ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DARI POLUTAN AMBIEN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Skripsi Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh : Nur Ikhsani Rahmatika 1111101000111 Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Mei 2017 Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111 Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Xviii + 106 halaman, 15 tabel, 3 gambar, 3 bagan, 8 lampiran Polutan Udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan saluran pernafasan. Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah dengan prevalensi ISPA sebesar 24,7 % (Riskesdas,2013). Nitrogen dioksdida merupakan salah satu zat pencemar udara yang berpengaruh pada kesehatan saluran pernafasan. NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Wawancara kuesioner dilakukan pada 213 responden yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu masyarakat dewasa yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang. dan Nilai konsentrasi Nitrogen dioksida diukur dengan metode Griess Saltzman dan tehnik pengambilan sampel udara dengan grab sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah di cluster 1 sebesar 37,24 µg/m3 di cluster 2 sebesar 20.23 µg/m3 dan di cluster 3 sebesar 62.77 µg/m3 , nilai berat badan 53-56 kg dengan berat badan minimum 28.2 dan maksimum 78 kg Nilai rata rata Intake yaitu 0.0145 mg/kg/hari. Nilai RQ terkecil yaitu 0.043 dan tertinggi 1.645. Nilai RQ di atas 1 ditemukan di cluster 1 dan 3 pada durasi pajanan realtime. Kata Kunci : Nitogen dioksida, Kabupaten Magelang Daftar Bacaan : 54 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM DEPARTEMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH Undergraduate Thesis, May 2017 Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111 RISK ASSESSMENT OF NITROGEN DIOXIDE EXPOSURE FROM AMBIENT AIR POLLUTANT FOR PUBLIC HEALTH SOCIETY OF MAGELANG REGENCY 2015 Xviii + 106 pages, 25 tables, 3 pictures, 3 charts, 8 attachments Air Pollutants inhaled by humans in certain concentrations and within a certain period of time can cause respiratory tract disorders. Magelang regency is one of the regencies in Central Java with a prevalence of ARI of 24.7% (Riskesdas, 2013). Nitrogen dioxide is one of the air pollutants that affect the health of the respiratory tract. NO2 is one of the irritant air pollutant parameters And Nitrogen dioxide toxic properties may interfere with lung health. NO2 in the air Derived from both mobile source and non-moving source emissions. This study aims to determine the magnitude of exposure risk of Nitrogen dioxide in the community in Magelang District in 2015. Type This research is descriptive research using environmental health risk analysis method. The questionnaire interview was conducted on 213 respondents according to the established criteria and the Nitrogen dioxide concentration value was measured by Griess Saltzman method and air sampling technique with grab sampling. The results showed that the concentration of NO2 in Magelang District in 2015 was in cluster 1 37.24 µg/m3 and in cluster 2 20.23 μg / m3 while in cluster 3 62.77 μg / m3 , a weight rating of 53-56 kg with a minimum body weight of 28.2 and a maximum of 78 kg. Intake of nitrogen dioxide was 0.0145 mg / kg / day. The smallest RQ value is 0.043 and the highest is 1.645. RQ values above 1 are found in cluster 1 and cluster 3 in realtime exposure duration. Keywords : Nitrogen dioxide, Magelang district Reading Source : 54 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nur Ikhsani Rahmatika Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 30 Januari 1992 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Blondo, Mungkid, Magelang Jawa Tengah Nomor HP : 081288156218 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : (1996 – 1997 ) TK Pertiwi Magelang, Jawa Tengah (1997 – 1998) TKIT Zaid Bin Tsabit Magelang, Jawa Tengah (1998 – 2004) SDIT Zaid Bin Tsabit Magelang, Jawa Tengah (2004 – 2010) Kulliyyatul Muallimat Al Islamiyyah ITTC Gontor Putri 1 Ngawi, Jawa Timur (2011 – 2017 ) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Ciputat, Banten KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ". Sholawat dan salam kepada Baginda Rasulullah Muhammada SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan MAsyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sangat besar penulis persembahkan kepada : 1. Allah SWT kemudian kedua orang tua Bp. Jusuf Zam Zam, SE dan Ibu Nurjannah,Spdi atas segala dukungan dan yang tak pernah lupa menyebut nama saya dalam setiap doa begitu pula kepada ketiga saudara M Ainur Rofiq, Arif Shohibur Rohman dan Ikhwanu Thoriq Abdillah atas setiap dukungan yang diberikan 2. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku dekan FKIK UIN Jakarta 3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ibu Dewi Utami Iriani selaku sekeretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah 4. Ibu Dr. Ela Laelasari.SKM.M.Kes dan Ibu Catur Rosidati, M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan dam bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D, Bapak Abdurrahman M.Env dan Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D selaku penguji siding skripsi atas perbaikan dan masukan agar skripsi saya menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. 6. Lukman Hakim Wijaya Kusuma yang selalu meluangkan waktu di sela sela kesibukan untuk memberikan motivasi dan support untuk selalu optimis dalam menghadapi suka duka kehidupan. Juga atas doa doa sehingga mampu melewati setiap masalah. 7. Sahabat dan Teman Teman seperjuangan, Geng Calon Istri Sholehah, Ulfah Matswal, Nadhiera, Puspa, Bella, Addah, Gogo, Maya. keluarga besar AB 10 YK, Keluarga Cemara Magelang Martel, Juan, Bunda Piyul, Firman, Ahsan, Hafid, Lakso atas segala support dan doa yang selalu membangkitkan semangat dan membantu berdiri kembali ketika sedang dalam keadaan down. 8. Sahabat sahabat seperjuangan di Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu dalam penyusunan skripsi ini Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan dan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak masa perkuliahan hingga selesainya skripsi maka penyusunan skripsi ini tidak akan tercapai. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Jakarta, Mei 2017 Nur Ikhsani Rahmatika DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................................. i Lembar Pernyataan ........................................................................................................... ii Abstraksi ........................................................................................................................... iii Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................................... iv Kata Pengantar` ................................................................................................................. v Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................................... vi Daftar Isi ........................................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1-10 1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1 1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….5 1.3. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………………7 1.4. Tujuan Penelitian………………………………………………………………..8 1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………………9 1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 11-45 2.1. Udara…………………………………………………………………………..12 2.2. Pencemaran Udara…………………………………………………………….15 2.3. Nitrogen Dioksida……………………………………………………………….18 2.4. Baku Mutu Udara Ambien………………………………………………………25 2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida…………………………………………....27 2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan……………………………….31 2.7. Manajemen Risiko………………………………………………………………41 2.8. Kerangka Teori………………………………………………………………….45 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 46-51 3.1. Kerangka Konsep………………………………………………………………..46 3.2. Definisi Operasional……………………………………………………………..48 BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 52-69 4.1. Jenis Penelitian………………………………………………………………….52 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………....52 4.3. Subjek Studi…………………………………………………………………….53 4.4. Populasi dan Sampel…………………………………………………………….54 4.5. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………..60 4.6. Teknik Pengolahan Data………………………………………………………..64 4.7. Teknik Analisa Data……………………………………………………………50 BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................................70-93 5.1. Gambaran Umum……………………………………………………………….70 5.2. Karakteristik Responden………………………………………………………..72 5.3. Deskripsi Variabel Penelitian…………………………………………………...76 5.4. Analisis Risiko…………………………………………………………………81 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 91-102 6.1. Keterbatasan Penelitian………………………………………………………91 6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di Udara………………………………….....91 6.3. Laju Asupan…………………………………………………………………97 6.4. Durasi Pajanan………………………………………………………………98 6.5. Frekuensi Pajanan…………………………………………………………...99 6.6. Berat Badan…………………………………………………………………100 6.7. Asupan (Intake)…………………………………………………………….101 6.8. Karakterisasi Risiko…………………………………………………………102 6.9. Manajemen Risiko…………………………………………………………..102 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 103-105 7.1. Simpulan……………………………………………………………………..103 7.2. Saran…………………………………………………………………………105 Daftar Pustaka .............................................................................................................. 106 Lampiran ........................................................................................................................ 110 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Komposisi Udara ............................................................................................. 13 Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien Internasional ......................................................... 26 Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia ........................................................... 27 Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA ................................................ 37 Tabel 2.5 Nilai Inhalation Rate yang ditetapkan WHO .................................................... 38 Tabel 4.1 Definisi Operasional ......................................................................................... 48 Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Usia Responden .............................................................. 72 Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 73 Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Status Pendidikan Responden ........................................ 74 Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden ..................................................... 75 Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 76 Tabel 5.6 Gambaran Intake NO2 pada Masyarakat di Kabupaten Magelang ................. 81 Tabel 5.7 Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster ....................................................... 82 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko Tiap Cluster ........ 85 Tabel 5.9 Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan .................................. 91 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang ............ 25 Gambar 4.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang ............ 62 Gambar 5.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen dioksida .................................................... 77 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Ilustrasi Logika Pengambilan Keputusan Tipe Studi Lingkungan .................. 41 Bagan 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ................................. 45 Bagan 2.3 Kerangka Konsep Analisis Risiko Pajanan NO2............................................. 47 Bagan 4.1 Skema Pemilihan Sampel ................................................................................ 63 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan salah satu masalah global yang dihadapi hampir oleh seluruh negara negara di dunia. Pencemaran udara di dunia telah mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2013. Berdasarkan data WHO kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah melebihi ambang batas yang sudah ditetapkan (WHO, 2014). Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap kesehatan manusia dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi (Kusnoputranto, H, 2000). Kabupaten Magelang merupakan salah satu kawasan strategis pariwisata nasional yang terdapat dalam program Nawacita Pemerintahan Presiden Joko Widodo. kawasan strategis pariwisata nasional menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan wisata dan kawasan pendukung kawasan wisata. Dalam hal ini kawasan strategis pariwisata nasional menjadi sasaran percepatan pembangunan untuk menarik wisatawan. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti apakah paparan nitrogen dioksida memiliki risiko bagi penduduk di Kabupaten 1 2 Magelang untuk memastikan bahwa tidak ada risiko bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dilewati oleh jalan arteri nasional. Kabupaten ini menghubungkan antar dua ibukota provinsi yaitu ibukota Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I. Yogyakarta sehingga merupakan salah satu jalur utama provinsi. Salah satu sumber pencemar udara yang paling utama adalah emisi kendaraan bermotor sehingga Kabupaten Magelang dipilih sebagai tempat penelitian. Beberapa bahan pencemar udara yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), Total Suspended Particulate (TSP), Particulate Matter (PM10), timbal, Amonia (NH3), hidrokarbon (HC) dan lain lain. Dari beberapa polutan tersebut yang berpengaruh pada kesehatan saluran pernafasan yang telah diketahui analisa dosis response dengan nilai reference concentration yang telah dikonfirmasi oleh Integrated Risk Information System (IRIS) adalah nitrogen dioksida, aulfur dioksida dan TSP. . Berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang tahun 2014 ditemukan konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang telah mendekati baku mutu udara ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999 namun telah melampaui guideline dari National Ambient Air Quality Standard (NAAQS) dari US EPA tahun 2010 . Konsentrasi Nitrogen dioksida yang ditemukan dalam 3 pemantauan kualitas udara tersebut yaitu sebesar 208,89 mg/m3(BLH Kabupaten Magelang, 2014). Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen pencemar udara yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Studi menunjukkan adanya hubungan antara paparan nitrogen dioksida jangka pendek, antara 30 menit sampai 24 jam, dengan efek samping pernafasan termasuk peradangan saluran nafas pada orang shat dan penigkatan gejala nafas pada penderita asma. Nitrogen dioksida dapat mengiritasi paru paru dan resistensi yang lebih rendah terhadap infeksi pernafasan seperti influenza (WHO, 2010). Nitrogen dioksida dapat bereaksi dengan amonia, uap air, dan senyawa lain untuk membentuk partikel kecil. Partikel partikel kecil menembus dalam ke bagian sensitif dari paru paru dan dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit pernafasan, seperti emfisema dan bronkhitis, dan dapat memperburuk penyakit jantung yang ada, yang meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran udara adalah penyakit saluran pernafasan. Nitrogen dioksida merupakan salah satu zat yang bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernafasan seperti Asma, radang Paru Paru dan ISPA ( Queensland Government, 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah termasuk dalam kategori sedang karena prevalensi tertinggi 4 adalah Kabupaten Kudus dengan tingkat prevalensi 43,1 % dan terendah adalah Kabupaten Karanganyar yaitu 10,7%. Meningkatnya konsentrasi nitrogen dioksida di udara dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi ISPA. Aktifitas lalu lintas jalan raya merupakan sumber pencemar utama NO2 di udara. