analisis risiko paparan nitrogen dioksida (no2) dari

advertisement
ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DARI
POLUTAN AMBIEN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
Nur Ikhsani Rahmatika
1111101000111
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Mei 2017
Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111
Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015
Xviii + 106 halaman, 15 tabel, 3 gambar, 3 bagan, 8 lampiran
Polutan Udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu dapat menimbulkan gangguan saluran pernafasan. Kabupaten Magelang merupakan
salah satu Kabupaten di Jawa Tengah dengan prevalensi ISPA sebesar 24,7 % (Riskesdas,2013).
Nitrogen dioksdida merupakan salah satu zat pencemar udara yang berpengaruh pada kesehatan
saluran pernafasan. NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan
dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara
berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui besaran risiko paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten
Magelang Tahun 2015.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode analisis risiko
kesehatan lingkungan. Wawancara kuesioner dilakukan pada 213 responden yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan yaitu masyarakat dewasa yang tinggal dan bekerja di Kabupaten
Magelang. dan Nilai konsentrasi Nitrogen dioksida diukur dengan metode Griess Saltzman dan
tehnik pengambilan sampel udara dengan grab sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 di Kabupaten Magelang Tahun 2015
adalah di cluster 1 sebesar 37,24 µg/m3 di cluster 2 sebesar 20.23 µg/m3 dan di cluster 3
sebesar 62.77 µg/m3 , nilai berat badan 53-56 kg dengan berat badan minimum 28.2 dan
maksimum 78 kg Nilai rata rata Intake yaitu 0.0145 mg/kg/hari. Nilai RQ terkecil yaitu 0.043
dan tertinggi 1.645. Nilai RQ di atas 1 ditemukan di cluster 1 dan 3 pada durasi pajanan realtime.
Kata Kunci : Nitogen dioksida, Kabupaten Magelang
Daftar Bacaan : 54
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTEMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, May 2017
Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111
RISK ASSESSMENT OF NITROGEN DIOXIDE EXPOSURE FROM AMBIENT AIR
POLLUTANT FOR PUBLIC HEALTH SOCIETY OF MAGELANG REGENCY 2015
Xviii + 106 pages, 25 tables, 3 pictures, 3 charts, 8 attachments
Air Pollutants inhaled by humans in certain concentrations and within a certain period of time
can cause respiratory tract disorders. Magelang regency is one of the regencies in Central Java
with a prevalence of ARI of 24.7% (Riskesdas, 2013). Nitrogen dioxide is one of the air
pollutants that affect the health of the respiratory tract. NO2 is one of the irritant air pollutant
parameters And Nitrogen dioxide toxic properties may interfere with lung health. NO2 in the air
Derived from both mobile source and non-moving source emissions. This study aims to
determine the magnitude of exposure risk of Nitrogen dioxide in the community in Magelang
District in 2015.
Type This research is descriptive research using environmental health risk analysis method. The
questionnaire interview was conducted on 213 respondents according to the established criteria
and the Nitrogen dioxide concentration value was measured by Griess Saltzman method and air
sampling technique with grab sampling.
The results showed that the concentration of NO2 in Magelang District in 2015 was in cluster 1
37.24 µg/m3 and in cluster 2 20.23 μg / m3 while in cluster 3 62.77 μg / m3 , a weight rating of
53-56 kg with a minimum body weight of 28.2 and a maximum of 78 kg. Intake of nitrogen
dioxide was 0.0145 mg / kg / day. The smallest RQ value is 0.043 and the highest is 1.645. RQ
values above 1 are found in cluster 1 and cluster 3 in realtime exposure duration.
Keywords : Nitrogen dioxide, Magelang district
Reading Source : 54
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur Ikhsani Rahmatika
Tempat, Tanggal Lahir
: Magelang, 30 Januari 1992
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Blondo, Mungkid, Magelang Jawa Tengah
Nomor HP
: 081288156218
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
(1996 – 1997 )
TK Pertiwi
Magelang, Jawa Tengah
(1997 – 1998)
TKIT Zaid Bin Tsabit
Magelang, Jawa Tengah
(1998 – 2004)
SDIT Zaid Bin Tsabit
Magelang, Jawa Tengah
(2004 – 2010)
Kulliyyatul Muallimat Al Islamiyyah ITTC Gontor Putri 1
Ngawi, Jawa Timur
(2011 – 2017 )
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan
Ciputat, Banten
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat
dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "
Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ". Sholawat dan salam kepada Baginda
Rasulullah Muhammada SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
pencapaian gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan MAsyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Pada Kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sangat besar penulis persembahkan
kepada :
1. Allah SWT kemudian kedua orang tua Bp. Jusuf Zam Zam, SE dan Ibu Nurjannah,Spdi
atas segala dukungan dan yang tak pernah lupa menyebut nama saya dalam setiap doa
begitu pula kepada ketiga saudara M Ainur Rofiq, Arif Shohibur Rohman dan Ikhwanu
Thoriq Abdillah atas setiap dukungan yang diberikan
2. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku dekan FKIK UIN Jakarta
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ibu
Dewi Utami Iriani selaku sekeretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah
4. Ibu Dr. Ela Laelasari.SKM.M.Kes dan Ibu Catur Rosidati, M.Kes selaku pembimbing
yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan dam bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D, Bapak Abdurrahman M.Env dan Bapak Baequni,
M.Kes, Ph.D selaku penguji siding skripsi atas perbaikan dan masukan agar skripsi saya
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
6. Lukman Hakim Wijaya Kusuma yang selalu meluangkan waktu di sela sela kesibukan
untuk memberikan motivasi dan support untuk selalu optimis dalam menghadapi suka
duka kehidupan. Juga atas doa doa sehingga mampu melewati setiap masalah.
7. Sahabat dan Teman Teman seperjuangan, Geng Calon Istri Sholehah, Ulfah Matswal,
Nadhiera, Puspa, Bella, Addah, Gogo, Maya. keluarga besar AB 10 YK, Keluarga
Cemara Magelang Martel, Juan, Bunda Piyul, Firman, Ahsan, Hafid, Lakso atas segala
support dan doa yang selalu membangkitkan semangat dan membantu berdiri kembali
ketika sedang dalam keadaan down.
8. Sahabat sahabat seperjuangan di Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2011
9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu dalam penyusunan
skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan dan tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sejak masa perkuliahan hingga selesainya skripsi maka
penyusunan skripsi ini tidak akan tercapai. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Jakarta, Mei 2017
Nur Ikhsani Rahmatika
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. i
Lembar Pernyataan ........................................................................................................... ii
Abstraksi ........................................................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................................... iv
Kata Pengantar` ................................................................................................................. v
Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................................... vi
Daftar Isi ........................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1-10
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….5
1.3. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………………7
1.4. Tujuan Penelitian………………………………………………………………..8
1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………………9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 11-45
2.1. Udara…………………………………………………………………………..12
2.2. Pencemaran Udara…………………………………………………………….15
2.3. Nitrogen Dioksida……………………………………………………………….18
2.4. Baku Mutu Udara Ambien………………………………………………………25
2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida…………………………………………....27
2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan……………………………….31
2.7. Manajemen Risiko………………………………………………………………41
2.8. Kerangka Teori………………………………………………………………….45
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 46-51
3.1. Kerangka Konsep………………………………………………………………..46
3.2. Definisi Operasional……………………………………………………………..48
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 52-69
4.1. Jenis Penelitian………………………………………………………………….52
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………....52
4.3. Subjek Studi…………………………………………………………………….53
4.4. Populasi dan Sampel…………………………………………………………….54
4.5. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………..60
4.6. Teknik Pengolahan Data………………………………………………………..64
4.7. Teknik Analisa Data……………………………………………………………50
BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................................70-93
5.1. Gambaran Umum……………………………………………………………….70
5.2. Karakteristik Responden………………………………………………………..72
5.3. Deskripsi Variabel Penelitian…………………………………………………...76
5.4. Analisis Risiko…………………………………………………………………81
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 91-102
6.1. Keterbatasan Penelitian………………………………………………………91
6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di Udara………………………………….....91
6.3. Laju Asupan…………………………………………………………………97
6.4. Durasi Pajanan………………………………………………………………98
6.5. Frekuensi Pajanan…………………………………………………………...99
6.6. Berat Badan…………………………………………………………………100
6.7. Asupan (Intake)…………………………………………………………….101
6.8. Karakterisasi Risiko…………………………………………………………102
6.9. Manajemen Risiko…………………………………………………………..102
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 103-105
7.1. Simpulan……………………………………………………………………..103
7.2. Saran…………………………………………………………………………105
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 106
Lampiran ........................................................................................................................ 110
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Udara ............................................................................................. 13
Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien Internasional ......................................................... 26
Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia ........................................................... 27
Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA ................................................ 37
Tabel 2.5 Nilai Inhalation Rate yang ditetapkan WHO .................................................... 38
Tabel 4.1 Definisi Operasional ......................................................................................... 48
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Usia Responden .............................................................. 72
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 73
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Status Pendidikan Responden ........................................ 74
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden ..................................................... 75
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 76
Tabel 5.6 Gambaran Intake NO2 pada Masyarakat di Kabupaten Magelang ................. 81
Tabel 5.7 Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster ....................................................... 82
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko Tiap Cluster ........ 85
Tabel 5.9 Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan .................................. 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang ............ 25
Gambar 4.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang ............ 62
Gambar 5.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen dioksida .................................................... 77
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Ilustrasi Logika Pengambilan Keputusan Tipe Studi Lingkungan .................. 41
Bagan 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ................................. 45
Bagan 2.3 Kerangka Konsep Analisis Risiko Pajanan NO2............................................. 47
Bagan 4.1 Skema Pemilihan Sampel ................................................................................ 63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara merupakan salah satu masalah global yang dihadapi
hampir oleh seluruh negara negara di dunia. Pencemaran udara di dunia telah
mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2013. Berdasarkan data WHO
kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah melebihi ambang batas
yang sudah ditetapkan (WHO, 2014).
Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek
terhadap
kesehatan
manusia
dipengaruhi
oleh
intensitas
dan
lamanya
keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang
menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi
(Kusnoputranto, H, 2000).
Kabupaten Magelang merupakan salah satu kawasan strategis pariwisata
nasional yang terdapat dalam program Nawacita Pemerintahan Presiden Joko
Widodo. kawasan strategis pariwisata nasional menjadi prioritas dalam
pengembangan kawasan wisata dan kawasan pendukung kawasan wisata. Dalam
hal ini kawasan strategis pariwisata nasional menjadi sasaran percepatan
pembangunan untuk menarik wisatawan. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti
apakah paparan nitrogen dioksida memiliki risiko bagi penduduk di Kabupaten
1
2
Magelang untuk memastikan bahwa tidak ada risiko bagi wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Magelang.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang dilewati oleh jalan arteri nasional. Kabupaten ini menghubungkan
antar dua ibukota provinsi yaitu ibukota Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I.
Yogyakarta sehingga merupakan salah satu jalur utama provinsi. Salah satu
sumber pencemar udara yang paling utama adalah emisi kendaraan bermotor
sehingga Kabupaten Magelang dipilih sebagai tempat penelitian.
Beberapa bahan pencemar udara yang berpengaruh terhadap kesehatan
manusia seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen
dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), Total Suspended Particulate (TSP),
Particulate Matter (PM10), timbal, Amonia (NH3), hidrokarbon (HC) dan lain
lain. Dari beberapa polutan tersebut yang berpengaruh pada kesehatan saluran
pernafasan yang telah diketahui analisa dosis response dengan nilai reference
concentration yang telah dikonfirmasi oleh Integrated Risk Information System
(IRIS) adalah nitrogen dioksida, aulfur dioksida dan TSP.
. Berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang
tahun 2014 ditemukan konsentrasi
Nitrogen Dioksida di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang telah
mendekati baku mutu udara ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999 namun
telah melampaui guideline dari National Ambient Air Quality Standard (NAAQS)
dari US EPA tahun 2010 . Konsentrasi Nitrogen dioksida yang ditemukan dalam
3
pemantauan kualitas udara tersebut yaitu sebesar 208,89 mg/m3(BLH Kabupaten
Magelang, 2014).
Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen pencemar udara yang
dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Studi menunjukkan adanya hubungan
antara paparan nitrogen dioksida jangka pendek, antara 30 menit sampai 24 jam,
dengan efek samping pernafasan termasuk peradangan saluran nafas pada orang
shat dan penigkatan gejala nafas pada penderita asma. Nitrogen dioksida dapat
mengiritasi paru paru dan resistensi yang lebih rendah terhadap infeksi pernafasan
seperti influenza (WHO, 2010).
Nitrogen dioksida dapat bereaksi dengan amonia, uap air, dan senyawa
lain untuk membentuk partikel kecil. Partikel partikel kecil menembus dalam ke
bagian sensitif dari paru paru dan dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit
pernafasan, seperti emfisema dan bronkhitis, dan dapat memperburuk penyakit
jantung yang ada, yang meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas.
Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran udara adalah
penyakit saluran pernafasan. Nitrogen dioksida merupakan salah satu zat yang
bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernafasan seperti Asma, radang
Paru Paru dan ISPA ( Queensland Government, 2011). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan
prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Bila dibandingkan dengan kabupaten
lain di Jawa Tengah termasuk dalam kategori sedang karena prevalensi tertinggi
4
adalah Kabupaten Kudus dengan tingkat prevalensi 43,1 % dan terendah adalah
Kabupaten Karanganyar yaitu 10,7%. Meningkatnya konsentrasi nitrogen
dioksida di udara dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi
ISPA.
Aktifitas lalu lintas jalan raya merupakan sumber pencemar utama NO2 di
udara. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15 %
pertahun dengan proyeksi 6 - 8 % maka penggunaan bahan bakar di Indonesia
diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada
tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (Gunawan, 2007)
Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap
kesehatan
yaitu studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar kejadian
penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented)
(WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit ) . Metode
ARKL dapat dilakukan untuk mengestimasi salah satu risiko yang disebabkan oleh
polutan lingkungan. Metode ARKL dapat dilakukan ketika menyusun dokumen
ADKL dalam AMDAL maupun dalam melakukan audit lingkungan untuk
pengelolaan lingkungan (UU No 32 Tahun 2009)
Kajian ARKL dibutuhkan bagi produk, usaha, keadaan atau aktifitas yang
memiliki kemungkinan terjadinya pengaruh yang signifikan bagi kesehatan manusia
yang disebabkan oleh produk, usaha, keadaan atau aktifitas tersebut. Salah satu yang
termasuk didalamnya adalah melakukan kajian analisis risiko pada aktifitas yang
sudah ada (Enhealth, 2012). Kabupaten Magelang sebagai sebuah kota yang
5
didalamnya terdapat berbagai aktifitas yang sudah berjalan menyebabkan terjadinya
berbagai perubahan pada lingkungan salah satunya adalah pencemaran udara oleh
Nitrogen dioksida yang memiliki kemungkinan berpengaruh pada kesehatan
masyarakatnya. Penilaiaian risiko dilakukan terhadap orang dewasa karena terkait
dengan segmen masyarakat yang memiliki potensi produktivitas lebih dalam
pembangunan di Kabupaten Magelang. Telah banyak penelitian analisis risiko yang
dilakukan kepada anak anak maupun lansia yang merupakan populasi berisiko
dimana peneliti ingin melihat risiko pada populasi dengan risiko terkecil yaitu pada
orang dewasa. Karena dengan adanya risiko kesehatan pada orang dewasa dapat
dipastikan risiko kesehatan juga bisa terjadi pada anak anak dan lansia.
Dari
pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan kajian ARKL untuk mengetahui
gambaran tingkat risiko yang ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida yang
sebagai polutan pada udara ambien terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang.
1.2. Rumusan Masalah
Data dari Riskesdas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan
prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan salah satu dari 10
penyakit terbesar yang ada di Kabupaten Magelang (Dinkes Kabupaten
Magelang,2015)
Terdapat nilai konsentrasi Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang
berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Magelang yaitu sebesar 208,89 mg/Nm3. Konsentrasi nitrogen
6
dioksida telah melampaui baku mutu udara ambien berdasarkan guideline dari
NAAQS (National Ambient Air Quality Standar) dari US EPA tahun 2010 namun
masih di bawah baku mutu berdasarkan PP No 41 Tahun 1999.
Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini
bermacam macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan
kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran
pernafasan, peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi
dapat menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (WHO, 2010)
Sampai saat ini belum ada penelitian di Kabupaten Magelang mengenai
analisis risiko kesehatan lingkungan dari paparan Nitrogen dioksida terhadap
masyarakat yang dalam kesehariannya terpapar langsung dari udara yang
dihirupnya. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Magelang hanya sebatas
pemantauan kualitas udara ambien namun tidak menganalisis besarnya paparan
risiko kesehatan dari paparan polutan udara tersebut.
Berdasarkan hal hal yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan
penelitian tentang gambaran tingkat risiko kesehatan dari paparan Nitrogen
dioksida terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang untuk mengetahui besarnya
risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen Dioksida tersebut kepada masyarakat di
Kabupaten Magelang tahun 2015.
7
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.
Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten Magelang
Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan tingkat risiko
yang harus dikendalikan ?
2.
Bagaimana gambaran berat badan masyarakat di Kabupaten Magelang
tahun 2015 ?
3.
Bagaimana
gambaran
frekuensi
pajanan
(hari/tahun) masyarakat
Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen
dioksida (NO2) pada tahun 2015?
4.
Bagaimana gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten
Magelang
yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida
(NO2) pada tahun 2015?
5.
Berapa nilai Intake (Asupan NO2) masyarakat Kabupaten Magelang yang
terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun
2015?
6.
Berapa besar nilai risiko kesehatan pada masyarakat Kabupaten
Magelang akibat pajanan Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015?
7.
Bagaimana seharusnya manajemen risiko yang dilakukan akibat pajanan
Nitrogen dioksida pada tahun 2015 ?
8
1.4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat risiko
kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida kepada masyarakat di Kabupaten
Magelang tahun 2015
2. Tujuan Khusus
1.
Diketahui Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten
Magelang Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan
tingkat risiko yang harus dikendalikan.
2.
Diketahui nilai berat badan masyarakat yang menghirup udara yang
diperoleh dari udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) di
Kabupaten Magelang tahun 2015.
3.
Diketahui nilai frekuensi pajanan (hari/tahun) Nitrogen dioksida
terhadap masyarakat Kabupaten Magelang tahun 2015.
4.
Diketahui gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten
Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida
(NO2) pada tahun 2015.
5.
Diketahui Gambaran Intake NO2 pada masyarakat di Kabupaten
Magelang Taun 2015
6.
Diketahui tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida
pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015.
7.
Diketahui altrnatif manajemen risiko akibat paparan Nitrogen dioksida
pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015.
9
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang pencemaran udara terutama
mengenai cemaran udara oleh nitrogen dioksida (NO2) di udara
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang kemudian dapat
dijadikan sarana pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan
dengan kimia dan biologi lingkungan serta menjadi bahan bacaan dan
bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk
penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas
ruang lingkupnya. Informasi dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan
tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa untuk
meningkatkan kompetensi dan skill yang dimiliki mahasiswa program
studi kesehatan masyarakat.
3. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dapat dijadikan masukan dalam penyusunan AMDAL kawasan
tingkat Kabupaten/ Kota dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan mengenai pembangunan daerah berkelanjutan.
4. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang
10
dapat dijadikan referensi tentang besarnya risiko kesehatan yang
ditimbulkan dari paparan polutan nitrogen dioksida terhadap masyarakat
dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan dan penyusunan
kebijakan terkait pembangunan daerah
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang
pada bulan
Januari – Februari 2016. Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan metode analisis risiko kesehatan sebagai
dampak pajanan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kabupaten
Magelang dipilih menjadi lokasi penelitian karena dalam studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa di Kabupaten
Magelang ditemukan tingginya kasus penyakit Saluran Pernafasan.
Penelitian ini sebagai perkiraan risiko bagi kesehatan atas paparan
nitrogen dioksida (NO2) terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang
tahun 2015. Sampel penelitian merupakan masyarakat Kabupaten
Magelang kategori dewasa (≥ 19 tahun) yang telah bermukim minimal 2
tahun di wilayah Kabupaten Magelang. Sampel penelitian dipilih sebagai
orang dewasa yang berusia ≥ 19 tahun karena dalam penelitian ini, peneliti
ingin melihat besar risiko pada orang dewasa, dimana pada penelitian
penelitian yang sebelumnya telah ada beberapa penelitian pada anak anak
yang memiliki risiko yang lebih besar maka peneliti ingin melihat
bagaimana risiko tersebut pada orang dewasa.
11
Pengukuran konsentrasi polutan nitrogen dioksida diukur dengan
menggunakan alat pengukuran udara ambien (impinger) milik Balai
Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja Provinsi Yogyakarta dengan
metode SNI 19-7119-2-2005. Konsentrasi nitrogen dioksida yang diambil
dalam penelitian ini yaitu pada titik pengambilan sampel di Kabupaten
Magelang yang mewakili wilayah dengan kategori polusi tinggi, sedang
dan rendah berdasarkan dari pemantauan kualitas udara yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat untuk mengetahui gambaran pada masing
masing variabel, menggunakan geographic information system untuk
memetakan dan perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk
menghitung tingkat risiko kesehatan yang diakibatkan oleh paparan
Nitrogen dioksida pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Udara
1.
Pengertian Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi yang memiliki komponen gas yang tidak selalu konstan
(Fardiaz,1992). Udara mrupakan atmosfer yang mengelilingi bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia. Udara dibutuhkan makhluk
hidup dalam proses respirasi, fotosintesis dan untuk menahan sinar ultraviolet.
2.
Manfaat Udara
Udara merupakan salah satu unsur penting bagi makhluk hidup. Beberapa
manfaat udara bagi kehidupan antara lain :
a.
Sebagai zat yang dibutuhkan untuk bernafas
b.
Sebagai sarana bagi pesawat terbang
c.
Sebagai alat pendigin bagi trafo tegangan tinggi
d.
Sebagai sarana olahraga paralayang.
e.
Membantu proses transfer panas melalui metode konveksi.
12
13
3.
Komposisi Udara
Udara terdiri dari campuran berbagai gas yang perbandingannya tidak
tetap tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan lingkungan di
sekitarnya.Komposisi normal udara terdiri dari ags nitrogen 78,1%, oksigen
20,9%, karbon dioksida 0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon,
krypton, senon dan helium. Komposisi udara kering yang uap airnya
dihilangkan relatif konstan.
Tabel 2.1 Komposisi Udara
Unsur
Volume (%)
Nitrogen
78
Oksigen
21
Argon
0,94
Karbon Dioksida
0,03
Helium
0,01
Neon
0,01
Xenon
0,01
Krypton
0,01
Metana
Sangat sedikit
Amonia
Sangat sedikit
Hidrogen Sulfida
Sangat sedikit
Sumber : Fardiaz,1992
14
4.
Jenis - jenis udara
a.
Udara ambien
Pengertian udara ambien menurut PP No 41 tahun 1990 tentang pengendalian
pencemaran udara adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfis yang berada dalam wilayah yuridiksi republik Indonesia yang
diburuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan lainnya.
b. Udara emisi
Udara emisi merupakan zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien yang
mempunyai atau tidak mempunyai unsur pencemar.
2.2. Pencemaran Udara
1. Pengertian Pencemaran Udara
Udara merupakan unsur yang penting dalam lingkungan,
pencemaran udara dapat diartikan masuknya atau dimasukkannya zat zat
atau komponen lain dalam udara oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya menurun , hal ini sejalan dengan pengertian pencemaran
lingkungan yang terdapat pada UU no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Limgkungan Hidup yang berbunyi "Pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke ti ngkat tertentu yang menyebabkan
15
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan bentukannya" (UU
No.23 Tahun 1997) .
Sejalan dengan Undang Undang di atas PP 41 Tahun 1999
mendeskripsikan
Pencemaran
udara
dengan
masuknya
atau
dimasukkannya zat energi dari komponen lain ke dalam udara oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya
Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan komposisi
unsur atau komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun
pengurangan relatif, sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan
atau komponen nonkehidupan, pada waktu dan tempat tertentu.
2. Bahan Pencemar Udara
Penyebab atau bahan pencemar di udara dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder (Achmadi, 2011):
a. Pencemar primer : polutan atau substansi pencemar yang ditimbulkan
langsung dari sumber pencemaran udara antara lain CO dan Sulfur
dioksida.
b. Pencemar sekunder : polutan atau substansi pencemar yang terbentuk
dari reaksi dua atau lebih bahan pencemar primer di atmosfer contoh
: ozone, formaldehid,smog fotokimia
Polutan udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara
seluruhnya dan dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu CO
16
(Karbon Monoksida) , NO2(Nitrogen Oksida) , HC (Hidrokarbon) ,SO2
(Sulfur Dioksida) dan partikel (Fardiaz, 1992)
3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara
Faktor faktor yang mempengaruhi kulaitas udara sebelum kontak dengan
manusia diantaranya adalah (Achmadi, 2011) :
1. Arah dan kecepatan angin
Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka
akan
terjadi
suatu
proses
penyebaran
sehingga
dapat
mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara,
sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu sumber akan
mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan
arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan
pencemar setempat. Angin menentukan kemana berbagai bahan
pencemar akan dibawa, gterutama gas dan dan partikel berukuran
kecil, semakin cepat anginbertiup proses pengenceran berjalan
semakin baik.
2. Kelembapan
Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di
udara. Pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara
dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak
berbahaya atau menjadi pencemar sekunder. Kelembapan yang
tinggi akan mengakibatkan reaksi reaksi SO2 menjadi nikatan sulfit
17
dan sulfat yang bersifat korosif. Selain manusia, benda benda
purbakala dapat terkena korosi bahan pencemar yang asam ini.
3. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan
kelembapan udara relatif, sehingga akan menyebabkan efek korosif
dan meningkatnya sushu akan menyebabkan meningkatnya
kecepatan reaksi suatu bahan kimia. Suhu udara dapat
mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang
tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi
pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang
dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar
di udara tampaknya makin tinggi.
4. Sinar Matahari
Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara, karena
dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di
udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat
lain di udara sehingga sehingga kadarnya dapat berbeda menurut
banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikian juga
halnya mengenai banyaknya panas matahari yang sampai ke bumi,
yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara. Sinar matahari
dapat mempengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau bahan bahan
yang terbuat dari karet.
18
5. Curah Hujan
Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang
bergerak dari atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas
tertentu kedalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu
baik yang inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada
partikel air dan di bawa jatuh ke bumi. Dengan demikian pencemar
dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibat
jatuhnya hujan.
6. Tekanan Udara
Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya
suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara
atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat
bertambah maupun berkurang.
4. Sumber Pencemar Udara
Sumber utama pencemaran udara terbagi dalam dua kategori yaitu
secara alamiah dan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Sumber
alamiah yang paling utama adalah letusan gunung berapi atau adanya
aktifitas magma yang keluar, terutama gas gas CO, NO, SO2 serta
berbagai logam berat seperti merkuri, Kadmium dan unsur unsur kimia
lainnya ( Achmadi, 2011).
Sumber pencemar dari kegiatan manusia antara lain berasal dari
transportasi, Industri, Pembakaran, Pembangkit listrik, dan lain lain. Sifat
19
alami udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara yang dapat
bersifat langsung dan lokal, regional maupun global. (Sumantri,2010)
2.3. Nitrogen Dioksida
1.
Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer (80 %).
Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun asam amino yang
merupakan protein yang temukan pada semua organisme bahkan sampai
ke virus.
Protein merupakan salah satu senyawa kimia utama yang
dibutuhkan oleh tubuh. Protein memiliki peranan vital bagi organisme,
seperti fungsi struktural maupun fungsi dungsional di dalam tubuh.
Protein bahkan menyusun materi genetik yang berperan sebagai
pengatur di dalam tubuh serta yang akan diwariskan kepada keturunannya.
Nitrogen di alam dalam bentuk gas N2 yang tidak dapat digunakan baik
oleh tumbuhan maupun hewan. Berbeda dengn tumbuhan dan hewan,
bakteri mapu menggunakan nitrogen dalam bentuk gas (N2) untuk
metabolismenya, dan menghasilkan senyawa nitrogen dalam bentuk lain,
amonium (NH4) dan nitrat (NO3).
Dua jalur utama masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem. Jalur
pertama nitrogen besaral dari deposit nitrogen atmosfer yang berjumlah
sekitar 5% samai 10%. Dalam jalur inii baik- amonium maupun nitrat yang
terlarut air hujan maupun yang terbawa oleh debu- debu dapat memasuki
suatu ekosistem untuk selanjutnya digunakan oleh tumbuhan. Sedangkan
jalur yang kedua masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem ialah
20
melalui serangkaian reaksi kimia yang dibantu oleh mikroorganisme.
Siklus Nitrogen terdiri dari beberapa proses.
a. Fiksasi Nitrogen
Fiksasi (pengikatan) nitrogen hanya dapat dilakukan oleh
prokariota (bakteri dan alga) tertentu yang mampu mengikat
senyawa nitrogen dalam bentuk N2 (nitrogen anorganik) menjadi
nitrogen organik dengan mengubahnya menjadi asam amino
yang merupakan penyusun protein. Keberadaan prokariota
pengikat nitrogen amat penting bagi suatu ekosistem mengingat
peranan nitrogen ialah struktural senyawa protein yang
menjalankan banyak fungsi vital di dalam tubuh.
Nitrogen difiksasi oleh bakteri di ekosistem terestrial dan
juga
bakteri
Leguminoceae,
ekosistem
yang
bersimbiosis
Rhizobium
akuatik
dengan
leguminosa.
terdapat
populasi
akar
tanaman
Sedangkan
pada
sianobakteria
(alga
prokariot) yang mampu mengikat nitrogen bebas dari atmosfer
masuk ke badan air yang dapat digunakan oleh tmbuhan air dan
alga untuk nutrisi pertumbuhan.
Mikroorganisme pengikat nitrogen menggunakan senyawa
tersebut untuk reaksi metabolisme di dalam tubuhnya. Hasil
samping dari reaksi fiksasi ini akan menghasilkan senyawa
amoniayang menjadi prekursor pertama kali nitrogen organik
yang dapat digunakan oleh tumbuhan.
21
b. Nitrifikasi
Merupakan reaksi kimia metabolisme amonium (NH4) oleh
bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrosococus) yang menghasilkan
senyawa nitrit (NO2). Amonia (NH3) hasil fiksasi N2 yang
dibebaskan ke dalam tanah akan bereasi dengan ion Hidrogen
sehingga membentuk senyawa amonium (NH4) yang bersifat
asam dan dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan.
Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen dalam bentuk gas,
sehingga dapat menguap ke atmosfer. Pada saat ini amonia
mampu membentuk amonium dengan berikatan dengan ion
hidrogen. Amonium yang terbentuk di atmosfer akan ikut terbawa
dengan aliran hujan yang akan membasahi bumi. Kandungan
amonium ini akan mempengaruhi pH tanah di suatu ekosistem.
Amonium yang terakumulasi ditanah sebagian besar
dimanfaatkan oleh bakteri nitrit untuk menghasilkan energi dan
akan menghasilkan senyawabuangan NO2. Selanjutnya senyawa
nitrit akan digunakan oleh bakteri nitrat (Nitrobacter) yang
menghasilkan senyawa nitrat (NO3). Senyawa nitrat jauh lebih
ramah dibanding senyawa nitrogen lainnya. Senyawa ini dapat
digunakan oleh tumbuhan secara langsung untuk diasimilasi
menjadi senyawa nitrogen organik, asam amino yang akan
menyusun protein. Hewan mendapat asupan nitrogen dengan cara
22
memakan tumbuhan atau hewan lain melalui rantai makanan pada
suatu ekosistem.
c. Denitrifikasi
Adalah suatu reaksi kimia yang merombak senyawa nitrat
menjadi senyawa N2 ke atmosfer. Denitrifikasi dilakukan oleh
bakteri denitrifikans yang membantu pengembalian senyawa
nitrogen ke atmosfer.
d. Amonifikasi
Sedangkan amonifikasi ialah penguraian nitrat menjadi
amoniun (NH4) melalui proses penguraian yang dibantu oleh
dekomposer (bakteri dan jamur). Pembebasan akumulai nitrogen
pada organisme yang telah mati akan sangat lama siklusnya jika
tidak dibantu oleh dekomposer. Sang pengurai menggunakan
senyawa nitrogen organik kompleks (protein/asam amino) untuk
memenuhi nutrisinya) dan dalam reaksi ini mengembalikan
senyawa amonium yang akan menggantikan senyawa amonium
yang telah digunakan bai oleh mikroorganisme maupun
tumbuhan.
2.
