efektif dan efisien .Untuk tahun
2012 anggaran Rp.24.000.000,dibandingkan dengan realisasinya
Rp.25.150.000,- dengan selisih
Rp.1.150.000,-.
Ditahun
2013
anggaran ini coba dipangkas
menjadi Rp.18.000.000,- dengan
realisasi Rp.22.000.000,- dengan
selisih Rp. 4.000.000,- mengalami
kenaikan namun realisasi ditahun
2013
dibandingkan
dengan
realisasi tahun sebelum nya jauh
lebih baik , meskipun tetap
mengalami kenaikan dibandingkan
dengan anggarannya.
Melalui penjelasan ditemukan
biaya operasional yang mengalami
favorable dan unfavorable seperti
berikut ini:
a. Biaya yang mengalami Favorable
yaitu
1. Biaya telepon, listrik dan air
dimana dari tahun 2011 s/d
tahun 2013 selalu mengalami
penurunan antara anggaran
dengan realisasi.
2. Biaya Alat tulis kantor dan
administrasi dimana di tahun
2011
dan
tahun
2012
mengalami penurunan antara
anggaran
dengan
realisasi
meskipun
ditahun
2013
mengalami kenaikan kembali.
3. Biaya pembelian bahan dimana
ditahun 2012 dan tahun 2013
mengalami penurunan antara
anggaran dengan realisasinya
meskipun tahun sebelumnya
mengalami kenaikan.
4. Biaya tenaga kerja langsung
dimana ditahun 2012 dan tahun
2013 mengalami penurunan
antara
anggaran
dengan
realisasinya meskipun tahun
sebelumnya
kenaikan.
mengalami
b. Biaya yang mengalami Unfavorable
yaitu
1. Biaya angkut material ke site
mengalami kenaikan di tahun
2011 dan 2012 meskipun
mengalami penurunan ditahun
2013.
2. Biaya pembelian bensin atau
bahan
bakar
mengalami
kenaikan dari tahun 2011 hingga
tahun 2013
3. Biaya transportasi mengalami
kenaikan dari tahun 2011 hingga
tahun 2013.
4. Biaya pembelian bahan yang
mengalami kenaikan dari tahun
2011 hingga tahun 2013.
Adapun
grafik
realisasi
anggaran dengan laba bersih setelah
pajak serta perbandingan antara
realisasi anggaran dengan laba bersih
setelah pajak tahun 2011 s/d 2013
CV. Cahaya Bina Lestari dapat kita
lihat melalui grafik dibawah ini:
97
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Tahun 2011
Tahun 2012
Biaya Angkut…
Biaya pembelian bahan
Biaya pembuatan SLO
Biaya Papan Proyek
Biaya Gajih Karyawan kantor
Rp900,000,000
Rp800,000,000
Rp700,000,000
Rp600,000,000
Rp500,000,000
Rp400,000,000
Rp300,000,000
Rp200,000,000
Rp100,000,000
Rp-
Tahun 2013
Adapun untuk biaya yang
mengalami favorable ditahun 2011 s/d
2013
terjadi
dibeberapa
biaya
operasional dimana harus dilakukan
pengendalian
secara
konsisten
ditahun yang akan datang yaitu :
a. Biaya yang mengalami favorable
Tahun 2011 dengan nilai proyek
tahun
2011
senilai
Rp.5.048.400.000,1. Biaya telepon, listrik dan air
Anggaran
sebesar
Rp.13.800.000
realisasi
Rp.12.100.000 dengan selisih
Rp.1.700.000 atau setara 12%
2. Biaya Alat tulis dan Administrasi
Anggaran
sebesar
Rp.15.000.000
realisasi
Rp.14.750.000 dengan selisih
Rp.250.000 atau setara 2%
b. Biaya yang mengalami favorable
Tahun 2012 dengan nilai proyek
tahun
2012
senilai
Rp.5.777.385.000,1. Biaya telepon, listrik dan air
Anggaran
sebesar
Rp.15.600.000,realisasi
Rp.13.500.000,- dengan selisih
Rp.2.100.000,- atau setara 13%
2. Biaya
Alat
tulis
dan
Administrasi
Anggaran
sebesar
Rp.12.000.000,realisasi
Rp.11.350.000,dengan
selisih
Rp.650.000,-atau
setara 5%
3. Biaya Tenaga kerja langsung
Anggaran
sebesar
Rp.151.200.000,realisasi
Rp.150.200.000,dengan
selisih Rp.1.000.000,- atau
setara 1%
c. Biaya yang mengalami favorable
Tahun 2013 dengan nilai proyek
tahun
2013
senilai
Rp.6.181.366.000
i. Biaya Telepon, Air dan Listrik
Anggaran
sebesar
Rp.15.000.000,realisasi
Rp.14.500.000 dengan selisih
Rp. 500.000,- atau setara
dengan 3%
ii. Biaya Angkut Material ke site
Anggaran
sebesar
Rp.72.000.000,- realisasi Rp.
