Paper Title (use style: paper title)

advertisement
ISBN : 978-602-73060-1-1
IDENTIFIKASI BAKTERI DAN UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA INFEKSI
SALURAN KEMIH DI RSUD JAMBI
Desi Sagita1, Lailan Azizah2, Desi Septiana3
1,3
Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi
2
Rumah Sakit Umum Daerah Jambi
Corresponding author email: [email protected]
ABSTRAK
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang menyerang saluran kemih dan ditemukannya
bakteri dalam urin pasien. Pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan infeksi saluran kemih
memiliki peran penting dalam mencapai kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bakteri apa saja yang terdapat pada penderita infeksi saluran kemih dan sensitivitasnya terhadap
beberapa antibiotik. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data retrospektif dan
Prospektif. Sampel pada penelitian ini adalah pasien ISK periode Mei–Desember 2014 di RSUD
Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 112 pasien yang diduga menderita infeksi
saluran kemih. Kemudian urin dari pasien tersebut di kultur dan di dapatkan 46 tabung urin pasien
yang mengandung bakteri. Pasien yang mengalami infeksi saluran kemih terbanyak adalah
perempuan (54.3%). Ditinjau dari umur, pasien yang mengalami infeksi saluran kemih terbanyak
yaitu kelompok umur 0-5 tahun (34.8%). Bakteri yang ditemukan sebanyak 13 jenis bakteri yang
merupakan gram positif dan negative. Bakteri paling banyak di temukan di urin pasien Infeksi
Saluran Kemih adalah Escherichia coli (30.4%) dari kelompok gram negative dan Enterobacter
faecalis (13%) dari elompok gram positif. Hampir seluruh bakteri sensitive terhadap Meropenem
dan Fosfomisin.
Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih (ISK), Uji Sensitivitas dan Kultur Urin
ABSTRACT
Urinary tract infection is a disease that attacks the urinary tract and found a bacteria in the urine
of patients. The right of antibiotic for the treatment of urinary tract infections have an important
role in achieving a cure. This research aims to find out what bacteria found in patient with urinary
tract infections and how their sensitivity against antibiotics. The study is a descriptive research
with retrospective and prospective sampling by doing a culture from a patient's urine UTI period
May – December 2014 in Jambi Public Hospital. The results showed that there were 112 patients
suspected of urinary tract infection whose urine culture were found 46 patient to be positive
contain bacteria. Most patient with urinary tract infections were found a women (33.7%) and most
in the 0-5 years age group (34.8%). The bacteria were discovered as many as 13 types of bacteria
is gram positive and negative. The most bacteria found in the UTI were Escherichia coli (30.4%)
from gram negative group and Enterobacter faecalis (13%) from gram positive group. Almost of
bacteria still sensitive toward Meropenem and Fosfomycin
Keywords
: Urinary Tract Infection (UTI), Sensitivity Test and Urine Culture
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan
infeksi yang paling sering ditemukan di
masyarakat termasuk di negara maju.
Meskipun sering dianggap sebagai penyakit
tidak membahayakan, namun penyakit ini
cukup menjadi beban bagi penderita maupun
masyarakat. Infeksi saluran kemih di Indonesia
insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi
(Wilianti, 2009).
Sebagian besar infeksi saluran kemih (ISK)
disebabkan oleh bakteri dan hanya sebagian
kecil yang disebabkan oleh jamur atau virus.
Jenis bakteri utama yang menyebabkan infeksi
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
94
ISBN : 978-602-73060-1-1
saluran kemih ialah Escherichia coli. Bakteri
ini merupakan bakteri komensal yang ada di
saluran cerna. Bakteri yang menyebabkan
infeksi saluran kemih biasanya bakteri yang
bersifat aerob. Uretra bagian bawah terutama
dari wanita menjadi rentan terhadap paparan
mikroba yang terbawa pada saat mencuci
daerah genitalia setelah buang air. Menurut
data dari RSUD Zainoel Abidin Aceh bahwa
bakteri terbanyak penyebab ISK adalah
Pseudomonas aeroginosa, Escherichia coli
dan Klebsiella pneumonia.(Hariis S, 2012).
Pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), ditemukan 3 jenis kuman pada pasien
ISK anak yaitu Eschericia coli, Enterobacter
aerogenes dan Acinetobacter calcoaceticus
(Miesien, 2005)
Pengobatan ISK yang tidak tepat
menyebabkan penyakit ini tumbuh dan
berkelanjutan yang bisa menyebabkan
kerusakan
ginjal
berupa
peradangan
(pielonefritis) bahkan bisa menyebabkan gagal
ginjal. Pengobatan ISK diberikan apabila
sudah diagnose ISK yang disesuaikan dengan
hasil kultur bakteri. Untuk menegakkan
diagnosis pasti ISK dipakai pemeriksaan
biakan kemih. Diagnosis ISK ditegakkan
apabila sudah di lakukan pemeriksaan
mikrobiologi seperti angka leukosit dan CRP
yang menandakan adanya infeksi serta kultur
bakteri yang bermakna dalam biakan urin.
Dikatakan kultur bakteri tersebut bermakna
apabila dalam biakan urin terdapat > 105
CFU/ml. Akan tetapi biasanya pengobatan
ISK harus segera diberikan antibiotik empiris
sebelum hasil biakan ditetapkan. Lama
pemberian antibiotik sekurangnya adalah 7
hari. Antibiotika yang biasanya diberikan
untuk pengobatan ISK yang sebagian besar
disebabkan oleh Escherichia coli adalah
floroquinolones dan nitrofurantoin. Sedangkan
untuk alternatifnya yaitu, trimetoprim–
sulfametoksazol, sefalosporin, dan fosfomisin
(Kumala S, dkk, 2009)
Studi yang telah dilakukan di Indonesia
selama 1990-2010, diketahui resistensi terjadi
hampir pada semua bakteri-bakteri patogen
penting. Hal tersebut merupakan dampak
negatif dari pemakaian antibiotik yang tidak
rasional. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Kuma 2009 menunjukkan bahwa biakan
bakteri yang berasal dari saluran kemih pasien
resisten terhadap antibiotik amoksilin dan
ofloksasin. Laporan resistensi antibiotik pada
pengobatan patogen E. Coli, yaitu untuk
ampisilin
(39-45%),
trimetoprimsulfametoksazol (14-31%),nitrofurantoin (1,816%) dan fluoroquinolon (0,7-10%) (Montini
G, et al, 2007). Oleh karena itu sangat penting
untuk dilakukan penelitian tentang sensitivitas
antibiotika yang digunakan pada pasien ISK.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran biakan bakteri yang
menjadi penyebab infeksi saluran kemih di
salah satu Rumah Sakit Umum Daerah Jambi
dan mengetahui resistensi bakteri terhadap
antibiotika sehingga bisa menjadi dasar dalam
pemilihan antibiotika.
METODE
Penelitian ini dilakukan mulai bulan MeiDesember 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah
Jambi. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan data retrospektif dan
Prospektif. Pasien pada penelitian ini adalah
pasien rawat inap yang terdiagnosis ISK dan
melakukan kultur urin di Laboratorium
Mikrobiologi RSUD Jambi.
Metode pengamatan dilakukan secara
langsung terhadap hasil kultur dan identifikasi
kuman dari urin, lalu dilanjutkan dengan uji
sensitivitas antibiotik.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan
metode BBL Crystal. Uji sensitivitas antibiotik
dilakukan dengan metode difusi agar pada
kertas cakram yang telah mengandung
antibiotik. Sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk dalam millimeter (mm).