Sifat Kimia dan Fisika
Nitrogen dioksida adalah kelompok zat yang terdapat di atmosfer
yang merupakan campuran dari gas nitrogen dan oksigen. Nitrogen
dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Pembentukan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
23
sehingga membentuk NO kemudian reaksi seelanjutnya antara nitrogen
monoksida dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida (
oksidasi ) dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
N2 + O2 ------→ 2NO
2NO + O2 -----→ 2NO2
Nitrogen dioksida masuk ke dalam kelompok gas yang sangat raktif
yang disebut nitrogen oksida (NOx). Gas gas ini terbentuk ketika bahan
bakar dibakar pada suhu tinggi dan sumber terbesar yaitu dari knalpot
kendaraan bermotor dan sumber statis yaitu dari utilitas listrik dan boiler
inddustri. Gas nitrogen dioksida adalah agen pengoksidasi yang kuat yang
bereaksi di udara untuk membentuk asam nitrat korosif, serta nitrat
organik beracun. Gas ini juga merupakan gas utama dalam reaksi atmosfer
yang menghasilkan ground - level - ozone atau kabut asap (US.EPA. 2010)
Udara terdiri dari sekitar 80 % volume nitrogen dan 20% volume
oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini memunyai sedikit kecenderungan
untuk bereaksi satu sama lain namun pada suhu yang lebih tinggi
keduanya dapat bereaksi membentuk nitrogen dioksida dalam jumlah yang
lebih besar sehingga dapat mencemari udara.
Jumlah nitrogen dioksida di udara dalam ekuilibrum dipengarhi oleh
suhu pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran yang terdapat pada suhu
tersebut dan jumlah oksign berlbih yang tersedia di udara. Semakin tinggi
suhu pembakaran maka semakin tinggi pula konsentrasi notrogen dioksida
di udara dalam keadaan ekuilibrum. Pembentukan ntrogen dioksida
24
dirangsang oleh suhu tinggi namun dapat terdisosiasi kembali apabila suhu
campuran perlahan diturunkan.
3.
Sumber dan Penyebaran
Dari seluruh jumlah nitrogen oksida yang dilepaskan di atmosfer,
jumlah terbanyak berasal dari aktifitas bakteri namun polusi nitrogen
oksida dari sumber alami ini bukan merupakan masalah karena tersebar
secara merata sehingga konsentrasinya kecil. Yang menjadi masalah bagi
lingkungan adalah konsentrasi nitrogen dioksida yang berasal dari
kegiatan manusia karena konsentrasi yang meningkat sangat tinggi pada
tempat tertentu.
Konsentrasi nitrogen dioksida di daerah perkotaan biasanya antara 10
- 100 kali lebih tinggi daripada di udara pedesaan. Konsentrasi nitrogen
dioksida juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk seperti pada karbon
monoksida karena konsentrasi nitrogen dioksida yang diproduksi manusia
terutama berasal dari kendaraan, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi nitrogen dioksida adalah dari pembakaran
arang, minyak, gas alam dan bensin.
Konsentrasi nitrogen dioksida dalam suatu kota bervariasi sepanjang
hari tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan
konsentrasi nitrogen dioksida berlangsung sebagai berikut :
a.
Sebelum matahari terbit, konsentrasi nitrogen dioksida tetap stabil
pada konsentrasi minimun sehari hari
25
b.
Segera setlah aktifitas manusia meningkat ( jam 6 -8) pagi konsentrasi
nitrogen dioksida meningkat terutama karena meningkatnya aktifitas
lalu libtas karena kendaraan bermotor.
c.
Dengan terbitnya matahari yang memancatkan sinar ultraviolet,
konsentrasi
nirogen
dioksida.
Konsentrasi
nitrogen
dioksida
meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.
Konsentrasi nitrogen dioksida pada pagi hari dapat mencapai 0,5 ppm
d.
Konsentrasi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi
nitrogen dioksida karena reduksi oksigen
e.
Jika intensitas energi matahari turun maka konsentrasi nitrogen
dioksida meningkat kembali
f.
O3 yang terkumpull sepanjang hari akan bereaksi dengan NO
sehingga akan terjadi peningkatan nitrogen dioksida dan penurunan
konsentrasi O3.
g.
Produk akhir dari pencemaran nitrogen dioksida di udara dapat berupa
asam nitrat, yang kemudian diendapkan menjadi garam garam nitrat
dalam air hujan dan debu. Mekanisme utama dalam pembentukan
asma nitrat dari nitrogen dioksida masih terus dipelajari dan diteliti
oleh para ahli.
h.
Kemungkinan terbentuknya HNO3 dalam udara tercemar adalah
adanya reaksi dengan ozon pada kadar nitrogen dioksida maksimum.
Oksigen memegang peranan penting dalam kemungkinan terjadinya
reaksi.
26
4.
Pengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 memiliki potensi bahaya bagi
manusia. Penelitian menunjukkan bahwa nitrogen dioksida empat kali lbih
berbahaya daripada NO. Selama ini belum ada laporan kematian yang
disebakan oleh keracunan NO karena pada konsentrasi normal di udara
ambien yang terdapat di atmosfer NO tidak menyebabkan iritasi yang
berbahaya, tetapi pada konsentrasi tertentu dapat mengalami oksidasi
menjadi nitrogen dioksida yang lebih berbahaya.
Nitrogen dioksida dapat mengiritasi paru paru dan resisitensi yang
lebih rendah terhadap infeksi pernafasan seperti influenza dan ISPA. Efek
dari paparan jangka pendek pada manusia belum ditemukan namun
apabila terus terpapar dalam konsentrasi yang di atas batas wajar dalam
udara ambien akan menyebabkan peningkatan kejadian pernafasan akut
pada anak (WHO. 2010)
Nitrogen dioksida sangat berbahaya apabila terhirup dalam
konsentrasi tinggi. Keracunan nitrogen dioksida dapat menyebabkan
pusing, demam bahkan ketidaksadaran. Nitrogen dioksida juga dapat
mengiritasi mata dan saluran pernafasan dan dapat menimbulkan gejala
bagi penderita asthma. Konsentrasi yang ditoleransi dalam 15 menit
pajanan tidak boleh lebih dari 1,9 ppm (CLEAPSS, 2007)
Konsentrasi nitrogen dioksida sebesar 20 ppm apabila terhirup akan
menyebabkan kematian, Konsentrasi sebesar 5 ppm akan memberikan
efek akut apabila terpapar lebih dari 15 menit dan konsentrasi aman yang
27
bisa ditoleransi oleh tubuh dalam waktu singkat yaitu 3 ppm. Efek
kesehatan akut yang bisa ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida
diantaranya iritasi mata, iritasi tenggorokan dan saluran pernafasan, dan
memicu asma bagi penderita asma. Efek akut yang paling berbahaya yaitu
edema pulmonary ( kerusakan paru paru ). (Quenssland DEEDI, 2011)
Gas nitrogen dioksida dapat menyebabkan toksisitas yang signifikan
karena kemampuannya membentuk asam nitrat dengan air di mata,
paru-paru, selaput lendir dan kulit. Nitrogen dioksida dianggap bukan zat
yang berbahaya karena tidak pada dosis konsentrasi yang dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru yang signifikan atau bahkan kematian
dalam waktu singkat .
Konsentrasi yang tepat dimana NO2 akan menyebabkan berbagai efek
kesehatan tidak dapat diprediksi dengan akurasi yang lengkap, karena
pengaruhnya adalah fungsi konsentrasi udara dan waktu pemaparan, dan
pengukuran yang tepat belum dilakukan sehubungan dengan toksisitas
manusia. Informasi yang tersedia dari paparan manusia juga menunjukkan
bahwa ada beberapa variasi dalam individu. Bila dihirup NO2 dapat
menyebabkan kematian dengan kejang akut (penutupan jalan napas),
edema paru (kerusakan jaringan halus paru-paru), atau bronkolitis
obliterans (penyumbatan pada bagian paru-paru halus, akibat kerusakan
jaringan sekunder). Edema paru yang berpotensi fatal bisa terjadi setelah
gejala awal minimal. Gejala biasanya terjadi dalam 1-2 jam paparan,
namun mungkin tertunda hingga 72 jam.Bergantung pada lamanya
28
paparan, konsentrasi NO2 yang tinggi juga dapat menyebabkan
pneumonia (peradangan paru-paru umum), dan bronkiolitis (radang
bronkiolus). Pemulihan mungkin lengkap atau mungkin melibatkan
beberapa tingkat kerusakan fungsi paru. Paparan akut terhadap konsentrasi
NO2 yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan mata yang
serius.
NAAQS menentukan batas konsentrasi nitrogen dioksida yang bisa
ditoleransi kesehatan untuk standar nasional adalah 0,053 ppm. Nitrogen
dioksida berkontribusi dalam pembentukan ozon dan dapat memiliki efek
buruk pada kedua ekosistem darat dan dan perairan. Nitrogen dioksida di
udara dapat berkontribusi pada sejumlah efek lingkungan seperti hujan
asam dan eutrofikasi di perairan pantai. Eutrofikasi terjad ketika badan air
menderita peningkatan nutrisi yang berpengaruh pada berkurangnya
jumlah oksigen dalam air yang berpengaruh pada kerusakan lingkungan
dan kehdupan ikan dan hewan lainnya (US EPA,.2010)
Di Kabupaten Magelang penyakit saluran pernafasan yang
berhubungan dengan pencemaran Udara cukup tinggi. Menurut data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang terdapat beberapa penyakit saluran
pernafasan yang angka penderitanya cukup tinggi diantaranya ISPA,
Influenza, Bronchitis dan Athsma. Data berikut menunjukkan prevalensi
penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang yang
dikelompokkan berdasarkan kecamatan. Di beberapa Kecamatan dengan
tingkat pencemaran sedang dan tinggi terdapat kasus tingginya penyakit
29
saluran pernafasan. Namun tingginya pencemaran bukanlah factor mutlak
tingginya jumlah penyakit saluran pernafasan di Kabupaten Magelang.
Gambar 2.1
Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang
(Dinkes Kabupaten Magelang, 2015)
2.4. Baku Mutu Udara Ambien
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Tiap negara
memiliki kebijakan masing masing dalam menetapkan Baku Mutu Udara
Ambient, berikut ini adalah tabel Baku Mutu udara ambient yang ditetapkan
oleh US EPA di negara Amerika Serikat.
30
Tabel 2.2 Guideline Untuk Baku Mutu Udara Ambien Internasional
Sumber : NAAQS 2010
Di Indonesia, baku mutu udara ambien nasional adalah batas maksimum mutu
udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara ( PP 41 tahun 1999).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut maka ditetapkan Baku Mutu Udara
Ambien seperti tabel berikut :
31
Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia
No
Waktu
pengukura
n
SO2
(Sulfur 1 jam
Dioksida)
24 jam
1 tahun
CO ( Karbon
1 jam
Monoksida)
24 jam
1 tahun
Baku Mutu
Metode
Analisis
Peralatan
900 μg/m3
365 μg/m3
60 μg/m3
30,000
μg/m3
30.000
μg/m3
Pararosanili
n
Spektrofotom
eter
NDDL
NDDL
Analyzer
NO2 ( Nitrogen
Dioksida )
1 jam
24 jam
1 tahun
O3 ( Oksida )
1 jam
1 tahun
HC ( Hidrokarbon 3 jam
)
PM10
24 jam
PM2,5
24 jam
1 tahun
TSP
24 jam
1 tahun
Pb
24 jam
1 tahun
400 μg/m3
150 μg/m3
100 μg/m3
235 μg/m3
50 μg/m3
140 μg/m3
Saltzman
Spektrofotom
eter
Chemilumin
escent
Flamed
Ionisation
Gravimetri
Gravimetri
Spektrofotom
eter
Gas
Kromatografi
Hi-Vol
Hi-Vol
Gravimetri
Hi-Vol
Hi-Vol
AAS
10
Dustfall
30 hari
11
Total Fluorides
24 jam
90 hari
10 ton
/Km2/bulan
3 μg/m3
0,5 μg/m3
Gravimetri
Ekstraksi
Pengabuan
Gravimetri
12
Flour Indeks
30 hari
13
Khlorine
dan 24 jam
Khlorine Dioksida
14
Sulphat Indeks
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Parameter
30 hari
Sumber : PP no 41 tahun 1999
150 μg/m3
65 μg/m3
15 μg/m3
250 μg/m3
90 μg/m3
2 μg/m3
1 μg/m3
Canister
Specific ion Impinger atau
elektroda
Continuos
Analyzer
400μg/100
Colourimetri Limed filter
cm3
dari
paper
kertas limed
filter
150 μg/m3
Spesifik Ion Impinger atau
Elektroda
Countinuos
Analyzer
1 mg
Colourimetri Lead
SO3/100cm2
Peroksida
dari lead
Candle
peroksida
32
2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida
Pengujian kadar Nitrogen dioksida dari udara ambien menggunakan metode
Griess Saltzman berdasarkan SNI 19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi
pengambilan contoh uji gas Nitrogen dioksida, perhitungan volum contoh uji yang
diserap dan penentuan gas Nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess
Saltzman dengan spektrofotometri
Gas Nitrogen dioksida diserap dalam larutan Griwss Saltzman sehingga
membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15
menit. Konsentrasi larutan ditentuka secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm.
Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar
2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol
penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung,
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit,
setelah stabil catat laju alir awal F1
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara
5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa
penghisap
6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh.
Bahan/ Pereaksi
33
1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
3. Air suling bebas nitrit
4. Larutan
nitrit
N-(1-naftil)-etiendiamin
dihidroklorida
(NEDA,
C12H16CI2N2)
- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan
disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling
sampai tanda tera
- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari
pendingin
5. Aseton (C3H6O)
6. Larutan penyerap Griess Saltzam
‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000
ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer
sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml
‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml
‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air
suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan
7. Larutan induk NO2 1640 μg/ML
‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu
105ºC, dan dinginkan dengan desikator
34
‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan
ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga
tanda tera, lalu homogenkan
‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari
pendingin
8. Larutan standar nitrit (NO2)
Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml,
tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan
Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml;
1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret
mikro ke dalam tabung uji 25 ml
c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan
biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna
d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 550 nm
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg)
2. Pengujian Contoh Uji
a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer,
ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang
550 nm
35
b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi
Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut
1. Volume contoh uji udara yang diambil
Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
V = F1 + F2 x t x Pa x 298
2
Ta
760
Dimana :
V : Volume udara yang dihisap
F1 : Laju alir awal (L/menit)
F2 : Laju alir akhir (L/menit)
T : Durasi pengambilan contoh uji
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg)
Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin
760 : Tekanan udara standar (mmHg)
2. Konsentrasi NO2 di udara ambien
Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
C = b x 10 x 1000
V 25
36
Dimana :
C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3)
b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)
V : Volume udara yang dihisap
10/25 : Faktor pengenceran
1000 : Konversi liter ke m3
2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan
Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap
kesehatan yaitu studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) dan analisis
risiko kesehatan lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar
keja-dian penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent
oriented) (WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit
) . EKL menyelediki kejadian dan distribusi penyakit, cedera atau kematian
menurut orang, tempat dan waktu.
1. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisis Risiko ( Risk Assesment) adalah proses karakterisasi / perhitungan
efek efek potensial yang merugikan kesehatan manusia oleh bahaya pajanan
lingkungan (NCR, 1983). Analisis risiko kesehatan lingkungan adalah langkah
langkah dalam memperkirakan dan menilai besaran risiko kesehatan dan
lingkungan yang akan terjadi sehingga semua pihak yang peduli mengetahui cara
mengendalikan dan mengurangi risiko tersebut ( Louvar&Louvar, 1998) Analisis
risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah utama yaitu Identifikasi bahaya (Hazard
37
Identification), Analisis Pemajanan (Exposure Assesment), Analisis Dosis Respon
(Dose Respont Assesment), dan Karakteristik Risiko (Risk Characterization).
1. Identifikasi Bahaya :
Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang
digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang
berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan.
Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan
gejala – gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan
agen risiko yang akan dianalisis. Tahapan ini harus menjawab
pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media
lingkungan yang mana agen risiko ada, seberapa besar
kandungan/konsentrasi agen risiko di media lingkungan, gejala
kesehatan apa yang potensial ( Depkes, 2012).