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15 % pertahun dengan proyeksi 6 - 8 % maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (Gunawan, 2007) Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap kesehatan yaitu studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar kejadian penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented) (WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit ) . Metode ARKL dapat dilakukan untuk mengestimasi salah satu risiko yang disebabkan oleh polutan lingkungan. Metode ARKL dapat dilakukan ketika menyusun dokumen ADKL dalam AMDAL maupun dalam melakukan audit lingkungan untuk pengelolaan lingkungan (UU No 32 Tahun 2009) Kajian ARKL dibutuhkan bagi produk, usaha, keadaan atau aktifitas yang memiliki kemungkinan terjadinya pengaruh yang signifikan bagi kesehatan manusia yang disebabkan oleh produk, usaha, keadaan atau aktifitas tersebut. Salah satu yang termasuk didalamnya adalah melakukan kajian analisis risiko pada aktifitas yang sudah ada (Enhealth, 2012). Kabupaten Magelang sebagai sebuah kota yang 5 didalamnya terdapat berbagai aktifitas yang sudah berjalan menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada lingkungan salah satunya adalah pencemaran udara oleh Nitrogen dioksida yang memiliki kemungkinan berpengaruh pada kesehatan masyarakatnya. Penilaiaian risiko dilakukan terhadap orang dewasa karena terkait dengan segmen masyarakat yang memiliki potensi produktivitas lebih dalam pembangunan di Kabupaten Magelang. Telah banyak penelitian analisis risiko yang dilakukan kepada anak anak maupun lansia yang merupakan populasi berisiko dimana peneliti ingin melihat risiko pada populasi dengan risiko terkecil yaitu pada orang dewasa. Karena dengan adanya risiko kesehatan pada orang dewasa dapat dipastikan risiko kesehatan juga bisa terjadi pada anak anak dan lansia. Dari pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan kajian ARKL untuk mengetahui gambaran tingkat risiko yang ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida yang sebagai polutan pada udara ambien terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang. 1.2. Rumusan Masalah Data dari Riskesdas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar yang ada di Kabupaten Magelang (Dinkes Kabupaten Magelang,2015) Terdapat nilai konsentrasi Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang yaitu sebesar 208,89 mg/Nm3. Konsentrasi nitrogen 6 dioksida telah melampaui baku mutu udara ambien berdasarkan guideline dari NAAQS (National Ambient Air Quality Standar) dari US EPA tahun 2010 namun masih di bawah baku mutu berdasarkan PP No 41 Tahun 1999. Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini bermacam macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran pernafasan, peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (WHO, 2010) Sampai saat ini belum ada penelitian di Kabupaten Magelang mengenai analisis risiko kesehatan lingkungan dari paparan Nitrogen dioksida terhadap masyarakat yang dalam kesehariannya terpapar langsung dari udara yang dihirupnya. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Magelang hanya sebatas pemantauan kualitas udara ambien namun tidak menganalisis besarnya paparan risiko kesehatan dari paparan polutan udara tersebut. Berdasarkan hal hal yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan penelitian tentang gambaran tingkat risiko kesehatan dari paparan Nitrogen dioksida terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen Dioksida tersebut kepada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015. 7 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan tingkat risiko yang harus dikendalikan ? 2. Bagaimana gambaran berat badan masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015 ? 3. Bagaimana gambaran frekuensi pajanan (hari/tahun) masyarakat Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015? 5. Berapa nilai Intake (Asupan NO2) masyarakat Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015? 6. Berapa besar nilai risiko kesehatan pada masyarakat Kabupaten Magelang akibat pajanan Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015? 7. Bagaimana seharusnya manajemen risiko yang dilakukan akibat pajanan Nitrogen dioksida pada tahun 2015 ? 8 1.4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida kepada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015 2. Tujuan Khusus 1. Diketahui Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan tingkat risiko yang harus dikendalikan. 2. Diketahui nilai berat badan masyarakat yang menghirup udara yang diperoleh dari udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten Magelang tahun 2015. 3. Diketahui nilai frekuensi pajanan (hari/tahun) Nitrogen dioksida terhadap masyarakat Kabupaten Magelang tahun 2015. 4. Diketahui gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015. 5. Diketahui Gambaran Intake NO2 pada masyarakat di Kabupaten Magelang Taun 2015 6. Diketahui tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015. 7. Diketahui altrnatif manajemen risiko akibat paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015. 9 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah pengetahuan tentang pencemaran udara terutama mengenai cemaran udara oleh nitrogen dioksida (NO2) di udara Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang kemudian dapat dijadikan sarana pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan kimia dan biologi lingkungan serta menjadi bahan bacaan dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya. Informasi dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi dan skill yang dimiliki mahasiswa program studi kesehatan masyarakat. 3. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dapat dijadikan masukan dalam penyusunan AMDAL kawasan tingkat Kabupaten/ Kota dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai pembangunan daerah berkelanjutan. 4. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang 10 dapat dijadikan referensi tentang besarnya risiko kesehatan yang ditimbulkan dari paparan polutan nitrogen dioksida terhadap masyarakat dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan dan penyusunan kebijakan terkait pembangunan daerah 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang pada bulan Januari – Februari 2016. Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis risiko kesehatan sebagai dampak pajanan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kabupaten Magelang dipilih menjadi lokasi penelitian karena dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa di Kabupaten Magelang ditemukan tingginya kasus penyakit Saluran Pernafasan. Penelitian ini sebagai perkiraan risiko bagi kesehatan atas paparan nitrogen dioksida (NO2) terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015. Sampel penelitian merupakan masyarakat Kabupaten Magelang kategori dewasa (≥ 19 tahun) yang telah bermukim minimal 2 tahun di wilayah Kabupaten Magelang. Sampel penelitian dipilih sebagai orang dewasa yang berusia ≥ 19 tahun karena dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat besar risiko pada orang dewasa, dimana pada penelitian penelitian yang sebelumnya telah ada beberapa penelitian pada anak anak yang memiliki risiko yang lebih besar maka peneliti ingin melihat bagaimana risiko tersebut pada orang dewasa. 11 Pengukuran konsentrasi polutan nitrogen dioksida diukur dengan menggunakan alat pengukuran udara ambien (impinger) milik Balai Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja Provinsi Yogyakarta dengan metode SNI 19-7119-2-2005. Konsentrasi nitrogen dioksida yang diambil dalam penelitian ini yaitu pada titik pengambilan sampel di Kabupaten Magelang yang mewakili wilayah dengan kategori polusi tinggi, sedang dan rendah berdasarkan dari pemantauan kualitas udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat untuk mengetahui gambaran pada masing masing variabel, menggunakan geographic information system untuk memetakan dan perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk menghitung tingkat risiko kesehatan yang diakibatkan oleh paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 1. Pengertian Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi yang memiliki komponen gas yang tidak selalu konstan (Fardiaz,1992). Udara mrupakan atmosfer yang mengelilingi bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia. Udara dibutuhkan makhluk hidup dalam proses respirasi, fotosintesis dan untuk menahan sinar ultraviolet. 2. Manfaat Udara Udara merupakan salah satu unsur penting bagi makhluk hidup. Beberapa manfaat udara bagi kehidupan antara lain : a. Sebagai zat yang dibutuhkan untuk bernafas b. Sebagai sarana bagi pesawat terbang c. Sebagai alat pendigin bagi trafo tegangan tinggi d. Sebagai sarana olahraga paralayang. e. Membantu proses transfer panas melalui metode konveksi. 12 13 3. Komposisi Udara Udara terdiri dari campuran berbagai gas yang perbandingannya tidak tetap tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan lingkungan di sekitarnya.Komposisi normal udara terdiri dari ags nitrogen 78,1%, oksigen 20,9%, karbon dioksida 0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon, krypton, senon dan helium. Komposisi udara kering yang uap airnya dihilangkan relatif konstan. Tabel 2.1 Komposisi Udara Unsur Volume (%) Nitrogen 78 Oksigen 21 Argon 0,94 Karbon Dioksida 0,03 Helium 0,01 Neon 0,01 Xenon 0,01 Krypton 0,01 Metana Sangat sedikit Amonia Sangat sedikit Hidrogen Sulfida Sangat sedikit Sumber : Fardiaz,1992 14 4. Jenis - jenis udara a. Udara ambien Pengertian udara ambien menurut PP No 41 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran udara adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfis yang berada dalam wilayah yuridiksi republik Indonesia yang diburuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya. b. Udara emisi Udara emisi merupakan zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien yang mempunyai atau tidak mempunyai unsur pencemar. 2.2. Pencemaran Udara 1. Pengertian Pencemaran Udara Udara merupakan unsur yang penting dalam lingkungan, pencemaran udara dapat diartikan masuknya atau dimasukkannya zat zat atau komponen lain dalam udara oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun , hal ini sejalan dengan pengertian pencemaran lingkungan yang terdapat pada UU no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Limgkungan Hidup yang berbunyi "Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke ti ngkat tertentu yang menyebabkan 15 lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan bentukannya" (UU No.23 Tahun 1997) . Sejalan dengan Undang Undang di atas PP 41 Tahun 1999 mendeskripsikan Pencemaran udara dengan masuknya atau dimasukkannya zat energi dari komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan komposisi unsur atau komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun pengurangan relatif, sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan atau komponen nonkehidupan, pada waktu dan tempat tertentu. 2. Bahan Pencemar Udara Penyebab atau bahan pencemar di udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder (Achmadi, 2011): a. Pencemar primer : polutan atau substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara antara lain CO dan Sulfur dioksida. b. Pencemar sekunder : polutan atau substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi dua atau lebih bahan pencemar primer di atmosfer contoh : ozone, formaldehid,smog fotokimia Polutan udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya dan dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu CO 16 (Karbon Monoksida) , NO2(Nitrogen Oksida) , HC (Hidrokarbon) ,SO2 (Sulfur Dioksida) dan partikel (Fardiaz, 1992) 3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara Faktor faktor yang mempengaruhi kulaitas udara sebelum kontak dengan manusia diantaranya adalah (Achmadi, 2011) : 1. Arah dan kecepatan angin Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran sehingga dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu sumber akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat. Angin menentukan kemana berbagai bahan pencemar akan dibawa, gterutama gas dan dan partikel berukuran kecil, semakin cepat anginbertiup proses pengenceran berjalan semakin baik. 2. Kelembapan Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder. Kelembapan yang tinggi akan mengakibatkan reaksi reaksi SO2 menjadi nikatan sulfit 17 dan sulfat yang bersifat korosif. Selain manusia, benda benda purbakala dapat terkena korosi bahan pencemar yang asam ini. 3. Suhu Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan kelembapan udara relatif, sehingga akan menyebabkan efek korosif dan meningkatnya sushu akan menyebabkan meningkatnya kecepatan reaksi suatu bahan kimia. Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin tinggi. 4. Sinar Matahari Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara, karena dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikian juga halnya mengenai banyaknya panas matahari yang sampai ke bumi, yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara. Sinar matahari dapat mempengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau bahan bahan yang terbuat dari karet. 18 5. Curah Hujan Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas tertentu kedalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu baik yang inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada partikel air dan di bawa jatuh ke bumi. Dengan demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibat jatuhnya hujan. 6. Tekanan Udara Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang. 4. Sumber Pencemar Udara Sumber utama pencemaran udara terbagi dalam dua kategori yaitu secara alamiah dan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Sumber alamiah yang paling utama adalah letusan gunung berapi atau adanya aktifitas magma yang keluar, terutama gas gas CO, NO, SO2 serta berbagai logam berat seperti merkuri, Kadmium dan unsur unsur kimia lainnya ( Achmadi, 2011). Sumber pencemar dari kegiatan manusia antara lain berasal dari transportasi, Industri, Pembakaran, Pembangkit listrik, dan lain lain. Sifat 19 alami udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara yang dapat bersifat langsung dan lokal, regional maupun global. (Sumantri,2010) 2.3. Nitrogen Dioksida 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer (80 %). Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun asam amino yang merupakan protein yang temukan pada semua organisme bahkan sampai ke virus. Protein merupakan salah satu senyawa kimia utama yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein memiliki peranan vital bagi organisme, seperti fungsi struktural maupun fungsi dungsional di dalam tubuh. Protein bahkan menyusun materi genetik yang berperan sebagai pengatur di dalam tubuh serta yang akan diwariskan kepada keturunannya. Nitrogen di alam dalam bentuk gas N2 yang tidak dapat digunakan baik oleh tumbuhan maupun hewan. Berbeda dengn tumbuhan dan hewan, bakteri mapu menggunakan nitrogen dalam bentuk gas (N2) untuk metabolismenya, dan menghasilkan senyawa nitrogen dalam bentuk lain, amonium (NH4) dan nitrat (NO3). Dua jalur utama masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem. Jalur pertama nitrogen besaral dari deposit nitrogen atmosfer yang berjumlah sekitar 5% samai 10%. Dalam jalur inii baik- amonium maupun nitrat yang terlarut air hujan maupun yang terbawa oleh debu- debu dapat memasuki suatu ekosistem untuk selanjutnya digunakan oleh tumbuhan. Sedangkan jalur yang kedua masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem ialah 20 melalui serangkaian reaksi kimia yang dibantu oleh mikroorganisme. Siklus Nitrogen terdiri dari beberapa proses. a. Fiksasi Nitrogen Fiksasi (pengikatan) nitrogen hanya dapat dilakukan oleh prokariota (bakteri dan alga) tertentu yang mampu mengikat senyawa nitrogen dalam bentuk N2 (nitrogen anorganik) menjadi nitrogen organik dengan mengubahnya menjadi asam amino yang merupakan penyusun protein. Keberadaan prokariota pengikat nitrogen amat penting bagi suatu ekosistem mengingat peranan nitrogen ialah struktural senyawa protein yang menjalankan banyak fungsi vital di dalam tubuh. Nitrogen difiksasi oleh bakteri di ekosistem terestrial dan juga bakteri Leguminoceae, ekosistem yang bersimbiosis Rhizobium akuatik dengan leguminosa. terdapat populasi akar tanaman Sedangkan pada sianobakteria (alga prokariot) yang mampu mengikat nitrogen bebas dari atmosfer masuk ke badan air yang dapat digunakan oleh tmbuhan air dan alga untuk nutrisi pertumbuhan. Mikroorganisme pengikat nitrogen menggunakan senyawa tersebut untuk reaksi metabolisme di dalam tubuhnya. Hasil samping dari reaksi fiksasi ini akan menghasilkan senyawa amoniayang menjadi prekursor pertama kali nitrogen organik yang dapat digunakan oleh tumbuhan. 