Karakterisasi
dengan
mengukur
dan
membandingkan diameter zona hambatnya
terhadap data standar untuk melihat hasil
sensitif (s), Intermediet (I), dan Resisten (R).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 112 pasien dengan diagnosa ISK
mulai periode Mei-Desember 2014 di Rumah
Sakit Umum Daerah Jambi. Dari 112 pasien
ISK tersebut kemudian dilakukan kultur
bakteri dari urin dan diperoleh sebanyak 46
pasien yang ditemukan adanya bakteri pada
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
95
ISBN : 978-602-73060-1-1
urin tersebut. Bakteri tersebut terdari dari 13
jenis bakteri dengan 7 isolat berasal dari Gram
Negatif dan 6 isolat dari Gram positif.
Kebanyakan bakteri yang menginfeksi saluran
kemih berasal dari Gram negatif yaitu
Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia.
Jika dilihat dari jenis kelamin pasien ISK
terbanyak berasal dari jenis kelamin
perempuan (54%) dan laki-laki (46%)(Tabel
1). Berdasarkan umur pasien terlihat bahwa
anak anak dengan usia di bawah 10 tahun
paling banyak mengalami infeksi saluran
kemih.
Jumlah pasien penderita infeksi saluran
kemih pada perempuan lebih tinggi dari pada
laki-laki. Hal ini dapat dikaitkan dengan
beberapa
faktor,
misalnya
kebiasaan
perempuan dari cara mencuci daerah genitalia
setelah buang air besar. Gerakan mencuci
genitalia dari arah belakang ke depan akan
memperbesar kuman masuk ke lubang saluran
kencing (Natalia, Susi, 2006). Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Samirah dkk, (2006) yang yang
menyebutkan bahwa infeksi saluran kemih
banyak menyerang perempuan dibanding lakilaki dikarenakan uretra perempuan lebih
pendek sehingga mamudahkan bakteri masuk
ke dalam kandung kemih. Kuman yang berasal
dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra kemudian
masuk ke dalam kandung kemih dan dapat
sampai ke ginjal.
Ditinjau dari segi umur, pasien terbanyak
yang terkena ISK adalah kelompok anak-anak.
Meningkatnya kejadian infeksi pada anak anak
dikarenakan anak-anak yang belum bisa
menjaga kebersihan karena ketika mereka
sedang buang air besar, tinjanya bisa menjalar
secara ascending sehingga bakteri tinja
akhirnya masuk ke saluran kemih.
paparan mikroba. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Subandiah (2004)
bahwa anak umur 1-5 tahun merupakan usia
terbanyak yang menderita ISK.
Tabel 1. Karakteristik pasien Infeksi Saluran
Kemih
Sampel
Jenis Kelamin
Perempuan
laki laki
Umur (tahun)
0-5
6-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
TOTAL
Jumlah
Persentase
25
21
54.35%
45.65%
16
15
8
1
2
0
2
2
46
34.78%
32.60%
17.39%
2.17%
4.35%
0.00%
4.35%
4.35%
100%
Identifikasi bakteri dilakukan dengan
metode BBL Crystal, dimana BBL Crystal
merupakan identifikasi berbentuk miniatur
yang menggunakan senyawa fluorogenic,
chromogenic dan modifikasi dari substrat
konvensional yang berfungsi untuk identifikasi
bakteri patogen yang telah diisolasi dari sampel
atau berupa koloni murni.