2. Analisis Dosis Response
Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko, konsentrasi
dan media lingkungan ), maka tahap selanjutnya adalah melakukan
analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD, dan/atau RfC,
dan/atau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL, serta
memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen
risiko tersebut pada tubuh manusia. Analisis dosis – respon ini tidak
harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup
dengan merujuk pada literature yang tersedia. Langkah analisis
dosis respon ini dimaksudkan untuk :
38
a. mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko
masuk ke dalam tubuh manusia.
b. memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang
terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko
yang masuk ke dalam tubuh.
c. mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi
(RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut.
3. Analisis Pemajanan
Pengukuran pemajanan adalah dimaksudkan untuk mengenali
jalur jalur pajanan agen risiko agar jumlah asupan yang diterima
individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Asupan setiap agen
risiko harus dihitung untuk semua jalur pemajanan berdasarkan
karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi berisiko
dengan menggunakan rumus di bawah ini :
I
CRt E f E Dt
Wbtavg
Keterangan :
I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh
manusia (mg/kg x hari)
C = konsentrasi risk agent (mg/L)
R = laju asupan (L/hari)
fe = frekuensi pajanan (jam/hari)
39
Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang
terjadi di tempat tinggal
Wb = berat badan responden (kg)
t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun )
4. Karakterisasi Risiko
Merupakan integrasi informasi daya racun dan pemajanan ke
dalam perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam
suatu bahan. Karakterisasi risiko kesehatan dinyatakan dalam Risk
Quotient (RQ) untuk efek efek non karsinogenik dan Excess Cancer
Risk (ECR) untuk efek efek karsinogenik.RQ dihitung dengan
membagi asupan non karsinogenik dengan dosis reference nya. RfC
adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik yang menyatakan
dosis pajanan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan efek
merugikan kesehatan meskipun pajanan tersebut berlangsung
sepanjang hayat.
Hasil perhitungan RQ akan diketahui :
- Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan
efek merugikan kesehatan
- Jika RQ < 1 maka konsentrasi agen belum berisiko menimbulkan
efek kesehatan.
Nilai kuantitatif RQ selanjutnya digunakan untuk merumuskan
manajemen risiko kesehatan dari risk agent untuk diminimalkan.
40
Jenis ARKL berdasarkan orang dibedakan menjadi 2 yaitu individual dan
populasi. Penilaian risiko individual berarti menilai risiko pada manusia per
seorangan sedangkan ARKL pada populasi menilai risiko pada suatu populasi
tertentu. Berdasarkan data yang digunakan dan deskripsinya dibedakan menjadi
penilaian risiko kualitatif dan kantitatif. Penilaian risiko kualitatif adalah dengan
menilai risiko berdasarkan risiko tinggi, sedang atau rendah sedangkan penilaian
risiko kuantitatif adalah dengan estimasi angka. Selain itu ada 2 macam ARKL
berdasarkan data yang digunakan yaitu ARKL meja dan ARKL lapangan. ARKL
meja menggunakan semua nilai default yang telah ditetapkan mengikuti standar
yang telah ditetapkan sedangkan ARKL lapangan menggunakan data data yang
didapatkan dari masyarakat yang akan dilakukan penilaian risiko. Dalam penilaian
analisis risiko kesehatan lingkungan ada beberapa nilai default yang telah
ditetapkan oleh US EPA dalam tabel berikut :
41
Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA
Land Use
Exposure
Pathway
Exposure
Frequency
Exposure
Duration
Body
Weight
Residensial
Air Minum
2 L (dewasa)
1 L (anak)
200 mg (anak)
100 mg
(dewasa)
20 M3
(dewasa)
12 M3 (anak)
350
hari/tahun
350
hari/tahun
350
hari/tahun
30 tahun
70 kg
(dewasa)
15 kg
(anak)
Air minum
Tanah &
debu
Inhalasi
1L
50 mg
250
hari/tahun
25 tahun
70 kg
(dewasa)
Pertanian
Konsumsi
tanaman
42 g
(bebuahan)
80 g (sayuran)
350
hari/tahun
30 tahun
70 kg
(dewasa)
Rekreasi
Konsumsi
ikan lokal
54 g
350
hari/tahun
30 tahun
70 kg
(dewasa)
Tanah &
debu
Inhalasi
kontaminan
Industri &
Komersial
Daily Intake
6 tahun
24 tahun
30 tahun
20 M3 (hari)
Sumber : US EPA dalam Enhealth, 2012
42
2. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah metode untuk mengetahui
dampak kesehatan lingkungan yang berdasarkan pada kejadian penyakit dan
kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit (faktor risiko).
Ada beberapa hal yang membedakan antara EKL (Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan)
dengan
ARKL
(Analisis
Risiko
Kesehatan
Lingkungan).
Sekurang-kurangnya ada 6 ciri yang membedakan EKL dan ARKL, yaitu:
1. Dalam ARKL, pajanan risk agent yang diterima setiap individu dinyatakan
se-bagai intake atau asupan. Studi epidemiologi umumnya tidak (perlu)
memer-hitungkan asupan individual ini.
2. Dalam ARKL, perhitungan asupan membutuhkan konsentrasi risk agent di
da-lam media lingkungan tertentu, karakteristik antropometri (seperti berat
badan dan laju inhalasi atau pola konsumsi) dan pola aktivitas waktu kontak
dengan risk agent. Dalam EKL konsentrasi dibutuhkan tetapi karakteristik
antropo-metri dan pola aktivitas individu bukan determinan utama dalam
menetapkan besaran risiko.
3. Dalam ARKL, risiko kesehatan oleh pajanan setiap risk agent dibedakan
atas efek karsinogenik dan efek nonkarsinogenik, dengan perhitungan yang
berbe-da. Dalam EKL, teknik analisis efek kanker dan nonkanker pada
dasarnya ada-lah sama.
4. Dalam EKL, efek kesehatan (kanker dan nonkanker) yang ditentukan
dengan berbagai pernyataan risiko (seperti odd ratio, relative risk atau
standardized mortality ration) didapat dari populasi yang dipelajari. ARKL
43
tidak dimaksudkan untuk mencari indikasi, menguji hubungan atau
pengaruh dampak ling-kungan terhadap kesehatan (kejadian penyakit yang
berbasis lingkungan), me-lainkan untuk menghitung atau menaksir risiko
yang telah, sedang dan akan terjadi. Efek tersebut, yang dinyatakan sebagai
nilai kuantitatif dosis-respon, harus sudah ditegakkan lebih dahulu, yang
didapat dari luar sumber-sumber populasi yang dipelajari, bahkan dari
studi-studi toksisitas uji hayati (bioassay) atau studi keaktifan biologis risk
agent.
5. Dalam
ARKL,
besaran
risiko
(dinyatakan
sebagai
RQ
untuk
nonkarsinogenik dan ECR untuk karsinogenik) tidak dibaca sebagai
kelipatan risiko melainkan sebagai besaran probalitias. Jadi misalnya, RQ =
2 tidak sama dengan OR = 2.
6. Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk
merumus-kan pengelolaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik.
ARKL menawar-kan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti penetapan
baku mutu dan re-duksi konsentrasi. Pengelolaan dan komunikasi risiko
bukan bagian integral studi EKL dan, jika ada, hanya relevan untuk populasi
yang dipelajari.
44
Bagan 2.1. Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menentukan tipe studi
mana yang dapat dilakukan dalam mempelajari efek lingkungan terhadap kesehatan
manusia (ATSDR, 1996 dalam Rahman, 2007)
2.7. Manajemen Risiko
Salah satu cara dalam manajemen risiko untuk bahaya lingkungan adalah
dengan mengontrol bahaya. Mengontrol bahaya bisa dilakukan dalam 3 tahap yaitu
kontrol pada sumber, kontrol pada lingkungan dan kontrol pada target atau manusia
(Yassi.et al, 2001).
Berdasarkan hasil dari analisis risiko, dapat dirumuskan beberapa pilihan
(skenario) manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dengan memaniipulasi atau
mengubah nilai faktor faktor pemajanan yang berada dalam persamaan intake
sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan Dosis referensi toksisitasnya. Pada
45
dasarnya hana ada dua cara untuk menyamakan Intake dengan RfC yaitu dengan
menurunkan konsentrasi Risk Agent atau mengurangi waktu kontak.
Perhitungan manajemen Risiko adalah sebagai berikut :
C
RfD  Wb  t avg
Dt  R  tE  f E
tE 
fE 
C
RfD  Wb  t avg
C  R  Dt  f E
RfD  Wb  t avg
C  R  Dt  t E
: Konsentrasi maksimum ( μg/m3)
RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)
Wb : Berat Badan (kg)
tavg
: periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik)
R
: laju asupan atau konsumsi ( 0,83 m3/ jam untuk inhalasi)
tE
: waktu pajanan (jam/hari)
fE
: frekuensi pajanan (hari/tahun)
Dt
: Durasi pajanan (tahun)
Dalam melakukan manajemen risiko dari berbagai penyakit akibat lingkungan
berdasar pada teori paradigma kesehatan lingkungan. Patogenesis penyakit berbasis
lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu paradigma yang menggambarkan
46
interaksi hubungan antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya
penyakit dengan manusia atau biasa disebut paradigma kesehatan lingkunga
(Achmadi, 2008)
Paradigma Kesehatan Lingkungan memiliki 5 simpul yaitu :
a. Simpul 1 : Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan
agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen
penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
penyakit melalui media perantara. Sumber penyakit adalah titik yang secara
konstan maupun sewaktu waktu mengeluarkan satu atau lebih berbagai
agen penyakit dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu
: Sumber penyakit alamiah dan hasil kegiatan manusia.
b. Simpul 2 : Media transmisi penyakit
Media transmisi penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat
memindahkan agen penyakit dan pada hakikatnya kita mengenal lima
komponen lingkunan sebagai media transmisi penyakit yaitu :
1) Udara ambient
2) Air
3) Tanah/pangan
4) Binatang/serangga penular penyakit/ vektor
5) Manusia melalui kontak langsung.
47
Media transmisi tidak memiliki potensi penyakit jika didalamnya tidak
mengandung agen penyakit seperti contohnya udara tidak dikatakan
berbahaya jika didalamnya tidak mengandung bahan toksik atau jamur yang
dapat menyebabkan penyakit.
c. Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioral exposure )
Agen penyakit, dengan menumpang komponen lingkungan lain masuk
ke tubuh kita melalui suatu proses yang kita sebut sebagai proses "hubungan
interaktif". Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan
penduduk dapat diukur sebagai perilaku pemajanan.
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan
komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit ( agen
penyakit). Perilaku pemajanan ini dapar diukur dengan biomarker atau
tanda biologi seperti mengukur kandungan merkuri dalam urine atau Pb
dalam darah, dan lain lain.
d. Simpul 4 : Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara
manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan
kesehatan. Manifestasi dampak akibat hubungan antara manusia dengan
lingkungan menghasilkan penyakit pada manusia.
e. Simpul 5 : Variable Supra Sistem
Kejadian penyakit itu sendiri dipengaruhi oleh kelompok variabel supra
sistem yaitu iklim, topografi, temporal dan kebijakan makro atau kebijakan
politik yang merupakan variabel supra sistem.
48
2.8. Kerangka Teori
Kerangka teori ini disusun berdasarkan dari landasan teori mengenai analisis risiko
kesehatan Lingkungan paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kerangka
teori ini merupakan kerangka teori dalam metode ARKL oleh pajanan nitrogen
dioksida mulai dari keberadaanya di lingkungan yang dihasilkan dari sumber
sumber pencemar itrogen dioksida hingga efek kesehatan yang diprediksi dapat
ditimbulkan. Konsentrasi NO2 dipengaruhi oleh sumber pencemar, faktor iklim dan
interaksi dengan polutan lain. Konsentrasi rujukan (RfC) didapat berdasarkan hasil
penelitian penelitian epidemiologi atau perhitungan besar kecil toksisitas kronik
objek kajian (NOAEL dan LOAEL). Dari kajian tersebut dapat diketahui jumlah
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui perhitungan intake yang dipengaruhi
oleh karakteristik individu yaitu berat badan, umur, laju asupan dan pola aktifitas,
dan kemudian memprediksi adanya atau tidaknya risiko berdasarkan konsentrasi
rujukan (RfC) .
49
Sumber :
- Alami
- Buatan
Konsentrasi
NO2 di udara
Identifikasi
Bahaya
Analisis
pemajanan
RQ < 1
Pajanan ke manusia
(Intake)
I 
RfC
CRt E f E Dt
Wb t avg
RQ > 1
Analisis Dosis
Respons (Rfc)
Gangguan Saluran
pernafasan
-
Sesak nafas
ISPA
Radang Paru
Paru
Gambar 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(Enhealth,2012)
Manajemen
Risiko
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan acuan dari kerangka teori mengenai analisis risiko kesehatan
lingkungan paparan nitrogen dioksida kepada masyarakat, yang menjadi fokus
penelitian pada analisis risiko kesehatan paparan nitrogen dioksida terhadap
masyrakat Kabupaten Magelang yaitu perhitungan karakterisasi risiko yang
membutuhkan variabel konsentrasi nitrogen dioksida, laju asupan, frekuensi
pajanan, waktu pajanan, periode dan berat badan.
Polutan udara
nitrogen dioksida
pada udara ambien di Kabupaten
Magelang memapar manusia melalui jalur inhalasi dan jumlah polutan yang
terhirup dihitung sebagai intake. Nilai intake pada manusia dipengaruhi oleh
variabel berat badan, umur, laju asupan, waktu terpapar, frekuensi pajanan dan
durasi. Setelah diketahui nilai intake maka dapat dilakukan perhitungan risiko
berdasarkan nilai RfC. Apabila tingkat risiko kesehatan (RQ) > 1 maka dilakukan
upaya manajemen risiko dengan menghitung kadar atau frekuensi pajanan yang
ditoleransi. Apabila RQ < 1 maka dilakukan upaya untuk mempertahankan
kondisi agar risiko kesehatan (RQ) tidak melebihi 1.
50
51
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Analisis risiko Pajanan nitrogen dioksida
Konsentrasi
NO2 di
udara
ambien di
Kabupaten
Magelang
Pajanan ke masyarakat
(Intake)
RQ = I
RfC
Manajemen
Risiko
Keterangan :
I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia
(mg/kg x hari)
C = konsentrasi risk agent (mg/L)
R = laju asupan (L/hari)
fe = frekuensi pajanan (jam/hari)
Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat
tinggal
Wb = berat badan responden (kg)
t avg = periode waktu (30 tahun x 365 hari/tahun )
52
2.2. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
1
RQ
Tingkat risiko yang ditimbulkan akibat RQ = I
tanpa
satuan
yang
Satuan
Perhitungan rumus
Skala
Rasio
RfC
paparan zat polutan yang dinyatakan dalam
angka
Cara Ukur
merupakan
perhitungan perbandingan antara intake
dengan dosis referensi suatu zat serta dapat
juga diinterpretasikan sebagai aman atau
tidak amannya suatu zat polutan
2
Intake
Jumlah asupan risk agent yang diterima
individu per berat badan per hari
I
CRt E f E Dt
Wbtavg
Perhitungan rumus
mg/kg/hari
Rasio
53
No
Variabel
Definisi Operasional
3
RfC
4
5
6
Satuan
Skala
Estimasi pajanan harian dengan rentang Perhitungan
Estimasi dari nilai LOAEL mg/m3
Rasio
ketidakpastian terhadap populasi berisiko
(Lowest
yang diperkirakan tidak menimbulkan efek
Effect Level) dan NOAEL (No
kesehatan walaupun pajanan berlangsung
Observed
seumur hidup
Level)
Konsentrasi
Kandungan NO2 yang terdapat dalam Spektofotometer
SNI
nitrogen
satuan volume udara ambient di Kabupaten
(Metode Saltzman)
dioksida
Magelang
Berat
Alat Ukur
Badan Berat badan responden saat dilakukan Timbangan
(Wb)
penelitian
Umur
Lama waktu hidup sejak dilahirkan hingga Kuesioner
dilakukan penelitian
Cara Ukur
Observed
No
Adverse
Adverse
Effect
19-7119.2.2005 mg/m3
Rasio
Ditimbang
kilogram
Rasio
Kuesioner untuk wawancara
Tahun
Rasio
54
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
7
Laju Asupan
Volume udara yang dihirup per satuan Rumus
Cara Ukur
Satuan
Skala
Memasukkan nilai berat badan ke m3/hari
Rasio
waktu yang didapat dengan cara menukur Perhitungan Laju dalam regresi laju asupan
laju inhalasi orang dewasa per hari dibagi Asupan
24 jam
8
Waktu Pajanan
Periode waktu (jam) responden terpajan Kuesioner
Kuesioner untuk wawancara
Jam/ hari
Rasio
Kuesioner untuk wawancara
Hari/Tahun
Rasio
Cara Ukur
Satuan
Skala
oleh nitrogen dioksida dalam sehari.
