BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian ISPA Penyakit ISPA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A
Pengertian ISPA
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan
terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA
merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang
terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab,
dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian
diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung
selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang
telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan
berurutan (Nelsen 2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi
tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang
berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya
kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi
substansi asing yang menyerang organ pernafasan.
B
Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk
pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih
dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2
bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau
meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5
tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
C
Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Gambar.2.1
alat
saluran
pernafasan
pada
manusia
sumber www.psychologymania.com
Bagian – bagian dari saluran pernafasan :
Saluran Pernafasan bagian atas :
1. Hidung
Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di
tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing
rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping
hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian farings
(nasofarings). Masing–masing rongga hidung dibagi menjadi bagian
vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior
dan bagian respirasi.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2. Farings
Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar
tenggorokan, belakang dan atas palatum molle; orofarings, di
belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan
laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii bermuara pada
nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa
sakit. Misalnya naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini,
orang harus menelan.
3. Larings
Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran
napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai
berbicara dan bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang
rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang
khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya
terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.
4. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12
cm, meluas dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang
menjadi bronkus kiri dan kanan. Tetap terbukanya trakea disebabkan
tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang terbentuk tapal
kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus).
Trakea dilapis epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel
yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk
kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan. Potongan
melintang trakea khas berbentuk huruf D.
5. Cabang Tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur
yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah
tampuk paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri
dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih
kecil disebut bronkiolus (bronkhioli). Pada bronkhioli tidak terdapat
cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru,
gelambung hawa atau alveoli.
Saluran pernafasan bagian bawah :
1. Paru – paru
Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung – gelembung (gelembung hawa+alveoli), gelembung
hawa alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel, jika
dibentangkan luar permukaannya (Gibson 1995).
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann
udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas
dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di
bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus
berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
D
Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran
nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya
pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian
rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak.
Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang
ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan
merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,
2002).
Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi
dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu
dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding.
Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan
yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak
cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang
akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita
karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran
tentunya akan lebih tinggi.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
E
Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah
yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah
tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala
dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang
datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat
karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak
mudah terserang penyakit ISPA.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh.
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a)
Bahan bangunan
1) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting
disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah
yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram
air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit gangguan pernapasan.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal
tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebihlebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah
tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan.
Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang
pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi,
dan dapat menambah penerangan alamiah.
3) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng
cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang
tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun
kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes
tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum
di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan
lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu
merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini
cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut,
maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk
kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar
CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit)
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam
ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam
akhirnya dapat merusakan mata.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi,
2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik
industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong
tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin.
Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab
gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke
bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media
Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun
dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada
lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa
berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk
memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar
kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000
bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida,
hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide,
urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan
lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang
ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip
dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat
atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu,
derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat
ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi
udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA
di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA
karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan
pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
F
Patofisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh.
Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema
dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam
1-2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia
mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai
berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali,
mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada
keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan
rongga sinus.
Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang
mampu
menyebabkan
penyakit
faring
primer
bahkan
pada
kasus
tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri.
Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme
lebih mungkin menimbulkan sindrom sistem pernafasan tertentu dari pada
yang lain dan agen tertentu mempunyai kecenderungan yang besar dari pada
yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya
campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala saluran
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang
melibatkan organ lain. Virus Sinisial Pernafasan (VSP) merupakan penyebab
utama bronkhielitis. Virus para influenza menyebabkan sindrom croup.
Adenovirus
penyebab
penyakit
faringitis
dan
demam
faringokonjungtifitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit
nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis,
pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et al
2001)
G
Gambaran Klinis
Gambaran klinis menurut (Wong’s 1996, Nelson 2000)
a.
Demam (Umur 6 bulan – 3 tahun) pada bayi baru lahir tidak ada
b.
Anoreksia
c.
Muntah
d.
Diare
e.
Nyeri Abdomen
f.
Sumbatan Nasal
g.
Keluaran Nasal
h.