71.000.000,- dengan selisih
Rp.1.000.000,- atau setara
dengan 1%
iii. Biaya
Tenaga
Kerja
Langsung
Anggaran
sebesar
Rp.156.000.000,realisasi
Rp.151.000.000,dengan
selisih Rp.5.000.000 atau
setara dengan 3%
Adapun untuk biaya yang
mengalami unfavorable ditahun
2011 s/d 2013 terjadi dibeberapa
biaya operasional yang juga harus
dilakukan pengendalian secara
konsisten ditahun yang akan
datang
yaitu
agar
tidak
berpengaruh terhadap perolehan
laba perusahaan sebagai berikut :
a. Biaya
yang
mengalami
unfavorable Tahun 2011 dengan
98
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
nilai proyek tahun 2011 senilai
Rp.5.048.400.000,1. Biaya Angkut (pengangkutan
material ke site)
Anggaran
sebesar
Rp.
57.000.000,realisasi
Rp.60.000.000,dengan
selisih Rp.3.000.000,- atau
setara dengan 5%
2. Biaya Pembelian Bahan
Anggaran
sebesar
Rp.864.000.000,realisasi
Rp. 875.000.000,- dengan
selisih Rp.11.000.000,- atau
setara dengan 1%
3. Biaya
Tenaga
Kerja
Langsung
Anggaran
sebesar
Rp.132.000.000,realisasi
Rp.136.000.000,-dengan
selisih Rp. 4.000.000,- atau
setara dengan 3%
4. Biaya Pembelian Bensin
Anggaran
sebesar
Rp.39.000.000,realisasi
Rp.45.000.000,dengan
selisih Rp.6.000.000,- atau
setara dengan 15%
5. Biaya Transportasi
Anggaran
sebesar
Rp.
22.200.000,realisasi
Rp.23.500.000,dengan
selisih Rp.1.300.000,- atau
setara dengan 6%.
b. Biaya
yang
mengalami
unfavorable Tahun 2012 dengan
nilai proyek tahun 2012 senilai
Rp.5.777.385.000,1. Biaya Angkut (Pengangkutan
Material ke site)
Anggaran
sebesar
Rp.66.000.000,realisasi
Rp.67.000.000,dengan
selisih Rp.1.000.000,- atau
setara dengan 2%
2. Biaya Pembelian Bahan
Anggaran
sebesar
Rp.850.000.000,realisasi
Rp.900.000.000,dengan
selisih Rp.50.000.000,- atau
setara dengan 6%
3. Biaya Pembelian Bensin
Anggaran
sebesar
Rp.45.360.000,realisasi
Rp.47.500.000,-dengan
selisih Rp.2.140.000,- atau
setara dengan 5%
4. Biaya Transportasi
Anggaran
sebesar
Rp.
24.000.000,-realisasi
Rp.25.150.000,dengan
realisasi Rp.1.150.000,c. Biaya
yang
mengalami
unfavorable Tahun 2013 dengan
nilai proyek tahun 2013 senilai
Rp.6.181.366.000,1. Biaya Pembelian Bahan
Anggaran
sebesar
Rp.900.000.000,-realisasi
Rp.960.000.000,dengan
selisih Rp.60.000.000,- atau
setara dengan 7%
2. Biaya Pembelian Bensin
Anggaran
sebesar
Rp.54.000.000,-realisasi
Rp.60.000.000,- dengan selisih
Rp.6.000.000
atau
setara
dengan 11%
3. Biaya Transportasi
Anggaran
sebesar
Rp.18.000.000,realisasi
Rp.22.000.000,- dengan selisih
Rp.4.000.000,- atau setara
dengan 22%.