Hasil identifikasi bakteri terhadap 46
sampel urin telah ditemukan 13 jenis bakteri
yang menginfeksi pasien ISK. Bakteri gram
positif sebanyak 6 jenis bakteri dan 7 jenis
bakteri garm negatif. Bakteri tertinggi yang
menginfeksi saluran kemih dari kelompok
gram negatif adalah Escherichia coli dan
Klebsiella pneumonia sedangkan dari
kelompok gram positif adalah Enterobacter
faecalis
Sistem imun anak anak yang yang masih
rendah sehingga sangat rentan terhadap
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
96
ISBN : 978-602-73060-1-1
Tabel 2. Distribusi bakteri penyebab ISK
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bakteri
Escherichia coli
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa
Enterobacter cloaceae
Proteus mirabilis
Acinetobacter lwoffi
Citrobacter freundii
Enterobacter faecalis
Staphylococcus saprophyticus
Staphylococcus ssp
Staphylococcus aureus
Staphylococcus hemolyticus
Staphylococcus epidermidis
Gram
+
+
+
+
+
+
Jumlah
14
8
2
2
1
1
1
6
3
1
4
2
1
TOTAL
46
Persentase
30.43 %
17.39%
4.35 %
4.35%
2.17 %
2.17%
2.17%
13.04%
6.52%
2.17%
8.70%
4.35%
2.17%
100.0%
yang memiliki virulensi uropatogenik yang
bisa menginfeksi saluran kemih.
Escherichia coli merupakan penyebab ISK
pada anak, dimana pada keadaan normal
bakteri ini ada di kolon dan masuk ke uretra
yang terbuka, dari kulit sekitar anus dan
genital. Pada bayi, bakteri dari popoknya dapat
masuk ke uretra dan menyebabkan ISK.
Escherichia coli juga dapat masuk ke orifisium
uretra
jika
anak
perempuan
tidak
membersihkan daerah genitalia dari arah
depan ke belakang setelah buang air besar.
Akan tetapi tidak semua jenis Escherichia coli
bisa menginfeksi saluran kemih. Hanya bakteri
Menurut penelitian Natalia pada Tahun
2006 menunjukkan bahwa jenis kuman
terbanyak penyebab infeksi saluran kemih
adalah jenis Escherichia coli yang mencapai
81,3%. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri
yang paling sering mengakibatkan infeksi
saluran kemih adalah Escherichia coli.
Penyebab lain yang umumnya ditemukan
adalah Klebsiella pneumonia, Proteus
mirabilis dan Staphylococcus saprophyticus.
80.00
60.00
40.00
sensitif
20.00
Intermediet
Cloramfenikol
Cefepin
Ceftriakson
Gentamicin
Tetrasiklin
As.Nalidiksat
Amp. Sulbactam
Cef. Sulbactam
Aztreonam
Ciprofloxasin
Amox.Clavulanat
Fosfomycin
0.00
Meropenem
PERSENTASE SENSITIVITAS
100.00
Resisten
JENIS ANTIBIOTIKA
Gambar 1. Persentase sensitivitas bakteri gram negative terhadap antibiotika
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
97
PERSENTASE SENSITIVITAS
ISBN : 978-602-73060-1-1
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Sensitif
Intermediet
Resisten
JENIS ANTIBIOTIKA
Gambar 2. Persentase sensitivitas bakteri gram positif terhadap antibiotika
Menurut Dwidjiseputro, (2000) selain
Esherichia coli, bakteri lainnya yang sering
menjadi penyebab ISK yaitu Klebsiella
pneumonia, Enterococcus faecalis dan
Staphylococcus aureus. Klebsiella pneumonia
dapat mereduksi nitrat dan banyak ditemukan
di mulut, kulit, dan saluran usus, namun habitat
alami dari Klebsiella pneumonia adalah di
tanah. Enterococcus faecalis merupakan salah
satu bakteri fakultatif anaerob gram positif
yang berbentuk kokus, dapat tumbuh dengan
ada atau tidak adanya oksigen dan merupakan
flora normal yang ada pada rongga mulut
terutama pada plak lidah. Sedangkan bakteri
Staphylococcus aureus pada penelitian ini juga
ditemukan menginfeksi sampel urin. Bakteri
ini merupakan spesies coagulase-negatif lain
yang merupakan bagian dari flora normal di
vagina, pada umumnya menyebabkan infeksi
sistem genitourinary pada perempuan muda.
Uji Sensitivitas Antibiotik
Dari pemeriksaan uji sensitivitas diketahui
bahwa antibiotik yang masih sensitif terhadap
bakteri gram negatif maupun positif yaitu
Meropenem dan Fosfomisin (Gambar 1 dan 2).
