ISBN : 978-602-73060-1-1 IDENTIFIKASI BAKTERI DAN UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD JAMBI Desi Sagita1, Lailan Azizah2, Desi Septiana3 1,3 Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi 2 Rumah Sakit Umum Daerah Jambi Corresponding author email: [email protected] ABSTRAK Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang menyerang saluran kemih dan ditemukannya bakteri dalam urin pasien. Pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan infeksi saluran kemih memiliki peran penting dalam mencapai kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat pada penderita infeksi saluran kemih dan sensitivitasnya terhadap beberapa antibiotik. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data retrospektif dan Prospektif. Sampel pada penelitian ini adalah pasien ISK periode Mei–Desember 2014 di RSUD Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 112 pasien yang diduga menderita infeksi saluran kemih. Kemudian urin dari pasien tersebut di kultur dan di dapatkan 46 tabung urin pasien yang mengandung bakteri. Pasien yang mengalami infeksi saluran kemih terbanyak adalah perempuan (54.3%). Ditinjau dari umur, pasien yang mengalami infeksi saluran kemih terbanyak yaitu kelompok umur 0-5 tahun (34.8%). Bakteri yang ditemukan sebanyak 13 jenis bakteri yang merupakan gram positif dan negative. Bakteri paling banyak di temukan di urin pasien Infeksi Saluran Kemih adalah Escherichia coli (30.4%) dari kelompok gram negative dan Enterobacter faecalis (13%) dari elompok gram positif. Hampir seluruh bakteri sensitive terhadap Meropenem dan Fosfomisin. Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih (ISK), Uji Sensitivitas dan Kultur Urin ABSTRACT Urinary tract infection is a disease that attacks the urinary tract and found a bacteria in the urine of patients. The right of antibiotic for the treatment of urinary tract infections have an important role in achieving a cure. This research aims to find out what bacteria found in patient with urinary tract infections and how their sensitivity against antibiotics. The study is a descriptive research with retrospective and prospective sampling by doing a culture from a patient's urine UTI period May – December 2014 in Jambi Public Hospital. The results showed that there were 112 patients suspected of urinary tract infection whose urine culture were found 46 patient to be positive contain bacteria. Most patient with urinary tract infections were found a women (33.7%) and most in the 0-5 years age group (34.8%). The bacteria were discovered as many as 13 types of bacteria is gram positive and negative. The most bacteria found in the UTI were Escherichia coli (30.4%) from gram negative group and Enterobacter faecalis (13%) from gram positive group. Almost of bacteria still sensitive toward Meropenem and Fosfomycin Keywords : Urinary Tract Infection (UTI), Sensitivity Test and Urine Culture PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang paling sering ditemukan di masyarakat termasuk di negara maju. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit tidak membahayakan, namun penyakit ini cukup menjadi beban bagi penderita maupun masyarakat. Infeksi saluran kemih di Indonesia insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi (Wilianti, 2009). Sebagian besar infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh bakteri dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh jamur atau virus. Jenis bakteri utama yang menyebabkan infeksi Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 94 ISBN : 978-602-73060-1-1 saluran kemih ialah Escherichia coli. Bakteri ini merupakan bakteri komensal yang ada di saluran cerna. Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih biasanya bakteri yang bersifat aerob. Uretra bagian bawah terutama dari wanita menjadi rentan terhadap paparan mikroba yang terbawa pada saat mencuci daerah genitalia setelah buang air. Menurut data dari RSUD Zainoel Abidin Aceh bahwa bakteri terbanyak penyebab ISK adalah Pseudomonas aeroginosa, Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia.(Hariis S, 2012). Pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ditemukan 3 jenis kuman pada pasien ISK anak yaitu Eschericia coli, Enterobacter aerogenes dan Acinetobacter calcoaceticus (Miesien, 2005) Pengobatan ISK yang tidak tepat menyebabkan penyakit ini tumbuh dan berkelanjutan yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal berupa peradangan (pielonefritis) bahkan bisa menyebabkan gagal ginjal. Pengobatan ISK diberikan apabila sudah diagnose ISK yang disesuaikan dengan hasil kultur bakteri. Untuk menegakkan diagnosis pasti ISK dipakai pemeriksaan biakan kemih. Diagnosis ISK ditegakkan apabila sudah di lakukan pemeriksaan mikrobiologi seperti angka leukosit dan CRP yang menandakan adanya infeksi serta kultur bakteri yang bermakna dalam biakan urin. Dikatakan kultur bakteri tersebut bermakna apabila dalam biakan urin terdapat > 105 CFU/ml. Akan tetapi biasanya pengobatan ISK harus segera diberikan antibiotik empiris sebelum hasil biakan ditetapkan. Lama pemberian antibiotik sekurangnya adalah 7 hari. Antibiotika yang biasanya diberikan untuk pengobatan ISK yang sebagian besar disebabkan oleh Escherichia coli adalah floroquinolones dan nitrofurantoin. Sedangkan untuk alternatifnya yaitu, trimetoprim– sulfametoksazol, sefalosporin, dan fosfomisin (Kumala S, dkk, 2009) Studi yang telah dilakukan di Indonesia selama 1990-2010, diketahui resistensi terjadi hampir pada semua bakteri-bakteri patogen penting. Hal tersebut merupakan dampak negatif dari pemakaian antibiotik yang tidak rasional. Dari hasil penelitian yang dilakukan Kuma 2009 menunjukkan bahwa biakan bakteri yang berasal dari saluran kemih pasien resisten terhadap antibiotik amoksilin dan ofloksasin. Laporan resistensi antibiotik pada pengobatan patogen E. Coli, yaitu untuk ampisilin (39-45%), trimetoprimsulfametoksazol (14-31%),nitrofurantoin (1,816%) dan fluoroquinolon (0,7-10%) (Montini G, et al, 2007). Oleh karena itu sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang sensitivitas antibiotika yang digunakan pada pasien ISK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran biakan bakteri yang menjadi penyebab infeksi saluran kemih di salah satu Rumah Sakit Umum Daerah Jambi dan mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotika sehingga bisa menjadi dasar dalam pemilihan antibiotika. METODE Penelitian ini dilakukan mulai bulan MeiDesember 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data retrospektif dan Prospektif. Pasien pada penelitian ini adalah pasien rawat inap yang terdiagnosis ISK dan melakukan kultur urin di Laboratorium Mikrobiologi RSUD Jambi. Metode pengamatan dilakukan secara langsung terhadap hasil kultur dan identifikasi kuman dari urin, lalu dilanjutkan dengan uji sensitivitas antibiotik. Identifikasi bakteri dilakukan dengan metode BBL Crystal. Uji sensitivitas antibiotik dilakukan dengan metode difusi agar pada kertas cakram yang telah mengandung antibiotik. Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk dalam millimeter (mm). Karakterisasi dengan mengukur dan membandingkan diameter zona hambatnya terhadap data standar untuk melihat hasil sensitif (s), Intermediet (I), dan Resisten (R). HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 112 pasien dengan diagnosa ISK mulai periode Mei-Desember 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi. Dari 112 pasien ISK tersebut kemudian dilakukan kultur bakteri dari urin dan diperoleh sebanyak 46 pasien yang ditemukan adanya bakteri pada Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 95 ISBN : 978-602-73060-1-1 urin tersebut. Bakteri tersebut terdari dari 13 jenis bakteri dengan 7 isolat berasal dari Gram Negatif dan 6 isolat dari Gram positif. Kebanyakan bakteri yang menginfeksi saluran kemih berasal dari Gram negatif yaitu Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia. Jika dilihat dari jenis kelamin pasien ISK terbanyak berasal dari jenis kelamin perempuan (54%) dan laki-laki (46%)(Tabel 1). Berdasarkan umur pasien terlihat bahwa anak anak dengan usia di bawah 10 tahun paling banyak mengalami infeksi saluran kemih. Jumlah pasien penderita infeksi saluran kemih pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, misalnya kebiasaan perempuan dari cara mencuci daerah genitalia setelah buang air besar. Gerakan mencuci genitalia dari arah belakang ke depan akan memperbesar kuman masuk ke lubang saluran kencing (Natalia, Susi, 2006). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Samirah dkk, (2006) yang yang menyebutkan bahwa infeksi saluran kemih banyak menyerang perempuan dibanding lakilaki dikarenakan uretra perempuan lebih pendek sehingga mamudahkan bakteri masuk ke dalam kandung kemih. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra kemudian masuk ke dalam kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Ditinjau dari segi umur, pasien terbanyak yang terkena ISK adalah kelompok anak-anak. Meningkatnya kejadian infeksi pada anak anak dikarenakan anak-anak yang belum bisa menjaga kebersihan karena ketika mereka sedang buang air besar, tinjanya bisa menjalar secara ascending sehingga bakteri tinja akhirnya masuk ke saluran kemih. paparan mikroba. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Subandiah (2004) bahwa anak umur 1-5 tahun merupakan usia terbanyak yang menderita ISK. Tabel 1. Karakteristik pasien Infeksi Saluran Kemih Sampel Jenis Kelamin Perempuan laki laki Umur (tahun) 0-5 6-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 TOTAL Jumlah Persentase 25 21 54.35% 45.65% 16 15 8 1 2 0 2 2 46 34.78% 32.60% 17.39% 2.17% 4.35% 0.00% 4.35% 4.35% 100% Identifikasi bakteri dilakukan dengan metode BBL Crystal, dimana BBL Crystal merupakan identifikasi berbentuk miniatur yang menggunakan senyawa fluorogenic, chromogenic dan modifikasi dari substrat konvensional yang berfungsi untuk identifikasi bakteri patogen yang telah diisolasi dari sampel atau berupa koloni murni. Hasil identifikasi bakteri terhadap 46 sampel urin telah ditemukan 13 jenis bakteri yang menginfeksi pasien ISK. Bakteri gram positif sebanyak 6 jenis bakteri dan 7 jenis bakteri garm negatif. Bakteri tertinggi yang menginfeksi saluran kemih dari kelompok gram negatif adalah Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia sedangkan dari kelompok gram positif adalah Enterobacter faecalis Sistem imun anak anak yang yang masih rendah sehingga sangat rentan terhadap Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 96 ISBN : 978-602-73060-1-1 Tabel 2. Distribusi bakteri penyebab ISK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Bakteri Escherichia coli Klebsiella pneumonia Pseudomonas aeruginosa Enterobacter cloaceae Proteus mirabilis Acinetobacter lwoffi Citrobacter freundii Enterobacter faecalis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus ssp Staphylococcus aureus Staphylococcus hemolyticus Staphylococcus epidermidis Gram + + + + + + Jumlah 14 8 2 2 1 1 1 6 3 1 4 2 1 TOTAL 46 Persentase 30.43 % 17.39% 4.35 % 4.35% 2.17 % 2.17% 2.17% 13.04% 6.52% 2.17% 8.70% 4.35% 2.17% 100.0% yang memiliki virulensi uropatogenik yang bisa menginfeksi saluran kemih. Escherichia coli merupakan penyebab ISK pada anak, dimana pada keadaan normal bakteri ini ada di kolon dan masuk ke uretra yang terbuka, dari kulit sekitar anus dan genital. Pada bayi, bakteri dari popoknya dapat masuk ke uretra dan menyebabkan ISK. Escherichia coli juga dapat masuk ke orifisium uretra jika anak perempuan tidak membersihkan daerah genitalia dari arah depan ke belakang setelah buang air besar. Akan tetapi tidak semua jenis Escherichia coli bisa menginfeksi saluran kemih. Hanya bakteri Menurut penelitian Natalia pada Tahun 2006 menunjukkan bahwa jenis kuman terbanyak penyebab infeksi saluran kemih adalah jenis Escherichia coli yang mencapai 81,3%. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang paling sering mengakibatkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli. Penyebab lain yang umumnya ditemukan adalah Klebsiella pneumonia, Proteus mirabilis dan Staphylococcus saprophyticus. 