Berdasarkan penjelasan di
atas
melalui
metode
single
Variance Methode perbandingan
anggaran dengan realisasi ditahun
2011 s/d 2013 dihitung dengan
rumus perhitungan single Variance
analisis yaitu :
99
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
Tahun 2011 = Rp 1.520.950.000 – Rp.1.497.600.000 =
Rp.23.350.000
Rp.23.350.000 / Rp.1.497.600.000 *100% = 2%
ditahun 2011 ditemukan penyimpangan 2%
Tahun 2012 = Rp 1.613.700.000 – Rp.1.563.160.000 =
Rp.50.540.000
Rp.50.540.000 / Rp.1.563.160.000 *100% = 3%
ditahun 2012 ditemukan penyimpangan 3%
Tahun 2013 = Rp 1.728.050.000 – Rp.1.663.900.000 =
Rp.64.150.000
Rp.64.150.000 / Rp.1.663.900.000 *100% = 4%
ditahun
2013
ditemukan
penyimpangan 4%
Kenaikan penyimpangan yang
terjadi atas anggaran dengan
realisasi sebesar 1%
Terkait dengan ditemukannya
biaya-biaya
yang
mengalami
favorable dan unfavorable perlu
adanya
dilakukan
penekanan
terhadap beberapa biaya agar bisa
mengurangi
tingginya
biaya
operasional perusahaan yaitu pada
biaya pembelian bahan, biaya
pembelian bensin dan biaya
transportasi.
Kesimpulan
1. Pengendalian yang telah
dilakukan CV. Cahaya Bina
Lestari mengenai masalah
biaya-biaya operasional yang
selama ini terlihat
masih
belum di lakukan dengan
benar. Hal ini terlihat pada
proses pengendalian yang
masih belum terukur dan
konsisten. Dari hasil penelitian
terlihat kenaikan pertahun dari
anggaran dengan realisasi
pertahun nya sebesar 1% .
2.
Pengendalian
biaya
operasional yang seharusnya
dilakukan oleh CV.Cahaya
Bina Lestari dari kegiatan
perusahaan harus terdapat
dalam program target kerja
secara konsisten dan terukur.
Hal ini mencakup beberapa
pengendalian
yang
harus
dilakukan seperti klasifikasi
biaya antara biaya terkendali
dan biaya tidak terkendali yang
dikelompokkan dalam biaya
tetap
perusahaan,
biaya
overhead perusahaan dan
biaya variabel perusahaan.
Selain itu pihak perusahaan
harus
melakukan
analisa
terhadap biaya-biaya yang
mengalami
favorable
dan
unfavorable sehingga biayabiaya tersebut dapat ditekan
pengeluarannya
terutama
untuk biaya yang mengalami
unfavorable.
Saran
1. Sebaiknya pengendalian biaya
pada biaya bahan bakar, biaya
pembelian bahan & biaya
transportasi
harus
diefisiensikan
kembali
menyesuaikan aktivitas proyek
yang
dikerjakan
oleh
perusahaan.
2. Dalam penyusunan anggaran
pertahunnya perusahaan harus
menerapkan target anggaran
yang harus lebih kecil atau
seimbang dengan realisasinya,
dengan
menerapkan
funishment apabila terdapat
penyimpangan
atau
pemborosan anggaran yang
dilakukan dengan sengaja.
3.Perusahaan harus menganalisa
kembali dan harus mencari
solusi untuk kenaikan tahunan
dalam
biaya
operasional
meskipun kenaikan tersebut
bersifat fleksibel namun akan
berdampak pada berkurangnya
laba yang diperoleh oleh
perusahaan.
100
KINDAI Volume 9 Nomor 2, April – Juni 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, ,Sistem Pengendalian
manajemen,2007
Carter William. 2009. Akuntansi biaya
edisi 14 Jakarta : Salemba
Empat.
Hansen, Mowen , Pengendalian
Akuntansi Keuangan , Yogyakarta
,2006
http://nagebonar.blogspot.com/2012/0
4/pengertian-dan-fungsianggaran.html
http://blog.uinmalang.ac.id/kuliah/manajemenoperasional/?repeat=w3tc
https://sites.google.com/site/pengangg
aranperusahaan/pengertiandefinisi-manfaat-tujuan-anggaran
Lowrance H. Hammer di ahli
bahasakan oleh Alfonsus siratt,
Herman wibowo, 2007, Akuntansi
Biaya
Perencanaan
dan
pengendalian Surabaya Erlangga
Welch, Hilton, Golden, ahli bahasa
Purwatiningsih,
maudy
,
Anggaran
perencanaan
pengendalian 2005
Wilson. James, Ahli Bahasa Tjintjin
Fenix Tjentra, 2006 Akuntansi
biaya Jakarta, Erlangga .
Download