Hasil yang sama juga terdapat di dalam
penelitian Haris, dkk (2012) yang dilakukan di
RSUD Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh bahwa
antibiotik meropenem memiliki tingkat
kepekaan 100% terhadap bakteri Eschericia
coli. Pada penelitian oleh Noviana (2004) juga
diperoleh hasil bahwa meropenem termasuk
antibiotik golongan β-laktam yang paling baik
dalam
membunuh
Escherichia coli.
atau
menghambat
Meropenem
merupakan antibiotik
golongan karbapenem yang termasuk betalaktam yang memiliki spektrum luas, dapat
menghambat gram positif maupun gram
negatif dengan mekanisme kerja menghambat
sintesis atau merusak dinding sel bakteri.
Meropenem adalah derivat dimetilkarbamoil
pirolidinil dan tienamisin. Obat tersebut tidak
dirusak enzim dipeptidase di tubuli ginjal.
Secara in vitro, meropenem sangat aktif
terhadap kokus
gram-positif,
termasuk
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, E.
faecalis serta bakteri penghasil beta-laktamase
lainnya (Nurmala, dkk, 2015). Karbepenem
banyak digunakan sebagai pilihan terapi untuk
bakteri yang memiliki enzim ESBL.
Fosfomisin merupakan antibiotik yang
bekerja dengan menghambat tahap awal
sintesis dinding sel bakteri. Transport obat ke
dalam dinding sel melalui sistem transpor
gliserofosfat atau glukosa 6-fosfatase.
Fosmosin aktif terhadap bakteri gram positif
dan gram-negatif. Secara in vitro, kombinasi
fosfomisin dengan antibiotik beta-laktam,
aminoglikosida
atau
florokuinolon
memberikan efek sinergi
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Kumala, dkk (2009) juga memperlihatkan hasil
bahwa fosfomisin mempunyai sensivitas yang
baik terhadap bakteri gram negatif maupun
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
98
ISBN : 978-602-73060-1-1
positif seperti Klebsiella dan Staphylococcus.
Dari data tersebut diperkirakan fosfomisin
mampu memberikan respon klinik yang baik.
Resisten Klebsiella pneumonia terhadap
antibiotik dikarenakan bakteri ini juga
memiliki kemampuan menghasilkan ESBL
(Extended Spectrum Beta Lactamase). Bakteri
ESBL
Klebsiella
pneumonia
juga
menunjukkan
co-resistensi
terhadap
antibiotika kuinolon dan aminoglikosida
Ravichitra, K.N, et al.,(2014).
Antibiotik yang resisten terhadap bakteri
gram positif yaitu ceftriakson, dan cefepin.
Kedua antibiotik ini merupakan antibiotik
golongan sefalosporin. yang mempunyai
mekanisme kerja menghambat sintesis atau
merusak dinding sel bakteri.
Ceftriakson
termasuk
golongan
sefalosporin generasi ke-3 yang kurang aktif
terhadap cocus gram positif dibanding generasi
ke-1,
tetapi
lebih
aktif
terhadap
Enterobacteriaceae termasuk strain yang
memproduksi
beta-laktamase.
Cefepim
merupakan golongan sefalosporin generasi ke4 yang aktifitasnya lebih luas dibanding
generasi ke 3 dan tahan terhadap betalaktamase. Antibiotik golongan sefalosporin
generasi ke-3 telah digunakan secara luas pada
pengobatan berbagai penyakit infeksi. Hal
tersebut disebabkan karena spektrum aktivitas
antibakteri yang luas, mencakup bakteri gram
positif dan negatif. Namun demikian resiko
berkembangnya resistensi akibat penggunaan
yang terlalu luas perlu dipertimbangkan.
Antibiotik Aztreonam merupakan antibiotik
monobaktam yang kuat aktifitas antibakterinya
terhadap bakteri gram negative.