9
Frekuensi
Kekerapan populasi terpajan oleh nitrogen Kuesioner
Pajanan
dioksida di lokasi penelitian berdasarkan
jumlah hari kerja responden dalam satu
tahun
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
55
10
Durasi Pajanan
Lamanya waktu terpajan oleh nitrogn Kuesioner
Kuesioner untuk wawancara
Tahun
Rasio
dioksida di lokasi penelitian berdasarkan
pajanan sebenarnya (real time) dan pajanan
sepanjang hayat ( life time)
11
Periode waktu Periode waktu rata rata untuk pajanan non Nilai default
Mengalikan lifespan dengan 30 tahun x Rasio
rata rata (t avg)
frekuensi pajanan
karsinogenik menggunakan angka default
365 hari/tahun
365 hari
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui besarnya risiko
kesehatan akibat paparan lingkungan terhadap suatu populasi. Yaitu mengetahui
besarnya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat di
Kabupaten Magelang. Metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dipilih
karena penelitian ini bersifat agent specific atau meneliti sumber penyakit berupa
polutan lingkungan tertentu sehingga metode ARKL dinilai sebagai metode yang
sesuai karena penelitian bukan pada kejadian penyakit atau pada kondisi
lingkungan. ARKL merupakan salah satu metode untuk memprediksi dampak
lingkungan dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi Bahaya
2. Analisis pemajanan
3. Analisis Dosis Response
4. Karakterisasi Risiko
5. Manajemen risiko (dilakukan apabila RQ >1)
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan
lokasi penelitian diKabupaten Magelang berdasarkan konsentrasi polutan yang
56
57
didapatkan dari hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Magelang tahun 2014 ( Peta terlampir ).
Waktu penelitian : Januari 2017 – Februari 2016
4.3. . Populasi dan Sampel
1. Populasi Berisiko : Populasi berisiko dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang yang terpapar oleh Nitrogen
dioksida dalam udara ambien dan memiliki laju asupan yang lebih tinggi.
2. Subjek :.
1.
Kriteria Inklusi : Masyarakat usia dewasa (≥19 tahun ) yang bekerja dan
tinggal (> 2 tahun ) di Kabupaten Magelang yang tidak sedang hamil atau
mengidap penyakit diabetes.
2.
Kriteria Eksklusi : Masyarakat yang bekerja di Kabupaten Magelang
namun tinggal di luar Kabupaten Magelang dan masyarakat yang tinggal
di Kabupaten Magelang namun bekerja di luar Kabupaten Magelang
3.
Sampel Lingkungan : Sampel Lingkungan dari penelitian ini adalah udara
ambien di Kabupaten Magelang yang diuji dengan metode Griezz Saltzman
berdasarkan SNI 19-7119.2-2005
Metode Pengambilan Sampel Lingkungan
Sampel udara yang diambil merupakan udara ambien di Kabupaten
Magelang. Titik pengambilan sampel ditentukan yaitu 3 titik yang mewakili
wilayah dengan kadar polusi rendah, sedang dan tinggi berdasarkan data
58
pemantauan kualitas udara dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Magelang tahun 2014 berdasarkan kriteria dari SNI 19 -7119.6-2005. Kriteria
penetuan titik lokasi pengukuran yaitu:
1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi dipilih yang dekat dengan
sumber pencemar bergerak yaitu kendaraan bermotor dimana tempat
pengambilan sampel dilakukan dekat dengan jalan utama provinsi
maupun nasional
2. Masuk dalam administrasi wilayah Kabupaten Magelang yang merupakan
wilayah penelitian
3. Mengambil sampel di 3 titik lokasi yang amsuk dalam wilayah Penelitian
yang bisa mewakili lokasi penelitian dimana dilakukan penentuan titik
dengan memperhatikan nilai konsentrasi pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang.
Titik pengambilan sampel dalam penelitian ini mewakili wilayah dengan
pencemaran rendah, sedang dan tinggi berdasarkan hasil pengukuran oleh
BLH Kabupaten Magelang.
Tiga titik lokasi pengambilan sampel ini termasuk dalam kriteria SNI,
karena merupakan area yang sering mengalami kemacetan pada jam-jam
tertentu saja. Sehingga untuk bahan pencemar yang terdapat pada lokasi ini,
konsentrasinya akan meningkat sesusai dengan aktivitas pada jam - jam
tertentu itu pula. Sedangkan untuk persayaratan pemilihan lokasi yaitu:
1. Menghindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya
absorpsi atau adsorpsi misalnya dekat dengan gedung atau pepohonan.
59
2. Menghindari tempat dimana
pengganggu kimia terhadap bahan
pencemar yang akan diukur dapat terjadi.
3. Pada arah angin dominan: titik pemantauan kualitas udara ambien
minimum 2 titik dengan mengutamakan pada tempat tempat sensitif.
Sedangkan pada arah angin lainnya minimum 1 titik dengan kriteria
penetapan lokasi seperti pada arah angin dominan.
Metode Pengambilan Sampel dan Pengujian konsentrasi Nitrogen dioksida
dari udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman berdasarkan SNI
19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi pengambilan contoh uji gas Nitrogen
dioksida, perhitungan volum contoh uji yang diserap dan penentuan gas Nitrogen
dioksida di udara menggunakan metode Griess Saltzman dengan spektrofotometri
Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Menyusun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar
2. Memaasukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam
botol penyerap. Mengatur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan
sinar matahari langsung,
3. Menghidupkan pompa penghisap udara dan mengatur kecepatan alir 0,4
l/menit, setelah stabil laju alir awal F1dicatat
4. Melakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan mencatat temperatur
dan tekanan udara
5. Setelah satu jam laju alir akhir dicatat dan kemudian pompa penghisap
dimatikan
6. Melakukan analisis di lapangan
60
Bahan/ Pereaksi
1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
3. Air suling bebas nitrit
4. Larutan
nitrit
N-(1-naftil)-etiendiamin
dihidroklorida
(NEDA,
C12H16CI2N2)
- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan
disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling
sampai tanda tera
- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari
pendingin
2. Aseton (C3H6O)
3. Larutan penyerap Griess Saltzam
‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000
ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer
sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml
‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml
‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air
suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan
4. Larutan induk NO2 1640 μg/ml
‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu
105ºC, dan dinginkan dengan desikator
61
‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan
ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga
tanda tera, lalu homogenkan
‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari
pendingin
5. Larutan standar nitrit (NO2)
Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml,
tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan
Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml;
1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret
mikro ke dalam tabung uji 25 ml
c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan
biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna
d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 550 nm
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg)
2. Pengujian Contoh Uji
a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer,
ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang
550 nm
62
b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi
Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut
1. Volume contoh uji udara yang diambil
Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
V = F1 + F2 x t x Pa x 298
2
Ta
760
Dimana :
V : Volume udara yang dihisap
F1 : Laju alir awal (L/menit)
F2 : Laju alir akhir (L/menit)
T : Durasi pengambilan contoh uji
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg)
Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin
760 : Tekanan udara standar (mmHg)
2. Konsentrasi NO2 di udara ambien
Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
C = b x 10 x 1000
V 25
Dimana :
63
C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3)
b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)
V : Volume udara yang dihisap
10/25 : Faktor pengenceran
1000 : Konversi liter ke m3
4.
Pengambilan dan Perhitungan Sampel Manusia
Perhitungan sampel minimal untuk sampel manusia dihitung dengan
persamaan untuk perhitungan rasio yang digunakan dalam penelitian Cross
Sectional, rumus perhitungan minimal sampel yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
Z1- α/2 = 1,96 (derajat kepercayaan 95%)
σ
= standar deviasi 0,002 ( Arista, 2015)
d
= presisi relatif 10% (0,1)
μ
= rata rata 0,00125 (Arista, 2015)
Perhitungan yang didapatkan berdasarkan rumus tersebut adalah :
n=
1,962 0,0022
0,12 0,001252
n = 98,5
`
Dalam pengambilan sampel dengan metode cluster maka jumlah sampel
minimal dikalikan 2 sehingga sampel minimal yang harus diambil 99 x 2 = 198.
64
Dalam kenyataan di lapangan terjadi perubahan jumlah sampel untuk menghindari
drop out mka jumlah total sampel yang diambil adalah 213 sampel.
Pemilihan sampel dilakukan beberapa tahap yaitu cluster bertingkat dan simpel
random sampling. Metode cluster digunakan untuk memilih kecamatan yang akan
diambil sampel berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang Tahun 2014. Berdasarkan hasil
pemantauan kualitas udara di Kabupaten Magelang tahun 2014 di 10 titik yang
mewakili 21 kecamatan, dikelompokkan menjadi tingkat polusi tinggi, sedang dan
rendah berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida pada 10 titik pemantauan
tersebut. 10 titik pengambilan sampel mewakili kecamatan kecamatan berikut.
1. Depan SPBU BAledono : Kecamatan Salam, Ngluwar dan Srumbung
2. Jl Pemuda Muntilan : Kecamatan Muntilan dan Dukun
3. Pertigaan Mendut : Kecamatan Mungkid dan Sawangan
4. Kompleks Candi Borobudur : Kecamatan Borobudur
5. Sekitar PT Sengon Kondang Nusantara : Kecamatan Salaman dan
Kajoran
6. Timur tapak PT Tata Lestari Rimba Buana : Kecamatan Tempuran,
Kaliangkrik dan Bandongan
7. Depan Armada Town Square : Kecamatan Mertoyudan dan
Candimulyo
8. Depan Pasar Lama Tegalrejo : Kecamatan Tegalrejo dan Pakis
9. Pertigaan Secang : Kecamatan Secang dan Windusari
10. Perempatan Pasar Grabag : Kecamatan Grabag dan Ngablak
65
Berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida yang didapatkan pada pemantauan
kualitas udara tahun 2014 di 10 titik tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu
kategori polusi tinggi, sedang dan rendah
1. Kategori tinggi : Pertigaan Secang, Armada Town Square dan Jl. Pemuda
Muntilan yang mencakup Kecamatan Muntilan, Dukun, Mertoyudan,
Candimulyo, Secang dan Windusari dengan total populasi 389.120 jiwa
2. Kategori sedang : Kompleks Candi Borobudur, Depan pasar lama
Tegalrejo, Perempatan Pasar Grabag dan Depan SPBU Baledono yang
mencakup Kecamatan Grabag, Ngablak, Borobudur, Salam, Ngluwar,
Srumbung, Tegalrejo dan Pakis dengan total populasi 399.814 jiwa
3. Kategori rendah : Pertigaan Mendut, Sekitar PT Sengon Kondang
Nusantara dan Timur tapak PT Lestari Rimba Buana yang mencakup
Kecamatan Mungkid, Sawangan, Tempuran, Kaliangkrik, Bandongan,
Salaman dan Kajoran dengan total populasi 392.982 jiwa.
Dari ketiga kategori tersebut kemudian dihitung proporsi sampel berdasarkan total
populasi yang ada dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kategori tinggi
Total Populasi : 389.120
33 % dari total populasi : 129.706
Jumlah minimum sampel yang diambil : 129.706 x 213 = 70
393.972
2. Kategori sedang
Total Populasi : 399.814
33 % dari total populasi : 133.272
66
Jumlah minimum sampel yang diambil : 133.272 x 213 = 71
393.972
3. Kategori rendah
Total Populasi : 392.982
33 % dari total populasi : 130.994
Jumlah minimum sampel yang diambil : 130.994 x 213 = 70
393.972
Dari ketiga kategori tersebut kemudian dipilih secara random 1 kecamatan
yang mewakili tiap kategori sebagai dasar pemilihan secara random untuk cluster
kecamatan pada tiap kategori terpilih Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan
Sawangan dan Kecamatan Borobudur. Dari Setiap Kecamatan terpilih diacak
secara simple random sampling untuk menentukan cluster desa / kelurahan. Skema
Pemilihan sampel yang akan diambil dengan metode cluster adalah sebagai berikut:
1. Dari 13 Desa di Kecamatan Mertoyudan yaitu Banjarnegoro, Banyurojo,
Bondowoso, Bulurejo, Danurejo, Deyangan, Donorojo, Jogonegoro,
Kalinegoro, Mertoyudan, Pasuruhan, Sukorejo, Sumberrejo terpilih 3 desa
yaitu Danurejo, Deyangan dan Sukorejo
2. Dari 20 Desa di Kecamatan Borobudur yaitu Desa Tegalarum, Bigaran,
Borobudur, Bumiharjo, Candirejo, Giritengah, Karanganyar, Karangrejo,
Kebonsari,
Kembanglimus,
Margogondo,
Sambeng,
Kenalan,
Tanjungsari,
Majaksingi,
Tuksongo,
Ngadiharjo,
Wanurejo
dan
Wringinputih terpilih 3 desa yaitu Wringinputih, Borobudur dan
Kembanglimus
67
3. Dari 15 desa di Kecamatan Sawangan yaitu Desa Wonolelo, Banyuroto,
Butuh, Gantang, Gondowangi, Jati, Kapuhan, Ketep, Krogowanan,
Mangunsari, Podosoko, Sawangan, Soronalan, Tirtosari dan Wulung
Gunung terpilih 3 desa yaitu Desa Kapuhan, Mangunsari dan Gondowangi
Dari setiap desa akan dipilih 3 RW Secara random untuk kemudian dilakukan
pengambilan sampel dari setiap RW terpilih dengan metode simple random
sampling.
Gambar 4.1
Gambaran Konsentrasi Nitrogen di Kabupaten Magelang
68
Kabupaten Magelang
Tinggi
Rendah
Sedang
Borobudur
Sawangan
RW 2
RW 5
Kapuhan
RW 1
Kembangli
mus
RW 7
RW 9
Borobudur
RW 5
RW 10
Sukorejo
RW 4
Deyangan
RW 5
RW 7
RW 4
RW 1
RW 2
RW 10
Wringinputih
RW 2
Danurejo
RW 6
RW 1
Gambar 4.1. Skema Pemilihan sampel dengan metode kluster
4.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer : Didapat dengan metode wawancara menggunakan kuosioner
2. Data Sekunder :
a.
RW 4
RW 3
RW 2
RW 4
Gondowangi
RW 7
RW 2
RW 9
RW 1
Mangunsari
Mertoyudan
Data Lingkungan : Data konsentrasi nitrogen dioksida didapat dari data
hasil pemantauan kualitas udara milik Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Magelang dan pengujian laboratorium.
RW 8
RW 9
69
b.
Data Penyakit saluran pernafasan : Data penyakit saluran pernafasan
diambil dari data milik Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang dan
Puskesmas Muntilan dan Mertoyudan.
c.
Data lainnya : Data di luar data lingkungan diambil dari data milik Dinas
Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Magelang
4.5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
pengumpulan data
berupa data primer dan data sekunder . Data primer
diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk
mendapatkan data durasi pajanan, berat badan sedangkan data sekunder berupa
konsentrasi nitrogen dioksida
berdasarkan pemaantauan dari Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang , dan data
data dari Dinas
Kesehatan maupun Dinas Kependudukan Kabupaten Magelang juga beberapa
literatur yang terkait dengan penelitian ini. Data data yang telah diperoleh
kemudian diolah dengan tahap tahap sebagai berikut :
a.
Editing ( pemeriksaan data )
Merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua data data yang
diperoleh melalui wawancara kuesioner setelah pengamilan data di lapangan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memstikan bahwa data yang dikumpulkan semua
terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik.
70
b.
Coding ( Pemberian Kode )
Data yang telah dikumpulkan dan dikoreksi kelengkapannya kemudian diberi
kode oleh peneliti secara manual yaitu dengan memberikan kode pada jawaban
jawaban yang diberikna oleh responden agar mempermudah dalam memasukkan
data data tersebut.
c.
Entry ( memasukkan data ke dalam komputer / software)
Data yang sudah berbentuk huruf dan angka kemudian dimasukkan ke program
komputer dengan menggunakan software microsoft excel, spss dan Arc GIS.
d.