21 b. Nitrifikasi Merupakan reaksi kimia metabolisme amonium (NH4) oleh bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrosococus) yang menghasilkan senyawa nitrit (NO2). Amonia (NH3) hasil fiksasi N2 yang dibebaskan ke dalam tanah akan bereasi dengan ion Hidrogen sehingga membentuk senyawa amonium (NH4) yang bersifat asam dan dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan. Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen dalam bentuk gas, sehingga dapat menguap ke atmosfer. Pada saat ini amonia mampu membentuk amonium dengan berikatan dengan ion hidrogen. Amonium yang terbentuk di atmosfer akan ikut terbawa dengan aliran hujan yang akan membasahi bumi. Kandungan amonium ini akan mempengaruhi pH tanah di suatu ekosistem. Amonium yang terakumulasi ditanah sebagian besar dimanfaatkan oleh bakteri nitrit untuk menghasilkan energi dan akan menghasilkan senyawabuangan NO2. Selanjutnya senyawa nitrit akan digunakan oleh bakteri nitrat (Nitrobacter) yang menghasilkan senyawa nitrat (NO3). Senyawa nitrat jauh lebih ramah dibanding senyawa nitrogen lainnya. Senyawa ini dapat digunakan oleh tumbuhan secara langsung untuk diasimilasi menjadi senyawa nitrogen organik, asam amino yang akan menyusun protein. Hewan mendapat asupan nitrogen dengan cara 22 memakan tumbuhan atau hewan lain melalui rantai makanan pada suatu ekosistem. c. Denitrifikasi Adalah suatu reaksi kimia yang merombak senyawa nitrat menjadi senyawa N2 ke atmosfer. Denitrifikasi dilakukan oleh bakteri denitrifikans yang membantu pengembalian senyawa nitrogen ke atmosfer. d. Amonifikasi Sedangkan amonifikasi ialah penguraian nitrat menjadi amoniun (NH4) melalui proses penguraian yang dibantu oleh dekomposer (bakteri dan jamur). Pembebasan akumulai nitrogen pada organisme yang telah mati akan sangat lama siklusnya jika tidak dibantu oleh dekomposer. Sang pengurai menggunakan senyawa nitrogen organik kompleks (protein/asam amino) untuk memenuhi nutrisinya) dan dalam reaksi ini mengembalikan senyawa amonium yang akan menggantikan senyawa amonium yang telah digunakan bai oleh mikroorganisme maupun tumbuhan. 2. Sifat Kimia dan Fisika Nitrogen dioksida adalah kelompok zat yang terdapat di atmosfer yang merupakan campuran dari gas nitrogen dan oksigen. Nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam. Pembentukan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara 23 sehingga membentuk NO kemudian reaksi seelanjutnya antara nitrogen monoksida dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida ( oksidasi ) dengan persamaan reaksi sebagai berikut : N2 + O2 ------→ 2NO 2NO + O2 -----→ 2NO2 Nitrogen dioksida masuk ke dalam kelompok gas yang sangat raktif yang disebut nitrogen oksida (NOx). Gas gas ini terbentuk ketika bahan bakar dibakar pada suhu tinggi dan sumber terbesar yaitu dari knalpot kendaraan bermotor dan sumber statis yaitu dari utilitas listrik dan boiler inddustri. Gas nitrogen dioksida adalah agen pengoksidasi yang kuat yang bereaksi di udara untuk membentuk asam nitrat korosif, serta nitrat organik beracun. Gas ini juga merupakan gas utama dalam reaksi atmosfer yang menghasilkan ground - level - ozone atau kabut asap (US.EPA. 2010) Udara terdiri dari sekitar 80 % volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini memunyai sedikit kecenderungan untuk bereaksi satu sama lain namun pada suhu yang lebih tinggi keduanya dapat bereaksi membentuk nitrogen dioksida dalam jumlah yang lebih besar sehingga dapat mencemari udara. Jumlah nitrogen dioksida di udara dalam ekuilibrum dipengarhi oleh suhu pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran yang terdapat pada suhu tersebut dan jumlah oksign berlbih yang tersedia di udara. Semakin tinggi suhu pembakaran maka semakin tinggi pula konsentrasi notrogen dioksida di udara dalam keadaan ekuilibrum. Pembentukan ntrogen dioksida 24 dirangsang oleh suhu tinggi namun dapat terdisosiasi kembali apabila suhu campuran perlahan diturunkan. 3. Sumber dan Penyebaran Dari seluruh jumlah nitrogen oksida yang dilepaskan di atmosfer, jumlah terbanyak berasal dari aktifitas bakteri namun polusi nitrogen oksida dari sumber alami ini bukan merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga konsentrasinya kecil. Yang menjadi masalah bagi lingkungan adalah konsentrasi nitrogen dioksida yang berasal dari kegiatan manusia karena konsentrasi yang meningkat sangat tinggi pada tempat tertentu. Konsentrasi nitrogen dioksida di daerah perkotaan biasanya antara 10 - 100 kali lebih tinggi daripada di udara pedesaan. Konsentrasi nitrogen dioksida juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk seperti pada karbon monoksida karena konsentrasi nitrogen dioksida yang diproduksi manusia terutama berasal dari kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi nitrogen dioksida adalah dari pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin. Konsentrasi nitrogen dioksida dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan konsentrasi nitrogen dioksida berlangsung sebagai berikut : a. Sebelum matahari terbit, konsentrasi nitrogen dioksida tetap stabil pada konsentrasi minimun sehari hari 25 b. Segera setlah aktifitas manusia meningkat ( jam 6 -8) pagi konsentrasi nitrogen dioksida meningkat terutama karena meningkatnya aktifitas lalu libtas karena kendaraan bermotor. c. Dengan terbitnya matahari yang memancatkan sinar ultraviolet, konsentrasi nirogen dioksida. Konsentrasi nitrogen dioksida meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder. Konsentrasi nitrogen dioksida pada pagi hari dapat mencapai 0,5 ppm d. Konsentrasi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi nitrogen dioksida karena reduksi oksigen e. Jika intensitas energi matahari turun maka konsentrasi nitrogen dioksida meningkat kembali f. O3 yang terkumpull sepanjang hari akan bereaksi dengan NO sehingga akan terjadi peningkatan nitrogen dioksida dan penurunan konsentrasi O3. g. Produk akhir dari pencemaran nitrogen dioksida di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan menjadi garam garam nitrat dalam air hujan dan debu. Mekanisme utama dalam pembentukan asma nitrat dari nitrogen dioksida masih terus dipelajari dan diteliti oleh para ahli. h. Kemungkinan terbentuknya HNO3 dalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon pada kadar nitrogen dioksida maksimum. Oksigen memegang peranan penting dalam kemungkinan terjadinya reaksi. 26 4. Pengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 memiliki potensi bahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa nitrogen dioksida empat kali lbih berbahaya daripada NO. Selama ini belum ada laporan kematian yang disebakan oleh keracunan NO karena pada konsentrasi normal di udara ambien yang terdapat di atmosfer NO tidak menyebabkan iritasi yang berbahaya, tetapi pada konsentrasi tertentu dapat mengalami oksidasi menjadi nitrogen dioksida yang lebih berbahaya. Nitrogen dioksida dapat mengiritasi paru paru dan resisitensi yang lebih rendah terhadap infeksi pernafasan seperti influenza dan ISPA. Efek dari paparan jangka pendek pada manusia belum ditemukan namun apabila terus terpapar dalam konsentrasi yang di atas batas wajar dalam udara ambien akan menyebabkan peningkatan kejadian pernafasan akut pada anak (WHO. 2010) Nitrogen dioksida sangat berbahaya apabila terhirup dalam konsentrasi tinggi. Keracunan nitrogen dioksida dapat menyebabkan pusing, demam bahkan ketidaksadaran. Nitrogen dioksida juga dapat mengiritasi mata dan saluran pernafasan dan dapat menimbulkan gejala bagi penderita asthma. Konsentrasi yang ditoleransi dalam 15 menit pajanan tidak boleh lebih dari 1,9 ppm (CLEAPSS, 2007) Konsentrasi nitrogen dioksida sebesar 20 ppm apabila terhirup akan menyebabkan kematian, Konsentrasi sebesar 5 ppm akan memberikan efek akut apabila terpapar lebih dari 15 menit dan konsentrasi aman yang 27 bisa ditoleransi oleh tubuh dalam waktu singkat yaitu 3 ppm. Efek kesehatan akut yang bisa ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida diantaranya iritasi mata, iritasi tenggorokan dan saluran pernafasan, dan memicu asma bagi penderita asma. Efek akut yang paling berbahaya yaitu edema pulmonary ( kerusakan paru paru ). (Quenssland DEEDI, 2011) Gas nitrogen dioksida dapat menyebabkan toksisitas yang signifikan karena kemampuannya membentuk asam nitrat dengan air di mata, paru-paru, selaput lendir dan kulit. Nitrogen dioksida dianggap bukan zat yang berbahaya karena tidak pada dosis konsentrasi yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang signifikan atau bahkan kematian dalam waktu singkat . Konsentrasi yang tepat dimana NO2 akan menyebabkan berbagai efek kesehatan tidak dapat diprediksi dengan akurasi yang lengkap, karena pengaruhnya adalah fungsi konsentrasi udara dan waktu pemaparan, dan pengukuran yang tepat belum dilakukan sehubungan dengan toksisitas manusia. Informasi yang tersedia dari paparan manusia juga menunjukkan bahwa ada beberapa variasi dalam individu. Bila dihirup NO2 dapat menyebabkan kematian dengan kejang akut (penutupan jalan napas), edema paru (kerusakan jaringan halus paru-paru), atau bronkolitis obliterans (penyumbatan pada bagian paru-paru halus, akibat kerusakan jaringan sekunder). Edema paru yang berpotensi fatal bisa terjadi setelah gejala awal minimal. Gejala biasanya terjadi dalam 1-2 jam paparan, namun mungkin tertunda hingga 72 jam.Bergantung pada lamanya 28 paparan, konsentrasi NO2 yang tinggi juga dapat menyebabkan pneumonia (peradangan paru-paru umum), dan bronkiolitis (radang bronkiolus). Pemulihan mungkin lengkap atau mungkin melibatkan beberapa tingkat kerusakan fungsi paru. Paparan akut terhadap konsentrasi NO2 yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan mata yang serius. NAAQS menentukan batas konsentrasi nitrogen dioksida yang bisa ditoleransi kesehatan untuk standar nasional adalah 0,053 ppm. Nitrogen dioksida berkontribusi dalam pembentukan ozon dan dapat memiliki efek buruk pada kedua ekosistem darat dan dan perairan. Nitrogen dioksida di udara dapat berkontribusi pada sejumlah efek lingkungan seperti hujan asam dan eutrofikasi di perairan pantai. Eutrofikasi terjad ketika badan air menderita peningkatan nutrisi yang berpengaruh pada berkurangnya jumlah oksigen dalam air yang berpengaruh pada kerusakan lingkungan dan kehdupan ikan dan hewan lainnya (US EPA,.2010) Di Kabupaten Magelang penyakit saluran pernafasan yang berhubungan dengan pencemaran Udara cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang terdapat beberapa penyakit saluran pernafasan yang angka penderitanya cukup tinggi diantaranya ISPA, Influenza, Bronchitis dan Athsma. Data berikut menunjukkan prevalensi penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang yang dikelompokkan berdasarkan kecamatan. Di beberapa Kecamatan dengan tingkat pencemaran sedang dan tinggi terdapat kasus tingginya penyakit 29 saluran pernafasan. Namun tingginya pencemaran bukanlah factor mutlak tingginya jumlah penyakit saluran pernafasan di Kabupaten Magelang. Gambar 2.1 Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang (Dinkes Kabupaten Magelang, 2015) 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Tiap negara memiliki kebijakan masing masing dalam menetapkan Baku Mutu Udara Ambient, berikut ini adalah tabel Baku Mutu udara ambient yang ditetapkan oleh US EPA di negara Amerika Serikat. 30 Tabel 2.2 Guideline Untuk Baku Mutu Udara Ambien Internasional Sumber : NAAQS 2010 Di Indonesia, baku mutu udara ambien nasional adalah batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara ( PP 41 tahun 1999). Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut maka ditetapkan Baku Mutu Udara Ambien seperti tabel berikut : 31 Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia No Waktu pengukura n SO2 (Sulfur 1 jam Dioksida) 24 jam 1 tahun CO ( Karbon 1 jam Monoksida) 24 jam 1 tahun Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 900 μg/m3 365 μg/m3 60 μg/m3 30,000 μg/m3 30.000 μg/m3 Pararosanili n Spektrofotom eter NDDL NDDL Analyzer NO2 ( Nitrogen Dioksida ) 1 jam 24 jam 1 tahun O3 ( Oksida ) 1 jam 1 tahun HC ( Hidrokarbon 3 jam ) PM10 24 jam PM2,5 24 jam 1 tahun TSP 24 jam 1 tahun Pb 24 jam 1 tahun 400 μg/m3 150 μg/m3 100 μg/m3 235 μg/m3 50 μg/m3 140 μg/m3 Saltzman Spektrofotom eter Chemilumin escent Flamed Ionisation Gravimetri Gravimetri Spektrofotom eter Gas Kromatografi Hi-Vol Hi-Vol Gravimetri Hi-Vol Hi-Vol AAS 10 Dustfall 30 hari 11 Total Fluorides 24 jam 90 hari 10 ton /Km2/bulan 3 μg/m3 0,5 μg/m3 Gravimetri Ekstraksi Pengabuan Gravimetri 12 Flour Indeks 30 hari 13 Khlorine dan 24 jam Khlorine Dioksida 14 Sulphat Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Parameter 30 hari Sumber : PP no 41 tahun 1999 150 μg/m3 65 μg/m3 15 μg/m3 250 μg/m3 90 μg/m3 2 μg/m3 1 μg/m3 Canister Specific ion Impinger atau elektroda Continuos Analyzer 400μg/100 Colourimetri Limed filter cm3 dari paper kertas limed filter 150 μg/m3 Spesifik Ion Impinger atau Elektroda Countinuos Analyzer 1 mg Colourimetri Lead SO3/100cm2 Peroksida dari lead Candle peroksida 32 2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida Pengujian kadar Nitrogen dioksida dari udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman berdasarkan SNI 19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi pengambilan contoh uji gas Nitrogen dioksida, perhitungan volum contoh uji yang diserap dan penentuan gas Nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess Saltzman dengan spektrofotometri Gas Nitrogen dioksida diserap dalam larutan Griwss Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan ditentuka secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm. Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar 2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, 3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara 5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh. Bahan/ Pereaksi 33 1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) 2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH) 3. Air suling bebas nitrit 4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16CI2N2) - Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera - Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin 5. Aseton (C3H6O) 6. Larutan penyerap Griess Saltzam ‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml ‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml ‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan 7. Larutan induk NO2 1640 μg/ML ‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105ºC, dan dinginkan dengan desikator 34 ‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan ‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari pendingin 8. Larutan standar nitrit (NO2) Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Kurva Kalibrasi a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg) 2. Pengujian Contoh Uji a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang 550 nm 35 b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut 1. Volume contoh uji udara yang diambil Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : V = F1 + F2 x t x Pa x 298 2 Ta 760 Dimana : V : Volume udara yang dihisap F1 : Laju alir awal (L/menit) F2 : Laju alir akhir (L/menit) T : Durasi pengambilan contoh uji Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg) Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K) 298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg) 2. Konsentrasi NO2 di udara ambien Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : C = b x 10 x 1000 V 25 36 Dimana : C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3) b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg) V : Volume udara yang dihisap 10/25 : Faktor pengenceran 1000 : Konversi liter ke m3 2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap kesehatan yaitu studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) dan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar keja-dian penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented) (WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit ) . EKL menyelediki kejadian dan distribusi penyakit, cedera atau kematian menurut orang, tempat dan waktu. 1. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Analisis Risiko ( Risk Assesment) adalah proses karakterisasi / perhitungan efek efek potensial yang merugikan kesehatan manusia oleh bahaya pajanan lingkungan (NCR, 1983). Analisis risiko kesehatan lingkungan adalah langkah langkah dalam memperkirakan dan menilai besaran risiko kesehatan dan lingkungan yang akan terjadi sehingga semua pihak yang peduli mengetahui cara mengendalikan dan mengurangi risiko tersebut ( Louvar&Louvar, 1998) Analisis risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah utama yaitu Identifikasi bahaya (Hazard 37 Identification), Analisis Pemajanan (Exposure Assesment), Analisis Dosis Respon (Dose Respont Assesment), dan Karakteristik Risiko (Risk Characterization). 1. Identifikasi Bahaya : Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan. Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala – gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis. Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media lingkungan yang mana agen risiko ada, seberapa besar kandungan/konsentrasi agen risiko di media lingkungan, gejala kesehatan apa yang potensial ( Depkes, 2012). 2. Analisis Dosis Response Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko, konsentrasi dan media lingkungan ), maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD, dan/atau RfC, dan/atau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL, serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia. Analisis dosis – respon ini tidak harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia. Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk : 38 a. mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia. b. memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh. c. mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut. 3. Analisis Pemajanan Pengukuran pemajanan adalah dimaksudkan untuk mengenali jalur jalur pajanan agen risiko agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Asupan setiap agen risiko harus dihitung untuk semua jalur pemajanan berdasarkan karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi berisiko dengan menggunakan rumus di bawah ini : I CRt E f E Dt Wbtavg Keterangan : I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia (mg/kg x hari) C = konsentrasi risk agent (mg/L) R = laju asupan (L/hari) fe = frekuensi pajanan (jam/hari) 39 Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat tinggal Wb = berat badan responden (kg) t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun ) 4. Karakterisasi Risiko Merupakan integrasi informasi daya racun dan pemajanan ke dalam perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan. Karakterisasi risiko kesehatan dinyatakan dalam Risk Quotient (RQ) untuk efek efek non karsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek efek karsinogenik.RQ dihitung dengan membagi asupan non karsinogenik dengan dosis reference nya. RfC adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik yang menyatakan dosis pajanan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun pajanan tersebut berlangsung sepanjang hayat. Hasil perhitungan RQ akan diketahui : - Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek merugikan kesehatan - Jika RQ < 1 maka konsentrasi agen belum berisiko menimbulkan efek kesehatan. Nilai kuantitatif RQ selanjutnya digunakan untuk merumuskan manajemen risiko kesehatan dari risk agent untuk diminimalkan. 40 Jenis ARKL berdasarkan orang dibedakan menjadi 2 yaitu individual dan populasi. Penilaian risiko individual berarti menilai risiko pada manusia per seorangan sedangkan ARKL pada populasi menilai risiko pada suatu populasi tertentu. Berdasarkan data yang digunakan dan deskripsinya dibedakan menjadi penilaian risiko kualitatif dan kantitatif. Penilaian risiko kualitatif adalah dengan menilai risiko berdasarkan risiko tinggi, sedang atau rendah sedangkan penilaian risiko kuantitatif adalah dengan estimasi angka. Selain itu ada 2 macam ARKL berdasarkan data yang digunakan yaitu ARKL meja dan ARKL lapangan. ARKL meja menggunakan semua nilai default yang telah ditetapkan mengikuti standar yang telah ditetapkan sedangkan ARKL lapangan menggunakan data data yang didapatkan dari masyarakat yang akan dilakukan penilaian risiko. Dalam penilaian analisis risiko kesehatan lingkungan ada beberapa nilai default yang telah ditetapkan oleh US EPA dalam tabel berikut : 41 Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA Land Use Exposure Pathway Exposure Frequency Exposure Duration Body Weight Residensial Air Minum 2 L (dewasa) 1 L (anak) 200 mg (anak) 100 mg (dewasa) 20 M3 (dewasa) 12 M3 (anak) 350 hari/tahun 350 hari/tahun 350 hari/tahun 30 tahun 70 kg (dewasa) 15 kg (anak) Air minum Tanah & debu Inhalasi 1L 50 mg 250 hari/tahun 25 tahun 70 kg (dewasa) Pertanian Konsumsi tanaman 42 g (bebuahan) 80 g (sayuran) 350 hari/tahun 30 tahun 70 kg (dewasa) Rekreasi Konsumsi ikan lokal 54 g 350 hari/tahun 30 tahun 70 kg (dewasa) Tanah & debu Inhalasi kontaminan Industri & Komersial Daily Intake 6 tahun 24 tahun 30 tahun 20 M3 (hari) Sumber : US EPA dalam Enhealth, 2012 42 2. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah metode untuk mengetahui dampak kesehatan lingkungan yang berdasarkan pada kejadian penyakit dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit (faktor risiko). Ada beberapa hal yang membedakan antara EKL (Epidemiologi Kesehatan Lingkungan) dengan ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan). Sekurang-kurangnya ada 6 ciri yang membedakan EKL dan ARKL, yaitu: 1. Dalam ARKL, pajanan risk agent yang diterima setiap individu dinyatakan se-bagai intake atau asupan. Studi epidemiologi umumnya tidak (perlu) memer-hitungkan asupan individual ini. 2. Dalam ARKL, perhitungan asupan membutuhkan konsentrasi risk agent di da-lam media lingkungan tertentu, karakteristik antropometri (seperti berat badan dan laju inhalasi atau pola konsumsi) dan pola aktivitas waktu kontak dengan risk agent. Dalam EKL konsentrasi dibutuhkan tetapi karakteristik antropo-metri dan pola aktivitas individu bukan determinan utama dalam menetapkan besaran risiko. 3. Dalam ARKL, risiko kesehatan oleh pajanan setiap risk agent dibedakan atas efek karsinogenik dan efek nonkarsinogenik, dengan perhitungan yang berbe-da. Dalam EKL, teknik analisis efek kanker dan nonkanker pada dasarnya ada-lah sama. 4. Dalam EKL, efek kesehatan (kanker dan nonkanker) yang ditentukan dengan berbagai pernyataan risiko (seperti odd ratio, relative risk atau standardized mortality ration) didapat dari populasi yang dipelajari. ARKL 43 tidak dimaksudkan untuk mencari indikasi, menguji hubungan atau pengaruh dampak ling-kungan terhadap kesehatan (kejadian penyakit yang berbasis lingkungan), me-lainkan untuk menghitung atau menaksir risiko yang telah, sedang dan akan terjadi. Efek tersebut, yang dinyatakan sebagai nilai kuantitatif dosis-respon, harus sudah ditegakkan lebih dahulu, yang didapat dari luar sumber-sumber populasi yang dipelajari, bahkan dari studi-studi toksisitas uji hayati (bioassay) atau studi keaktifan biologis risk agent. 5. Dalam ARKL, besaran risiko (dinyatakan sebagai RQ untuk nonkarsinogenik dan ECR untuk karsinogenik) tidak dibaca sebagai kelipatan risiko melainkan sebagai besaran probalitias. Jadi misalnya, RQ = 2 tidak sama dengan OR = 2. 6. Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk merumus-kan pengelolaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik. ARKL menawar-kan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti penetapan baku mutu dan re-duksi konsentrasi. Pengelolaan dan komunikasi risiko bukan bagian integral studi EKL dan, jika ada, hanya relevan untuk populasi yang dipelajari. 44 Bagan 2.1. Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menentukan tipe studi mana yang dapat dilakukan dalam mempelajari efek lingkungan terhadap kesehatan manusia (ATSDR, 1996 dalam Rahman, 2007) 2.7. Manajemen Risiko Salah satu cara dalam manajemen risiko untuk bahaya lingkungan adalah dengan mengontrol bahaya. Mengontrol bahaya bisa dilakukan dalam 3 tahap yaitu kontrol pada sumber, kontrol pada lingkungan dan kontrol pada target atau manusia (Yassi.et al, 2001). Berdasarkan hasil dari analisis risiko, dapat dirumuskan beberapa pilihan (skenario) manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dengan memaniipulasi atau mengubah nilai faktor faktor pemajanan yang berada dalam persamaan intake sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan Dosis referensi toksisitasnya. Pada 45 dasarnya hana ada dua cara untuk menyamakan Intake dengan RfC yaitu dengan menurunkan konsentrasi Risk Agent atau mengurangi waktu kontak. Perhitungan manajemen Risiko adalah sebagai berikut : C RfD Wb t avg Dt R tE f E tE fE C RfD Wb t avg C R Dt f E RfD Wb t avg C R Dt t E : Konsentrasi maksimum ( μg/m3) RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari) Wb : Berat Badan (kg) tavg : periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik) R : laju asupan atau konsumsi ( 0,83 m3/ jam untuk inhalasi) tE : waktu pajanan (jam/hari) fE : frekuensi pajanan (hari/tahun) Dt : Durasi pajanan (tahun) Dalam melakukan manajemen risiko dari berbagai penyakit akibat lingkungan berdasar pada teori paradigma kesehatan lingkungan. Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu paradigma yang menggambarkan 46 interaksi hubungan antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia atau biasa disebut paradigma kesehatan lingkunga (Achmadi, 2008) Paradigma Kesehatan Lingkungan memiliki 5 simpul yaitu : a. Simpul 1 : Sumber Penyakit Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara. Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun sewaktu waktu mengeluarkan satu atau lebih berbagai agen penyakit dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu : Sumber penyakit alamiah dan hasil kegiatan manusia. b. Simpul 2 : Media transmisi penyakit Media transmisi penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit dan pada hakikatnya kita mengenal lima komponen lingkunan sebagai media transmisi penyakit yaitu : 1) Udara ambient 2) Air 3) Tanah/pangan 4) Binatang/serangga penular penyakit/ vektor 5) Manusia melalui kontak langsung. 47 Media transmisi tidak memiliki potensi penyakit jika didalamnya tidak mengandung agen penyakit seperti contohnya udara tidak dikatakan berbahaya jika didalamnya tidak mengandung bahan toksik atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit. c. Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioral exposure ) Agen penyakit, dengan menumpang komponen lingkungan lain masuk ke tubuh kita melalui suatu proses yang kita sebut sebagai proses "hubungan interaktif". Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk dapat diukur sebagai perilaku pemajanan. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit ( agen penyakit). Perilaku pemajanan ini dapar diukur dengan biomarker atau tanda biologi seperti mengukur kandungan merkuri dalam urine atau Pb dalam darah, dan lain lain. d. Simpul 4 : Kejadian Penyakit Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Manifestasi dampak akibat hubungan antara manusia dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada manusia. e. Simpul 5 : Variable Supra Sistem Kejadian penyakit itu sendiri dipengaruhi oleh kelompok variabel supra sistem yaitu iklim, topografi, temporal dan kebijakan makro atau kebijakan politik yang merupakan variabel supra sistem. 48 2.8. Kerangka Teori Kerangka teori ini disusun berdasarkan dari landasan teori mengenai analisis risiko kesehatan Lingkungan paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kerangka teori ini merupakan kerangka teori dalam metode ARKL oleh pajanan nitrogen dioksida mulai dari keberadaanya di lingkungan yang dihasilkan dari sumber sumber pencemar itrogen dioksida hingga efek kesehatan yang diprediksi dapat ditimbulkan. Konsentrasi NO2 dipengaruhi oleh sumber pencemar, faktor iklim dan interaksi dengan polutan lain. Konsentrasi rujukan (RfC) didapat berdasarkan hasil penelitian penelitian epidemiologi atau perhitungan besar kecil toksisitas kronik objek kajian (NOAEL dan LOAEL). Dari kajian tersebut dapat diketahui jumlah yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui perhitungan intake yang dipengaruhi oleh karakteristik individu yaitu berat badan, umur, laju asupan dan pola aktifitas, dan kemudian memprediksi adanya atau tidaknya risiko berdasarkan konsentrasi rujukan (RfC) . 49 Sumber : - Alami - Buatan Konsentrasi NO2 di udara Identifikasi Bahaya Analisis pemajanan RQ < 1 Pajanan ke manusia (Intake) I RfC CRt E f E Dt Wb t avg RQ > 1 Analisis Dosis Respons (Rfc) Gangguan Saluran pernafasan - Sesak nafas ISPA Radang Paru Paru Gambar 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Enhealth,2012) Manajemen Risiko BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan acuan dari kerangka teori mengenai analisis risiko kesehatan lingkungan paparan nitrogen dioksida kepada masyarakat, yang menjadi fokus penelitian pada analisis risiko kesehatan paparan nitrogen dioksida terhadap masyrakat Kabupaten Magelang yaitu perhitungan karakterisasi risiko yang membutuhkan variabel konsentrasi nitrogen dioksida, laju asupan, frekuensi pajanan, waktu pajanan, periode dan berat badan. Polutan udara nitrogen dioksida pada udara ambien di Kabupaten Magelang memapar manusia melalui jalur inhalasi dan jumlah polutan yang terhirup dihitung sebagai intake. Nilai intake pada manusia dipengaruhi oleh variabel berat badan, umur, laju asupan, waktu terpapar, frekuensi pajanan dan durasi. Setelah diketahui nilai intake maka dapat dilakukan perhitungan risiko berdasarkan nilai RfC. Apabila tingkat risiko kesehatan (RQ) > 1 maka dilakukan upaya manajemen risiko dengan menghitung kadar atau frekuensi pajanan yang ditoleransi. Apabila RQ < 1 maka dilakukan upaya untuk mempertahankan kondisi agar risiko kesehatan (RQ) tidak melebihi 1. 50 51 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Analisis risiko Pajanan nitrogen dioksida Konsentrasi NO2 di udara ambien di Kabupaten Magelang Pajanan ke masyarakat (Intake) RQ = I RfC Manajemen Risiko Keterangan : I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia (mg/kg x hari) C = konsentrasi risk agent (mg/L) R = laju asupan (L/hari) fe = frekuensi pajanan (jam/hari) Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat tinggal Wb = berat badan responden (kg) t avg = periode waktu (30 tahun x 365 hari/tahun ) 52 2.2. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 1 RQ Tingkat risiko yang ditimbulkan akibat RQ = I tanpa satuan yang Satuan Perhitungan rumus Skala Rasio RfC paparan zat polutan yang dinyatakan dalam angka Cara Ukur merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis referensi suatu zat serta dapat juga diinterpretasikan sebagai aman atau tidak amannya suatu zat polutan 2 Intake Jumlah asupan risk agent yang diterima individu per berat badan per hari I CRt E f E Dt Wbtavg Perhitungan rumus mg/kg/hari Rasio 53 No Variabel Definisi Operasional 3 RfC 4 5 6 Satuan Skala Estimasi pajanan harian dengan rentang Perhitungan Estimasi dari nilai LOAEL mg/m3 Rasio ketidakpastian terhadap populasi berisiko (Lowest yang diperkirakan tidak menimbulkan efek Effect Level) dan NOAEL (No kesehatan walaupun pajanan berlangsung Observed seumur hidup Level) Konsentrasi Kandungan NO2 yang terdapat dalam Spektofotometer SNI nitrogen satuan volume udara ambient di Kabupaten (Metode Saltzman) dioksida Magelang Berat Alat Ukur Badan Berat badan responden saat dilakukan Timbangan (Wb) penelitian Umur Lama waktu hidup sejak dilahirkan hingga Kuesioner dilakukan penelitian Cara Ukur Observed No Adverse Adverse Effect 19-7119.2.2005 mg/m3 Rasio Ditimbang kilogram Rasio Kuesioner untuk wawancara Tahun Rasio 54 No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 7 Laju Asupan Volume udara yang dihirup per satuan Rumus Cara Ukur Satuan Skala Memasukkan nilai berat badan ke m3/hari Rasio waktu yang didapat dengan cara menukur Perhitungan Laju dalam regresi laju asupan laju inhalasi orang dewasa per hari dibagi Asupan 24 jam 8 Waktu Pajanan Periode waktu (jam) responden terpajan Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Jam/ hari Rasio Kuesioner untuk wawancara Hari/Tahun Rasio Cara Ukur Satuan Skala oleh nitrogen dioksida dalam sehari. 9 Frekuensi Kekerapan populasi terpajan oleh nitrogen Kuesioner Pajanan dioksida di lokasi penelitian berdasarkan jumlah hari kerja responden dalam satu tahun No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 55 10 Durasi Pajanan Lamanya waktu terpajan oleh nitrogn Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Tahun Rasio dioksida di lokasi penelitian berdasarkan pajanan sebenarnya (real time) dan pajanan sepanjang hayat ( life time) 11 Periode waktu Periode waktu rata rata untuk pajanan non Nilai default Mengalikan lifespan dengan 30 tahun x Rasio rata rata (t avg) frekuensi pajanan karsinogenik menggunakan angka default 365 hari/tahun 365 hari BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat paparan lingkungan terhadap suatu populasi. Yaitu mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang. Metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dipilih karena penelitian ini bersifat agent specific atau meneliti sumber penyakit berupa polutan lingkungan tertentu sehingga metode ARKL dinilai sebagai metode yang sesuai karena penelitian bukan pada kejadian penyakit atau pada kondisi lingkungan. ARKL merupakan salah satu metode untuk memprediksi dampak lingkungan dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Identifikasi Bahaya 2. Analisis pemajanan 3. Analisis Dosis Response 4. Karakterisasi Risiko 5. Manajemen risiko (dilakukan apabila RQ >1) 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan lokasi penelitian diKabupaten Magelang berdasarkan konsentrasi polutan yang 56 57 didapatkan dari hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang tahun 2014 ( Peta terlampir ). Waktu penelitian : Januari 2017 – Februari 2016 4.3. . Populasi dan Sampel 1. Populasi Berisiko : Populasi berisiko dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang yang terpapar oleh Nitrogen dioksida dalam udara ambien dan memiliki laju asupan yang lebih tinggi. 2. Subjek :. 1. Kriteria Inklusi : Masyarakat usia dewasa (≥19 tahun ) yang bekerja dan tinggal (> 2 tahun ) di Kabupaten Magelang yang tidak sedang hamil atau mengidap penyakit diabetes. 2. Kriteria Eksklusi : Masyarakat yang bekerja di Kabupaten Magelang namun tinggal di luar Kabupaten Magelang dan masyarakat yang tinggal di Kabupaten Magelang namun bekerja di luar Kabupaten Magelang 3. Sampel Lingkungan : Sampel Lingkungan dari penelitian ini adalah udara ambien di Kabupaten Magelang yang diuji dengan metode Griezz Saltzman berdasarkan SNI 19-7119.2-2005 Metode Pengambilan Sampel Lingkungan Sampel udara yang diambil merupakan udara ambien di Kabupaten Magelang. Titik pengambilan sampel ditentukan yaitu 3 titik yang mewakili wilayah dengan kadar polusi rendah, sedang dan tinggi berdasarkan data 58 pemantauan kualitas udara dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang tahun 2014 berdasarkan kriteria dari SNI 19 -7119.6-2005. Kriteria penetuan titik lokasi pengukuran yaitu: 1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi dipilih yang dekat dengan sumber pencemar bergerak yaitu kendaraan bermotor dimana tempat pengambilan sampel dilakukan dekat dengan jalan utama provinsi maupun nasional 2. Masuk dalam administrasi wilayah Kabupaten Magelang yang merupakan wilayah penelitian 3. Mengambil sampel di 3 titik lokasi yang amsuk dalam wilayah Penelitian yang bisa mewakili lokasi penelitian dimana dilakukan penentuan titik dengan memperhatikan nilai konsentrasi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Titik pengambilan sampel dalam penelitian ini mewakili wilayah dengan pencemaran rendah, sedang dan tinggi berdasarkan hasil pengukuran oleh BLH Kabupaten Magelang. Tiga titik lokasi pengambilan sampel ini termasuk dalam kriteria SNI, karena merupakan area yang sering mengalami kemacetan pada jam-jam tertentu saja. Sehingga untuk bahan pencemar yang terdapat pada lokasi ini, konsentrasinya akan meningkat sesusai dengan aktivitas pada jam - jam tertentu itu pula. Sedangkan untuk persayaratan pemilihan lokasi yaitu: 1. Menghindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi atau adsorpsi misalnya dekat dengan gedung atau pepohonan. 59 2. Menghindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan diukur dapat terjadi. 3. Pada arah angin dominan: titik pemantauan kualitas udara ambien minimum 2 titik dengan mengutamakan pada tempat tempat sensitif. Sedangkan pada arah angin lainnya minimum 1 titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti pada arah angin dominan. Metode Pengambilan Sampel dan Pengujian konsentrasi Nitrogen dioksida dari udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman berdasarkan SNI 19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi pengambilan contoh uji gas Nitrogen dioksida, perhitungan volum contoh uji yang diserap dan penentuan gas Nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess Saltzman dengan spektrofotometri Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Menyusun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar 2. Memaasukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam botol penyerap. Mengatur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, 3. Menghidupkan pompa penghisap udara dan mengatur kecepatan alir 0,4 l/menit, setelah stabil laju alir awal F1dicatat 4. Melakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan mencatat temperatur dan tekanan udara 5. Setelah satu jam laju alir akhir dicatat dan kemudian pompa penghisap dimatikan 6. Melakukan analisis di lapangan 60 Bahan/ Pereaksi 1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) 2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH) 3. Air suling bebas nitrit 4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16CI2N2) - Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera - Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin 2. Aseton (C3H6O) 3. Larutan penyerap Griess Saltzam ‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml ‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml ‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan 4. Larutan induk NO2 1640 μg/ml ‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105ºC, dan dinginkan dengan desikator 61 ‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan ‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari pendingin 5. Larutan standar nitrit (NO2) Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Kurva Kalibrasi a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg) 2. Pengujian Contoh Uji a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang 550 nm 62 b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut 1. Volume contoh uji udara yang diambil Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : V = F1 + F2 x t x Pa x 298 2 Ta 760 Dimana : V : Volume udara yang dihisap F1 : Laju alir awal (L/menit) F2 : Laju alir akhir (L/menit) T : Durasi pengambilan contoh uji Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg) Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K) 298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg) 2. Konsentrasi NO2 di udara ambien Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : C = b x 10 x 1000 V 25 Dimana : 63 C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3) b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg) V : Volume udara yang dihisap 10/25 : Faktor pengenceran 1000 : Konversi liter ke m3 4. Pengambilan dan Perhitungan Sampel Manusia Perhitungan sampel minimal untuk sampel manusia dihitung dengan persamaan untuk perhitungan rasio yang digunakan dalam penelitian Cross Sectional, rumus perhitungan minimal sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Keterangan : Z1- α/2 = 1,96 (derajat kepercayaan 95%) σ = standar deviasi 0,002 ( Arista, 2015) d = presisi relatif 10% (0,1) μ = rata rata 0,00125 (Arista, 2015) Perhitungan yang didapatkan berdasarkan rumus tersebut adalah : n= 1,962 0,0022 0,12 0,001252 n = 98,5 ` Dalam pengambilan sampel dengan metode cluster maka jumlah sampel minimal dikalikan 2 sehingga sampel minimal yang harus diambil 99 x 2 = 198. 64 Dalam kenyataan di lapangan terjadi perubahan jumlah sampel untuk menghindari drop out mka jumlah total sampel yang diambil adalah 213 sampel. Pemilihan sampel dilakukan beberapa tahap yaitu cluster bertingkat dan simpel random sampling. Metode cluster digunakan untuk memilih kecamatan yang akan diambil sampel berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang Tahun 2014. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Magelang tahun 2014 di 10 titik yang mewakili 21 kecamatan, dikelompokkan menjadi tingkat polusi tinggi, sedang dan rendah berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida pada 10 titik pemantauan tersebut. 10 titik pengambilan sampel mewakili kecamatan kecamatan berikut. 1. Depan SPBU BAledono : Kecamatan Salam, Ngluwar dan Srumbung 2. Jl Pemuda Muntilan : Kecamatan Muntilan dan Dukun 3. Pertigaan Mendut : Kecamatan Mungkid dan Sawangan 4. Kompleks Candi Borobudur : Kecamatan Borobudur 5. Sekitar PT Sengon Kondang Nusantara : Kecamatan Salaman dan Kajoran 6. Timur tapak PT Tata Lestari Rimba Buana : Kecamatan Tempuran, Kaliangkrik dan Bandongan 7. Depan Armada Town Square : Kecamatan Mertoyudan dan Candimulyo 8. Depan Pasar Lama Tegalrejo : Kecamatan Tegalrejo dan Pakis 9. Pertigaan Secang : Kecamatan Secang dan Windusari 10. Perempatan Pasar Grabag : Kecamatan Grabag dan Ngablak 65 Berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida yang didapatkan pada pemantauan kualitas udara tahun 2014 di 10 titik tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu kategori polusi tinggi, sedang dan rendah 1. Kategori tinggi : Pertigaan Secang, Armada Town Square dan Jl. Pemuda Muntilan yang mencakup Kecamatan Muntilan, Dukun, Mertoyudan, Candimulyo, Secang dan Windusari dengan total populasi 389.120 jiwa 2. Kategori sedang : Kompleks Candi Borobudur, Depan pasar lama Tegalrejo, Perempatan Pasar Grabag dan Depan SPBU Baledono yang mencakup Kecamatan Grabag, Ngablak, Borobudur, Salam, Ngluwar, Srumbung, Tegalrejo dan Pakis dengan total populasi 399.814 jiwa 3. Kategori rendah : Pertigaan Mendut, Sekitar PT Sengon Kondang Nusantara dan Timur tapak PT Lestari Rimba Buana yang mencakup Kecamatan Mungkid, Sawangan, Tempuran, Kaliangkrik, Bandongan, Salaman dan Kajoran dengan total populasi 392.982 jiwa. Dari ketiga kategori tersebut kemudian dihitung proporsi sampel berdasarkan total populasi yang ada dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Kategori tinggi Total Populasi : 389.120 33 % dari total populasi : 129.706 Jumlah minimum sampel yang diambil : 129.706 x 213 = 70 393.972 2. Kategori sedang Total Populasi : 399.814 33 % dari total populasi : 133.272 66 Jumlah minimum sampel yang diambil : 133.272 x 213 = 71 393.972 3. Kategori rendah Total Populasi : 392.982 33 % dari total populasi : 130.994 Jumlah minimum sampel yang diambil : 130.994 x 213 = 70 393.972 Dari ketiga kategori tersebut kemudian dipilih secara random 1 kecamatan yang mewakili tiap kategori sebagai dasar pemilihan secara random untuk cluster kecamatan pada tiap kategori terpilih Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Borobudur. Dari Setiap Kecamatan terpilih diacak secara simple random sampling untuk menentukan cluster desa / kelurahan. Skema Pemilihan sampel yang akan diambil dengan metode cluster adalah sebagai berikut: 1. Dari 13 Desa di Kecamatan Mertoyudan yaitu Banjarnegoro, Banyurojo, Bondowoso, Bulurejo, Danurejo, Deyangan, Donorojo, Jogonegoro, Kalinegoro, Mertoyudan, Pasuruhan, Sukorejo, Sumberrejo terpilih 3 desa yaitu Danurejo, Deyangan dan Sukorejo 2. Dari 20 Desa di Kecamatan Borobudur yaitu Desa Tegalarum, Bigaran, Borobudur, Bumiharjo, Candirejo, Giritengah, Karanganyar, Karangrejo, Kebonsari, Kembanglimus, Margogondo, Sambeng, Kenalan, Tanjungsari, Majaksingi, Tuksongo, Ngadiharjo, Wanurejo dan Wringinputih terpilih 3 desa yaitu Wringinputih, Borobudur dan Kembanglimus 67 3. Dari 15 desa di Kecamatan Sawangan yaitu Desa Wonolelo, Banyuroto, Butuh, Gantang, Gondowangi, Jati, Kapuhan, Ketep, Krogowanan, Mangunsari, Podosoko, Sawangan, Soronalan, Tirtosari dan Wulung Gunung terpilih 3 desa yaitu Desa Kapuhan, Mangunsari dan Gondowangi Dari setiap desa akan dipilih 3 RW Secara random untuk kemudian dilakukan pengambilan sampel dari setiap RW terpilih dengan metode simple random sampling. Gambar 4.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen di Kabupaten Magelang 68 Kabupaten Magelang Tinggi Rendah Sedang Borobudur Sawangan RW 2 RW 5 Kapuhan RW 1 Kembangli mus RW 7 RW 9 Borobudur RW 5 RW 10 Sukorejo RW 4 Deyangan RW 5 RW 7 RW 4 RW 1 RW 2 RW 10 Wringinputih RW 2 Danurejo RW 6 RW 1 Gambar 4.1. Skema Pemilihan sampel dengan metode kluster 4.4. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer : Didapat dengan metode wawancara menggunakan kuosioner 2. Data Sekunder : a. RW 4 RW 3 RW 2 RW 4 Gondowangi RW 7 RW 2 RW 9 RW 1 Mangunsari Mertoyudan Data Lingkungan : Data konsentrasi nitrogen dioksida didapat dari data hasil pemantauan kualitas udara milik Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang dan pengujian laboratorium. RW 8 RW 9 69 b. Data Penyakit saluran pernafasan : Data penyakit saluran pernafasan diambil dari data milik Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang dan Puskesmas Muntilan dan Mertoyudan. c. Data lainnya : Data di luar data lingkungan diambil dari data milik Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Magelang 4.5. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder . Data primer diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data durasi pajanan, berat badan sedangkan data sekunder berupa konsentrasi nitrogen dioksida berdasarkan pemaantauan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang , dan data data dari Dinas Kesehatan maupun Dinas Kependudukan Kabupaten Magelang juga beberapa literatur yang terkait dengan penelitian ini. Data data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan tahap tahap sebagai berikut : a. Editing ( pemeriksaan data ) Merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua data data yang diperoleh melalui wawancara kuesioner setelah pengamilan data di lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memstikan bahwa data yang dikumpulkan semua terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik. 70 b. Coding ( Pemberian Kode ) Data yang telah dikumpulkan dan dikoreksi kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual yaitu dengan memberikan kode pada jawaban jawaban yang diberikna oleh responden agar mempermudah dalam memasukkan data data tersebut. c. Entry ( memasukkan data ke dalam komputer / software) Data yang sudah berbentuk huruf dan angka kemudian dimasukkan ke program komputer dengan menggunakan software microsoft excel, spss dan Arc GIS. d. Cleaning (Pembersihan data) Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer dan memeriksa kembali untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data 4.7.. Teknik Analisa Data 1. Analisis univariat Dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel. Yang diteliti. Dalam analisis ini digunakan ukuran nilai tengah mean, median, nilai-nilai minimal maksimal, dam simpangan baku (standard deviation) . Untuk melihat normalitas data digunakan uji Kolmogorof - Smirnov. Jika distribusi data normal maka digunakan mean sedangkan apabila distribusi tidak normal maka menggunakan median. Hasil analisis dari masing masing variabel disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram. Analisis data penyakit saluran pernafasan di Kabupaten Magelang menggunakan Geographic Information System dimana 71 data penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang dipetakan dan disajikan dalam informasi berbentuk peta. 2. Analisis Risiko Pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) digunakan untuk menghitung tingkat risiko, terdiri atas empat langkah sebagai berikut : A. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya dilakukan terhadap kandungan nitrogen dioksida pada udara ambien di Kabupaten Magelang B. Analisis Dosis Respon Dosis respon pajanan nitrogen dioksida yang menyatakan dosis acuan (RfC) yaitu kadar yang ditoleransi yang tidak menimbulkan bahaya bagi tubuh yaitu 2E-2 (NAAQS, 2010) C. Analisis Pajanan Analisis pajanan dilakukan dengan pengukuran besarnya pajanan, yaitu dengan mengestimasi jumlah asupan (intake) udara dengan memperhitungkan konsentrasi nitrogen dioksida di udara, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan, dan periode waktu rata-rata, dengan menggunakan persamaan berikut : 72 I CRt E f E Dt Wbtavg Keterangan : I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia (mg/kg x hari) C = konsentrasi risk agent (mg/L) R = laju asupan (L/hari) fE = frekuensi pajanan (hari/tahun) Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat tinggal Wb = berat badan responden (kg) t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun ) D. Karakterisasi Risiko (Risk Characterization) Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numerik, melalui estimasi risiko dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis acuan (RfD). Tingkat risiko dinyatakan dengan bilangan risiko, Risk Quotient (RQ). Perhitungan RQ dilakukan sesuai dengan persamaan berikut : I RQ RfD atau RfC Hasil perhitungan RQ dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan masyarakat akibat paparan Nitrogen dioksida . Apabila RQ ≤ 1 menunjukkan pajanan masih 73 berada di bawah batas normal Sedangkan bila RQ >1, menunjukkan pajanan berada di atas batas normal dan masyarakat yang terpapar Nitrogen dioksida memiliki risiko kesehatan oleh nitrogen dioksida sepanjang hidupnya E. Manajemen Risiko Manajemen risiko dapat dihitung dengan rumus : C RfD Wb t avg Dt R tE f E tE fE C RfD Wb t avg C R Dt f E RfD Wb tavg C R Dt t E : Konsentrasi maksimum ( μg/m3) RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari) Wb : Berat Badan (kg) tavg : periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik) R : laju asupan atau konsumsi ( m3/ jam untuk inhalasi) tE : waktu pajanan (jam/hari) fE : frekuensi pajanan (hari/tahun) Dt : Durasi pajanan (tahun) BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum 5.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam bagian dari provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 108.573 Ha dan memiliki ketinggian wilayah antara 153 – 3065 m di atas permukaan air laut. Kabupaten Magelang berada pada posisi yang strategis dan menguntungkan karena terletak pada jalur persimpangan dari berbagai arah. Dilihat dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah, wilayah Kabupaten Magelang memiliki posisi yang strategis karena keberadaannya terletak di tengah, sehingga mudah dicapai dari berbagai arah. Secara geoekonomis, Kabupaten Magelang merupakan jalur perlintasan, jalur kegiatan ekonomi yaitu Semarang- Magelang – Purwokerto dan Semarang – Magelang – Yogyakarta – Solo. Secara Geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110°01'51" dan 110°27'08" bujur timur, 7°19'33" dan 7°42'13" lintang selatan. Batas Kabupaten Magelang meliputi : Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Provonsi DIY Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo Di tengah ; Kota Magelang 74 75 Kabupaten Magelang secara administrasi terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dar 372 desa dan kelurahan. 5.1.2. Kondisi Topografis Secara topografi Kabupaten Magelang merupakan dataran tinggi yang berbentuk menyerupai cawan karena dikelilingi oleh 5 gunung yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing dan Pegunungan Menoreh.Kondisi ini menjadikan sebagian besar wilayah Kbupaten Magelang merupakan daerah tangkapan air sehingga memiliki tanah yang subur karena memiliki sumber air yang berlimpah dan sisa abu vulkanik. 5.1.3. Jenis Tanah Jenis tanah di wilayah Kabupaten Magelang bagian tengah merupakan tanah endapan / alluvial yang merupakan lapukan dari batuan induknya. Daerah lereng dan kaki gunung merupakan tanah endapan vulkanis. Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batu batuan vulkanik, baik dari lava / batu yang telah membeku maupun dari abu vulkanik yang telah membeku. Contoh tanah vulkanik yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api, yang bersifat sangat subur mengandung zat hara yang tinggi 5.1.4. Kondisi Hidrologi Wilayah Kabupaten Magelang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo dan DAS Bogowonto. Sesuai dengan keadaan wilayahnya, Kabupaten Magelang kaya akan mata air dan sungai. Sungai yang termasuk DAS Progo antara lain Sungai Progo, Elo, 76 Blongkeng, Soti, Tangsi, Pabelan, Mrawu, Punduh, Setro, Glonggong, Lamat, Keji dan Mangu. 5.1.5. Kondisi Iklim Kabupaten Magelang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan temperatur udara 20° - 27° C. Kabupoaten Magelang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dengan rata rata curah hujanyaitu 2541 mm per tahun dan rata rata banyak hari hujan 121 hari per tahun. 5.2. Karakteristik Responden 5.2.1. Umur Gambaran usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Usia Responden Karakteristik 95%CI Min-Max Umur 41 – 45 19 – 81 Dari tabel di atas diketahui bahwa responden penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Magelang usia dewasa yang berusia antara 19 tahun sampai 81 tahun. Dalam derajat kepercayaan 95 % nilai rata rata usia adalah 41 tahun sampai 45 tahun. 77 5.2.2. Jenis Kelamin Jenis Kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki laki dan perempuan. Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabl di bawah ini : Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden Karakteristik n Persentase Laki Laki 103 48.4 Perempuan 110 51.6 Total 213 100.0 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 48.4% responden berjenis kelamin laki laki yaitu sebanyak 103 responden dan sebanyak 110 responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51,6%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki laki. 5.2.3. Status Pendidikan Status pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA dan perguruan tinggi. Adapun distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 78 Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan n Persentase Tidak Sekolah 4 1.8 Tidak tamat SD 3 1.4 SD 56 26.3 SMP 36 16.9 SMA 90 42.3 Perguruan Tinggi 24 11.3 Total 213 100.0 Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi oleh lulusan SMA yaitu sebanyak 90 responden yaitu sebanyak 42.3 %. Tingkat pendidikan responden yang paling sedikit yaitu tidak tamat SD yaitu sebanyak 3 orang atau 1.4%. 5.2.4. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini dibagi menjadi 9 jenis pekerjaan yaitu tidak bekerja, Pegawai Negeri SIpil, Karyawan Swasta, Wiraswasta, Buruh, Ibu Rumah Tangga, Petani, Pelajar dan pekerjaan lainnya. Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 79 Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan N Persentase Tidak Bekerja 13 6.1 PNS 5 2.3 Karyawan Swasta 46 21.6 Wiraswasta 32 15 Buruh 12 5.6 Ibu Rumah Tangga 31 14.6 Petani 39 18.3 Pelajar 16 7.5 Lain Lain 19 8.6 Total 213 100.0 Dari tabel di tas menunjukkan bahwa responden berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan yang terbanyak adalah sebagai karyawan swsta yaitu sebanyak 21.6% atau sebanyak 46 responden. Pekerjaan lainnya yaitu sebagai petani sebanyak 18.3%, sebagai wiraswasta sebanyak 15%, dan yang paling sedikit adalah sebagai PNS yaitu sebesar 5 orang atau 2.3 %. 80 5.3. Deskriptif Variabel Penelitian Dalam penilaian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terlebih dahulu harus dilihat nilai Intake akibat paparan dari Nitrogen dioksida tersebut. Hal hal yang mempengaruhi Intake dari Nitrogen dioksida diantaranya adalah factor Konsentrasi, Laju asupan, Lama Pajanan, Frekuensi pajanan, Durasi pajanan dan berat badan. Adapun gambaran deskriptif dari factor factor diatas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 5.5 Gambaran Deskriptif Variabel Penelitian Paparan NO2 di Kabupaten Magelang Karakteristik Cluster I Cluster II Cluster III 37.24µg/m3 20.23 µg/m3 62.77 µg/m3 Konsentrasi Nitrogen dioksida Laju Asupan Waktu Pajanan Frekuensi Pajanan Durasi Pajanan Berat Badan 95% CI Min – Max 95% CI Min – Max 95% CI Min – Max 0,56 – 0,58 0,45 – 0,64 0,58 – 0,6 0,5 – 0,67 0,5 – 0,6 0,5 – 0,67 m3/jam m3/jam m3/jam m3/jam m3/jam m3/jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 352 – 357 335 – 365 348 – 353 325 – 365 348 – 335 – 365 hari hari hari hari 350 hari hari 29 – 35 5 – 60 17 – 23 1 – 58 19 – 26 1 – 63 tahun tahun tahun tahun tahun tahun 48 – 52 kg 28,2 – 67,8 53 – 58 kg 39,3 – 78 55 – 59 39.6 – 79 kg kg kg kg 81 5.3.1. Konsentrasi Nitrogen dioksida Konsentrasi Nitrogen dioksida merupakan konsentrasi yang terdapat dalam udara ambien di Kabupaten Magelang yang diambil dari data milik Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dalam penelitian ini digunakan 3 cluster yang mewakili daerah dengan tingkat polusi tinggi, sedang dan rendah. Cluster 1 merupakan daerah dengan tingkat polusi rendah, cluster 2 merupakan daerah dengan tingkat polusi sedang dan cluster 3 merupakan daerah dengan tingkat polusi tinggi. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa konsentrasi Nitrogen dioksida di Cluster III merupakan yang paling tinggi diantara wilayah yang lainnya yaitu sebesar 62.77 µg/m3. Gambar 5.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang 82 5.3.2. Laju Asupan Laju asupan adalah banyaknya nitrogen dioksida yang masuk dalam tubuh setiap jamnya lewat jalur inhalasi (pernapasan) yang ada di wilayah penelitian selama 24 jam. Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan y = 5,3 Ln(x) – 6,9 dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x = Wb atau berat badan.. Berdasarkan tabel 5.5 nilai rata rata laju asupan masyarakat Kabupaten Magelang pada derajat kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 0.56 – 0,58 m3/jam, di cluster 2 sebesar 0,5 – 0,6 m3/jam dan di cluster 3 sebesar 0,5 – 0,6 m3/jam. 5.3.3. Waktu Pajanan Responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan responden yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden berada di wilayah Kabupaten Magelang selama 24 jam dalam sehari sehingga waktu pajanan Nitrogen dioksida dari udara ambien adalah 24 jam/hari 5.3.4. Frekuensi Pajanan Frekuensi pajanan merupakan berapa hari dalam setahun responden berada di wilayah Kabupaten Magelang. Dari Tabel 5.5 diketahui bahwa rata rata Frekuensi pajanan Responden dalam derajat Kepercayaan 95% di cluster 1adalah 352 – 357 hari, di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari dan di cluster 3 sebesar 348 – 350 hari. 83 5.3.5. Durasi Pajanan Durasi pajanan adalah lama waktu responden menghirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida. Durasi Pajanan orang dewasa dihitung berdasarkan usia responden mulai menginjak usia dewasa yaitu 19 Tahun. Perhitungan durasi pajanan real time yaitu dengan mengurangi usia responden dengan 19 tahun. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa durasi pajanan masyarakat terpapar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang dalam derajat kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 29 – 35 tahun , di cluster 2 sebesar 17 – 23 tahun dan di cluster 3 sebesar 19 – 26 tahun. . 5.3.6. Berat Badan Berat badan dalam penelitian ini merupakan berat badan responden yang ditimbang pada saat dilakukan penelitian dalam stuan kilogram (kg). Berdasarkan data di atas nilai rata rata berat badan pada derajat kepercayaan 95% di cluster 1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2 sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 – 59 kg. 84 5.4. Analisis Risiko 5.4.1. Analisis Paparan (Exposure Assessment) Intake Nitrogen dioksida Masyarakat Kabupaten Magelang Analisis paparan (Exposure Assessment) merupakan tahap dalam ARKL untuk mengetahui besaran risiko dari tiap individu berdasarkan karakteristiknya terhadap paparan nitrogen dioksida. Tahapan dalam analisis paparan yaitu perhitungan nilai Intake kemudian nilai RQ (Risk Quotient). Dalam penelitian ini perhitungan nilai intake dan RQ dibagi menjadi 3 cluster dimana masing masing cluster memiliki karakteristik individu dan konsentrasi nitrogen dioksida yang berbeda. 5.4.1.1. Asupan Nitrogen dioksida Asupan Pajanan Nitrogen dioksida (NO2) adalah jumlah asupan risk agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari. Nilai asupan dihitung dengan persamaan : Keterangan : I : Asupan C : Konsentrasi sulfur dioksida (mg/m3) R : Laju asupan tE : Waktu paparan fE : Frekuensi paparan Dt : Durasi paparan Wb : Berat badan tavg : Periode waktu rata-rata 85 Berikut contoh perhitungan asupan berdasarkan semua data yang didapatkan saat kegiatan pengumpulan data. Hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,04 mg/m3 ,nilai rata-rata laju asupan adalah 0,59 m3 /jam, nilai rata-rata waktu pajanan adalah 24 jam. Ratarata frekuensi pajanan adalah 365 hari/tahun, rata-rata durasi paparan adalah 27 tahun dan rata-rata berat badan adalah 54,6 kg. I = 0.0145 mg/kg/hari Jadi asupan konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,0145 mg/kg/hari. Adapun hasil uji statistik variabel asupan pajanan Nitrogen dioksida. Gambaran intake Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang dibedakan berdasarkan cluster, durasi pajanan dan usia .Gambaran intake nitrogen dioksida dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Gambaran Intake Nitrogen Dioksida Pada Masyarakat di Kabupaten Magelang Asupan Nitrogen 95% CI Min-Max Real Time 0.007 – 0.009 0.0002-0.04 Lifetime 0.017 – 0.020 0.0045 – 0.059 dioksida 86 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk pajanan reltime intake terendah yaitu 0.0002 mg/l dan tertinggi yaitu 0.04 mg/l. dengan rata2 untuk derajat kepercayaan 95% yaitu antara 0.007-0.009 mg/l. Nilai Intake Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang dengan estimasi durasi pajanan lifetime yaitu antara 0,0045 – 0,059 mg/l dengan rata rata intake pada derajat kepercayaan 95 % adalah antara 0,017 – 0,020 mg/l 5.4.1.2. Perbedaan Asupan berdasarkan Cluster dan Durasi Pajanan sPenelitian dilakukan pada 3 cluster kecamatan di Kabupaten Magelang yang mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran udara rendah, sedang dan tinggi yaitu pada Kecamatan Sawangan, Borobudur dan Mertoyudan. Hasil pengambilan sampel udara pada 3 cluster mempengaruhi intake bagi masyarakat. Konsentrasi Nitrogen dioksida yang berbeda akan mempengaruhi nilai Intake pada masing masing cluster. Perbedaan nilai Intake pada masyarakat pada masing masing cluster penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 87 Tabel 5.7 Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster Asupan Nitrogen Cluster I Cluster II Cluster III 95% CI Min-Max 95%CI Min-Max 95% CI Min – Max 0.0098- 