Ampisilin merupakan antibiotik spektrum
luas, aktif terhadap bakteri gram positif
maupun
negatif.
Ampisilin
biasanya
penggunaannya sering dikombinasikan dengan
beta-laktam golongan inhibitor beta-laktamase
untuk mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase
yang semakin banyak ditemukan pada bakteri
gram negatif.
Resistensi bakteri juga ditunjukkan pada
antibiotika
Clindamisin,
Gentamisin,
Eritromisin merupakan obat yang bekerja
dengan
menghambat
sintesis
protein.
Mekanisme resistensi terjadi melalui tiga
mekanisme yang diperantarai oleh plasmid,
yaitu dengan menurunnya permeabilitas
membran (porin), perubahan reseptor pada
ribosom, dan hidrolisis oleh esterase.
KESIMPULAN
Dari hasil identifikasi dan uji resistensi
bakteri terhadap sampel urin pasien infeksi
saluran kemih di RSUD Jambi dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang paling banyak
menyebabkan infeksi saluran kemih adalah
Escherichia coli, Klebsiella pneumonia dan
Enterobacter faecalis. Antibiotik yang
sensitive terhadap bakteri gram positif dan
negative adalah Meropenem dan Fosfomisin.
Dari hasil penelitian ini sebaiknya
diperlukan penelitian yang dilakukan secara
berkala/terus-menerus untuk mengetahui pola
sensitivitas bakteri yang terus berubah
terhadap beberapa antibiotika, agar dapat
menjadi bahan acuan para preklinik dalam
pengobatan pertama ISK sebelum didapatkan
hasil biakan air kemih, khususnya dalam
memilih antimikroba yang masih sensitif
terhadap kuman penyakit ISK.
DAFTAR PUSTAKA
Febiana, T. 2012. Kajian Rasionalitas
Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak
RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
Agustus-Desember
2011.Semarang.
Universitas Diponegoro.
Haris,S., Sarindah, A., Yusni., dan Raihan.
2012. Kejadian Infeksi Saluran Kemih di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala, Darussaam,
Banda Aceh.
Kumala,S., Raisa, N., Rahayu, L., &
Kiranasari, A. 2009. Uji Kepekaan Bakteri
yang Diisolasi Dari Urin Penderita Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Terhadap Beberapa
Antibiotika Pada Periode Maret-Juni.6(2),
45-55
Miesien. 2005, Profil infeksi saluran kemih
pada anak di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo[tesis]. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
99
ISBN : 978-602-73060-1-1
Montini G, Toffolo A, Zucchetta P. 2007.
Antibiotic treatment for pyelonephritis in
children: multicentre randomized controlled
non-inferiority trial. BMJ.; 335 (7616) : 386
Natalia, Susi. 2006. Pengaruh Toilet Training
Terhadap Kejadian ISK berulang Pada
Anak Perempuan Usia 1-5 Tahun.
Semarang. Universitas Diponegoro.
Nurmala, dkk. 2015, Resistensi dan
Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotika
di RSU. Dr. Sudarso Pontianak Tahun
2011-2013
Ravichitra K.N, P. Hema Prakash, S.
Subbarayudu and U. Sreenivassa Rao,
(2014). Isolation and Antibiotic Sensitivity
of Klebsiella pneumonia From Pus, Sputum
and Urine Samples. int, J.Curr, Microbial.
App. Sci, 3(3), 115-119
Samirah, Darwati, Windarwati., & Hardjoeno.
(2006). Pola resistensi dan sensitivitas
kuman di penderita infeksi saluran kemih.
Indonesian Jurnal of clinical pathology and
medical laboratory, 12 (3), 110-113.
Subandiah, K. 2004: Pola dan Sensitivitas
Terhadap Antibiotik Penyebab Infeksi
Saluran Kemih Anak Di RSU DR. Saiful
Anwar Malang. Malang. SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK Unibraw.
Wilianti, N.P. 2009. Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam Di
RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2008.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
100
Download