80.00 60.00 40.00 sensitif 20.00 Intermediet Cloramfenikol Cefepin Ceftriakson Gentamicin Tetrasiklin As.Nalidiksat Amp. Sulbactam Cef. Sulbactam Aztreonam Ciprofloxasin Amox.Clavulanat Fosfomycin 0.00 Meropenem PERSENTASE SENSITIVITAS 100.00 Resisten JENIS ANTIBIOTIKA Gambar 1. Persentase sensitivitas bakteri gram negative terhadap antibiotika Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 97 PERSENTASE SENSITIVITAS ISBN : 978-602-73060-1-1 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Sensitif Intermediet Resisten JENIS ANTIBIOTIKA Gambar 2. Persentase sensitivitas bakteri gram positif terhadap antibiotika Menurut Dwidjiseputro, (2000) selain Esherichia coli, bakteri lainnya yang sering menjadi penyebab ISK yaitu Klebsiella pneumonia, Enterococcus faecalis dan Staphylococcus aureus. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat dan banyak ditemukan di mulut, kulit, dan saluran usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumonia adalah di tanah. Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri fakultatif anaerob gram positif yang berbentuk kokus, dapat tumbuh dengan ada atau tidak adanya oksigen dan merupakan flora normal yang ada pada rongga mulut terutama pada plak lidah. Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus pada penelitian ini juga ditemukan menginfeksi sampel urin. Bakteri ini merupakan spesies coagulase-negatif lain yang merupakan bagian dari flora normal di vagina, pada umumnya menyebabkan infeksi sistem genitourinary pada perempuan muda. Uji Sensitivitas Antibiotik Dari pemeriksaan uji sensitivitas diketahui bahwa antibiotik yang masih sensitif terhadap bakteri gram negatif maupun positif yaitu Meropenem dan Fosfomisin (Gambar 1 dan 2). Hasil yang sama juga terdapat di dalam penelitian Haris, dkk (2012) yang dilakukan di RSUD Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh bahwa antibiotik meropenem memiliki tingkat kepekaan 100% terhadap bakteri Eschericia coli. Pada penelitian oleh Noviana (2004) juga diperoleh hasil bahwa meropenem termasuk antibiotik golongan β-laktam yang paling baik dalam membunuh Escherichia coli. atau menghambat Meropenem merupakan antibiotik golongan karbapenem yang termasuk betalaktam yang memiliki spektrum luas, dapat menghambat gram positif maupun gram negatif dengan mekanisme kerja menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Meropenem adalah derivat dimetilkarbamoil pirolidinil dan tienamisin. Obat tersebut tidak dirusak enzim dipeptidase di tubuli ginjal. Secara in vitro, meropenem sangat aktif terhadap kokus gram-positif, termasuk stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, E. faecalis serta bakteri penghasil beta-laktamase lainnya (Nurmala, dkk, 2015). Karbepenem banyak digunakan sebagai pilihan terapi untuk bakteri yang memiliki enzim ESBL. Fosfomisin merupakan antibiotik yang bekerja dengan menghambat tahap awal sintesis dinding sel bakteri. Transport obat ke dalam dinding sel melalui sistem transpor gliserofosfat atau glukosa 6-fosfatase. Fosmosin aktif terhadap bakteri gram positif dan gram-negatif. Secara in vitro, kombinasi fosfomisin dengan antibiotik beta-laktam, aminoglikosida atau florokuinolon memberikan efek sinergi Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumala, dkk (2009) juga memperlihatkan hasil bahwa fosfomisin mempunyai sensivitas yang baik terhadap bakteri gram negatif maupun Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 98 ISBN : 978-602-73060-1-1 positif seperti Klebsiella dan Staphylococcus. Dari data tersebut diperkirakan fosfomisin mampu memberikan respon klinik yang baik. Resisten Klebsiella pneumonia terhadap antibiotik dikarenakan bakteri ini juga memiliki kemampuan menghasilkan ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). Bakteri ESBL Klebsiella pneumonia juga menunjukkan co-resistensi terhadap antibiotika kuinolon dan aminoglikosida Ravichitra, K.N, et al.,(2014). Antibiotik yang resisten terhadap bakteri gram positif yaitu ceftriakson, dan cefepin. Kedua antibiotik ini merupakan antibiotik golongan sefalosporin. yang mempunyai mekanisme kerja menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Ceftriakson termasuk golongan sefalosporin generasi ke-3 yang kurang aktif terhadap cocus gram positif dibanding generasi ke-1, tetapi lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae termasuk strain yang memproduksi beta-laktamase. Cefepim merupakan golongan sefalosporin generasi ke4 yang aktifitasnya lebih luas dibanding generasi ke 3 dan tahan terhadap betalaktamase. Antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-3 telah digunakan secara luas pada pengobatan berbagai penyakit infeksi. Hal tersebut disebabkan karena spektrum aktivitas antibakteri yang luas, mencakup bakteri gram positif dan negatif. Namun demikian resiko berkembangnya resistensi akibat penggunaan yang terlalu luas perlu dipertimbangkan. Antibiotik Aztreonam merupakan antibiotik monobaktam yang kuat aktifitas antibakterinya terhadap bakteri gram negative. Ampisilin merupakan antibiotik spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram positif maupun negatif. Ampisilin biasanya penggunaannya sering dikombinasikan dengan beta-laktam golongan inhibitor beta-laktamase untuk mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase yang semakin banyak ditemukan pada bakteri gram negatif. Resistensi bakteri juga ditunjukkan pada antibiotika Clindamisin, Gentamisin, Eritromisin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat sintesis protein. Mekanisme resistensi terjadi melalui tiga mekanisme yang diperantarai oleh plasmid, yaitu dengan menurunnya permeabilitas membran (porin), perubahan reseptor pada ribosom, dan hidrolisis oleh esterase. KESIMPULAN Dari hasil identifikasi dan uji resistensi bakteri terhadap sampel urin pasien infeksi saluran kemih di RSUD Jambi dapat disimpulkan bahwa bakteri yang paling banyak menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli, Klebsiella pneumonia dan Enterobacter faecalis. Antibiotik yang sensitive terhadap bakteri gram positif dan negative adalah Meropenem dan Fosfomisin. Dari hasil penelitian ini sebaiknya diperlukan penelitian yang dilakukan secara berkala/terus-menerus untuk mengetahui pola sensitivitas bakteri yang terus berubah terhadap beberapa antibiotika, agar dapat menjadi bahan acuan para preklinik dalam pengobatan pertama ISK sebelum didapatkan hasil biakan air kemih, khususnya dalam memilih antimikroba yang masih sensitif terhadap kuman penyakit ISK. DAFTAR PUSTAKA Febiana, T. 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011.Semarang. Universitas Diponegoro. Haris,S., Sarindah, A., Yusni., dan Raihan. 2012. Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Darussaam, Banda Aceh. Kumala,S., Raisa, N., Rahayu, L., & Kiranasari, A. 2009. Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi Dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Terhadap Beberapa Antibiotika Pada Periode Maret-Juni.6(2), 45-55 Miesien. 2005, Profil infeksi saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo[tesis]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 99 ISBN : 978-602-73060-1-1 Montini G, Toffolo A, Zucchetta P. 2007. Antibiotic treatment for pyelonephritis in children: multicentre randomized controlled non-inferiority trial. BMJ.; 335 (7616) : 386 Natalia, Susi. 2006. Pengaruh Toilet Training Terhadap Kejadian ISK berulang Pada Anak Perempuan Usia 1-5 Tahun. Semarang. Universitas Diponegoro. Nurmala, dkk. 2015, Resistensi dan Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotika di RSU. Dr. Sudarso Pontianak Tahun 2011-2013 Ravichitra K.N, P. Hema Prakash, S. Subbarayudu and U. Sreenivassa Rao, (2014). Isolation and Antibiotic Sensitivity of Klebsiella pneumonia From Pus, Sputum and Urine Samples. int, J.Curr, Microbial. App. Sci, 3(3), 115-119 Samirah, Darwati, Windarwati., & Hardjoeno. (2006). Pola resistensi dan sensitivitas kuman di penderita infeksi saluran kemih. Indonesian Jurnal of clinical pathology and medical laboratory, 12 (3), 110-113. Subandiah, K. 2004: Pola dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Penyebab Infeksi Saluran Kemih Anak Di RSU DR. Saiful Anwar Malang. Malang. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unibraw. Wilianti, N.P. 2009. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2008. Semarang: Universitas Diponegoro. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 100