Cleaning (Pembersihan data)
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer
dan memeriksa kembali untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data
4.7.. Teknik Analisa Data
1. Analisis univariat
Dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel. Yang
diteliti. Dalam analisis ini digunakan ukuran nilai tengah mean, median,
nilai-nilai minimal maksimal, dam simpangan baku (standard deviation) . Untuk
melihat normalitas data digunakan uji Kolmogorof - Smirnov. Jika distribusi data
normal maka digunakan mean sedangkan apabila distribusi tidak normal maka
menggunakan median. Hasil analisis dari masing masing variabel disajikan
dalam bentuk tabel maupun diagram. Analisis data penyakit saluran pernafasan
di Kabupaten Magelang menggunakan Geographic Information System dimana
71
data penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang dipetakan dan
disajikan dalam informasi berbentuk peta.
2. Analisis Risiko
Pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) digunakan untuk
menghitung tingkat risiko, terdiri atas empat langkah sebagai berikut :
A. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dilakukan terhadap kandungan nitrogen dioksida pada udara
ambien di Kabupaten Magelang
B. Analisis Dosis Respon
Dosis respon pajanan nitrogen dioksida yang menyatakan dosis acuan (RfC) yaitu
kadar yang ditoleransi yang tidak menimbulkan bahaya bagi tubuh yaitu 2E-2
(NAAQS, 2010)
C. Analisis Pajanan
Analisis pajanan dilakukan dengan pengukuran besarnya pajanan, yaitu dengan
mengestimasi jumlah asupan (intake)
udara dengan memperhitungkan
konsentrasi nitrogen dioksida di udara, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi
pajanan, berat badan, dan periode waktu rata-rata, dengan menggunakan
persamaan berikut :
72
I
CRt E f E Dt
Wbtavg
Keterangan :
I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia
(mg/kg x hari)
C = konsentrasi risk agent (mg/L)
R = laju asupan (L/hari)
fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)
Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat
tinggal
Wb = berat badan responden (kg)
t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun )
D. Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)
Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numerik, melalui estimasi risiko
dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis acuan (RfD). Tingkat
risiko dinyatakan dengan bilangan risiko, Risk Quotient (RQ). Perhitungan RQ
dilakukan sesuai dengan
persamaan berikut :
I
RQ 
RfD atau RfC
Hasil perhitungan RQ dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan masyarakat
akibat paparan Nitrogen dioksida . Apabila RQ ≤ 1 menunjukkan pajanan masih
73
berada di bawah batas normal Sedangkan bila RQ >1, menunjukkan pajanan berada
di atas batas normal dan masyarakat yang terpapar Nitrogen dioksida memiliki
risiko kesehatan oleh nitrogen dioksida sepanjang hidupnya
E. Manajemen Risiko
Manajemen risiko dapat dihitung dengan rumus :
C
RfD  Wb  t avg
Dt  R  tE  f E
tE 
fE 
C
RfD  Wb  t avg
C  R  Dt  f E
RfD  Wb  tavg
C  R  Dt  t E
: Konsentrasi maksimum ( μg/m3)
RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)
Wb : Berat Badan (kg)
tavg
: periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik)
R
: laju asupan atau konsumsi ( m3/ jam untuk inhalasi)
tE
: waktu pajanan (jam/hari)
fE
: frekuensi pajanan (hari/tahun)
Dt
: Durasi pajanan (tahun)
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum
5.1.1.
Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten yang secara administratif
termasuk dalam bagian dari provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 108.573 Ha dan
memiliki ketinggian wilayah antara 153 – 3065 m di atas permukaan air laut. Kabupaten
Magelang berada pada posisi yang strategis dan menguntungkan karena terletak pada jalur
persimpangan dari berbagai arah. Dilihat dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah,
wilayah Kabupaten Magelang memiliki posisi yang strategis karena keberadaannya
terletak di tengah, sehingga mudah dicapai dari berbagai arah. Secara geoekonomis,
Kabupaten Magelang merupakan jalur perlintasan, jalur kegiatan ekonomi yaitu
Semarang- Magelang – Purwokerto dan Semarang – Magelang – Yogyakarta – Solo.
Secara Geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110°01'51" dan 110°27'08"
bujur timur, 7°19'33" dan 7°42'13" lintang selatan. Batas Kabupaten Magelang meliputi :
Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang
Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Provonsi DIY
Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo
Di tengah ; Kota Magelang
74
75
Kabupaten Magelang secara administrasi terbagi menjadi 21 kecamatan yang
terdiri dar 372 desa dan kelurahan.
5.1.2. Kondisi Topografis
Secara topografi Kabupaten Magelang merupakan dataran tinggi yang berbentuk
menyerupai cawan karena dikelilingi oleh 5 gunung yaitu Gunung Merapi, Gunung
Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing dan Pegunungan
Menoreh.Kondisi ini menjadikan sebagian besar wilayah Kbupaten Magelang merupakan
daerah tangkapan air sehingga memiliki tanah yang subur karena memiliki sumber air
yang berlimpah dan sisa abu vulkanik.
5.1.3. Jenis Tanah
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Magelang bagian tengah merupakan tanah endapan /
alluvial yang merupakan lapukan dari batuan induknya. Daerah lereng dan kaki gunung
merupakan tanah endapan vulkanis. Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari
pelapukan batu batuan vulkanik, baik dari lava / batu yang telah membeku maupun dari
abu vulkanik yang telah membeku. Contoh tanah vulkanik yaitu tanah tuff yang terbentuk
dari abu gunung api, yang bersifat sangat subur mengandung zat hara yang tinggi
5.1.4. Kondisi Hidrologi
Wilayah Kabupaten Magelang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo dan
DAS Bogowonto. Sesuai dengan keadaan wilayahnya, Kabupaten Magelang kaya akan
mata air dan sungai. Sungai yang termasuk DAS Progo antara lain Sungai Progo, Elo,
76
Blongkeng, Soti, Tangsi, Pabelan, Mrawu, Punduh, Setro, Glonggong, Lamat, Keji dan
Mangu.
5.1.5. Kondisi Iklim
Kabupaten Magelang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau dengan temperatur udara 20° - 27° C. Kabupoaten Magelang mempunyai
curah hujan yang cukup tinggi dengan rata rata curah hujanyaitu 2541 mm per tahun dan
rata rata banyak hari hujan 121 hari per tahun.
5.2. Karakteristik Responden
5.2.1. Umur
Gambaran usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 5.1
Gambaran Distribusi Usia Responden
Karakteristik
95%CI
Min-Max
Umur
41 – 45
19 – 81
Dari tabel di atas diketahui bahwa responden penelitian ini adalah masyarakat
Kabupaten Magelang usia dewasa yang berusia antara 19 tahun sampai 81 tahun.
Dalam derajat kepercayaan 95 % nilai rata rata usia adalah 41 tahun sampai 45 tahun.
77
5.2.2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki laki dan perempuan. Distribusi
responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabl di bawah ini :
Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden
Karakteristik
n
Persentase
Laki Laki
103
48.4
Perempuan
110
51.6
Total
213
100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 48.4% responden berjenis
kelamin laki laki yaitu sebanyak 103 responden dan sebanyak 110 responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51,6%. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki laki.
5.2.3. Status Pendidikan
Status pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari tidak sekolah,
tidak tamat SD, tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA dan perguruan tinggi. Adapun
distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
78
Tabel 5.3
Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
n
Persentase
Tidak Sekolah
4
1.8
Tidak tamat SD
3
1.4
SD
56
26.3
SMP
36
16.9
SMA
90
42.3
Perguruan Tinggi
24
11.3
Total
213
100.0
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi
oleh lulusan SMA yaitu sebanyak 90 responden yaitu sebanyak 42.3 %. Tingkat
pendidikan responden yang paling sedikit yaitu tidak tamat SD yaitu sebanyak 3
orang atau 1.4%.
5.2.4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini dibagi menjadi 9 jenis pekerjaan
yaitu tidak bekerja, Pegawai Negeri SIpil, Karyawan Swasta, Wiraswasta, Buruh,
Ibu Rumah Tangga, Petani, Pelajar dan pekerjaan lainnya. Distribusi responden
penelitian berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
79
Tabel 5.4
Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden
Jenis Pekerjaan
N
Persentase
Tidak Bekerja
13
6.1
PNS
5
2.3
Karyawan Swasta
46
21.6
Wiraswasta
32
15
Buruh
12
5.6
Ibu Rumah Tangga
31
14.6
Petani
39
18.3
Pelajar
16
7.5
Lain Lain
19
8.6
Total
213
100.0
Dari tabel di tas menunjukkan bahwa responden berdasarkan karakteristik
jenis pekerjaan yang terbanyak adalah sebagai karyawan swsta yaitu sebanyak
21.6% atau sebanyak 46 responden. Pekerjaan lainnya yaitu sebagai petani
sebanyak 18.3%, sebagai wiraswasta sebanyak 15%, dan yang paling sedikit
adalah sebagai PNS yaitu sebesar 5 orang atau 2.3 %.
80
5.3. Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam penilaian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terlebih dahulu harus
dilihat nilai Intake akibat paparan dari Nitrogen dioksida tersebut. Hal hal yang
mempengaruhi Intake dari Nitrogen dioksida diantaranya adalah factor Konsentrasi,
Laju asupan, Lama Pajanan, Frekuensi pajanan, Durasi pajanan dan berat badan.
Adapun gambaran deskriptif dari factor factor diatas dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :
Tabel 5.5
Gambaran Deskriptif Variabel Penelitian Paparan NO2 di Kabupaten Magelang
Karakteristik
Cluster I
Cluster II
Cluster III
37.24µg/m3
20.23 µg/m3
62.77 µg/m3
Konsentrasi
Nitrogen dioksida
Laju Asupan
Waktu Pajanan
Frekuensi Pajanan
Durasi Pajanan
Berat Badan
95% CI
Min – Max
95% CI
Min – Max
95% CI
Min – Max
0,56 – 0,58
0,45 – 0,64
0,58 – 0,6
0,5 – 0,67
0,5 – 0,6
0,5 – 0,67
m3/jam
m3/jam
m3/jam
m3/jam
m3/jam
m3/jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
352 – 357
335 – 365
348 – 353
325 – 365
348 –
335 – 365
hari
hari
hari
hari
350 hari
hari
29 – 35
5 – 60
17 – 23
1 – 58
19 – 26
1 – 63
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
48 – 52 kg
28,2 – 67,8
53 – 58 kg
39,3 – 78
55 – 59
39.6 – 79
kg
kg
kg
kg
81
5.3.1. Konsentrasi Nitrogen dioksida
Konsentrasi Nitrogen dioksida merupakan konsentrasi yang terdapat
dalam udara ambien di Kabupaten Magelang yang diambil dari data milik Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dalam penelitian ini digunakan 3 cluster
yang mewakili daerah dengan tingkat polusi tinggi, sedang dan rendah. Cluster 1
merupakan daerah dengan tingkat polusi rendah, cluster 2 merupakan daerah
dengan tingkat polusi sedang dan cluster 3 merupakan daerah dengan tingkat polusi
tinggi.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa konsentrasi Nitrogen dioksida
di Cluster III merupakan yang paling tinggi diantara wilayah yang lainnya yaitu
sebesar 62.77 µg/m3.
Gambar 5.1
Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang
82
5.3.2. Laju Asupan
Laju asupan adalah banyaknya nitrogen dioksida yang masuk dalam tubuh
setiap jamnya lewat jalur inhalasi (pernapasan) yang ada di wilayah penelitian
selama 24 jam. Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan y =
5,3 Ln(x) – 6,9 dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x = Wb atau berat badan..
Berdasarkan tabel 5.5 nilai rata rata laju asupan masyarakat Kabupaten
Magelang pada derajat kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 0.56 – 0,58 m3/jam,
di cluster 2 sebesar 0,5 – 0,6 m3/jam dan di cluster 3 sebesar 0,5 – 0,6 m3/jam.
5.3.3. Waktu Pajanan
Responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan responden yang
tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden berada di wilayah
Kabupaten Magelang selama 24 jam dalam sehari sehingga waktu pajanan Nitrogen
dioksida dari udara ambien adalah 24 jam/hari
5.3.4. Frekuensi Pajanan
Frekuensi pajanan merupakan berapa hari dalam setahun responden berada
di wilayah Kabupaten Magelang. Dari Tabel 5.5 diketahui bahwa rata rata
Frekuensi pajanan Responden dalam derajat Kepercayaan 95% di cluster 1adalah
352 – 357 hari, di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari dan di cluster 3 sebesar 348 –
350 hari.
83
5.3.5. Durasi Pajanan
Durasi pajanan adalah lama waktu responden menghirup udara yang
mengandung Nitrogen dioksida. Durasi Pajanan orang dewasa dihitung
berdasarkan usia responden mulai menginjak usia dewasa yaitu 19 Tahun.
Perhitungan durasi pajanan real time yaitu dengan mengurangi usia responden
dengan 19 tahun.
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa durasi pajanan
masyarakat terpapar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang dalam derajat
kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 29 – 35 tahun , di cluster 2 sebesar 17 – 23
tahun dan di cluster 3 sebesar 19 – 26 tahun.
.
5.3.6. Berat Badan
Berat badan dalam penelitian ini merupakan berat badan responden yang
ditimbang pada saat dilakukan penelitian dalam stuan kilogram (kg). Berdasarkan
data di atas nilai rata rata berat badan pada derajat kepercayaan 95% di cluster
1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2 sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 –
59 kg.
84
5.4. Analisis Risiko
5.4.1. Analisis
Paparan
(Exposure
Assessment)
Intake
Nitrogen
dioksida
Masyarakat Kabupaten Magelang
Analisis paparan (Exposure Assessment) merupakan tahap dalam ARKL untuk
mengetahui besaran risiko dari tiap individu berdasarkan karakteristiknya terhadap
paparan nitrogen dioksida. Tahapan dalam analisis paparan yaitu perhitungan nilai
Intake kemudian nilai RQ (Risk Quotient). Dalam penelitian ini perhitungan nilai
intake dan RQ dibagi menjadi 3 cluster dimana masing masing cluster memiliki
karakteristik individu dan konsentrasi nitrogen dioksida yang berbeda.
5.4.1.1.
Asupan Nitrogen dioksida
Asupan Pajanan Nitrogen dioksida (NO2) adalah jumlah asupan risk
agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari.
Nilai asupan dihitung dengan persamaan :
Keterangan :
I
: Asupan
C
: Konsentrasi sulfur dioksida (mg/m3)
R
: Laju asupan
tE
: Waktu paparan
fE
: Frekuensi paparan
Dt
: Durasi paparan
Wb
: Berat badan
tavg
: Periode waktu rata-rata
85
Berikut contoh perhitungan asupan berdasarkan semua data yang
didapatkan saat kegiatan pengumpulan data. Hasil penelitian diketahui bahwa
nilai rata-rata konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,04 mg/m3 ,nilai rata-rata
laju asupan adalah 0,59 m3 /jam, nilai rata-rata waktu pajanan adalah 24 jam.
Ratarata frekuensi pajanan adalah 365 hari/tahun, rata-rata durasi paparan adalah
27 tahun dan rata-rata berat badan adalah 54,6 kg.
I = 0.0145 mg/kg/hari
Jadi asupan konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,0145 mg/kg/hari.
Adapun hasil uji statistik variabel asupan pajanan Nitrogen dioksida. Gambaran
intake Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang dibedakan
berdasarkan cluster, durasi pajanan dan usia .Gambaran intake nitrogen dioksida
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.6
Gambaran Intake Nitrogen Dioksida Pada Masyarakat di Kabupaten Magelang
Asupan Nitrogen
95% CI
Min-Max
Real Time
0.007 – 0.009
0.0002-0.04
Lifetime
0.017 – 0.020
0.0045 – 0.059
dioksida
86
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk pajanan reltime intake
terendah yaitu 0.0002 mg/l dan tertinggi yaitu 0.04 mg/l. dengan rata2 untuk derajat
kepercayaan 95% yaitu antara 0.007-0.009 mg/l. Nilai Intake Nitrogen dioksida pada
masyarakat di Kabupaten Magelang dengan estimasi durasi pajanan lifetime yaitu antara
0,0045 – 0,059 mg/l dengan rata rata intake pada derajat kepercayaan 95 % adalah antara
0,017 – 0,020 mg/l
5.4.1.2.