Batuk
i.
Sakit tenggorokan
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
H
Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden
(2000) :
a. Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui
penyebab dan mendiagnosa secara tepat
b. Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori
Sinisial Virus)
c. Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran
pernafasan kandungan oksigen dalam darah
d. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat
b.
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman,
usaha serta irama dari pernafasan.
1.
Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2.
Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya
dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan
abdomen.
3.
Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai
dengan adanya bersin.
4.
Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
5.
Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas
wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga
dada dan peningkatan produksi dari sputum
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1.
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2.
Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
3.
Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
I
Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk
yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA .
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2002) :
a.
Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas
dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk
melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b.
Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia.
c.
Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar
getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari.
d.
Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas
kesehatan.
e)
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan
diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan
dengan benar selama 5 hari penuh.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
J
Komplikasi
Adapun komplikasi menurut Dedi Prasityao (2007) adalah
1. Meningitis
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
K Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh virus/bakteri.
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran
antara bibit penyakit).
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
L
Pathway
Virus bakteri atipikal
bayi lebih umur
(mikoplasma) aspirasi substansi asing
Aspirasi mekonium
Terhirup bersama udara melalui hidung
Resiko gagal
tumbang
penurunan daya tahan tubuh
Infeksi berlanjut
proses imflamasi
Resiko infeksi
Edema dan fasodilatasi
Hipertermi
Obstruksi jalan nafas
Gangguan pola tidur
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Muntah, sukar menelan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gambar 2.2 pathways ISPA menurut (Wong’s et al 2001)
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
M Fokus intervensi
Menurut Whaley & Wong’s (1995) fokus intervensi anak pada kasus ISPA
adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,
imflamasi, peningkatan sekresi dan nyeri
Tujuan : Jalan nafas tetap bersih
Pernafasan dalam batas normal
Intervensi
:
a.
Pastikan masukan cairan yang adekuat untuk mengencerkan sekresi
b.
Bantu anak dalam batuk efektif
c.
Buang mukus yang terakumulasi, hisap bila perlu
Beri nebulaizer dengan larutan dan alat yang sesuai ketentuan
d.
Lakukan perkusi, fibrasi dan drainase postural
e.
Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : anak menunjukan penurunan gejala infeksi
Intervensi
a.
:
Pertahankan lingkungan aseptik dengan dengan menggunakan kateter
penghisap steril dan tekhnik mencuci tangan yang baik
b.
Isolasi anak sesuai indikasi
c.
Kolaborasi pemberian antibiotik
d.
Anjurkan fisioterapi dada yang baik
e.
Batasi jumlah pengunjugan
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual muntah
Tujuan : Tidak ada mual muntah
Berat badan ideal
Intervensi
:
a.
Timbang berat badan setiap hari
b.
Jelaskan pentingnya makan minum yang adekuat
c.
Jaga kebersihan mulut
d.
Berikan ASI sesering mungkin
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif
Tujuan : masalah gangguan pola tidur teratasi
Intervensi
:
a.
Kaji kebiasaan istirahat
b.
Kaji kebiasaan tidur dan gengguan pola tidur
c.
Anjurkan posisi yang nyaman saat tidur
d.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
5. Resiko gagal tumbang
Tujuan : pasien menunjukan tanda-tanda perkembangan fisik dan
emosional sesuai dengan standart test DDST
Intervensi
a.
:
Ajarkan orang tua stimulasi yang sesuai untuk mendukung tumbuh
kembang
b.
Bantu anak dalam memberikan respon yang bermakna pada
lingkungan
c.
Atur jadwal anak untuk menstimulasi
d.
Identifikasi tujuan perkembangan yang ingin dicapai secara spesifik.
6. Hipertermi
Tujuan : suhu tubuh pasien dalam batas normal
Intervensi
:
a.
Monitor suhu sesering mungkin
b.
Monitor tanda-tanda vital
c.
Selimuti pasien
d.
Kompres pada lipat paha dan aksila
e.
Berikan antipiretik
Bersihan Jalan Nafas, RENDY FEBRIYANTO RAMLI SAPUTRO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Download