0.0018- 0.003- 0.0002- 0.009- 0.0005- 0.0121 0.0255 0.004 0.001 0.013 0.040 0.019- 0.0113- 0.008- 0.0045- 0.024- 0.022 0.0279 0.009 0.025 0.028 dioksida Real Time Lifetime 0.012-0.059 Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa untuk pajanan realtime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0121 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0279 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,059 mg/kg/hari. 88 5.4.2. Karakterisasi Risiko Besar risiko kesehatan dilakukan untuk membandingkan nilai asupan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan nilai risiko atau Risk Quotient (RQ). Berikut contoh perhitungan RQ : Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfC). RQ dihitung dengan persamaan: Gambaran RQ Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang dibedakan berdasarkan cluster secara realtime dan estimasi pajanan untuk lifetime . Gambaran RQ nitrogen dioksida dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 5.4.2.1. Tingkat Risiko (RQ) Pajanan Nitrogen dioksida pada Masyarakat di Kabupaten Magelang Karakterisitik risiko tiap individu dapat dinilai dengan nilai RQ dimana nilai RQ ≥ 1 dapat dikatakan merupakan masyarakat yang berisiko terkena gangguan kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida sedangkan nilai RQ < 1 merupakan masyarakat yang tidak berisiko terkena gangguan kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida. 89 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko tiap Cluster Besar Cluster Risiko (RQ) 1 Total 2 3 N % n % N % N % ≥1 3 4.5 0 0 11 16.6 14 6.5 <1 66 95.5 72 100 61 83.4 199 93.5 69 100 72 100 72 100 213 100 Total Rata-rata 0,55 0,17 0,57 0,43 Pada tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata besar risiko pada cluster 3 sebesar 0,57 pada cluster 2 sebesar 0,17 dan pada cluster 1 yaitu sebesar 0,55. Jika dilihat dari distribusi besar risiko tiap cluster dibandingkan dengan batas nilai aman yaitu 1, maka disetiap cluster baik cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 untuk waktu saat ini (real time) jumlah responden dengan RQ ≥1 sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di cluster 1 dan 11 responden di cluster 3. Namun, karena penelitian dengan metode analisis risiko merupakan metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan risiko di waktu yang akan datang maka peneliti akan melakukan perhitungan prakiraan risiko untuk waktu lifetime yaitu 30 tahun ke depan. Adapun hasil perhitungan prakiraan dapat dilihat pada tabel berikut. 90 Tabel 5.9 Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan Besar Cluster Risiko (RQ) 1 Total 2 3 N % N % N % n % ≥1 34 49 0 0 54 75 88 41.3 <1 35 51 72 100 18 25 125 58.7 69 100 72 100 72 100 213 100 Total Rata-rata 0,12 0,06 0,18 0,12 Dari tabel di atas menunjukkan besar risiko prakiraan 30 tahun ke depan pada cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan RQ≥1 dan 35 responden (97.2) dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada sebanyak 54 responden (75%) dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1. Sehingga total responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %). 5.4.3. Manajemen Risiko Berdasarkan hasil perhitungan risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang, ditemukan adanya tingkat risiko pada masyarakat oleh karena itu perlu diadakan amnajemen risiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan yaitu 91 dengan menurunkan kadar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang. Perhitungan Manajemen Risiko untuk batas konsentrasi yang dianjurkan di Kabupaten Magelang dapat diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini : C RfD Wb t avg Dt R tE f E = 0.002 mg/m3 Dari hasil perhitungan manajemen risiko di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi maksimum nitrogen dioksida bagi masyarakat di Kabupaten Magelang sebesar 0,002 mg/m3. Nilai tersebut merupakan perhitungan untuk masyarakat dengan rata rata berat badan 54 kg yang terpapar nitrogen dioksida selama 24 jam selama 365 hari dalam setahun dengan durasi pajanan rata rata 27 tahun. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya adalah : 1. Nilai konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai konsentrasi Nitrogen Dioksida yang pengambilan sampelnya menggunakan tehnik grab sampling bukan sampling secara continue shingga kurang bisa menggambarkan konsentrasi nitrogen dioksida yang ada di Kabupaten Magelang secara berkala 2. Pengukuran konsentrasi Nitrogen dioksida tidak dilakukan langsung pada responden namun hanya dilakukan di udara ambien sehingga menghasilkan data yang tidak bervariasi 6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di udara Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan mempengaruhi kesehatan manusia. Udara yang sehat yaitu udara yang sesuai komposisinya dan udara tercemar adalah udara dengan komposisi zat zat yang telah berubah akibat masuknya zat polutan tertentu. Udara dikatakan tidak sehat apabila telah melampaui baku mutu udara ambien yang 92 93 telah ditetapkan. Udara yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menteri kesehatan Endang R.Sedyaningsih (2010) dalam Depkes (2010), menyebutkan bahwa tingginya angka kejadian ISPA di masyarakat menyebabkan kunjungan pasien di sarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) meningkat berkisar antara 40-60% dan sisanya kunjungan ke rumah sakit sebanyak 20-40% yang diakibatkan oleh ISPA. Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada 3 titik di Kabupaten Magelang yang mewakili daerah yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, sedang dan rendah. Titik yang diambil yaitu titik Mertoyudan, Borobudur dan Mungkid. Titik penelitian yang diambil mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran masing masing. Penentuan titik berdasarkan dari hasil pengukuran sebelumnya yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dari hasil pengukuran tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang diperoleh nilai konsentrasi 37.24µg/m3 untuk titik di Kecamatan Sawangan yang merupakan cluster I atau wilayah dengan kategori pencemaran rendah. Untuk wilayah dengan tingkat pencemaran sedang diperoleh nilai konsentrasi sebesar 20.23 µg/m3 yaitu pada titik di Kecamatan Borobudur. Untuk titik di Kecamatan Mertoyudan atau wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi diperoleh nlai konsentrasi 62.77 µg/m3. Angka konsentrasi tersebut dapat dikatakan masih berada di bawah konsentrasi standar baku mutu pencemaran Nitrogen dioksida berdasarkan PP No 94 41 Tahun 1999 tentang pengendalian Pencemaran Udara yang menetapkan bahwa standar baku mutu untuk konsentrasi Nitrogen dioksida di udara ambien di Indonesia adalah 400 µg/m3. Hasil ini mmbuktikan bahwa konsentrasi Nitrogen dioksida pada udara ambien di Kabupaten Magelang masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan di Indonesia. Sumber pencemar utama Nitrogen dioksida merupakan sumber bergerak dari bahan bakar fosil diantaranya adalah kendaraan bermotor. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun maka konsentrasi Nitrogen dioksida juga dapat meningkat. Namun penilaian risiko kesehatan bukan hanya dipengaruhi oleh nilai konsentrasi melainkan juga memperhitungkan faktor faktor lain yang berpengaruh yaitu karakteristik individu di Kabupaten Magelang. Nilai konsentrasi yang berada di bawah baku mutu tidak bisa disimpulkan bahwa konsentarsi tersebut aman untuk masyarakat dikarenakan perhitungan analisis risiko bukan hanya memperhitungkan nilai konsentrasi namun juga berat badan, laju asupan, durasi pajanan dan frekuensi pajanan. Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap kesehatan manusia dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi (Kusnoputranto, H, 2000). Kualitas udara khususnya di perkotaan merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan 95 masyarakat maupun kenyamanan kota. Limbah gas merupakan penyebab penurunan kualitas udara digolongkan ke dalam sumber tidak bergerak (kegiatan industri, rumah tangga dan pembakaran sampah) dan sumber bergerak (kegiatan transportasi) (BLH Kabupaten Magelang, 2014). Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh, namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang memberikan dampak terhadap lingkungan udara, proses pembakaran bahan bakar minyak seperti diketahui akan mengeluarkan unsur-unsur dan senyawa-senyawa pencemar udara seperti debu, karbon monoksida, hidrokarbon, sulfur oksida, timbal. Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini bermacam macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran pernafasan, peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (edema pulmonary) (WHO, 2010) 6.3. Laju Asupan Nilai rata rata laju asupan masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang yaitu. 0.881 m3/jam dengan nilai laju asupan terkecil yaitu 0.691 m3/jam dan laju asupan terbesar 1.025 m3/jam yang didapat dari buku panduan Exposure Factor Handbook yang dikeluarkan Oleh WHO (2011). Pada penelitian ini laju asupan 96 yang digunakan tregantung dari usia responden dikarenakan perbedaan inhalation rate menurut usia yang ditetapkan oleh WHO. Dalam penelitian ini tidak ditemukan bahwa semakin tua semakin tinggi laju asupannya namun laju asupan pada setiap kelompok umur berubah ubah sesuai dengan perubahan usia. Tingkat inhalasi yang direkomendasikan untuk orang dewasa dan anakanak didasarkan pada tiga penelitian terbaru (U.S. EPA, 2009; Stifelman, 2007; Brochu et al., 2006 dalam EFH, 2011), serta studi tambahan tentang anak-anak (Arcus-Arth dan Blaisdell, 2007). Studi ini menunjukkan kumpulan data besar yang mewakili Amerika Serikat secara keseluruhan dan mempertimbangkan korelasi antara berat badan dan tingkat inhalasi. Pemilihan tingkat inhalasi yang akan digunakan untuk penilaian paparan tergantung pada usia populasi yang terpapar dan tingkat aktivitas spesifik populasi ini selama berbagai skenario pemaparan. Tingkat inhalasi untuk setiap aktivitas dalam pola aktivitas simulasi 24 jam untuk setiap individu diperkirakan sebagai fungsi tingkat konsumsi Oksigen harian, berat badan, usia, dan jenis kelamin (EFH, 2011). 6.4. Lama Pajanan Lama Pajanan adalah lama waktu responden (jam/hari) terpapar nitrogen dioksida. Dalam penelitian ini nilai default dari US EPA digunakan sebagai lama pajanan dikarenakan kriteria responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan responden yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang sehingga selama 24/hari berada di Kabupaten Magelang. Lama pajanan selama 24 jam/hari merupakan lama pajanan masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari, sehingga jika terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula 97 peluang responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang terpapar semakin besar risiko kesehatan yang dapat diterima. 6.5. Durasi pajanan Durasi pajanan merupakan lamanya waktu responden terpapar Nitrogen dioksida dalam satuan tahun. Pada penelitian ini nilai durasi pajanan yang digunakan yaitu nilai estimasi berdasarkan nilai real time yang didapatkan dengan mengukur durasi pajanan orang dewasa. Nilai durasi pajanan didapat dari perhitungan usia responden dikurangi batas dewasa yaitu 19 tahun. Perkiraan waktu dihitung dengan perkiraan lima tahunan hingga durasi seumur hidup berdasarkan nilai default yang ditetapkan oleh EPA dalam perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk non kanker yaitu 30 tahun (US-EPA, 1991) . Durasi pajanan yang digunakan yaitu real time, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan lifetime atau 30 tahun. Pada penelitian ini digunakan proyeksi 5 tahunan untuk mengetahui estimasi terjadinya risiko kesehatan karena paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat. Lamanya durasi pajanan berpengaruh ada besarnya tingkat risiko, selain dipengaruhi oleh lamanya durasi pajanan, nilai tingkat risiko juga dipengaruhi oleh konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien, laju asupan, frekuensi pajanan dan berat badan responden. Hal ini berpengaruh pada estimasi dalam berapa lama responden ada kemungkinan untuk terkena risiko kesehatan yang disebabkan oleh paparan Nitrogen dioksida. 98 6.6. Frekuensi pajanan Frekuensi pajanan yang dimaksud adalah jumlah waktu pajanan nitrogen dioksida yang diterima responden dalam satuan hari per tahun. Perhitungan frekuensi pajanan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan menghitung rata rata jumlah hari per tahun responden berada di lingkungan Kabupaten Magelang. Nilai ini digunakan mengingat responden adalah orang yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang sehingga setiap hari sepanjang tahun responden akan terpapar oleh nitrogen dioksida. Frekuensi pajanan yang digunakan berdasarkan nilai default menyebabkan hasil penelitian yang tidak bervariasi namun nilai fE dari US EPA merupakan nilai rata rata manusia berada dalam pemukiman dalam satu tahun. Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang yang sepanjang tahun berada di Kabupaten Magelang sehingga penggunaan nilai fE ini berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Nilai ini merupakan nilai estimasi maksimum yang digunakan per tahun sehingga apabila dengan menggunakan nilai ini tidak ditemukan adanya risiko kesehatan maka dapat dipastikan bahwa orang yang hanya beberapa hari per tahun berada di Kabupaten Magelang tidak memiliki risiko kesehatan terhadap paparan Nitrogen dioksida. 6.7. Berat Badan Berat badan manusia berpengaruh pada tingkat metabolisme seseorang dalam mencerna suatu zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Berat badan yang 99 dimaksud adalah berat badan responden yang diukur dengan menggunakan timbangan badan digital pada saat dilakukan wawancara (dalam satuan kilogram) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata rata berat badan masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang adalah antara 53.7-56 kg. Hal ini hamper sama dengan nilai yang digunakan oleh IRIS untuk menetapkan nilai RfC yang nilai NOAEL dan LOAEL nya berasal dari studi studi epidemiologi di kawasan Asia. Berat badan rata rata orang dewasa mormal Asia yaitu 55 kg sedangkan berat badan orang dewasa normal Eropa yaitu 70 kg. (Kolluru, 1996 dalam Rahman 2005). Berdasarkan Nukman et al ( 2005), berat badan pada 1378 responden yang terbagi atas ibu rumah tangga, PKL dan karyawan di 5 kawasan pada 9 kota besar padat transportasi nilai rata ratanya 55 kg. Hasil penelitian di Magelang menunjukkan angka 53,7 – 56 dimana angka ini mendekati nilai yang telah ditetapkan oleh IRIS dalam studi di kawasan Asia. 6.8. Asupan (Intake) Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata konsentrasi intake Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang yaitu untuk pajanan 5 tahun intak terendah yaitu 0.0008 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0054 mg/l. dengan rata2 untuk derajat kepercayaan 95% yaitu antara 0.0022-0.0024 mg/l Untuk durasi pajanan 10 tahun intake terendah yaitu 0.0017 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0109 dengan rata rata pada derajat kepercayaan 95% yaitu antara 0.0045-0.0050. Untuk durasi pajanan 15 tahun intake trendah yaitu 0,0026 mg/l dan tertinggi 0.0138 mg/l. 100 Berdasarkan teori enHealth (1992) bahwa perhitungan nilai intake dipengaruhi oleh frekuensi pajanan, durasi pajanan, laju asupan, konsentrasi dan berat badan. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil risiko kesehatan dari asupan zat kimia ke dalam tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan metabolisme zat kimia yang masuk ke dalam tubuh berdasarkan perbedaan berat badan. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai intake dari paparan Nitrogen dioksida pada manusia dipengaruhi oleh frekuensi pajanan, berat badan, durasi pajanan, konsentrasi dan laju asupan. Pada penelitian ini rata rata responden telah melebihi nilai reference dose yang ditetapkan oleh EPA oleh karena itu kualitas udara ambien di Kabupaten Magelang perlu ditingkatkan untuk mengurangi konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara. Udara ambien dan udara dalam ruangan merupakan sumber paparan zat beracun yang potensial. Orang dewasa dan anak-anak dapat terpapar udara yang terkontaminasi berbagai zat polutan selama berbagai aktivitas di lingkungan yang berbeda. Mereka mungkin terkena kontaminan di udara sekitar dan mungkin juga menghirup bahan kimia dari berbagai sumber yang ada dalam ruangan ( Kompor, pemanas, perapian, dan produk konsumen) serta dari yang menyusup dari udara sekitar. NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak. 101 US EPA mendefinisikan paparan sebagai konsentrasi kimia pada batas tubuh. Dalam kasus inhalasi, situasinya diperumit oleh fakta bahwa pertukaran oksigen dengan karbon dioksida terjadi di bagian distal paru-paru. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan serta karakteristik agent mengurangi konsentrasi polutan di udara terhirup (dosis potensial) sehingga jumlah polutan yang benarbenar masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan bagian atas (terutama nasalDaerah tenggorokan dan trakeo-bronkial) dan paru-paru (dosis internal) kurang dari yang diukur pada batas tubuh. 6.9. Karakterisasi Risiko Studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ini mengkaji Risk Quetient (RQ) menurut konsentrasi risk agent di 3 titik sampling di permukiman di Kabupaten Magelang yang dilakukan pada populasi berisiko yang bermukim dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden yang diambil berdasarkan wilayah pengambilan sampling yaitu masyarakat yang bermukim dan bekerja di Kabupaten Magelang. Dari hasil uji diketahui pada saat ini tidak ada responden yang memiliki RQ≥1 yang berarti bahwa tingkat risiko pajanan Nitrogen dioksida di udara ambien pada masyarakat di Kabupaten Magelang dengan konsentrasi terendah di cluster 2 sebesar 20.23 mg/m3 dan konsentrasi tertinggi di cluster 3 yaitu 62.77 mg/m3 aman bagi masyarakat di Kabupaten Magelang dengan laju asupan ratarata 0,88 m3/jam, lama pajanan 24 jam/hari, frekuensi pajanan 365 hari/tahun, dan berat badan 54.6 kg. 102 Jika dilihat dari tiap tahunnya RQ >1 mulai muncul pada perkiraan 20 tahun dimana ada 5 responden yang memiliki risiko tidak aman dan pada perkiraan 25 tahun ke depan terdapat 26 responden yang memiliki risiko tidak aman. Pada risiko lifetime atau prakiraan 30 tahun ke depan ada 54 responden yang memiliki RQ >1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masyarakat tinggal di lokasi penelitian maka semakin banyak masyarakat yang memiliki tingkat risiko tidak aman bagi kesehatan terhadap pajanan amonia di udara ambien. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatonah (2010) yang menunjukkan semakin lama waktu prakiraan maka semakin banyak responden yang memiliki RQ≥1. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Haryoto (2014) yang juga membagi lokasi penelitian menjadi 3 lokasi menghasilkan pada cluster 23responden lebih banyak yang memiliki risiko tidak aman dibandingkan dengan cluster 1 dan cluster 2. Seperti kita ketahui durasi pajanan memiliki perbandingan memiliki lurus dengan asupan, sedangkan berat badan perbandingan terbalik dengan asupan. Tingkat risiko (RQ), selain konsentrasi risk agent, antropometri (berat badan dan umur), dan pola aktivitas (laju asupan, durasi pajanan dan waktu pajanan), variable lain yang sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat risiko adalah konsentrasi referensi (RfC). . Studi ini menggunakan nilai RfC berdasarkan ketentuan EPA/NAAQS 2010 sedangkan Nukman et al. (2005), Ariyani (2002), dan Sukadi (2014) menentukan sendiri nilai RfC dengan menggunakan nilai NOAEL (No Observed Adverse Effect Level). Terpajan gas NO2 secara terus-menerus dalam jangka 103 waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan seperti gangguan saluran pernafasan, edema paru yang dapat berakibat fatal (SIKERNAS, 2012). 6.10. Manajemen Risiko Prinsip ARKL meyatakan bahwa pengelolaan risiko menjadi suatu keharusan apabila RQ ≥ 1 (Nukman et al., 2005). Manajemen pada dasarnya adalah melakukan manipulasi nilai asupan (intake) agar sama dengan nilai (RfC) sehingga = 1. Agar nilai asupan (intake) sama dengan RfC maka dapat dilakukan dengan cara menurunkan konsentrasi risk agent (C) dengan waktu pajanan tetap seperti saat dilakukan survey untuk proyeksi waktu 30 tahun kedepan atau memperpendek waktu pajanan (tE dan fE) dengan konsentrasi risk agent tetap seperti saat dilakukan survey. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat risiko pada saat penelitian dilakukan maka RQ NO2 (lifetime) tidak berisiko pada konsentrasi minimum, rata-rata, maksimum untuk semua kelompok sampel penelitian, sehingga tidak perlu dilakukan manajemen risiko, tetapi perlu dipertahankan variabel-variabel pemajanannya sehingga tidk menyebabkan RQ ≥ 1. Akan tetapi, jika melihat dari hasil tingkat risiko untuk 15 tahun, 20 tahun hingga 30 tahun mendatang didapatkan hasil pajanan NO2 tidak aman lagi untuk masyarakat yang bermukim di Kabupaten Magelang sehingga pelu dilakukan manajemen risiko BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada konsentrasi Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang dengan menganalisis risiko kesehatan lingkungan atas paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien di Kabupaten Magelang tahun 2015 di cluster 1 yaitu 37.24 µg/m3 , di cluster 2 20.23 µg/m3 dan di cluster 3 62.77 µg/m3 . Konsentrasi Nitrogen dioksida tahun 2015 di Kabupaten Magelang masih di bawah baku mutu baik berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien Daerah di Provinsi Jawa Tengah No 8 Tahun 2001 maupun Baku Mutu Udara Ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999. 2. Karakteristik berat badan Masyarakat Kabupaten Magelang yaitu rata rata pada derajat kepercayaan 95% di cluster 1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2 sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 – 59 kg.. Hal ini sejalan dengan karakteristik berat badan pada orang Asia yang digunakan oleh IRIS dalam perhitungan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Semakin besar berat badan maka semakin kecil risiko yang dihasilkan dari paparan Nitrogen dioksida karena berat badan berpengaruh pada tingkat metabolism tubuh dalam mengurai zat kimia. 104 105 3. Nilai rata rata frekuensi pajanan masyarakat Kabupaten Magelang terpapar Nitrogen dioksida dalam 1 tahun yaitu di cluster 1adalah 352 – 357 hari per tahun , di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari per tahun dan di cluster 3 sebesar 348 – 350 hari. Per tahun. 4. Gambaran Nilai Intake pada masyarakat di Kabupaten Magelang untuk pajanan realtime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0121 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0279 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,059 mg/kg/hari. Nilai Intake dipengaruhi lama waktu pajanan, berat badan dan konsentrasi nitrogen dioksida. Nilai intake terendah ada pada cluster 3 yang merupakan wilayah dengan konsentrasi nitrogen dioksida terendah di Kabupaten Magelang. 5. Tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015 yang terkcil yaitu 0.043 dan yang tertiggi 1.645. Untuk waktu saat ini (real time) jumlah responden dengan RQ ≥1 sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di cluster 1 dan 11 responden di cluster 3. Pada durasi pajanan lifetime atau perkiraan untuk 30 tahun ke depan pada cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan 106 RQ≥1 dan 35 responden (97.2) dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada sebanyak 54 responden (75%) dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1. Sehingga total responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %). Jumlah responden dengan nilai RQ≥1terbanyak ada di cluster 3 yang merupakan daerah dengan konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di Kabupaten Magelang. 7.2. Saran 1. Perlunya peningkatan jumlah tanaman yang bisa mengurangi konsentrasi nitrogen dioksida terutama di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang sebagai daerah yang memiliki nilai konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di Kabupaten Magelang. 2. Perlunya pemeriksaan lebih lanjut pada daerah daerah yang berisiko terpapar oleh nitrogen dioksida terutama pada masyarakat dewasa yang tinggal di Kecamatan Mertoyudan dan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang dimana telah ditemukan adanya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida. 3. Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut yaitu studi analisa dampak kesehatan lingkungan dengan menggunakan studi epidemiologi untuk memperkuat studi mengenai kesehatan lingkungan di Kabupaten Magelang. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, UF. 2013 Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Rajawali Press. Jakarta Arista, Gita. 2015. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Nitrogen Dioksida dan Sulfur Dioksida pada Pedagang Kaki lima di Terminal Ampera Palembang Tahun 2015. . Skripsi, USU, Medan Abrianto H. 2004. Analisis Risiko pencemaran Debu Terhirup Terhadap Siswa Selama Berada Di Sdn 1 Pondok Cina, Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Basri, Syahrul. Dkk . Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan ). Jurnal Kesehatan Masyarakat UIN Alaudin Makassar. BPLHD DKI Jakrta 2012. Status LIngkungan Hidup Daerah, Provinsi DKI Jakarta 2011. http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD/2011/pdf/Buku%201%Buku%201%20Bab%202D.pd f CLEAPSS. 2007. Student Safety Sheets of Nitrogen Oxides includes Nitrogen Monoxide, Nitrogen Dioxide, Dinitrogen tetroxide and Dinitrogen oxide. COMEAP, 2015. Statement on The Evidence for the effects of Nitrogen Dioxide on Health. Departemen Kesehatan RI. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan. www.depkes.go.id/downloads/Udara.pdf Dowker,KP. et. Al. 2007. REal Time Monitoring and Environmental fate of Oxide of Nitrogen in the Construction Industry. Health and Safety Laboratory Harpur Hill. Buxton EHRA, 2012, Environmental Health Risk Assesment, Guidelines for accessing human health risk from environmental hazard, Australia Fardiaz, Srikandi, 1992 Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta Gunawan, G. 2007. Polusi Udara di Ruas Jalan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan Vol. 24 No.2 April 2007.Jakarta. (http://www.pu.go.id/balitbang/news/jatan_240107.pdf) Haryoto, dkk. 2014. Fate Gas Amoniak Terhadap Besarnya Resiko Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo Sukakarta. Jurnal EKOSAINS Volume 6, Nomor 6, 2014. Kusnoputranto, Haryoto, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. KLH (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia). 2013. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Didownload pada tanggal 23 Februari 2015 dari: http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf Kharismasari, Riznha. Dkk. 2012. Kadar NO2 Di Udara Ambien Hubungannya dngan Keluhan Pernafasan Penduduk Berdasarkan Kajian ARKL dan Sebaran Tanaman (Studi di Jalan Raya Greges Kelurahan Greges Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya). Universitas Airlangga. Surabaya Mukono, 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Airlangga University Press, Surabaya. Mukala, Kristiina. 1999. Personal Exposure to Nitrogen Dioxide and Health Effects among Preschool Children. National Public Health Institute. Kuopio. Finland Namin, Shabnam M. An Experimental and Theoretical Analysis of Nitric Oxyde in the Microcirculation. Novianti, Srikandi. Dkk. 2009. Pengaruh Karakteristik Faktor Emisi Terhadap Estimasi Beban Emisi Oksida Nitrogen dari Sektor Transportasi Studi Kasus Wilayah Karees Bandung. Jurnal Tehnik Lingkungan ITB. Bandung Notoatmodjo,Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. __________________, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. National Research Council. 1983. Risk assessment in the federal government. Managing the process. National Academy Press, Washington, DC. Purwana,R. 2005. PM10 as Prediction of Ventilation Efficiency of Houses to Health Effects. Medical Journal Indonesia, Volume 14 No. 4, October . Desember 2005 Peraturan Pemeritah Republik Indonesia.1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara. Queensland Government. 2011. Health Effects of Nitrogen Oxides. Depatment of Employment, Economic Development and Innovation Rahman, A. 2005. Prinsip Prinsip Dasar, Metode, Teknik dan Prosedur Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri. FKM UI. Depok Rahman, A. 2007. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi AMDAL dan Kasus - Kasus Pencemaran Lingkungan, Depok, PKKLI FKM UI Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur Di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan volume.7 Nomor 1: 665-677 Rahman. A. 2007. Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan Dan Aplikasinya Untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM UI. Depok Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara, dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 1: 665-677 Raditya, Jevon. 2011. Pengaruh Volume Kendaraan terhadap konsentrasi Pencemarn NOx pada Udara Ambien di Pintu Tol (Studi Kasus Pintu Tol Cililitan 2). Skripsi . Tehnik Lingkungan,UI. Depok. Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press, Yogyakarta. Sumantri, Arif. 2010 Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kencana. Jakarta Undang Undang Republik Indonesia. 2009 . Undang Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup US Environmetal Protection Agency. Air Trends 1995 . Nitrogen dioxyde Standards - Table of Historical NO NAAQS http://www.epa.gov/ttn/naaqs/standards/no/s_no_history.html US Environmental Protection Agency. Air Criteria http://www.epa.gov/air/criteria.html U.S. EPA. Integrated Science Assessment (ISA) for Oxides of Nitrogen – Health Criteria (Final Report, 2016). U.S. Environmental Protection Agency, Washington, DC, EPA/600/R-15/068, 2016. US EPA (2008) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria, US Environmental Protection Agency. https://www.epa.gov/isa US EPA (2013) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria (First External Review Draft) United States Environmental Protection Agency. https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=259167 US EPA (2015) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria (Second External Review Draft) United States Environmental Protection Agency. https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=288043 Vancouver. 2014. Healthy City for All. Healthy City Strategy 2014 http://vancouver.ca/people-programs/healthy-city-strategy.aspx - 2025 Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi, Yogyakarta WHO, 2014 Air pollution http://www.who.int/topics/air_pollution/en/ Wang, Xiao-Yu. 2008. Spatial Analysis of Long Term Exposure to Air Pollution and Cardiorespiratory Mortality in Brisbane, Australia. Thesis. Queensland University of Technology. Australia Yassi, et al. 2001. Basic Environmental Health. Oxford University Press. New York World Health Organization. Healthy Cities. http://www.euro.who.int/en/healthtopics/environment-and-health/urban-health/activities/healthy-cities World Health Organization 2011. Type of Healthy http://www.who.int/healthy_settings/types/cities/en/ Settings, Healthy city WHO (2006) Air Quality Guidelines Global Update 2005. World Health Organization Regional Office for Europe. Diakses dari http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/78638/E90038.pdf Robert K. D. The Risk Assessment Paradigm. Agricultural and Biological Risk Assessment. Montana State University Wright, Teresa Leah. 2001 Nitric Oxide : Cellular Effect In Vitro and In Vivo. B.S. Biochemistry. Massachusets Institute of Technology Kemenkes. 2012. Pedoman ARKL Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan Tahun 2012 Kemenkes. 2013. Pedoman pengisian kuesioner tahun 2013. Kemenkes. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.