Perbedaan Asupan berdasarkan Cluster dan Durasi Pajanan
sPenelitian dilakukan pada 3 cluster kecamatan di Kabupaten Magelang yang
mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran udara rendah, sedang dan tinggi yaitu pada
Kecamatan Sawangan, Borobudur dan Mertoyudan. Hasil pengambilan sampel udara
pada 3 cluster mempengaruhi intake bagi masyarakat. Konsentrasi Nitrogen dioksida
yang berbeda akan mempengaruhi nilai Intake pada masing masing cluster. Perbedaan
nilai Intake pada masyarakat pada masing masing cluster penelitian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
87
Tabel 5.7
Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster
Asupan
Nitrogen
Cluster I
Cluster II
Cluster III
95% CI
Min-Max
95%CI
Min-Max
95% CI
Min – Max
0.0098-
0.0018-
0.003-
0.0002-
0.009-
0.0005-
0.0121
0.0255
0.004
0.001
0.013
0.040
0.019-
0.0113-
0.008-
0.0045-
0.024-
0.022
0.0279
0.009
0.025
0.028
dioksida
Real Time
Lifetime
0.012-0.059
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa untuk pajanan realtime intake
terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari
dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu
0,0121 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar
0,009 mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1 yaitu
0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar
0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0279 mg/kg/hari, pada
cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,059 mg/kg/hari.
88
5.4.2. Karakterisasi Risiko
Besar risiko kesehatan dilakukan untuk membandingkan nilai asupan
(intake) dengan nilai dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan nilai risiko atau Risk
Quotient (RQ). Berikut contoh perhitungan RQ :
Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan
(intake) dengan nilai dosis acuan (RfC). RQ dihitung dengan persamaan:
Gambaran RQ Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang
dibedakan berdasarkan cluster secara realtime dan estimasi pajanan untuk lifetime .
Gambaran RQ nitrogen dioksida dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
5.4.2.1.
Tingkat Risiko (RQ) Pajanan Nitrogen dioksida pada Masyarakat di
Kabupaten Magelang
Karakterisitik risiko tiap individu dapat dinilai dengan nilai RQ dimana nilai
RQ ≥ 1 dapat dikatakan merupakan masyarakat yang berisiko terkena gangguan
kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida sedangkan nilai RQ < 1 merupakan
masyarakat yang tidak berisiko terkena gangguan kesehatan akibat paparan nitrogen
dioksida.
89
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko tiap Cluster
Besar
Cluster
Risiko (RQ)
1
Total
2
3
N
%
n
%
N
%
N
%
≥1
3
4.5
0
0
11
16.6
14
6.5
<1
66
95.5
72
100
61
83.4
199
93.5
69
100
72
100
72
100
213
100
Total
Rata-rata
0,55
0,17
0,57
0,43
Pada tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata besar risiko pada cluster 3 sebesar
0,57 pada cluster 2 sebesar 0,17 dan pada cluster 1 yaitu sebesar 0,55. Jika dilihat dari
distribusi besar risiko tiap cluster dibandingkan dengan batas nilai aman yaitu 1, maka
disetiap cluster baik cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 untuk waktu saat ini (real time)
jumlah responden dengan RQ ≥1 sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di
cluster 1 dan 11 responden di cluster 3. Namun, karena penelitian dengan metode analisis
risiko merupakan metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan risiko di waktu
yang akan datang maka peneliti akan melakukan perhitungan prakiraan risiko untuk
waktu lifetime yaitu 30 tahun ke depan. Adapun hasil perhitungan prakiraan dapat dilihat
pada tabel berikut.
90
Tabel 5.9
Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan
Besar
Cluster
Risiko (RQ)
1
Total
2
3
N
%
N
%
N
%
n
%
≥1
34
49
0
0
54
75
88
41.3
<1
35
51
72
100
18
25
125
58.7
69
100
72
100
72
100
213
100
Total
Rata-rata
0,12
0,06
0,18
0,12
Dari tabel di atas menunjukkan besar risiko prakiraan 30 tahun ke depan pada
cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan RQ≥1 dan 35 responden (97.2)
dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada
sebanyak 54 responden (75%) dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1.
Sehingga total responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan
responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %).
5.4.3. Manajemen Risiko
Berdasarkan hasil perhitungan risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida
di Kabupaten Magelang, ditemukan adanya tingkat risiko pada masyarakat oleh karena
itu perlu diadakan amnajemen risiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan yaitu
91
dengan menurunkan kadar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang. Perhitungan
Manajemen Risiko untuk batas konsentrasi yang dianjurkan di Kabupaten Magelang
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini :
C 
RfD  Wb  t avg
Dt  R  tE  f E
= 0.002 mg/m3
Dari hasil perhitungan manajemen risiko di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi
maksimum nitrogen dioksida bagi masyarakat di Kabupaten Magelang sebesar 0,002
mg/m3. Nilai tersebut merupakan perhitungan untuk masyarakat dengan rata rata berat
badan 54 kg yang terpapar nitrogen dioksida selama 24 jam selama 365 hari dalam
setahun dengan durasi pajanan rata rata 27 tahun.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian, diantaranya adalah :
1. Nilai konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai
konsentrasi Nitrogen Dioksida yang pengambilan sampelnya menggunakan
tehnik grab sampling bukan sampling secara continue shingga kurang bisa
menggambarkan konsentrasi nitrogen dioksida yang ada di Kabupaten
Magelang secara berkala
2. Pengukuran konsentrasi Nitrogen dioksida tidak dilakukan langsung pada
responden namun hanya dilakukan di udara ambien sehingga menghasilkan
data yang tidak bervariasi
6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di udara
Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang sangat penting
bagi kehidupan manusia dan mempengaruhi kesehatan manusia. Udara yang sehat
yaitu udara yang sesuai komposisinya dan udara tercemar adalah udara dengan
komposisi zat zat yang telah berubah akibat masuknya zat polutan tertentu. Udara
dikatakan tidak sehat apabila telah melampaui baku mutu udara ambien yang
92
93
telah ditetapkan. Udara yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan.
Menteri kesehatan Endang R.Sedyaningsih (2010) dalam Depkes (2010),
menyebutkan bahwa tingginya angka kejadian ISPA di masyarakat menyebabkan
kunjungan pasien di sarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) meningkat
berkisar antara 40-60% dan sisanya kunjungan ke rumah sakit sebanyak 20-40%
yang diakibatkan oleh ISPA.
Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu wilayah Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada 3 titik di Kabupaten Magelang
yang mewakili daerah yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, sedang dan
rendah. Titik yang diambil yaitu titik Mertoyudan, Borobudur dan Mungkid. Titik
penelitian yang diambil mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran masing
masing. Penentuan titik berdasarkan dari hasil pengukuran sebelumnya yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dari hasil
pengukuran tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Magelang diperoleh nilai konsentrasi 37.24µg/m3 untuk titik di
Kecamatan Sawangan yang merupakan cluster I atau wilayah dengan kategori
pencemaran rendah. Untuk wilayah dengan tingkat pencemaran sedang diperoleh
nilai konsentrasi sebesar 20.23 µg/m3 yaitu pada titik di Kecamatan Borobudur.
Untuk titik di Kecamatan Mertoyudan atau wilayah dengan tingkat pencemaran
tinggi diperoleh nlai konsentrasi 62.77 µg/m3.
Angka konsentrasi tersebut dapat dikatakan masih berada di bawah
konsentrasi standar baku mutu pencemaran Nitrogen dioksida berdasarkan PP No
94
41 Tahun 1999 tentang pengendalian Pencemaran Udara yang menetapkan bahwa
standar baku mutu untuk konsentrasi Nitrogen dioksida di udara ambien di
Indonesia adalah 400 µg/m3. Hasil ini mmbuktikan bahwa konsentrasi Nitrogen
dioksida pada udara ambien di Kabupaten Magelang masih memenuhi standar
baku mutu yang ditetapkan di Indonesia. Sumber pencemar utama Nitrogen
dioksida merupakan sumber bergerak dari bahan bakar fosil diantaranya adalah
kendaraan bermotor. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari
tahun ke tahun maka konsentrasi Nitrogen dioksida juga dapat meningkat.
Namun penilaian risiko kesehatan bukan hanya dipengaruhi oleh nilai konsentrasi
melainkan juga memperhitungkan faktor faktor lain yang berpengaruh yaitu
karakteristik individu di Kabupaten Magelang.
Nilai konsentrasi yang berada di bawah baku mutu tidak bisa disimpulkan
bahwa konsentarsi tersebut aman untuk masyarakat dikarenakan perhitungan
analisis risiko bukan hanya memperhitungkan nilai konsentrasi namun juga berat
badan, laju asupan, durasi pajanan dan frekuensi pajanan.
Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek
terhadap
kesehatan
manusia
dipengaruhi
oleh
intensitas
dan
lamanya
keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang
menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi
(Kusnoputranto, H, 2000).
Kualitas udara khususnya di perkotaan merupakan komponen lingkungan
yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan
95
masyarakat maupun kenyamanan kota. Limbah gas merupakan penyebab
penurunan kualitas udara digolongkan ke dalam sumber tidak bergerak (kegiatan
industri, rumah tangga dan pembakaran sampah) dan sumber bergerak (kegiatan
transportasi) (BLH Kabupaten Magelang, 2014).
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan
dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh, namun demikian sektor ini
dikenal pula sebagai salah satu sektor yang memberikan dampak terhadap
lingkungan udara, proses pembakaran bahan bakar minyak seperti diketahui akan
mengeluarkan unsur-unsur dan senyawa-senyawa pencemar udara seperti debu,
karbon monoksida, hidrokarbon, sulfur oksida, timbal.
Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan
kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini bermacam
macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan kesehatan
yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran pernafasan,
peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (edema pulmonary)
(WHO, 2010)
6.3. Laju Asupan
Nilai rata rata laju asupan masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang
yaitu. 0.881 m3/jam dengan nilai laju asupan terkecil yaitu 0.691 m3/jam dan laju
asupan terbesar 1.025 m3/jam yang didapat dari buku panduan Exposure Factor
Handbook yang dikeluarkan Oleh WHO (2011). Pada penelitian ini laju asupan
96
yang digunakan tregantung dari usia responden dikarenakan perbedaan inhalation
rate menurut usia yang ditetapkan oleh WHO. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan bahwa semakin tua semakin tinggi laju asupannya namun laju asupan
pada setiap kelompok umur berubah ubah sesuai dengan perubahan usia.
Tingkat inhalasi yang direkomendasikan untuk orang dewasa dan anakanak didasarkan pada tiga penelitian terbaru (U.S. EPA, 2009; Stifelman, 2007;
Brochu et al., 2006 dalam EFH, 2011), serta studi tambahan tentang anak-anak
(Arcus-Arth dan Blaisdell, 2007). Studi ini menunjukkan kumpulan data besar
yang mewakili Amerika Serikat secara keseluruhan dan mempertimbangkan
korelasi antara berat badan dan tingkat inhalasi. Pemilihan tingkat inhalasi yang
akan digunakan untuk penilaian paparan tergantung pada usia populasi yang
terpapar dan tingkat aktivitas spesifik populasi ini selama berbagai skenario
pemaparan. Tingkat inhalasi untuk setiap aktivitas dalam pola aktivitas simulasi
24 jam untuk setiap individu diperkirakan sebagai fungsi tingkat konsumsi
Oksigen harian, berat badan, usia, dan jenis kelamin (EFH, 2011).
6.4. Lama Pajanan
Lama Pajanan adalah lama waktu responden (jam/hari) terpapar nitrogen
dioksida. Dalam penelitian ini nilai default dari US EPA digunakan sebagai lama
pajanan dikarenakan kriteria responden yang diambil dalam penelitian ini
merupakan responden yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang sehingga
selama 24/hari berada di Kabupaten Magelang. Lama pajanan selama 24 jam/hari
merupakan lama pajanan masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari,
sehingga jika terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula
97
peluang responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian
Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang terpapar semakin
besar risiko kesehatan yang dapat diterima.
6.5. Durasi pajanan
Durasi pajanan merupakan lamanya waktu responden terpapar Nitrogen
dioksida dalam satuan tahun. Pada penelitian ini nilai durasi pajanan yang
digunakan yaitu nilai estimasi berdasarkan nilai real time yang didapatkan dengan
mengukur durasi pajanan orang dewasa. Nilai durasi pajanan didapat dari
perhitungan usia responden dikurangi batas dewasa yaitu 19 tahun. Perkiraan
waktu dihitung
dengan perkiraan lima tahunan hingga durasi seumur hidup
berdasarkan nilai default yang ditetapkan oleh EPA dalam perhitungan analisis
risiko kesehatan lingkungan untuk non kanker yaitu 30 tahun (US-EPA, 1991) .
Durasi pajanan yang digunakan yaitu real time, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20
tahun, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan lifetime atau 30 tahun.
Pada penelitian ini digunakan proyeksi 5 tahunan untuk mengetahui
estimasi terjadinya risiko kesehatan karena paparan Nitrogen dioksida pada
masyarakat. Lamanya durasi pajanan berpengaruh ada besarnya tingkat risiko,
selain dipengaruhi oleh lamanya durasi pajanan, nilai tingkat risiko juga
dipengaruhi oleh konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien, laju asupan,
frekuensi pajanan dan berat badan responden. Hal ini berpengaruh pada estimasi
dalam berapa lama responden ada kemungkinan untuk terkena risiko kesehatan
yang disebabkan oleh paparan Nitrogen dioksida.
98
6.6. Frekuensi pajanan
Frekuensi pajanan yang dimaksud adalah jumlah waktu pajanan nitrogen
dioksida yang diterima responden dalam satuan hari per tahun. Perhitungan
frekuensi pajanan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan menghitung rata rata jumlah hari per tahun responden berada di
lingkungan Kabupaten Magelang. Nilai ini digunakan mengingat responden
adalah orang yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang sehingga setiap
hari sepanjang tahun responden akan terpapar oleh nitrogen dioksida.
Frekuensi pajanan yang digunakan berdasarkan nilai default menyebabkan
hasil penelitian yang tidak bervariasi namun nilai fE dari US EPA merupakan
nilai rata rata manusia berada dalam pemukiman dalam satu tahun. Dalam
penelitian ini responden yang diambil adalah yang tinggal dan bekerja di
Kabupaten Magelang yang sepanjang tahun berada di Kabupaten Magelang
sehingga penggunaan nilai fE ini berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Nilai
ini merupakan nilai estimasi maksimum yang digunakan per tahun sehingga
apabila dengan menggunakan nilai ini tidak ditemukan adanya risiko kesehatan
maka dapat dipastikan bahwa orang yang hanya beberapa hari per tahun berada di
Kabupaten Magelang tidak memiliki risiko kesehatan terhadap paparan Nitrogen
dioksida.
6.7. Berat Badan
Berat badan manusia berpengaruh pada tingkat metabolisme seseorang
dalam mencerna suatu zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Berat badan yang
99
dimaksud adalah berat badan responden yang diukur dengan menggunakan
timbangan badan digital pada saat dilakukan wawancara (dalam satuan kilogram)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata rata berat badan
masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang adalah antara 53.7-56 kg. Hal ini
hamper sama dengan nilai yang digunakan oleh IRIS untuk menetapkan nilai RfC
yang nilai NOAEL dan LOAEL nya berasal dari studi studi epidemiologi di
kawasan Asia.
Berat badan rata rata orang dewasa mormal Asia yaitu 55 kg sedangkan
berat badan orang dewasa normal Eropa yaitu 70 kg. (Kolluru, 1996 dalam
Rahman 2005). Berdasarkan Nukman et al ( 2005), berat badan pada 1378
responden yang terbagi atas ibu rumah tangga, PKL dan karyawan di 5 kawasan
pada 9 kota besar padat transportasi nilai rata ratanya 55 kg. Hasil penelitian di
Magelang menunjukkan angka 53,7 – 56 dimana angka ini mendekati nilai yang
telah ditetapkan oleh IRIS dalam studi di kawasan Asia.
6.8. Asupan (Intake)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata konsentrasi intake Nitrogen
dioksida di Kabupaten Magelang yaitu untuk pajanan 5 tahun intak terendah yaitu
0.0008 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0054 mg/l. dengan rata2 untuk derajat
kepercayaan 95% yaitu antara 0.0022-0.0024 mg/l Untuk durasi pajanan 10 tahun
intake terendah yaitu 0.0017 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0109 dengan rata rata pada
derajat kepercayaan 95% yaitu antara 0.0045-0.0050. Untuk durasi pajanan 15
tahun intake trendah yaitu 0,0026 mg/l dan tertinggi 0.0138 mg/l.
100
Berdasarkan teori enHealth (1992) bahwa perhitungan nilai intake
dipengaruhi oleh frekuensi pajanan, durasi pajanan, laju asupan, konsentrasi dan
berat badan. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil risiko
kesehatan dari asupan zat kimia ke dalam tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan kecepatan metabolisme zat kimia yang masuk ke dalam tubuh
berdasarkan perbedaan berat badan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai
intake dari paparan Nitrogen dioksida pada manusia dipengaruhi oleh frekuensi
pajanan, berat badan, durasi pajanan, konsentrasi dan laju asupan. Pada penelitian
ini rata rata responden telah melebihi nilai reference dose yang ditetapkan oleh
EPA oleh karena itu kualitas udara ambien di Kabupaten Magelang perlu
ditingkatkan untuk mengurangi konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara.
Udara ambien dan udara dalam ruangan merupakan sumber paparan zat
beracun yang potensial. Orang dewasa dan anak-anak dapat terpapar udara yang
terkontaminasi berbagai zat polutan selama berbagai aktivitas di lingkungan yang
berbeda. Mereka mungkin terkena kontaminan di udara sekitar dan mungkin juga
menghirup bahan kimia dari berbagai sumber yang ada dalam ruangan ( Kompor,
pemanas, perapian, dan produk konsumen) serta dari yang menyusup dari udara
sekitar.
NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan
dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara
berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak.
101
US EPA mendefinisikan paparan sebagai konsentrasi kimia pada batas
tubuh. Dalam kasus inhalasi, situasinya diperumit oleh fakta bahwa pertukaran
oksigen dengan karbon dioksida terjadi di bagian distal paru-paru. Anatomi dan
fisiologi sistem pernafasan serta karakteristik agent mengurangi konsentrasi
polutan di udara terhirup (dosis potensial) sehingga jumlah polutan yang benarbenar masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan bagian atas (terutama nasalDaerah tenggorokan dan trakeo-bronkial) dan paru-paru (dosis internal) kurang
dari yang diukur pada batas tubuh.
6.9. Karakterisasi Risiko
Studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ini mengkaji Risk
Quetient (RQ) menurut konsentrasi risk agent di 3 titik sampling di permukiman
di Kabupaten Magelang yang dilakukan pada populasi berisiko yang bermukim
dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden yang diambil berdasarkan
wilayah pengambilan sampling yaitu masyarakat yang bermukim dan bekerja di
Kabupaten Magelang.
Dari hasil uji diketahui pada saat ini tidak ada responden yang memiliki
RQ≥1 yang berarti bahwa tingkat risiko pajanan Nitrogen dioksida di udara
ambien pada masyarakat di Kabupaten Magelang dengan konsentrasi terendah di
cluster 2 sebesar 20.23 mg/m3 dan konsentrasi tertinggi di cluster 3 yaitu 62.77
mg/m3 aman bagi masyarakat di Kabupaten Magelang dengan laju asupan ratarata 0,88 m3/jam, lama pajanan 24 jam/hari, frekuensi pajanan 365 hari/tahun, dan
berat badan 54.6 kg.
102
Jika dilihat dari tiap tahunnya RQ >1 mulai muncul pada perkiraan 20
tahun dimana ada 5 responden yang memiliki risiko tidak aman dan pada
perkiraan 25 tahun ke depan terdapat 26 responden yang memiliki risiko tidak
aman. Pada risiko lifetime atau prakiraan 30 tahun ke depan ada 54 responden
yang memiliki RQ >1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masyarakat
tinggal di lokasi penelitian maka semakin banyak masyarakat yang memiliki
tingkat risiko tidak aman bagi kesehatan terhadap pajanan amonia di udara
ambien. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatonah (2010) yang menunjukkan
semakin lama waktu prakiraan maka semakin banyak responden yang memiliki
RQ≥1.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Haryoto (2014) yang juga
membagi lokasi penelitian menjadi 3 lokasi menghasilkan pada cluster
23responden lebih banyak yang memiliki risiko tidak aman dibandingkan dengan
cluster 1 dan cluster 2. Seperti kita ketahui durasi pajanan
memiliki
perbandingan
memiliki
lurus
dengan
asupan,
sedangkan
berat
badan
perbandingan terbalik dengan asupan. Tingkat risiko (RQ), selain konsentrasi risk
agent, antropometri (berat badan dan umur), dan pola aktivitas (laju asupan,
durasi pajanan dan waktu pajanan), variable lain yang sangat berpengaruh dalam
menentukan tingkat risiko adalah konsentrasi referensi (RfC).
. Studi ini menggunakan nilai RfC berdasarkan ketentuan EPA/NAAQS
2010 sedangkan Nukman et al. (2005), Ariyani (2002), dan Sukadi (2014)
menentukan sendiri nilai RfC dengan menggunakan nilai NOAEL (No Observed
Adverse Effect Level). Terpajan gas NO2 secara terus-menerus dalam jangka
103
waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan seperti gangguan saluran
pernafasan, edema paru yang dapat berakibat fatal (SIKERNAS, 2012).
6.10.
Manajemen Risiko
Prinsip ARKL meyatakan bahwa pengelolaan risiko menjadi suatu
keharusan apabila RQ ≥ 1 (Nukman et al., 2005). Manajemen pada dasarnya
adalah melakukan manipulasi nilai asupan (intake) agar sama dengan nilai (RfC)
sehingga
=
1. Agar nilai asupan (intake) sama dengan RfC maka dapat
dilakukan dengan cara menurunkan konsentrasi risk agent (C) dengan waktu
pajanan tetap seperti saat dilakukan survey untuk proyeksi waktu 30 tahun
kedepan atau memperpendek waktu pajanan (tE dan fE) dengan konsentrasi risk
agent tetap seperti saat dilakukan survey.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat risiko pada saat penelitian
dilakukan maka RQ NO2 (lifetime) tidak berisiko pada konsentrasi minimum,
rata-rata, maksimum untuk semua kelompok sampel penelitian, sehingga tidak
perlu dilakukan manajemen risiko, tetapi perlu dipertahankan variabel-variabel
pemajanannya sehingga tidk menyebabkan RQ ≥ 1. Akan tetapi, jika melihat dari
hasil tingkat risiko untuk 15 tahun, 20 tahun hingga 30 tahun mendatang
didapatkan hasil pajanan NO2 tidak aman lagi untuk masyarakat yang bermukim
di Kabupaten Magelang sehingga pelu dilakukan manajemen risiko
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada konsentrasi Nitrogen
dioksida di Kabupaten Magelang dengan menganalisis risiko kesehatan lingkungan atas
paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien di Kabupaten Magelang
tahun 2015 di cluster 1 yaitu 37.24 µg/m3 , di cluster 2 20.23 µg/m3 dan di
cluster 3
62.77 µg/m3 . Konsentrasi Nitrogen dioksida tahun 2015 di
Kabupaten Magelang masih di bawah baku mutu baik berdasarkan Baku Mutu
Udara Ambien Daerah di Provinsi Jawa Tengah No 8 Tahun 2001 maupun
Baku Mutu Udara Ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999.
2. Karakteristik berat badan Masyarakat Kabupaten Magelang yaitu rata rata
pada derajat kepercayaan 95% di cluster 1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2
sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 – 59 kg.. Hal ini sejalan dengan
karakteristik berat badan pada orang Asia yang digunakan oleh IRIS dalam
perhitungan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Semakin besar berat
badan maka semakin kecil risiko yang dihasilkan dari paparan Nitrogen
dioksida karena berat badan berpengaruh pada tingkat metabolism tubuh
dalam mengurai zat kimia.
104
105
3. Nilai rata rata frekuensi pajanan masyarakat Kabupaten Magelang terpapar
Nitrogen dioksida dalam 1 tahun yaitu di cluster 1adalah 352 – 357 hari per
tahun , di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari per tahun dan di cluster 3 sebesar
348 – 350 hari. Per tahun.
4. Gambaran Nilai Intake pada masyarakat di Kabupaten Magelang
untuk
pajanan realtime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada
cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009
mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0121 mg/kg/hari, pada
cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009
mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1
yaitu 0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada
cluster 3 sebesar 0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu
0,0279 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3
sebesar 0,059 mg/kg/hari. Nilai Intake dipengaruhi lama waktu pajanan, berat
badan dan konsentrasi nitrogen dioksida. Nilai intake terendah ada pada
cluster 3 yang merupakan wilayah dengan konsentrasi nitrogen dioksida
terendah di Kabupaten Magelang.
5. Tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di
Kabupaten Magelang tahun 2015 yang terkcil yaitu 0.043 dan yang tertiggi
1.645. Untuk waktu saat ini (real time) jumlah responden dengan RQ ≥1
sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di cluster 1 dan 11
responden di cluster 3. Pada durasi pajanan lifetime atau perkiraan untuk 30
tahun ke depan pada cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan
106
RQ≥1 dan 35 responden (97.2) dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada
responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada sebanyak 54 responden (75%)
dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1. Sehingga total
responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan
responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %). Jumlah
responden dengan nilai RQ≥1terbanyak ada di cluster 3 yang merupakan
daerah dengan konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di Kabupaten
Magelang.
7.2. Saran
1. Perlunya peningkatan jumlah tanaman yang bisa mengurangi konsentrasi
nitrogen dioksida terutama di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
sebagai daerah yang memiliki nilai konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di
Kabupaten Magelang.
2. Perlunya pemeriksaan lebih lanjut pada daerah daerah yang berisiko terpapar
oleh nitrogen dioksida terutama pada masyarakat dewasa yang tinggal di
Kecamatan Mertoyudan dan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang dimana
telah ditemukan adanya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida.
3. Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut yaitu studi analisa dampak kesehatan
lingkungan dengan menggunakan studi epidemiologi untuk memperkuat studi
mengenai kesehatan lingkungan di Kabupaten Magelang.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, UF. 2013 Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Rajawali Press. Jakarta
Arista, Gita. 2015. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Nitrogen Dioksida dan Sulfur
Dioksida pada Pedagang Kaki lima di Terminal Ampera Palembang Tahun 2015. .
Skripsi, USU, Medan
Abrianto H. 2004. Analisis Risiko pencemaran Debu Terhirup Terhadap Siswa Selama
Berada Di Sdn 1 Pondok Cina, Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.
Basri, Syahrul. Dkk . Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko
Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan ). Jurnal Kesehatan Masyarakat UIN Alaudin
Makassar.
BPLHD DKI Jakrta 2012. Status LIngkungan Hidup Daerah, Provinsi DKI Jakarta 2011.
http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD/2011/pdf/Buku%201%Buku%201%20Bab%202D.pd
f
CLEAPSS. 2007. Student Safety Sheets of Nitrogen Oxides includes Nitrogen Monoxide,
Nitrogen Dioxide, Dinitrogen tetroxide and Dinitrogen oxide.
COMEAP, 2015. Statement on The Evidence for the effects of Nitrogen Dioxide on Health.
Departemen Kesehatan RI. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan.
www.depkes.go.id/downloads/Udara.pdf
Dowker,KP. et. Al. 2007. REal Time Monitoring and Environmental fate of Oxide of
Nitrogen in the Construction Industry. Health and Safety Laboratory Harpur Hill.
Buxton
EHRA, 2012, Environmental Health Risk Assesment, Guidelines for accessing human health
risk from environmental hazard, Australia
Fardiaz, Srikandi, 1992 Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta
Gunawan, G. 2007. Polusi Udara di Ruas Jalan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan Vol. 24
No.2 April 2007.Jakarta. (http://www.pu.go.id/balitbang/news/jatan_240107.pdf)
Haryoto, dkk. 2014. Fate Gas Amoniak Terhadap Besarnya Resiko Gangguan Kesehatan
Pada Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo
Sukakarta. Jurnal EKOSAINS Volume 6, Nomor 6, 2014.
Kusnoputranto, Haryoto, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta.
KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia). 2013. Status
Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Didownload pada tanggal 23 Februari 2015 dari:
http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf
Kharismasari, Riznha. Dkk. 2012. Kadar NO2 Di Udara Ambien Hubungannya dngan
Keluhan Pernafasan Penduduk Berdasarkan Kajian ARKL dan Sebaran Tanaman
(Studi di Jalan Raya Greges Kelurahan Greges Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya).
Universitas Airlangga. Surabaya
Mukono, 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran
Pernafasan. Airlangga University Press, Surabaya.
Mukala, Kristiina. 1999. Personal Exposure to Nitrogen Dioxide and Health Effects among
Preschool Children. National Public Health Institute. Kuopio. Finland
Namin, Shabnam M. An Experimental and Theoretical Analysis of Nitric Oxyde in the
Microcirculation.
Novianti, Srikandi. Dkk. 2009. Pengaruh Karakteristik Faktor Emisi Terhadap Estimasi
Beban Emisi Oksida Nitrogen dari Sektor Transportasi Studi Kasus Wilayah Karees
Bandung. Jurnal Tehnik Lingkungan ITB. Bandung
Notoatmodjo,Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
__________________, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
National Research Council. 1983. Risk assessment in the federal government. Managing the
process. National Academy Press, Washington, DC.
Purwana,R. 2005. PM10 as Prediction of Ventilation Efficiency of Houses to Health Effects.
Medical Journal Indonesia, Volume 14 No. 4, October . Desember 2005
Peraturan Pemeritah Republik Indonesia.1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara.
Queensland Government. 2011. Health Effects of Nitrogen Oxides. Depatment of
Employment, Economic Development and Innovation
Rahman, A. 2005. Prinsip Prinsip Dasar, Metode, Teknik dan Prosedur Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan.. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri. FKM UI.
Depok
Rahman, A. 2007. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Kajian Aspek Kesehatan
Masyarakat dalam Studi AMDAL dan Kasus - Kasus Pencemaran Lingkungan,
Depok, PKKLI FKM UI
Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur Di
Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan
volume.7 Nomor 1: 665-677
Rahman. A. 2007. Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan Dan Aplikasinya Untuk
Manajemen Risiko Kesehatan. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM
UI. Depok
Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur di
Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara, dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.
7 No. 1: 665-677
Raditya, Jevon. 2011. Pengaruh Volume Kendaraan terhadap konsentrasi Pencemarn NOx
pada Udara Ambien di Pintu Tol (Studi Kasus Pintu Tol Cililitan 2). Skripsi . Tehnik
Lingkungan,UI. Depok.
Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press,
Yogyakarta.
Sumantri, Arif. 2010 Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kencana. Jakarta
Undang Undang Republik Indonesia. 2009 . Undang Undang Republik Indonesia No.32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
US Environmetal Protection Agency. Air Trends 1995 . Nitrogen dioxyde Standards - Table
of Historical NO NAAQS
http://www.epa.gov/ttn/naaqs/standards/no/s_no_history.html
US Environmental Protection Agency. Air Criteria http://www.epa.gov/air/criteria.html
U.S. EPA. Integrated Science Assessment (ISA) for Oxides of Nitrogen – Health Criteria
(Final Report, 2016). U.S. Environmental Protection Agency, Washington, DC,
EPA/600/R-15/068, 2016.
US EPA (2008) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria, US
Environmental Protection Agency. https://www.epa.gov/isa
US EPA (2013) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria
(First External Review Draft) United States Environmental Protection Agency.
https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=259167
US EPA (2015) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria
(Second External Review Draft) United States Environmental Protection Agency.
https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=288043
Vancouver. 2014. Healthy City for All. Healthy City Strategy 2014
http://vancouver.ca/people-programs/healthy-city-strategy.aspx
- 2025
Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi, Yogyakarta
WHO, 2014 Air pollution http://www.who.int/topics/air_pollution/en/
Wang, Xiao-Yu. 2008. Spatial Analysis of Long Term Exposure to Air Pollution and
Cardiorespiratory Mortality in Brisbane, Australia. Thesis. Queensland University of
Technology. Australia
Yassi, et al. 2001. Basic Environmental Health. Oxford University Press. New York
World
Health Organization. Healthy Cities. http://www.euro.who.int/en/healthtopics/environment-and-health/urban-health/activities/healthy-cities
World
Health Organization 2011. Type of Healthy
http://www.who.int/healthy_settings/types/cities/en/
Settings,
Healthy
city
WHO (2006) Air Quality Guidelines Global Update 2005. World Health Organization
Regional
Office
for
Europe.
Diakses
dari
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/78638/E90038.pdf
Robert K. D. The Risk Assessment Paradigm. Agricultural and Biological Risk Assessment.
Montana State University
Wright, Teresa Leah. 2001 Nitric Oxide : Cellular Effect In Vitro and In Vivo. B.S.
Biochemistry. Massachusets Institute of Technology
Kemenkes. 2012. Pedoman ARKL Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan
Tahun 2012
Kemenkes. 2013. Pedoman pengisian kuesioner tahun 2013.
Kemenkes. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
Download